BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran Seiring

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Restoran
Seiring perkembangan bisnis restoran, khususnya di Kota Bandung sebagai
pusat bisnis dan kuliner, maka harus meningkatkan persaingan di antara restoran restoran tersebut. Kota Bandung merupakan pusat bisnis dan kuliner banyak
usaha-usaha yang sedang marak dan berkembang saat ini salah satunya
sekali
banyaknya restoran-restoran dengan memperlihatkan persaingan yang ketat dalam
merebut konsumen dan mengembangkan pangsa pasar, pada usaha di bidang jasa
restoran.
Ketatnya persaingan bisnis restoran mengharuskan pihak manajemen untuk
selalu berorientasi kepada kepentingan konsumen dan untuk meraih pangsa pasar
yang lebih besar. Menyadari hal tersebut setiap perusahaan harus berjuang keras
untuk mencapai tujuan dengan melakukan berbagai cara dalam hal memasarkan
produknya dan salah satunya yaitu dengan menyusun strategi pemasaran yang
tepat.
Dalam beberapa tahun terakhir, hamburger, dan aneka makanan yang
mengandung daging sangat populer di restoran. Ada beberapa trend kuliner ala
restoran yang diprediksi akan populer di tahun 2013 menurut Sterling-Rice Group
(SRG) dan National Restaurant Association (NRA) di Amerika menyebutkan
salah satunya adalah makanan tradisional akan tetap populer. Seperti tahun-tahun
sebelumnya, makanan tradisional dari berbagai daerah akan tetap disukai. Namun,
di tahun ini restoran akan mulai membuat makanan dari hasil kebun mereka
sendiri. Keunikan citarasa daerah yang nikmat pasti banyak dicari warga Kota
Bandung.
Pengertian restoran menurut Atmodjo (2005: 7) adalah suatu tempat atau
bangunan yang diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan
dengan baik kepada semua konsumen baik berupa makanan ataupun
8
minuman.Tujuan operasional restoran adalah untuk mencari keuntungan dan
membuat puas para konsumennya.
Menurut Suyono (2004: 1) restoran adalah tempat yang berfungsi untuk
menyegarkan
kembali kondisi seseorang dengan menyediakan kemudahan makan
dan minum.
Sedangkan menurut SK Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No.
KM 73/PW 105/MPPT-85 menjelaskan bahwa restoran adalah salah satu jenis
usaha dibidang jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan
permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
yang
pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman untuk
umum. Pengusaha restoran meliputi jasa pelayanan makanan dan minuman
kepada tamu restoran sebagai usaha pokok dan jasa hiburan didalam bangunan
restoran sebagai usaha penunjang yang tdak terpisahkan dari usaha pokok sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang ditetapkan.
Dari beberapa pengertian restoran diatas maka dapat disimpulkan bahwa
restoran adalah tempat yang berfungsi untuk menyediakan makanan dan minuman
berdasarkan peraturan dan persyaratan yang belaku.
Restoran dibagidalam beberapa klasifikasi menurut Atmodjo (2005: 8-11)
yaitu: A La Carte Restaurant, Table D’hote Restaurant, Cafetaria, Inn Favern,
Snack Bar atau Milk Bar, Speciality Restaurant, Family Type Restaurant. Dari
beberapa tipe klasifikasi restoran, penulis menyimpulkan bahwa restoran Bumbu
Desa termasuk kedalam speciality restaurant yaitu restoran yang suasana dan
dekorasi seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau
temanya. Bumbu Desa menyediakan makanan tradisional Sunda.
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mendasari Bisnis Restoran
Menurut Suyono (2004:
134) ada beberapa faktor yang menimbulkan
permintaan terhadap bidang usaha restoran, seperti pertambahan dan pergeseran
proporsi penduduk antara orang dewasa dan anak-anak, munculnya pemukiman
baru, perubahan gaya hidup karena meningkatnya status ekonomi sebagian
masyarakat, atau karena dibukanya jalan baru, munculnya daerah kunjungan
9
wisata, semakin padatnya waktu masyarakat diluar rumah.Menurut Atmodjo
(2005: 2) faktor yang mendasari bisnis restoran adalah:
a. Potensi pasar besar sekali dan akan selalu bertambah.
Alat-alat penghidangan makanan, sistem, kontrol serta pertolongan fisik
b.
lainnya yang telah berkembang selain akan membuat bisnis restoran
menjadi semakin mudah dan lancar, juga akan semakin menguntungkan.
c. Dengan meningkatnya travel, banyak waktu luang, serta berbagai hal yang
mengakibatkan keadaan tertentu yang menambah alasan untuk makan di
luar, akan mengakibatkan pasar pelayanan makanan menjadi semakin besar.
d. Harga makanan yang menjadi lebih tinggi merupakan kesempatan yang baik
untuk mendapatkan banyak uang.
2.1.2 Kegiatan Pelayanan di Restoran
Pelayanan di restoran merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan
dan sering disebut sebagai lingkaran pelayanan (service circle), seperti terlihat
pada Gambar 2.1 menurut Suyono (2004: 38) urutan kegiatan pelayanan dalam
bisnis restoran tersebut adalah:
a. Sebelum konsumen datang
Hal yang perlu diperhatikan pegawairestoran sebelum konsumen datang
adalah menjaga kebersihan dan kesehatan dan menjaga penampilan.
b. Selama konsumen berada di restoran
Konsumen yang baru pertama kali datang ke restoran dapat dikatakan masuk
kedalam lingkungan sosial baru. Untuk mengupayakan agar kebutuhan sosial
konsumen terpenuhi, pegawai restoran harus menciptakan suasana yang
memberi kesan tidak asing ditempat tersebut. Kegiatan pelayanan restoran
selama konsumen berada di restoran meliputi :
1. Menyambut kedatangan konsumen
Di dalam bisnis kuliner, kesan pertama sangat mempengaruhi image
tamu, oleh sebab itu penyambutan yang baik sangat penting. Jika
konsumen mendatangi restoran, sambut dengan mengucapkan selamat
datang. Dalam mengucapkan salam kepada tamu, hendaknya dilakukan
10
dengan nada suara rendah, sopan santun, ramah tamah, dan sikap wajar
tidak dibuat-buat serta diiringi senyum yang tulus (Atmodjo, 2005: 319).
2. Mengantarkan konsumen ke tempat duduk
Tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai dengan kesenangan
konsumen, khusunya untuk konsumen yang sudah seringkali datang ke
restoran. Tugas pegawai restoran untuk mengantarkan konsumen dan
mempersilahkan konsumen duduk, dengan cara mendorong kursi
perlahan ke arah dalam, saat konsumen akan duduk.
3. Memberikan menu makanan dan minuman.
Menyerahkan menu sebaiknya diberikan terlebih dahulu kepada
konsumen wanita, baru kemudian kepada konsumen laki-laki, dalam
memberikan menu makanan hendaknya beri konsumen waktu cukup
untuk mempelajari dan menentukan menu yang ada. Ada dua cara saat
memberikan menu, dengan cara menu tertutup dan menu terbuka pada
halaman pertama, setelah menu diserahkan bantu konsumen untuk
menentukan pilihannya, bisa dilakukan dengan cara menjelaskan menu
makanan spesial di restoran ini.
4. Menyajikan hidangan
Setiap restoran memberikan pelayanan tergantung jenis restorannya.
Pada dasarnya gaya pelayanan yang baik ialah ramah, sopan, cepat dan
tepat. Sebelum memberikan makanan dan minuman di meja makan
seharusnya seorang pegawai restoran mengetahui siapa yang akan
dilayani terlebih dahulu petugas. Beberapa saat setelah makanan
dihidangkan diatas meja dan konsumen mulai makan, maka tugas
pegawai restoran yaitu datang mendekat dan menanyakan kepada
konsumen, apakah segala sesuatunya sesuai dengan keinginan konsumen.
Pegawai restoran selalu memperhatikan konsumen yang sedang
bersantap. Gelas air tidak boleh dibiarkan kosong, gelas diisi kembali dan
menawarkan kembali minum yang sudah habis.
11
5. Menangani pembayaran
Apabila konsumen setelah makan dan minum, maka pegawai
restoranharus segera menghubungi kasir untuk mempersiapkan bon
tagihan kepada konsumen. Hal ini dilakukan agar tamu tidak menunggu
terlalu lama, untuk membayar. Bon tagihan tersebut akan disodorkan
apabila konsumen memintanya. Bon atau disebut juga bill ditaruh diatas
baki kecil untuk cash tray.
6. Mengucapkan terima kasih
Pegawai restoran harus selalu mengucapkan terima kasih atas kedatangan
konsumen tersebut ke restoran dan mengharapkan para konsumen untuk
berkunjung kembali
Memberikan
Menu (3)
Menyajikan
Pesanan (4)
Menangani
pembayaran (5)
Mengantarkan ke
meja konsumen (2)
(6)
Menyambut kedatangan
konsumen (1)
Mengucapkan
terima kasih (6)
 Membereskan
pekerjaan
 Mengganti pakaian
 Mempersiapkan
diri
 Penampilan rapih
Sumber: Suyono (2004: 38)
Gambar 2.1Restaurant Activity Circle
12
2.1.3 Ruang Lingkup Jasa Restoran
Sesuai skala bisnisnya, menurut Suyono (2004: 1) jasa restoran bergerak
dalam usaha yaitu tangible products yang meliputi layanan makanan dan
minuman
dan intangible product meliputi semua produk yang tidak terlihat, tetapi
dapat dirasakan seperti pelayanan untuk para konsumen, keramah tamahan dan
keyamanan.Meskipun secara teori analistis produk restoran dapat dikelompokkelompokan namun secara kenyataan operasional masing-masing tangible
product dan intangible product akan saling bergantung dan berhubungan.
Berdasarkan penjelasan Suryono, maka Bumbu Desa restoran mempunyai
dua unsur yang sama besar tangible dan intangible. Unsur tangible Bumbu Desa
restoran berupa menu makanan dan minuman dan interior ruangan. Sedangkan
unsur intangible Bumbu Desa restoran berupa pelayanan, fasilitas musik,
keramahan, keyamanan.
2.2
Musik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) Musik adalah suara yang
disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan
terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyibunyian. Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta,
memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar
musik pula adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena yang sangat
unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik.
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan
telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik
mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan
memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford
Ensiklopedi Pelajar, 2005)
Sedangkan menurut Bruner (1990) dalam Jain dan Bagdare (2010: 294),
Musik adalah stimulus emosional yang kuat, cara yang efektif untuk memicu
suasana hati dan berkomunikasi non verbal.
13
Dari pengertian musik tersebut ditarik kesimpulan musik merupakan suara
yang disusun sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan yang
menghasilkan emosional untuk memicu suasana hati.
Secara umum, musik dikelompokkan menurut kegunaannya, yang dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah besar, yaitu Musik Seni, Musik Populer, dan
Musik Tradisional, secara lebih rinci sebagai berikut:
Musik Seni (Art Music)
1.
Musik seni atau sering disebut juga musik serius dan musik-musik sejenis
musik
avant garde, kontemporer adalah sebuah istilah pengelompokan jenis
musik yang mengacu pada teori bentuk musik Klasik Eropa atau jenis-jenis musik
etnik lainnya yang di serap atau diambil sebagai dasar komposisinya. Musik
klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang juga pada musik
klasik Persia, India, dan lain-lain. Musik klasik Eropa sendiri terdiri dari beberapa
periode, misalnya barok, klasik, dan romantik.Notasi musik barat digunakan oleh
komponis untuk memberi petunjuk kepada pembawa musik mengenai tinggi nada,
kecepatan, metrum, ritme individual, dan pembawaan tepat suatu karya musik.
Hal ini membatasi adanya praktik-praktik seperti improvisasi dan ornamentasi ad
libitum yang sering didengar pada musik non-Eropa (bandingkan dengan musik
klasik India dan musik tradisional Jepang) maupun musik populer.
2. Musik Populer (Popular Music)
Musik Populer merupakan jenis-jenis musik yang saat ini digemari oleh
masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan keadaan
zaman saat ini, sehingga sesuai di telinga kebanyakan orang. Beberapa genre
musik yang termasuk Musik Populer adalahJazz, Gospel, Blues, Rhythm and
blues, Funk, Rock,Metal, Reggae,Hip Hop dan Pop. Genre musik ini dapat
ditemui di hampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat musiknya yang hampir
bisa diterima semua orang.
3. Musik Tradisional (Traditional Music)
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun
temurun, dipertahankan bukan sebagai sarana hiburan saja, melainkan ada juga
dipakai untuk pengobatan dan ada yang menjadi suatu sarana komunikasi antara
14
manusia dengan penciptanya, hal ini adalah menurut kepercayaan masing-masing
orang saja. Musik ini musik tradisional yang tidak akan berkembang dengan
berjalannya waktu. Karena dalam memainkan musik ini seorang pemusik harus
mengikuti
pakem yang sudah ada sejak nenek moyang mereka menciptakan musik
ini.Musik tradisional merupakan perbendaharaan seni lokal di masyarakat. Musik
tradisional yang ada di Indonesia, diantaranya adalah gamelan,angklung, calung
dan sasando.
4. Musik keagamaan
Jenis musik ini merupakan jenis musik religius, yang mengandung syair syair pujian kepada sang pencipta, atau menggambarkan hubungan antara manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, serta mengandung pendidikan yang
sangat baik bagi perkembangan sosial seseorang.
Dari keempat jenis musik tersebut, jenis musik yang ada di restoran Bumbu
Desa Bandung yaitu jenis musik tradisional, dengan alunan musik angklung dan
gamelan.
2.2.1 Musik pada Psikologi Manusia
Musik ternyata memberikan pengaruh terhadap psikologi manusia, sejalan
dengan salah seorang ahli yang bernama Ronaldo Rozalini S.Sn dalam Chaplin
(2008: 8) menyatakan bahwa musik merupakan seni melukiskan pemikiran dan
perasaan manusia lewat keindahan suara. Musik memberikan efek yaitu dapat
membebaskan rasa manusia dari jeratan tekanan batin, rasa kesepian, panik, dan
berbagai gangguan mental lainnya. Tidak hanya itu saja, musik terbukti
berpengaruh pada sistem saraf sensorik-motorik, sistem saraf sadar, dan sel saraf
lain.
15
Sumber : Chaplin (2008: 8)
Gambar 2.2Pengaruh Musik terhadap Psikologi Manusia
Para terapis dalam Chaplin (2008: 9) membagi tema musik ke dalam lima
jenis, diantaranya:
1.
Musik bertema trance adalah jenis musik yang mengandung ungkapan
rasa ceria yang luar biasa. Jenis musik semacam itu cocok untuk
menyembuhkan orang yang mengalami tekanan mental atau stress.
2.
Musik bertema melow dan melankolis merupakan jenis musik yang
menyayat perasaan. Musik bertema melankolis dalam kondisi normal bisa
mengurangi rasa sakit dan nyeri. Sementara jika didengar di saat sedih,
bisa mempermudah bagi seseorang untuk menahan rasa duka. Namun,
penggunaan musik bertema seperti itu secara berlebihan bisa menurunkan
semangat dan kebencian.
3.
Musik
bertema
semangat
merupakan
jenis
musik
yang
bisa
membangkitkan reaksi kuat dan cepat yang disertai dengan tanggapan
psikologis.
4.
Musik bertema ceria dengan sentuhan irama yang menenangkan. Musik
ceria dapat meningkatkan gairah hidup dan muncul perasaan positif,
sehingga dapat meningkatkan daya kerja.
16
5.
Musik bertema relaksasi merupakan musik yang bernuansa lembut,
monoton, dan datar. Kelembutan musiknya itu bisa menenangkan perasaan
dan emosi manusia.
2.2.2 Respon terhadap Musik
Sebuah badan penelitian lebih lanjut telah meneliti efek dari karakteristik
musik yang berbeda, seperti tempo, pitch dan tekstur pada hubungan antara musik
dengan respon kognitif, respon emosional dan pendekatan perilaku seperti pada
Gambar
2.3:
Respon emosional
- Senang
- Bersemangat
Musik
Respon kognitif
- Persepsi
kualitas
layanan
- persepsi
kualitas
barang dagangan
Pendekatan perilaku
- Kenikmatan berkunjung
- Waktu yang dihabiskan untuk
menjelajahi
- Kecenderungan untuk
menghabiskan lebih daripada
yang diantisipasi
- Kemungkinan kembali lagi
- Kemauan untuk membeli
- Kemungkinan
merekomendasikan
Sumber : Sweeney dan Wyber (2002: 52)
Gambar 2.3Model hubungan antara musik, respon kognitif, respon
emosional dan pendekatan perilaku
Menurut Sweeney dan Wyber (2002: 52-53) mengatakan bahwa terdapat
tiga tahap respon terhadap musik yang dapat diidentifikasi, yaitu:
a. Respon perilaku terhadap musik
Menurut Albarracin dkk (2005: 74-78), perilaku manusiaadalah sekumpulan
perilaku yang dimiliki oleh manusia yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan genetika.Perilaku seseorang dikatakan ke
dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku
menyimpang.
Musik telah ditemukan untuk mempengaruhi tingkat kebiasaan di
lingkungan toko. Miliman (1982) dalam Sweeney dan Wyber (2002: 52) meneliti
17
efek tempo dari latar musik di supermarket menemukan bahwa kebiasaan di
dalam toko secara signifikan lebih rendah dan penjualan secara signifikan akan
lebih tinggi dengan musik yang lambat dari pada dengan musik yang cepat. Sama
halnya,
Miliman(1986) dalam Sweeney dan Wyber (2002:
52)
menemukan
bahwa tempo musik lambat membuat konsumen tinggal lebih lama di sebuah
restoran dan menghabiskan lebih banyak makanan dan minuman. Sebaliknya,
Miliman (1986) dalam Sweeney dan Wyber (2002:
52) tidak menemukan
dukungan efek dari tempo dan volume musik pada waktu berbelanja dan pada saat
mengeluarkan
uang untuk berbelanja. Hal ini berarti musik ditemukan untuk
mempengaruhi setiap respon perilaku seseorang.
b. Respon emosional terhadap musik
Menurut Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara psikologis terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis. Respon emosional adalah mood atau
emosi yang dirasakan ketika mendengar musik. Respon emosional merupakan
respon yang paling sedikit terjadi internalisasi terhadap musik yang didengar.
Pada respon emosional ini pendengar telah memberikan partisifasi aktif terhadap
musik yang didengar.
Bruner (1990) dalam Sweeney dan Wyber (2002: 53) menyatakan bahwa
musik diperlakukan terlalu umum dalam studi masa lalu dan efek musik sangat
baik dan interaksi dari berbagai komponen struktural musik, seperti tempo, nada,
dan tekstur harus diuji melalui desain eksperimental. Kellaris dan Rice (1993: 18)
juga dipanggil untuk penelitian untuk fokus pada komponen musik tertentu
"memproduksi atau mendorong pikiran dan perasaan bertanggung jawab atas hasil
yang diinginkan". Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek utama dan interaksi
dua characteristicsmusik yang penting, tempo dan genre. Secara keseluruhan,
18
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tempo dan genre telah menunjukkan
bahwa secara umum, musik yang cepat dianggap lebih membangkitkan gairah
dibanding musik slow, dan juga lebih menyenangkan daripada musik lambat
(Bruner
1990, Kellaris dan Kent, 1991, 1994). Demikian juga, tekstur (termasuk
genre) yang telah ditemukan memiliki efek signifikan terhadap gairah, musik pop
yang lebih membangkitkan gairah dibanding musik klasik (Kellaris dan Kent,
1994). Namun, Kellaris dan Kent (1994) menemukan musik klasik lebih
menyenangkan daripada musik pop.
Menurut Djohan (2005: 63), musik dapat meningkatkan intensitas emosi
dan akan lebih akurat bila emosi musik itu dijelaskan sebagai suasana hati
(mood), pengalaman, dan perasaan yang dipengaruhi akibat mendengarkan musik.
Sedangkan menurut Meyer dalam Djohan (2005: 63), diakui atau tidak musik
dapat meningkatkan perasaan, khususnya secara langsung dan cepat menimbulkan
rasa senang.
c. Respon kognitif terhadap musik
Aaker (1996: 255) memiliki asumsi dasar tentang respon kognitif bahwa
khalayak secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan cara
mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan dan sikap yang
dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada perubahan sikap. Respon
kognitif mengasumsikan bahwa ketika informasi mengubah tingkah laku
konsumen secara kuat, hal ini disebabkan konsumen mempelajari isi pesan yang
dilihatnya yang kemudian mengarahkan ke perubahan tingkah laku.
Dalam hal ini konsumen juga menggunakan isyarat lingkungan, misalnya
musik dalam pengolahan kognitif, saat memprediksi atau mengevaluasi suatu nilai
baik untuk barang dan pengecer jasa. Sementara itu, para konsumen menarik
kesimpulan bahwa kualitas barang didasarkan pada lingkungan toko ritel,
sedangkan musik termasuk kualitas pelayanan yang jauh lebih sedikit dibahas
dalam Baker dkk (1994).Bitner (1992)dalam Sweeney dan Wyber (2002: 53)
berpendapat bahwa orang dapat menggunakan berbagai keyakinan yang
membahas tentang servicescape sebagai indikator pengganti dalam membentuk
19
keyakinan tentang kualitas pelayanan. Baker (1994) melakukan penelitian tentang
musik, yang dikombinasikan dengan delapan faktor toko yang dikembangkan
untuk menghasilkan gambaran prestise dan gambaran di toko diskon, telah
ditemukan
untuk mempengaruhi persepsi dari kedua barang dagangan dan
kualitas
pelayanan.
Hasil
penelitian
menemukan
bahwa
para
pembeli
menyamakan musik dengan layanan pelanggan yang lebih baik.
Sedangkan menurut Herrington dan Capella ( 1996: 28) terdapat dua tahap
untuk mengukur musik yaitu :
a. Musical
Preference
Menurut North dan Hargreaves (1998: 107) respon berdasarkan preferensi
musik adalah tindakan memilih, menghargai, atau memberikan prioritas terhadap
satu jenis musik dibandingkan jenis musik lainnya. Menurut Bruner (1990) dalam
Herrington dan Capella (1996: 28) musik memiliki dimensi afektif yang dapat
mempengaruhi perilaku. Dalam komposisi musik, preferensi individu sangat
mempengaruhi sejumlah faktor. Preferensi musik cenderung bervariasi dengan
karakteristik struktural musik. Selain itu, preferensi musik cenderung bervarian
dalam pendengaran seseorang (Burke and Gridley, 1990: 105). Dalam pengertian
preferensi musik yang dikemukanan peneliti, berarti preferensi musilk berfokus
pada cara pikiran mengartikan musik sambil mendengarkannya.
b. Tekanan Waktu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), waktuataumasa adalah
seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah
keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Jenis-jenis pengukur waktu atau jam adalahjam matahari, jam analog, dan
jam digital.
Setiap masyarakat memilki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu
yang mereka jalani. Karena setiap orang beraneka ragaman akan budaya. Cara
pandang terhadap waktu bukan hanya sekedar cara melihat detikan arloji pada
dinding yang terus berputar tanpa henti dan menunggu komando dari setiap orang,
20
namun waktu lebih dilihat sebagai kesempatan, uang dan karya yang terus
berlangsung mengukir hidup yang tiada hentinya. Kebebasan waktu terjadi di
mana orang mampu memberikan segalakarya, cipta, dan karsanya bagi semua.
Tekanan
waktu dirasakan ketika sedang merasa terburu-buru dan hal tersebut
sangat menekan perasaan (Herrington dan Capella, 1996: 28)
2.3
Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen menurut Kotler (2005: 36)adalah perasaan seseorang
puas atau sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan
yang
yang diterima dari sebuah produk atau jasa. Berbeda halnya menurut Tse dan
Wilton (1988) dalam Hanifdkk (2010: 46) kepuasan konsumen adalah sebagai
evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja
aktual produk.Menurut Umar (2005: 50), kepuasan konsumen adalah tingkat
perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya.Menurut
Mohsan(2011:263) menungkapkan bahwa kepuasan adalah keseluruhan dari sikap
atau perilaku konsumen terhadap pelayanan yang diberikan, atau sebuah reaksi
emosional terhadap perbedaan antara apa yang diharapkan pelanggan dan apa
yang mereka terima, mengenai pemenuhan beberapa kebutuhan, keinginan atau
tujuan.
Dari beberapa definisi tersebut, kepuasan konsumen adalah suatu keadaan
dimana keinginan, harapan dan kebutuhan sesuai dengan harapan konsumen.
Kepuasan konsumen hanya dapat tercapai dengan memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada konsumennya. Pelayanan yang baik sering dinilai oleh
konsumen secara langsung dari karyawan sebagai orang yang melayani atau
disebut juga sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan usaha untuk
meningkatkan kualitas sistem pelayanan yang diberikan agar dapat memenuhi
keinginan dan meningkatkan kepuasan konsumen. Jadi kualitas pelayanan
merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan agar dapat
tercapai kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat
dengan kepuasan konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada
konsumen untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka
21
panjang ikatan ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama
harapan konsumen serta kebutuhannya.
Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan
pada gilirannya kepuasan tersebut dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas
konsumen. Dengan tercapainya kualitas layanan yang sempurna akan mendorong
terciptanya kepuasan konsumen karena kualitas layanan merupakan sarana untuk
mewujudkan kepuasan konsumen.
Kualitas layanan dapat diwujudkan dengan memberikan layanan kepada
konsumen
dengan sebaik mungkin sesuai dengan apa yang menjadi harapan
konsumen. Ketidakpuasan pada salah satu atau lebih dari dimensi layanan tersebut
tentunya akan memberikan kontribusi terhadap tingkat layanan secara
keseluruhan, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas layanan untuk masingmasing dimensi layanan harus tetap menjadi perhatian.
Banyak pengertian kepuasan konsumen. Menurut Giese dan Cote (2002: 811) sekalipun banyak definisi kepuasan konsumen, namun secara umum tetap
mengarah kepada tiga komponen utama, yaitu:
a. Respon : Tipe dan intensitas
Kepuasan konsumen merupakan respon emosional dan juga kognitif.
Intesitas responnya mulai dari sangat puas dan menyukai produk sampai
sikap yang apatis terhadap produk tertentu.
b. Fokus
Fokus pada performansi objek disesuaikan pada beberapa standar. Nilai
standar ini secara langsung berhubungan dengan produk, konsumsi,
keputusan berbelanja, penjual dan toko.
c. Waktu respon
Respon terjadi pada waktu tertentu, antara lain setelah konsumsi, setelah
pemilihan produk atau jasa, berdasarkan pengalaman akumulatif. Durasi
kepuasan mengarah kepada berapa lama respn kepuasan itu berakhir.
22
2.3.1 Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen ditentukan oleh presepsi konsumen atas performance
produk atau jasa dalam memenuhi harapan konsumen menurut Natalia dan Astari
(2007:
8). Konsumen akan merasa puas jika harapannya terpenuhi dan harapan
konsumen terlampaui.Kepuasan konsumen dibentuk dan didasarkan oleh beberapa
faktor, Kotler dan Amstrong (1994) dalam Tjiptono (2004: 150) diantaranya:
1. Pengalaman berbelanja di masa lampau
2. Opini dari teman dan kerabat
3. Informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaingnya
Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan harapan dan kepuasan
konsumen menjadi biasa-biasa saja, bahkan menimbulkan permasalahan yang
baru bagi perusahaan. Diantara beberapa faktor penyebab tersebut ada yang bisa
dikendalikan oleh penyedia jasa, dengan demikian penyedia jasa dapat
bertanggung jawab untuk meminumumkan komunikasi yang salah yang mungkin
terjadi dan menghindari dengan cara merancang jasa yang mudah dipahami
dengan jelas oleh pelanggan sehingga nantinya dapat mengurangi faktor-faktor
yang menyebabkan permasalahan terhadap perusahaan penyedia jasa.
Untuk mendapatkan kepuasaan konsumen di restoran maka ada lima faktor
pendorong yang dikemukakan oleh Irawan (2007: 37), adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Produk
Menurut Kotler (2005: 39), mutu adalah keseluruhan ciri serta sifatsuatu
produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannyauntuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.Konsumen akan merasa puas jika
setelah membeli dan menggunakan produk tersebut yang memiliki kualitas
produk baik. Misalnya, konsumen akan merasa puas dengan makanan yang
dimakan di restoran apabila rasanya enak.
2. Harga
Untuk konsumen yang sensitif, biasanya harga murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena konsumen akan mendapatkan value for money yang
tinggi. Komponen ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak sensitif dengan
23
harga. Bagi mereka yang tidak peduli harga, mereka akan lebih menyukai harga
yang lebih mahal dengan kualitas produk dan jasa yang lebih baik. Oleh karena
itu, faktor harga bukan menjadi jaminan suatu produk memiliki kualitas yang
baik.
3. Kualitas Pelayanan
Konsumen merasa puas apabila mereka memperoleh jasa yang baik atau
sesuai dengan yang diharapkan dari pegawai maupun karyawan perusahaan.
Kualitas
pelayanan merupakan kunci yang mempunyai banyak dimensi, salah satu
yang popular adalah SERVQUAL.Menurut Zeithmal dkk (2009: 111) konsep
servqual
diyakini
terdapat
lima
dimensi,
yaitu
tangible,
reliability,
responsiveness, assurance, dan emphaty adalah pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Model SERVQUAL
No.
Konsep
1
Tangible
2
Reliability
Atribut
-
3
Responsiveness
4
Assurance
5
Empaty
-
Peralatan terbaru
Fasilitas fisik yang mempunyai daya tarik
Karyawan yang berpenampilan rapih
Fasilitas fisik sesuai dengan jenis jasa yang ditawarkan
Menjanjikan akan melakukan sesuatu pada waktu yang telah
ditentukan, pasti akan direliasikan
Bersikap simpatik dan sanggup menenangkan konsumen
pada setiap masalah
Jasa disampaikan dengan benar sejak pertama kali
Kepastian waktu penyampaian jasa diinformasikan dengan
jelas kepada para konsumen
Pelayanan cepat dari karyawan restoran
Karyawan yang selalu bersedia membantu konsumen
Karyawan yang terpercaya
Perasaan aman sewaktu melakukan transaksi dengan
karyawan restoran
Karyawan yang selalu bersikap sopan
Waktu beroperasi yang cocok bagi para konsumen
Karyawan yang memberikan perhatian personal
Karyawan yang memahami kebutuhan spesifik konsumen
Sumber: Zeithaml dkk (2009: 112)
4. Emotional factor
24
Faktor pendorong yang keempat adalah emotional factor (E-factor). Untuk
kategori produk yang berhubungan dengan gaya hidup, faktor ini cukup penting
menentukan kepuasan pelanggan. Menurut Irawan (2007: 29) untuk produk produk
yang sifatnya sangat fungsional, faktor kepentingan dari faktor pendorong
ini juga relatif kecil. Sebagai faktor pendorong kepuasan konsumen dapat dibagi
menjadi tiga aspek, yaitu:
a. Estetika, adalah bentuk yang dapat meliputi besar kecilnya, bentuk sudut,
proporsi dan kesimetrisan.
b. Self-Expressive Value, yaitu kepuasan yang timbul karena lingkungan
sosial disekitarnya.
c. Brand Personality, merupakan kepuasan konsumen yang didapatkan oleh
konsumen secara internal bergantung dari pada pandangan orang
sekitarnya.
5. Kemudahan
Faktor pendorong terakhir dari kepuasan konsumen adalah kemudahan
untuk mendapatkan produk atau jasa. Konsumen akan semakin puas apabila
dalam mendapatkan produk atau pelayanan secara mudah, nyaman dan efisien.
Hal ini termasuk juga berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan produk atau jasa tersebut. Konsumen akan semakin puas apabila
relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk dengan transportasi
yang sesuai dan keterjangkauan lokasi restoran.Kenyamanan dan efisien dalam
mendapatkan suatu produk atau jasa serta mudah mendapatkan jasa produk
memberikan nilai tersendiri bagi kepuasan konsumen.
2.3.2 Ciri-Ciri Konsumen Yang Puas
Kotler (2005: 39) menyatakan ciri-ciri konsumen yang merasa puas adalah:
a. Loyal terhadap produk
Konsumen yang puas cenderung loyal dimana mereka akan membeli ulang
dari produsen yang sama
b. Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif
25
Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication) yang
bersifat positif yaitu rekomendasi kepada calon konsumen lain dan
mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk dan perusahaan.
c. Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli merek lain
Ketika konsumen ingin membeli produk yang lain, maka perusahaan yang
telah memberikan kepuasan kepadanya akan menjadi pertimbangan yang
utama.
2.4 Hubungan Musik Terhadap Kepuasan Konsumen
Musik telah dikenal selama berabad-abad memiliki efek kuat pada
tanggapan manusia. Seperti dalam ilmu psikologi yang dikatakan oleh Ronaldo
Rozalini dalam Chaplin (2008: 8) menyatakan bahwa musik merupakan seni
melukiskan pemikiran dan perasaan manusia lewat keindahan suara. Musik
memberikan efek yaitu dapat membebaskan rasa manusia dari jeratan tekanan
batin, rasa kesepian, panik, dan berbagai gangguan mental lainnya.
Dalam konteks ilmu sosial, musik dikenal untuk efektivitas dalam memicu
suasana hati. Dalam pemasaran, musik telah terbukti mempengaruhi perilaku
konsumen, khususnya perilaku pembelanja menurut Miliman (1986) dalam
Sweeney dan Wyber (2002: 51). Miliman (1982) dalam Sweeney dan Wyber
(2002:
52) mengatakan bahwa musik telah ditemukan untuk mempengaruhi
tingkat kebiasaan di lingkungan toko.
Menurut Kotler (2005: 36), kepuasan konsumen adalah perasaan seseorang
yang puas atau sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan
yang diterima dari sebuah produk atau jasa. Kepuasan konsumenmerupakanhal
yang sangat penting dalam sebuah bisnis, sejauh manasuatu produk ataukinerja
pelayanan sesuaidenganharapankonsumen. Jikakinerjasesuaiatau melebihiharapan,
maka pelangganakanpuas, jika kinerjadibawah harapanmaka pelanggantidak puas
(Vuuren, 2012: 84).
Musik juga memiliki potensi untuk mempengaruhi pilihan produk (Areni
dan Kim, 1993) dalam Wilson (2003). Produk merupakan salah satu faktor
pendorong untuk kepuasan konsumen (Irawan, 2007:
37). Musik yang
26
disesuaikan dengan tipe restoran akan menciptakan respon yang berbeda-beda.
Ketertarikan musik yang dirasakan konsumen tidak hanya memberi respon
terhadap barang dan jasa yang ditawarkan restoran, tetapi juga memberikan efek
psikologis
terhadap konsumen, efek terhadap pemilihan produk, dan juga terhadap
respon perilaku konsumen.Perusahaan (restoran) berusaha untuk mempengaruhi
konsumen agar melakukan suatu barang atau jasa yang ditawarkan dengan baik.
Tinjauan literatur secara jelas dan tegas menetapkan bahwa stimulus musik
mempengaruhi konsumsi pengalaman dalam hal respon kognitif, emosional, dan
perilaku
dalam pengaturan restoran itu adalah kekuatan tak terlihat yang kuat yang
mengelilingi pembeli bahkan jika mereka tidak memperhatikan disengaja,
berinteraksi dengan mereka dengan mudah. tidak dapat diblokir oleh akal
manusia, tidak seperti objek visual lainnya memasuki meskipun telinga secara
tidak terkendali yang mempengaruhi hati, pikiran, dan tubuh pembeli (Jain dan
Bagdare, 2011: 296).
Musik sangat mempengaruhi kepuasan konsumen, hal ini dilihat dari:
- Kepuasan konsumen membawa tanggapan yang diinginkan konsumen seperti
pada saat musik ada respon perilaku seperti tinggal lebih lama di dalam
restoran, mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli makanan di restoran,
respon emosional seperti suasana hati konsumen apakah senang atau
sebaliknya, dan respon kognitif seperti harapan para konsumen, konsumen
mengevaluasi apakah sudah sesuai dengan harapan sebelumnya.
- Efek musik pada kepuasan konsumen di dasari oleh jenis restoran, Bumbu
Desa Restoran Bandung berjenis speciality restaurant dengan musik tradisional
dan makanan tradisional, maka tingkatan kepuasan akan berbeda.
Berdasarkan teori dari kedua ahli diatas menunjukkan bahwamusik
bertujuan untuk memicu kepuasan konsumen, mempertahankan konsumen untuk
membuat konsumen berlama-lama berada di dalam restoran, mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian. Musik memberikan efek pada psikologi
konsumen yaitu dapat membebaskan rasa manusia dari jeratan tekanan batin, rasa
kesepian, panik, dan berbagai gangguan mental lainnya.
2.5
Pemetaan Penelitian Terdahulu
27
Untuk memahami variabel dan konsep yang dilakukan dalam peneliatian ini
yang berjudul “Pengaruh Musik Terhadap Kepuasan Konsumen” (Studi Kasus di
Restoran Bumbu Desa Bandung) ini maka peneliti menggunakan beberapa
rujukan
dari jurnal ilmiah yang cukup relevan dengan tema penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
Herington dan Capella(1996) meneliti efek musik di lingkungan pelayanan.
Metode penelitian menggunakan sampel 140 konsumen. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa preferensi untuk backgroundmusik pada waktu berbelanja (t=
p= 0.29). Demikian pula uji untuk efek preferensi pada jumlah pembelian
2.22,
(t= 1.76, p= 0.029). Tanda-tanda koefisien regresi diperoleh apabila pada saat
kemunduran berbelanja pada preferensi untuk background musik (263.62 dan
7.68) dan hasil keduanya positif. Hal ini akan muncul misalnya preferensi musik
akan positif pada waktu dan konsumen akan menghabiskan uang di lingkungan
pelayanan.
Sama halnya dengan penelitian Oakes (2000) yang meneliti pengaruh musik
dalam konten background dari lingkungan pelayanan yang mengungkapkan
hubungan antara variabel-variabel tertentu.
Sedangkan Sweeney dan Wyber (2002) dalam penelitiannya menjelaskan
sejalanyang berjudul The Role of Cognitions and Emotions in the Music,
Approach, Avoidance Behavior Relationship. Penelitian inimelibatkanantara
2x2desaineksperimental subjek, yang dimanipulasidua karakteristiklatar belakang
musikdan
tempo(cepat,
lambat)
dan
genre(top
40,
klasik)
disebuah
tokokhususpakaian. Sampelnya adalah 128 responden perempuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya interaksi antara signifikan dan
tempo pada kesenangan (p<0.10) dan genre pada kualitas pelayanan, dan (<0.05).
ketikia musik klasik diputar, responden memiliki presepsi yang lebih tinggi untuk
kualitas pelayanan dan kesenangan jika musik dimainkan lebih cepat, maka tempo
lebih dalam.
Berbeda halnya dengan Broekemier et all (2006) dalam penelitiannya yang
berjudul An Exploration of Happy/Sad and Liked/Disliked Music Effects On
Shopping Intentions In A Women’s Clothing Store Service Setting.Subjekdalam
28
penelitianini dilihat dari rekaman videodi tokoritelasing. Target pasaruntuktoko
fashionclothing yang digambarkan jenis kelaminperempuan berusia15-34. Subjek
ini sangat cocok dengan sasaranusia. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
senang/sedih
musik memiliki efek langsung yang signifikan pada niat berbelanja
(p=0.000), sedangkan efek langsung disukai/tidak disukainya musik adalah
signifikan (p=0.057). Efek menyukai/tidak menyukai tidak langsung adalah
sedikit pada tingkat 0.05 (p= 0.067). Jadi efek senang dengan musik memberikan
efek yang signifikan dari pada menyukai musik.
Jain dan Bagdare (2011) dalam penelitiannya yang berjudulMusic and
Consumption Experience : a review. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji
pengaruh musik pada pengalaman konsumsi dan mengeksplorasi hubungan antara
variabel musik dan konsumen dalam konteks tanggapan ritel. Metodologi
pendekatan berdasarkan penelaahan studi yang dilakukan selama 30 tahun
terakhir, konseptual berurusan dengan sejumlah besar variabel terkait dan
dampaknya terhadap berbagai dimensi pengalaman konsumsi. Hasil penelitian
melaporkan bahwa musik mempengaruhi pengalaman konsumsi pada tingkat
kognitif, emosional, dan perilaku yang berkaitan dengan sikap danpresepsi dalam
pengalaman ritel.
29
Download