1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padang Lamun

advertisement
1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padang Lamun, Fungsi dan Manfaat
Lamun tumbuh di perairan dangkal terlindung pada batu yang lunak dan
hidup pada habitat pantai seperti estuari. Istilah lamun pertama kali diperkenalkan
oleh Hutomo (1984) in
Kiswara (1999) berdasarkan istilah yang dipakai oleh
nelayan dan masyarakat di pesisir Teluk Banten untuk seluruh jenis “seagrass” saja.
Lamun merupakan tumbuhan laut berbunga (angiospermae) yang memiliki daun,
rhizoma dan akar sejati yang hidup terendam dan bereproduksi di dalam lingkungan
laut (Nasution 2003a; Waycott et al. 2007). Berbeda dengan tumbuhan laut lainnya,
lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji sehingga dapat mengkolonisasi
suatu daerah melalui penyebaran buah yang dihasilkan secara seksual. Penyerbukan
pada lamun terjadi di dalam air dengan bantuan arus dan gelombang (Bengen 2001;
Nontji 1987; Romimohtarto & Juwana, 2001). Jumlah jenis lamun di dunia adalah 58
jenis yang termasuk dalam 4 suku dan 12 marga. Seperti yang tersaji dalam Tabel 1,
di perairan Indonesia ditemukan 12 jenis lamun yang termasuk dalam 2 suku dan 7
marga (Kuo & McComb, 1989; Fortes 1990; Tomascik et al. 1997), serta
penyebarannya (den Hartog 1970).
Tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan dapat
berhasil hidup di laut, antara lain (den Hartog, 1970; Philips & Menez 1988): 1)
mampu hidup di media air asin, 2) mampu berfungsi normal di bawah permukaan air,
3) mempunyai sistem berkembang biak secara vegetatif dan generatif, 4) mampu
melaksanakan daur generatif dalam keadaan terbenam, 5) mampu bersaing
(berkompetisi) dengan organisme lain dibawah kondisi lingkungan media air asin.
Faktor biotik dan abiotik mempengaruhi kelimpahan lamun seperti
kedalaman, substrat sehingga akan membentuk pola zonasi lamun. Lamun umunya
hidup di daerah inner tidal dan upper subtidal antara daratan dan terumbu karang.
Disamping pantai berpasir sebagai tinggal lamun, ada juga sisi yang mengarah ke laut
8
dari daerah mangrove dan bagian dataran terumbu karang (coral reef flats) yang
berhadapan dengan daratan terumbu karang (Hutomo et al. 1993)
Tabel 1 Sebaran geografis spesies lamun yang terdapat di Indonesia
Famili
Spesies
Wilayah Sebaran
Halodule uninervis (Forsk.)
Aschers. in Boissier
1
2
3
4
5
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
+
Syringodium isoetifolium
(Aschers.) Dandy
+
+
+
+
+
Thalassodendrom ciliatum
(Forsk.) den Hartog
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
+
?
?
?
?
?
+
+
+
+
+
Halodule pinifolia (Miki)
den Hartog
Cymodocea rotundata
Ehrenberg ex Hempr. ex
Aschers.
Potamogentonaceae Cymodocea serrulata (R.
Br.) Aschers. and Magnus
Hydrocharitaceae
Enhalus acoroides (L.F.)
Royle
Halophila decipiens
Ostenfeld
Halophila minor (Zoll.) den
Hartog
Halophila ovalis (R.Br.)
Hook. F.
Halophila spinulosa (R.Br.)
Aschers.
Halophila beccarii
Greenway
Thalassia hemprichii
(Ehrenb.) Aschers.
Sumber : Hutomo et al. 1993
Keterangan :
1. = Sumatera
2. = Jawa, Bali dan Kalimantan
3. = Sulawesi
4. = Maluku dan Nusa Tenggara
5. = Papua
+
?
= ada
= tidak ada
= kemungkinan ada
9
Kelimpahan yang tinggi dari organisme di padang lamun terjadi karena lamun
digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator (Sabarini &
Kartawijaya 2008; Hossain 2005), kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai
sumber bahan makanan baik daunnya maupun epifit atau detritus (Adrim 2006; Smith
et al. 2008).
Gambar 2 Morfologi lamun (Community Environment Network 2005).
Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang
lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah
Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makanan di padang
lamun ini (Nontji 1987).
Menurut Azkab (1988), lamun yang terdiri daun, batang dan akar (Gambar
2) merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping
itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan
perkembangan jasad hidup di laut dangkal.
Secara ekologis, padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi
wilayah pulau-pulau kecil yaitu sebagai produsen bagi detritus dan penyedia unsur
hara; mengikat sedimen dan menstabilakan substrat yang lunak dengan sistem
perakaran yang padat dan saling menyilang; sebagai tempat berlindung, mencari
makan, tumbuh besar dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang
10
melewati masa dewasanya di lingkungan ini, serta sebagai tudung pelindung yang
melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari. Disamping itu juga,
padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan budidaya berbagai jenis
ikan, kerang-kerangan dan tiram, tempat rekreasi dan sumber pupuk hijau.
2.2 Peran Padang Lamun Bagi Ikan
Ikan merupakan salah satu organisme yang berasosiasi dengan padang lamun.
Banyak penelitian mengatakan pentingnya padang lamun sebagai habitat untuk ikan
(Sedberry & Carter 1993) di Samudra Hindia (Pinto & Punchiwa 1996) di samudra
Pasifik (Tzeng & Wang 1992) dan di Mozambique (Gullström & Mattis 2004)
Padang lamun umumnya memiliki keanekaragaman jumlah spesies yang besar
dibandingkan yang berdekatan dengan ekosistem tanpa padang lamun (Horinouchi
2006), ini terlihat karena banyak spesies ikan menggunakan padang lamun sebagai
naungan untuk bersembunyi dari predator dan juga sebagai prey spesies; untuk ikan
ukuran kecil seperti juvenile, memiliki habitat padang lamun untuk mengurangi
resiko dimangsa (Shervette et al. 2006). Peran lamun dalam kehidupan ikan dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu : sebagai daerah asuhan (nursery ground), sebagai tempat
pemijahan (spawning ground), dan sebagai tempat mencari makan (feeding ground).
2.2.1 Sebagai Daerah Asuhan dan Perlindungan
Peran ini merupakan peran tradisional padang lamun yang kaya akan detritus
organisme, dimana detritus merupakan makanan bagi ikan-ikan muda dan helaian
daun-daun lamun yang lebat dapat digunakan sebagai tempat perindungan ikan-ikan
muda dari ancaman predator (Baker & Sheppard 2006)
Beberapa penelitian tentang komunitas ikan padang lamun, mendapatkan
bahwa sebagian besar ikan di padang lamun adalah ikan-ikan muda (juvenile) dan
beberapa merupakan ikan dewasa yang termasuk dalam familia Pomadasyidae,
Lutjanidae, Scaridae (Springer & Mc Erlan 1962 in Hutomo 1985), Gobiidae,
Leiognathidae dan Teraponidae (Sudara et al. 1989). Sedangkan Hutomo et al.
(1993), dalam penelitian komunitas ikan padang lamun pulau Burung, gugus pulau
Pari, mendapatkan 78 spesies ikan diantaranya adalah ikan-ikan muda seperti Siganus
11
canaliculatus, Siganus virgatus, Siganus punctatus, Lethrimus sp, Mulloides
samoensis dan Upeneus tragula. Sedangkan menurut Shervette et al. (2006), di
daerah estuari di Florida terdapat 81 spesies ikan yang hidup pada daerah lamun dan
mangrove. Ikan-ikan muda tersebut, tampaknya mulai masuk ke padang lamun pada
masa plantonik hingga tumbuh menjadi ikan muda. Setelah ikan-ikan tumbu menjadi
dewasa, padang lamun menjadi kurang efektif untuk bersembunyi, sehingga mereka
bermigrasi ke tempat lain untuk menghabiskan sisa hidupnya.
Selain sebagai daerah asuhan, lamun juga sebagai tempat perlindungan, baik
dari faktor biologi yaitu predator maupun dari faktor fisik seperti suhu dan sengatan
matahari (Redjeki 1993). Hal ini berhubungan dengan kelimpahan dan distribusi
lamun.
Sedangkan Vergara (1989), dalam penelitian tentang icththyofauna padang
lamun Philipina, mendapatkan suatu korelasi yang negatif antara spesies lamun
dengan daun kecil, dengan kelimpahan ikan. Fenomena ini dikarenakan menurutnya
peran perlindungan lamun bagi ikan, dimana ikan tidak bisa bersembunyi di bawah
daun-daun lamun.
2.2.2 Sebagai Makanan Ikan
Dalam rantai makanan di laut, di daerah subtropis, hampir seluruh produksi
tumbuhan di daerah padang lamun digunakan oleh invertebrata sebagai sumber
energj, akan tetapi di daerah tropik aliran energi ini terletak pada ikan-ikan herbivora
(Ogden 1980; Peristiwady 1994; Polunin 1988 in Lepiten (1992), menyebutkan
dimana keberadaan ikan herbivora merupakan mata rantai penting dalam rantai
makanan pada komunitas padang lamun. Mereka berperan sebagai agen yang
menghubungkan energi dari produsen primer ke konsumen tingkat tinggi.
Diantara ikan-ikan pemakan lamun diantaranya (Hutomo 1985; Lepiten 1992;
Rendra 1996) adalah ikan kakatua dari familia Scaridae : Scarus sp, dan Sparisoma
sp; familia Siganidae: Siganus guttatus dan Siganus virgatus, Siganus cannaliculatus;
familia Hemimphridae, dimana semuanya termasuk dalam kelompok ikan terumbu
diurnal. Dalam penelitian Peristiwady (1994) di padang lamun pantai selatan
12
Lombok, didapatkan adanya potongan lamun dalam lambung ikan : Caranx sp,
Arothron immaculalus, Cheilio inermis, Stolephorus indicus dan Apogon chinensis.
2.2.3 Sebagai Tempat Mencari Makan (feeding ground)
Hubungan padang lamun sebagai tempat mencari makan di perairan tropis
dinyatakan melalui variasi fauna padang lamun dalam siklus harian (Robblee &
Zieman 1984). Dalam penelitian di Tague Bay, didapati 15 spesies (51% dari koleksi
ikan nokturnal) bergerak pindah dari tempat istirahat siang hari (diurnal resting sites)
untuk mencari makan di lamun pada waktu malam hari. Lebih dari
87% dari
pengunjung nokturnal (10 spesies) didominasi oleh ikan terumbu karang, dimana
79% dari ikan tersebut aktif mencari makan di padang lamun di waktu malam hari.
Hal ini menunjukkan padang lamun menyediakan area untuk mencari makan ikanikan terumbu karang.
Sudara et al. (1991), melaporkan spesies yang umumnya juvenile dari
Halichorui cholopterus, Pomacentris tripuncatus dan Chelmon restrains merupakan
ikan terumbu karang yang terdapat di padang lamun Teluk Thailand. Mereka
bermigrasi ke padang lamun untuk mencari makan di siang hari. Kenworthy (1988) in
Dolar (1989), ikan terumbu karang juvenile juga bermigrasi ke padang lamun pada
malam hari untuk mencari makan.
Dolar (1989), menyebutkan bahwa adanya keanekaragaman dan kelimpahan
spesies ikan di padang lamun sebagai habitat biota seperti udang, juga menjadikan
padang lamun sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi beberapa
predator. Coles et al. (1993), menyebutkan familia Ariidae, Carcharhinidae,
Haemulidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Platycephalidae, Polynemidae, Sciaenidae,
Sparidae, dan Sphyraenidae merupakan predator penting bagi udang penaeid juvenile
di padang lamun. Selanjutnya Dolar (1989) mengatakan tingginya kelimpahan ikan di
padang lamun malam hari berhubungan dengan kelimpahan Crustacea di malam hari,
disebabkan migrasi malam hari (nokturnal migration) dari hewan-hewan tersebut ke
padang lamun dari habitat sekitarnya, seperti terumbu karang dan mangrove.
Download