GAMBARAN PERTUMBUHAN DAN

advertisement
1
GAMBARAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BALITA PEDAGANG PASAR DWIKORA PARLUASAN
DI KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2012
Romilly Purba1, Evawany Y Aritonang2, Ernawati Nasution2
1
2
Alumni Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
Dosen Pengajar pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
Abstract
Children under five years is as the golden period and as good time to make
optimal growth. The growth of children under five years of traditional sellers in
Dwikora Parluasan market was frequently neglected because their parents seldom
took their children to Integrated Health Care Unit.
This research is intended to describe the growth and development of the
children in Dwikora market Pematang Siantar city in 2012. This was descriptive
research using cross sectional design. Sample taken was done with purposive
sampling. The criteria was with the permission of the parents.
The results of research showed that the growth of the children based on the
weight for height index in Dwikora market Pematang Siantar city in 2012 was mostly
normal. However, some babies were thin, very thin, fat and very fat. The growth
based on the weight for age index, mostly were normal even though some with less
weight and with problem in their growth. The growth based on the height for age and
weight for age were mostly normal. However, some children were short and very
short. The development of the children in Dwikora market was good even though
some with problem compared to other normal children.
Based on the results of research, it is suggested to health providers to give
counseling and guidance regarding the importance of the growth and development of
the children. The availability of Integrated Health Care Unit is expected in Dwikora
market such as what can be found in Horas market Pematang Siantar.
Key words : Growth, Development, Children Under Five Years of Traditional
Sellers
menjadikan anak yang berkualitas, cerdas,
bertanggung jawab dan berdaya guna bagi
nusa dan bangsa.
Gangguan pertumbuhan merupakan
salah satu masalah kesehatan yang paling
banyak di temukan pada anak-anak di
negara yang sedang berkembang (Hadi,
2004). Gangguan pertumbuhan anak di
bawah lima tahun (Balita) merupakan
indikator kemiskinan (Siswono, 2002).
Dalam Millenium Development Goals
(MDGs)2000, para pemimpin dunia
sepakat bahwa proporsi anak balita kurang
gizi atau anak dengan berat badan rendah
PENDAHULUAN
Pemantauan tumbuh kembang balita
merupakan serangkaian kegiatan yang
sifatnya berkelanjutan antara lain berupa
pemenuhan kebutuhan dasar anak akan
kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan
kesehatan, kecukupan gizi, pemberian
stimulasi dini tumbuh kembang dan
pendidikan baik di rumah maupun di luar
rumah. Pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang dilaksanakan
secara tepat dan terarah menjamin tumbuh
kembang anak lebih optimal yang
1
2
merupakan
salah
satu
indikator
kemiskinan.
Berdasarkan model yang telah dikaji
UNICEF,
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu
penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung, yakni penyebab langsung yang
mempengaruhi status gizi individu yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi dan
keduanya saling mempengaruhi. Sebagai
contoh, bayi yang tidak mendapat ASI
dan makanan pendamping ASI yang
kurang tepat memiliki daya tahan yang
rendah sehingga mudah terserang infeksi.
Dan sebaliknya infeksi seperti diare dan
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
mengakibatkan asupan zat gizi tidak dapt
diserap tubuh dengan baik.
Faktor penyebab tidak langsung
adalah sanitasi dan penyediaan air bersih,
kebiasaan cuci tangan dengan sabun,
buang air besar di jamban, tidak merokok
di dalam rumah, sirkulasi udara dan
ventilasi pencahayaan sinar matahari
langsung ke dalam rumah. Selanjutnya
ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan
dan pola asuh dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan
dan
tingkat
kesehatan
keluarga.(Dep.Kes RI,2011)
Kurang energi dan protein (KEP)
pada anak masih menjadi masalah gizi dan
kesehatan
masyarakat
Indonesia.
Berdasarkan riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2010 dinyatakan,
sebanyak 13,0% anak berstatus gizi
kurang dan 4,9% anak berstatus gizi
buruk. Data yang sama menunjukkan
7,3% anak kurus, 6,0% anak sangat kurus
dan 17,1% anak memiliki kategori pendek
dan 18,5% anak memiliki kategori sangat
pendek di Indonesia. (Kemenkes. RI,
2011)
Berdasarkan hasil pemantauan status
gizi Propinsi Sumatera Utara tahun 2009,
bahwa rata-rata anak balita dengan berat
badan sangat kurang (BBSK) sebanyak
4,21% dan berat badan kurang (BBK)
sebanyak 16,22% , sedangkan
berat
badan lebih (BBL) / kemungkinan
mempunyai
masalah
pertumbuhan
sebanyak 2,95%. (Dinkes Propinsi Sumut,
2010)
Dalam
upaya
mengatasi
permasalahan gizi buruk dan gizi kurang
pada balita, kementerian kesehatan telah
menetapkan kebijakan yang komprehensif
meliputi pencegahan, promosi/edukasi dan
penanggulangan balita gizi buruk. Salah
satu upaya pencegahan gizi kurang
maupun gizi buruk adalah dilaksanakan
melalui pemantauan pertumbuhan di
Posyandu.(Kemenkes. RI, 2011)
Sejalan dengan upaya pemantauan
pertumbuhan
balita,
dalam
upaya
pelaksanaan rencana strategi, Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada
tahun 2009 telah melakukan kegiatan
pelatihan training of trainer (TOT)
pemantauan
pertumbuhan
dan
perkembangan
balita
untuk
tiap
kabupaten/kota
dengan
harapan
pemantauan
pertumbuhan
dan
perkembangan
balita
dapat
lebih
maksimal dilakukan oleh tenaga kesehatan
di tiap-tiap kabupaten/kota. (Dinkes
Propinsi Sumut, 2010)
Berdasarkan pedoman pelatihan
deteksi dini tumbuh kembang balita, ada 3
jenis deteksi dini tumbuh kembang yaitu :
deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,
deteksi dini penyimpangan perkembangan
dan deteksi dini penyimpangan mental
emosional. Deteksi dini penyimpangan
perkembangan
dilakukan
dengan
menggunakan kuesioner pra skrining
perkembangan (KPSP) dengan beberapa
komponen meliputi : perkembangan
kemampuan gerak kasar,dan gerak halus,
kemampuan
bicara
dan
bahasa,
kemampuan sosialisasi dan kemandirian
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
perkembangan anak normal atau adanya
penyimpangan pada perkembangan anak
Hasil penelitian yang dilakukan
Yanti,S (2009) menyatakan bahwa ada
kecenderungan dengan semakin baiknya
pola asuh anak, maka proporsi gizi baik
pada anak juga semakin besar. Begitu juga
3
terhadap balita bawah garis merah
(BGM), dimana bila balita dengan BGM
tidak mendapatkan perhatian khusus dari
keluarga, dapat mengakibatkan status gizi
balita tersebut semakin menurun.
Tingkat konsumsi pangan anak
balita dipengaruhi oleh persediaan pangan
keluarga. daya beli atau pendapatan
keluarga yang memadai untuk memenuhi
biaya hidup merupakan salah satu kunci
ketahanan pangan keluarga. Keadaan
ekonomi keluarga
dan pola alokasi
pendapatan
menentukan daya beli
keluarga terhadap pangan. (Soekirman,
2000)
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Martinus,T.dkk (2010) yang
dilakukan di desa tertinggal Kecamatan
Pintupohan Meranti Kabupaten Toba
Samosir
menggambarkan
tingkat
ketahanan pangan keluarga berada dalam
kategori rawan dan tingkat konsumsi
energi dan protein keluarga kategori
kurang / defisit dan persentase kasus gizi
kurang termasuk tinggi.
Berg,A (1986) mengatakan bahwa
orang tua yang bekerja seharian tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk
memperhatikan makanan anak yang sesuai
dengan kebutuhan dan kecukupan serta
kurang perhatian dan pengasuhan kepada
anak. Pengaruh orang tua sebagai “guru “
pada anak memiliki porsi terbesar di
lingkungannya, sehingga perkembangan
anak agar tetap baik dan normal harus
mendapatkan pelajaran dari orang tua
yang memiliki pengetahuan baik.
Pasar
Dwikora
Parluasan
merupakan salah satu pasar yang berada di
tengah Kota Pematang Siantar, dengan
kegiatan perdagangan meliputi dagangan
sembako, sayur mayor, rempah-rempah
serta barang pecah belah. Pedagang Pasar
Dwikora Parluasan memulai kegiatan
perdagangan yang dibuka pada pukul
04.00WIB (pagi) dan ditutup pada pukul
19.00 WIB (pukul 7 malam), namun
pedagang terkadang harus berangkat
malam hari pukul 11.00 WIB, bahkan ada
yang pukul 03 dini hari untuk membeli
bahan yang akan dijual.
Berdasarkan survey awal peneliti di
Pasar Dwikora Parluasan di kota
Pematang Siantar, menunjukkan bahwa
sebahagian besar pedagang bekerja
seharian di pasar yang memungkinkan
pedagang sebagai orang tua sangat sedikit
memberikan perhatian kepada anakanaknya dan rata-rata pedagang tersebut
berpendidikan rendah. Pantauan akan
status gizi dan perkembangan anak-anak
kadang terabaikan, hal ini disebabkan
pedagang sebagai orang tua jarang
membawakan anak-anaknya ke Posyandu.
Kegiatan Posyandu merupakan salah satu
upaya pencegahan gizi kurang maupun
gizi buruk yang dilaksanakan melalui
pemantauan
pertumbuhan,
dimana
pertumbuhan
merupakan
indikator
memperlihatkan semakin buruknya atau
atau semakin baiknya keadaan gizi
seorang anak.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
merasa tertarik mengetahui bagaimana
gambaran
pertumbuhan
dan
perkembangan balita pedagang
Pasar
Dwikora Parluasan di Kota Pematang
Siantar Tahun 2012.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah “ Bagaimana
gambaran
pertumbuhan
dan
perkembangan balita pedagang Pasar
Dwikora Parluasan di Kota Pematang
Siantar Tahun 2012? ”
Tujuan Penelitian adalah untuk
mengetahui gambaran pertumbuhan dan
perkembangan balita pedagang Pasar
Dwikora Pematang Siantar Tahun 2012.
Penelitian ini bermanfaat sebagai
masukan bagi pedagang yang mempunyai
balita yang bekerja di Pasar Dwikora
Parluasan di Kota Pematang Siantar
Tahun
2012
untuk
mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak
balitanya dan sebagai masukan bagi
instansi pemerintah Kota Pematang
Siantar, khususnya Dinas Kesehatan
4
dalam upaya perbaikan
peningkatan
pelayanan
keluarga.
gizi dan
kesehatan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian bersifat deskiptif
dengan
desain
penelitian
secara
Crossectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh balita yang orangtuanya
(baik ibu, atau ayah maupun keduanya)
bekerja sebagai pedagang Pasar Dwikora
Parluasan di Kota Pematang Siantar
Tahun 2012 yang waktu mulai bekerja
secara bervariasi. Jumlah (besar sampel)
adalah 100 balita dan cara pengambilan
Sampel dilakukan dengan cara Purposive
sampling dengan kriteria :
Balita yang orangtuanya mengijinkan
anaknya untuk dijadikan sampel penelitian
(pengukuran).
Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data Primer diperoleh dengan
cara
pengukuran,
wawancara
dan
pengamatan langsung kepada balita dan
yang mengasuh meliputi :
1. Karakteristik balita (Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Berat Badan (BB),
Tinggi Badan (TB).
2. Karakteristik Ibu/ pengasuh (Nama
Ibu/Pengasuh, Pendidikan, Lamanya
pengasuhan, serta alamat)
3. Data Pertumbuhan dengan cara
penilaian status gizi balita diperoleh
dengan cara hasil Berat Badan (BB)
dan pengukuran Tinggi Badan (TB)
kemudian
dikonversikan
dengan
Standart WHO 2005/WHO MGRS
melalui WHO Antro.
4. Data perkembangan balita (KPSP)
meliputi kemampuan gerak kasar,
gerak halus, kemampuan bicara dan
bahasa, kemampuan sosialisasi dan
kemandirian.
Data Sekunder meliputi data
demografi Pasar Dwikora Parluasan di
Kota Pematang Siantar Tahun 2012 yang
diperoleh dari Dinas Pasar dan Kebersihan
Kota Pematang Siantar.
Data
balita
yang
telah
dikumpulkan kemudian ditabulasi dan di
analisa secara deskriptif dengan membuat
tabel distribusi frekwensi terhadap
variabel-variabel yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Pertumbuhan Balita
Pedagang Pasar Dwikora Parluasan
Pematang Siantar Tahun 2012.
Pertumbuhan anak dapat ditentukan
dengan status gizi, karena pertumbuhan
berkaitan erat dengan status gizi. Status
gizi anak pada penelitian ini ditentukan
dengan standart terbaru yaitu baku
rujukan WHO 2005/WHO MGRS dengan
indeks berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur atau panjang
badan menurut umur (TB/U atau PB/U)
dan berat badan menurut tinggi badan atau
berat badan menurut panjang badan
(BB/TB atau BB/PB). Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Pertumbuhan balita pedagang
Pasar Dwikora Pematang Siantar
Tahun 2012
Indeks
BB / U
Kategori
Berat Badan
Sangat Kurang
Berat Badan
Kurang
Normal
Masalah
Pertumbuhan
Total
Jlh Anak
0
%
0,0
9
9,0
87
87,0
4
4,0
100
100,0
PB/U
Sangat Pendek
3
3,0
atau
Pendek
18
18,0
TB/U
Normal
Gangguan
Pertumbuhan
79
79,0
0
0,0
100
100,0
1
1,0
Total
Sangat Kurus
BB/TB
Kurus
5
5,0
atau
Normal
81
81,0
BB/PB
Resiko Gemuk
10
10,0
0
0,0
3
100
3,0
Gemuk
Sangat Gemuk
Total
100,0
5
Berdasarkan tabel 1 diketahui
bahwa dengan indeks BB/U, sebahagian
besar pertumbuhan balita pedagang Pasar
Dwikora Pematang Siantar tahun 2012
adalah kategori normal sebanyak 87%,
namun masih ada juga yang balita dengan
berat badan kurang sebanyak 9 % dan
balita yang kemungkinan mengalami
masalah pertumbuhan sebanyak 4%.
Mengingat karakteristik
berat
badan yang sensitif tersebut, maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat
ini.
Balita
yang
kemungkinan
mengalami
masalah
pertumbuhan sebaiknya diperiksakan
lebih lanjut pada BB/TB atau BB/PB atau
IMT/U untuk mengetahui apakah benar
balita tersebut mengalami permasalahan
dalam pertumbuhan.
Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan kepada pengasuh balita yang
memiliki balita dengan berat badan
kurang ternyata, pola pangan yang
dilakukan kepada balita dengan cara
memberikan jajanan yang sering disajikan
atau lewat pada saat berdagang sehingga
ketika tiba jadwal makan, anak sudah
kenyang dan makan utama sering
terabaikan.
Hal
ini
menyebabkan
kurangnya kebutuhan akan kecukupan gizi
pada balita yang dapat menyebabkan berat
badan balita menjadi berkurang.
Berdasarkan indeks PB/U atau
TB/U, sebahagian besar pertumbuhan
balita pedagang Pasar Dwikora Pematang
Siantar tahun 2012
adalah kategori
normal sebanyak 79 %, namun masih ada
juga yang balita yang pendek 18 % dan
balita sangat pendek 3 %. Indikator TB/U
atau PB/U memberikan indikasi masalah
gizi masa lampau yang bersifat kronis
sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya : kemiskinan,
perilaku hidup sehat dan pola asuh/
pemberian makanan yang kurang baik dari
sejak dilahirkan yang mengakibatkan anak
menjadi pendek (Kemenkes RI,2010).
Berdasarkan wawancara, beberapa
ibu ada membawa anaknya pada pukul
03.00 WIB dini hari ke pasar yang
membuat
pola tidur
anak menjadi
terganggu. Pola tidur yang kurang baik
akan berakibat pada pertumbuhan balita
yang kurang baik pula. Praktek
care/pengasuhan yang diberikan dalam
pengasuhan memegang peranan penting
dalam penentuan status gizi waktu lampau
maupun sekarang.
Berdasarkan indeks BB/TB atau
BB/PB, sebahagian besar pertumbuhan
balita pedagang Pasar Dwikora Pematang
Siantar tahun 2012
adalah kategori
normal sebanyak 81 %, namun masih ada
juga yang balita yang kurus 5 %, sangat
kurus 1 % sedangkan balita resiko gemuk
10 % dan balita sangat gemuk 3 %.
Seperti yang diketahui berat badan
memiliki hubungan linear dengan tinggi
badan.
Selain faktor genetika, faktor
lingkungan seperti perilaku makan juga
memegang peranan penting/ besar
pengaruhnya terhadap terjadinya obesitas.
Pola makan yang ditanamkan oleh
orangtua kepada anak-anaknya dapat
memicu terjadinya kegemukan pada anakanak.(Mustofa,A,2010)
Dari hasil penelitian yang dilakukan
ternyata masih ada perilaku ibu yang
kurang baik dalam pemberian makan
kepada balita yaitu dengan mendahulukan
pemberikan susu sebelum jadwal makan
utama, bahkan frekwensi 5 atau 6 kali
dengan setiap pemberian 250 ml kepada
balita usia 42 bulan yang sudah bukan
bayi lagi.
Faktor lingkungan seperti sanitasi
lingkungan
maupun
higieni
besar
pengaruhnya terhadap terjadinya status
gizi anak. Dari hasil penelitian yang
dilakukan masih ada perilaku ibu yang
kurang menjaga kebersihan balita. Hal ini
terlihat dengan masih ada ibu yang kurang
rajin menggunting kuku balita, dimana
balita bermain lalu makan dengan tangan
yang berkuku panjang dan hitam serta
6
jarangnya memberikan balita di atas 2
tahun untuk minum obat cacing yang
dapat menyebabkan anak menjadi kurus
dan sangat kurus.
Dan berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada ibu sebagai pengasuh
langsung, ternyata ada beberapa balita
yang tidak diberikan ASI eksklusif bahkan
tidak diberi ASI sejak lahir namun
diberikan susu formula.
Sesuai dengan studi-studi pada
beberapa negara berkembang yang
mengungkapkan bahwa penyebab utama
terjadinya gizi kurang dan hambatan
pertumbuhan pada balita berkaitan dengan
rendahnya pemberian ASI dan buruknya
praktek pemberian makanan pendamping
ASI(Shrimton,2001)
Sementara,
Michael
telah
melakukan penelitian dan membuktikan
bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif
menunjukkan perkembangan sosial dan
kognitif yang lebih baik dari bayi yang
diberi susu formula (Dep.Kes RI, 2011)
2. Gambaran Perkembangan Balita
Pedagang Pasar Dwikora Parluasan
Pematang Siantar
Masa balita merupakan masa yang
tergolong rawan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional,
dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan
landasan
perkembangan
selanjutnya.
Perkembangan
balita
pedagang pasar Dwikora dapat dilihat
pada tabel berikut ini .
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Perkembangan Balita Pedagang
Pasar Dwikora Pematang Siantar
Tahun 2012
Perkembangan
n
%
Normal
6
65
Meragukan
65,0
3
35
35,0
Adanya Penyimpangan
0
0,0
1
Jumlah
100
100,0
Dari tabel 2 diketahui bahwa
sebahagian besar perkembangan balita
pedagang Pasar Dwikora Pematang
Siantar dengan kategori Normal sebanyak
65 orang (65%) dan perkembangan yang
meragukan sebanyak 35 orang (35 %).
Perkembangan
merupakan
serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses
pematangan dan pengalaman yang berarti
peningkatan kemampuan seseorang dan
juga suatu proses integrasi dari banyak
struktur dan fungsi yang kompleks.
Pengaruh
pola
asuh
orang
tua/pengasuh mempunyai dampak besar
pada kehidupan anak di kemudian hari.
Kualitas pengasuhan yang diberikan
memengaruhi
perkembangan
anak.
Kualitas pengasuhan yang diberikan
terkait erat dengan pengetahuan dan
perilaku pengasuhan kepada balita. Hal ini
berkaitan
dengan
kearifan
dalam
memberikan perhatian atau kualitas
pengasuhan yang diberikan cukup baik
sehingga dapat membentuk karaktristik
anak dengan baik.
Anak yang selalu distimulasi dan di
deteksi lebih dini maka perkembangan
anak tersebut dapat dipantau dengan baik.
Untuk menstimulasi dan mendeteksi
tersebut diperlukan pengetahuan yang
cukup baik dari seorang ibu ataupun
pengasuh anak yang berasal dari
pendidikan formal maupun non formal.
3. Gambaran Perkembangan Balita
Berdasarkan Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan anak berkaitan erat
dengan perkembangan yang dialami oleh
setiap anak. Meskipun pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai arti yang
berbeda,
namun
keduanya
saling
mempengaruhi satu sama lain dan berjalan
simultan. Pertumbuhan/ pertambahan
ukuran fisik yang baik akan disertai
dengan perkembangan / pertambahan
kemampuan anak yang baik pula.
Gambaran
perkembangan
balita
berdasarkan pertumbuhan balita pedagang
7
Pasar Dwikora Pematang Siantar tahun
2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Tabulasi
Silang Perkembangan
Berdasarkan
Pertumbuhan
(BB/U) Balita Pedagang Pasar
Dwikora Pematang Siantar Tahun
2012
Perkembangan
Indeks
(BB/U)
Normal
Meragukan
Adanya
Penyim
pangan
n
%
n
% n
BB
Sangat
Kurang
0
0,0
0
BB Kurang
6
66,7
Normal
Masalah
Pertumbuhan
57
2
%
Jumlah
n
%
0,0 0 0,0
0
0,0
3 33,3 0 0,0
9
100,0
65,5 30 34,5 0 0,0
87
100,0
4
100,0
50,0
2 50,0 0 0,0
Berdasarkan tabel 3 diketahui
bahwa Pertumbuhan menurut BB/U, dari
87 anak yang pertumbuhan normal
ternyata memiliki perkembangan normal
57 orang ( 65,5% ) dan namun ada juga
perkembangan yang meragukan sebanyak
30 orang (34,5%). Hal ini menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan yang
cukup baik, namun bila tidak dipantau
terus menerus dapat mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang
menurun. Dari hasil penelitian yang
dilakukan masih ada balita dengan berat
badan kurang.
Jellife
(1966)
telah
memperkenalkan
indeks
untuk
mengidentifikasi status gizi yaitu BB/TB
atau BB/PB, merupakan indeks yang
independen
terhadap
umur
yang
menggambarkan status gizi saat ini.
Dalam keadaan normal, perkembangan
berat badan akan searah dengan
pertambahan /pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu.
Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan diketahui bahwa pola pangan
yang dilakukan kepada balita dengan cara
memberikan jajanan yang sering disajikan
atau lewat pada saat berdagang sehingga
ketika tiba jadwal makan, anak sudah
kenyang dan makan utama sering
terabaikan dan menyebabkan kurangnya
kebutuhan akan kecukupan gizi pada
balita yang dapat menyebabkan berat
badan balita menjadi berkurang.
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Martinus,T dkk (2010), yang
dilakukan di desa tertinggal Kecamatan
Pintupohan Meranti Kabupaten Toba
Samosir
menggambarkan
tingkat
ketahanan pangan keluarga berada dalam
kategori rawan dan tingkat konsumsi
energi dan protein keluarga kategori
kurang / defisit dan persentase kasus gizi
kurang termasuk tinggi.
Tabel 4. Tabulasi Silang Perkembangan
Berdasarkan
Pertumbuhan
(PB/U atau TB/U) Balita
Pedagang
Pasar
Dwikora
Pematang Siantar Tahun 2012
Perkembangan
Indeks
(PB/U
atau
TB/U)
Normal
n
Meragukan
n
%
n
0,0
0
0,0
3 100,0
50,0
9 50,0
0
0,0 18 100,0
53
67,1
26 32,9
0
0,0 79 100,0
0
0,0
0
0,0
Sangat
Pendek
3 100,0
0
Pendek
9
Normal
Gangguan.
Pertumbuhan
Jumlah
%
%
n
Adanya
penyimpa
ngan
0
0,0
%
0 100,0
Dari tabel 4 diketahui berdasarkan
Pertumbuhan (TB/U atau PB/U)diketahui
bahwa dari 3 balita dengan kategori
sangat pendek ternyata juga memiliki
perkembangan
normal
(100%).
Berdasarkan analisa data diketahui balita
tersebut diasuh oleh ibunya langsung. Dari
18 anak dengan kategori pendek juga
memiliki perkembangan normal 9 orang
(50%)
dan
perkembangan
yang
meragukan 9 orang (50%). Hal ini sejalan
dengan (Effendi, 2002) yang mengatakan
bahwa
Dukungan
sosial
untuk
pertumbuhan anak juga datang dari
keluarga sebagai lingkungan terdekat
8
anak, dimana dukungan keluarga penting
untuk menentukan kualitas ibu dalam
mengasuh anaknya dan juga kualitas ayah
dalam memberikan izin ibu membawa
anaknya ke Posyandu, atau ayah yang
turut membawa anaknya ke Posyandu.
Tabel 5. Tabulasi Silang Perkembangan
Berdasarkan Pertumbuhan (BB/TB atau
BB/PB) Balita Pedagang Pasar Dwikora
Pematang Siantar Tahun 2012
Perkembangan
Indeks
(BB/TB
atau
BB/PB)
Normal
n
%
Meragukan
n
%
Adanya
penyim
pangan
Jum la h
n
%
n
%
1 100,0
0
0,0
1
100,0
Sangat
Kurus
0
0,0
Kurus
2
40,0
3
60,0
0
0,0
5
100,0
Normal 54
66,7
7
33,3
0
0,0 81
100,0
Resiko
Gemuk
Sangat
Gemuk
9
90,0
1
10,0
0
0,0 10
100,0
0
0,0
3 100,0
0
0,0
100,0
3
Berdasarkan tabel 5 diketahui
bahwa Pertumbuhan menurut BB/TB atau
BB/PB, dari 1 balita sangat kurus ternyata
juga memiliki perkembangan yang
meragukan (100 %). Dari 3 balita sangat
gemuk
ternyata
juga
memiliki
perkembangan meragukan (100%).
Hasil pengamatan ketika melakukan
penelitian, ternyata ada beberapa balita
yang diasuh oleh ibu mengalami penyakit
infeksi namun tetap dibawa ke pasar. Dan
menurut wawancara yang dilakukan
kepada ibu balita tersebut ternyata balita
tersebut ketika lahir memiliki berat badan
lahir rendah (BBLR). Balita yang
mengalami
perkembangan
yang
meragukan tersebut, sebaiknya dibawa
kembali untuk di deteksi tepat pada usia
yang sesuai dengan penentuan KPSP.
Oleh karena itu perlunya pemantauan
perkembangan yang disesuaikan menurut
usia anak. Dalam penelitian ini,
melakukan deteksi dini penyimpangan
tumbuh kembang artinya melakukan
skrining atau mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang
balita dengan kuesioner pra skrining
perkembangan ( KPSP ) yang terdiri
dari kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian. (Dep.Kes RI, 2005)
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan, sebahagian besar balita
pedagang Pasar Dwikora Pematang
Siantar
tahun
2012
memiliki
perkembangan normal. Oleh karena itu
perlu adanya stimulasi dan deteksi yang
berkesinambungan dalam wadah Bina
Keluarga
bahagia
(BKB),
maka
perkembangan anak tersebut dapat
dipantau
dengan
baik.
Untuk
menstimulasi dan mendeteksi tersebut
diperlukan pengetahuan yang cukup baik
dari seorang ibu ataupun pengasuh anak
yang berasal dari pendidikan formal
maupun non formal yang dapat diperoleh
di BKB tersebut.
Hasil penelitian Maulidia (2009),
di desa Tulaan Kecamatan Gunung
Meriah
Kabupaten
Aceh
Singkil
menunjukkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 36 – 59 bulan
pada peserta kelompok bina keluarga
balita (BKB) lebih baik bila dibandingkan
dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak usia 36 – 59 bulan yang bukan
peserta kelompok bina keluarga balita
(BKB).
Sejalan dengan itu, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Novita, S (2009)
di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai
menunjukkan bahwa sebahagian besar
balita yang memiliki perkembangan
normal lebih banyak pada ibu balita yang
menerima materi penyuluhan dengan
lengkap. Dan sebahagian besar balita yang
memiliki pertumbuhan normal, lebih
banyak pada ibu balita yang menerima
materi penyuluhan dengan lengkap.
Namun
masih ditemukan balita
dengan perkembangan yang meragukan
pada balita. Balita yang mengalami
9
perkembangan yang meragukan tersebut,
sebaiknya dibawa kembali untuk di
deteksi tepat pada usia yang sesuai dengan
penentuan KPSP.
Oleh karena itu
perlunya pemantauan perkembangan yang
disesuaikan
menurut
usia
anak.
Berdasarkan
pengamatan
ketika
melakukan penelitian, ada beberapa balita
yang diasuh oleh ibu mengalami penyakit
infeksi (diare), namun tetap dibawa ke
pasar. Dan menurut wawancara yang
dilakukan kepada ibu balita tersebut
ternyata balita tersebut ketika lahir
memiliki berat badan lahir rendah
(BBLR). Salah satu penghambat potensi
anak adalah pengaruh pola asuh yang
tidak berorientasi pada perkembangan
anak yang biasa terjadi pada anak usia
bawah lima tahun.
Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan kepada ibu maupun pengasuh
balita yang kurang memahami arti
perkembangan balita dan sangat jarang
melakukan stimulasi bahkan tidak pernah
mendeteksi perkembangan anak asuhnya.
Anak yang sering terkena infeksi dan gizi
kurang mengalami tumbuh kembang yang
akan mempengaruhi tingkat kesehatan,
kecerdasan dan produktifitas di masa
dewasa. Oleh karena itu diharapkan
penyuluhan
tentang
pentingnya
pertumbuhan dan perkembangan balita
dalam upaya peningkatan pengetahuan
dan perilaku pedagang yang memiliki
balita di Pasar Dwikora Pematang Siantar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan balita berdasarkan indeks
BB/U, bahwa sebahagian besar balita
pedagang Pasar Dwikora Pematang
Siantar tahun 2012
memiliki
pertumbuhan normal meskipun masih
ada balita dengan berat badan kurang 9
% dan balita yang mengalami masalah
pertumbuhan 4 %.
2. Pertumbuhan berdasarkan indeks PB/U
atau TB/U, bahwa sebahagian besar
balita pedagang Pasar Dwikora
Pematang Siantar tahun 2012 memiliki
pertumbuhan normal, namun masih ada
juga yang balita yang pendek 18 % dan
balita sangat pendek 3 %.
3. Pertumbuhan
berdasarkan
indeks
BB/TB atau BB/PB , bahwa
sebahagian besar balita pedagang Pasar
Dwikora Pematang Siantar tahun 2012
memiliki
pertumbuhan
normal,
meskipun masih ada balita yang sangat
kurus 1 %,
kurus 5 %, balita
resiko gemuk 10 % dan balita sangat
gemuk 3 %.
4. Sebahagian besar balita pedagang Pasar
Dwikora Pematang Siantar mengalami
perkembangan normal yaitu 65 %,
namun masih ada perkembangan balita
yang meragukan 35 %. Oleh karena itu
balita tersebut perlu mendapatkan
stimulasi dini dalam upaya peningkatan
perkembangan balita pedagang pasar
Dwikora Pematang Siantar tahun 2012.
Saran
1. Perlunya
penyuluhan
tentang
pentingnya
pertumbuhan
dan
perkembangan balita dalam upaya
peningkatan pengetahuan dan perilaku
pedagang yang memiliki balita di Pasar
Dwikora Pematang Siantar.
2. Dalam upaya peningkatan keaktifan ibu
membawa anaknya ke Posyandu
dengan tidak mengganggu pekerjaan
sebagai
pedagang,
diharapkan
tersedianya kegiatan Posyandu di Pasar
Dwikora Pematang Siantar seperti yang
telah ada di Pasar Horas Pematang
Siantar.
3. Perlunya dibentuk wadah yang disebut
Bina Keluarga Balita (BKB) di Pasar
Dwikora Pematang Siantar, yang saat
ini digalakkan oleh Dinas BKKBN
dalam upaya melakukan stimulasi dan
deteksi dini perkembangan balita.
10
Berg, A. 1986 Peranan Gizi dalam
Pembangunan
Nasional.
CV
Rajawali, Jakarta.
Martinus,T. dkk (2010) Gambaran
ketahanan pangan keluarga dan
status gizi anak Balita di desa
tertinggal Kecamatan Pintupohan
Meranti Kabupaten Toba Samosir.
Dep.Kes RI , 2005. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak.
Mustofa,A,2010. Solusi ampuh mengatasi
Obesitas. Cetakan kedua.Hanggar
Kreator Yokyakarta.
______, 2005. Modul Pelatihan Fasilitator
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Bekerjasama dengan UKK
Tumbuh Kembang IDAI.
Novita,S (2009). Hubungan Kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB) dan
tumbuh kembang balita di
Kelurahan Simpang Tetap Darul
Ichsan Kecamatan Dumai Barat
kota Dumai tahun 2009.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2010.
Laporan PSG Kadarzi Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2009.Jurnal
Gizi Sumatera Utara. Edisi II
Oktober 2010
Shrimpton,2001. World Timing of Growth
Faltering
Implication
for
Nutritional
Intervention.
Pediatries,107:87. Dalam WHO
2003 Comutity Based Strategies
for Breastfeeding Promotion and
Support in Developing Countries.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy.
N.
2002.
Dasar-dasar
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. Penerbit ECG
Kedokteran.
Hadi. H. 2004. Dengan ASI dan vitamin A
anak tumbuh lebih sehat. Medika
UGM, Yokyakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2010. Hasil
Riset Kesehatan Dasar. Badan
Penelitian dan pengembangan
Jakarta.
______,2011. Modul Pelatihan Penilaian
Pertumbuhan Anak. Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak.
______,2011. Pedoman Pelayanan Anak
Gizi Buruk.
Maulidia (2009). Pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 36 – 59
pada kelompok bina keluarga
Balita (BKB) dan kelompok non
bina keluarga Balita di desa Tulaan
Kecamatan
Gunung
Meriah
Kabupaten Aceh Singkil.
Siswono,
2002.
Pedoman
Umum
Penanganan
Daerah
Rawan
pangan. Badan Ketahanan pangan
Departemen Pertanian Jakarta.
Soekirman, 2000. Ilmu gizi dan
aplikasinya untuk keluarga dan
Masyarakat Dir.Jen Pendidikan
Tinggi Depdiknas, Jakarta.
Yanti,S (2009) Gambaran Pola Asuh dan
Sosial ekonomi di keluarga Balita
bawah garis merah ( BGM ) di
Puskesmas Buhit dan Puskesmas
Harian Kabupaten Samosir.
Download