Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya

advertisement
68
Chotimah, dkk / Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya Organik Bulk Heterojunction
Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan Phenyl C61 butyric Acid Methylester
Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya
Organik Bulk Heterojunction Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan
Phenyl C61 butyric Acid Methylester
Chotimah1, Kuwat Triyana1 dan Indriyana Kartini2
1)
Jurusan Fisika FMIPA UGM, Sekip Utara BLS 21 Yogyakarta, 55281
Jurusan Kimia FMIPA UGM, Sekip Utara BLS 21 Yogyakarta, 55281
[email protected]
2)
Abstrak – Sel surya organik dengan struktur bulk-heterojunction (BHJ) berbasis bahan polimer P3HT (poli (3hexylthio phene Massal-) dan PCBM (fenil C61butyric asam methylester) telah dibuat dengan menggunakan pelarut
chlorobenzena. Dibandingkan dengan, divais multi-lapis, struktur BHJ lebih menguntungkan. Pertama, terdapat
banyak antarmuka donor / akseptor dalam lapisan organik, sehingga juga ada banyak tempat disosiasi atau pemisahan
exciton. Kondisi ini memungkinkan bahan yang bersifat donor untuk mentransfer muatan negatif segera ke bahan
akseptor. Kedua, divais BHJ biasanya dibuat dengan menggunakan teknik spin-coating yang rendah biaya serta mudah
dalam preparsinya. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menemukan informasi tentang efisiensi konversi daya sel
surya tersebut sebagai fungsi dari intensitas cahaya. Untuk maksud tersebut, digunakan substrat kaca berlapis ITO
sekaligus berperan sebagai anoda. Lapisan tipis dari campuran P3HT dan PCBM dideposisikan pada substrat yang
diikuti oleh pengeringan dengan dan tanpa anil. Sebagai hasilnya, kami menemukan bahwa divais yang diannealing
menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan yang tanpa dianil. Semua divais menunjukkan peningkatan
PCE dengan naiknya intensitas cahaya yang dipaparkan. Hal ini mungkin karena berhubungan dengan banyaknya
foton yang diserap oleh lapisan organik. Untuk divais yang dianil, rapat arus maksimum dibawah pencahayaan 100
mW/cm2 adalah sekitar 4,3 A/cm2, dan tegangan rangkaian terbuka 0,84 V sehingga menghasilkan efisiensi konversi
daya (PCE) sekitar 0,81%.
Kata kunci: Intensitas cahaya, efisiensi konversi daya , sel surya organik, P3HT, PCBM,
Abstract – Bulk-heterojunction (BHJ) organic solar sells based on P3HT (poly(3-hexylthio phene) and PCBM (phenyl
C61butyric acid methylester) polymer have been fabricated by using chlorobenzena solvent. Compared to the multilayers one, the bulk-heterojunction type has many advantages. First, there are many interfaces donor/acceptor in entire
orgnaic layer of the BHJ devices, so that there are many exciton dissociation sites. This condition allows the material
having donor character to transfer negative charge immediately to the acceptor. Second, the BHJ devices are usually
fabricated by using low cost spin-coating technique. The aim of this researh is to find the information about power
conversion efficiency of such devices as a function of light intensity. for this purposes, substrat from ITO-coated glasses
were used as anode. The blend of P3HT and PCBM films were deposited on the substrates followed by being dried with
and without annealing. As a result, we found that the devieces with annealing show better performance compared to
the without one. All devices show increase in PCE under increasing the light intensity. It may be related to the number
of photons that absorbed by the organic layers. For the annealed ones, the maximum current density under
illumination of 100 mW/cm2 is around 4.3 A/cm2, open circuit voltage is 0.84 V resulting the power conversion
efficiency (PCE) 0.81 %.
Key words: Light intensity, power conversion efficiency, organic solar cell,P3HT, PCBM
I. PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan secara
intensif sel surya dengan bahan semikonduktor organik
atau yang dikenal dengan sel surya organik (SSO) [1].
Kelebihan SSO diantaranya memungkinkan adanya
rekayasan hingga level molekuler dan sintesis bahan
semikonduktor organik juga tidak terbatas, bahkan dapat
diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan yang dapat dibudidayakan. Ekstraks forpirin alam dari miko-alga telah
terbukti punya potensi sebagai bahan terbarukan bukan
hanya sebagai bahan aktif sel surya organic, tetapi juga
untuk fotodetektor organik [2].
Penelitian SSO jenis lain yang sedang dikembangkan
adalah divais bulk heterojunction (BHJ) berbasis poly(3hexylthiophene (P3HT) dan phenyl C61 butyric acid
methylester (PCBM). Tipe BHJ menjadi pilihan karena
bahan aktif polimer yang berperan sebagai donor dan
akseptor langsung dalam satu blend. Beberapa penelitian
yang berkaitan dengan preparasi material aktifnya telah
banyak dilakukan, diantaranya pengaruh variasi
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
Chotimah, dkk / Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya Organik Bulk Heterojunction
Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan Phenyl C61 butyric Acid Methylester
pemberian pelarut dan annealing [3], ketebalan bahan
aktif yang sesuai [4] dan juga kinerja sel terhadap
kondisi ruangan [5]. Bervariasinya hasil penelitian, juga
diagnosis adanya pengaruh morfologi lapisan
tipisnya[6].
Sebagai negara tropis dengan matahari yang bersinar
hampir sepanjang tahun (kecuali pada saat
musimpenghujan), cahaya yang dipancarkannya
mempunyai peluang kemanfaatan yang tinggi. Dengan
solar sel, cahaya matahari dapat dikonversi menjadi
tenaga listrik. Cahaya matahari yang sampai ke bumi
besarnya bervariasi, selain karena perubahan posisi juga
adanya awan atau mendung yang menghalani sampainya
sinar matahari ke permukaan bumi.
Dalam makalah ini dibahas karakterisasi arus
tegangan dengan variasi daya sumber cahaya pada sel
surya yang dibuat dengan dua macam metode
pengeringan yaitu dengan desikator dan melalui
ennealing termal.
II. LANDASAN TEORI
A. Konsep konversi foton-arus listrik pada Divais BHJ
Pengetahuan tentang bagaimana mekanisme fisis
perjalanan cahaya (foton) dikonversi menjadi arus listrik
sangat penting dalam merancang suatu divais dan
pemilihan material. Mekanisme fisis konversi foton
menjadi arus listrik melalui tahap-tahap berikut [7]: (1)
Serapan foton.: foton yang mengenai divais haruslah
diserap secara maksimal, sehingga material yang
digunakan harus transparan dan mempunyai koefisien
refleksi sangat kecil. (2) Pembentukan exiton : Eksiton
terbentuk pada bahan aktif SSO setelah menyerap foton.
(3) Difusi dan migrasi exiton : exiton yang terbentuk
akan bergerak sepanjang material melalui difusi dan
melakukan migrasi. (4) Disosiasi exiton : exiton akan
berdisosiasi menjadi pasangan hole dan elektron. (5)
Transport muatan : elektron dan hole yang telah
terdisosiasi akan bergerak menuju elektroda (logam)
yang sesuai. Elekktron akan menuju elektroda yang
mempunyai fungsi kerja yang lebih rendah dan hole
menuju elektroda dengan fungsi kerja yang lebih tinggi.
(6) Pengumpulan muatan : elektron dan hole yang dapat
mencapai elektroda akan menimbulkan arus foto.
Keenam proses tersebut selain merupakan proses
pembentukan arus foto yang menimbulkan adanya arus
listrik dalam peranti sel surya, juga merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi besar kecilnya efisiensi sel
surya organik.
Mekanisme (1) Serapan foton, menuntut pemilihan
salah satu elektroda yang mengapit bahan aktif sel surya
memiliki kemampuan menyerap foton agar mencapai
bahan aktif sebanyak-banyaknya. Solusi yang diterapkan
adalah pemilihan elektroda logam yang bersifat
transparan. Elektroda berupa Indium Tin Oxide (ITO)
yang didisposisi pada substrat kaca merupakan pilihan
yang sangat sesuai.
Mekanisma (2-4) pembentukan exiton, difusi, migrasi
exiton dan disosiasi exiton terjadi pada bahan aktif SSO.
69
Bahan aktif SSO adalah merupakan bahan yang
mempunyai watak sebagai donor (D) dan akseptor (A).
Material D ketika mendapatkan energi foton akan
mengalami eksitasi, keadaan ini dikenal dengan
terbentuknya eksiton. Eksiton merupakan pasangan
tarik-menarik antara elektron dan hole. Eksiton setelah
terbentuk, akan berdifusi sepanjang material aktif.
Panjang difusi eksiton yang pendek pada
semikonduktor organik membatasi foto aktivitas hanya
pada dimensi 10 – 20 nm yang merupakan panjang
difusi khas eksiton dalam polimer terkonjugasi [8]. Agar
eksiton dapat berdifusi dengan cepat, maka antar muka
antara material D dan A harus sangat banyak. Hal ini
hanya bisa diupayakan bila antara D dan A langsung
dicampur atau dibelnd yang lebih dikena dengan
struktur BHJ. Dalam gerak difusinya, eksiton
diupayakan untuk berdisosiasi menjadi pasangan
elektron dan hole yang merupakan modal untuk konversi
energi dari serapan foton. Pada daerah disosiasi
elektron dan hole yang telah terpisah bebas bergerak
atau bergerak lalu terperangkap.
Proses yang berlawanan dengan disosiasi, yaitu
rekombinasi, dimana elektron dan hole yang telah
terpisah bergabung kembali sebagai eksiton terjadi
karena medan listrik sangat lemah sehingga tidak
mampu memisahkan gaya tarik elektrostatis. Untuk
meminimalisir masalah ini, umumnya dipilih kombinasi
bahan D yang mempunyai potensial ionisasi rendah dan
bahan A dengan afinitas elektron tinggi.
Mekanisme berikutnya (5-6) adalah transpot dan
pengumpulan muatan. Elektron dan hole yang dihasilkan
dari proses disosiasi harus diupayakan menuju elektroda
agar dapat menimbulkan arus foto. Lokasi terjadinya
disosiasi sangat penting untuk pembangkitan arus foto.
Elektron dan hole mempunyai mobilitas yang berbeda
dalam material. Sangat mugkin terjadi elektron maupun
hole terperangkap sehingga tidak bebas bergerak.
Kejadian terperangkapnya
pembawa muatan baik
permanen maupun temporal sangat mengurangi efisiensi
transport pembawa muatan. Resiko semakin besar jika
jarak tempuhnya semakin jauh, sehingga divais berupa
lapis tipis lebih menguntungkan, namun dari segi
serapan optik yang berbanding terbalik dengan
ketebalan, lapisan tipis kurang baik, sehingga kedua efek
ini dapat saling menghilangkan. Pembawa muatan yang
mengalami rekombinasi selama dalam perjalanan tidak
akan memberikan kontribusi terjadinya arus foto.
Kebolehjadian elektron dan hole mencapai elektroda
berkaitan dengan potensial penghalang pada antar
muka antara material organik dan logam dan besarnya
tergantung pada geometri, topologi dan bentuk
antarmuka. Masalah ini biasanya diatasi dengan memilih
elektroda yang sesuai dengan level Fermi material
organik yang digunakan.
B. Divais BHJ berbasis P3HT : PCBM
Untuk meningkatkan meningkatkan konversi foton
membentuk eksiton dan terdisosiasi menjadi electron
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
70
Chotimah, dkk / Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya Organik Bulk Heterojunction
Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan Phenyl C61 butyric Acid Methylester
dan hole, dipilih material D dan A yang mempunyai
tingkat energi High Occupied Molecular Orbital
(HOMO) dan Lowest Unoccupied molecular Orbital
(LUMO) yang sesuai. Pemilihan P3HT dan PCBM yang
masing-masing mempunyai HOMO 3 eV dan 4 eV
memudahkan transfer elektron dari P3HT ke PCBM,
sebagaimana ilustrasi pada Gambar 1.
Divais SSO jenis BHJ berbasis P3HT dan PCBM,
secara umum ditunjukkan pada Gambar 2. Sebagai
buffer atau exiton blocking layer digunakan bahan
PEDOT : PSS yang disisipkan diantara substrat ITO dan
bahan aktif PCBM:P3HT.
adalah nilai maksimum tegangan SSO yang dapat
diperoleh.
Jm dan Vm adalah rapat arus dan tegangan pada saat
daya output SSO maksimum yang nilainya ditentukan
menggunakan relasi daya output (P=I*V) pada saat
maksimum.
Gambar 3. Kurva I-V sel surya dan perhitungan efisiensinya.
Gambar 1. Tingkat tenaga molekular P3HT dan PCBM [8].
Untuk menghitung efisiensi konversi daya (power
conversion efficiency, PCE) SSO digunakan persamaan
1 sebagai berikut:
PCE =
Gambar 2. Rancangan divais SSO berbasis P3HT : PCBM (A)
tanpa exiton blocking layer dan (B) dengan exiton
blocking layer berupa PEDOT:PSSC.
C. Karakteristik arus-tegangan SSO
Untuk mengetahui kinerja SSO, dilakukan
karakterisasi dengan melakukan pengukuran I-V pada
keadaan gelap maupun terang. Tegangan yang diberikan
merupakan tegangan “reverse bias” . Dari kurva I-V
yang dibuat, dapat dilihat besarnya arus saat hubungan
pendek ( short current) Isc, tegangan terbuka (open
circuit) Voc, “fill factor” (FF) dan efisiensi sel surya SSO
individual. Untuk mengetahui kestabilan fisikanya,
dilakukan pemaparan terus menerus pada sel surya dan
dilakukan karakterisasi I-V setelah jangka waktu
tertentu. Karakteristik arus-tegangan (J-V) dari SSO
dilukiskan dalam Gambar 3.
Beberapa bagian penting yang ada hubungannya
dengan efisiensi SSO sebagai berikut:
• perpotongan kurva dengan sumbu y (rapat arus)
menyatakan nilai rapat arus hubung singkat (Jsc).
Ini adalah merupakan rapat arus maksimum dari
SSO yang dihasilkan akibat iluminasi dengan
cahaya tanpa pemberian tegangan dari luar.
• Perpotongan kurva dengan sumbu x (tegangan)
merupakan tegangan rangkaian terbuka (Voc). Ini
Voc J sc FF
x100%
Piinput
(1)
dimana Pinput adalah rapat daya yang datang. Nilai factor
pengisi (fill factor, FF) dihitung menggunakan
persamaan 2.
V J
(2)
FF = m m
Voc J sc
Nilai Jsc menyatakan densitas arus tertinggi yang
dihasilkan oleh sel surya sedangkan Voc terkait dengan
tingkat energi fermi material aktif. Densitas radiasi
dikalibrasi dengan menggunakan Pyranometer.
III. METODE PENELITIAN
Sel-surya dibuat dengan struktur gelas/ITO/PEDOT:
PSS/ P3HT:PCBM/Al, seperti ditunjukkan pada Gambar
2.
P3HT:PCBM
ITO
cahaya
Lapisan ITO berfungsi sebagai anoda, lapisan PEDOT:
PSS berfungsi sebagai blocking layer dan lapisan Al
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
71
Chotimah, dkk / Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya Organik Bulk Heterojunction
Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan Phenyl C61 butyric Acid Methylester
sebagai katoda. Dalam eksperimen, campuran P3HT dan
PCBM dibuat dengan rasio 1:1 dalam pelarut
chlorobenzena. Film tipis dibuat dengan metode spin
coating dengan kecepatan putar 310 rpm selama 3 detik,
dilanjutkan 1000 rpm dalam 10 detik. Pengeringan
lapisan melalui annealing dengan hotplate pada suhu
100oC selama 10 menit dan dikeringkan dalam desikator.
Elektroda alumunium dibuat dengan teknik evaporasi
termal. Karakterisasi arus tegangan dilakukan
menggunakan Keithlay tipe 2600 A. Sumber cahaya
berasal dari lampu halogen dengan daya input divariasi
dengan variasi sumber tegangan yang diberikan.Daya
input diukur dengan powermeter.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva karakteristik arus-tegangan sel surya dengan
dengan lapisan aktif P3HT : PCBM (1:1) yang
dilarutkan dalam chlorobenzena dan diannealing 100o C
dalam keadaan gelap dan disinari lampu xenon dengan
intensitas bervariasi mulai 100 mW/cm2 ditunjukkan
pada Gambar 4. Luas area sel surya adalah 4 mm2.
(a)
konversi daya (η) digunakan persamaan 1 dan faktor
pengisi (FF) dihitung melalui persamaan 2, hasilnya
sebagaimana dalam Tabel 1.
Tabel 1. Nilai faktor pengisi dan efisiensi konversi daya sel
surya.
P
(mW/cm2)
100
Annealing
FF
η (%)
0.39
0,81
Desikaktor
FF
η (%)
0,30
0,45
80
0,39
0,57
0,32
0,32
60
0,40
0,44
0,36
0,27
40
0,35
0,32
0,42
0,19
Dari Tabel 1, terlihat bahwa efisiensi konversi daya
dari sel surya yang dibuat untuk maisng-masing
perlakuan saat pengeringan mengalami penurunan ketika
daya iput yang datang juga berkurang. Efisiensi tertinggi
dicapai oleh sampel yang mengalami annealing 100 oC
pada daya input 100 mW/cm2 yaitu sebesar 0,81 %.
Pada sampel dengan pengeringan melalui desikator,
efisiensinya lebih rendah dibanding pengeringan melalui
ennealing. Adanya PCBM mengganggu kristalinitas
P3HT, sehingga untuk mengembalikan kristalinitasnya
diperlukan aniling termal pada campuran P3HT:PCBM
[6]. Pada pengeringan melalui desikator, molekul
pelarut menguap secara alamiah tanpa mengakibatkan
perubahan susunan P3HT dan PCBM, sehingga secara
morfologi lapisan tipis P3HT:PCBM yang dikeringkan
melalui desikator tidak memberikan kinerja yang
optimum.
Nilai efisiensi konversi daya sangat dipengaruhi oleh
besarnya JSC. Semakin besar JSC efisiensinya semakin
besar. Jika ditelusuri, JSC merupakan rapat arus yang
muncul dalam divais, ketika divais mendapat pemaparan
cahaya tanpa diberi tegangan panjar maju maupun
tegangan balik.
Daya merupakan besarnya energi persatuan waktu.
Daya input cahaya yang kenakan pada divais
menggambarkan jumlah foton yang datang. Dengan
meningkatnya jumlah foton persatuan waktu, peluang
pembentukan eksiton pada donor ( P3HT) semakin
meningkat. Semakin banyak eksiton terbentuk, maka
semakin banyak eksiton yang berdifusi dan melakukan
migrasi yang akhirnya berdisosiasi menjadi pasangan
elektron-hole. Semakin banyak pasangan elektron hole
yang dibangkitkan dan mampu mencapai masing-masing
elektroda semakin besar sehingga arus yang mengalir
dalam divais.
(b)
Gambar 4 . Kurva karakteristik rapat arus – tegangan sampel
dalam keadaan gelap dan disinari dengan variasi
intensitas (a) annealing 100oC, (b) pengeringan
desikator.
Dari kurva karakterisasi I-V pada Gambar 4, dapat
dicari parameter yang berkaitan dengan Vm, Jm, VOC dan
Jsc masing intensitas. Untuk menghitung Efisiensi
V. KESIMPULAN
Telah berhasil dibuat sel surya organik berbasis
bahan aktif P3HT : PCBM dengan dua jenis perlakuan
pengeringan yaitu dengan desikator dan annealing
termal. Respon sel surya terhadap intensitas cahaya yang
datang menunjukkan bahwa semakin besar intensitas
cahaya yang datang, maka efisiensi konversi dayanya
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
72
Chotimah, dkk / Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya Organik Bulk Heterojunction
Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan Phenyl C61 butyric Acid Methylester
semaki meningkat. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan efisiensi konversi daya dengan lebih
fokus pada kinerja bahan aktif saat merespon cahaya
pada berbagai panjang gelombang, dengan mengukur
besarnya efisiensi kuantum.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prodi
Fisika Jurusan Fisika FMIPA UGM, yang telah
memberikan dana hibah penelitian kecil, sehingga
penelitian ini dapat terlaksana. Terima kasih juga
diucapkan kepada Saudara Fahru, Yulisah, Desti dan
Prima.
PUSTAKA
[1] K. Triyana, P. Nurwantoro dan T. Tsutsui, Influence of
Optical Filter Effect on Incident Photon to Current
Efficiency of Heterojunction
Organic Photovoltaic
Devices, Prosiding American Institute of Physics (AIP
Conf. Proc.), 14 September 2009, Volume 1169, pp. 144148.
[2] A. Supriyanto, Kusminarto, K. Triyana, Roto, M.M.
Salleh dan
A.A.Umar, Photosensitizing Effect of
Porphyrin Films as Organic Photodetector, Journal of
Materials Science and Engineering, Volume 4, No.8
(Serial No.33), 2010, p40-44,ISSN 1934-8959.
[3] M. Al-Ibrahim, and O. Ambacher, Effects of solvent and
annealing on the improved performance of solar cells
based on poly.3-hexylthiophene.: Fullerene, Applied
Physics Letters 86, 2005, p201120.
[4] A. Riedel., V. Dyakonov, Influence of electronic transport
properties of polymer-fullerene blends on the performance
of bulk heterojunction photovoltaic devices, phys. stat.
sol. (a) 201, No. 6, 2004, p1332–1341.
[5] J. Schafferhans, A.Baumann, A. Wagenpfahl, C. Deibel ,
V. Dyakonov, Oxygen doping of P3HT:PCBM blends:
Influence on trap states, charge carrier mobility and solar
cell performance, Cond-mat.mtrl-sci , 1, 2010, p725.
[6] A. Bahtiar, A. Aprilia, Fitrillawati, 2011, Sel surya
Polimer: state of Art dan Progres Penelitiannya di
Universitas Pajajaran, Jurnal Material dan Energi
Indonesia, Vol.01. No.01, 2011, p7 – 14.
[7] N-K. Persson, O. Ingana¨s, Simulations of Optical
Processes in OrganicPhotovoltaic Devices, In :SS.,Sun, N.S. Saricifati, , 2005, Organic Photovoltaics ,
Mechanisms, Materials, and Devices, CRC Press Taylor
& Francis Group 6000 Broken Sound Parkway NW, Suite
300, 2009, p.110 – 113.
[8] H. Hoppe, N. S. Sariciftci, Bulk Heterojunction
Solar Cells , In :S-S.,Sun, N.S. Saricifati, , 2005,
Organic Photovoltaics , Mechanisms, Materials, and
Devices, CRC Press Taylor & Francis Group 6000 Broken
Sound Parkway NW, Suite 300, 2009, p.220-223.
TANYA JAWAB
Satwiko , UNJ
? Variasi analing apakah dilakukan?
? Contoh ketebalan filem apakah dilakukan?
? Apakah terjadi degradasi?
Chotimah, UGM
@Untuk suhu annealing tidak divariasi, hanya
dibandingkan dengan pengeringan alamiah.
@Ketebalan film tidak diukur, hanya diperediksi
berdasarkan jumlah satuan dan waktu dan kecepatan
putar spiuncoater.
@Degradasi selalu terjadi namun dalam penelitian ini,
pengukuran I-V setelah waktu tertentu tidak di lakukan.
Sadang Husain ,UGM
? Apakah pada thin film tidak mengandung atau
memiliki kelebihan yang ada pada bulk? Mengapa tidak
menggunakan thin film?
? Saya pernah melihat pada permukaan lapisan sel
surya ditutupi dengan kain hitam, bagaimana penjelasan
tentang pertanyaan tersebut?
Chotimah, UGM
@Sel surya organic (SSO) divaisnya dalam bentuk thin
film yang dimaksut “bulk” adalah pada susunan lapisan
donor dan akseptor yang di “blenk” atau dicampur
sehingga jadi satu lapis saja.
@Umumnya sel surya yang dilapis kain hitam itu untuk
sel surya dari silicon untuk membuat serapan max,
namun jika diberikan pada SSO kain hitam berfungsi
untuk menciptakan kondisi gelap pada SSO sehingga
bahan aktif tidak terpapar terus menerus dengan cahaya
matahari.
Bambang Murdoko,UGM
? Apakah tidak perlu dicek “serapan, refleksi, dan
tenaganya”(cahaya yang jatuh pada sempel)?
Chotimah, UGM
@Kurva serapan ITO, serapan m,asing-masing penyusun
bahan aktif (P3HT dan PCBB) dan dalam bentuk blend
felas diukur. Kurva serapan dominan pada x = 350 nm
dan 500-600 nm. Kurva refleksi juga telah diukur, ada
dalam naskah presentasi yang lain.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
Download