BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang selalu menjalin
hubungan dengan orang lain. dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berinteraksi
satu sama lain di dalam kehidupan sehari-hari, seperti di kantor, di rumah tangga,
masyarakat atau dimana saja manusia berada.
Menurut paradigma Laswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
1
Sedangkan menurut Wayne F.Pace, komunikasi terdapat dua bentuk umum
tindakan yang terjadi, yaitu:2
1. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan (display) adalah
menyebarkan sesuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat lengkap dan
menyenangkan.
2. Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukkan adalah menguraikan atau
memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu.
Komunikasi merupakan bagian penting dalam organisasi. Organisasi terdiri
atas sejumlah orang dan melibatkan keadaan saling bergantung dan berkoordinasi
yang mensyaratkan adanya komunikasi. Proses kegiatan komunikasi merupakan
penyampaian informasi-informasi dari perusahaan kepada karyawannya.
1
2
Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya,2005. Hal. 10
R.Wayne Pace, Komunikasi Organisasi. Bandung: Rosdakarya, 2000. Hal 26
Berdasarkan analisis peneliti, komunikasi merupakan proses penyampaian
informasi atau pesan dari komunikator ke komunikan melalui media/cara tertentu
agar pesan atau informasi tersebut tersampaikan secara efektif sehingga menimbulkan
dampak/efek yang diharapkan komunikator ke komunikan. Di dalam suatu
organisasi, seorang Public Relations Officer (pejabat humas) dalam menjalankan
tugas dan fungsinya harus selalu berusaha memenuhi keinginan perusahaan atau
lembaga yang diwakilinya apa dan bagaimana aktivitas dan seluruh kegiatan
komunikasi harus diinformasikan agar publik internal dan eksternal perusahaan bisa
memahami dari tujuan atau pesan yang akan disampaikan secara efesien dan
efektivitas komunikasinya.
2.1.1
Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki banyak fungsi, ketika manusia berkomunikasi berarti
kita melakukan interaksi dengan orang lain, kita akan merasakan interaksi tersebut
yang dapat mempengaruhi orang lain secara individu ataupun massal.
Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana yang mengemukakakan bahwa fungsifungsi komunikasi terbagi menjadi 4 yaitu: 3
1. Fungsi komunikasi sosial yaitu komunikasi untuk membangun konsep dari kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
3
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010. Hal 5-33
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
2. Fungsi
komunikasi
ekspresif
yaitu
komunikasi
yang
bertujuan
untuk
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument nuntuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
3. Fungsi komunikasi ritual yaitu komunikasi yang biasanya dilakukan secara
kolektif yang menegaskan tentang komitmen mereka terhadap tradisi keluarga,
komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi atau agama.
4. Fungsi komunikasi instrumental yaitu komunikasi yang bertujuan untuk
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan serta
mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga menghibur.
Sama halnya seperti Prof Deddy Mulyana, Riswandi juga mengemukakan
bahwa fungsi-fungsi komunikasi dibagi dalam 4 bagian yaitu:4
1. Fungsi komunikasi sosial yaitu fungsi yang menunjukkan bahwa komunikasi
penting untuk membangun konsep diri, eksistensi dan aktualisasi diri, serta
kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan mencapai kebahagiaan.
2.
Fungsi komunikasi ekspresif yaitu fungsi komunikasi yang erat kaitannya untuk
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita.
4
Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Hal 18-20
3. Fungsi komunikasi ritual yaitu fungsi komunikasi yang erat kaitannya dengan
memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi
perekat bagi kesatuan kelompok dan merupakan pengabdian bagi kelompok
dimana individu tersebut menjadi anggotanya.
4. Fungsi komunikasi instrumental yaitu fungsi komunikasi yang memberitahukan
atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara
menginginkan
pendengarnya
mempercayai
bahwa
informasi
yang
disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.
Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Komunikasi internal harus diakui sebagai alat yang penting bagi manajemen. Ada
kebutuhan khusus bagi setiap manajer untuk memahami bahwa komunikasi yang baik
adalah cara untuk mencapai tujuan perusahaan. Di samping itu, komunikasi adalah
cara untuk membangun kerjasama tim yang lebih baik, bahkan komunikasilah cara
untuk memperoleh uang.
Berdasarkan analisis peneliti, komunikasi memiliki empat fungsi yaitu:
1. Fungsi komunikasi sosial yang menunjukkan bahwa komunikasi itu diperlukan
untuk membangun konsep diri agar manusia bisa terus eksis untuk bisa mencapai
kelangsungan hidup dan mendapatkan kebahagiaan.
2. Fungsi komunikasi ekspresif yang menunjukkan bahwa komunikasi erat
kaitannya untuk mempengaruhi orang lain dan lebih ke arah emosional manusia.
3. Fungsi komunikasi ritual yang menunjukkan bahwa komunikasi dilakukan secara
kolektif atau bersamaan mengenai komitmen emosional yang menjadi perekat
satu sama lain dalam sebuah tradisi.
4. Fungsi komunikasi instrumental yang menunjukkan bahwa komunikasi bertujuan
untuk menginformasikan muatan secara persuasif sehingga bisa mengubah sikap
dan keyakinan pembicaranya sehingga informasi tersebut bisa layak dan akurat.
2.2 Public Relations
Public Relations mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai
bidang. Sesuai dengan fungsinya yaitu untuk menciptakan hubungan yang baik antara
organisasi atau perusahaan dengan publiknya baik Publik Internal maupun Publik
Eksternal demi mencapai tujuan bersama. Tugas seorang Public Relations yaitu untuk
membentuk opini publik yang nantinya akan berubah menjadi image terhadap
organisasi
atau
perusahaannya.
Suatu
organisasi
atau
perusahaan
sangat
membutuhkan keberadaan Public Relations dalam melakukan berbagai aktivitasnya
yang dilakukan menjadi fleksibel dan dinamis, dengan kata lain tidak terkesan kaku.
Hal ini akan sangat berpengaruh pada kinerja karyawan sehingga mereka akan lebih
termotivasi lagi untuk memajukan perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja juga
memperkuat etos kerja.
Public Relations atau hubungan masyarakat mempunyai banyak definisi.
Menurut definisi International Public Relations Association (IPRA), hubungan
masyarakat adalah fungsi manajemen (management function). Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan masyarakat bukan alat manajemen yang dapat diadakan,
dipindahkan, dan ditiadakan, melainkan fungsi yang melekat menjadi satu dengan
manajemen.5
Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen dalam
usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia menjadi sasaran
hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut khalayak dalam
(khalayak yang bergiat di dalam organisasi yang pada umumnya merupakan
karyawan) dan khalayak luar (mereka yang berada di luar organisasi, tetapi ada
hubungannya dengan organisasi).
Hubungan ke dalam pada umumnya adalah hubungan dengan para
karyawan. Pemimpin organisasi atau kepala humas harus bisa berkomunikasi
langsung dengan para karyawan. Ia harus senantiasa mengadakan kontak pribadi
(personal contact). Selain itu, Public Relations sebagai wakil organisasi harus
menciptakan dan membina komunikasi dua arah baik secara vertical maupun
horizontal. Secara vertical, humas menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada
para karyawan, sedangkan secara horizontal humas harus menampung segala
5
Onong U. Effendy. Op.Cit. Hal 31
keluhan, tanggapan, keinginan karyawan kemudian menyampaikan kepada pimpinan
organisasi untuk memecahkan segala permasalahannya.
Definisi diatas mengemukakan bahwa Public relations merupakan fungsi
manajemen, yang senantiasa mempunyai kegiatan yang direncanakan dan
berkesinambungan untuk membentuk sikap saling pengertian antara perusahaan
berguna untuk memperoleh hasil demi kepentingan bersama secara lebih produktif
dan efisien. Public Relations sebagai wakil organisasi harus bisa menciptakan
komunikasi yang efektif secara vertical maupun horizontal antara pimpinan dengan
karyawan begitupula sebaliknya.
2.2.1. Ruang Lingkup Public Relations
Melihat prinsip Public Relations yaitu mengembangkan dan membina
hubungan baik. Publik sasaran dalam pelaksanaan Public Relations adalah pihakpihak yang berkepentingan terhadap organisasi atau perusahaan yang secara garis
besarnya yaitu publik internal maupun publik eksternal. Berikut adalah unsur-unsur
dari publik internal dan publik eksternal menurut Rhenald Kasali dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Public Relations adalah sebagai berikut:6
Unsur-unsur Publik Internal adalah sebagai berikut:
1. Pemegang saham atau pemilik perusahaan
6
Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti Press, 2000. Hal. 66
2. Manajer dan Top Executive, yaitu orang-orang yang memegang jabatan
struktural dalam perusahaan.
3. Karyawan, yaitu orang-orang yang tidak memegang jabatan structural dalam
perusahaan
4. Keluarga karyawan
Unsur-unsur Publik Eksternal adalah sebagai berikut :
1. Konsumen, yaitu pihak pengguna produk perusahaan.
2. Bank merupakan pihak yang mengendalikan dana perusahaan
3. Pemerintah, yaitu pihak yang menentukan kebijakan
4. Pesaing, yaitu pihak yang dijadikan sebagai tolak ukur bagi kualitas
perusahaan.
5. Media massa/pers adalah pihak yang dijadikan sebagai alat pendukung atau
media kerjasama untuk kepentingan proses Public Relations
6. Komunitas, yaitu masyarakat yang tinggal, hidup dan berusaha di sekitar
perusahaan.
2.2.2 Fungsi Public Relations
Secara umum fungsi public relations bertujuan menciptakan dan
mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan atau
produknya terhadap segmen masyarakat, yang kegiatannya langsung ataupun tidak
langsung mempunyai dampak bagi masa depan organisasi, lembaga, perusahaan, dan
produknya.7
Sedangkan menurut Cultip Centre bahwa penerapan fungsi Public Relations
dalam manajemen diharapkan dapat menunjang aktivitas perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Aktivitas yang diterapkan antara lain:8
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam pencapaian tujuan bersama.
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan pihak
publiknya sebagai khalayak sasarannya.
3. Mengidentifikasikan hal-hal yang menyangkut opini persepsi, dan tanggapan
masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dengan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi,
publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau terjadi sebaliknya
demi tercapai citra positif bagi kedua belah pihak.
7
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001. Hal 35
8
Ibid. Hal 21
2.2.2.1 Bagian-bagian dari Fungsi Public Relations
Makna dan praktik Public Relations kontemporer mencakup semua aktivitas
Public Relations berikut ini: 9
1. Hubungan internal. Hubungan internal adalah bagian khusus dari Public Relations
yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling
bermanfaat yang baik antara manajer dan karyawan tempat organisasi
menggantungkan kesuksesan.
2. Publisitas. Publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yang
digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode
penempatan pesan di media ini adalah metode yang tidak bisa dikontrol
(uncontrolled) sebab sumber informasi yang tidak memberikan bayaran kepada
media untuk pemuatan informasi tersebut.
3. Advertising. Advertising adalah informasi yang ditempatkan di media oleh
sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar untuk ruang dan waktu
penempatan informasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkan
pesan di media.
4. Press Agentry. Press Agentry adalah penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai
berita untuk menarik perhatian media massa dan mendapatkan perhatian publik.
9
Scott M Cutlip, et al. Effective Public Relations Edisi kesembilan. Jakarta: Kencana, 2007. Hal 11-27
5. Public Affairs. Public Affairs adalah bagian khusus dari PR yang membangun
hubungan pemerintah dan komunitas local dalam rangka mempengaruhi
kebijakan publik.
6. Lobbying. Lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfngsi untuk menjalin
dan memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan
mempengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi.
7. Manajemen Isu. Manajemen Isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi,
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons isu-isu kebijakan publik yang
mempengaruhi hubungan organisasi dengan public mereka.
8. Hubungan investor. Hubungan investor adalah bagian dari PR dalam perusahaan
korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling
menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunikasi
keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar.
9. Pengembangan. Pengembangan adalah bagian khusus dari PR dalam organisasi
nirlaba yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan
anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan sukarela.
2.2 Komunikasi Organisasi
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. 10
10
Arni Muhammad,.Komunikasi Organisasi, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2004. Hal.65
Sedangkan Veithzal Rivai memberikan definisi komunikasi organisasi
adalah suatu proses social yang mempunyai relevansi terluas di dalam memfungsikan
setiap kelompok, organisasi atau masyarakat. Proses komunikasi dalam struktural
formal tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dimensi vertikal, horizontal
luar organisasi. Dimensi vertikal adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas
ke bawah dan sebaliknya. Dimensi horizontal adalah penerimaan atau pengiriman
berita atau informasi yang dilakukan antar pejabat yang mempunyai kedudukan yang
sama.11
Berdasarkan analisis peneliti, komunikasi organisasi adalah suatu proses
penyampaian informasi antara anggota organisasi baik secara vertikal dan horizontal
dalam sebuah organisasi secara struktural.
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah sikap
dan perilaku para karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan perusahaan agar tujuan dapat tercapai.
Menurut Gary L. Kreps, fungsi komunikasi organisasi adalah membantu
anggota-anggota organisasi menyelesaikan baik tujuan individu maupun tujuan
organisasi dengan memungkinkan mereka untuk menerjemahkan perubahanperubahan organisasi dan yang terpenting adalah untuk mengkoordinasikan
11
Veithzal Rivai. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Hal 377
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka melalui penyelesaian tanggung
jawab organisasional mereka.12
Sementara menurut Stephen P. Robbins, ada empat fungsi utama
komunikasi dalam organisasi:13
1. Fungsi kendali.
Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggotanya dalam beberapa
cara. Pada dasarnya organisasi mempunyai otoritas hierarki dan garis stuktural
formal yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya.
2. Fungsi motivasi
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para
karyawan
tentang
apa
yang
harus
dilakukan,
seberapa
baik
mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang dibawah standar.
3. Fungsi pernyataan emosi
Bagi banyak pekerja, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk
melakukan interaksi sosial. Komunikasi di dalam sebuah kelompok merupakan
mekanisme fundamental yang oleh para anggotanya dijadikan tempat untuk
menunjukkan rasa frustasi dan rasa berbagai kepuasaan. Komunikasi adalah jalan
untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
12
Gary L. Kreps. Organizational Communication 2nd Edition. New York: Longman, 1990. Hal 12
Stephan P. Robbins. Prinsip-prinsip perilaku organisasi edisi kelima. Jakarta: Erlangga, 2002. Hal
146
13
4. Fungsi informasi
Berkaitan dengan memainkan peranan dalam memfasilitasi berbagai pengambilan
keputusan. Komunikasi menyediakan informasi yang dibutuhkan individuindividu dan kelompok dalam mengambil suatu keputusan dengan menyertakan
data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan.
Berdasarkan analisis peneliti, fungsi komunikasi organisasi adalah sebagai
penyampaian informasi tentang organisais dan membantu para anggota organisasi
dalam menyelesaikan apabila terjadi permasalahan di dalam organisasi tersebut.
2.3 Komunikasi Vertikal
Informasi dalam organisasi mengalir secara berkesinambungan, mulai dari
penciptaan, penyampaian, dan interprestasi pesan merupakan proses yang
mendistribusikan pesan-pesan ke seluruh anggota organisasi. Proses pendistribusian
tersebut mengisyaratkan bahwa peristiwa-peristiwa dan hubungan-hubungan antara
anggota organisasi bergerak dan berubah secara berkesinambungan, peristiwa dan
hubungan adalah dinamis. Suatu hubungan atau peristiwa yang dinamis melibatkan
energi dan tindakan. Proses ini berlangsung terus dan berubah secara konstan, artinya
komunikasi organisasi bukanlah sesuatu yang terjadi kemudian berhenti, komunikasi
terjadi sepanjang waktu yang mengalir dalam suatu organisasi.
Menurut Onong Uchjana Effendy, mendefinisikan bahwa Komunikasi
vertikal adalah salah satu bagian dari komunikasi internal karena dalam organisasi
terdapat jenjang kepangkatan yang menyebabkan adanya pegawai yang memimpin
dan yang dipimpin, maka dalam menajemen tidak saja terjadi komunikasi antara
pegawai yang sama status atau pangkatnya, tetapi juga antara pegawai yang
memimpin dan yang dipimpin.14
Definisi yang sama juga dikemukakan oleh Rosadi Ruslan, yang membagi
komunikasi vertikal dibagi menjadi dua yaitu:15
1. Komunikasi arus ke bawah (downward communication), yakni dari pihak
perusahaan kepada para karyawannya. Media yang digunakan dalam bentuk
komunikasi lisan (perintah dan instruksi), dan tulisan (nota dinas, peraturan,
surat edaran, dan lain-lain).
2. Komunikasi arus ke atas (upward communication), yaitu dari pihak karyawan
kepada perusahaan. Media komunikasi baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan (laporan dan informasi) mengenai pelaksanaan tugas.
Dalam proses komunikasi vertikal tersebut pimpinan atau manajer
memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan dan lain-lain
kepada bawahannya. Dalam pada itu, bawahan memberikan laporan, gagasan, saran
dan sebagainya kepada pimpinan.
14
Onong Uchjana Effendi. Human Relations dan Public Relations, cetakan ke-VIII, (Bandung:
Mandar Maju,1993), hal 17-18
15
Rosady Ruslan. Opcit. Hal. 276
Disinilah dapat dilihat pentingnya peranan komunikasi dalam manajemen
yaitu menunjang keberhasilan, sebagai landasan kebijaksanaan/keputusan yang
diambil pimpinan, hingga untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama pada sebuah
organisasi.
Berdasarkan analisis peneliti, komunikasi vertikal merupakan proses
penyampaian informasi/pesan yang mengalir secara formal antara antara pimpinan
dan karyawan yang berupa kebijakan maupun perintah. Sebaliknya, antara karyawan
dengan pimpinan berupa keluhan, tanggapan/ masukan, dan pekerjaan yang bertujuan
untuk kemajuan/perbaikan perusahaan atau organisasi.
2.3.1 Ruang Lingkup Komunikasi Vertikal
Sebuah organisasi terdiri dari orang-orang dalam berbagai jabatan. Ketika
orang-orang dalam jabatan tersebut mulai berkomunikasi satu dengan yanglainnya,
maka berkembanglah keteraturan dalam kontak antar individu tersebut. Lokasi
individu dalam pola dan jaringan yang terjadi member peranan dalam individu
tersebut. Ruang lingkup komunikasi vertial yaitu komunikasi kebawah (Downward
communications) dan komunikasi keatas (Upward communications).
2.3.1.1 Komunikasi ke Bawah (Downward communications)
Downward Communication adalah Komunikasi ke Bawah adalah dari
atasan ke bawahan atau ke sub ordinat atau dari Bos ke karyawannya, dan dari
pemegang kebijakan ke petugas pelaksana.16
Para pemimpin lembaga atau organisasi sangat menyadari adanya
perbedaaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada
dibawah pengawasannya.
Katz dan kahn menyebutkan ada lima jenis informasi yang biasa
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan:17
a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan,
b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan,
c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik oganisasi,
d. Informasi mengenai kinerja pegawai, dan
e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission).
Menurut Neni Yulianita menyatakan bahwa transpormasi informasi dari
pimpinan ke bawahan merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan yang
umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu
organisasi. Untuk itu, berikut adalah contoh-contoh fungsi komunikasi dari atas ke
16
17
Neni Yulianita. Dasar-dasar Public Relations. Bandung : LPPM UNISBA, 2007. Hal. 93
R. Wayne Pace. Op Cit. Hal.185
bawah (Downward Communication) yang antara lain dapat diekspresikan melalui
kegiatan komunikasi.18
a. Instruksi (perintah)
Dalam iklim kerja, instruksi dapat dilaksanakan baik secara lisan yakni dapat
dilakukan dalam pertemuan rapat-rapat dan dapat pula menggunakan media
media misalnya telepon, maupun secara tertulis dapat berupa pemberian
pengajaran sesuatu yang baru atau menyebarluaskan pada para kayawan
bagaimana melakukan suatu tugas khusus baik secara lisan maupun tertulis.
b. Briefing (pengarahan)
Sesuai dengan pengertiannya “Briefing” adalah memberikan penjelasanpenjelasan secara sigkat atau pertemuan untuk memberikan penerangan secara
ringkas mengenai suatu hal, situasi atau peraturan-peraturan tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan organisasi.
c. Pemberian informasi tentang kebijakan-kebijakan perusahaan
Pemberian informasi tentang aturan-aturan organisasi, aplikasi aplikasi organisasi,
prosedur, sejarah organisasi dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan
penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan yang
perlu diketahui publiknya.
d. Melakukan Penilaian
18
Neni Yulianita, Op. Cit, hal. 94-97
Penilaian pimpinan terhadap pelaksanaan kerja bawahan dilakukan atas dasar
evaluasi atau penelitian atau penilaian supervisor terhadap pelaksanaan kerja
karyawan, dimana tahap selanjutnya penilaian ini harus dapat diekspresikan pada
seluruh karyawan, sehingga karyawan pun dapat mengetahui kondisi dirinya
dimata pimpinan, jika bagus tentu harus dipertahankan dan jika jelek maka harus
dapat diperbaiki.
e. Penanaman Ideologi
Upaya pimpinan terhadap bawahannya untuk menyampaikan dan menanamkan
ideologi di dalam diri karyawan, sehingga akan menumbuhkan adanya tingkat
semangat kerja, pengabdian, rasa memiliki atau dukungan terhadap organisasi.
f. Pemberian penghargaan
Pemberian penghargaan dapat dilakukan pada peristiwa-peristiwa penting
perusahaan, misalnya ulang tahun perusahaan. Dalam hal ini sangat penting,
pimpinan perusahaan memberikan penghargaan bagi karyawan berprestasi yang
dimaksudkan untuk memberikan insentif, motivasi/ dorongan-dorongan agar
karyawan dapat bekerja dengan giat sesuai dengan instruksi.
g. Melakukan teguran
Untuk berhasilnya suatu organisasi, maka seorang pimpinan berhak dan harus
mampu untuk melaksanakan teguran-teguran pada tingkatan yang lebih rendah
dan bawahan yang lalai dalam menjalankan instruksi, baik secara lisan maupun
tertulis.
h. Pemberian insentif dan tunjangan
Pimpinan perlu dapat mempertimbangkan untuk pemberian bagi karyawan yang
telah dapat mencapai target tertentu yang dirasa dapat menguntungkan pihak
perusahaan. Pemberian insentif atau tunjangan dapat memberikan isyarat adanya
perhatian, kepedulian dan kesadaran seorang atasan akan pentingnya peran
bawahan bagi perusahaan atau organisasi. Misalnya: tunjangan hari raya,
tunjangan kesehatan, tunjangan kecelakaan dan lain-lain.
Komunikasi dua arah secara timbal balik dalam manajemen sangat penting,
jika hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan, proses menejemen besar
kemungkinan tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Pimpinan perlu mengetahui
laporan, tanggapan, gagasan, atau saran dari pegawai bawahan sebagai petunjuk
efektif tidaknya dan efisien tidaknya kebijaksanaan yang telah dilakukan.
Selain itu, Arni Muhammad menyimpulkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi komunikasi kebawah, sebagai berikut:19
a.
Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan
pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan.
b. Kepercayaan pada pesan tulisan.
19
Arni Muhammad, Op.Cit. hal. 110-112
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi
yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara
lisan dengan tatap muka. Hal ini menjadikan mereka lebih banyak meyampaikan
pesan dalam bentuk tulisan melalui bulletin atau manual. Sementara menurut
hasil penelitian Dahle menunjukkan bahwa pesan akan lebih efektif bila
dikirimkan dalam bentuk lisan atau tulisan.
c. Pesan yang berlebihan
Banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka karyawan
dibebankan dengan memo-memo, buletin, surat-surat pengumuman, majalah dan
pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca
oleh karyawan.
d. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi
kebawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan
e. Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima
mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
2.4.1.2 Komunikasi ke atas (Upward Communication)
Upward Communication adalah timbal balik dari komunikasi ke bawah saat
menejemen membutuhkan informasi dari organisasi di bawahnya hasil dari informasi
menjadi timbal balik yang diinginkan. Karyawan berbicara kepada atasan tentang diri
mereka, rekan mereka, pekerjaan mereka dan metode melakukan pekerjaan serta
persepsi mereka tentang organisasi (perusahaan).20
Adapun komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu.
Menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut: 21
a. Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan
bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya
mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.
b. Arus komunikasi keatas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan
keputusan.
c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap
organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menayangkan pertanyaan,
mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.
d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan
membiarkan supervisor mengetahuinya.
20
21
Neni Yulianita, Op. Cit, hal. 99
Arni Muhammad, Op. Cit, hal. 117
e. Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan
menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.
f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan
mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan
organisasi.
Umumnya pernyataan seorang bawahan adalah berkaitan dengan apa yang
dipikirkan dan apa yang diinginkan atasanya untuk selalu didengar bawahan. Berikut
contoh-contoh komunikasi dari bawah ke atas meliputi:22
a. Permohonan bantuan
Biasanya permohonan bantuan adalah dalam bentuk material. Misalnya: jika
karyawan mengalami kecelakaan, sakit, melahirkan, kebutuhan rumah tangga,
nasehat-nasehat dan lain-lain.
b. Laporan prestasi kerja
Laporan prestasi kerja dapat disampaikan oleh sebagaian pada bagian tertentu kepada
atasannya yang berwewenang. Laporan ini biasanya dapat dilaksanakan dalam bentuk
tulisan, misalnya laporan yang disampaikan dalam bentuk catatan-catatan, memo atau
surat-surat biasa maupun secara lisan misalnya laporan yang dilakukan melalui tatap
muka langsung melalui rapat-rapat atau pertemuan yang direncanakan secara formal.
22
Neni Yulianita, Op. Cit, hal.100-102
c. Saran-saran
Untuk suksesnya suatu perusahaan, maka saran-saran yang diajukan secara lisan
maupun tulisan pihak bawahan juga harus menjadi pertimbangan seorang pemimpin
khususnya bagi pemutusan kebijakan organisasi yang akan dilaksanakan. Saran-saran
dapat diajukan dalam bentuk lisan melalui rapat atau pertemuan maupun secara
tertulis surat-surat langsung atau yang dimuat di media organisasi.
d. Opini
Pendapat publik karyawan atau bawahan yang bersifat positif maupun negatif harus
dapat disampaikan dari bawahan ke atasan, walaupun pendapat tersebut negatif,
seorang pimpinan seyogyanya perusahan dengan baik dan menjadi pemikiran untuk
suatu
kebijakan
perusahan
pada
tahap
berikutnya.
e. Usulan anggaran
Usulan anggaran yang di buat bawahan umumnya adalah anggaran yang diminta guna
terlaksananya suatu pekerjaan yang memerlukan anggaran, biasanya dilakukan secara
tertulis dalam bentuk proposal kegiatan, misalnya proposal berupa usulan anggaran
untuk kegiatan promosi.
Keberadaan Upward Communication dalam sebuah organisasi sangatlah
penting, karena tanpa adanya komunikasi ke atas manajemen dalam hal ini atasan
tidak pernah akan mengetahui bagaimana pesan disampaikan kepada bawahan,
apakah telah diterima dengan baik atau tidak, karena umpan bailk (feedback) dari
bawahan baik secara berupa pengajuan pertanyaan, usulan maupun kritik kepada
atasan sangatlah dibutuhkan dalam hal pengambilan keputusan.
Meskipun jelas penting, tetapi komunikasi ke atas lebih jarang terjadi. Hal
ini dapat terjadi karena ada hambatan psikologis antara atasan dan bawahan. Dalam
menyimpulkan literature berkenaan hal ini, Gemmil menyatakan ada tiga hambatan
psikologis utama yang mempengaruhi komunikasi ke atas:23
1. Jika bawahan percaya bahwa penyikapan perasaan, opini atau kesukaran akan
mengakibatkan atasan menutup atau menghindarkan pencapaian tujuan
pribadinya, bawahan akan menyembunyikan atau membelokkannya.
2. Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan perasaan, opini dan
kesulitan oleh bawahan, semakin besar keinginan bawahan mengungkapkannya.
3. Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini dan kesukaran
kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula kemungkinan keterbukaan
dari pihak bawahan.
2.5 Kinerja Karyawan
Menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behaviour
menyebutkan bahwa secara sederhana kinerja karyawan adalah fungsi dari interaksi
antara kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), tetapi masih ada bagian yang
hilang dari fungsi tersebut selain kecerdasan dan keahlian dari seorang individu yang
23
Dedy Mulyana, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi.Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001. Hal 183
keduanya merupakan bagian dari kemampuan dan motivasi dari setiap karyawannya,
yaitu kesempatan.24
Gambar 2.1 Pola Kinerja Karyawan Menurut Stephen P. Robbins
Abilit
y
Performance
Motiv
ation
Oppo
rtunit
y
Sedangkan menurut Prof Dr. Veithzal Rivai MB.A mendefinisikan kinerja
adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau criteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.25
Kinerja di dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya
manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak sekali
faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan
kinerjanya.
24
Stephen P. Robbins. Perilaku Organisasi. Klaten: PT Intan Sejati Klaten, 2003. Hal.6
Veithzal Rivai. Performance Appraisal Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011. Hal.
14
25
Berdasarkan analisis peneliti, kinerja adalah fungsi interaksi antara motivasi,
kemampuan bekerja, kesempatan sehingga menghasilkan prestasi kerja yang ingin
dicapai.
Menurut Amstrong dan Baron, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
antara lain:26
1. Personal Factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi dan komitmen individu.
2. Leadership Factor, ditentukan oleh kualitas, dorongan, bimbingan, dan
dukungan yang dilakukan manajer dan team manajer.
3. Team Factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja.
4. System Factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
5. Contextual/situasional factors. Ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan
dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
26
Wibowo. Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007. Hal. 100
Sedangkan menurut Steers dalam Suharto dan Cahyono, 2005 faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah:27
a. Kemampuan, kepribadian dan minat kerja
b. Kejelasan dan penerimaan atau penjelasan peran seorang pekerja yang
merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas yang
diberikan kepadanya.
c. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energi yang mendorong, mengarahkan dan
mempertahankan perilaku.
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Dari
pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan kompetensinya. Sementara dari
organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik pemimpin memberdayakan pekerjanya;
bagaimana mereka memberikan penghargaan pada pekerja; dan bagaimana mereka
membantu meningkatkan kemampuan kinerja melalui coaching, mentoring, dan
counseling.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan kinerja tersebut maka harus ada
indikator untuk mengukur kinerja tersebut. Bernandin dan Russel mengemukakan
bahwa ukuran-ukuran atau indikator kinerja adalah sebagai berikut:28
27
28
Asri Laksmi Riani. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Hal. 100
Asri Laksmi Riani. Op.Cit. Hal. 99-100
1. Quantity of work: jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang
ditentukan.
2. Quality of work: kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job
knowledge:
luasnya
pengetahuan
mengenai
pekerjaan
dan
keterampilannya.
4. Creativeness: keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation: ketersediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama
anggota organisasi.
6. Dependability: kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja.
7. Intiative: semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggungjawabnya.
8. Personal
Qualities:
menyangkut
keramahtamahan dan integritas pribadi.
kepribadian,
kepemimpinan,
Sedangkan menurut Hersey, Blancard dan Johnson, Ada tujuh
indikator kinerja yang digambarkan, penjelasannya sebagai berikut:29
1. Tujuan, merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari seorang
individu atau organisasi yang dicapai.
2. Standar, merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat
dicapai.
3. Umpan balik, merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan.
4. Alat atau sarana, merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses.
5. Kompetensi, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
6. Motif, merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
7. Peluang, memberikan kesempatan karyawan untuk menunjukkan prestasi
kerjanya.
Berdasarkan analisis peneliti, indikator ukuran kinerja dapat disimpulkan
bahwa kinerja dapat terukur dengan baik apabila sudah memenuhi beberapa cakupan
seperti tujuan, standar, feedback, alat dan sarana, kompetensi, motif dan peluang
29
Wibowo. Op.Cit. Hal. 102-105.
terkait pekerjaan yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pekerjaan, pengetahuan tentang pekerjaan, kreatif dan bekerjasama, kesadaran dalam
penyelesaian pekerjaan, inisiatif dan integritas kepribadian
2.6. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikan baru didasasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum menjawab yang empirik. 30
Berdasarkan hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa pola komunikasi
vertikal (variabel X), merupakan variabel independen (bebas) artinya tidak tergantung
atau terpengaruhi oleh variabel lain, sedangkan kinerja karyawan (Y) merupakan
variabel dependen yang dipengaruhi dan ditentukan oleh variabel independen. Oleh
karena itu, tinggi rendahnya kinerja karyawan yang dihasilkan oleh karyawan PT
Citra Media Nusa Purnama sangat ditentukan oleh pola komunikasi vertikal yang
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007.
Hal. 64.
berlangsung di perusahaan tersebut. Artinya, jika komunikasi vertikal berjalan lancar
dan efektif, maka kinerja yang dihasilkan pun akan baik pula.
Secara skematis hubungan variabel tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y
Gambar 2.2 Skema Hipotesis Penelitian
Variabel X
Variabel Y
Pola Komunikasi
Vertikal
Kinerja Karyawan
Keterangan:
Variabel X
: Pola Komunikasi Vertikal
Variabel Y
: Kinerja Karyawan
: Pengaruh Pola Komunikasi Vertikal terhadap Kinerja
Karyawan
Berdasarkan uraian skema diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Ho (Hipotesis Nol) =
Tidak terdapat pengaruh pola komunikasi vertikal
terhadap kinerja karyawan di PT Citra Media Nusa Purnama (Media
Indonesia).
- Ha (Hipotesis Kerja) = Terdapat pengaruh pola komunikasi vertikal terhadap
kinerja karyawan di PT Citra Media Nusa Purnama (Media Indonesia).
Download