this PDF file

advertisement
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
SOLUSI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Desje Lattu
Pengawas Sekolah, Dinas Pendidikan, Kota Ambon
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk memahami lebih jauh perlunya
pemberlakuan bimbingan konseling di sekolah, 2) Untuk mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi bimbingan konseling
di sekolah, 3) Mencari solusi pelaksanaan bimbingan konseling di
sekolah dalam implementasi kurikulum 2013. Manfaat: 1) Memberikan
pemaknaan yang sebenarnya kepada sekolah tentang pentingnya
penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah, 2) Mengatasi kendala
yang muncul dalam implementasi bimbingan konseling dalam
pelaksanaan kurikulum 2013. Artikel ini disusun dengan mengunakan
metode kepustakaan dan wawancara. Solusi Pelaksanaan BK dalam
implementasi kurikulum 2013: 1) Perlu dilakukannya pencerahan tentang
fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam kepala sekolah sebagai
pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi BK; 2)
Perlu adanya pelatihan yang kontinu kepada semua guru BK tentang
bagaimana penyelenggaraan BK dalam implementasi kurikulum 2013; 3)
Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan
mata pelajaran terkait sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan
materi BK namun dapat diintegrasikan dalam materi terkait mata
pelajaran tertentu; 4) Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai
lembaga penghasil guru BK perlu melakukan pengkajian terus-menerus
terhadap kinerja guru BK sebagai alumni.
Kata Kunci: solusi, bimbingan dan konseling, implementasi kurikulum
2013.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses membentuk manusia sehingga mampu mengembangkan
dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia agar setiap perubahan yang terjadi
menuju arah yang lebih baik. Melalui proses yang terjadi dalam pendidikan, tiap individu dapat
meningkatkan pengetahuan, potensi diri dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, tidak hanya
mengembangkan intelektual peserta didik
saja namun juga perlu diimbangi dengan
perkembangan emosi ke arah positif serta membangun karakter individu yang lebih baik. Guru
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
46
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
sebagai motor penggerak pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Peran guru pengasuh mata pelajaran (guru mapel)
tentu tidaklah cukup untuk
mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, karena itu diperlukan guru
khusus untuk mengoptimalkan pembimbingan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam
sistem pendidikan terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi
peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah yang dikenal dengan istilah guru
bimbingan konseling.
Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi kurikulum
memiliki peran untuk
membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik. Memfasilitasi
peserta didik memahami potensi diri dan pengembangan kesiapan belajar, merancang ragam
program pembelajaran, dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dimaksudkan untuk memantau perkembangan peserta didik dalam proses
internalisasi nilai untuk menjadi individu yang bertanggungjawab. Selain itu, menguatkan
pembelajaran yang mendidik mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi
siswa. Memahami kesiapan belajar siswa dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran,
melakukan
asesmen
potensi
siswa,
melakukan
Diagnostik
Kesulitan
Perkembangan dan belajar siswa, menyelenggarakan fungsi Outreach, dan membangun
hubungan kerja sama dengan institusi terkait lainnya untuk membantu perkembangan peserta
didik secara optimal, kolaborasi dengan orangtua/keluarga, kolaborasi dengan dunia kerja dan
lembaga pendidikan lainnya.
Kurikulum 2013, bimbingan konseling tidak terlihat secara langsung sehingga tidak
nampak penyediaan waktu bagi bimbingan konseling, padahal materi bimbingan konseling
cukup padat. Kondisi ini menjadi kendala dalam implementasi bimbingan konseling di sekolah.
Namun di lain sisi bimbingan dan konseling diakui menjadi solusi bagi internalisasi nilai dan
solusi bagi masalah kesiapan belajar dan mental peserta didik sehingga harus dikembangkan
disetiap sekolah agar peserta didik dapat dengan mudah menjalani aktivitas belajarnya dan
memperoleh hasil yang baik untuk masa depannya (Yudrik Yahya , 2011:3). Jika dipelajarai
dengan baik banyak materi bimbingan konseling yang terintegrasi dalam materi mata pelajaran
lain. Ulasan diatas menjadi jelas bahwa bimbingan konseling tidak dapat dianggap sebagai
komponen tempelan saja namun harus dipandang sebagai komponen inti dalam
proses
internalisasi nilai pada peserta didik. Kegiatan bimbingan konseling tidak hanya menjadi
tanggngjawab guru bimbingan konseling atau konselor saja namun menjadi tanggung jawab
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
47
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
kepala sekolah dan seluruh guru. Bagaimanakah solusi untuk mengimplementasikan materi
Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 2013? Tujuan pendidikan nasional pada akhirnya
adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa
mencapai kematangan emosional dan sosial selain mengembangkan kemampuan inteleknya.
Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat
mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh. Bimbingan dan konseling
sering dianggap hanya menangani masalah di luar bidang garapan pengajaran, namun ternyata
memiliki keterkaitan dengan hampir semua bidang pengajaran dan secara tidak langsung
menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kajian yang penulis lakukan dalamm makalah
ini antara lain: 1) Perlukah sekolah memberlakukan Bimbingan Konseling bagi peserta di
sekolah didik? 2) Apakah terdapat kendalam implementasi bimbingan konseling di sekolah? 3)
Bagaimana solusi pelaksanana bimbingan konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum
2013? Tujuan dan manfaat. Tujuan: 1) Untuk memahami lebih jauh perlunya pemberlakuan
bimbingan konseling di sekolah, 2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
implementasi bimbingan konseling di sekolah, 3) Mencari solusi pelaksanaan bimbingan
konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013. Manfaat: 1) Memberikan pemaknaan
yang sebenarnya kepada sekolah tentang pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di
sekolah, 2) Mengatasi kendala yang muncul dalam implementasi bimbingan konseling dalam
pelaksanaan kurikulum 2013.
METODE
Artikel ini disusun dengan mengunakan metode kepustakaan dan wawancara.
Kepustakaan digunakan dengan cara penelusuran terhadap berbagai bahan pustaka baik cetak
maupun elektronik untuk memperoleh teori, pendapat para ahli maupun
opini
tentang
bimbingan konseling dan implementasinya. Wawancara dilakukan terhadap guru bimbingan
konseling pada 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang telah melaksanakan kurikulum 2013
untuk memperoleh gambaran implementasi bimbingan konseling di sekolah masing-masing.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
48
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pentingnya Bimbingan Konseling
Tujuan pendidikan sering kali dibiaskan dalam pandangan umum. Biasnya tujuan
pendidikan terjadi karena
secara umum
sering muncul pandangan bahwa
yang menjadi
parameter mutu atau keberhasilan pendidikan yaitu hal-hal akademis seperti persentase
lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri.
Kenyataan ini sulit dimungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik
memasuki dunia kerja bagi siswa SMA/SMK. Adanya anggapan seperti diatas dengan serta
merta mengarahkan penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk
perguruan tinggi. Akibatnya
proses pendidikan akan kehilangan bobot dalam proses
pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilainilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan.
Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan
lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan
konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi,
ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil,
memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan
kata lain, bimbingan konseling yang merupakan salah satu komponen kelembagaan penting
disekolah diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.
Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat
erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu
digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and
counseling). I. Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan
sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu
untuk memcahkan masalah yang dihadapinya. Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli
dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya
di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
49
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan
kerja.Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar
bimbingan dengan konseling atau keduannya memiliki makna yang identik. Namun ada yang
berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua pengertian yang berbeda, baik dasar
maupun cara kerjanya.
Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong
orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap
identik dengan pendidikan. Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling
merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari
keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya sekarang banyak dianut.
Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus Prayitno,
dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,bimbingan belajar, dan bimbingan karier,
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatanpendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Menyimak defenisi bimbingan konseling dan peran lembaga ini disekolah dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling sangat penting disekolah dan harus diposisikan sesuai fungsinya
untuk menunjang pencapaian prestasi akademik peserta didik. Bimbingan konseling menjadi
tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa ragu tentang privacy-nya.
Bimbingan konseling menjadi tempat pengaduan setiap persoalan yang dibantu untuk
diselesaikan bahkan tempat dimana rasa perca diri diteguhkan. Bahkan setiap orang tua peserta
didik dapat mengambil manfaat pelayanan bimbingan konseling untuk lebih memahami anak
mereka.
Kendala-Kendala Pelaksanaan BK dalam Implementasi Kurikulum 2013
Kedudukan BK dalam struktur kurikulum 2013. Kendala utama pelaksanaan BK dalam
implementasi kurikulum 2013 sangat terasa oleh
guru BK karena kedudukan bimbingan
konseling tidak tersurat dalam struktur kurikulum sehingga tidak tersedia waktu, atau dapat
dikatakan memiliki posisi yang belum jelas.
Posisi demikian berujung pada tidak
tersampaikannya materi bimbingan padahal sarat tema dan subtema. Kondisi ini menyebabkan
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
50
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
terjadinya kesimpangsiuran dalam pelaksanaan Bk di sekolah. Di lain sisi guru BK dihadapkan
dengan tugas yang cukup berat dan harus lebih intensif karena pembimbingan harus lebih kusus
mengarah ke peminatan dan pengembangan bakat peserta didik. Peran guru BK dipertegas oleh
guru besar bimbingan dan konseling Prof Mungin Eddy Wibowo, ketika menjadi pembicara pada
seminar nasional bimbingan dan konseling di hotel Grasia Semarang, Sabtu (4/5), “Peran guru
BK dalam implemetasi kurikulum 2013 akan semakin penting, pasalnya di tingkat SMA
sederajat penjurusan ditiadakan, diganti dengan kelompok peminatan,”. Menurut beliau, dengan
diberlakukannya kelompok peminatan, maka guru BK memiliki tugas untuk memberikan
pendampingan secara intensif kepada siswa. Diharapkan, siswa dapat memilih sesuai dengan
kemampuan, bakat, serta minatnya. Hal senada juga ditegaskan oleh ketua umum Pengurus
Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) Prof Mungin.
Beliau menegaskan
peran dan tanggungjawab guru BK terhadap siswa SMP harus lebih nyata. Guru BK harus mulai
mengamati dan mendampingi anak sejak kelas satu. “Harus dilihat dan dampingi, anak tersebut
senang dan minat pada mapel apa. Untuk mengarahkan studi lanjutannya, ke SMA atau SMK.”
Minimnya pemahaman sekolah tentang peran Bimbingan Konseling. Kendala kedua yang
dirasakan adalah sekolah kurang memahami fungsi dan peran BK disekolah sehingga terkadang
guru BK diposisikan sebagai “polisi sekolah”. Kondisi ini sangat terasa jika kita mendatangi
sekolah dan kedapatan siswa membuat pelanggaran pasti guru yang memberi ganjaran adalah
guru BK. Posisi guru BK di sekolah sedemikian menyebabkan BK menjadi momok bagi siswa
sehingga tidak terjadi kedekatan seperti yang diharapkan sesuai peran dan fungsi BK yang
sebenarnya. Angapan seperti ini harus segera diluruskan karena seharusnya guru Bimbingan
Konseling (BK) di sekolah adalah konselor yang mendidik, bukan dianggap sebagai “polisi
sekolah” atau momok yang ditakuti oleh siswa. Selain sebagai polisi sekolah, minimnya
pemahaman sekolah terhadap peran dan fungsi Bk mengakibatkan dibanyak sekolah guru BK
diserahi tugas tambahan padahal sekolah-sekolah tersebut memiliki jumlah guru BK tidak
sebanding dengan jumlah siswa. Guru BK diserahi tugas sebagai pembina pramuka, bendahra
sekolah, pengelola kantin, dengan alasan guru BK tidak memiliki kerja secara administrasi
maupun fungsional.
Minimnya kesadaran profesional Guru BK. Kondisi yang kontradiktif berikutnya dengan
peran guru BK yankni minimnya kesadaran profesional sebagai guru bimbingan konseling.
Berdasatkan data hasil wawancara ternyata untuk aspek memiliki program terbaca; 57%
memiliki program, 42.8% lakukan sebagian program. Aspek Jenis layanan; 100% melakukan
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
51
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
bimbingan pribadi, 57% melakukan bimbingan kelompok, 57 % melakukan kunjungan rumah.
Aspek memiliki tugas tambahan 57% memili tugas tambahan sebagai bendahara dan pembina
pramuka, 43% tidak memiliki tugas tambahan. Aspek kordinasi dengan guru mata pelajaran
untuk integrasi materi BK 100% tidak melakukan. Sajian data hasil wawancara menunjukan
belum semua guru BK memiliki program, dan dilaksanakan sepenuhnya. Tidak semua guru BK
melakukan bimbingan kelompok dan kunjungsn rumah, namun semua melakukan bimbingan
secara pribadi. Banyak guru Bk yang diberi tugas tambahan oleh kepala sekolah. Umumnya guru
BK tidak berkordinasi dengan guru mata pelajaran untuk mengetahui adanya kecocokan materi
BK dengan guru mapel dalam upaya integrasi nilai bimbingan konseling.
Solusi Pelaksanaan BK dalam implementasi kurikulum 2013
Mencermati tiga kendala utama yang ditemukan terkini dalam pelaksanaan bimbingan
konseling maka penulis menggagas beberapa solusi antara lain:
1.
Perlu dilakukannya pencerahan tentang fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam
kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi
BK. Pencerahan dirasakan perlu untuk memberikan pemahan tentang kedudukan BK
disekolah dengan alasan bahwa pendidikan di sekolah tidak hanya dilakukan melalui
proses pembelajaraan oleh guru mata pelajaran dan pelatihan oleh guru praktek, tetapi juga
kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK atau Konselor untuk
membantu peserta didik mencapai perkembangan yang optimal, termasuk mencari dan
menetapkan pilihan serta pengambilan keputusan yang mencakup kehidupan pribadi,
sosial, belajar, dan perencanaan karir;
2.
Perlu adanya pelatihan yang kontinu kepada semua guru BK tentang bagaimana
penyelenggaraan BK dalam implementasi kurikulum 2013. Pelatihan menjadi salah satu
solusi karena dirasakan dapat membekali guru BK dalam pelaksanaan tugas membimbing
dan konseling. Dalam proses bimbingan dan konseling diperlukan berbagai metode dan
teknis psikologis yang digunakan untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan
perilaku peserta didik, dengan tetap berstandar dan terarah kepada pengembangan manusia
seutuhnya. Dengan dilakukannya pelatihan diharapkan akan meningat kesadaran
profesional guru BK sehingga fungsi dan perannya dalam mengemban tanggung jawab
untuk membantu individu mampu menyesuaikan diri terhadap dinamika dan kehidupan
sosial dapat dilakukan dengan benar.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
52
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
3.
Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan mata pelajaran terkait
sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan materi BK namun dapat diintegrasikan
dalam materi terkait mata pelajaran tertentu.
4.
Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu
melakukan pengkajian terus-menerus terhadap kinerja guru BK sebagai alumni prody
dengan tujuan : a) mendapat masukan demi perbaikan layanan prody terhadap calon guru
BK; b) membangkitkan kesadaran sekolah tentang pentingnya bimbingan dan konseling
sebagai proses menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, karena program-program
bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya
menyangkut kawasan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan
emosional, serta kematangan sosial
PENUTUP
Bimbingan dan konseling merupakan komponen inti dalam proses internalisasi nilai
pada peserta didik, yang diartikan sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan
pribadi, bimbingan sosial,bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatanpendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Kendala umumnya
yang dihdapi pada pelaksanaan BK di sekolah berasal dari sekolah, dan diri guru BK. karena
rendahnya pemahaman peran BK di sekolah dan minimnya kesadaran profesi guru. Solusi
terhadap kendala penyelenggaraan BK dalam implementasi K13 dapat dilakukan melalui
pelatihan kepada guru BK, pencerahan kepada pihak sekolah untuk memahami peran BK
disekolah, kerjasama lintas mata pelajaran untuk integrasi nilai BK, dan pengkajian terhadap
kinerja guru BK demi memperoleh masukan bagi berbagai perbaikan layanan calon guru BK.
Sekolah sebagai pengguna jasa bimbingan dan konseling perlu memahami peran dan
fungsi BK disekolah sehingga tidak terjadi disfungsi BK. Guru BK sebagai pelaksana BK harus
memahami secara baik tugas profesinya sehingga tidak terjadi ketidak pedulian terhadap tugas
dan fungsi bimbingan konseling di sekolah. Prodi BK sebagai lembaga penghasil guru BK
hendaknya secara kontinu melakukan pengkajian terhadap kinerja guru BK demi perbaikan
layanan bagi calon guru BK.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
53
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54
DAFTAR RUJUKAN
Aqib Z., 2002, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendekia
Suparno P, dkk, 2002, Reformasi Pendidikan, Sebuah Rekomendasi, Yogyakarta, Kaninus
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/02/05/peran-bimbingan-dan-konseling-dalamkurikulum-2013/.di akses tanggal 18 oktober 2016 pukul 08.00
http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-bimbingan-dan-konseling.html, diakses pada
tanggal 1 November 2016 pukul 01.00
https://unnes.ac.id, diakses pada tanggal 1 November 2016, pukul 10.00
https://tinaesti.wordpress.com, diakses pd tanggal 1 November 2016 pukul 14.00
https://tinaesti.wordpress.com/2007/06/24/pentingnya-bimbingan-konseling-oleh-st-kartono/
diakses pada tanggal 2 November 2016 pukul 12.00
http://fakhrizal78.blogspot.co.id/2014/10/hubungan-konseling-dengann-pendidikan, diakses pada
tanggal 2 November pukul 13.00.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
54
Download