struktur kalimat pen fakultas kegu ktur kalimat penderita

advertisement
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
STRUKTUR KALIMAT PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT
JIWA JAMBI
SKRIPSI
OLEH
NEZA ANGGESTIA
A1B111068
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
AGUSTUS 2015
1
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
STRUKTUR KALIMAT PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT
JIWA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Jambi
untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH
NEZA ANGGESTIA
A1B111068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
AGUSTUS2015
2
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Neza Anggestia
NIM
: A1B111068
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Seni
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar karya
sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain. Apabila
dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan
atau plagiat, saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Jambi,
Yang Membuat Pernyataan,
Neza Anggestia
NIM A1B111068
3
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
ABSTRAK
Anggestia, Neza. 2015. Struktur Kalimat Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi: Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas
Jambi, Pembimbing: (I) Prof. Dr. Drs. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd.
(II) Drs. Andiopenta Purba, M.Hum. M. DIV.
Kata Kunci: Struktur Kalimat, Penderita Skizofrenia.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kalimat penderita
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yakni struktur kalimat berdasarkan fungsi.
Sebagai sarana mengungkapan pikiran yang utuh secara ketetabahasaan, satuan
gramatikal kalimat membawa peran penting dalam komunikasi. Melalui struktur
kalimat yang benar, komunikasi dapat terjalin dengan baik. Pesan yang ingin
disampaikan penulis atau pembicara dapat tersampaikan dengan benar pula kepada
pembaca atau pendengar. Di sinilah nilai pentingnya susunan kalimat yang benar
dalam berkomunikasi. Proses komunikasi yang terjadi pada penderita skizofrenia
beraneka ragam sehingga mempengaruhi struktur kalimatnya. Penelitian ini
bermanfaat untuk keperluan pengetahuan ilmu kebahasaan khususnya sintaksis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan pendekatan objektif. Analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan data.
Hal yang dideskripsikan adalah struktur kalimat penderita skizofrenia . Data yang
dianalisis diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi gabungan yakni triangulasi
metode dan penyidik. Data yang didapatkan atau diperoleh oleh peneliti dari hasil
penyimakan terhadap tuturan informan dibandingkan dengan data yang diperoleh
informan melalui hasil wawancara atau perekaman, kemudian dibandingkan maka
diperoleh hasil terbaik. Data penelitian berbentuk data lisan yang tersimpan dalam
sebuah rekaman. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode simak, dengan teknik dasar sadap, dan teknik lanjutan
adalah libat cakap, catat, dan rekam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kalimat penderita skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa Jambi sangat beragam, ditemukan struktur kalimatnya yaitu:1)
S-P;2)S-P-O;3)S-P-Pel;4)S-P-K;5)S-P-O-K;6)S-P-Pel-K;7)S-P-Pel-Pel-K;8)S-P-KK;9)S-P-O-Pel.
Simpulan dari penelitian ini adalah ditemukan 8 struktur kalimat pada
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yakni kalimat berstruktur S-P
sebanyak 7 kalimat, S-P-O sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel sebanyak 8 kalimat, S-P-K
sebanyak 8 kalima, S-P-O-K sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel-K sebanyak 5 kalimat, SP-K-K sebanyak 5 kalimat dan S-P-O-Pel sebanyak 2 kalimat.
4
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunian-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Struktur Kalimat Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pertama pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jambi.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan
baik ini, penulis sampaikan rasa terima kasih. Terima kasih tak terhingga penulis
sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Drs. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd. selaku
pembimbing I, dan Bapak Drs. Andiopenta Purba, M.Hum. M. DIV selaku
pembimbing II yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan,
dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Terima kasih kepada dewan penguji skripsi yaitu Bapak Drs. Eddy Pahar
Harahap M.Pd selaku penguji I, Bapak Dr. Kamaruddin M.Pd selaku penguji II dan
selaku pembimbing akademik peneliti, dan Ibu Irma Suryani M.Pd selaku penguji III
yang telah banyak memberikan masukan dan pemahaman yang berharga dalam
menyusun skripsi ini.
5
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
menyusun skripsi ini.
Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Lendrawadi
dan Ibunda Iryanti yang telah memberikan kasih sayang yang teramat sangat,
semangat, saran, nasihat, dan bantuan materil dalam upaya menyelesaikan skripsi
ini.Terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat yang selalu mencurahkan
do’anya, memberikan dukungan dan ikut andil dalam menyelesaikan skripsi ini serta
teman-teman seperjuangan keluarga besar Reguler B khusunya dan teman-teman
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2011.Terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut andil dan memberikan bantuannya, yakni pasien
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi selaku Informan yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan mereka.Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua
dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
Jambi,
2015
Peneliti
6
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai sarana mengungkapan pikiran yang utuh secara ketetabahasaan,
satuan gramatikal kalimat membawa peran penting dalam komunikasi.Melalui pola
kalimat yang benar, komunikasi dapat terjalin dengan baik.Pesan yang ingin
disampaikan penulis atau pembicara dapat tersampaikan dengan benar pula kepada
pembaca atau pendengar.Di sinilah nilai pentingnya susunan kalimat yang benar
dalam berkomunikasi.
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi,
mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas
yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan
sebagainya (Kridalaksana 1987:92).
Kemampuan manusia menyerap atau menangkap bahasa berbeda-beda.Bagi
manusia yang normal, terkadang kita mengalami kesalahpahaman pemaknaan
maksud yang disampaikan penutur kepada kita sebagai penyimak atau pendengar.Hal
ini timbul akibat adanya ketidakmampuan mengembangkan keterampilan berbicara
atau adanya gangguan-gangguan berbicara yang menghalangi aktivitas sosial manusia
yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.Konsep ini, dapat dibuktikan
pada lingkungan manusia yang terganggu pikirannya, bahasa awamnya yaitu gila
(Skizofrenia).
7
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Menurut Kaplan dan Sandock (1997:167), ” Skizofrenia merupakan suatu
deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit
(tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya”.
Selanjutnya, Kaplan dan Sandock mengatakan (1997:165), “Pada umumnya
skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted)”. Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.Biasanya skizofrenia ditangani dengan obat-obatan antipsikotik dan terapi
sebagai bentuk pengobatan psikologis.Selain itu, penanganan skizofrenia juga harus
ditunjang dengan dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat si penderita.
Yang termasuk penanganan tepat skizofrenia diantaranya adalah mengenali tandatanda episode akut, pemberian obat sesuai resep, dan sikap terbuka pada orang lain
tentang kondisi ini. Dengan mengombinasikan berbagai metode penanganan,
penderita skizofrenia bisa perlahan-lahan pulih, hidup dengan normal, dan mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Pada dasarnya, penyebab pasti skizofrenia belum diketahui.Namun sejumlah
ahli meyakini bahwa perkembangan kondisi ini tidak lepas dari peran kombinasi
antara faktor genetika dan lingkungan.Dugaan mengenai pengaruh lainnya adalah
kelainan yang terjadi pada zat-zat kimia otak, seperti asam glutamat dan
dopamin.Para ahli yang melakukan penelitian yang didasarkan pada pencitraan otak
8
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
juga mengatakan bahwa ada perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf penderita
skizofrenia dengan orang yang sehat.Genetika, zat-zat kimia otak, struktur otak, dan
sistem saraf merupakan bagian dari faktor “dalam”, sedangkan yang termasuk faktor
“luar” atau lingkungan bisa berupa stres dan penyalahgunaan narkoba.Stres atau
trauma diduga menjadi salahsatu pemicu utama skizofrenia. Banyak hal yang dapat
membuat seseorang mengalami stres, diantaranya adalah kehilangan pekerjaan,
kehilangan rumah, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, pelecehan seksual, dan
sebagainya.
Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya tentu dapat berbahasa
dengan baik.Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya,
tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif.Jadi,
kemampuan bahasanya terganggu.Dikarenakan penderita ini mengalami gangguan
pada otak, secara otomatis, padaproses berpikirnya juga mengalami gangguan dan hal
ini mempengaruhi prosesberbahasanya.
Penelitian ini menggunakan objek tuturan pasien penderita skizofrenia di RSJ
Jambi sebagai objek penelitian.Pemilihan tuturan sebagai objek penelitian karena
tindak tutur pada satuan gramatikal kalimat antara orang normal dengan penderita
skizofrenia terdapat perbedaan.Berpikir (pikiran) sangat berkaitan erat dengan
kemampuan berbahasa.Hal ini karena kuantitas dan kualitas kemampuan berbahasa
sangat menentukan kuantitas dan kualitas kemampuan berpikir (pikiran).Tuturan
berupa struktur kalimat yang dihasilkan penderita gangguan jiwa (skizofrenia)
cenderung kacau karena adanya kelainan pada bagian otak.Tuturan itu sendiri
9
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
menurut kamus linguistik merupakan wacana yang menonjolkan rangkaian peristiwa
dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan
tertentu.Jadi, apabila terjadi gangguan berbahasa pada seorang penderita gangguan
jiwa yang disebabkan oleh gangguan berpikir maka tata bahasa (linguistik) atau
penggunaan bahasa (komunikasi pragmatik) nya menajadi terganggu.
Alasan penulis untuk melakukan penelitian mengenai struktur kalimat pasien
penderita skizofrenia ini adalah untuk membuktikan kebenaran bahwa adanya
keterkaitan antara berbahasa dan berpikir (jiwa), yaitu pasien penderita skizofrenia
dengan bagaimana proses berbahasa atau berbicaranya dan untuk mendeskripsikan
bagaimanakah struktur kalimat penderita skizofrenia. Serta, sehubungan dengan mata
kuliah yang telah diambil oleh penulis, yaitu psikolinguistik.Psikolinguistik
merupakan dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan linguistik.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Chaer (2003:5), “Secara etimologi sudah
disinggung bahwa kata-kata psikolinguistik terbentuk dari dua disiplin ilmu, yakni
psikologi dan linguistik”.Berdasarkan kajian tersebut, penulis mencoba memberikan
masalah yang berkaitan dengan kedua disiplin ilmu ini.Pasien penderita skizofrenia
ringan yang menjadi sampel pada penelitian ini, merupakan gangguan jiwa yang
dianggap tidak terlalu berbahaya dan mudah berkomunikasi dengan mereka. Sesuai
dengan permasalahan yang akan penulis kemukakan, yaitu tentang struktur kalimat
pasien penderita skizofrenia. Struktur-struktur kalimat dari penderita skizofrenia
penulis dapatkan ketika penulis saling akrab dan mampu berkomunikasi baik dengan
penderita.
10
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti penelitian
ini dengan judul “Struktur Kalimat Penderita Skizofreniadi Rumah Sakit Jiwa
Jambi”.
11
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
“ Bagaimanakahbentuk-bentuk struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Jambi?”
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas maka penelitian ini dibatasi pada struktur
kalimat penderita skizofreniatingkat ringan (paranoid)yang dirawat di Rumah Sakit
JiwaJambi.
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian ini maka tujuan penelitiannya
adalah “Mendeskripsikan apa saja struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Jambi”.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis maupun
manfaat praktis dalam bidang kebahasaan.
1.5.1Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu di
bidang kebahasaan, khususnya pada struktur kalimat.
12
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai bagaimana sebenarnya
studi penelitian tentang struktur kalimatpenderita gangguan jiwa (skizofrenia)
2. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
sebenarnya struktur kalimat penderita skizofrenia.
1.6Defenisi Istilah
1) Skizofrenia (gila) adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan
proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah.
2) Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungan.
3) Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.
13
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Hakikat bahasa
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan
oleh
suatu
masyarakat
tutur
untuk
bekerja
sama,
berkomunikasi,
dan
mengindentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu
aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata,
maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi
dapat terganggu.“Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa
bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Karena lambang yang
digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa
yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan” (Chaer 1998:1).
Chaer menegaskan bahwa Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistemsistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu
bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem
(subsistem, fonologi, sintaksis, dan leksikon.).sistem bahasa ini merupakan sistem
lambang, sama dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya.
Hanya, sistem lambang bahasa ini berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain; dan
bunyi itu adalah bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Sama dengan
sistem lambang ini, sistem lambang bahasa ini juga bersifat arbitrer.
Jadi, bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan
atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture yang berkaitan
14
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
dengan mimik atau tanda-tanda yang disepakati dan mengandung makna yang dapat
dipahami.
2.2 Struktur Kalimat Berdasarkan Fungsi
Dalam pembicaraan struktur sitaksis pertama-tama harus dibicarakan masalah
fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis.Fungsi merupakan tataran
tertinggi dan yang paling abstrak.Kategori merupakan tataran kedua dengan tingkat
keabstrakan yang lebih rendah daripada fungsi, dan peran merupakan tataran yang
ketiga dan terendah tingkat keabstrakannya jika dibandingkan dengan kedua tataran
lainya (Sudaryanto 1983:13).
Fungsi merupakan tempat kosong yang eksistensinya baru ada karena
formulasinya, yaitu yang digunkan sebagai tempat oleh pengisinya.
Pengisi fungsi itu ada dua yaitu pengisi bentuk dan pengisi makna.Pegisi bentuk
berupa kategori-kategori dan pengisi makna berupa peran-peran. Secara fungsional,
kalimat atau klausa itu terdiri atas fungsi-fungsi, yaitu apa yang disebut subjek (S),
predikat (P), objek (O), Pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Fungsi bersifat
relasional. Adanya fungsi yang satu tidak dapat dibayangkan tanpa hubungan dengan
fungsi yang lain. Kita dapat mengatakan sesuatu itu P hanya dalam hubungan dengan
S atau O. demikian pula sebaliknya kita dapat mengatakan bahwa sesuatu itu S atau O
hanya dalam hubungan dengan P.
15
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
2.2.1 Fungsi Predikat
Predikat (P) adalah konsituen pusat dalam suatu kalimat yang disertai
pendamping kiri dengan atau tanpa pendamping kanan.Pendamping kiri itu subjek
(S), sedangkan pendamping kanan itu objek (O) atau pelengkap (Pel).Secara dominan
P itu diisi oleh verba, non verbal.S merupakan fungsi terpentingkedua setelah P yang
pengisinya tidak dapat dipertanyakan atau pengisinya tidak dapat diganti oleh
kategori pronominal interogatif.Kalimat sederhana yang teridri atas dua konsituen,
jika dilihat dari aspek fungsi sintaksisnya, selalu berupa S dan P. Perhatikan kalimat
berikut ini.
(1) Andi tidur
Kalimat (1) terdiri atas dua konsituen, yaitu Andi dan tidur.Konstituen
tidurberkategori verba dan Andi berkategori nomina. Verba itu merupakan konstituen
pusat secara dominan mengisi fungsi P. Dengan demikian, kostituen tiduritu
berfungsi P. Dalam pada itu, fungsi konstituen Andiadalah S. Penentuan bahwa Andi
sebagai S berdasarkan dua alasan. Pertama, konstituen itu terletak di sebelah kiri
terhadap P tidur. Kedua, fungsi S tidak dapat dipertanyakan dengan kata ganti tanya.
Mengingat konstituen Andi dalam kalimat (1) memenuhi kedua alasan itu, maka
dapatlah ditentukan bahwa konstituen Andi adalah S. Memang kalimat (1) dapat
dirubah, yang konstituen Andi diganti dengan kata ganti tanya sapa seperti kalimat
(2) di bawah ini.
(2) Siapa yang tidur? atauYang tidur siapa?
16
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Namun, konstituen apabukan sebagai S, melainkan P; dan yang mengisi fugsi
S justru yang tidur.Pengenalan fungsi S dan P dengan cara demikian itu juga berlaku
untuk kalimat yang P-nya nonverbal dan untuk kalimat yang terdiri dari tiga
konstituen atau lebih sebagai contoh kalimat berikut ini.
(3) ‘Sembadra itu cantik sekali’
(4) ‘Anak Parman itu lima’
(5) ‘Adi membeli rokok’
(6) ‘Adi membelikan Wati bedak’
Kalimat (3) yang terdiri atas dua konstituen berpredikat adjektiva, kalimat (4)
yang terdiri atas dua konstituen berpredikat numeralia, kalimat (5) terdiri atas tiga
konstituen yang berpredikat verba dan kalimat (6) yang terdiri atas empat konstituen
berpredikat verba.
2.2.2 Fungsi Subjek
Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat.
Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa seperti tampak pada
contoh berikut,
a. Harimau binatang liar
b. Anak itu belum makan
c. Yang tidak ikut upacara akan ditindak
Subjek sering juga berupa frasa verbal.Seperti contoh berikut.
17
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali
b. Berjalan kaki menyehatkan badan
Pada umumnya, subjek terletak disebelah kiri predikat. Jika unsure subjek panjang
dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan diakhir kalimat,
contoh:
a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak
b. Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian
Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan
biasanya tidak hadir, contoh:
a. Tolong (kamu) bersihkan meja ini
b. Mari (kita) makan
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu
dipasifkan, contoh:
a. Anak itu [S] menghabiskan kue saya
b. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel]
2.2.3 Fungsi Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat
yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Tata Bahasa Baku, 2003:328).Selain
18
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
disertai pendamping S, P yang selalu merupakan konstituen pusat itu dimungkinkan
pula masih didampingi konstituen lain yang berada di sebelah kanannya. Salah satu
konstituen lain itu adalah objek (O). Fungsi O dapat dikenali kejadiannya lewat dua
cara, yaitu (1) dengan melihat jenis P-nya dan (2) dengan memperhatikan ciri khas O
itu sendiri. Jenis P yang memunculkan O adalah P yang berwatak aktif
transitif.Fungsi P yang berwatak demikian itu memiliki imbangan bentuk pasif didan dapat dijadikan bentuk imperatif.P aktif transitif dapat diisi oleh verba dasar
tertentu dan verba berimbuhan N-, N-/-i, dan N-/-ake. Adapun ciri khas O adalah jika
kalimat tersebut dipasifkan, maka O kalimat aktif menjadi S kalimat pasifnya, sebagai
contoh kalimat berikut ini.
(7)‘Bapak membeli koran’
Konstituen yang diisi oleh nomina koran dalam kalimat (7) itu adalah O.
Fugsi O itu muncul karena pengisi P-nya membeliberkategori verba aktif transitif
yang dapat dipastikan menjadi S, seperti kalimat berikut ini.
(8) ‘Korannya dibeli bapak’
2.2.4 Fungsi Pelengkap
Di samping O, fungsi yang wajib hadir setelah P atau di sebelah kanan P
adalah Pelengkap (Pel). Perbedaanya dengan O, fungsi Pel tidak bisa menjadi S
dalam kalimat pasif, sedangkan P yang disertai Pel itu adalah P yang berkategori
verba aktif bitransitif, aktif intrasitif, dan pasif. Perhatikan kalimat berkut ini.
(9) Sardikun membelikan adik baju
19
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat (9) terdiri atas empat konstituen, yaitu Sardikun, membeli, adik, dan
baju. Konstituen pusatnya yang menjadi P-nya adalah membeli, pendamping kiri atau
S-nya adalah Sardikun, konstituen yang bisa dijadikan S dalam kalimat pasifnya
adalah adik, sehingga konstituen adikberfungsi sebagai O, sedangkan bajusebagai Pel
karena tidak bisa menjadi S dalam kalimat pasif, seperti kalmiat berikut ini.
(10) Adik dibelikan Sardikun baju
(11) Baju dibelikan Saridkun adik
Adikdalam kalimat (10) berfungsi S yang berasal dari O kalimat (9) dan
bajudalam kalimat (9) berfungsi Pel karena tidak dapat dijadikan S kalimat pasif
seperti kalimat (11) tidak berterima. Kalimat (9) menunjukkan bahwa Pel berada
dalam kalimat yang P-nya berkategori verba aktif bitransitif dan berada besama-sama
O. Ada pula Pel yang berada dalam kalimat yang P-nya berkategori verba aktif
intransitif dan verba pasif, seperti kalimat berikut ini.
(12) Saya melihat ular
(13) Nardiati kehilangan uang
Pel kalimat (12) adalah ular, dan Pel kalimat (13) adalah uang.Kalimat (12)
melihatberkategori verba aktif intransifit dan P kalimat (13) kelangan berkategori
verba pasif.
2.2.5 Fungsi Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling
mudah berpindah letaknya.Keterangn dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di
20
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
tengah kalimat.Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat
manasuka.Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional,
atau frasa adverbial. Contoh:
a. Dia memotong rambutnya
b. Dia memotong rambutnya di kamar
c. Dia memotong rambutnya dengan gunting
d. Dia memotong rambutnya kemarin
Unsur dikamar, dengan gunting, dan kemarin pada contoh merupakan
keterangan yang sifatnya manasuka.
Selain oleh satuan yang berupa kata atau frasa, fungsi keterangan dapat pula diisi oleh
klausa, contoh:
a. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah
b. Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima bekerja di bank
Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsure-unsurnya.Dengan
demikian,
keterangan
dikamar
mengandung
makna
tempat,
denganguntingmengandung makna alat, kemarinmenyatakan makna waktu, dan
sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta segera setelah dia di terima
bekerja di bank juga mengandung makna waktu.
21
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Berdasarkan maknanya seperti tersebut diatas, terdapat bermacam-macam
keterangan, berikut ini didaftarkan beberapa jenis keterangan yang lazim dikenal
dalam tata bahasa.
Jenis keterangan
1. Tempat
2. Waktu
3. Alat
4. Tujuan
5. Cara
6. Penyerta
7. Perbandingan/
kmiripan
8. Sebab
9. Kesalingan
Preposisi/penghubung
Di
Ke
Dari
(di) dalam
Pada
Pada
Dalam
SeSebelum
Sesudah
Selama
Sepanjang
Dengan
Agar/supaya
Untuk
Bagi
Demi
Dengan
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Dengan
Bersama
Beserta
Seperti
Bagaikan
Laksana
Karena
Sebab
-
22
Contoh
Di kamar, di kota
Ke Medan, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
(di) dalam rumah,
Padasaya
Sekarang, kemarin
Pada hari ini
Dalam minggu ini
Setiba di rumah
Sebelum pergi
Sesudah pukul 12
Selama 2 minggu
Sepanjang tahun
Dengan
(memakai)
gunting, dengan mobil
Agar/supaya kamu pintar
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depanmu
Demi kekasihnya
Dengan diam-diam
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
Karena perempuan itu
Sebab kecerobohannya
Saling (mencintai) satu
sama lain
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Disamping kesembilan jenis keterangan di atas, ada pula jenis keterangan lain
yang selalu berbentuk kalusa, yaitu keterangan syarat, keterangan pengandaian,
ketrangan konsesif, dan keterangan hasil.
2.3Gangguan berpikir
ekspresi verbal merupakan pengutaraan isi pikiran. Oleh karena itu, bisa
disimpulkan bahwa ekspresi verbal yang terganggu bersumber atau disebabkan oleh
pikiran yang terganggu.
Menurut Chaer, (2003:159-160) menggolongkan gangguan ekspresi verbal
sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa hal-hal sebgai berikut:
1. Pikun (demensia)
Orang yang pikun menunjukkan banyak sekali gangguan seperti agnosia,
afraksia,amnesia,
perubahan
kepribadian,
perubahan
perilaku
dan
kemunduran dalam segala macam fungsi intelektual. Semua gangguan itu,
menyebabkan kurangnya berpikir, sehingga ekspresi verbalnya diwarnai
dengan kesukaran menemukan kata-kata yang tepat.Kalimat sering kali
diulang-ulang, pembicaraan sering terputur karena arah pembicaraan tidak
teringat lagi.
2. Sisofrenik
Seorang penderita sisofrenik dapat berbicara terus menerus. Ocehannya hanya
merupakan ulangan curah verbal semula dengan tambahan sedikit-sedikit atau
23
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
dikurangi beberapa kalimat, yang utama adalah diferensiasi dalam gaya
bahasa sisofrenia halusinasi dan pasca-halusinasi.Pada bidang psikologi
dapat juga kita temukan gangguan berpikir sisofrenik ini, hanya saja pada
penggunaan penyebutan dan istilahnya berbeda.
Fausiah (2003:121-122), “Secara ilmiah orang semacam ini dikatakan
menderita gangguan skizofrenia, yaitu suatu gangguan yang dianggap sebagai salah
satu gangguan mental yang paling parah”. Skizofrenia adalah sebuah kata yang
bearasal dari bahasa Yunani “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah” dan
“phrenia” yang berarti “jiwa”. Secara umum terdapat tiga golongan simtom, yaitu
simtom positif, simtom negative, dan simtom disorganisasi.Arti dari kata-kata
tersebut menjelaskan karakteristik utama dari gangguan skizofrenia, yaitu adanya
pemisahan
antara
pikiran,
emosi,
dan
perilaku
dari
orang
yang
mengalaminya.Gangguan skizofrenia tergolong pada gangguan psikotik, yang ciri
utamanya antar lain adalah kegagalan dalam reality testing.
Dalam sejarah perkembangan gangguan skizofrenia sebenarnya telah
dibicarakan ratusan tahun yang lalu.Dalam sejarahnya, banyak sekali tokoh psikiatri
maupun neurologi yang berperan. Beberapa tokoh yang dianggap penting
memberikan sumbangan penting antara lain Emil Kraepelin dan Eugen Bleuler.
Kraepelin (Pramudya, 2003:1) mengatakan “Mula-mula menyebut gangguan
semacam ini sebagai demence precox(dari istilah demence precox yang diperkenalkan
oleh morel) istilah ini menekankan pada proses kognitif tertentu (dementia) dan onset
24
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
pada masa awal (precox)”.Pasien dengan gangguan ini digambarkan memiliki
deteoriorasi jangka panjang serta gejala klinis umum halusinasi dan delusi.
Menurut Bleuler (Pramudya, 2003:1), “Istilah skizofrenia menunjukkan
terjadinya pemisahan antara pikiran, emosi dan perilaku orang yang mengalaminya”.
Davison dan Neale (Fausiah, 2003:124) menyatakan “Secara umum
karakteristik simtom skizofrenia dapat digolongkan dalam tiga kelompok: simtom
positif, simtom negative, dan simtom disorganisasi”. Simtom positif adalah tandatanda yang berlebihan yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada, namun pada
pasien skizofrenia justru muncul, yang termasuk dalam simtom positif ini antara lain
delusi (atau dikenal juga dengan istilah waham) dan halusinasi.
Pengertian waham adalah keyakinan yang keliru, yang tetap dipertahankan
sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang kekeliruannya, dan tidak serasi
dengan
latar
belakang
pendidikan
dan
sosial
budaya
orang
yang
bersangkutan.Sedangkan, halusianasi adalah penghayatan (seperti persepsi) yang
dialami melalui panca indera, dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal (rangsangan
dari luar).Simtom negative adalah simtom yang deficit, yaitu perilaku yang
seharusnya dimiliki orang normal, namun tidak dimunculkan oleh pasien.
Termasuk dalam simtom ini adalah avolition/apathy(hilangnya energi dan
hilangnya minat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan hal-hal yang awalnya
merupakan aktivitas rutin), alogia(kemiskinan kuantitas dan atau isi pembicaraan),
anhedonia(ketidakmampuan untuk memperoleh kesenangan, muncul antara lain
dalam bentuk hilangnya minat dan aktivitas, kegagalan menjalin hubungan dekat
25
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
dengan orang lain, dan hilangnya minat dalam hubungan seksual), abulia
(kekurangan impils untuk bertindak atau berpikir, tidak mampu memikirkan
konsekuensi dari tindakan), dan asosialitas(gangguan yang buruk dalam hubungan
sosial). Sedangkan, simtom disorganisasi antara lain, perilaku yang aneh ( misalnya
katatonia dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan
pose tubuh yang aneh, dan lain-lain atau waxy flexibility-orang lain dapat memutar
atau membentuk posisi tertentu dari anggota badan pasien, yang akan dipertahankan
untuk waktu yang lama) dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi
pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasi ide dan pembicaraan sehingga
orang lain mengerti (dikenaal juga dengan gangguan berpikir formal).
Menurut Apa (Fausiah, 2003:126) seorang penderita skizofrenia dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Tipe Paranoid (Ringan)
Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya
penyakit. Jenis ini sering muncul setelah umur 30 tahun. Untuk dapat digolongkan
tipe ini, pada pasien harus tampak adanya preokupasi (keasyikan) dengan satu atau
lebih waham , tipe-tipe waham terdiri dari lima tipe, yaitu: waham kebesaran, curiga,
somantik
keagamaan,
(meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terserang penyakit),
dan
nihilistik
(
meyakini
bahwa
dirinya
sudah
tidak
ada
didunia/meninggal). Selain waham penderita skizofrenia ringan (paranoid), juga
tampak halusinasi auditoris yang sering.Suara-suara halusinasi yang mengancam
26
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
pasien atau member perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. Syarat lain dari tipe paranoid adalah
disorganisasi pembicaraan, disorganisasi perilaku atau katatonik. Pasien yang sehat
biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu mereka melewati
penyakitnya.
2. Tipe Katatonik
Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, biasanya akut serta
didahului oleh stress emosional.Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor
(amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta
aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara).Gaduh gelisah (tampak jelas
aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal),
menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh), dan negativisme (tampak jelas
perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah dan upaya untuk
menggerakkan atau pergerakan kearah yang berlawanan).
3. Tipe Hebefrenik (tipe tidak terorganisir)
Permulaanya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada masa remaja
atau antara 15-25 tahun. Gejalanya nya adalah: gangguan proses berpikir, gangguan
kemauan, dan adanya depersonalisasi. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan
27
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
tak dapat diramalkan, serta mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri
(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
2.4Gangguan berbahasa
Secara umum bahasa dapat diartikan sebagai ucapan, pikiran, dan perasaan
seseorang yang di sampaikan secara teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi
antar anggota masyarakat. Menurut Ahmadi (2009:88), “Bahasa merupakan alat
komunikasi antara Aku dengan Aku lain. Artinya, segala sesuatu yang dipikirkan
oleh seseorang itu akandipahami oleh orang lain, apabila orang pertama tadi
menyatakan pikirannya dengan satu cara tertentu”. Dengan memberikan tanda-tanda,
isyarat, gerak, ungkapan wajah, dan khususnya dengan bunyi-bunyian.Bunyi-bunyian
yang
tidak
mengandung
artikulasi
(tanpa
ruas,
tidak
jelas),
disebut
“pekikan”,sedangkan yang mempunyai artikulasi (beruas dan diucapkan dengan
jelas), disebut “bahasa”.
Untuk mampu berbahasa diperlukan kemampuan untuk mengerti bahasa dan
kemampuan untuk mengeluarkan kata-kata, yang berimplikasi bahwa daerah Broca
dan Wernicke harus berfungsi penuh.Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya
menghasilkan gangguan berbahasa yang dapat disingkatkan dengan istilah afasia.(
Purwo, 1989:170)
Menurut Chaer (2009:154) “Berbahasa berarti berkomunikasi dengan
menggunakan suatu bahasa. Bagaimana kemampuan berbahasa dikuasai manusia,
berkaitan erat dan sejalan dengan perkembangan manusia yang baru lahir ini. Proses
28
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
memproduksi kata-kata itu berlangsung terus sejalan dengan proses pengembangan
pengenalan dan pengertian (gnosis dan kognisis)”.
Berbahasa, seperti yang sudah disebutkan dalam Chaer (2009:154) berarti
komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa.Untuk dapat berbahasa diperlukan
kemampuan mengeluarkan kata-kata.Ini berarti, daerah broca dan wernicke harus
berfungsi dengan baik.Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan
terjadinya
gangguan
berbahasa yang disebut afasia.Menurut Chaer dalam
Psikolinguistik (2009:157), Terdapat jenis-jenis afasia diantaranya afasia motorik dan
afasia sensorik.
1. Afasia motorik
Kerusakan pada belahan otak yang dominan yang menyebabkan terjadinya
afasia motorik biasa terletak pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah broca.Atau
pada lapisan dibawah permukaan (Sub transkortikal) daerah broca atau juga didaerah
otak antara daerah broca dan warnicke (lesi transkortikal). Oleh karena itu, terdapat
tiga macam afasia motorik ini, yaitu
a. Afasia motorik kortikal
Tempat menyimpan sandi-sandi perkataan adalah korteks daerah
broca.Maka apabila gudang penyimpanan itu musnah, tidak aka nada lagi
perkataan yang dapat dikeluarkan.Jadi, afasia motorik kortikal berarti
29
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
hilangnya
kemampuan
untuk
mengutarakan
isi
pikiran
dengan
menggunakan perkataan.
b. Afasia motorik subkortikal
Sandi-sandi perkataan disimpan dilapisan permukaan (korteks) daerah
broca, maka apabila kerusakan terjadi pada bagian bawahnya (subkortikal)
semua perkataan masih tersimpan utuh didalam gudang.
c. Afasia motorik transkortikal
Afasia motorik transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara
daerah broca dan wernicke.Ini berarti, hubungan langsung antara
pengertian dan ekspresi bahasa terganggu.
2. Afasia sensorik
Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada
lesikortikal didaerah warnicke pada hemisferium yang dominan.Daerah itu terletak
dikawasan asosiatif antara daerah visual, daerah sensorik, daerah motorikdan daerah
pendengaran.
Pada penderita afasia sensorik ini kehilangan pengertiaasa lisan dan bahasa
tulisan. Namun, dia masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami
oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
Menurut dardjowidjojo (1991:49), “Gangguan berbahasa pada kelainan di
otak dapat terjadi karena kelainan pada hemisfer kiri atau kelainan pada hemisfer
30
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
kanan.Kelainan pada hemisfer kiri berwujud sebagai gangguan tata bahasa
(linguistik) sedangkan kelainan pada hemisfer kanan berwujud sebagai gangguan
penggunaan bahasa (komunikasi pragmatik)”.
Bahasa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika berbicara dengan orang lain, membaca koran, bekerja, dan belajar. Kita juga
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pemikiran kita dengan jelas. Apabila
terjadi gangguan dalam berbahasa maka penderita mengalami kesulitan dalam banyak
hal, seperti melakukan percakapan, berbicara dalam grup atau lingkungan yang
gaduh, kesulitan dalam membaca buku, pemahaman akan lelucon atau menceritakan
lelucon, mengikuti program di televise atau radio, menulis dan lain sebaginya.
31
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Penelitian ini
mendeskipsikan bentuk curah verbal yang dihasilkan oleh penderita gangguan jiwa di
RSJ Jambi. Penelitian kualitatif memiliki ciri sebagai berikut: 1) menggunakan
metode deskriptif yakni mengumpulkan semua data, memilih kemudian menganalisis
data pada tahap penyimpulan, 2) penelitian ini bersifat alami, yakni sumber data
diperoleh alami, yakni sumber data diperoleh alami dan diolah tanpa memberikan
perlakuan apapun pada data tersebut, 3) penelitian ini menggunakan manusia sebagai
instrument pengumpul, pengamat, dan pengolah data yaitu penulis sendiri, 4) hasil
penelitian ini kemudian didiskusikan dengan dosen pembimbing serta teman yang
memahaminya supaya hasil yang diperoleh lebih dipercaya.
Aminuddin (1990:16) berpendapat bahwa “penelitian kualitatif selalu bersifat
deskriptif artinya data yang dianalisis dan hasilnya berbentuk deskripsi fenomena,
tidak berupa angka-angka atau koefesien tentang hubungan variabel”.Karena
penelitian ini tidak mempresentasekan angka, tetapi memaparkan fakta-fakta yang
ada berdasarkan fenomena-fenomena yang ada sesuai dengan rumusan masalah,
maka penelitian dapat dogolongkan dalam penelitian kualitati.Data yang bersifat
deskriptif diteliti menggunakan metode deskriptif pula.
32
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
3.2 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diperlukan selama pengumpulan data
dan pengolahan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Moelong (2008:163) yang
mengatakan bahwa “Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya”. Dalam pengumpulan data peneliti mengamati setiap komunikasi
penderita skizofrenia dalam wilayah RSJ Jambi.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Rumah Sakit Jiwa Jambi. Penelitian ini dilakukan
di ruangan Yudisthira dikarenakan ruangan tersebut merupakan ruangan khusus
penderita skizofrenia dan pada saat ini terdapat 40 pasien penderita skizofrenia yang
dirawat diruangan tersebut sehingga mempermudah proses penelitian.
3.4 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalahdata lisan.Data lisan tersebut diambil dari
tuturan pasien penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi. Data yang akan
diambil adalah data struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi.
Arikunto (2006:118) menjelaskan bahwa, “Data adalah segala fakta dan angka
yang dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.Sedangkan informasi adalah
33
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
hasil penjumlahan data yang dipakai untuk suatu keperluan”.Data yang dikumpulkan
berupa catatan-catatan tuturan penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi.
“Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian dapat diperoleh “
(Arikunto, 2006:129). Data diperoleh dari peserta interaksi yaitu para penderita
skizofreniayang menuturkan curah verbal di RSJ Jambi. Para paserta interaksi yang
menuturkan curah verbalnya memiliki ketentuan antara lain: (1) Menderita gangguan
jiwa skizofrenia, (2) Benar sebagai salah satu pasien di RSJ Jambi. Ketentuan
tersebut juga merupakan syarat informan yang digunakan dalam pengecekan
keabsahan data.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik simak bebas
libat cakap (SBLC), yaitu peneliti tidak terlibat dalam dialog atau konversasi; jadi
tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang berbicara tetapi hanya
sebagai pemerhati dengan penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan (dan
bukan apa yang dibacarakan) oleh orang-orang yang hanyut dalam proses berdialog,
(Sudaryanto, 1998:3-4).
Teknik simak bebas libat cakap dilanjutkan dengan teknik rekam dan
catat.Tahap perekaman dilakukan pada saat para informan sedang berdialog. Setelah
melakukan proses perekaman, langkah berikutnya, yaitu melakukan transkripsi data
atau pencatatan. Proses ini dilakukan dengan cara mencatat kata-kata atau kalimat
34
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
yang dihasilkan oleh pasien penderita gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Kota
Jambi ke dalam sebuah kartu data untuk kemudian dianalisis.
Adapun cara kerja teknik ini dalah sebagai berikut.
1. Merekam semua dialog atau percakapan yang dilakukan antara pasien
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi.
2. Mencatat kata-kata atau kalimat yang dihasilkan oleh penderita
skizofrenia tersebut pada sebuah kartu data.
3.6Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan menggunakan pendekatan structural.Karena yang menjadi objek dari
penelitian ini adalah tuturan penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi.Pendekatan structural ini dapat diterangkan dalam metode kajian distribusional
atau metode agih yaitu yang menjadi alat penetunya adalah bahasa itu sendiri.
Dengan kata lain jenis penelitian ini tergolong kedalam penelitian yang
menggunakan pendekatan dengan metode agih. Sesuai dengan pendapat Sudaryanto
(1993:15) “metode agih itu yang menjadi penentunya justru bagian dari bahasa yang
bersangkutan itu sendiri”.Maksudnya, alat penentu dalam rangka kerja metode agih
itu, jelas selalu berupa bagian dari unsur bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri.
35
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini, digunakan teknik
triangulasi (gabungan).Sesuai dengan pendapat Moleong (2005:330) “triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang ada diluar
data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu”.Moleong (Kuswarno
2008:66) juga menjelaskan teknik pemeriksaan keabsahan data terbagi atas Sembilan
macam salah satu diantaranya yaitu triangulasi. “Terdapat empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori lain”. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik yaitu
metode dan penyidik.Misalnya data yang didapatkan atau diperoleh oleh peneliti dari
hasil penyimakan terhadap tuturan informan apabila dibandingkan dengan data yang
diperoleh
informan
melalui
hasil
wawancara
atau
perekaman,
kemudian
dibandingkan maka diperoleh hasil terbaik. Hasil tersebutlah yang akan dijadikan
sebagai data. Selain itu, peneliti mengkonsultasikan temuannya dengan Pembimbing
Skripsi.
36
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data hasil penelitian struktur kalimat penderita skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Jambi, maka penulis menemukan 8 struktur kalimat penderita
skizofrenia, yaitu S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-K, S-P-Pel-K, S-P-K-K, S-P-OPel.
4.1.1 Kalimat Berstruktur S-P
Kalimat berstruktur S-P pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi ditemukan 7 kalimat, sebagai berikut.
A: Peci Bapak mana?
B: Pecidicuci
S
P
(1)
A: Habis dicuci bapak letakkan dimana?
B: SayaJemur
S
P
(2)
Kalimat pada dialog tersebut berstruktur S-P (Subjek dan Predikat). Yang
berfungsi sebagai Subjek pada kalimat (1) Peci dicuci adalah kata peci dan dicuci
merupakan Predikat.Pada kalimat (2) SayaJemur, kata Saya merupakan Subjek dan
dijemur merupakan Predikat.
A: Kamu ngapain dirumah?
37
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
B: Andingopi
S
P
(3)
Andikerja
SP
(4)
Pada kalimat (3) dan (4) merupakan kalimat berstruktur S-P.Terlihat pada
kalimat (3) Andi ngopi, kata Andi merupakan Subjek dan kata ngopi merupakan
Predikat.Pada kalimat (4) Andi kerja, kata Andi adalah Subjek dan kata kerja
merupakan Predikat.
A: Kamu sekolah?
B: Iya
A: Belajar apa kamu disekolah?
B: Sayanulis
S
P
(5)
Kalimat (5) tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P.Terlihat pada kata
Saya merupakan Subjek dan kata nulis merupakan Predkat.
Sayaolahraga (6)
S
P
Kalimat (6) merupakan kalimat berstruktur S-P.Pada kalimat sayaolaharaga,
kata saya merupakan Subjek dan kata olahraga merupakan Predikat.
A: Bapak kenapa?
B: Sayacapek
S
P
(7)
38
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat (7) merupakan kalimat berstruktur S-P.Pada kalimat sayacapek, kata
saya merupakan Subjek, kata Capek merupakan Predikat.
4.1.2 Kalimat Berstruktur S-P-O
Kalimat berstruktur S-P-O pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi ditemukan 7 kalimat, sebagai berikut.
Perawat: Bapak sudah sarapan?
Pasien : Sayamakannasi (sembari mengangguk)
S
P
O
(1)
Kalimat pada dialog tersebut berstruktur S P O (Subjek, Predikat dan Objek).
Terlihat pada jawaban dari pasien, saya makan nasi, pada kalimat tersebut kata saya
menduduki fungsi Subjek, makan menduduki fungsi Prediket dan nasi merupakan
Objek.
Perawat: Bapak ngapain disini?
Pasien : Sayaduduk di kursi
SPO
(2)
Pada dialog tersebut terdapat kalimat berstruktur S P O (Subjek, Predikat, dan
Objek). Saya duduk dikursi, pada kalimat tersebut telihat jelas kata saya menduduki
fungsi Subjek, duduk menduduki fungsi P dan kursi menduduki fungsi Objek.
39
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Penulis : Bapak dari mana?
Pasien : Sayangangkatair
SP
O
(3)
Sayacucitangan
S
P
O
(4)
Pada kalimat pertama, kata saya menduduki fungsi Subjek, ngangkat
merupakan Predikat dan air merupakan Objek.Pada kalimat kedua, saya merupakan
Subjek, cuci merupakan Predikat dan tangan merupakan Objek.
Penulis : Bapak kenapa bisa disini?
Pasien : Sayamintaduit
S
PO
(5)
Pada dialog tersebut, kalimat saya maksa minta duit merupakan kalimat
berstruktur S-P-O. Saya merupakan Subjek, minta merupakan Predikat dan duit
merupakan Objek.
Pasien:
Sayacucipiring
S
P O
(6)
Sayamasaknasi
S
PO
(7)
Kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P-O (Subjek,
Predikat dan Objek).Terlihat pada kalimat (1) saya cuci piring, kata saya merupakan
40
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Subjek, kata cuci merupakan Predikat dan kata piring merupakan Objek.Pada kalimat
(2) saya masak nasi, kata saya merupakan Subjek, kata masak merupakan Predikat
dan kata nasi merupakan Objek.
4.1.3 Kalimat Berstruktur S-P-Pel
Kalimat berstruktur S-P-Pel pada penelitian ini ditemukan 8 kalimat sebagai
berikut.
A: Bapak kenapa?
B: Sayakehilanganpeci
S
P
Pel
(1)
Kalimat tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat
saya kehilangan peci, kata peci merupakan Subjek, kata kehilangan merupakan
Predikat dan kata peci merupakan Pelengkap.
A: Kegiatan kamu diluar apa?
B: Sayangajarbeladiri(2)
S
P
Pel
Kalimat tersebut merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat
sayangajarbeladiri, kata saya merupakan Subjek, kata ngajar merupakan Predikat
dan kata beladiri merupakan Pel.
A: Siapa yang memasak makanan disini?
B: Makanannyadimasakbersama
S
P Pel
(3)
41
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat tersebut berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada kalimat makanannya
dimasak petugas, kata makanannya merupakan Subjek, kata dimasak merupakan
Predikat dan kata petugas merupakan Pelengkap.
B: Di rumah bisa makanenak
S
P
Pel
(4)
Dirumah bisa nontonasyik
S
P
Pel
(5)
Pada kalimat (4) dan (5) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel.Terlihat pada
kalimat (4) dirumahbisamakanenak, kata dirumah merupakan Subjek, kata makan
merupakan Predikat dan kata enak merupakan Pelengkap.Pada kalimat (5)
dirumahbisanontonbola, kata dirumah merupakan Subjek, kata nonton merupakan
Predikat dan kata bola merupakan Pelengkap.
Sayamenulissuratbuat teman (6)
S
P
Pel
Kalimat
(6)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-Pel.Pada
kalimat
sayamenulispakaipena, kata saya merupakan Subjek, kata menulis merupakan
Predikat dan kata pakaipena merupakan Pelengkap.
Sayamakandengan menangis
S
P
Pel
(7)
Kalimat (7) merupakan kalimat yang berstruktur S-P-Pel.Pada kalimat
sayamakandipiringhijau, kata saya merupakan Subjek, kata makan merupakan
Predikat dan kata dipiringhijau merupakan Keterangan.
42
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Bajunyadicuciibu
S
P Pel
(8)
Kalimat (8) merupakan kalimat yang berstruktur S-P-Pel.Pada kalimat
bajunyadicuciibu, kata bajunya merupakan Subjek, kata dicuci merupakan Predikat
dan kata ibu merupakan Pelengkap.
4.1.4 Kalimat Berstruktur S-P-K
Kalimat berstruktur S-P-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi pada penelitian ini ditemukan 8 kalimat sebagai berikut.
A: Ibu kamu pernah datang kesini?
B: Pernah
Ibudatangnyabesokpagikok
S
P
K
Kalimat
(1)
merupakan
(1)
kalimat
berstruktur
S-P-K.Pada
kalimat
ibudatangnyabesokpagikok, kata ibu merupakan Subjek, kata datangnya merupakan
Predikat dan besokpagi merupakan Keterangan.
A: Kamu pulang kemana?
B: SayapulangkeJernihSarolangun (2)
S
P
K
43
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat
(2)
merupakan
sayapulangkeJernihSarolangun,
kalimat
kata
saya
berstruktur
merupakan
S-P-K.Pada
Subjek,
kata
kalimat
pulang
merupakan Predikat dan JernihSarolangun merupakan Keterangan.
Sayalebaranhariini
S
P
K
Kalimat
(3)
(3)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-K.Pada
kalimat
sayalebaranhariini, kata saya merupakan Subjek, lebaran merupakan Predikat dan
katahariini merupakan Keternagan.
Andibelajardidalamkelas
S
P
K
Kalimat
(4)
(4)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-K.Pada
kalimat
Andibelajardidalamkelas, kata Andi merupakan Subjek, kata belajar merupakan
Predikat dan kata didalamkelas merupakan Keterangan.
A: Dimana kamu bertemu ibu?
S
B: Akudanibubertemudibengkel
P
K
Kalimat
(5)
merupakan
(5)
kalimat
berstruktur
S-P-K.Pada
kalimat
akudanibubertemudibengkel, kata akudanibu merupakan Subjek, kata bertemu
merupakan Predikat dan kata dibengkel merupakan Keterangan.
Sayatidakakandatangkerumahkakaksaya
S
P
K
44
(6)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat
(6)
merupakan
kalimat
sayatidakakandatangkerumahkakaksaya,
berstruktur
kata
saya
S-P-K.Pada
merupakan
kalimat
Subjek,
kata
tidakakandatang merupakan Predikat dan kata kerumahkakaksaya merupakan
Keterangan.
Sayaistirahatdi ruangan
S
P
K
Kalimat
(7)
(7)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-K.Pada
kalimat
sayaistirahatdiruangan, kata saya merupakan Subjek, kata istirahat merupakan
Predikat dan kata diruangan merupakan Keterangan.
Sayadatang42 hari yang lalu (8)
S
P
K
Kalimat
(8)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-K.
Pada
kalimat
sayadatang42hariyanglalu, kata saya merupakan Subjek, kata datang merupakan
Predikat dan kata 42hariyanglalu merupakan Keterangan.
4.1.5 Kalimat Berstruktur S-P-O-K
Kalimat berstruktur S-P-O-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi dalam penelitian ini ditemukan 7 kalimat sebagai berikut.
A: Bapak habis ngapain?
B: Sayamencucipiringdi dapur
S
P
O
K
(1)
45
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat
(1)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-O-K.Pada
kalimat
sayamencucipiringdidapur, kata saya merupakan Subjek, kata mencuci merupakan
Predikat, kata piring merupakan Objek dan kata didapur merupakan Keterangan.
Sayamembelirokokdikantin
S
P
O
K
Kalimat
(2)
merupakan
(2)
kalimat
berstruktur
S-P-O-K.Pada
kalimat
sayamembelirokokdikantin, kata saya merupakan Subjek, kata membeli merupakan
Predikat, kata rokok merupakan Objek dan kata dikantin merupakan Keterangan.
Sayamembelipeciharganya lima belas ribu (3)
S
P
O
K
Kalimat (3) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K. Pada kalimat
sayamembelipeciharganyalimabelasribu, kata saya merupakan Subjek, kata membeli
merupakan Predikat, kata peci merupakan Objek dan kata harganyalimabelasribu
merupakan Keterangan.
A: Bapak minta apa?
B: SayamintarokokSuryasatu bungkus
S
P
O
K
Kalimat
(4)
merupakan
kalimat
(4)
berstruktur
S-P-O-K.Pada
kalimat
sayamintarokoksuryasatubungkus, kata saya merupakan Subjek, kata minta
merupakan Predikat, kata rokok merupakan Objek dan kata satubungkus merupakan
Keterangan.
Sayamakannasitadipagi
S
P
O
K
(5)
46
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat
(5)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-O-K.Pada
kalimat
sayatidakmakantadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata tidakmakan merupakan
Predikat, kata nasi merupakan Objek dan kata tadipagi merupakan Keterangan.
Sayadikasihbuburtadi siang dua mangkok
S
P
O
K
(6)
Kalimat (6) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K. Pada kalimat
sayadikasihbuburtadisiangduamangkok, kata saya merupakan Subjek, kata dikasih
merupakan Predikat, kata bubur merupakan Objek, dan kata tadi siangduamangkok
merupakan Keterangan.
Sayamengepelruanganbersama Risky tadi pagi
S
P
O
K
(7)
Kalimat (7) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-K. Pada kalimat saya
mengepel ruangan bersama Riskytadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata
mengepel merupakan Predikat, kata ruangan merupakan Objek, dan kata
bersamaRiskytadipagi merupakan Keterangan.
4.1.6 Kalimat Berstruktur S-P-Pel-K
Kalimat berstruktur S-P-Pel-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Jambi pada penelitian ini ditemukan 5 kalimat sebagai berikut.
Ayamnyadikasihmakanbapakjam 10 tadi pagi
S
P Pel
K
47
(1)
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat (1) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K. Pada kalimat
ayamnyadikasihmakanbapakjam10tadipagi, kata ayamnya merupakan Subjek, kata
dikasihmakan merupakan Predikat, kata bapak merupakan Pelengkap dan kata
jam10tadipagi merupakan Keterangan.
Akudipukuliayahkusampai bengkak semua
S
P
Pel
K
Kalimat (2)
(2)
merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K.Pada kalimat
akudipukuliayahkusampaibengkaksemua, kata aku merupakan Subjek, kata dipukuli
merupakan
Predikat,
kata
ayahku
merupakan
Pelengkap
dan
kata
sampaibengkaksemua merupakan Keterangan.
A: Kamu ngapain?
B: Sayamencaridengan terrsenyum menggunakan kayu
S
P
Pel
K
Kalimat (3)
(3)
merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K.Pada kalimat
sayamencari cacing tanah menggunakan kayu, kata saya merupakan Subjek, kata
mencari merupakan Predikat, kata cacing tanah merupakan Pelengkap dan kata
menggunakan kayu merupakan Keterangan.
Ruangannyadibersihkanrame-ramekarena banyak sampah
S
P
Pel
K
Kalimat (4)
(4)
merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K.Pada kalimat
ruangannyadibersihkanpetugaskarenabanyaksampah, kata ruangannya merupakan
48
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Subjek, kata dibersihkan merupakan Predikat, kata petugas merupakan Pelengkap
dan kata karenabanyaksampah merupakan Keterangan.
Sayasholat subuhbersamadi masjid jam 5 tadi pagi (5)
S
P
Pel
K
Kalimat (5) merupakan kalimat berstruktur S-P-Pel-K. Pada kalimat
sayasholatsubuhbersamadokterdimasjidjam5tadipagi, kata saya merupakan Subjek,
kata sholatsubuh merupakan Predikat, kata bersamadokter merupakan Pelengkap dan
kata dimasjidjam5tadipagi merupakan Keterangan.
4.1.7 Kalimat Berstruktur S-P-K-K
Kalimat berstruktur S-P-K-K pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Jambi dalam penelitian ini ditemukan 5 kalimat sebagai berikut.
Adikberangkatsekolahjam tujuh pagi (1)
S
P
K
K
Dalam kalimat (1) merupakan kalimat yang berstruktur S-P-K-K. Pada
kalimat adikberangkatsekolahjamtujuhpagi, kata adik sebagai Subjek, kata berangkat
sebagai Predikat, kata sekolah sebagai Keterangan dan kata jamtujuhpagi sebagai
Keterangan.
A: Kegiatan tadi pagi apa?
B: Kamiolahragadilapanganjam 8 pagi
S P
K
K
(2)
Kalimat (2) merupakan kalimat berstruktur S-P-K-K. Pada kalimat
kamiolahragadilapangantadipagi,
kata
49
kami
merupakan
Subjek,
kata
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
olahragamerupakan Predikat, kata dilapangan merupakan Keterangan dan kata
jam8pagi merupakan Keterangan.
Sayadiantarkesinisebulan yang lalu (3)
S
P
K
K
Kalimat
(3)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-K-K.Pada
kalimat
sayadiantarkesinisebulanyanglalu, kata saya merupakan Subjek, kata diantar
merupakan Predikat, kata kesini merupakan keterangan dan kata sebualanyanglalu
merupakan Keterangan.
Sayaistirahatdilapanganpagi tadi
S
P
K
K
Kalimat
(4)
merupakan
(4)
kalimat
berstruktur
S-P-K-K.Pada
kalimat
sayaistirahatdilapangantadipagi, kata saya merupakan Subjek, kata istirahat
merupakan Predikat, kata dilapangan merupakan Keterangan dan kata pagitadi
merupakan Keterangan.
(5)
Andibekerjadi bengkelkemarin
S
P
K
K
Kalimat
(5)
merupakan
kalimat
berstruktur
S-P-K-K.Pada
kalimat
Andibekerjadibengkelkemarin, kata Andi merupakan Subjek, kata bekerja merupakan
Predikat, kata dibengkel merupakan Keterangan dan kata kemarin merupakan
Keterangan.
4.1.8 Kalimat Berstruktur S-P-O-Pel
50
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Kalimat berstruktur S-P-O-Pel pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Jambi dalam penelitian ini ditemukan 2 kalimat sebagai berikut.
Ibumengirimbajubaru
S
P
O Pel
Kalimat (1)
(1)
merupakan kalimat berstruktur S-P-O-Pel.Pada kalimat
ibumengirimakubajubaru, kata ibu merupakan Subjek, kata mengirim merupakan
Predikat, kata aku merupakan Objek dan kata bajubaru merupakan Pelengkap.
Doktermemberisayaobatrasanya pahit
S
P O
Pel
(2)
Kalimat (2) merupakan kalimat berstruktur S-P-O-Pel. Pada kalimat
Doktermemberisayaobatrasanyapahit, kata Dokter merupakan Subjek, kata memberi
merupakan Predikat, kata saya merupakan Objek dan kata obatrasanyapahit
merupakan Pelengkap.
4.2 Pembahasan
51
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Berdasarkan hasil penelitian struktur kalimat penderita skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Jambi yang telah dilakukan oleh peneliti, sesuai dengan tujuan awal yakni
untuk mendeskripsikan struktur kalimat apa saja yang ditemukanpada penderita
skizofrenia saat berkomunikasi. Proses mendapatkan data dilakukan peneliti dengan
menyimak pada saat penderita skizofrenia berkomunikasi baik dengan sesama
penderita maupun perawat dan memperhatikan struktur-struktur kalimat yang
digunakannya.
Untuk mendapatkan data selain dengan menyimak peneliti juga menggunakan
teknik simak bebas libat cakap (SBLC).Hal ini dilakukan peneliti agar peneliti
mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian.Peneliti melakukan penelitian
dengan metode simak dan teknik-tekniknya dengan tujuan agar data yang diperoleh
dapat dianalisis.
Dalam penelitian ini struktur kalimat yang didapatkan dari tuturan penderita
skizofrenia sudah sangat beragam.Berdasarkan hasil penelitinan ditemukan 8 struktur
kalimat pada penderita skizofrenia yakni kalimat berstruktur S-P, S-P-O, S-P-Pel, SP-K, S-P-O-K, S-P-Pel-K, S-P-K-K, S-P-O-Pel.
BAB V
52
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan 8 struktur kalimat
pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Jambi yakni kalimat berstruktur S-P
sebanyak 7 kalimat, S-P-O sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel sebanyak 8 kalimat, S-P-K
sebanyak 8 kalima, S-P-O-K sebanyak 7 kalimat, S-P-Pel-K sebanyak 5 kalimat, SP-K-K sebanyak 5 kalimat dan S-P-O-Pel sebanyak 2 kalimat.
5.2 Saran
Pada penelitian yang penulis teliti ini, masih banyak terdapat hal-hal yang
belum terpenuhi, seperti struktur kalimat pada penderita skizofrenia hanya ditemukan
8 struktur kalimat saja.Untuk itu penulis mengharapkan adanya penelitian lanjutan
mengenai penelitian ini dengan permasalahan yang berbeda.Sehingga kekurangan
yang penulis temukan dapat terlengkapi dengan adanya penelitian lanjutan yang
dilakukan peneliti berikutnya.
DAFTAR RUJUKAN
53
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Abdul, R. 2009. Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:
Kencana
Ahmadi, A. 2009.Psikologi umum. Jakarta: Rineka cipta
Aminuddin (Ed). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang
Bahasa Indonesia dan Sastra. Malang: HISKI dan Yayasan Asih Asah
Asuh (YA3)
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Chaer, A. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta; Rineka
Cipta
Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Fausiah, F. 2003. Psikologi Abnormal (kilinis dewasa). Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia
Alwi, H, dkk. 2003. TataBahasaBaku. Jakarta: Balai Pustaka
Kartono, K. 1989. Patologi Sosial Budaya 3: Gangguan Gangguan Kejiwaan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kridalaksana, H. 1987. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.Ende-Flores: Nusa.
Indah
. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Mar’at, S. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung : PT Refika Aditama
Moleong, L.J. 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
54
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Rosdakarya
Pramudya. 2003. Skizofrenia. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwo, B.K. 1989. PELLBA 2. Jakarta: lembaga bahasa unika
Atmajaya
Sadock dan Kaplan.1997.Sinopsis Psikiatri. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Sarastika, P. 2014. Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi Stres Depresi, Shaleh,
Kemarahan dan Kecemasan. Araska Publisher
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press
Sujanto, A. 2009.Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, S,.2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Remaja
Roadakarya
LAMPIRAN
55
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
DATA INFORMAN
1. Nama
: Abdullah
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43
Alamat
: Jln. Lorong papada, RT. 015. Kel. Tungkal II Kec.
Tungkal Ilir Kab. Tanjabbar
2. Nama
: Adi Pratama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 18
Alamat
: Tanjung Gedang, Bungo
3. Nama
: Husin
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 55
Alamat
: RT.14 Tuo Ilir, Tebo
4. Nama
: Saipul Amri
56
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 48
Alamat
: RT.06, Jln. Blekok, Handil Jaya, Jelutung, Jambi
5. Nama
: Tedy S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 32
Alamat
: Perum Villa Ratumas no. 107 Blok G Talang
Bakung, Jambi Selatan
6. Nama
: Heri
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 44
Alamat
: RT.10 Cempaka Putih, Jelutung
7. Nama
: Ferry Maha
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 51
Alamat
: RT.11Parit Bonangung Seyerang, Tanjabbar
8. Nama
: Mat Turut
57
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 75
Alamat
: RT.40 Talang Bakung, Jambi Selatan
9. Nama
: Arifin
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 37
Alamat
: Desa Pelayangan RT. 04 Muaro Tembesi,
Batanghari
10. Nama
: M. Syukri
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 35
Alamat
: RT. 31 No. 77Talang Bakung, Jambi Selatan
11. Nama
: Adi Darma Lubis
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 33
Alamat
: Dinsos Kota Jambi
12. Nama
: Sahrul
58
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 20
Alamat
: Bungo Muko-Muko Bathin VII Bendaro Pasir
Bulan
13. Nama
: Sutrisno
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 49
Alamat
: RT.02 Dusun Berau Desa Kampung Tujuh, Kec.
Cermin Nan Gadang, Sarolangun
14. Nama
: Badri
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 39
Alamat
: RT.002, Desa Jernih, Kec. Air Hitam.Kab.
Sarolangun
15. Nama
: Nasri Aminuddin
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 24
Alamat
: Muaro Jambi, Mestong RT.02
16. Nama
: Andi
59
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 30
Alamat
: RT.40 Talang Bakung, Jambi Selatan
17. Nama
: Lukman
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38
Alamat
: RT.23 Pasir Putih, Jambi Selatan
18. Nama
: Salam
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 36
Alamat
: RT.06 Kumpeh, Muaro Jambi
19. Nama
: Didik
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 23
Alamat
: Jln. Baru RT.23 Jambi Timur, Kota Jambi
20. Nama
: Rahmad
60
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 39
Alamat
: RT.09 Tungkal Harapan, Tungkal Ilir, Tanjabbar
21. Nama
: Bahari
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 54
Alamat
: RT.01 Lubuk Nagodang, Kerinci
22. Nama
: Rahmat Irhat
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 33
Alamat
: RT.33 Simpang IV Sipin
23. Nama
: Firitan Warir
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38
Alamat
: RT.01 Lubuk Nagodang, Siulak, Kerinci
61
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
LAMPIRAN
Responden I
A: Namanya siapa?
B: Andi
A: Tinggalnya dimana?
B: Di handil bengkel, kerja di bengkel, di handil bengkel, dekat sini
A: Disini sudah berapa lama?
B: Sudah sebulan lebih
A: Puasa gak?
B: Puasa, sholat, rumah Andi di handil bengkel, andi bisa main bola
A: Sudah punya istri?
B: Ada lah, ibu andi, bapak andi ada
A: Kamu ngapain aja dirumah?
B: Andi ngopi
B: Andi kerja
A: Nama kamu siapa?
B: Rizki
A: Kenapa kok bisa disini?
B: Di antar ibu, terus dia minta duit ibunya secara paksa
A: Tinggal dimana?
B: Jernih jaya di Sarolangun
62
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
A: Nama kamu siapa?
B: Lukman, buk
A: Kenapa kok kamu bisa disini?
B: Saya main kerumah orang gak pake baju
A: Kenapa kok gak pake baju?
B: Ya saya dibilang sakit, saya disuruh pulang
A: Hobby kamu apa?
B: Gak punya hobby buk,
A: Enak disini?
B: Gak enak, gak bisa makan kecap
A: Bapak kenapa disini?
B: Gak tau
A: Enakan dirumah atau disini
B: Dirumah
A: Kenapa?
B: Dirumah bisa nonton bola
A: Bapak kenapa kok bisa disini?
B: Saya minta duit
A: Apa kerja bapak disini?
B: Saya cuci piring , saya masak nasi
63
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
A: Bapak kenapa?
B: Tadi saya pakai peci
A: Peci bapak mana?
B: Peci dicuci
A: Habis cuci bapak letakkan dimana?
B: Saya jemur
A: Kamu sekolah?
B: Iya
A: Belajar apa kamu disekolah?
B: Sayanulis
B: Saya Olahraga
Responden II
A: Kegiatan tadi pagi apa?
B: Kami olahraga dilapangan jam 8 pagi
B: Saya istirahat dilapangan pagi tadi
B: Saya membeli peci harganya lima belas ribu
A: Bapak ngapain disini?
B: Saya duduk di kursi
B: Dokter memberi saya obat rasanya pahit
B: Saya istirahat di ruangan
64
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
B: Saya dikasih bubur tadi siang dua mangkok
B: Ibu datangnya besok pagi kok
B: Saya tidak akan datang kerumah kakak saya
A: Siapa yang memasak makanan disini?
B: Makanannya dimasak bersama
A: Kamu pulang kemana?
B: Saya pulang ke Jernih Sarolangun
B: Ibu mengirim baju baru
A: Bapak sudah sarapan?
B: Saya makan nasi
A: Bapak kenapa?
B: Saya capek
A: Saya sholat subuh bersama di masjid jam 5 tadi pagi
A: Ibu kamu pernah datang kesini?
B: Pernah
B: Ibu datangnya besok pagi kok
A: Ayamnya dikasih makan bapak jam 10 tadi pagi
B: Aku dipukuli ayahku sampai bengkak semua
65
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c8c2081944d3e10493de4
Responden III
A: Enakan dirumah apa disini?
B: Enak dirumah
B: Di rumah bisa makan enak
B: Dirumah bisa nonton asyik
B: Saya membeli rokok dikantin
A: Kamu ngapain?
B: Saya mencari dengan terrsenyum menggunakan kayu
B: Saya makan nasi tadi pagi
B: Saya mengepel ruangan bersama Risky tadi pagi
B: Adik berangkat sekolah jam tujuh pagi
A: Hobbynya apa?
B: Sepak Bola
B: Beladiri, saya suka
B: Saya pelatih beladiri
A: Prestasi apa yang pernah didapat dari beladiri
B: Saya pelatih jadi gak ada prestasi
66
Download