Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 SOLUSI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Desje Lattu Pengawas Sekolah, Dinas Pendidikan, Kota Ambon E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk memahami lebih jauh perlunya pemberlakuan bimbingan konseling di sekolah, 2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi bimbingan konseling di sekolah, 3) Mencari solusi pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013. Manfaat: 1) Memberikan pemaknaan yang sebenarnya kepada sekolah tentang pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah, 2) Mengatasi kendala yang muncul dalam implementasi bimbingan konseling dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Artikel ini disusun dengan mengunakan metode kepustakaan dan wawancara. Solusi Pelaksanaan BK dalam implementasi kurikulum 2013: 1) Perlu dilakukannya pencerahan tentang fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi BK; 2) Perlu adanya pelatihan yang kontinu kepada semua guru BK tentang bagaimana penyelenggaraan BK dalam implementasi kurikulum 2013; 3) Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan mata pelajaran terkait sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan materi BK namun dapat diintegrasikan dalam materi terkait mata pelajaran tertentu; 4) Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu melakukan pengkajian terus-menerus terhadap kinerja guru BK sebagai alumni. Kata Kunci: solusi, bimbingan dan konseling, implementasi kurikulum 2013. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses membentuk manusia sehingga mampu mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia agar setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang lebih baik. Melalui proses yang terjadi dalam pendidikan, tiap individu dapat meningkatkan pengetahuan, potensi diri dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, tidak hanya mengembangkan intelektual peserta didik saja namun juga perlu diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif serta membangun karakter individu yang lebih baik. Guru Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 46 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 sebagai motor penggerak pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Peran guru pengasuh mata pelajaran (guru mapel) tentu tidaklah cukup untuk mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, karena itu diperlukan guru khusus untuk mengoptimalkan pembimbingan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam sistem pendidikan terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah yang dikenal dengan istilah guru bimbingan konseling. Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi kurikulum memiliki peran untuk membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik. Memfasilitasi peserta didik memahami potensi diri dan pengembangan kesiapan belajar, merancang ragam program pembelajaran, dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dimaksudkan untuk memantau perkembangan peserta didik dalam proses internalisasi nilai untuk menjadi individu yang bertanggungjawab. Selain itu, menguatkan pembelajaran yang mendidik mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi siswa. Memahami kesiapan belajar siswa dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran, melakukan asesmen potensi siswa, melakukan Diagnostik Kesulitan Perkembangan dan belajar siswa, menyelenggarakan fungsi Outreach, dan membangun hubungan kerja sama dengan institusi terkait lainnya untuk membantu perkembangan peserta didik secara optimal, kolaborasi dengan orangtua/keluarga, kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan lainnya. Kurikulum 2013, bimbingan konseling tidak terlihat secara langsung sehingga tidak nampak penyediaan waktu bagi bimbingan konseling, padahal materi bimbingan konseling cukup padat. Kondisi ini menjadi kendala dalam implementasi bimbingan konseling di sekolah. Namun di lain sisi bimbingan dan konseling diakui menjadi solusi bagi internalisasi nilai dan solusi bagi masalah kesiapan belajar dan mental peserta didik sehingga harus dikembangkan disetiap sekolah agar peserta didik dapat dengan mudah menjalani aktivitas belajarnya dan memperoleh hasil yang baik untuk masa depannya (Yudrik Yahya , 2011:3). Jika dipelajarai dengan baik banyak materi bimbingan konseling yang terintegrasi dalam materi mata pelajaran lain. Ulasan diatas menjadi jelas bahwa bimbingan konseling tidak dapat dianggap sebagai komponen tempelan saja namun harus dipandang sebagai komponen inti dalam proses internalisasi nilai pada peserta didik. Kegiatan bimbingan konseling tidak hanya menjadi tanggngjawab guru bimbingan konseling atau konselor saja namun menjadi tanggung jawab Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 47 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 kepala sekolah dan seluruh guru. Bagaimanakah solusi untuk mengimplementasikan materi Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 2013? Tujuan pendidikan nasional pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh. Bimbingan dan konseling sering dianggap hanya menangani masalah di luar bidang garapan pengajaran, namun ternyata memiliki keterkaitan dengan hampir semua bidang pengajaran dan secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas maka kajian yang penulis lakukan dalamm makalah ini antara lain: 1) Perlukah sekolah memberlakukan Bimbingan Konseling bagi peserta di sekolah didik? 2) Apakah terdapat kendalam implementasi bimbingan konseling di sekolah? 3) Bagaimana solusi pelaksanana bimbingan konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013? Tujuan dan manfaat. Tujuan: 1) Untuk memahami lebih jauh perlunya pemberlakuan bimbingan konseling di sekolah, 2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi bimbingan konseling di sekolah, 3) Mencari solusi pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013. Manfaat: 1) Memberikan pemaknaan yang sebenarnya kepada sekolah tentang pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah, 2) Mengatasi kendala yang muncul dalam implementasi bimbingan konseling dalam pelaksanaan kurikulum 2013. METODE Artikel ini disusun dengan mengunakan metode kepustakaan dan wawancara. Kepustakaan digunakan dengan cara penelusuran terhadap berbagai bahan pustaka baik cetak maupun elektronik untuk memperoleh teori, pendapat para ahli maupun opini tentang bimbingan konseling dan implementasinya. Wawancara dilakukan terhadap guru bimbingan konseling pada 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang telah melaksanakan kurikulum 2013 untuk memperoleh gambaran implementasi bimbingan konseling di sekolah masing-masing. Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 48 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 HASIL DAN PEMBAHASAN Pentingnya Bimbingan Konseling Tujuan pendidikan sering kali dibiaskan dalam pandangan umum. Biasnya tujuan pendidikan terjadi karena secara umum sering muncul pandangan bahwa yang menjadi parameter mutu atau keberhasilan pendidikan yaitu hal-hal akademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dimungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik memasuki dunia kerja bagi siswa SMA/SMK. Adanya anggapan seperti diatas dengan serta merta mengarahkan penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi. Akibatnya proses pendidikan akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilainilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, bimbingan konseling yang merupakan salah satu komponen kelembagaan penting disekolah diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling). I. Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu untuk memcahkan masalah yang dihadapinya. Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 49 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau keduannya memiliki makna yang identik. Namun ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan. Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya sekarang banyak dianut. Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatanpendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Menyimak defenisi bimbingan konseling dan peran lembaga ini disekolah dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling sangat penting disekolah dan harus diposisikan sesuai fungsinya untuk menunjang pencapaian prestasi akademik peserta didik. Bimbingan konseling menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa ragu tentang privacy-nya. Bimbingan konseling menjadi tempat pengaduan setiap persoalan yang dibantu untuk diselesaikan bahkan tempat dimana rasa perca diri diteguhkan. Bahkan setiap orang tua peserta didik dapat mengambil manfaat pelayanan bimbingan konseling untuk lebih memahami anak mereka. Kendala-Kendala Pelaksanaan BK dalam Implementasi Kurikulum 2013 Kedudukan BK dalam struktur kurikulum 2013. Kendala utama pelaksanaan BK dalam implementasi kurikulum 2013 sangat terasa oleh guru BK karena kedudukan bimbingan konseling tidak tersurat dalam struktur kurikulum sehingga tidak tersedia waktu, atau dapat dikatakan memiliki posisi yang belum jelas. Posisi demikian berujung pada tidak tersampaikannya materi bimbingan padahal sarat tema dan subtema. Kondisi ini menyebabkan Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 50 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 terjadinya kesimpangsiuran dalam pelaksanaan Bk di sekolah. Di lain sisi guru BK dihadapkan dengan tugas yang cukup berat dan harus lebih intensif karena pembimbingan harus lebih kusus mengarah ke peminatan dan pengembangan bakat peserta didik. Peran guru BK dipertegas oleh guru besar bimbingan dan konseling Prof Mungin Eddy Wibowo, ketika menjadi pembicara pada seminar nasional bimbingan dan konseling di hotel Grasia Semarang, Sabtu (4/5), “Peran guru BK dalam implemetasi kurikulum 2013 akan semakin penting, pasalnya di tingkat SMA sederajat penjurusan ditiadakan, diganti dengan kelompok peminatan,”. Menurut beliau, dengan diberlakukannya kelompok peminatan, maka guru BK memiliki tugas untuk memberikan pendampingan secara intensif kepada siswa. Diharapkan, siswa dapat memilih sesuai dengan kemampuan, bakat, serta minatnya. Hal senada juga ditegaskan oleh ketua umum Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) Prof Mungin. Beliau menegaskan peran dan tanggungjawab guru BK terhadap siswa SMP harus lebih nyata. Guru BK harus mulai mengamati dan mendampingi anak sejak kelas satu. “Harus dilihat dan dampingi, anak tersebut senang dan minat pada mapel apa. Untuk mengarahkan studi lanjutannya, ke SMA atau SMK.” Minimnya pemahaman sekolah tentang peran Bimbingan Konseling. Kendala kedua yang dirasakan adalah sekolah kurang memahami fungsi dan peran BK disekolah sehingga terkadang guru BK diposisikan sebagai “polisi sekolah”. Kondisi ini sangat terasa jika kita mendatangi sekolah dan kedapatan siswa membuat pelanggaran pasti guru yang memberi ganjaran adalah guru BK. Posisi guru BK di sekolah sedemikian menyebabkan BK menjadi momok bagi siswa sehingga tidak terjadi kedekatan seperti yang diharapkan sesuai peran dan fungsi BK yang sebenarnya. Angapan seperti ini harus segera diluruskan karena seharusnya guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah adalah konselor yang mendidik, bukan dianggap sebagai “polisi sekolah” atau momok yang ditakuti oleh siswa. Selain sebagai polisi sekolah, minimnya pemahaman sekolah terhadap peran dan fungsi Bk mengakibatkan dibanyak sekolah guru BK diserahi tugas tambahan padahal sekolah-sekolah tersebut memiliki jumlah guru BK tidak sebanding dengan jumlah siswa. Guru BK diserahi tugas sebagai pembina pramuka, bendahra sekolah, pengelola kantin, dengan alasan guru BK tidak memiliki kerja secara administrasi maupun fungsional. Minimnya kesadaran profesional Guru BK. Kondisi yang kontradiktif berikutnya dengan peran guru BK yankni minimnya kesadaran profesional sebagai guru bimbingan konseling. Berdasatkan data hasil wawancara ternyata untuk aspek memiliki program terbaca; 57% memiliki program, 42.8% lakukan sebagian program. Aspek Jenis layanan; 100% melakukan Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 51 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 bimbingan pribadi, 57% melakukan bimbingan kelompok, 57 % melakukan kunjungan rumah. Aspek memiliki tugas tambahan 57% memili tugas tambahan sebagai bendahara dan pembina pramuka, 43% tidak memiliki tugas tambahan. Aspek kordinasi dengan guru mata pelajaran untuk integrasi materi BK 100% tidak melakukan. Sajian data hasil wawancara menunjukan belum semua guru BK memiliki program, dan dilaksanakan sepenuhnya. Tidak semua guru BK melakukan bimbingan kelompok dan kunjungsn rumah, namun semua melakukan bimbingan secara pribadi. Banyak guru Bk yang diberi tugas tambahan oleh kepala sekolah. Umumnya guru BK tidak berkordinasi dengan guru mata pelajaran untuk mengetahui adanya kecocokan materi BK dengan guru mapel dalam upaya integrasi nilai bimbingan konseling. Solusi Pelaksanaan BK dalam implementasi kurikulum 2013 Mencermati tiga kendala utama yang ditemukan terkini dalam pelaksanaan bimbingan konseling maka penulis menggagas beberapa solusi antara lain: 1. Perlu dilakukannya pencerahan tentang fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi BK. Pencerahan dirasakan perlu untuk memberikan pemahan tentang kedudukan BK disekolah dengan alasan bahwa pendidikan di sekolah tidak hanya dilakukan melalui proses pembelajaraan oleh guru mata pelajaran dan pelatihan oleh guru praktek, tetapi juga kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK atau Konselor untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan yang optimal, termasuk mencari dan menetapkan pilihan serta pengambilan keputusan yang mencakup kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan perencanaan karir; 2. Perlu adanya pelatihan yang kontinu kepada semua guru BK tentang bagaimana penyelenggaraan BK dalam implementasi kurikulum 2013. Pelatihan menjadi salah satu solusi karena dirasakan dapat membekali guru BK dalam pelaksanaan tugas membimbing dan konseling. Dalam proses bimbingan dan konseling diperlukan berbagai metode dan teknis psikologis yang digunakan untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan perilaku peserta didik, dengan tetap berstandar dan terarah kepada pengembangan manusia seutuhnya. Dengan dilakukannya pelatihan diharapkan akan meningat kesadaran profesional guru BK sehingga fungsi dan perannya dalam mengemban tanggung jawab untuk membantu individu mampu menyesuaikan diri terhadap dinamika dan kehidupan sosial dapat dilakukan dengan benar. Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 52 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 3. Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan mata pelajaran terkait sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan materi BK namun dapat diintegrasikan dalam materi terkait mata pelajaran tertentu. 4. Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu melakukan pengkajian terus-menerus terhadap kinerja guru BK sebagai alumni prody dengan tujuan : a) mendapat masukan demi perbaikan layanan prody terhadap calon guru BK; b) membangkitkan kesadaran sekolah tentang pentingnya bimbingan dan konseling sebagai proses menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial PENUTUP Bimbingan dan konseling merupakan komponen inti dalam proses internalisasi nilai pada peserta didik, yang diartikan sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatanpendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Kendala umumnya yang dihdapi pada pelaksanaan BK di sekolah berasal dari sekolah, dan diri guru BK. karena rendahnya pemahaman peran BK di sekolah dan minimnya kesadaran profesi guru. Solusi terhadap kendala penyelenggaraan BK dalam implementasi K13 dapat dilakukan melalui pelatihan kepada guru BK, pencerahan kepada pihak sekolah untuk memahami peran BK disekolah, kerjasama lintas mata pelajaran untuk integrasi nilai BK, dan pengkajian terhadap kinerja guru BK demi memperoleh masukan bagi berbagai perbaikan layanan calon guru BK. Sekolah sebagai pengguna jasa bimbingan dan konseling perlu memahami peran dan fungsi BK disekolah sehingga tidak terjadi disfungsi BK. Guru BK sebagai pelaksana BK harus memahami secara baik tugas profesinya sehingga tidak terjadi ketidak pedulian terhadap tugas dan fungsi bimbingan konseling di sekolah. Prodi BK sebagai lembaga penghasil guru BK hendaknya secara kontinu melakukan pengkajian terhadap kinerja guru BK demi perbaikan layanan bagi calon guru BK. Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 53 Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54 DAFTAR RUJUKAN Aqib Z., 2002, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendekia Suparno P, dkk, 2002, Reformasi Pendidikan, Sebuah Rekomendasi, Yogyakarta, Kaninus https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/02/05/peran-bimbingan-dan-konseling-dalamkurikulum-2013/.di akses tanggal 18 oktober 2016 pukul 08.00 http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-bimbingan-dan-konseling.html, diakses pada tanggal 1 November 2016 pukul 01.00 https://unnes.ac.id, diakses pada tanggal 1 November 2016, pukul 10.00 https://tinaesti.wordpress.com, diakses pd tanggal 1 November 2016 pukul 14.00 https://tinaesti.wordpress.com/2007/06/24/pentingnya-bimbingan-konseling-oleh-st-kartono/ diakses pada tanggal 2 November 2016 pukul 12.00 http://fakhrizal78.blogspot.co.id/2014/10/hubungan-konseling-dengann-pendidikan, diakses pada tanggal 2 November pukul 13.00. Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved 54