Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Biaya
2.1.1 Pengertian Biaya
Dalam hal ini adapun beberapa pengertian mengenai biaya antara lain sebagai
berikut:
Menurut Bastian Bustami (2006;4) yang dimaksud dengan biaya adalah :
“Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.”
Menurut James Cashin yang diterjemahkan oleh Kusnadi (2005;22)
pengertian biaya adalah :
“Biaya sebagai manfaat yang dikorbankan untuk memperoleh barang
dan jasa.”
Menurut Carter Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006;29)
mengatakan bahwa:
“Biaya adalah nilai tukar, pengeluaran dan pengorbanan untuk
memperoleh manfaat.”
Menurut Adolph Matz yang diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait (2006;48)
mengatakan bahwa :
“Biaya sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang
dilakukan guna memperoleh manfaat”.
10
11
Sedangkan menurut Mulyadi (2000;8) mengatakah bahwa:
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu
pengorbanan yang dapat berbentuk uang atau kas yang dikeluarkan, modal saham
yang dikeluarkan, jasa yang dilakukan ataupun kewajiban yang muncul atas sesuatu
yang diterima yang bermanfaat untuk digunakan dalam mencapai suatu tujuan
tertentu.
2.1.2
Perbedaan Biaya dan Beban
Banyak yang mengatakan bahwa biaya sama dengan beban. Pada
kenyataannya biaya dan beban adalah dua hal yang berbeda. Seperti yang telah
didefinisikan oleh Carter Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006;30)
mengatakan bahwa:
“Biaya adalah nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfaat dan beban adalah aliran keluar terukur dari barang atau jasa yang
kemudian ditandingkan dengan pendapatan.”
Carter Usry (2006;30) mengilustrasikan perbedaan tersebut dengan contoh
kasus pembelian bahan baku secara tunai. Karena aktiva bersih tidak berpengaruh,
tidak ada beban yang diakui. Sumber daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi
persediaan bahan baku. Bahan baku tersebut dibeli dengan biaya tertentu, tetapi
belum menjadi beban. Ketika perusahaan kemudian menjual bahan baku tersebut
yang sudah diolah menjadi barang jadi, biaya dari bahan baku dibukukan sebagai
beban di laporan laba rugi. Setiap beban adalah biaya, tetapi tidak setiap biaya adalah
beban; contohnya saja, aktiva adalah biaya, tetapi bukan (belum menjadi) beban.
Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya
ekonomi yang dapat diukur dengan satuan moneter dan digunakan untuk mencapai
12
tujuan tertentu sedangkan beban adalah biaya yang telah digunakan untuk
memperoleh pendapatan. Maka dengan kata lain dapat dikatakan bahwa beban adalah
bagian dari biaya karena beban merupakan biaya yang telah terpakai.
2.1.3 Objek Biaya
Objek biaya atau tujuan biaya (cost objective) adalah tempat dimana biaya
atau aktivitas diakumulasikan atau diukur. Item-item dan aktivitas-aktivitas yang
dapat menjadi objek biaya yaitu produk, batch dari unit-unit sejenis, pesanan
pelanggan, kontrak, lini produk, proses, departemen, divisi, proyek dan tujuan
strategis. [Carter Usry (2006;30)]
Objek biaya tersebut dapat digunakan untuk menelusuri biaya dan
menentukan seberapa objektif, biaya tersebut dapat diandalkan dan seberapa
berartinya ukuran biaya yang dihasilkan.
2.1.4 Klasifikasi Biaya
Menurut Bastian Bustami (2006;9) klasifikasi biaya adalah :
“Suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan
elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas
untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.”
Klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah:
1. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk
Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi biaya
Produksi dan biaya Non Produksi.
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri
dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya
produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat
13
dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari
persediaan.
Biaya Non Produksi
Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.
Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya operasi. Biaya
komersial atau operasi ini juga digolongkan sebagai biaya periode yaitu biayabiaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu.
Biaya ini dikelompokkan menjadi elemen beban pemasaran, beban administrasi
dan beban keuangan.
2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Biaya dalam hubungan dengan volume produksi dapat dikelompokkan menjadi
elemen:
Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan
volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.
Contohnya perlengkapan, bahan bakar, biaya pengiriman barang dan upah
lembur.
Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang
relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contohnya adalah gaji
supervisor, pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan dan sewa.
Biaya semi
Biaya semi adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan
mengandung unsur variabel. Biaya semi ini dapat dikelompokkan dalam dua
elemen biaya yaitu biaya semivariabel (contohnya;biaya listrik, bensin,
14
perlengkapan) dan biaya semitetap (biaya yang berubah dan volume secara
bertahap, contohnya gaji penyelia).
3. Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi
Unit bisnis dapat dikelompokkan menjadi segmen-segmen dengan berbagai nama
seperti; departemen kelompok biaya, pusat biaya, unit kerja yang dapat digunakan
dalam mengelempokkan biaya menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak
langsung departemen.
Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke
departemen bersangkutan, sedangkan biaya tidak langsung departemen adalah
biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan.
4. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Waktu
Dalam hubungannya dengan periode waktu biaya dapat dikelompokkan menjadi
biaya pengeluaran modal dan biaya pengeluaran pendapatan.
Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan
manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan
sebagai aktiva.
Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat untuk
periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
5. Biaya dalam Hubungannya dengan Pengambilan Keputusan
Biaya dalam rangka pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi biaya
relevan dan biaya tidak relevan.
Biaya Relevan
Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam beberapa
alternatif yang berbeda. Biaya relevan terdiri dari:
15
Biaya diferensial
Selisih biaya atau biaya yang berbeda dalam beberapa alternatif pilihan,
disebut juga dengan biaya marginal.
Biaya kesempatan
Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam memilih
suatu alternatif.
Biaya tersamar
Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan akuntansi
tetapi mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Biaya nyata
Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan akibat memilih
suatu alternatif.
Biaya yang dapat dilacak
Biaya yang dapat dilacak adalah biaya yang dapat dilacak kepada produk
selesai.
Biaya Tidak Relevan
Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi
keputusan apapun.
16
2.2
Promosi
2.2.1 Pengertian Promosi
Promosi pada dasarnya merupakan suatu cara yang digunakan oleh
perusahaan untuk mempertahankan konsumen yang dimilikinya sekaligus menarik
konsumen lain sebanyak-banyaknya. Ada beberapa pendapat tentang definisi
promosi, yaitu:
Menurut Belch (2001;14) mengatakan bahwa:
“Promotion has been defined as the coordination of all seller-initiation
efforts to set up channels of information and persuation to sell goods and services
or promote an idea.”
Menurut Kotler (2009;496) berpendapat bahwa:
“Promotions are the mean firms attempt to inform, persuade and remind
consumers about the products and brand that they sell.”
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa promosi
adalah upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan pemasar untuk berkomunikasi
dengan calon pelanggannya yang mengenalkan keberadaan produk dan manfaat
produk untuk membujuk calon pelanggannya membeli suatu produk dan loyal
terhadap produk perusahaan.
2.2.2 Tujuan dan Dampak Promosi
Menurut Alama (2007;181) tujuan utama promosi adalah:
“Memberikan informasi untuk menarik perhatian dan selanjutnya
memberi pengaruh pada meningkatnya penjualan.”
17
Sedangkan Rossiter yang diterjemahkan oleh
Fandy Tjipto (2001;222)
mengklasifikasikan tujuan promosi adalah sebagai berikut:
Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan
Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk
kepada konsumen
Mendorong pemilihan terhadap suatu produk
Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk
Mengimbangi kelemahan unsur bauran yang lain
Menanamkan citra produk dan perusahaan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa promosi
memiliki tujuan untuk menginformasikan manfaat dan nilai produk untuk menarik
perhatian para konsumen untuk membeli produk. Promosi juga dapat memberikan
kesan yang baik untuk perusahaan dan mempengaruhi posisi perusahaan sehingga
mampu menghasilkan return yang tinggi bagi pemegang sahamnya.
2.2.3 Elemen-elemen Promosi
Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Damos Sihombing (2008;370)
mengatakan bahwa terdapat lima elemen dalam promosi, kelima elemen tersebut
adalah:
Iklan (Advertising), yaitu komunikasi non-personal yang biasanya dilakukan
dalam bentuk iklan yang disiarkan di media cetak maupun media elektronik.
Penjualan Perseorangan (Personal Selling), yaitu promosi yang dilakukan
dalam bentuk presentasi penjualan, program insentif sampel dan pameran
perdagangan. Tujuannya adalah untuk melakukan penjualan dengan cara
membangun preferensi keyakinan dan tindakan pembeli.
Publisitas (Public Relation), yaitu promosi yang dilakukan dalam bentuk
konferensi pers, pidato, seminar, laporan tahunan, donasi/sumbangan sponsor dan
18
lobi. Identitas yang dirancang untuk memperbaiki, mempertahankan, dan
melindungi suatu citra perusahaan maupun produk.
Promosi Penjualan (Sales Promotion), yaitu promosi yang dilakukan dalam
bentuk sampling, pameran, eksibisi, dan demo. Promosi penjualan dapat
digunakan untuk mendramatisasi penawaran produk dan menaikkan penjualan
yang lesu.
Pemasaran Langsung (Direct Marketing), yaitu salah satu bentuk promosi yang
dilakukan dengan mengirim surat dan katalog secara langsung kepada konsumen.
Biasanya pemasaran langsung ini dilakukan dengan menggunakan telepon,
internet, maupun penjualan secara langsung kepada konsumen.
2.3
Biaya Promosi
2.3.1
Pengertian Biaya Promosi
Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan yang dapat berbentuk uang atau
kas yang dikeluarkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang dilakukan ataupun
kewajiban yang muncul atas sesuatu yang diterima yang bermanfaat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu.
Sedangkan promosi adalah upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan
pemasar untuk berkomunikasi dengan calon pelanggannya yang mengenalkan
keberadaan produk dan manfaat produk untuk membujuk calon pelanggannya
membeli suatu produk dan loyal terhadap produk perusahaan.
Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa biaya
promosi adalah suatu pengorbanan sumber daya yang dapat diukur dengan uang yang
dikeluarkan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mempengaruhi
pikiran para konsumen dengan tujuan agar para konsumen membeli produk yang
dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain biaya promosi dapat didefinisikan sebagai
19
biaya yang meliputi semua hal dalam rangka pelaksanaan kegiatan promosi, atau
kegiatan untuk menjual produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa, pada
pembeli sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas.
2.3.2
Jenis-jenis Biaya Promosi
Pada pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya tentang
promosi, telah dijelaskan bahwa kegiatan promosi terdiri dari empat hal yaitu
periklanan, penjualan seseorang, publisitas dan promosi penjualan. Dari keempat
kegiatan promosi ini kita dapat mengembangkannya ke dalam jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan dari kegiatan promosi. Jadi biaya promosi terdiri dari empat jenis, yaitu:
1. Biaya Iklan
Biaya iklan adalah yang dikeluarkan dalam bentuk iklan media cetak dan
elektronik, pemesanan system pos, catalog, film, majalah, brosur, buklet, poster,
dan leaflet, buku petunjuk, papan peraga, pameran, bahan audio dan visual,
symbol dan logo yang digunakan untuk membangun citra jangka panjang pada
suatu produk dan pemicu penjualan yang cepat.
2. Biaya Penjualan Perseorangan
Biaya penjualan perseorangan adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk
presentasi penjualan, program insentif sampel dan pameran perdagangan.
3. Biaya Publisitas
Biaya publisitasadalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk konferensi pers,
pidato, seminar, laporan tahunan, donasi/sumbangan sponsor dan lobi.
4. Biaya Promosi Penjualan
Biaya promosi penjualan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendorong
penjualan suatu produk atau jasa dalam bentuk sampling, pameran, eksibisi dan
demo.
20
2.3.3 Metode Penganggaran Biaya Promosi
Untuk mencapai keseimbangan yang optimal antara pendapatan dan biaya
promosi adalah sulit karena terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi penjualan.
Oleh karena itu, terdapat beberapa metode penganggaran untuk menentukan besarnya
biaya promosi yang biasa digunakan, antara lain [Bearden,et al (2001, 380)]
Objective and task method
Cara terbaik dalam menentukan suatu anggaran biaya promosi adalah dengan
mengaitkan tujuan dengan tugas yang perlu dibiayainya, dimana perusahaan
mengambil langkah-langkah yaitu : (1) menentukan tujuan promosi (2) membuat out-line tugas-tugas penyelesaiannya dan (3) menentukan biaya yang diperlukan
masing-masing langkah penyelesaian yang dimaksud. Metode ini diambil sesuai
dengan apa yang diinginkan perusahaannya dalam menyelesaikan serta memenuhi
kebutuhan tujuan yang telah ditentukan perusahaan.
Percentage of sales
Untuk memperoleh bagian dari anggaran penjualan, dana dialokasikan bagi
promosi dengan cara mengambil persentase dari penjualan masa lalu atau masa
yang akan datang, baik dari keseluruhan omset penjualan maupun dari masingmasing unit produk yang terjual. Dengan metode ini, pengeluaran promosi
dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan (saat ini ataupun yang
diperkirakan) atau harga penjualan. Manfaat yang didapat dari metode ini antara
lain:
1.
Metode ini berarti bahwa pengeluaran promosi akan berbeda dengan apa yang
didapat perusahaan;
2.
Metode ini mendorong manajemen untuk memikirkan hubungan antara biaya
promosi, harga penjualan dan keuntungan per unit;
3.
Metode ini mampu mendorong stabilitas persaingan, yaitu pada tingkat
perusahaan yang bersaing mengeluarkan persentase yang sama dengan
promosi.
21
Kelemahan dari metode ini adalah:
1.
Memiliki cara pemikiran sirkular dalam melihat penjualan sebagai sebab
promosi bukan akibat
2.
Anggaran ditentukan oleh terjadinya anggran dan bukan karena peluang pasar.
3.
Adanya ketergantungan anggaran promosi pada fluktuasi penjualan tahunan.
Competitive parity
Dengan metode ini, biaya promosi dianggarkan dengan cara membandingkan
tingkat pengeluaran biaya iklan yang dikeluarkan oleh para pesaing. Biaya
promosi pada metode ini dianggarkan berdasarkan pada seberapa banyak jumlah
pengeluaran yang dilakukan para pesaingnya dalam melakukan promosi.
Perusahaan menetapkan anggaran promosi untuk mengejar keseimbangan bagian
usaha dari pesaing.
Budgeting models
Dengan metode ini, biaya promosi dianggarkan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh perusahaan. Anggaran untuk biaya promosi ditentukan setelah semua
biaya lain telah dianggarkan sebelumnya. Sehingga anggaran yang dibentuk untuk
biaya promosi akan sesuai dengan yang dimiliki oleh perusahaan.
2.3.4
Kegunaan Anggaran Biaya Promosi
Menurut Bearden (2001;382) kegunaan anggaran biaya promosi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman pelaksanaan kerja perusahaan
Anggaran biaya promosi dapat berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberi arah
serta sekaligus memberikan target yang harus dicapai oleh aktivitas perusahaan di
waktu yang akan datang.
2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Anggaran biaya promosi berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kerja, agar
semua bagian yang ada dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling
22
bekerjasama dengan baik untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan. Dengan
demikian kelancaran perusahaan dapat lebih terjamin.
3. Sebagai alat pengawasan kerja
Anggaran biaya promosi dapat berfungsi sebagai tolak ukur apakah penggunaan
biaya promosi dapat merealisasikan rencana yang telah dibuat. Sehingga
kelemahan dan kekuatan dari standar pengiklanan yang telah dibuat dapat
diketahui dari perbandingan tersebut.
2.4
Pendapatan
2.4.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah sumber kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa
pendapatan, tidak akan ada laba. Tanpa laba tidak akan ada perusahaan. Para ahli di
bidang akuntansi memberikan pengertian yang berbeda-beda terhadap pendapatan,
diantaranya:
Menurut FASB dalam Hendriksen (2000;377) mendefinisikan pendapatan
sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lainnya pada aktiva
suatu satuan usaha atau penyelesaian kewajiban-kewajiban (atau
kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, pemberian
jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama atau pusat dari
satuan usaha yang berkesinambungan.”
Menurut PSAK No. 23 (IAI 2007, paragraf 6 ) mendefinisikan pendapatan
sebagai berikut:
“Sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.”
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan pada
intinya merupakan peningkatan bruto aktiva, dari adanya kas masuk, piutang dan
23
lain-lain, atau penurunan kewajiban yang timbul dari aktivitas perusahaan sehari-hari,
seperti penjualan barang atau jasa atau pemanfaatan sarana atau sumber daya
perusahaan yang menghasilkan bunga, royalty dan dividen yang dapat mengubah atau
mempengaruhi besarnya modal pemilik, tetapi bukan merupakan peningkatan modal
baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan aset yang ditimbulkan
oleh bertambahnya kewajiban.
2.4.2
Karakteristik Pendapatan
Pada dasarnya terdapat dua pendekatan terhadap konsep pendapatan menurut
Hendriksen (2000;378) mengemukakan :
“Di dalam keputusan akuntansi ditemukan dua konsep pendekatan
terhadap konsep pendapatan, satu diantaranya berfokus kepada arus
masuk aktiva sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan dan yang
lainnya berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta
penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainnya. Jadi,
pendapatan dianggap sebagai arus keluar barang dan jasa.”
Pendekatan pertama dalam hal ini memusatkan pada arus masuk (inflow) dari
aset yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan dan pendektan kedua
memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa tersebut kepada konsumen
atau produsen lainnya. Jadi pendekatan ini menganggap bahwa revenue atau
pendapatan sebagai “inflow of assets” atau “outflow of goods and services”.
Definisi yang tradisional menyatakan bahwa revenue adalah inflow of assets
(net assets) ke dalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa. Revenue
secara tradisional ditentukan oleh pengukuran moneter dari aset yang diterima. Jadi
hal ini tidak memberikan pandangan yang luas untuk proses pengukuran dan
pengakuannya. Kenyataan kenaikan aset dan penurunan liabilities tidak hanya
disebabkan oleh revenue saja.
Menurut Hendriksen (2000;374) menyatakan konsep outflow of assets adalah
sebagai berikut:
24
“The definition of revenue as product of enterprice is superior to outflow
concept and the outflow concept is superior to inflow concept.”
Oleh karena itu tidak selamanya peningkatan kepemilikan berasal dari
revenue, karena kepemilikan juga meningkat dengan adanya pendapatan atas aktiva
di dalam perusahaan. Jadi suatu revenue merupakan peningkatan kotor dalam
kepemilikan sebagai akibat dari aktivitas perusahaan.
2.4.3 Sumber-sumber Pendapatan
Hendriksen (2000;379) berpendapat mengenai sumber-sumber pendapatan
sebagai berikut:
“Meskipun arus penyelesaian merupakan sumber utama pendapatan,
keseluruhan kisaran barang dan jasa yang disediakan oleh perusahaan,
tanpa memperhatikan jumlah relatif dari akun-akun tertentu, harus
termasuk dalam pendapatan.”
Pada dasarnya terdapat dua pandangan mengenai pendapatan. Pandangan
yang pertama menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi seluruh hasil dari aktiva
usaha dan dari aktiva investasi. Pandangan ini menyatakan bahwa pendapatan adalah
seluruh perubahan aktiva netto yang disebabkan oleh aktivitas penciptaan pendapatan
dan keuntungan akibat penjualan aktiva tetap dan investasi. Pandangan kedua
menyatakan bahwa hanya hasil aktivitas yang menciptakan pendapatan saja yang
dimasukkan dalam pendapatan, sedangkan pendapatan investasi dan keuntungan
penjualan aktiva tetap tidak termasuk dalam pendapatan. Jadi pandangan ini
menekankan perbedaan yang jelas antara pendapatan dan keuntungan.
Dapat kita simpulkan bahwa pendapatan (revenue) bersumber dari:
Operating Revenue
Pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis
usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang.
Non Operating Revenue
25
Pendapatan yang bersumber dari pendapatan luar aktivitas utama perusahaan,
seperti pendapatan yang diperoleh dari transaksi modal (financing), laba penjualan
aktivitas yang bukan produk perusahaan, sumbangan atau hadiah dan hasil
revaluasi aktiva tetap.
2.4.4 Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur berdasarkan nilai pertukaran produk atau jasa yang terjadi
dalam transaksi normal. Nilai ini menunjukkan nilai tunai kas atau nilai diskonto dari
uang yang diterima berdasarkan pertukaran barang dan jasa yang ditransfer oleh
perusahaan kepada pelanggan.
Kriteria bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai sekarang dari uang atau
ekuivalen yang akhirnya diterima menunjukkan bahwa semua retur, potongan
penjualan dan pengurangan lain dari harga yang dikenakan harus dikurangkan dari
pendapatan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Dengan kata lain, hal itu
harus diperlakukan sebagai pengurang pendapatan bukan sebagai beban.
2.4.5 Pengakuan Pendapatan
FASB menetapkan dua kriteria dalam pengakuan pendapatan, yaitu:
1. Terealisasi (realized)
2. Terbentuk (earned)
FASB menetapkan kedua kriteria itu dengan syarat, adanya keterukuran nilai
asset, adanya transaksi dan proses earning telah selesai. Artinya pendapatan
direalisasikan pada saat produk (barang) dipertukarkan dengan uang tunai atau satuan
klaim untuk memperoleh uang kas tersebut. Dengan kata lain pendapatan baru diakui
bila jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi.
26
Secara umum pendapatan diakui berdasarkan dua hal yaitu:
Accrual Basis
Pendapatan accrual dalam pengakuan pendapatan, berpandangan bahwa
pendapatan harus dilaporkan selama proses produksi (dalam kasus laba dihitung
secara proporsional dengan pekerjaan yang telah dilakukan atau jasa yang telah
diberikan). Pada akhir proses produksi, dalam penjualan barang atau pada saat
penerimaan hasil penjualan.
Critical Event Basis
Dalam pandangan critical event basis pengakuan pendapatan dilakukan
berdasarkan terjadinya peristiwa krusial dalam siklus operasional. Peristiwa
tersebut berupa saat penjualan, penyelesaian proses produksi dan penerimaan hasil
penjualan.
Berdasarkan dua dasar pengakuan pendapatan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengakuan pendapatan dapat diakui dari proses produksi hingga penerimaan
hasil penjualan (accrual base) atau dengan mengakui pendapatan berdasarkan
terjadinya siklus operasional.
2.5
Return on Investment (ROI)
2.5.1 Return sebagai Alat Penilaian Kerja
Investasi dilakukan dengan harapan untuk memperoleh hasil/kembalian
(return) untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan secara umum dapat
dilihat dari meningkatnya nilai saham. Nilai perusahaan semakin lama harus semakin
meningkat sehinggga dengan demikian dapat dikatakan tumbuh (grown up).
Kemajuan
pertumbuhan
perusahaan
menjadi
tanggung
jawab
pimpinan/manager perusahaa, untuk memastikan bahwa di perusahaan terjadi
pertumbuhan dan kemajuan nilai perusahaan sekaligus prestasi kinerja manajer, maka
diperlukan suatu penilaian dengan kriteria tertentu. Oleh karena itu, jika ia diberi
27
wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban,
maka objek penilaian ditujukan kepada laba (rentabilitas).
Menurut Syamsuddin (2004;63) berpendapat bahwa:
“Return on Investment adalah merupakan pengukuran kemampuan
perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan,
semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan.”
Maka didapatkan rumus untuk menilai Return sebagai alat penilaian kerja,
yaitu :
(Laba Bersih/Total Aktiva) x 100%
Dari rumus ini dapat diketahui bahwa laba bersih merupakan selisih antara
pendapatan dan biaya, oleh karena itu ia tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran
kinerja pusat laba, maka ia harus dihubungkan dengan investasi yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut (Total Aktiva).
2.5.2 Pengertian Analisis Return on Investment
Analisis Return on Investment dalam analisis keuangan memiliki arti yang
sangat penting karena merupakan salah satu teknis analisis yang paling
menyeluruh/comprehensive. Analisis ROI merupakan teknik yang lazim digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas keseluruhan operasi perusahaan. ROI merupakan
salah satu ratio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam operation assets yang digunakan untuk
memperoleh keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan
yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah
investasi atas aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi
(net operating asset).
28
2.5.3 Rumusan Return on Investment
Return on Investment (ROI) dihitung berdasarkan data yang ditemukan dalam
neraca dan laporan laba rugi. Estimasi profitabilitas dapat menjadi bagian dari
perhitungan. Jumlah penjualan yang sering dan lazim digunakan adalah penjualan
netto. Tidak ada kesepakatan mengenai jumlah profit dan investasi yang
dipergunakan untuk menghitung ROI. Konsistensi dan keseragaman dibutuhkan
karena ROI biasanya berhubungan dengan kompleksitas operasi dan banyaknya
pemisahan divisi (Usry, 2006).
Laporan laba rugi biasanya melaporkan beberapa tingkatan laba termasuk:
a. Laba Operasi, yang merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan serta
biaya pemasaran dan administrasi. Penggunaan laba operasi berarti hanya transaksi
dari sebuah unit saja yang harus diperhitungkan. Laba ini digunakan untuk
menganalisa suatu divisi, karena item-item non operasional biasanya menjadi
tanggung jawab perusahaan secara keseluruhan. Laba operasional dipandang
sangat tepat untuk mengukur ROI perusahaan karena laba usaha mampu menilai
keefektifitisan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan khususnya biaya promosi
terhadap nilai investasi perusahaan.
b. Laba Sebelum Pajak, yang merupakan laba operasi ditambah pendapatan non
operasi dikurangi biaya non operasi. Penggunaan laba jenis ini signifikan dalam
menilai perusahaan secara keseluruhan.
c. Laba Bersih, yang merupakan jumlah yang ditransfer ke laba ditahan setelah
dikurangi pajak penghasilan.
Investasi merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar (current asset) dan
aktiva tidak lancar (noncurrent asset). Banyak akuntan yang menyarankan agar
jumlah investasi harus dirata-ratakan sepanjang periode fiskal, jika memungkinkan.
Prosedur ini cenderung bertujuan untuk menyeimbangkan tinggi rendahnya nilai
aktiva yang tidak wajar akhir tahun atau pengaruh musim. Sumber dana juga
diabaikan ketika jumlah investasi ditentukan. Untuk itu kewajiban jangka pendek
ataupun jangka panjang, yang digunakan untuk membeli aktiva. Tetapi beberapa
29
akuntan berpikir bahwa kewajiban lancar harus dikurangkan dari aktiva lancar guna
memperoleh jumlah model kerja (working capital) yang digunakan dalam
perhitungan aktiva lancar. Hal ini bergantung pada tujuan perhitungan ROI apakah
manajer divisi mempunyai kendali atas kewajiban lancar.
Hongren (2006;749) mengatakan bahwa:
“Return on Investment adalah suatu ukuran profitabilitas yang
membandingkan antara laba usaha perusahaan dengan investasi yang
dimiliki oleh perusahaan.”
Definisi ini dapat ditungkan ke dalam suatu rumus yaitu:
Dari rumus ini dapat diketahui bahwa ROI dapat dihitung dengan
membandingkan jumlah laba bersih usaha perusahaan dengan jumlah investasi (total
aktiva) yang dimiliki oleh perusahaan. Laba yang digunakan pada perhitungan ROI
adalah laba usaha. Laba usaha digunakan karena dengan laba usaha akan lebih mudah
dalam menilai keefektifan kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan.
Sedangkan besarnya investasi diukur dengan melihat seberapa banyak jumlah total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Hongren (2006;749), ukuran profitabilitas dengan menggunakan
ROI memiliki keunggulan dibandingkan dengan rasio lain, karena ini tidak hanya
menggunakan akun-akun pada laporan laba rugi. Selain membandingkan laba usaha
dan tingkat investasi perusahaan, untuk menghitung ROI juga dapat mengakalikan
antara
Return
on
(Revenue/Investment).
Sales
(Income/Revenue)
dan
Investment
Turnover
30
ROI = (Return on Sales x Investment Turnover) x 100%
Perhitungan ROI dengan menggunakan rumus ini dinamakan dengan Dupoint
method of profitability analysis. Rumus dari Dupoint method of profitability analysis
dapat disederhanakan ke dalam bentuk rumus yang telah dikemukakan sebelumnya
yaitu dengan menghilangkan unsur Revenue dari kedua rumus Return on Sales dan
Investment Turnover.
2.5.4 Penggunaaan Return on Investment
Return on Investment (ROI) dapat digunakan sebagai ukuran profitabilitas
perusahaan keseluruhan, divisi, pabrik, ataupun produk. Ketika analisis perusahaan
keseluruhan dan perbandingan dengan rasio industri menjadi signifikan bagi
manajemen eksekutif, manfaat utama dari ROI adalah sebagai alat pengukuran laba
dan pengendalian internal. Dalam hal ini trend menjadi lebih bermakna daripada
hanya sebuah perbandingan. ROI tidak hanya sebuah petunjuk bagi pemegang saham
atau investor, yang hanya mengukur profitabilitas atau earning power dengan
membagi laba dengan modal ekuitas.
Manajemen Eksekutif di banyak perusahaan telah banyak yang mengakui
konsep ROI sebagai alat untuk perencanaan dan pengukuran profitabilitas. Informasi
yang terkandung dalam ROI digunakan oleh semua tingkatan manajemen karena
sangat mudah dimengerti. ROI memberikan gambaran mengenai kesuksesan dan
kegagalan dari seluruh operasi perusahaan secara keseluruhan, operasi pabrik ataupun
setiap produk. Kinerja penjualan, pendapatan dan investasi ditangkap dalam satu
persamaan.
31
Karena ROI adalah sebuah pengukuran hasil kinerja secara finansial, ROI
mengabaikan beberapa kinerja nonfinansial. Sebagai akibatnya, dampak negatif dapat
muncul ketika ROI digunakan sebagai kriteria utama dalam mengevaluasi kinerja
manajemen. Manajer yang dievaluasi cenderung akan terlibat pada aktivitas yang
menghasilkan peningkatan jangka pendek atau mempertahankan ROI meskipun
tindakan tersebut dapat memberikan dampak yang tidak menguntungkan pada
profitabilitas jangka panjang. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
Pengurangan tindakan pencegahan, yang akan mengurangi beban periode sekarang
tapi mempersingkat umur aktiva, sehingga meningkatkan beban di masa yang akan
datang.
Pengurangan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan yang akan
mengurangi beban sekarang tetapi membuat perusahaan menjadi kurang
kompetitif di masa yang akan datang.
Pengurangan biaya pelatihan dan pengembangan karyawan, yang mengurangi
beban periode sekarang tetapi membuat perusahaan menjadi kurang kompetitif di
masa yang akan datang.
Menjual aktiva yang dibutuhkan, lalu menyewanya. Hal ini mengurangi nilai
aktiva pada neraca tapi menyebabkan biaya perusahaan menjadi meningkat di
masa yang akan datang dibandingkan dengan bila perusahaan memiliki aktiva
tersebut.
Pengurangan ataupun penundaan modernisasi fasilitas, khusunya investasi pada
fasilitas yang terautomatisasi, yang menyebabkan biaya aktiva dalam neraca
rendah tapi membuat perusahaan tidak kompetitif di masa yang akan datang.
2.5.5 Manfaat Penggunaan Return on Investment (ROI)
Keunggulan penggunaan ROI adalah sebagai berikut:
Mendorong manajer memberikan perhatian pada hubungan antara penjualan
(sales), biaya-biaya (costs) dan investasi (investment).
32
Mendorong efisiensi biaya.
Mengurangi investasi pada operating assets yang berlebihan.
ROI memfokuskan perhatian manajemen terhadap perolehan laba terbaik yang
memungkinkan dengan modal (total aktiva) yang tersedia.
ROI menggabungkan beberapa langkah perencanaan keuangan, target penjualan,
pengendalian biaya dan profit yang diharapkan.
ROI membantu manajemen mendeteksi kekuatan dan kelemahan dari penggunaan
individual assets.
Dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja dan menjadi dasar evaluasi
peningkatan antar waktu dan divisi.
2.5.6 Keterbatasan Penggunaan Return on Investment (ROI)
Kelemahan penggunaan ROI adalah sebagai berikut:
Terdapat kesukaran dalam membandingkan rate of return suatu badan usaha
dengan badan usaha lain yang sejenis, mengingat praktik akuntansi yang
digunakan pada badan usaha tersebut berbeda-beda.
Mendorong terjadinya myopic behaviour, yaitu manajer hanya berfokus pada
keuntungan jangka pendek, yang justru akan membebani badan usaha keseluruhan
secara jangka panjang.
Alokasi biaya dan aktiva yang memadai memerlukan informasi yang detail
mengenai anggaran dan realisasi dari penggunaan fasilitas tersebut. Biaya untuk
penelusuran sedetail itu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Untuk menghasilkan ROI periode sekarang yang baik, manajer kadang kala
membuat keputusan yang berakibat buruk di masa yang akan datang bagi
perusahaan.
33
2.6
Hubungan antara Biaya Promosi, Pendapatan Operasional dan ROI
Secara teoritis biaya promosi memiliki hubungan dengan pendapatan
operasional perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Nielson (2001), bahwa:
“One of important aspects of promotion is that promotion is essentially an
acceleration tool, designed to speed up the selling process and maximize sales
volume and operational revenue of the company.”
Selain itu, pendapat serupa juga diungkapkan oleh Blech yang mengatakan
bahwa:
“Promotions include communications activities that provide extra value or
incentives to ultimate consumers, wholesellers, retailers or other organizational
customer and that can stimulate immediate sales.”
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dilihat adanya hubungan antara biaya
promosi dengan pendapatan operasional perusahaan. Namun untuk mengetahui kuat
atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut masih memerlukan pengujian
yang lebih lanjut lagi.
Pendapatan operasional perusahaan merupakan salah satu komponen yang
mempengaruhi laba perusahaan. Dan laba perusahaan merupakan salah satu
komponen yang sangat mempengaruhi nilai Return on Investment.
Jadi biaya promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan operasional perusahaan sehingga peningkatan pendapatan operasional
perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan nilai Return on Investment (ROI)
perusahaan.
Download