28. Persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus yang memperoleh pelayanan a. Apakah ada Peraturan Daerah yang mengatur tentang AMPK? Peraturan yang mengatur tentang AMPK diantaranya 1. Peraturan Daerah nomor 2 Tahun 2006 tentang Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah, sebagaimana tersebut pada Bab IV Jenisjenis Pelayanan Pasal 4 (1) Bahwa Pelayanan di RS berdasarkan klasifikasinya terdiri atas Pusat Pelayanan Terpadu ( PPT ). Bagian kelima tentang PPT Pasal 15 (1) Setiap Pasien Perempuan dan anak korban kekerasan dalam RT dan Kekerasan lainnya mendapatkan pelayanan di PPT sesuai kebutuhan pelayanan Medik, (2) Pelayanan sebagaimana dimaksud mengenai pengenaan tarif disetarakan kelas 3 dan dibebankan pada APBD. (3) Perawatan Pasien selama-lamanya 3 hari. 2. Peraturan Daerah nomor 14 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV AIDS di Kabupaten Malang 3. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan sebagaimana tersebut pada Bab III Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pasal 4 poin a sampai dengan j tentang hak-hak korban 4. Peraturan Bupati Malang nomor 19 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan Kabupaten Malang Layak Anak 90 b. Apakah suara anak didengar dalam penyusunan peraturan daerah tersebut? Dalam proses penyusunan berbagai peraturan diatas tentunya mendapatkan input/masukan dari berbagai lini termasuk diantaranya pendapat anak dan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan anak yang menjadi prioritas untuk ditangani c. Unit kerja mana yang memberikan layanan atau mengintegrasikan layanan bagi AMPK? Unit Kerja yang menangani AMPK diantaranya Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan KB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD), UPPA Polres, Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Kejaksaan, Lembaga Independen seperti P2TP2A, WCC, LP3A, LKP3A, M2C, Panti Rehabilitasi dan Rumah Perlindungan d. Apakah ada mekanisme pelaporan dan pencatatan secara rutin? Mekanisme pelaporan dan pencatatan dilakukan secara berkala yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Terhadap pelaporan dan pencatatan penanganan AMPK dilakukan oleh SKPD terkait yang diformulasikan oleh KP3A sebagai Pokja Gugus Tugas 2. Uraian capaian terhadap mekanisme pelaporan dan pencatatan penanganan AMPK sesuai Standar Pelayanan Minimum bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan sebagaimana dalam cakupan layanan. Berbagai Jenis AMPK Kategori AMPK Anak pengungsi akibat konflik sosial dan bencana alam Jumlah Anak Yang Dilaporkan L . 24 P . 26 Jumlah Anak Yang Dilayani Sesuai SPM Tahun 2012 → 50 Anak ABH (Pelaku, Korban dan Saksi) - Tahun 2012 → … Anak Anak korban eksploitasi ekonomi L.219 P.35 Tahun 2012 → 45 Anak - Tahun 2012 → 15 Anak Anak korban NAPZA Kabupaten Malang Layak Anak Program / Kegiatan Pencegahan dan Penanganan Yang Mendukung Bantuan korban bencana alam (APBN) 28 anak mendapatkan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Pembinaan eks penyandang penyakit sosial (ANJAL) APBD Prov dan APBD Kab - Bimbingan sosial dan bimbingan ketrampilan anak nakal korban NAPZA (APBD Prov) - Sosialisasi pencegahan anak nakal korban NAPZA 91 Anak dengan HIV/AIDS - Tahun 2012 → 15 Anak Anak korban penelantaran L. 10.268 P. 9.314 Tahun 2012 → 50 Anak → 50 Anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) L. 1.316 P.1.103 Tahun 2012 → 20 Anak Kabupaten Malang Layak Anak (APBD Prov) Program Kesejahteraan Sosial Anak (APBN) - Kegiatan pengembangan bakat dan ketrampilan Anak Terlantar (APBD Kab) - Program Kesejahteraan Sosial Anak (APBN) Kegiatan pendayagunaan para penyandang cacat (APBD Kab) 92 29. Persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif (restorative justice) a. Berapa jumlah kasus ABH (anak berkonflik dengan hukum), pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya? Kasus Anak Berhadapan Hukum (ABH) pada tahun Tahun 2011 sebanyak 166 kasus baik anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban yang dinyatakan P-21 sebanyak 130 berkas. Tahun 2012 sebanyak 133 kasus baik anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban yang dinyatakan P-21 sebanyak 61 berkas. Untuk tahun 2013 sampai dengan bulan Februari 2013 sebanyak 51 kasus (2 kasus dicabut) baik anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban yang dinyatakan P-21 sebanyak 41 berkas (Adapun rincian data pendukung ABH) b. Berapa jumlah kasus yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif, pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya? Kasus yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif pada tahun 2011 sebanyak 62 kasus pada tahun 2012 sebanyak 30 kasus sedangkan Untuk tahun 2013 sampai dengan bulan Februari 2013 sebanyak 7 kasus. Dalam menyiapkan generasi penerus bangsa, anak merupakan asset utama. Tumbuh kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik biologis, psikis, sosial, ekonomi, maupun kultural yang menyebabkan tidak terpenuhinya hakhak anak telah disahkan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Untuk memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera (Pasal 3 Undang-undang perlindungan anak). Salah satu bentuk perlindungan yang diberikan pada anak sangat rentan untuk terlibat atau dilibatkan dalam tindak kekerasan atau suatu perbuatan melanggar hukum adalah perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. ABH, melibatkan anak dalam proses hukum melalui suatu peradilan khusus (sistem peradilan formal) berdasarkan undang-undang nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak. Dari sekian banyak kasus yang melibatkan anak, unit PPA Polres Kepanjen tidak semata-mata menyikapinya secara normatif hukum. Upaya-upaya penyelesaian dilakukan demi menjauhkan anak dari peradilan formal hal ini semata-mata untuk kepentingan terbaik anak. Unit PPA Polres kepanjen memiliki mekanisme untuk menerapkan diversi sesuai dengan telegram Kabareskrim tentang penanganan kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku Kabupaten Malang Layak Anak 93 maupun sebagai korban agar setiap penyidik terus berusaha mencari alternatif penyelesaian terbaik bagi kepentingan tumbuh kembang anak serta seoptimal mungkin menjauhkan anak dari proses pengadilan formal. Pemikiran baru mengenai penanganan ABH melalui proses hukum dalam sistem peradilan formal dilakukan oleh alat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, hakim, Departemen Hukum dan HAM (Rutan, Lapas, Bapas) yang dimungkinkan proses hukum tersebut dapat dialihkan dengan penanganan dan pembinaan alternative dengan cara mencari solusi penyelesaian yang terbaik bagi anak sebagai pelaku. Dengan system ini, penyelesaian (proses hukum) masalah ABH dilibatkan juga korban, masyarakat serta orangtua pelaku dan orangtua korban dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi dan rasa adil serta puas bagi semua pihak. c. Apakah tersedia mekanisme untuk menerapkan diversi? Mekanisme untuk menerapkan diversi dengan sebagai upaya antara lain : - Untuk menghindari anak dari penahanan; - Untuk menghindari cap/label anak sebagai penjahat; - Untuk mencegah pengulangan tindak pidana yang dilakukan oleh anak; - Agar anak bertanggung jawab atas perbuatannya; - Untuk melakukan intervensi-intervensi yang diperlukan bagi - korban dan anak tanpa harus melalui proses formal - Menghindari anak mengikuti proses sistem peradilan; - Menjauhkan anak dari pengaruh dan implikasi negatif dari proses peradilan. Program diversi dapat menjadi bentuk restoratif justice jika : - Mendorong anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya; - Memberikan kesempatan bagi anak untuk mengganti kesalahan yang dilakukan dengan berbuat kebaikan bagi si korban; - Memberikan kesempatan bagi si korban untuk ikut serta dalam proses; - Memberikan kesempatan bagi anak untuk dapat mempertahankan hubungan dengan keluarga; - Memberikan kesempatan bagi rekonsiliasi dan penyembuhan dalam masyarakat yang dirugikan oleh tindak pidana d. Apakah ada program diseminasi tentang UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA)? Program Diseminasi tentang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Namun lebih jauh, proses diseminasi juga dapat kita artikan sebagai bentuk perluasan makna dari apa yang kita pahami Kabupaten Malang Layak Anak 94 terhadap suatu objek atau hal tertentu. Hal tersebut dimaksudkan agar pemahaman terhadap suatu objek tersebut dapat lebih komprehensif dan terbuka, sehingga dapat diserap dengan baik, walau dengan pemahaman seseorang yang sangat awam sekalipun Kabupaten Malang Layak Anak 95 30. Adanya mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan kepentingan anak? a. Apakah tersedia mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan kepentingan anak? Sebutkan dan jelaskan mekanismenya! BPBD Kabupaten Malang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana berpedoman pada aturan perundangan yang berlaku yang terfokus pada 3 (tiga) kegiatan yaitu pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dimaksud, BPBD Kabupaten Malang selaku institusi pemangku palaksana penanggulangan bencana, telah menerapkan dan memperhatikan kepentingan anak. Hal ini tampak pada kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana, sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap prabencana a. Pencegahan (pada saat situasi tidak terjadi bencana) Kegiatan yang dilakukan BPBD Kabupaten Malang yang mengikutsertakan anak yaitu : 1) Kegiatan Pena Sekolah (Pengenalan Bencana di Sekolah) Kegiatan Pena Sekolah merupakan kegiatan pengenalan bencana di sekolah, khususnya di tingkat SD dan SMP yang diutamakan pada sekolah-sekolah yang masuk kategori rawan bencana. Materi yang diberikan meliputi jenis-jenis bencana, tanda-tanda terjadinya bencana, cara-cara penyelamatan dan simulasi penyelamatan. 2) Sosialisasi kepada masyarakat luas, termasuk anak-anak di desa-desa rawan bencana Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan pengenalan bencana di masyarakat, yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik tokoh masyarakat, wanita, orang tua, pemuda, maupun anak-anak. Materi yang diberikan meliputi jenis-jenis bencana, tanda-tanda terjadinya bencana, cara-cara penyelamatan dan simulasi penyelamatan. b. Kesiapsiagaan (pada situasi terdapat potensi terjadi bencana) Pada tahap ini, keterlibatan anak-anak dilakukan melalui kegiatan Simulasi Desa Tangguh yang telah dilakukan di Desa Purwodadi dan Desa Pujiharjo Kecamatan Tirtoyudo. Simulasi dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat termasuk relawan yang ada di desa tersebut. Pada Simulasi tersebut, anak-anak SD dilibatkan untuk melihat simulasi, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana. Sedangkan siswa-siswi SMP berperan sebagai pengungsi an korban bencana. Kabupaten Malang Layak Anak 96 Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat utamanya para ibu, orangtua dan anak-anak sebagai kelompok yang rentan terhadap bencana alam yang datang. 2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat Pada saat tanggap darurat, perhatian kepada anak-anak diwujudkan melalui : a. Penyelamatan dan evakuasi korban bencana Dalam kondisi tanggap darurat, penyelamatan dan evakuasi korban terdampak diutamakan pada kelompok rentan yaitu anak-anak, wanita dan orang tua serta warga yang terserang penyakit b. Pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang korban bencana Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang korban bencana, juga diperhatikan untuk kebutuhan anak-anak. Dalam assesment warga yang mengungsi, selalu di klasifikasi jumlah anak-anak sesuai dengan tingkatan umur. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang agar sesuai dengan kondisi dan tingkatan umum pengungsi. Untuk pemenuhan pangan dissesuaikan dengan berapa anak yang masih menyusui, berapa anak yang memerlukan susu formula, anak yang masih makan bubur dan beberapa asupan gizi yan diperlukan. Untuk kebutuhan sandang juga disesuaikan dengan kelompok umur, seperti anak yang masih memerlukan popok bayi, selimut bayi, gendongan bayi dan lain-lain yang tersaji dalam satu paket bantuan bencana berupa kidz ware. Adapun standar yang ditetapkan untuk anak-anak dan bayi sebagi berikut : 1) Perempuan dan anak-anak setidaknya memiliki dua perangkat lengkap pakaian dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, iklim, dan musim. 2) Perempuan dan anak-anak gadis setidaknya memiliki dua perangkat lengkap pakaian dalam dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, iklim, dan musim. 3) Anak sekolah setidaknya memiliki 2 stel seragam sekolah lengkap dengan ukuran yang tepat sesuai jenis kelamin dan jenjang sekolah yang diikuti. 4) Anak sekolah memiliki satu pasang sepatu/alas kaki yang digunakan untuk sekolah. 5) Bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun harus memiliki selimut dengan ukuran 100 X 70 cm. Kabupaten Malang Layak Anak 97 6) Setiap kelompok rentan : bayi, anak usia dibawah lima tahun, anakanak, ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat, orang sakit, dan orang lanjut usia, memiliki pakaian sesuai kebutuhan masing-masing. 3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap ini biasa disebut rehabilitasi dan rekonstruksi. Secara substansi, sasaran rehabilitasi dan rekonstruksi terletak pada 6 (enam) aspek, yaitu aspek kemanusiaan, aspek perumahan dan permukiman, aspek infrastruktur pembangunan, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lintas sektor. Perhatian terhadap anak pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi utamanya dititikberatkan pada aspek berikut : a. Aspek kemanusiaan, yang antara lain terdiri dari sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, keamanan dan ketertiban, partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; Pada aspek ini, anak yang mengalami trauma akibat suatu bencana diberikan pelayanan psikologis untuk menekan sedini mungkin trauma akibat bencana, dengan kegiatan antara lain bermain dan belajar di penampungan sampai dengan pendampingan psikologi apabila setelah kembali ke keluarga (rumah) aspek trauma psikologis belum dapat disembuhkan. Di samping itu, pelayanan pendidikan dan kesehatan terhadap anak saat di penampungan, tetap dipenuhi sesuai dengan standar kebutuhannya. b. Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain terdiri dari perbaikan prasaranan dan sarana umum, pemulihan fungsi pemerintah, pemulihan fungsi pelayanan publik, pembangunan kembali sarana dan prasarana, penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana, Peningkatan fungsi pelayanan publik dan Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat; Pada aspek ini, pembangunan sarana dan prasarana pendidikan sangat di utamakan agar anak-anak bisa sesegera mungkin dapat kembali belajar dengan normal. c. Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan konstruksi sosial dan budaya, pemulihan kearifan dan tradisi masyarakat, pemulihan hubungan antar budaya dan keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; (Adapun foto kegiatan terlampir) Kabupaten Malang Layak Anak 98 b. Bagaimana implementasinya? Sejak kapan diimplementasikan? 1. Capaian kegiatan Pena Sekolah yaitu : a. Tahun 2012 Sosialisasi di adakan di 7 (tujuh) lokasi SD dan 4 (empat) lokasi SMP dengan total siswa sebanyak 822 siswa terdiri dari 622 siswa SD dan 200 siswa SMP b. Tahun 2013 Direncanakan dilakukan pada 11 (sebelas) Kecamatan. Capaian hingga bulan Maret 2013 telah terlaksana di 3 (tiga) Kecamatan pada 6 (enam) lokasi kegiatan, yaitu 3 (tiga) lokasi SD dan 3 (tiga) lokasi SMP, dengan total siswa sebanyak 633 siswa terdiri dari 386 siswa SD dan 247 siswa SMP 2. Capaian kegiatan sosialisasi sebagai berikut : a. Tahun 2012 Dilaksanakan pada 5 (lima) desa yaitu Desa Pujiharjo dan Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo, Desa Sitiarjo dan Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan serta Desa Bantur Kecamatan Bantur. b. Tahun 2013 Dilaksanakan pada 5 (lima) desa yaitu Desa Lebakharjo Kecamatan Ampelgading, Desa Sumberejo Kecamatan Poncokusumo, Desa Sidoasri dan Desa Klepu Kecamatan Sumbermanjing Wetan serta Desa Pait Kecamatan Kasembon. Kabupaten Malang Layak Anak 99 31. Persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk a. Apakah ada program penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak? Sebutkan! Program penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerja sama dengan LSM pemerhati Anak yaitu Program penarikan bentuk pekerjaan terburuk anak antara lain : 1. Program Penarikan Pekerja Anak untuk Usaha Mandiri dengan ( PPAUsaha Mandiri ) ; 2. Program Penarikan Pekerja Anak untuk Pelatihan dan Ketrampilan Anak ; 3. Program Penarikan Pekerja Anak untuk pendidikan yaitu Program Keluarga Harapan ( PPA-PKH ) ; b. Berapa jumlah anak yang ditarik dari tempat-tempat pekerjaan terburuk anak, pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya? Jelaskan. Pada tahun 2011 data pekerja anak sebanyak 165 orang yang terdiri dari sektor formal sejumlah 40 anak dan sektor informal sebanyak 125 anak Pekerja anak yang ditarik dari pekerja terburuk anak sebanyak 20 anak atau 12% dengan melalui proses seleksi minat, bakat, potensi anak dan bagi yang lulus seleksi diberikan pembekalan kewirausahaan lalu diberi bantuan modal serta peralatan kerja sesuai dengan minat, bakat, dan potensi anak antara lain: peralatan potong rambut, jual bakso, gorengan, nasi goring, pangsit mie, kue kering, dsb. Sedangkan pada tahun 2012 data pekerja anak ada peningkatan menjadi 211 orang yang terdiri dari 51 anak di sektor formal dan 160 anak di sektor informal. Pekerja anak yang ditarik dari pekerjaan terburuk anak sebanyak 50 anak dengan melalui proses seleksi minat, bakat, potensi anak bagi yang lulus seleksi diberikan pembekalan kewirausahaan sesuai minat, bakat, dan potensi c. Apakah ada sistem pengawasan untuk penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak? Ada dengan sistem pengawasan terpadu d. Apakah ada program pencegahan agar anak-anak tidak dilibatkan dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk? Program pencegahan anak-anak tidak dilibatkan dalam bentuk pekerjaan terburuk dilakukan dengan melalui: a. Program kunjungan pemeriksaan ke perusahaan di wilayah Kabupaten Malang yang dilakukan pada 70 perusahaan tahun 2010, 80 perusahaan tahun 2011, 100 perusahaan tahun 2012 Kabupaten Malang Layak Anak 100 b. Program dialog interaktif di Radio “Suara Kanjuruhan” pada tahun 2010 sebanyak 40 kali, tahun 2011 sebanyak 40 kali Tahun 2012 sebanyak 40 kali durasi masing-masing 2 jam dengan tema dialog antara lain Pelaksanaan Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan tentang pekerja anak, perlindungan pekerja anak, hak-hak anak. Dengan narasumber unsure perguruan tinggi, LSM pemerhati, dinas dan instansi terkait c. Program kadarkum ketenagakerjaan melalui keluarga sadar hukum ketenagakerjaan dengan narasumber disnakertrans sedangkan peserta dari unsur PKK, kecamatan, dan desa, kepala desa, BPD, LPMD dan tokoh Masyarakat. Adapun jumlah kegiatan kadarkum tersebut Tahun 2010 sebanyak 8 kali kegiatan, 2011 8 kegiatan, dan 2012 8 kali kegiatan d. Pelatihan/pembekalan tehadap anak yang terpaksa harus bekerja dengan jumlah peserta 50 anak dari Kecamatan Singosari, Pakisaji, Kromengan, Tumpang, Tajinan, Kepanjen, Pakis, Lawang, Poncokusumo, Karangploso dan Turen. (Adapun foto kegiatan terlampir) Kabupaten Malang Layak Anak 101