MODUL PERKULIAHAN Metode Observasi & Wawancara PIO & Pendidikan Pengambilan Data Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh 61072 Rizka Putri Utami, M.Psi Abstract Kompetensi Modul ini berisi tentang persiapan, pengambilan data dan kesimpulan Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahap-tahap persiapan, pengambilan data dan kesimpulan Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam masing-masing proses ini terkandung sumber-simber kesalahan yang perlu mendapat perhatian dengan seksama 1. Pengamatan. Dua indera yang sangat vital dalam pengamatan adalah mata dan telinga. Baik dalam penyelidikan di laboratorium maupun dalam penyelidikan kancah (lapangan) duaduanya selalu terpakai, meskipun dalam banyak hal mata memegang peranan yang lebih dominan. Jika mata telah diputuskan sebagai alat penangkap fakta-fakta, ada tiga persoalan penting yang wajib diketahui oleh penyelidik. Pertama, ia harus percaya bahwa alat penglhatannya adalah baik dan dapat menangkap fakta-fakta dengan benar. Kedua, meskipun ia percaya kepada penglihatannya, ia harus menyadari bahwa penglihatan orang mempunyai kelemahan-kelemahan dan sifat-sifat yang terbatas. Ketiga, menyadari kelemahan dan terbatasnnya alat penglihatan penyelidik harus berusaha sekeras-kerasnya mengatasi kelemahan-kelemahan dan sifat-sifat terbatas itu. Adapun 3 cara untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah: a. Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat obyek yang kompleks dariberbagai segi, dari berbagai jurusan secara berulang-ulang. b. Menggunakan orang (observer) lebih banyak untuk melihat obyeknya dari segi-segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil penyelidikan dari mereka itu untuk mendapatkan gambaran tentang keseluruhan obyeknya. c. Mengambil lebih banyak obyek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang terbatas dapat disoroti obyek obyek itu dari segi segi yang berbeda-beda oleh penyelidik yang terbatas jumlahnya. Pengamatan bukanlah semata mata proses biologis. Pengamatan adalah lebih daripada proses penginderaan. Ia adalah proses persepsi, dan sebagai proses persepsi ia tidak dapat dilepaskan dari kondisi kondisi psikis orang yang mengamati. Dapat disebut beberapa kondisi psikis yang penting, diantaranya adalah: daya adaptasi, kebiasaan, keinginan, prasangka, dan nekanisme proyeksi. a. Daya adaptasi Adalah potensi psikis yang sangat bermanfata. Namun, jika dengan daya adatasi penyelidik kemudian menjadi tak mampu melihat kelainan-kelainan dalam irama 2016 2 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id gerak obyeknya, ia akan gagal menangkap keseluruhan fkata-fakta tentang obyek itu. Begitulan orang yang telah menjadi biasa karena menghadapi kejadian kejadian yang sejenis secara berturut-turut dan terus menerus tidak jarang menjadi lengah untuk melihat lebih teliti unsur-unsur atau kelainan-kelainan dalam kejadian itu. Penyeldik sebaiknya bersikap sebagai seorang pelancong yang baru pertama kali melihat pemandangan suatu daerah agar tidak segan-segan dengan seksama menyelidik apa yang perlu diselidiki. b. Kebiasaan Kebiasaan akan menimbulkan pola pola pengalaman tertentu. Pada pola pengalaman ini menjadi bahan apersepsi dalam menerima stimulus-stimulus baru, dan bahan apersepsi ini kadang-kadnag berperan lebih penting dari perangsangnya c. Keinginan Keinginan dalam pengmatan sehari hari telah banyak menimbulkan “penipuan” penglihatan yang tidak disadari. Seorang penyelidik pun mngkinmengalami hal yang sama. Karena ingin menyaksikan hasil-hasil penyelidikan yang sesuai dengan keinginannya menyebabkan ia dengan tidak sadar mengubah fakta-fakta,menjadi kurang teliti atau tidak melihat hal-hal yang tidak dia inginkan atau yang bertentangan dengan keinginannya. Keinginan biasanya menentukan arah dan luasnya perhatian, dan perhatian ini pada glirannya menentukan kualtas dan kuantitas pengamatan. d. Prasangka Prasangka selalu membayangi pengamatan orang. Orang yang berprasangka menangkap suatu benda, kejadian, atau situasi tidak seperti apa adanya. Tidak jarang prasangka menjerumuskan orang ke dalam “kepalsuan”. Karena ini, ia menjadi musuh dari observasi ilmiah, lawan dari kebenaran. e. Proyeksi Proyeksi merupakan mekanisme proses psikis yang tidak disadari. Dalam proyeksi orang melemparkan kejadian-kejadian-kejadian yang ada dalam diri sendiri kepada obyek-obyek di luar. Jika proyeksi turut ambil bagian dalam proses pengamatan, orang mengira telah menangkap sifat-sifat orang lain atau obyek lain sebagaimana apa adanya, padahla sifat sifat itu sebenarnya adalah sifat-sifatnya sendiri. Karena itu yang ditangkap tidka lagi merupakan “fakta nyata” melainkan hanya “fakta proyektif” 2. Ingatan Tidak semua orang memiliki ingatanyang kuat. Dan tidak semua orang memiliki ingatan yang kuat mempunyai ingatan yang luas pula. Kedua dimensi ingatan ini meletakkan batasan-batasan dalam reliabilitas pengamatan. Karena itu, jika ada cara-cara tertentu 2016 3 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang dapat mengatasi kelemahan kesetiaan dan keluasaan ingatan, cara-cara itu perlu dipetimbangkan untuk dipakai. Cara-cara itu antara lain adalah saat mengamati: a. Mengadakan pencatatan biasa dan atau dengan check list. b. Menggunakan alat-alat mekanik seperti recorder, kamera dan sebagainya. c. Menggunakan lebih banyak observer. d. Memusatkan perhatian pada data-data yang relevan. e. Mengklasifikasi gejala-ejala dalam golongan-golongan yang tepat. f. Menambah bahan apersepsi tentang obyek yang akan diamati Petunjuk Untuk Mengadakan Observasi Rummel telah merumuskan petunjuk penting untuk mereka yang menggunakan metode ini untuk mengumpulan fakta-fakta sebagai berikut: 1. Tentukan dulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Observer akan dapat mengobservasi dan mengigat lebih banyak sifat khusus dari sesuatu jika dia telah mempunyai pengetahuan lebih dahulu tetang apa yang akan diobservasi dan jenis fenomenal apa yang perlu dicatat. Oleh karena itu kita tentukan lebih dahulu apa apa yang harus diobservasi. 2. Selidiki tujuan-tujuan yang umum maupun khusus dari persoalan-persoalan riset untuk menentukan apa yang diobservasi. Perumusan masalah dan aspek-aspek khusus dari penyelidikan akan menentukan apa yang harus diobservasi. Selidiki secara mendalam dan gunakan penyelidikan-penyelidikan yang terdahulu yang mempunyai hubungan dengan problematik riset yang akan dilakukan untuk memperoleh petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus diobservasi dan dicatat. 3. Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil hasil observasi Penting sekali untuk menetapkan lebih dahulu simbol-simbol statistik atau rumusan-rumusan deskriptif yang akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat watu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa. Banyak orang merasa perlu mencatat catat hasil observasi, tetapi tidak berhasil untuk melakukan itu karena ketiadaan cara pencatatan yang efisien. 4. Adakan dan batasu dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan. Selain mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku yang muncul, seringkali perlu sekali penyelidik mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku 2016 4 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang muncul. Tiap tiap tingkatan gejala perlu dibtasi secara terang. Ini menjadi sangat penting jika pengumpulan data harus dilakukan lebih dari seorang. 5. Adakan observasi secermat-cermatnya dan sekritis-kritisnya. Dengan cara cara mencatat yang sudah disederhanakan, penyelidik dapat mengkonsentrasikan observasinya pada sifat sifat khusus sejak awal. Denga begitu ia akan mendapatkan data yang lebih dapat dipercaya daripada jika ia mengadakan observasi observasi secara tidak teratur dan tergesa-gesa. 6. Catatlah tiap-tiap gejala secara terpisah Dalam mencatat gejala secara kuantitatif, observer perlu mencatat secara terpisah gejala demi gejala. Tidak jarang observer dalam mencatat suatu gejala dipengaruhi oleh pencatatannya pada gejala lain. Misalnya, jika observer melihat subyej yang nampak berpakaian rapi dan berkelakuan sangat sopan, seringkali terpengaruh oleh gejala tersebut untuk mencatat gejala yang lain lagi, misalnya kecakapannya dalam melakukan tugas memeriksa angka-angka. 7. Ketahui baik baik alat-alat pencatatan dan tata caranya mencatat sebelum melakukan observasi Baik alat pencatatan yang dibuat sendiri atau yang diperoleh dari ahli lain, perlu sekali kita melatih diri terlebih dahulu bagaimana menggunakan secara terampil alat pencatatan tersebut. Hal ini khususnya sangat penting jika observasi dijalankan bersama sama dengan orang lain dan alat pencatatan yang digunakan sama, sedang hasil observasi nantinya akan dipadukan, kegagalan satu dua orang observer mungkin sekali akan mengecewakan tim penyelidik, dan yang tidak kurang bahayanya adalah penyelidikan menjadi kurang reliabel dan autentik. Petunjuk Untuk Mengadakan Observasi Ada beberapa macam alat observasi yang dapat dipergunakan dalam situasi-situasi yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya adalah: Catatan anekdot Catatan anekdot merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa. Observer mempunyai kebabasan untuk membuat catatancatatan tentang kelakuan-kelakuan yang dia pandang penting. Kadang-kadang catatan semacam ini tidak dibuat sendiri oleh penyelidik, melainkan oleh orang lain seperti guru, pemimpin organisasi, manajer perusahaan. Ini seringkali digunakan dalam riset yang 2016 5 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diarahkan kepada pemecahan persoalan-persoalan sosial, penentuan hubungan sebab akibat, serta usaha-usaha yang istimewa dari seseorang untuk mencapai cita-ctanya. Menurut prinsipnya, catatan anekdot harus dibuat secepatnya setelah terjadi peristiwa-peristiwa khusus. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadiannya, bukan bagaimana menurut pendapatnya. Jika prinsip ini terpenuhi, dan cukup banyak catatan yangtelah dapat dikumpulkan, observer dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai bentuk-bentuk observasi lain yang sama sederhananya. Akan tetapi, sayangnya observasi anekdot ini memakan waktu. Catatan Berkala Dalam catatan berkala, observer tidak mencatat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anekdot, melainkan hanya pada waktu-waktu berkala. Apa yang dilakukan adalah mengobservasi cara-cara orang bertindak dalam jangka waktu tertentu, kemudian menuliskan kesan-kesan umumnya. Setelah ituobservasi dapat dihentikan untuk kemudian di saat yang lain dapat dimulai lagi dengan cara yang sama seperti sebelumnya.. observasi dengan catatan berkala ini sudah tentu kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan observasi anekdot, karena observer mungkin sekali telah melupakan banyak hal yang sedianya ia rasa akan teringat ketika hendak dicatat pada akhir waktu penyelidikan. Check List Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang hendak diobservasi. Check list dimaksudkan untuk mensistematikan catatan observasi. Dengan check list lebih dapat dijamin bahwa observer mencatat tiap-tiap kejadian yang berapapun kecilnya, dianggap penting dan telah ditetapkan akan diselidiki. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam check list, dan observer tinggal memberikan tanda cek (V) secara cepat dan obyektif tentang ada ridaknya aspekperbuatan yang tercantum dalam list. Jika dipersiapkan secara matang, check list akan mencakup berjenis-jenis tingkah laku yang luas dab dapat dicatat seteliti-telitinya. Dengan meyedian ruangan-ruangan kosong untuk komentas yang dipandang perlu atau berupa kolom kosong untuk menambahkan aspek aspek kelakuan tertentu yang belum termasuk dalam perumusak checklist. Skala Penilaian Check list memang dapat dilakukan dalam tempo yang cepat, memberikan catatan-catatan yang cukup luas dan lengkap, dan menyediakan dasar interpretasi yang seragam utuk observer yang satu dengan observer lainnya. Pada seseorang yang diobservasi dapat 2016 6 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dicatat ada tidakya gejala-gejala tertentu, dan jika observasi dilakukan pada sejumlah besar observee, maka kemudian hasilnya dapat dikerjakan secara statistik. Namun demikian, pencatatan dengan check list adalah pencatatan yang sangat kasar, gejala-gejala hanya dictata ada atau tidak ada. Hal ini sebenarnya agak kurang realistis, karena sebagian ebsar tingkah laku manusia, baik itu berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Skala penilaian adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya. Tidak hanya menjadi alat untuk meringkaskan observasi-observasi yang langsung, tetapi juga untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan subyek menurut tingkatannya masing-masing. Skala penilaian ini pencatatannya sangat mudah, secara relatif menunjukkan keseragaman antara pencatat dan sangat sederhana untuk dianalisa secara statistik. Skala penilaian umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat. Observer diminta untuk mencatat pada tingkatan bagaimana suatu gejala atau ciri tingkah laku muncul. Ada kelemahan yang perlu mendapat perhatian observer: a. Hallo effect b. Efek kemurahan hati c. Efek terbawa Alat-alat Mekanik Perkembangan teknologi memungkinan observer menggunakan fotografi atau gambar bergerak untuk menyelidiki tingkah laku seseorang. Keuntunganya adalah: a. Dapat diputar kembali tiap saat dibutuhkan. b. Dapat diputar lambat lambat untuk memungkinkan analisis yang teliti tentang tingkah laku manusia c. Menyumbang data data yang berharga untuk mengembangkan persoalan penelitian d. Sebagai alat untuk melatih observer untuk memperbaiki kecermatan dan ketelitian observasi Petunjuk Untuk Mengadakan Observasi Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kecermatan observasi adalah: 1. Prasangka-prasangka dan keinginan keinginan observer 2. Terbatasnya panca indera, kemampuan pengamatan dan ingatan manusia 2016 7 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Terbatasnya wilayah pandang, yaitu kenyataan bahwa beberapa kejadian lebih sering timbul dalam perhatian observer dibandingkan dengan kejadian-kejadian lainnya. 4. Kemampuan manusia untuk menangkap hubungan sebab akibat atau kejadan kejadian yang berturut turut tergantung sekali kepada keadaan mental, indera, dan faktor-faktor eksternal pada saat ibservasi 5. Ketangkasan menggunakan alat-alat pencatatan. 6. Kadar ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi 7. Ketepatan alat-alat yang digunakan dalam observasi 8. Pengertian observer tentang gejala gejala yang diobservasi. Interview Petunjuk Untuk Mengadakan Observasi Dalam proses interview, harus terbentuk suasana yang baik antara interviewer dan interviewee. Seorang interviewer harus bersedia mengorbankan sebagian waktu interviewnya untuk menciptakan interaksi ke dalam suatu situasi yang diinginkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Lakukan pembicaran pembicaraan yang bersifat pemanasan sebagai bentuk ramah tamah. 2. Kemukakan tujuan dari penyelidikan dalam bahasa yang muedah dimengerti oleh interviewee dan kemukakan hal tersebut dengan segala kerendahan hati serta sikap yang bersahabat. 3. Kaitkan pokok pokok pembicaraan dengan perhatian interviewee dan tariklah minatnya ke arah pokok pokok persoalan yang akan ditanyakan. 4. Timbulkan suasana bebas sehingga interviewee tidak meras tertekan baik oleh pertanyaan pertanyaan penyelidik maupun oleh suasana di sekitarnya, 5. Interviewer sendiri tidak boleh memperliatkan sikap yang tergesa-gesa, sikap kurang menghargai jawaban, atau sikap kurang percaya. 6. Berikan dorongan kepada interviewee yang dapat menimbulkan perasaan bahwa ia adalah orang yang penting dan diperlukan. ‘ 2016 8 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Melatih kemahiran dan ketangkasan mengajukan pertanyaan-pertanyaan Kemahiran dan ketangkasan mengajukan pertanyaan-pertanyaandan kepandaian memancing jawaban yang adekuat merupakan pusat kegiatan penyelidikan yang menggunakan metode wawancara. Ketangkasan wawancara dapat dilihat dalam berbagai unsur yang terdapat dalam proses wawancara. Unsur-unsur ini perlu mendapat perhatian yang seksama dalam latihan. 1. Pertanyaan-pertanyaan pembukaan. Pada awal interview, pertanyaan-pertanyaan perlu berkaitan pada hal-hal yang netral dan ringan saja. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu berat akan menyebabkan interviewee menarik diri, melawan atau menolak. 2. Gaya bicara. Hindari gaya bicara yang berbelit belit dan berputar. 3. Nada dan irama’gunakan nada dan irama ketika berbicara dengan tepat. Nada bicara menjaga orang untuk selalu sadar dalam proses interview. Nada juga dapat digunakan untuk memberikan tekanan pada bagian-bagian pembicaraan yang penting sehingga meminta perhatian lebih banyak. Irama juga menentukan keberhasilan interview. Irama bicara yang cepat membuat interview merasa memperoleh pertanyaan yang bertubi-tubi. 4. Sikap bertanya. Suasana yang ideal dalam interview tentunya suasana yang akrab, senang dan tidak kaku. Suasana semacam ini dapat terganggu jika: a. Interviewerbersikap menghakimi. b. Interviewer bersikap lebih dekat c. Interviewer bersikap layaknya guru yang sedang mengajar. d. Interviewer bersikap kurang menghargai, kurang percaya, atau berulang kali mencela atau menunjukkan jawaban yang kurang menyenangkan. 5. Melakukan parafrase. Adakalanya, interviewee tidak dapat merumuskan apa yang akan dia ungkapkan secara teratur, runtut dan lengkap. Dalam keadaan ini, interviewer dapat menolong interviewee untuk merumuskan jawabannya dalam kata kata yang lebih jelas dan berarti. Parafrase berbeda dengan membuat kesimpulan. 6. Melakukan probing atau penyelidikan. Probing berarti mengadakan penggalian yang lebih dalam atau menyelidiki secara menyeluruh dan seksama. Seringkali interviewee telah memberikan keterangan yang jelas dan memuaskan. Hanya saja, interviewer berkeinginan menggali lebih dalam lagi alasan-alasan atau dorongan dari suatu sikap, pendapat atau perbuatan yang telah dinyatakan sebelumnya. 7. Melakukan pencatatan. Mencatat hasil tanya jawab merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu interview. Jika keadaan memungkinkan pencatatan dengan 2016 9 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id segera merupakan cara yang terbaik untuk menghindari kesalahan-kesalahan rekaman. Oleh karena itu mengembangkan kecakaapan mencatat on the spot perlu menjadi bagian yang integral dalam proses interviw. 8. Menilai jawaban. Ketelitian pencatatan dan parafrasing sangat tergantung kepada ketetapan penilaian interviewer. Kecakapan menilai jawaban merupakan kunci terakhir dari suksesnya suatu wawancara, oleh karena itu hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah: a. Sikap phenomenologik, artinya kesediaan untuk menanggalkan prasangka, pra anggapan, dan motif subyektif lainnya. b. Sikap fakktual, tidak terkurung oleh jalan pemikirannya sendiri serta tidak menarik kesimpulan tanpa suatu dasar yang obyektif. Menentukan orang orang yang hendak diinterview Menentukan siapa siapa yang akan dijadikan interviewee sebenarnya merupakan persoalan penetapan sampel. Yang perlu diperhatikkan ialan prinsip representatifitas sampel. Dan untuk memperoleh informasi yang cukup reliabel perlu diambil jumlah subyek secukupnya. Selain itu juga perlu dipikirkan adalah tingkatan perkembangan atau keadaan subyek yang hendak diwawancarai. Hal ini menjai perhatian karena interview hars direncanakan sedemikian rupa agar hubungan tanya jawab dapat berjalan lancar. Mengatur tempat dan waktu interview Tempat dan waktu interview hendaknya dirundingkan sebaikbaiknya agar penetapan waktu dan tempat interview tidak terlalu banyak atau menekan keadaan interview. Terkadang untuk mendatangkan beberapa orang yang hendak diinterview memerlukan sosok perantara. Jika hal ini dipandang perlu, ada baiknya jika tokoh perantara itu digunakan baik dengan jalan kontrak pribadi ataupun dengan perantara resmi, surat menyurat misalnya. Membuat Pedoman Interview Pedoman wawancara merupakan hal yang menolong interviewer untuk melakukan proses interview yang sebenarnya. Oleh karena itu, hal ini merupakan perlengkapan yang seharusnya tersedia. Fungsinya adalah: 1. Agar interview mengarah secara pokok, apa apa yang akan ditanyakan. 2016 10 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Menghindarkan kemungkinan lupa beberapa persoalan yang relevan terhadap pokok pokok observasi. 3. Meningkatkan interview sebagai suatu metode yang hasilnya memenuhi prinsip komparabilitas. Pedoman biasanya berupa catatan-catatan garis besar dan singkat tentang apa apa yang akan ditanyakan. Adapun materi yang hendak ditanyakan tergantung pada tujuan interview, juga tergantung pada kedudukan atau fungsi wawancara itu sendiri, sebagai metode primer, alat pelengkap atau sebagai kriteria. Dalam kedudukannya sebagai metode primer, pedoman tentu memuat semua persoalan pokok yang hendak dicari pemecahannya. Pedoman dari wawancara pelengkap harus disesuaikan dengan rencana keseluruhan peelitian, mana mana yang sudah atau direncanakan akan diperoleh dengan metode lain, dan mana persoalan yang harus dilayani dalam wawancara itu. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai kriteria mengecek apa yang sudah diperoleh atau akan diselesaikan dengan metode-metode lainnya perlu dicantumkan dalam pdeoman untuk ditanyakan kembali dalam perumusan wawancara. Untuk menyusun pedoman yang memadai, seorang interviewer harus menguasai dengan betul-betul lapangan interview dan telah mempunyai gambaran yang tegas dan konkret. Tryout Preliminer Pada umumnya, tryout preliminer terhadap pedoman wawancara yang telah disusun sangat diperlukan sebelum digunakan dalam wawancara yang sebenarnya. Pada prinsipnya, maksud tryout pedoman wawancara sama sekali tidak berbeda dengan maksud mengadakan tryout preliminer terhadap kuisioner. Tryout dapat diadakan terhadap sahabat-sahabat karib, teman teman sekelas, atau subsampel yang hendak diwawancarai dan disediakan khusus untuk tryout ini. Catat dengan betul pertanyaan yang biasanya menimbulkan pengertian dan reaksi reaksi negatif. Jika dalam tryout terdapat jawaban-jawaban yang aneh, ada baiknya didiskusikan mengapa sampai muncul jawaban tersebut. Dalam hal ini maksud tryout adalag semata-mata untuk perbaikan teknik dan materi, dan maksut ini harus dapat diperlihatkan dengan terang kepada subyek-subyek tryout. 2016 11 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengecekan terhadap kemantapan dan ketelitian jawaban Interviewer harus selalu memiliki keinginan untuk selalu mengecek kemantapan dan ketelitian jawaban-jawaban yang telah diberikan oleh interviewe. Di sana sini dalam jawaban interviewee selalu ada kesamaran-kesamaran, unsur-unsur yang meragukan, atau hal-hal yang segera memberikan kesan kurang adanya ketelitian. Sumber sumber tersebut sebagian terletak pada interviewer sendiri yang kurang jelas dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan, krang dapat menggunakan kata kata yang sederhana, dan semacamnya. Juga mungkin sekali terletak pada pihak interviewee yang kurang sempurna pendengarannya, kurang dapat merumuskan atau mengutarakan isi hati, kurang memiliki ingatan yang kuat. Mungkin juga adatendensi untuk menyembunyiikan beberapa hal atau blocking pada peristiwa peristiwa yang emosional pada pihak interviewee sehingga informasi yang diberikan mengandung kekurangtelitian. Kemantapan suatu jawaban adalah refleksi dari stabilitas pendapat, perasaan ata sikap respondee terhadap suatu hal sebagaimana ia nyatakan dalam jawaban-jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang berkisar pada hal yang sama. Perhatikan baik baik cara interviewee menyatakan jawabannya, ekspresi muka, nada suara dan sebagainya. Lakukan parafrase dan penyelidikan jika diperlukan. Dan pahami betul bahwa pertanyaan yang diajukan sudah benar-benar dipahami oleh interviewee. Pertanyaan pengecekan jika disampaikan dengan tangkas dan bijaksana jarang sekali menimbulkan salah paham karena keterangan-keterangan yang telah diberikan menimbulkan kesan dipercaya. Pengecekan kembali bahkan justru dapat memberikan kesan yang sebaliknya, hal ini dapat memotivasi interviewee dalam dua arah. Pertama, sebagai pendorong interviewee untuk merasakan petingnya setiap jawaban yang telah diberikan. Kedua, sebagai pendorong kepada interviewee untuk bersikap lebih hati-hati dalam memberikan jawaban-jawaban berikutnya. Oleh karena informasi yang diberikan harus valid dan reliabel, informan harus selalu didorong untuk turut bertanggung jawab terhadap ketelitian dan kemantapan jawabannya. Berilah ia kesempatan untuk menyimpulkan secara singkat apa yang telah ia nyatakan, atau dalam pengecekan ini berilah perumusan secara singkat apa yang telah ia kemukakan dan tanyakan apakah benar begitu yang dia maksud. Ketelitian dan kebenaran informasi juga dapat terganggu oleh ketidakmampuan interviewer memisahkan fakta dan interpretasi dan inferensi. Oki, perlu ditekankan bahwa baik dalam tryout maupun latihan, pewawancara harus belajar memisahkan kedua hal tersebut. 2016 12 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sumber-sumber kesalahan dalam melaporkan hasil wawancara Kesalahan melaporkan hasil suatu wawancara dapat dicari dari sumber sumber sebagai berikut: 1. Error of Recognition adalah kesalahan yang disebabkan oleh karena ingatan interviewer tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Kegagalan ingatan ini bisa jadi disebabkan karena tenggang waktu antara wawancara dengan pelaporannya terlalu panjang, interviewer kurang memberi harga yang secukupnya kepada kejadian-kejadian atau aspek-aspek yang sebenarnya cukup berharga untuk dilaporkan, terlalu dikuasaioleh suatu keingian dsb. Usaha menekan eror ini sampai sekecil-kecilnya dengan melakukan sebab-sebabnya. 2. Error of Omission adalah kesalahan yang terjadi jika banyak hal yang seharusnya dilaporan, dilewatkansaja dan tidak dilaporkan. Semua laporan wawancara dalam praktiknya selalu memngalami kesalahan. Error of omission, terjadi paling sedikit pada wawancara yang tercatat dan terekam, lebih banyak pada wawancara yang dicatat dengan menggunakan kode-kode, lebih banyak lagi pada wawancara yang dicatat biasa. 3. Error of Addition terjadi karena kesalahan penulisan laporan telah terlalu melebihlebihkan atau telah memasak jawaban-jawaban interviewee. Meskipun kesalahan ini jarang terjadi, tetapi pelapor wawancara arus hati-hati bahwa disinipun terdapat celah kesalahan. Janganlah menambah-nambahkan sesuatu jika tidak terdapat dalam interview. Kecenderungan ini dapat dihindari jikapelapor tidak mengenakan logika sendirinya pada logika interviewee. 4. Error of Substitution terjadi jika dalam laporan mengganti apa yang dilupakan dengan kata kata yang memiliki arti yang lain daripada yang dimaksudkan oleh interviewee. Ada baiknya jika hall hal yang khusus atau meragukan diterangkan artinya dan dicatat sebaik baiknya. 5. Error of Transposition kesalahan ini terjadi jika ingatan pelapor tidak mampu mereproduksi keurutan kejadian menurut waktu atau hubungan antara fakta-fakta seperti apa adanya, dan pelapor menuliskan keurutan atau hubungan itu tidak seperti adanya. Eror ini haru diusahakan untuk dhindari sedapat dapatnya dengan cara mencatat kejadian kejadian seteliti telitinya dan meletakkan hubungan fakta fakta pada tempatnya sendiri sendiri sebagaimana diterangkan oleh interviewee. 2016 13 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Hadi, Sutrisno (2015) metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016 14 Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id