Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 STRUKTUR KALIMAT PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA JAMBI SKRIPSI OLEH NEZA ANGGESTIA A1B111068 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS 2015 1 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 STRUKTUR KALIMAT PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA JAMBI SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Jambi untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia OLEH NEZA ANGGESTIA A1B111068 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS2015 2 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Neza Anggestia NIM : A1B111068 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan yang berlaku. Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Jambi, Yang Membuat Pernyataan, Neza Anggestia NIM A1B111068 3 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 ABSTRAK Anggestia, Neza. 2015. Struktur Kalimat Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi: Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Prof. Dr. Drs. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd. (II) Drs. Andiopenta Purba, M.Hum. M. DIV. Kata Kunci: Struktur Kalimat, Penderita Skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yakni struktur kalimat berdasarkan fungsi. Sebagai sarana mengungkapan pikiran yang utuh secara ketetabahasaan, satuan gramatikal kalimat membawa peran penting dalam komunikasi. Melalui struktur kalimat yang benar, komunikasi dapat terjalin dengan baik. Pesan yang ingin disampaikan penulis atau pembicara dapat tersampaikan dengan benar pula kepada pembaca atau pendengar. Di sinilah nilai pentingnya susunan kalimat yang benar dalam berkomunikasi. Proses komunikasi yang terjadi pada penderita skizofrenia beraneka ragam sehingga mempengaruhi struktur kalimatnya. Penelitian ini bermanfaat untuk keperluan pengetahuan ilmu kebahasaan khususnya sintaksis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif. Analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan data. Hal yang dideskripsikan adalah struktur kalimat penderita skizofrenia . Data yang dianalisis diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi gabungan yakni triangulasi metode dan penyidik. Data yang didapatkan atau diperoleh oleh peneliti dari hasil penyimakan terhadap tuturan informan dibandingkan dengan data yang diperoleh informan melalui hasil wawancara atau perekaman, kemudian dibandingkan maka diperoleh hasil terbaik. Data penelitian berbentuk data lisan yang tersimpan dalam sebuah rekaman. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode simak, dengan teknik dasar sadap, dan teknik lanjutan adalah libat cakap, catat, dan rekam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi sangat beragam, ditemukan struktur kalimatnya yaitu:1) S-P;2)S-P-O;3)S-P-Pel;4)S-P-K;5)S-P-O-K;6)S-P-Pel-K;7)S-P-Pel-Pel-K;8)S-P-KK;9)S-P-O-Pel. Simpulan dari penelitian ini adalah ditemukan 8 struktur kalimat pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yakni kalimat berstruktur S-P sebanyak 7 kalimat, S-P-O sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel sebanyak 8 kalimat, S-P-K sebanyak 8 kalima, S-P-O-K sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel-K sebanyak 5 kalimat, SP-K-K sebanyak 5 kalimat dan S-P-O-Pel sebanyak 2 kalimat. 4 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunian-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur Kalimat Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pertama pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan baik ini, penulis sampaikan rasa terima kasih. Terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Drs. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd. selaku pembimbing I, dan Bapak Drs. Andiopenta Purba, M.Hum. M. DIV selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan, dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih kepada dewan penguji skripsi yaitu Bapak Drs. Eddy Pahar Harahap M.Pd selaku penguji I, Bapak Dr. Kamaruddin M.Pd selaku penguji II dan selaku pembimbing akademik peneliti, dan Ibu Irma Suryani M.Pd selaku penguji III yang telah banyak memberikan masukan dan pemahaman yang berharga dalam menyusun skripsi ini. 5 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 menyusun skripsi ini. Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Lendrawadi dan Ibunda Iryanti yang telah memberikan kasih sayang yang teramat sangat, semangat, saran, nasihat, dan bantuan materil dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.Terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat yang selalu mencurahkan do’anya, memberikan dukungan dan ikut andil dalam menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman seperjuangan keluarga besar Reguler B khusunya dan teman-teman Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2011.Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil dan memberikan bantuannya, yakni pasien penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi selaku Informan yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka.Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Jambi, 2015 Peneliti 6 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana mengungkapan pikiran yang utuh secara ketetabahasaan, satuan gramatikal kalimat membawa peran penting dalam komunikasi.Melalui pola kalimat yang benar, komunikasi dapat terjalin dengan baik.Pesan yang ingin disampaikan penulis atau pembicara dapat tersampaikan dengan benar pula kepada pembaca atau pendengar.Di sinilah nilai pentingnya susunan kalimat yang benar dalam berkomunikasi. Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya (Kridalaksana 1987:92). Kemampuan manusia menyerap atau menangkap bahasa berbeda-beda.Bagi manusia yang normal, terkadang kita mengalami kesalahpahaman pemaknaan maksud yang disampaikan penutur kepada kita sebagai penyimak atau pendengar.Hal ini timbul akibat adanya ketidakmampuan mengembangkan keterampilan berbicara atau adanya gangguan-gangguan berbicara yang menghalangi aktivitas sosial manusia yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.Konsep ini, dapat dibuktikan pada lingkungan manusia yang terganggu pikirannya, bahasa awamnya yaitu gila (Skizofrenia). 7 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Menurut Kaplan dan Sandock (1997:167), ” Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya”. Selanjutnya, Kaplan dan Sandock mengatakan (1997:165), “Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted)”. Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Biasanya skizofrenia ditangani dengan obat-obatan antipsikotik dan terapi sebagai bentuk pengobatan psikologis.Selain itu, penanganan skizofrenia juga harus ditunjang dengan dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat si penderita. Yang termasuk penanganan tepat skizofrenia diantaranya adalah mengenali tandatanda episode akut, pemberian obat sesuai resep, dan sikap terbuka pada orang lain tentang kondisi ini. Dengan mengombinasikan berbagai metode penanganan, penderita skizofrenia bisa perlahan-lahan pulih, hidup dengan normal, dan mencegah kambuhnya penyakit ini. Pada dasarnya, penyebab pasti skizofrenia belum diketahui.Namun sejumlah ahli meyakini bahwa perkembangan kondisi ini tidak lepas dari peran kombinasi antara faktor genetika dan lingkungan.Dugaan mengenai pengaruh lainnya adalah kelainan yang terjadi pada zat-zat kimia otak, seperti asam glutamat dan dopamin.Para ahli yang melakukan penelitian yang didasarkan pada pencitraan otak 8 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 juga mengatakan bahwa ada perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf penderita skizofrenia dengan orang yang sehat.Genetika, zat-zat kimia otak, struktur otak, dan sistem saraf merupakan bagian dari faktor “dalam”, sedangkan yang termasuk faktor “luar” atau lingkungan bisa berupa stres dan penyalahgunaan narkoba.Stres atau trauma diduga menjadi salahsatu pemicu utama skizofrenia. Banyak hal yang dapat membuat seseorang mengalami stres, diantaranya adalah kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, pelecehan seksual, dan sebagainya. Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya tentu dapat berbahasa dengan baik.Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif.Jadi, kemampuan bahasanya terganggu.Dikarenakan penderita ini mengalami gangguan pada otak, secara otomatis, padaproses berpikirnya juga mengalami gangguan dan hal ini mempengaruhi prosesberbahasanya. Penelitian ini menggunakan objek tuturan pasien penderita skizofrenia di RSJ Jambi sebagai objek penelitian.Pemilihan tuturan sebagai objek penelitian karena tindak tutur pada satuan gramatikal kalimat antara orang normal dengan penderita skizofrenia terdapat perbedaan.Berpikir (pikiran) sangat berkaitan erat dengan kemampuan berbahasa.Hal ini karena kuantitas dan kualitas kemampuan berbahasa sangat menentukan kuantitas dan kualitas kemampuan berpikir (pikiran).Tuturan berupa struktur kalimat yang dihasilkan penderita gangguan jiwa (skizofrenia) cenderung kacau karena adanya kelainan pada bagian otak.Tuturan itu sendiri 9 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 menurut kamus linguistik merupakan wacana yang menonjolkan rangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu.Jadi, apabila terjadi gangguan berbahasa pada seorang penderita gangguan jiwa yang disebabkan oleh gangguan berpikir maka tata bahasa (linguistik) atau penggunaan bahasa (komunikasi pragmatik) nya menajadi terganggu. Alasan penulis untuk melakukan penelitian mengenai struktur kalimat pasien penderita skizofrenia ini adalah untuk membuktikan kebenaran bahwa adanya keterkaitan antara berbahasa dan berpikir (jiwa), yaitu pasien penderita skizofrenia dengan bagaimana proses berbahasa atau berbicaranya dan untuk mendeskripsikan bagaimanakah struktur kalimat penderita skizofrenia. Serta, sehubungan dengan mata kuliah yang telah diambil oleh penulis, yaitu psikolinguistik.Psikolinguistik merupakan dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan linguistik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chaer (2003:5), “Secara etimologi sudah disinggung bahwa kata-kata psikolinguistik terbentuk dari dua disiplin ilmu, yakni psikologi dan linguistik”.Berdasarkan kajian tersebut, penulis mencoba memberikan masalah yang berkaitan dengan kedua disiplin ilmu ini.Pasien penderita skizofrenia ringan yang menjadi sampel pada penelitian ini, merupakan gangguan jiwa yang dianggap tidak terlalu berbahaya dan mudah berkomunikasi dengan mereka. Sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kemukakan, yaitu tentang struktur kalimat pasien penderita skizofrenia. Struktur-struktur kalimat dari penderita skizofrenia penulis dapatkan ketika penulis saling akrab dan mampu berkomunikasi baik dengan penderita. 10 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti penelitian ini dengan judul “Struktur Kalimat Penderita Skizofreniadi Rumah Sakit Jiwa Jambi”. 11 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “ Bagaimanakahbentuk-bentuk struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi?” 1.3 Batasan Masalah Agar permasalahan tidak meluas maka penelitian ini dibatasi pada struktur kalimat penderita skizofreniatingkat ringan (paranoid)yang dirawat di Rumah Sakit JiwaJambi. 1.4 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian ini maka tujuan penelitiannya adalah “Mendeskripsikan apa saja struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi”. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis maupun manfaat praktis dalam bidang kebahasaan. 1.5.1Manfaat Akademis Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu di bidang kebahasaan, khususnya pada struktur kalimat. 12 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai bagaimana sebenarnya studi penelitian tentang struktur kalimatpenderita gangguan jiwa (skizofrenia) 2. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya struktur kalimat penderita skizofrenia. 1.6Defenisi Istilah 1) Skizofrenia (gila) adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. 2) Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. 3) Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. 13 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Hakikat bahasa Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.“Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan” (Chaer 1998:1). Chaer menegaskan bahwa Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistemsistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem, fonologi, sintaksis, dan leksikon.).sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya. Hanya, sistem lambang bahasa ini berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain; dan bunyi itu adalah bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Sama dengan sistem lambang ini, sistem lambang bahasa ini juga bersifat arbitrer. Jadi, bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture yang berkaitan 14 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 dengan mimik atau tanda-tanda yang disepakati dan mengandung makna yang dapat dipahami. 2.2 Struktur Kalimat Berdasarkan Fungsi Dalam pembicaraan struktur sitaksis pertama-tama harus dibicarakan masalah fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis.Fungsi merupakan tataran tertinggi dan yang paling abstrak.Kategori merupakan tataran kedua dengan tingkat keabstrakan yang lebih rendah daripada fungsi, dan peran merupakan tataran yang ketiga dan terendah tingkat keabstrakannya jika dibandingkan dengan kedua tataran lainya (Sudaryanto 1983:13). Fungsi merupakan tempat kosong yang eksistensinya baru ada karena formulasinya, yaitu yang digunkan sebagai tempat oleh pengisinya. Pengisi fungsi itu ada dua yaitu pengisi bentuk dan pengisi makna.Pegisi bentuk berupa kategori-kategori dan pengisi makna berupa peran-peran. Secara fungsional, kalimat atau klausa itu terdiri atas fungsi-fungsi, yaitu apa yang disebut subjek (S), predikat (P), objek (O), Pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Fungsi bersifat relasional. Adanya fungsi yang satu tidak dapat dibayangkan tanpa hubungan dengan fungsi yang lain. Kita dapat mengatakan sesuatu itu P hanya dalam hubungan dengan S atau O. demikian pula sebaliknya kita dapat mengatakan bahwa sesuatu itu S atau O hanya dalam hubungan dengan P. 15 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 2.2.1 Fungsi Predikat Predikat (P) adalah konsituen pusat dalam suatu kalimat yang disertai pendamping kiri dengan atau tanpa pendamping kanan.Pendamping kiri itu subjek (S), sedangkan pendamping kanan itu objek (O) atau pelengkap (Pel).Secara dominan P itu diisi oleh verba, non verbal.S merupakan fungsi terpentingkedua setelah P yang pengisinya tidak dapat dipertanyakan atau pengisinya tidak dapat diganti oleh kategori pronominal interogatif.Kalimat sederhana yang teridri atas dua konsituen, jika dilihat dari aspek fungsi sintaksisnya, selalu berupa S dan P. Perhatikan kalimat berikut ini. (1) Andi tidur Kalimat (1) terdiri atas dua konsituen, yaitu Andi dan tidur.Konstituen tidurberkategori verba dan Andi berkategori nomina. Verba itu merupakan konstituen pusat secara dominan mengisi fungsi P. Dengan demikian, kostituen tiduritu berfungsi P. Dalam pada itu, fungsi konstituen Andiadalah S. Penentuan bahwa Andi sebagai S berdasarkan dua alasan. Pertama, konstituen itu terletak di sebelah kiri terhadap P tidur. Kedua, fungsi S tidak dapat dipertanyakan dengan kata ganti tanya. Mengingat konstituen Andi dalam kalimat (1) memenuhi kedua alasan itu, maka dapatlah ditentukan bahwa konstituen Andi adalah S. Memang kalimat (1) dapat dirubah, yang konstituen Andi diganti dengan kata ganti tanya sapa seperti kalimat (2) di bawah ini. (2) Siapa yang tidur? atauYang tidur siapa? 16 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Namun, konstituen apabukan sebagai S, melainkan P; dan yang mengisi fugsi S justru yang tidur.Pengenalan fungsi S dan P dengan cara demikian itu juga berlaku untuk kalimat yang P-nya nonverbal dan untuk kalimat yang terdiri dari tiga konstituen atau lebih sebagai contoh kalimat berikut ini. (3) ‘Sembadra itu cantik sekali’ (4) ‘Anak Parman itu lima’ (5) ‘Adi membeli rokok’ (6) ‘Adi membelikan Wati bedak’ Kalimat (3) yang terdiri atas dua konstituen berpredikat adjektiva, kalimat (4) yang terdiri atas dua konstituen berpredikat numeralia, kalimat (5) terdiri atas tiga konstituen yang berpredikat verba dan kalimat (6) yang terdiri atas empat konstituen berpredikat verba. 2.2.2 Fungsi Subjek Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa seperti tampak pada contoh berikut, a. Harimau binatang liar b. Anak itu belum makan c. Yang tidak ikut upacara akan ditindak Subjek sering juga berupa frasa verbal.Seperti contoh berikut. 17 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali b. Berjalan kaki menyehatkan badan Pada umumnya, subjek terletak disebelah kiri predikat. Jika unsure subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan diakhir kalimat, contoh: a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak b. Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir, contoh: a. Tolong (kamu) bersihkan meja ini b. Mari (kita) makan Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan, contoh: a. Anak itu [S] menghabiskan kue saya b. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel] 2.2.3 Fungsi Objek Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Tata Bahasa Baku, 2003:328).Selain 18 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 disertai pendamping S, P yang selalu merupakan konstituen pusat itu dimungkinkan pula masih didampingi konstituen lain yang berada di sebelah kanannya. Salah satu konstituen lain itu adalah objek (O). Fungsi O dapat dikenali kejadiannya lewat dua cara, yaitu (1) dengan melihat jenis P-nya dan (2) dengan memperhatikan ciri khas O itu sendiri. Jenis P yang memunculkan O adalah P yang berwatak aktif transitif.Fungsi P yang berwatak demikian itu memiliki imbangan bentuk pasif didan dapat dijadikan bentuk imperatif.P aktif transitif dapat diisi oleh verba dasar tertentu dan verba berimbuhan N-, N-/-i, dan N-/-ake. Adapun ciri khas O adalah jika kalimat tersebut dipasifkan, maka O kalimat aktif menjadi S kalimat pasifnya, sebagai contoh kalimat berikut ini. (7)‘Bapak membeli koran’ Konstituen yang diisi oleh nomina koran dalam kalimat (7) itu adalah O. Fugsi O itu muncul karena pengisi P-nya membeliberkategori verba aktif transitif yang dapat dipastikan menjadi S, seperti kalimat berikut ini. (8) ‘Korannya dibeli bapak’ 2.2.4 Fungsi Pelengkap Di samping O, fungsi yang wajib hadir setelah P atau di sebelah kanan P adalah Pelengkap (Pel). Perbedaanya dengan O, fungsi Pel tidak bisa menjadi S dalam kalimat pasif, sedangkan P yang disertai Pel itu adalah P yang berkategori verba aktif bitransitif, aktif intrasitif, dan pasif. Perhatikan kalimat berkut ini. (9) Sardikun membelikan adik baju 19 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (9) terdiri atas empat konstituen, yaitu Sardikun, membeli, adik, dan baju. Konstituen pusatnya yang menjadi P-nya adalah membeli, pendamping kiri atau S-nya adalah Sardikun, konstituen yang bisa dijadikan S dalam kalimat pasifnya adalah adik, sehingga konstituen adikberfungsi sebagai O, sedangkan bajusebagai Pel karena tidak bisa menjadi S dalam kalimat pasif, seperti kalmiat berikut ini. (10) Adik dibelikan Sardikun baju (11) Baju dibelikan Saridkun adik Adikdalam kalimat (10) berfungsi S yang berasal dari O kalimat (9) dan bajudalam kalimat (9) berfungsi Pel karena tidak dapat dijadikan S kalimat pasif seperti kalimat (11) tidak berterima. Kalimat (9) menunjukkan bahwa Pel berada dalam kalimat yang P-nya berkategori verba aktif bitransitif dan berada besama-sama O. Ada pula Pel yang berada dalam kalimat yang P-nya berkategori verba aktif intransitif dan verba pasif, seperti kalimat berikut ini. (12) Saya melihat ular (13) Nardiati kehilangan uang Pel kalimat (12) adalah ular, dan Pel kalimat (13) adalah uang.Kalimat (12) melihatberkategori verba aktif intransifit dan P kalimat (13) kelangan berkategori verba pasif. 2.2.5 Fungsi Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya.Keterangn dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di 20 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 tengah kalimat.Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Contoh: a. Dia memotong rambutnya b. Dia memotong rambutnya di kamar c. Dia memotong rambutnya dengan gunting d. Dia memotong rambutnya kemarin Unsur dikamar, dengan gunting, dan kemarin pada contoh merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain oleh satuan yang berupa kata atau frasa, fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa, contoh: a. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah b. Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima bekerja di bank Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsure-unsurnya.Dengan demikian, keterangan dikamar mengandung makna tempat, denganguntingmengandung makna alat, kemarinmenyatakan makna waktu, dan sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta segera setelah dia di terima bekerja di bank juga mengandung makna waktu. 21 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Berdasarkan maknanya seperti tersebut diatas, terdapat bermacam-macam keterangan, berikut ini didaftarkan beberapa jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata bahasa. Jenis keterangan 1. Tempat 2. Waktu 3. Alat 4. Tujuan 5. Cara 6. Penyerta 7. Perbandingan/ kmiripan 8. Sebab 9. Kesalingan Preposisi/penghubung Di Ke Dari (di) dalam Pada Pada Dalam SeSebelum Sesudah Selama Sepanjang Dengan Agar/supaya Untuk Bagi Demi Dengan Secara Dengan cara Dengan jalan Dengan Bersama Beserta Seperti Bagaikan Laksana Karena Sebab - 22 Contoh Di kamar, di kota Ke Medan, ke rumahnya Dari Manado, dari sawah (di) dalam rumah, Padasaya Sekarang, kemarin Pada hari ini Dalam minggu ini Setiba di rumah Sebelum pergi Sesudah pukul 12 Selama 2 minggu Sepanjang tahun Dengan (memakai) gunting, dengan mobil Agar/supaya kamu pintar Untuk kemerdekaan Bagi masa depanmu Demi kekasihnya Dengan diam-diam Secara hati-hati Dengan cara damai Dengan jalan berunding Dengan adiknya Bersama orang tuanya Beserta saudaranya Seperti angin Bagaikan seorang dewi Laksana bintang di langit Karena perempuan itu Sebab kecerobohannya Saling (mencintai) satu sama lain Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Disamping kesembilan jenis keterangan di atas, ada pula jenis keterangan lain yang selalu berbentuk kalusa, yaitu keterangan syarat, keterangan pengandaian, ketrangan konsesif, dan keterangan hasil. 2.3Gangguan berpikir ekspresi verbal merupakan pengutaraan isi pikiran. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa ekspresi verbal yang terganggu bersumber atau disebabkan oleh pikiran yang terganggu. Menurut Chaer, (2003:159-160) menggolongkan gangguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa hal-hal sebgai berikut: 1. Pikun (demensia) Orang yang pikun menunjukkan banyak sekali gangguan seperti agnosia, afraksia,amnesia, perubahan kepribadian, perubahan perilaku dan kemunduran dalam segala macam fungsi intelektual. Semua gangguan itu, menyebabkan kurangnya berpikir, sehingga ekspresi verbalnya diwarnai dengan kesukaran menemukan kata-kata yang tepat.Kalimat sering kali diulang-ulang, pembicaraan sering terputur karena arah pembicaraan tidak teringat lagi. 2. Sisofrenik Seorang penderita sisofrenik dapat berbicara terus menerus. Ocehannya hanya merupakan ulangan curah verbal semula dengan tambahan sedikit-sedikit atau 23 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 dikurangi beberapa kalimat, yang utama adalah diferensiasi dalam gaya bahasa sisofrenia halusinasi dan pasca-halusinasi.Pada bidang psikologi dapat juga kita temukan gangguan berpikir sisofrenik ini, hanya saja pada penggunaan penyebutan dan istilahnya berbeda. Fausiah (2003:121-122), “Secara ilmiah orang semacam ini dikatakan menderita gangguan skizofrenia, yaitu suatu gangguan yang dianggap sebagai salah satu gangguan mental yang paling parah”. Skizofrenia adalah sebuah kata yang bearasal dari bahasa Yunani “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah” dan “phrenia” yang berarti “jiwa”. Secara umum terdapat tiga golongan simtom, yaitu simtom positif, simtom negative, dan simtom disorganisasi.Arti dari kata-kata tersebut menjelaskan karakteristik utama dari gangguan skizofrenia, yaitu adanya pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya.Gangguan skizofrenia tergolong pada gangguan psikotik, yang ciri utamanya antar lain adalah kegagalan dalam reality testing. Dalam sejarah perkembangan gangguan skizofrenia sebenarnya telah dibicarakan ratusan tahun yang lalu.Dalam sejarahnya, banyak sekali tokoh psikiatri maupun neurologi yang berperan. Beberapa tokoh yang dianggap penting memberikan sumbangan penting antara lain Emil Kraepelin dan Eugen Bleuler. Kraepelin (Pramudya, 2003:1) mengatakan “Mula-mula menyebut gangguan semacam ini sebagai demence precox(dari istilah demence precox yang diperkenalkan oleh morel) istilah ini menekankan pada proses kognitif tertentu (dementia) dan onset 24 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 pada masa awal (precox)”.Pasien dengan gangguan ini digambarkan memiliki deteoriorasi jangka panjang serta gejala klinis umum halusinasi dan delusi. Menurut Bleuler (Pramudya, 2003:1), “Istilah skizofrenia menunjukkan terjadinya pemisahan antara pikiran, emosi dan perilaku orang yang mengalaminya”. Davison dan Neale (Fausiah, 2003:124) menyatakan “Secara umum karakteristik simtom skizofrenia dapat digolongkan dalam tiga kelompok: simtom positif, simtom negative, dan simtom disorganisasi”. Simtom positif adalah tandatanda yang berlebihan yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada, namun pada pasien skizofrenia justru muncul, yang termasuk dalam simtom positif ini antara lain delusi (atau dikenal juga dengan istilah waham) dan halusinasi. Pengertian waham adalah keyakinan yang keliru, yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang kekeliruannya, dan tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya orang yang bersangkutan.Sedangkan, halusianasi adalah penghayatan (seperti persepsi) yang dialami melalui panca indera, dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal (rangsangan dari luar).Simtom negative adalah simtom yang deficit, yaitu perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, namun tidak dimunculkan oleh pasien. Termasuk dalam simtom ini adalah avolition/apathy(hilangnya energi dan hilangnya minat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan hal-hal yang awalnya merupakan aktivitas rutin), alogia(kemiskinan kuantitas dan atau isi pembicaraan), anhedonia(ketidakmampuan untuk memperoleh kesenangan, muncul antara lain dalam bentuk hilangnya minat dan aktivitas, kegagalan menjalin hubungan dekat 25 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 dengan orang lain, dan hilangnya minat dalam hubungan seksual), abulia (kekurangan impils untuk bertindak atau berpikir, tidak mampu memikirkan konsekuensi dari tindakan), dan asosialitas(gangguan yang buruk dalam hubungan sosial). Sedangkan, simtom disorganisasi antara lain, perilaku yang aneh ( misalnya katatonia dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan pose tubuh yang aneh, dan lain-lain atau waxy flexibility-orang lain dapat memutar atau membentuk posisi tertentu dari anggota badan pasien, yang akan dipertahankan untuk waktu yang lama) dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasi ide dan pembicaraan sehingga orang lain mengerti (dikenaal juga dengan gangguan berpikir formal). Menurut Apa (Fausiah, 2003:126) seorang penderita skizofrenia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Tipe Paranoid (Ringan) Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya penyakit. Jenis ini sering muncul setelah umur 30 tahun. Untuk dapat digolongkan tipe ini, pada pasien harus tampak adanya preokupasi (keasyikan) dengan satu atau lebih waham , tipe-tipe waham terdiri dari lima tipe, yaitu: waham kebesaran, curiga, somantik keagamaan, (meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terserang penyakit), dan nihilistik ( meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal). Selain waham penderita skizofrenia ringan (paranoid), juga tampak halusinasi auditoris yang sering.Suara-suara halusinasi yang mengancam 26 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 pasien atau member perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. Syarat lain dari tipe paranoid adalah disorganisasi pembicaraan, disorganisasi perilaku atau katatonik. Pasien yang sehat biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. 2. Tipe Katatonik Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, biasanya akut serta didahului oleh stress emosional.Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara).Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal), menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh), dan negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah dan upaya untuk menggerakkan atau pergerakan kearah yang berlawanan). 3. Tipe Hebefrenik (tipe tidak terorganisir) Permulaanya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejalanya nya adalah: gangguan proses berpikir, gangguan kemauan, dan adanya depersonalisasi. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan 27 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 tak dapat diramalkan, serta mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan. 2.4Gangguan berbahasa Secara umum bahasa dapat diartikan sebagai ucapan, pikiran, dan perasaan seseorang yang di sampaikan secara teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Menurut Ahmadi (2009:88), “Bahasa merupakan alat komunikasi antara Aku dengan Aku lain. Artinya, segala sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang itu akandipahami oleh orang lain, apabila orang pertama tadi menyatakan pikirannya dengan satu cara tertentu”. Dengan memberikan tanda-tanda, isyarat, gerak, ungkapan wajah, dan khususnya dengan bunyi-bunyian.Bunyi-bunyian yang tidak mengandung artikulasi (tanpa ruas, tidak jelas), disebut “pekikan”,sedangkan yang mempunyai artikulasi (beruas dan diucapkan dengan jelas), disebut “bahasa”. Untuk mampu berbahasa diperlukan kemampuan untuk mengerti bahasa dan kemampuan untuk mengeluarkan kata-kata, yang berimplikasi bahwa daerah Broca dan Wernicke harus berfungsi penuh.Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menghasilkan gangguan berbahasa yang dapat disingkatkan dengan istilah afasia.( Purwo, 1989:170) Menurut Chaer (2009:154) “Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Bagaimana kemampuan berbahasa dikuasai manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan perkembangan manusia yang baru lahir ini. Proses 28 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 memproduksi kata-kata itu berlangsung terus sejalan dengan proses pengembangan pengenalan dan pengertian (gnosis dan kognisis)”. Berbahasa, seperti yang sudah disebutkan dalam Chaer (2009:154) berarti komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa.Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan mengeluarkan kata-kata.Ini berarti, daerah broca dan wernicke harus berfungsi dengan baik.Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan berbahasa yang disebut afasia.Menurut Chaer dalam Psikolinguistik (2009:157), Terdapat jenis-jenis afasia diantaranya afasia motorik dan afasia sensorik. 1. Afasia motorik Kerusakan pada belahan otak yang dominan yang menyebabkan terjadinya afasia motorik biasa terletak pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah broca.Atau pada lapisan dibawah permukaan (Sub transkortikal) daerah broca atau juga didaerah otak antara daerah broca dan warnicke (lesi transkortikal). Oleh karena itu, terdapat tiga macam afasia motorik ini, yaitu a. Afasia motorik kortikal Tempat menyimpan sandi-sandi perkataan adalah korteks daerah broca.Maka apabila gudang penyimpanan itu musnah, tidak aka nada lagi perkataan yang dapat dikeluarkan.Jadi, afasia motorik kortikal berarti 29 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan. b. Afasia motorik subkortikal Sandi-sandi perkataan disimpan dilapisan permukaan (korteks) daerah broca, maka apabila kerusakan terjadi pada bagian bawahnya (subkortikal) semua perkataan masih tersimpan utuh didalam gudang. c. Afasia motorik transkortikal Afasia motorik transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara daerah broca dan wernicke.Ini berarti, hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu. 2. Afasia sensorik Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal didaerah warnicke pada hemisferium yang dominan.Daerah itu terletak dikawasan asosiatif antara daerah visual, daerah sensorik, daerah motorikdan daerah pendengaran. Pada penderita afasia sensorik ini kehilangan pengertiaasa lisan dan bahasa tulisan. Namun, dia masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain. Menurut dardjowidjojo (1991:49), “Gangguan berbahasa pada kelainan di otak dapat terjadi karena kelainan pada hemisfer kiri atau kelainan pada hemisfer 30 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 kanan.Kelainan pada hemisfer kiri berwujud sebagai gangguan tata bahasa (linguistik) sedangkan kelainan pada hemisfer kanan berwujud sebagai gangguan penggunaan bahasa (komunikasi pragmatik)”. Bahasa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Ketika berbicara dengan orang lain, membaca koran, bekerja, dan belajar. Kita juga menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pemikiran kita dengan jelas. Apabila terjadi gangguan dalam berbahasa maka penderita mengalami kesulitan dalam banyak hal, seperti melakukan percakapan, berbicara dalam grup atau lingkungan yang gaduh, kesulitan dalam membaca buku, pemahaman akan lelucon atau menceritakan lelucon, mengikuti program di televise atau radio, menulis dan lain sebaginya. 31 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Penelitian ini mendeskipsikan bentuk curah verbal yang dihasilkan oleh penderita gangguan jiwa di RSJ Jambi. Penelitian kualitatif memiliki ciri sebagai berikut: 1) menggunakan metode deskriptif yakni mengumpulkan semua data, memilih kemudian menganalisis data pada tahap penyimpulan, 2) penelitian ini bersifat alami, yakni sumber data diperoleh alami, yakni sumber data diperoleh alami dan diolah tanpa memberikan perlakuan apapun pada data tersebut, 3) penelitian ini menggunakan manusia sebagai instrument pengumpul, pengamat, dan pengolah data yaitu penulis sendiri, 4) hasil penelitian ini kemudian didiskusikan dengan dosen pembimbing serta teman yang memahaminya supaya hasil yang diperoleh lebih dipercaya. Aminuddin (1990:16) berpendapat bahwa “penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya data yang dianalisis dan hasilnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefesien tentang hubungan variabel”.Karena penelitian ini tidak mempresentasekan angka, tetapi memaparkan fakta-fakta yang ada berdasarkan fenomena-fenomena yang ada sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian dapat dogolongkan dalam penelitian kualitati.Data yang bersifat deskriptif diteliti menggunakan metode deskriptif pula. 32 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 3.2 Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diperlukan selama pengumpulan data dan pengolahan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Moelong (2008:163) yang mengatakan bahwa “Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya”. Dalam pengumpulan data peneliti mengamati setiap komunikasi penderita skizofrenia dalam wilayah RSJ Jambi. 3.3 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Rumah Sakit Jiwa Jambi. Penelitian ini dilakukan di ruangan Yudisthira dikarenakan ruangan tersebut merupakan ruangan khusus penderita skizofrenia dan pada saat ini terdapat 40 pasien penderita skizofrenia yang dirawat diruangan tersebut sehingga mempermudah proses penelitian. 3.4 Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalahdata lisan.Data lisan tersebut diambil dari tuturan pasien penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi. Data yang akan diambil adalah data struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi. Arikunto (2006:118) menjelaskan bahwa, “Data adalah segala fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.Sedangkan informasi adalah 33 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 hasil penjumlahan data yang dipakai untuk suatu keperluan”.Data yang dikumpulkan berupa catatan-catatan tuturan penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi. “Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian dapat diperoleh “ (Arikunto, 2006:129). Data diperoleh dari peserta interaksi yaitu para penderita skizofreniayang menuturkan curah verbal di RSJ Jambi. Para paserta interaksi yang menuturkan curah verbalnya memiliki ketentuan antara lain: (1) Menderita gangguan jiwa skizofrenia, (2) Benar sebagai salah satu pasien di RSJ Jambi. Ketentuan tersebut juga merupakan syarat informan yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC), yaitu peneliti tidak terlibat dalam dialog atau konversasi; jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang berbicara tetapi hanya sebagai pemerhati dengan penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan (dan bukan apa yang dibacarakan) oleh orang-orang yang hanyut dalam proses berdialog, (Sudaryanto, 1998:3-4). Teknik simak bebas libat cakap dilanjutkan dengan teknik rekam dan catat.Tahap perekaman dilakukan pada saat para informan sedang berdialog. Setelah melakukan proses perekaman, langkah berikutnya, yaitu melakukan transkripsi data atau pencatatan. Proses ini dilakukan dengan cara mencatat kata-kata atau kalimat 34 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 yang dihasilkan oleh pasien penderita gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Kota Jambi ke dalam sebuah kartu data untuk kemudian dianalisis. Adapun cara kerja teknik ini dalah sebagai berikut. 1. Merekam semua dialog atau percakapan yang dilakukan antara pasien penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi. 2. Mencatat kata-kata atau kalimat yang dihasilkan oleh penderita skizofrenia tersebut pada sebuah kartu data. 3.6Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan pendekatan structural.Karena yang menjadi objek dari penelitian ini adalah tuturan penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi.Pendekatan structural ini dapat diterangkan dalam metode kajian distribusional atau metode agih yaitu yang menjadi alat penetunya adalah bahasa itu sendiri. Dengan kata lain jenis penelitian ini tergolong kedalam penelitian yang menggunakan pendekatan dengan metode agih. Sesuai dengan pendapat Sudaryanto (1993:15) “metode agih itu yang menjadi penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri”.Maksudnya, alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu, jelas selalu berupa bagian dari unsur bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri. 35 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini, digunakan teknik triangulasi (gabungan).Sesuai dengan pendapat Moleong (2005:330) “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang ada diluar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu”.Moleong (Kuswarno 2008:66) juga menjelaskan teknik pemeriksaan keabsahan data terbagi atas Sembilan macam salah satu diantaranya yaitu triangulasi. “Terdapat empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori lain”. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik yaitu metode dan penyidik.Misalnya data yang didapatkan atau diperoleh oleh peneliti dari hasil penyimakan terhadap tuturan informan apabila dibandingkan dengan data yang diperoleh informan melalui hasil wawancara atau perekaman, kemudian dibandingkan maka diperoleh hasil terbaik. Hasil tersebutlah yang akan dijadikan sebagai data. Selain itu, peneliti mengkonsultasikan temuannya dengan Pembimbing Skripsi. 36 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN Berdasarkan data hasil penelitian struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi, maka penulis menemukan 8 struktur kalimat penderita skizofrenia, yaitu S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-K, S-P-Pel-K, S-P-K-K, S-P-OPel. 4.1.1 Kalimat Berstruktur S-P Kalimat berstruktur S-P pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi ditemukan 7 kalimat, sebagai berikut. A: Peci Bapak mana? B: Pecidicuci S P (1) A: Habis dicuci bapak letakkan dimana? B: SayaJemur S P (2) Kalimat pada dialog tersebut berstruktur S-P (Subjek dan Predikat). Yang berfungsi sebagai Subjek pada kalimat (1) Peci dicuci adalah kata peci dan dicuci merupakan Predikat.Pada kalimat (2) SayaJemur, kata Saya merupakan Subjek dan dijemur merupakan Predikat. A: Kamu ngapain dirumah? 37 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 B: Andingopi S P (3) Andikerja SP (4) Pada kalimat (3) dan (4) merupakan kalimat berstruktur S-P.Terlihat pada kalimat (3) Andi ngopi, kata Andi merupakan Subjek dan kata ngopi merupakan Predikat.Pada kalimat (4) Andi kerja, kata Andi adalah Subjek dan kata kerja merupakan Predikat. A: Kamu sekolah? B: Iya A: Belajar apa kamu disekolah? B: Sayanulis S P (5) Kalimat (5) tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P.Terlihat pada kata Saya merupakan Subjek dan kata nulis merupakan Predkat. Sayaolahraga (6) S P Kalimat (6) merupakan kalimat berstruktur S-P.Pada kalimat sayaolaharaga, kata saya merupakan Subjek dan kata olahraga merupakan Predikat. A: Bapak kenapa? B: Sayacapek S P (7) 38 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (7) merupakan kalimat berstruktur S-P.Pada kalimat sayacapek, kata saya merupakan Subjek, kata Capek merupakan Predikat. 4.1.2 Kalimat Berstruktur S-P-O Kalimat berstruktur S-P-O pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi ditemukan 7 kalimat, sebagai berikut. Perawat: Bapak sudah sarapan? Pasien : Sayamakannasi (sembari mengangguk) S P O (1) Kalimat pada dialog tersebut berstruktur S P O (Subjek, Predikat dan Objek). Terlihat pada jawaban dari pasien, saya makan nasi, pada kalimat tersebut kata saya menduduki fungsi Subjek, makan menduduki fungsi Prediket dan nasi merupakan Objek. Perawat: Bapak ngapain disini? Pasien : Sayaduduk di kursi SPO (2) Pada dialog tersebut terdapat kalimat berstruktur S P O (Subjek, Predikat, dan Objek). Saya duduk dikursi, pada kalimat tersebut telihat jelas kata saya menduduki fungsi Subjek, duduk menduduki fungsi P dan kursi menduduki fungsi Objek. 39 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Penulis : Bapak dari mana? Pasien : Sayangangkatair SP O (3) Sayacucitangan S P O (4) Pada kalimat pertama, kata saya menduduki fungsi Subjek, ngangkat merupakan Predikat dan air merupakan Objek.Pada kalimat kedua, saya merupakan Subjek, cuci merupakan Predikat dan tangan merupakan Objek. Penulis : Bapak kenapa bisa disini? Pasien : Sayamintaduit S PO (5) Pada dialog tersebut, kalimat saya maksa minta duit merupakan kalimat berstruktur S-P-O. Saya merupakan Subjek, minta merupakan Predikat dan duit merupakan Objek. Pasien: Sayacucipiring S P O (6) Sayamasaknasi S PO (7) Kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P-O (Subjek, Predikat dan Objek).Terlihat pada kalimat (1) saya cuci piring, kata saya merupakan 40 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Subjek, kata cuci merupakan Predikat dan kata piring merupakan Objek.Pada kalimat (2) saya masak nasi, kata saya merupakan Subjek, kata masak merupakan Predikat dan kata nasi merupakan Objek. 4.1.3 Kalimat Berstruktur S-P-Pel Kalimat berstruktur S-P-Pel pada penelitian ini ditemukan 8 kalimat sebagai berikut. A: Bapak kenapa? B: Sayakehilanganpeci S P Pel (1) Kalimat tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat saya kehilangan peci, kata peci merupakan Subjek, kata kehilangan merupakan Predikat dan kata peci merupakan Pelengkap. A: Kegiatan kamu diluar apa? B: Sayangajarbeladiri(2) S P Pel Kalimat tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat sayangajarbeladiri, kata saya merupakan Subjek, kata ngajar merupakan Predikat dan kata beladiri merupakan Pel. A: Siapa yang memasak makanan disini? B: Makanannyadimasakbersama S P Pel (3) 41 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat tersebut berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat makanannya dimasak petugas, kata makanannya merupakan Subjek, kata dimasak merupakan Predikat dan kata petugas merupakan Pelengkap. B: Di rumah bisa makanenak S P Pel (4) Dirumah bisa nontonasyik S P Pel (5) Pada kalimat (4) dan (5) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat (4) dirumahbisamakanenak, kata dirumah merupakan Subjek, kata makan merupakan Predikat dan kata enak merupakan Pelengkap.Pada kalimat (5) dirumahbisanontonbola, kata dirumah merupakan Subjek, kata nonton merupakan Predikat dan kata bola merupakan Pelengkap. Sayamenulissuratbuat teman (6) S P Pel Kalimat (6) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Pada kalimat sayamenulispakaipena, kata saya merupakan Subjek, kata menulis merupakan Predikat dan kata pakaipena merupakan Pelengkap. Sayamakandengan menangis S P Pel (7) Kalimat (7) merupakan kalimat yang berstruktur S-P-Pel.Pada kalimat sayamakandipiringhijau, kata saya merupakan Subjek, kata makan merupakan Predikat dan kata dipiringhijau merupakan Keterangan. 42 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Bajunyadicuciibu S P Pel (8) Kalimat (8) merupakan kalimat yang berstruktur S-P-Pel.Pada kalimat bajunyadicuciibu, kata bajunya merupakan Subjek, kata dicuci merupakan Predikat dan kata ibu merupakan Pelengkap. 4.1.4 Kalimat Berstruktur S-P-K Kalimat berstruktur S-P-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi pada penelitian ini ditemukan 8 kalimat sebagai berikut. A: Ibu kamu pernah datang kesini? B: Pernah Ibudatangnyabesokpagikok S P K Kalimat (1) merupakan (1) kalimat berstruktur S-P-K.Pada kalimat ibudatangnyabesokpagikok, kata ibu merupakan Subjek, kata datangnya merupakan Predikat dan besokpagi merupakan Keterangan. A: Kamu pulang kemana? B: SayapulangkeJernihSarolangun (2) S P K 43 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (2) merupakan sayapulangkeJernihSarolangun, kalimat kata saya berstruktur merupakan S-P-K.Pada Subjek, kata kalimat pulang merupakan Predikat dan JernihSarolangun merupakan Keterangan. Sayalebaranhariini S P K Kalimat (3) (3) merupakan kalimat berstruktur S-P-K.Pada kalimat sayalebaranhariini, kata saya merupakan Subjek, lebaran merupakan Predikat dan katahariini merupakan Keternagan. Andibelajardidalamkelas S P K Kalimat (4) (4) merupakan kalimat berstruktur S-P-K.Pada kalimat Andibelajardidalamkelas, kata Andi merupakan Subjek, kata belajar merupakan Predikat dan kata didalamkelas merupakan Keterangan. A: Dimana kamu bertemu ibu? S B: Akudanibubertemudibengkel P K Kalimat (5) merupakan (5) kalimat berstruktur S-P-K.Pada kalimat akudanibubertemudibengkel, kata akudanibu merupakan Subjek, kata bertemu merupakan Predikat dan kata dibengkel merupakan Keterangan. Sayatidakakandatangkerumahkakaksaya S P K 44 (6) Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (6) merupakan kalimat sayatidakakandatangkerumahkakaksaya, berstruktur kata saya S-P-K.Pada merupakan kalimat Subjek, kata tidakakandatang merupakan Predikat dan kata kerumahkakaksaya merupakan Keterangan. Sayaistirahatdi ruangan S P K Kalimat (7) (7) merupakan kalimat berstruktur S-P-K.Pada kalimat sayaistirahatdiruangan, kata saya merupakan Subjek, kata istirahat merupakan Predikat dan kata diruangan merupakan Keterangan. Sayadatang42 hari yang lalu (8) S P K Kalimat (8) merupakan kalimat berstruktur S-P-K. Pada kalimat sayadatang42hariyanglalu, kata saya merupakan Subjek, kata datang merupakan Predikat dan kata 42hariyanglalu merupakan Keterangan. 4.1.5 Kalimat Berstruktur S-P-O-K Kalimat berstruktur S-P-O-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi dalam penelitian ini ditemukan 7 kalimat sebagai berikut. A: Bapak habis ngapain? B: Sayamencucipiringdi dapur S P O K (1) 45 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (1) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K.Pada kalimat sayamencucipiringdidapur, kata saya merupakan Subjek, kata mencuci merupakan Predikat, kata piring merupakan Objek dan kata didapur merupakan Keterangan. Sayamembelirokokdikantin S P O K Kalimat (2) merupakan (2) kalimat berstruktur S-P-O-K.Pada kalimat sayamembelirokokdikantin, kata saya merupakan Subjek, kata membeli merupakan Predikat, kata rokok merupakan Objek dan kata dikantin merupakan Keterangan. Sayamembelipeciharganya lima belas ribu (3) S P O K Kalimat (3) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K. Pada kalimat sayamembelipeciharganyalimabelasribu, kata saya merupakan Subjek, kata membeli merupakan Predikat, kata peci merupakan Objek dan kata harganyalimabelasribu merupakan Keterangan. A: Bapak minta apa? B: SayamintarokokSuryasatu bungkus S P O K Kalimat (4) merupakan kalimat (4) berstruktur S-P-O-K.Pada kalimat sayamintarokoksuryasatubungkus, kata saya merupakan Subjek, kata minta merupakan Predikat, kata rokok merupakan Objek dan kata satubungkus merupakan Keterangan. Sayamakannasitadipagi S P O K (5) 46 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (5) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K.Pada kalimat sayatidakmakantadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata tidakmakan merupakan Predikat, kata nasi merupakan Objek dan kata tadipagi merupakan Keterangan. Sayadikasihbuburtadi siang dua mangkok S P O K (6) Kalimat (6) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K. Pada kalimat sayadikasihbuburtadisiangduamangkok, kata saya merupakan Subjek, kata dikasih merupakan Predikat, kata bubur merupakan Objek, dan kata tadi siangduamangkok merupakan Keterangan. Sayamengepelruanganbersama Risky tadi pagi S P O K (7) Kalimat (7) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K. Pada kalimat saya mengepel ruangan bersama Riskytadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata mengepel merupakan Predikat, kata ruangan merupakan Objek, dan kata bersamaRiskytadipagi merupakan Keterangan. 4.1.6 Kalimat Berstruktur S-P-Pel-K Kalimat berstruktur S-P-Pel-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi pada penelitian ini ditemukan 5 kalimat sebagai berikut. Ayamnyadikasihmakanbapakjam 10 tadi pagi S P Pel K 47 (1) Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat (1) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K. Pada kalimat ayamnyadikasihmakanbapakjam10tadipagi, kata ayamnya merupakan Subjek, kata dikasihmakan merupakan Predikat, kata bapak merupakan Pelengkap dan kata jam10tadipagi merupakan Keterangan. Akudipukuliayahkusampai bengkak semua S P Pel K Kalimat (2) (2) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K.Pada kalimat akudipukuliayahkusampaibengkaksemua, kata aku merupakan Subjek, kata dipukuli merupakan Predikat, kata ayahku merupakan Pelengkap dan kata sampaibengkaksemua merupakan Keterangan. A: Kamu ngapain? B: Sayamencaridengan terrsenyum menggunakan kayu S P Pel K Kalimat (3) (3) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K.Pada kalimat sayamencari cacing tanah menggunakan kayu, kata saya merupakan Subjek, kata mencari merupakan Predikat, kata cacing tanah merupakan Pelengkap dan kata menggunakan kayu merupakan Keterangan. Ruangannyadibersihkanrame-ramekarena banyak sampah S P Pel K Kalimat (4) (4) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K.Pada kalimat ruangannyadibersihkanpetugaskarenabanyaksampah, kata ruangannya merupakan 48 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Subjek, kata dibersihkan merupakan Predikat, kata petugas merupakan Pelengkap dan kata karenabanyaksampah merupakan Keterangan. Sayasholat subuhbersamadi masjid jam 5 tadi pagi (5) S P Pel K Kalimat (5) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K. Pada kalimat sayasholatsubuhbersamadokterdimasjidjam5tadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata sholatsubuh merupakan Predikat, kata bersamadokter merupakan Pelengkap dan kata dimasjidjam5tadipagi merupakan Keterangan. 4.1.7 Kalimat Berstruktur S-P-K-K Kalimat berstruktur S-P-K-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi dalam penelitian ini ditemukan 5 kalimat sebagai berikut. Adikberangkatsekolahjam tujuh pagi (1) S P K K Dalam kalimat (1) merupakan kalimat yang berstruktur S-P-K-K. Pada kalimat adikberangkatsekolahjamtujuhpagi, kata adik sebagai Subjek, kata berangkat sebagai Predikat, kata sekolah sebagai Keterangan dan kata jamtujuhpagi sebagai Keterangan. A: Kegiatan tadi pagi apa? B: Kamiolahragadilapanganjam 8 pagi S P K K (2) Kalimat (2) merupakan kalimat berstruktur S-P-K-K. Pada kalimat kamiolahragadilapangantadipagi, kata 49 kami merupakan Subjek, kata Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 olahragamerupakan Predikat, kata dilapangan merupakan Keterangan dan kata jam8pagi merupakan Keterangan. Sayadiantarkesinisebulan yang lalu (3) S P K K Kalimat (3) merupakan kalimat berstruktur S-P-K-K.Pada kalimat sayadiantarkesinisebulanyanglalu, kata saya merupakan Subjek, kata diantar merupakan Predikat, kata kesini merupakan keterangan dan kata sebualanyanglalu merupakan Keterangan. Sayaistirahatdilapanganpagi tadi S P K K Kalimat (4) merupakan (4) kalimat berstruktur S-P-K-K.Pada kalimat sayaistirahatdilapangantadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata istirahat merupakan Predikat, kata dilapangan merupakan Keterangan dan kata pagitadi merupakan Keterangan. (5) Andibekerjadi bengkelkemarin S P K K Kalimat (5) merupakan kalimat berstruktur S-P-K-K.Pada kalimat Andibekerjadibengkelkemarin, kata Andi merupakan Subjek, kata bekerja merupakan Predikat, kata dibengkel merupakan Keterangan dan kata kemarin merupakan Keterangan. 4.1.8 Kalimat Berstruktur S-P-O-Pel 50 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Kalimat berstruktur S-P-O-Pel pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi dalam penelitian ini ditemukan 2 kalimat sebagai berikut. Ibumengirimbajubaru S P O Pel Kalimat (1) (1) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-Pel.Pada kalimat ibumengirimakubajubaru, kata ibu merupakan Subjek, kata mengirim merupakan Predikat, kata aku merupakan Objek dan kata bajubaru merupakan Pelengkap. Doktermemberisayaobatrasanya pahit S P O Pel (2) Kalimat (2) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-Pel. Pada kalimat Doktermemberisayaobatrasanyapahit, kata Dokter merupakan Subjek, kata memberi merupakan Predikat, kata saya merupakan Objek dan kata obatrasanyapahit merupakan Pelengkap. 4.2 Pembahasan 51 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Berdasarkan hasil penelitian struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yang telah dilakukan oleh peneliti, sesuai dengan tujuan awal yakni untuk mendeskripsikan struktur kalimat apa saja yang ditemukanpada penderita skizofrenia saat berkomunikasi. Proses mendapatkan data dilakukan peneliti dengan menyimak pada saat penderita skizofrenia berkomunikasi baik dengan sesama penderita maupun perawat dan memperhatikan struktur-struktur kalimat yang digunakannya. Untuk mendapatkan data selain dengan menyimak peneliti juga menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC).Hal ini dilakukan peneliti agar peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian.Peneliti melakukan penelitian dengan metode simak dan teknik-tekniknya dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat dianalisis. Dalam penelitian ini struktur kalimat yang didapatkan dari tuturan penderita skizofrenia sudah sangat beragam.Berdasarkan hasil penelitinan ditemukan 8 struktur kalimat pada penderita skizofrenia yakni kalimat berstruktur S-P, S-P-O, S-P-Pel, SP-K, S-P-O-K, S-P-Pel-K, S-P-K-K, S-P-O-Pel. BAB V 52 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan 8 struktur kalimat pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yakni kalimat berstruktur S-P sebanyak 7 kalimat, S-P-O sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel sebanyak 8 kalimat, S-P-K sebanyak 8 kalima, S-P-O-K sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel-K sebanyak 5 kalimat, SP-K-K sebanyak 5 kalimat dan S-P-O-Pel sebanyak 2 kalimat. 5.2 Saran Pada penelitian yang penulis teliti ini, masih banyak terdapat hal-hal yang belum terpenuhi, seperti struktur kalimat pada penderita skizofrenia hanya ditemukan 8 struktur kalimat saja.Untuk itu penulis mengharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai penelitian ini dengan permasalahan yang berbeda.Sehingga kekurangan yang penulis temukan dapat terlengkapi dengan adanya penelitian lanjutan yang dilakukan peneliti berikutnya. DAFTAR RUJUKAN 53 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Abdul, R. 2009. Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Ahmadi, A. 2009.Psikologi umum. Jakarta: Rineka cipta Aminuddin (Ed). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa Indonesia dan Sastra. Malang: HISKI dan Yayasan Asih Asah Asuh (YA3) Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, A. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta; Rineka Cipta Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Fausiah, F. 2003. Psikologi Abnormal (kilinis dewasa). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Alwi, H, dkk. 2003. TataBahasaBaku. Jakarta: Balai Pustaka Kartono, K. 1989. Patologi Sosial Budaya 3: Gangguan Gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kridalaksana, H. 1987. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.Ende-Flores: Nusa. Indah . 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mar’at, S. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung : PT Refika Aditama Moleong, L.J. 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja 54 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Rosdakarya Pramudya. 2003. Skizofrenia. Bandung: Remaja Rosdakarya Purwo, B.K. 1989. PELLBA 2. Jakarta: lembaga bahasa unika Atmajaya Sadock dan Kaplan.1997.Sinopsis Psikiatri. Jakarta Barat: Binarupa Aksara Sarastika, P. 2014. Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres Depresi, Shaleh, Kemarahan dan Kecemasan. Araska Publisher Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Sujanto, A. 2009.Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara Yusuf, S,.2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Remaja Roadakarya LAMPIRAN 55 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 DATA INFORMAN 1. Nama : Abdullah Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 43 Alamat : Jln. Lorong papada, RT. 015. Kel. Tungkal II Kec. Tungkal Ilir Kab. Tanjabbar 2. Nama : Adi Pratama Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 18 Alamat : Tanjung Gedang, Bungo 3. Nama : Husin Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 55 Alamat : RT.14 Tuo Ilir, Tebo 4. Nama : Saipul Amri 56 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 48 Alamat : RT.06, Jln. Blekok, Handil Jaya, Jelutung, Jambi 5. Nama : Tedy S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 32 Alamat : Perum Villa Ratumas no. 107 Blok G Talang Bakung, Jambi Selatan 6. Nama : Heri Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 44 Alamat : RT.10 Cempaka Putih, Jelutung 7. Nama : Ferry Maha Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 51 Alamat : RT.11Parit Bonangung Seyerang, Tanjabbar 8. Nama : Mat Turut 57 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 75 Alamat : RT.40 Talang Bakung, Jambi Selatan 9. Nama : Arifin Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 37 Alamat : Desa Pelayangan RT. 04 Muaro Tembesi, Batanghari 10. Nama : M. Syukri Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 35 Alamat : RT. 31 No. 77Talang Bakung, Jambi Selatan 11. Nama : Adi Darma Lubis Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 33 Alamat : Dinsos Kota Jambi 12. Nama : Sahrul 58 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 20 Alamat : Bungo Muko-Muko Bathin VII Bendaro Pasir Bulan 13. Nama : Sutrisno Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 49 Alamat : RT.02 Dusun Berau Desa Kampung Tujuh, Kec. Cermin Nan Gadang, Sarolangun 14. Nama : Badri Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 39 Alamat : RT.002, Desa Jernih, Kec. Air Hitam.Kab. Sarolangun 15. Nama : Nasri Aminuddin Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 24 Alamat : Muaro Jambi, Mestong RT.02 16. Nama : Andi 59 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 30 Alamat : RT.40 Talang Bakung, Jambi Selatan 17. Nama : Lukman Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 38 Alamat : RT.23 Pasir Putih, Jambi Selatan 18. Nama : Salam Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 36 Alamat : RT.06 Kumpeh, Muaro Jambi 19. Nama : Didik Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 23 Alamat : Jln. Baru RT.23 Jambi Timur, Kota Jambi 20. Nama : Rahmad 60 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 39 Alamat : RT.09 Tungkal Harapan, Tungkal Ilir, Tanjabbar 21. Nama : Bahari Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 54 Alamat : RT.01 Lubuk Nagodang, Kerinci 22. Nama : Rahmat Irhat Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 33 Alamat : RT.33 Simpang IV Sipin 23. Nama : Firitan Warir Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 38 Alamat : RT.01 Lubuk Nagodang, Siulak, Kerinci 61 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 LAMPIRAN Responden I A: Namanya siapa? B: Andi A: Tinggalnya dimana? B: Di handil bengkel, kerja di bengkel, di handil bengkel, dekat sini A: Disini sudah berapa lama? B: Sudah sebulan lebih A: Puasa gak? B: Puasa, sholat, rumah Andi di handil bengkel, andi bisa main bola A: Sudah punya istri? B: Ada lah, ibu andi, bapak andi ada A: Kamu ngapain aja dirumah? B: Andi ngopi B: Andi kerja A: Nama kamu siapa? B: Rizki A: Kenapa kok bisa disini? B: Di antar ibu, terus dia minta duit ibunya secara paksa A: Tinggal dimana? B: Jernih jaya di Sarolangun 62 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 A: Nama kamu siapa? B: Lukman, buk A: Kenapa kok kamu bisa disini? B: Saya main kerumah orang gak pake baju A: Kenapa kok gak pake baju? B: Ya saya dibilang sakit, saya disuruh pulang A: Hobby kamu apa? B: Gak punya hobby buk, A: Enak disini? B: Gak enak, gak bisa makan kecap A: Bapak kenapa disini? B: Gak tau A: Enakan dirumah atau disini B: Dirumah A: Kenapa? B: Dirumah bisa nonton bola A: Bapak kenapa kok bisa disini? B: Saya minta duit A: Apa kerja bapak disini? B: Saya cuci piring , saya masak nasi 63 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 A: Bapak kenapa? B: Tadi saya pakai peci A: Peci bapak mana? B: Peci dicuci A: Habis cuci bapak letakkan dimana? B: Saya jemur A: Kamu sekolah? B: Iya A: Belajar apa kamu disekolah? B: Sayanulis B: Saya Olahraga Responden II A: Kegiatan tadi pagi apa? B: Kami olahraga dilapangan jam 8 pagi B: Saya istirahat dilapangan pagi tadi B: Saya membeli peci harganya lima belas ribu A: Bapak ngapain disini? B: Saya duduk di kursi B: Dokter memberi saya obat rasanya pahit B: Saya istirahat di ruangan 64 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 B: Saya dikasih bubur tadi siang dua mangkok B: Ibu datangnya besok pagi kok B: Saya tidak akan datang kerumah kakak saya A: Siapa yang memasak makanan disini? B: Makanannya dimasak bersama A: Kamu pulang kemana? B: Saya pulang ke Jernih Sarolangun B: Ibu mengirim baju baru A: Bapak sudah sarapan? B: Saya makan nasi A: Bapak kenapa? B: Saya capek A: Saya sholat subuh bersama di masjid jam 5 tadi pagi A: Ibu kamu pernah datang kesini? B: Pernah B: Ibu datangnya besok pagi kok A: Ayamnya dikasih makan bapak jam 10 tadi pagi B: Aku dipukuli ayahku sampai bengkak semua 65 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4 Responden III A: Enakan dirumah apa disini? B: Enak dirumah B: Di rumah bisa makan enak B: Dirumah bisa nonton asyik B: Saya membeli rokok dikantin A: Kamu ngapain? B: Saya mencari dengan terrsenyum menggunakan kayu B: Saya makan nasi tadi pagi B: Saya mengepel ruangan bersama Risky tadi pagi B: Adik berangkat sekolah jam tujuh pagi A: Hobbynya apa? B: Sepak Bola B: Beladiri, saya suka B: Saya pelatih beladiri A: Prestasi apa yang pernah didapat dari beladiri B: Saya pelatih jadi gak ada prestasi 66