90 28. Persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus

advertisement
28. Persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus yang memperoleh
pelayanan
a. Apakah ada Peraturan Daerah yang mengatur tentang AMPK?
Peraturan yang mengatur tentang AMPK diantaranya
1. Peraturan Daerah nomor 2 Tahun 2006 tentang Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah, sebagaimana tersebut pada Bab IV Jenisjenis Pelayanan Pasal 4 (1) Bahwa Pelayanan di RS berdasarkan
klasifikasinya terdiri atas Pusat Pelayanan Terpadu ( PPT ).
Bagian
kelima tentang PPT Pasal 15 (1) Setiap Pasien Perempuan dan anak
korban kekerasan dalam RT dan Kekerasan lainnya mendapatkan
pelayanan di PPT sesuai kebutuhan pelayanan Medik, (2) Pelayanan
sebagaimana dimaksud mengenai pengenaan tarif disetarakan kelas 3
dan dibebankan pada APBD. (3) Perawatan Pasien selama-lamanya 3
hari.
2. Peraturan Daerah nomor 14 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV
AIDS di Kabupaten Malang
3. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perlindungan Perempuan
dan Anak Korban Kekerasan sebagaimana tersebut pada Bab III Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pasal 4 poin a sampai dengan j tentang
hak-hak korban
4. Peraturan Bupati Malang nomor 19 Tahun 2011 tentang Standar
Pelayanan Minimum (SPM) bidang perlindungan perempuan dan anak
korban kekerasan
Kabupaten Malang Layak Anak
90
b. Apakah suara anak didengar dalam penyusunan peraturan daerah
tersebut?
Dalam proses penyusunan berbagai peraturan diatas tentunya mendapatkan
input/masukan dari berbagai lini termasuk diantaranya pendapat anak dan
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan anak yang menjadi
prioritas untuk ditangani
c. Unit kerja mana yang memberikan layanan atau mengintegrasikan
layanan bagi AMPK?
Unit Kerja yang menangani AMPK diantaranya Dinas Sosial, Dinas Tenaga
Kerja,
Dinas
Kesehatan,
Dinas
Pendidikan,
Kantor
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan KB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD), UPPA Polres,
Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Kejaksaan, Lembaga Independen
seperti P2TP2A, WCC, LP3A, LKP3A, M2C, Panti Rehabilitasi dan Rumah
Perlindungan
d. Apakah ada mekanisme pelaporan dan pencatatan secara rutin?
Mekanisme pelaporan dan pencatatan dilakukan secara berkala yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Terhadap pelaporan dan pencatatan penanganan AMPK dilakukan oleh
SKPD terkait yang diformulasikan oleh KP3A sebagai Pokja Gugus Tugas
2. Uraian
capaian
terhadap
mekanisme
pelaporan
dan
pencatatan
penanganan AMPK sesuai Standar Pelayanan Minimum bidang layanan
terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan sebagaimana dalam
cakupan layanan.
Berbagai Jenis AMPK
Kategori AMPK
Anak pengungsi
akibat konflik sosial
dan bencana alam
Jumlah
Anak
Yang
Dilaporkan
L . 24
P . 26
Jumlah Anak
Yang Dilayani Sesuai
SPM
Tahun 2012 → 50 Anak
ABH (Pelaku,
Korban dan Saksi)
-
Tahun 2012 → … Anak
Anak korban
eksploitasi ekonomi
L.219
P.35
Tahun 2012 → 45 Anak
-
Tahun 2012 → 15 Anak
Anak korban
NAPZA
Kabupaten Malang Layak Anak
Program / Kegiatan
Pencegahan
dan Penanganan Yang
Mendukung
Bantuan korban bencana alam
(APBN)
28 anak mendapatkan Program
Pelayanan dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial
Pembinaan eks penyandang
penyakit
sosial
(ANJAL)
APBD Prov dan APBD Kab
- Bimbingan
sosial
dan
bimbingan ketrampilan anak
nakal
korban
NAPZA
(APBD Prov)
- Sosialisasi pencegahan anak
nakal
korban
NAPZA
91
Anak dengan
HIV/AIDS
-
Tahun 2012 → 15 Anak
Anak korban
penelantaran
L. 10.268
P. 9.314
Tahun 2012 → 50 Anak
→ 50
Anak
Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)
L. 1.316
P.1.103
Tahun 2012 → 20 Anak
Kabupaten Malang Layak Anak
(APBD Prov)
Program Kesejahteraan Sosial
Anak (APBN)
- Kegiatan
pengembangan
bakat dan ketrampilan Anak
Terlantar (APBD Kab)
- Program
Kesejahteraan
Sosial Anak (APBN)
Kegiatan pendayagunaan para
penyandang cacat (APBD Kab)
92
29. Persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diselesaikan
dengan pendekatan keadilan restoratif (restorative justice)
a. Berapa jumlah kasus ABH (anak berkonflik dengan hukum), pada tahun
berjalan dan setahun sebelumnya?
Kasus Anak Berhadapan Hukum (ABH) pada tahun Tahun 2011 sebanyak 166
kasus baik anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban yang dinyatakan P-21
sebanyak 130 berkas. Tahun 2012 sebanyak 133 kasus baik anak sebagai
pelaku dan anak sebagai korban yang dinyatakan P-21 sebanyak 61 berkas.
Untuk tahun 2013 sampai dengan bulan Februari 2013 sebanyak 51 kasus (2
kasus dicabut) baik anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban yang
dinyatakan P-21 sebanyak 41 berkas
(Adapun rincian data pendukung ABH)
b. Berapa jumlah kasus yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan
restoratif, pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya?
Kasus yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif pada tahun
2011 sebanyak 62 kasus pada tahun 2012 sebanyak 30 kasus sedangkan Untuk
tahun 2013 sampai dengan bulan Februari 2013 sebanyak 7 kasus. Dalam
menyiapkan generasi penerus bangsa, anak merupakan asset utama. Tumbuh
kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik biologis, psikis,
sosial, ekonomi, maupun kultural yang menyebabkan tidak terpenuhinya hakhak anak telah disahkan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak. Untuk memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak anak
untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera (Pasal 3 Undang-undang perlindungan anak).
Salah satu bentuk perlindungan yang diberikan pada anak sangat rentan untuk
terlibat atau dilibatkan dalam tindak kekerasan atau suatu perbuatan melanggar
hukum adalah perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum. ABH, melibatkan anak dalam proses hukum melalui suatu peradilan
khusus (sistem peradilan formal) berdasarkan undang-undang nomor 3 Tahun
1997 tentang pengadilan anak.
Dari sekian banyak kasus yang melibatkan anak, unit PPA Polres Kepanjen
tidak semata-mata menyikapinya secara normatif
hukum. Upaya-upaya
penyelesaian dilakukan demi menjauhkan anak dari peradilan formal hal ini
semata-mata untuk kepentingan terbaik anak. Unit PPA Polres kepanjen
memiliki mekanisme untuk menerapkan diversi sesuai dengan telegram
Kabareskrim tentang penanganan kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku
Kabupaten Malang Layak Anak
93
maupun sebagai korban agar setiap penyidik terus berusaha mencari alternatif
penyelesaian terbaik bagi kepentingan tumbuh kembang anak serta seoptimal
mungkin menjauhkan anak dari proses pengadilan formal.
Pemikiran baru mengenai penanganan ABH melalui proses hukum dalam sistem
peradilan formal dilakukan oleh alat penegak hukum seperti kepolisian,
kejaksaan, hakim, Departemen Hukum dan HAM (Rutan, Lapas, Bapas) yang
dimungkinkan proses hukum tersebut dapat dialihkan dengan penanganan dan
pembinaan alternative dengan cara mencari solusi penyelesaian yang terbaik
bagi anak sebagai pelaku. Dengan system ini, penyelesaian (proses hukum)
masalah ABH dilibatkan juga korban, masyarakat serta orangtua pelaku dan
orangtua korban dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi dan rasa
adil serta puas bagi semua pihak.
c. Apakah tersedia mekanisme untuk menerapkan diversi?
Mekanisme untuk menerapkan diversi dengan sebagai upaya antara lain :
-
Untuk menghindari anak dari penahanan;
-
Untuk menghindari cap/label anak sebagai penjahat;
-
Untuk mencegah pengulangan tindak pidana yang dilakukan oleh anak;
-
Agar anak bertanggung jawab atas perbuatannya;
-
Untuk melakukan intervensi-intervensi yang diperlukan bagi
-
korban dan anak tanpa harus melalui proses formal
-
Menghindari anak mengikuti proses sistem peradilan;
-
Menjauhkan anak dari pengaruh dan implikasi negatif dari proses peradilan.
Program diversi dapat menjadi bentuk restoratif justice jika :
-
Mendorong anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya;
-
Memberikan kesempatan bagi anak untuk mengganti kesalahan yang
dilakukan dengan berbuat kebaikan bagi si korban;
-
Memberikan kesempatan bagi si korban untuk ikut serta dalam proses;
-
Memberikan kesempatan bagi anak untuk dapat mempertahankan hubungan
dengan keluarga;
-
Memberikan kesempatan bagi rekonsiliasi dan penyembuhan dalam
masyarakat yang dirugikan oleh tindak pidana
d. Apakah ada program diseminasi tentang UU No.11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA)?
Program Diseminasi tentang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
sistem peradilan anak ditujukan kepada kelompok target atau individu agar
mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya
memanfaatkan informasi tersebut. Namun lebih jauh, proses diseminasi juga
dapat kita artikan sebagai bentuk perluasan makna dari apa yang kita pahami
Kabupaten Malang Layak Anak
94
terhadap suatu objek atau hal tertentu. Hal tersebut dimaksudkan agar
pemahaman terhadap suatu objek tersebut dapat lebih komprehensif dan
terbuka, sehingga dapat diserap dengan baik, walau dengan pemahaman
seseorang yang sangat awam sekalipun
Kabupaten Malang Layak Anak
95
30. Adanya
mekanisme
penanggulangan
bencana
yang
memperhatikan
kepentingan anak?
a. Apakah
tersedia
mekanisme
penanggulangan
bencana
yang
memperhatikan kepentingan anak? Sebutkan dan jelaskan mekanismenya!
BPBD Kabupaten Malang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
berpedoman pada aturan perundangan yang berlaku yang terfokus pada 3 (tiga)
kegiatan yaitu pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana dimaksud, BPBD Kabupaten
Malang selaku institusi pemangku palaksana penanggulangan bencana, telah
menerapkan dan memperhatikan kepentingan anak. Hal ini tampak pada
kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana, sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap prabencana
a. Pencegahan (pada saat situasi tidak terjadi bencana)
Kegiatan yang dilakukan BPBD Kabupaten Malang yang mengikutsertakan
anak yaitu :
1) Kegiatan Pena Sekolah (Pengenalan Bencana di Sekolah)
Kegiatan Pena Sekolah merupakan kegiatan pengenalan bencana di
sekolah, khususnya di tingkat SD dan SMP yang diutamakan pada
sekolah-sekolah yang masuk kategori rawan bencana. Materi yang
diberikan meliputi jenis-jenis bencana, tanda-tanda terjadinya bencana,
cara-cara penyelamatan dan simulasi penyelamatan.
2) Sosialisasi kepada masyarakat luas, termasuk anak-anak di desa-desa
rawan bencana
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan pengenalan bencana di
masyarakat, yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik tokoh
masyarakat, wanita, orang tua, pemuda, maupun anak-anak. Materi
yang diberikan meliputi jenis-jenis bencana, tanda-tanda terjadinya
bencana, cara-cara penyelamatan dan simulasi penyelamatan.
b. Kesiapsiagaan (pada situasi terdapat potensi terjadi bencana)
Pada tahap ini, keterlibatan anak-anak dilakukan melalui kegiatan Simulasi
Desa Tangguh yang telah dilakukan di Desa Purwodadi dan Desa Pujiharjo
Kecamatan Tirtoyudo. Simulasi dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat
termasuk relawan yang ada di desa tersebut.
Pada Simulasi tersebut, anak-anak SD dilibatkan untuk melihat simulasi,
sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana.
Sedangkan siswa-siswi SMP berperan sebagai pengungsi an korban
bencana.
Kabupaten Malang Layak Anak
96
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
utamanya para ibu, orangtua dan anak-anak sebagai kelompok yang rentan
terhadap bencana alam yang datang.
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
Pada saat tanggap darurat, perhatian kepada anak-anak diwujudkan melalui :
a. Penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Dalam kondisi tanggap darurat, penyelamatan dan evakuasi korban
terdampak diutamakan pada kelompok rentan yaitu anak-anak, wanita dan
orang tua serta warga yang terserang penyakit
b. Pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang korban bencana
Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang korban bencana, juga
diperhatikan untuk kebutuhan anak-anak. Dalam assesment warga yang
mengungsi, selalu di klasifikasi jumlah anak-anak sesuai dengan tingkatan
umur. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang
agar sesuai dengan kondisi dan tingkatan umum pengungsi. Untuk
pemenuhan pangan dissesuaikan dengan berapa anak yang masih
menyusui, berapa anak yang memerlukan susu formula, anak yang masih
makan bubur dan beberapa asupan gizi yan diperlukan.
Untuk kebutuhan sandang juga disesuaikan dengan kelompok umur,
seperti anak yang masih memerlukan popok bayi, selimut bayi, gendongan
bayi dan lain-lain yang tersaji dalam satu paket bantuan bencana berupa
kidz ware.
Adapun standar yang ditetapkan untuk anak-anak dan bayi sebagi berikut :
1) Perempuan dan anak-anak setidaknya memiliki dua perangkat lengkap
pakaian dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, iklim, dan musim.
2) Perempuan dan anak-anak gadis setidaknya memiliki dua perangkat
lengkap pakaian dalam dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, iklim,
dan musim.
3) Anak sekolah setidaknya memiliki 2 stel seragam sekolah lengkap
dengan ukuran yang tepat sesuai jenis kelamin dan jenjang sekolah
yang diikuti.
4) Anak sekolah memiliki satu pasang sepatu/alas kaki yang digunakan
untuk sekolah.
5) Bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun harus memiliki selimut
dengan ukuran 100 X 70 cm.
Kabupaten Malang Layak Anak
97
6) Setiap kelompok rentan : bayi, anak usia dibawah lima tahun, anakanak, ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat, orang sakit, dan
orang lanjut usia, memiliki pakaian sesuai kebutuhan masing-masing.
3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap ini biasa disebut
rehabilitasi dan rekonstruksi. Secara substansi, sasaran rehabilitasi dan
rekonstruksi terletak pada 6 (enam) aspek, yaitu aspek kemanusiaan, aspek
perumahan dan permukiman, aspek infrastruktur pembangunan, aspek
ekonomi, aspek sosial dan aspek lintas sektor.
Perhatian terhadap anak pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi utamanya
dititikberatkan pada aspek berikut :
a. Aspek kemanusiaan, yang antara lain terdiri dari sosial psikologis,
pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi
konflik, keamanan dan ketertiban, partisipasi dan peran serta lembaga dan
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; Pada aspek ini,
anak yang mengalami trauma akibat suatu bencana diberikan pelayanan
psikologis untuk menekan sedini mungkin trauma akibat bencana, dengan
kegiatan antara lain bermain dan belajar di penampungan sampai dengan
pendampingan psikologi apabila setelah kembali ke keluarga (rumah)
aspek trauma psikologis belum dapat disembuhkan. Di samping itu,
pelayanan
pendidikan
dan
kesehatan
terhadap
anak
saat
di
penampungan, tetap dipenuhi sesuai dengan standar kebutuhannya.
b. Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain terdiri dari perbaikan
prasaranan dan sarana umum, pemulihan fungsi pemerintah, pemulihan
fungsi pelayanan publik, pembangunan kembali sarana dan prasarana,
penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana, Peningkatan fungsi pelayanan publik dan
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat; Pada aspek ini,
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan sangat di utamakan agar
anak-anak bisa sesegera mungkin dapat kembali belajar dengan normal.
c. Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan konstruksi sosial dan
budaya, pemulihan kearifan dan tradisi masyarakat, pemulihan hubungan
antar budaya dan keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan sosial
budaya masyarakat;
(Adapun foto kegiatan terlampir)
Kabupaten Malang Layak Anak
98
b. Bagaimana implementasinya? Sejak kapan diimplementasikan?
1. Capaian kegiatan Pena Sekolah yaitu :
a. Tahun 2012
Sosialisasi di adakan di 7 (tujuh) lokasi SD dan 4 (empat) lokasi SMP
dengan total siswa sebanyak 822 siswa terdiri dari 622 siswa SD dan 200
siswa SMP
b. Tahun 2013
Direncanakan dilakukan pada 11 (sebelas) Kecamatan.
Capaian hingga bulan Maret 2013 telah terlaksana di 3 (tiga) Kecamatan
pada 6 (enam) lokasi kegiatan, yaitu 3 (tiga) lokasi SD dan 3 (tiga) lokasi
SMP, dengan total siswa sebanyak 633 siswa terdiri dari 386 siswa SD
dan 247 siswa SMP
2. Capaian kegiatan sosialisasi sebagai berikut :
a. Tahun 2012
Dilaksanakan pada 5 (lima) desa yaitu Desa Pujiharjo dan Desa
Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo, Desa Sitiarjo dan Desa Tambakrejo
Kecamatan Sumbermanjing Wetan serta Desa Bantur Kecamatan
Bantur.
b. Tahun 2013
Dilaksanakan pada 5 (lima) desa yaitu Desa Lebakharjo Kecamatan
Ampelgading,
Desa
Sumberejo
Kecamatan
Poncokusumo,
Desa
Sidoasri dan Desa Klepu Kecamatan Sumbermanjing Wetan serta Desa
Pait Kecamatan Kasembon.
Kabupaten Malang Layak Anak
99
31. Persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk
a. Apakah ada program penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk
anak? Sebutkan!
Program penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak yang telah
dilakukan Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi bekerja sama dengan LSM pemerhati Anak yaitu Program
penarikan bentuk pekerjaan terburuk anak antara lain :
1. Program Penarikan Pekerja Anak untuk Usaha Mandiri dengan ( PPAUsaha Mandiri ) ;
2. Program Penarikan Pekerja Anak untuk Pelatihan dan Ketrampilan Anak ;
3. Program Penarikan Pekerja Anak untuk pendidikan yaitu Program Keluarga
Harapan ( PPA-PKH ) ;
b. Berapa jumlah anak yang ditarik dari tempat-tempat pekerjaan terburuk
anak, pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya? Jelaskan.
Pada tahun 2011 data pekerja anak sebanyak 165 orang yang terdiri dari sektor
formal sejumlah 40 anak dan sektor informal sebanyak 125 anak
Pekerja anak yang ditarik dari pekerja terburuk anak sebanyak 20 anak atau
12% dengan melalui proses seleksi minat, bakat, potensi anak dan bagi yang
lulus seleksi diberikan pembekalan kewirausahaan lalu diberi bantuan modal
serta peralatan kerja sesuai dengan minat, bakat, dan potensi anak antara lain:
peralatan potong rambut, jual bakso, gorengan, nasi goring, pangsit mie, kue
kering, dsb.
Sedangkan pada tahun 2012 data pekerja anak ada peningkatan menjadi 211
orang yang terdiri dari 51 anak di sektor formal dan 160 anak di sektor informal.
Pekerja anak yang ditarik dari pekerjaan terburuk anak sebanyak 50 anak
dengan melalui proses seleksi minat, bakat, potensi anak bagi yang lulus seleksi
diberikan pembekalan kewirausahaan sesuai minat, bakat, dan potensi
c. Apakah ada sistem pengawasan untuk penghapusan bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk anak?
Ada dengan sistem pengawasan terpadu
d. Apakah ada program pencegahan agar anak-anak tidak dilibatkan dalam
bentuk-bentuk pekerjaan terburuk?
Program pencegahan anak-anak tidak dilibatkan dalam bentuk pekerjaan
terburuk dilakukan dengan melalui:
a. Program kunjungan pemeriksaan ke perusahaan di wilayah Kabupaten
Malang yang dilakukan pada 70 perusahaan tahun 2010, 80 perusahaan
tahun 2011, 100 perusahaan tahun 2012
Kabupaten Malang Layak Anak
100
b. Program dialog interaktif di Radio “Suara Kanjuruhan” pada tahun 2010
sebanyak 40 kali, tahun 2011 sebanyak 40 kali Tahun 2012 sebanyak 40 kali
durasi masing-masing 2 jam dengan tema dialog antara lain Pelaksanaan
Peraturan
Perundangan
Ketenagakerjaan
tentang
pekerja
anak,
perlindungan pekerja anak, hak-hak anak. Dengan narasumber unsure
perguruan tinggi, LSM pemerhati, dinas dan instansi terkait
c. Program
kadarkum
ketenagakerjaan
melalui
keluarga
sadar
hukum
ketenagakerjaan dengan narasumber disnakertrans sedangkan peserta dari
unsur PKK, kecamatan, dan desa, kepala desa, BPD, LPMD dan tokoh
Masyarakat. Adapun jumlah kegiatan kadarkum tersebut Tahun 2010
sebanyak 8 kali kegiatan, 2011 8 kegiatan, dan 2012 8 kali kegiatan
d. Pelatihan/pembekalan tehadap anak yang terpaksa harus bekerja dengan
jumlah peserta 50 anak dari Kecamatan Singosari, Pakisaji, Kromengan,
Tumpang, Tajinan, Kepanjen, Pakis, Lawang, Poncokusumo, Karangploso
dan Turen.
(Adapun foto kegiatan terlampir)
Kabupaten Malang Layak Anak
101
Download