TEORI PERILAKU Disusun: IY Perilaku pada hakekatnya merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari • Behavior : the way that somebody behaves, especially towards other people (Oxford Dictionary) • B = f (P, E) – Behavior (perilaku) adalah hasil interaksi antara person (P) dengan (E)nvironment (lingkungan psikologisnya) (Model Kurt Lewin) KOMPONEN PERILAKU: Pengetahuan (Knowledge) Sikap mental (Attitude) Keterampilan (Skill) Pengetahuan oKemampuan seseorang mengingat sesuatu (ide, fenomena) yang pernah diajarkan, dialami dan dilakukan. oApa yang kita ketahui, apa yang ada di otak kita. oPengetahuan berkaitan dengan kemampuan intelektual seseorang Sikap Mental oKondisi emosi dan perasaan seseorang yang tercermin dalam sikapnya terhadap stimulus; suka tidak; setuju tidak; mau/ tidak mau. oKecenderungan sikap seseorang dalam merespons stimulus (predisposisi dalam berperilaku). Keterampilan Kemampuan seseorang melakukan sesuatu dengan menggerakkan anggota tubuh. Seseorang dikatakan semakin terampil jika dalam gerakannya memenuhi faktor-faktor seperti : kekuatan, kecepatan, kerapian, kecermatan. Benyamin Bloom membagi perilaku ke dalam tiga ranah, yaitu: Kognitif Afektif Psikomotor Para ahli pendidikan kemudian mengembangkannya, menjadikan 3 ranah tersebut dapat diukur yaitu pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan. Bloom mengklasifikasi ranah kognitif atas enam tingkatan: (1) Pengetahuan (2) Pemahaman (3) Penerapan (4) Analisis (5) Sintesis (6) Evaluasi TUJUAN PEMBELAJARAN Domain Kognitif Afektif Psikomotor Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi Penerimaan Partisipasi Penilaian Organisasi Pembentukan pola hidup Persepsi Kesiapan Gerakan terbimbing Gerakan terbiasa Gerakan kompleks Penyesuaian pola gerakan Kreativitas Levels 1 2 3 4 5 6 7 Untuk mengubah perilaku seseorang, dapat dilakukan dengan mengubah salah satu ranah tersebut atau ketiga-tiganya. Perubahan masing-masing ranah itu akan saling memengaruhi. Pengetahuan Sikap Tindakan ATTITUDE oAttitude dapat diterjemahkan sebagai : oSikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek itu. oJadi attitude itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. oAttitude itu senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu objek (Tidak ada attitude tanpa ada objek) oObjek dapat berupa benda-benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma, nilai, dll Manusia dapat mempunyai attitude terhadap bermacam-macam hal : Bagi Muslim, daging babi merupakan sesuatu yang haram. Sikap negatif orang Jerman terhadap orang Yahudi Gerungan, Psikologi Sosial, 1986, Bandung : Eresco CIRI-CIRI ATTITUDE oBukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. oDapat berubah-ubah; sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang tersebut. oTidak berdiri sendiri : senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. CIRI-CIRI ATTITUDE oObjek dapat merupakan satu hal tertentu : tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari halhal tersebut. oContoh : attitude terhadap orang tertentu yang berasal dari suku X, menyebabkan adanya generalisasi terhadap semua orang yang berasal dari suku X. oMemiliki segi-segi motivasi dan perasaan ; ada upaya untuk mencapai tujuan. PENGETAHUAN ≠ ATTITUDE Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan attitude terhadap objek itu. Pengetahuan saja, belum menjadi penggerak. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi attitude terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Contoh : orang yang memiliki pengetahuan bahwa kebersihan membawa manfaat bagi kesehatan manusia, belum dikatakan memiliki attitude jika masih hidup dengan suasana jorok. ATTITUDE SOSIAL DAN INDIVIDUAL Attitude dapat dibedakan ke dalam attitude sosial dan attitude individual Suatu attitude sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial (Contoh : penghormatan terhadap bendera) Attitude individual berbeda dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial ATTITUDE SOSIAL DAN INDIVIDUAL Attitude sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap objek sosial, dan oleh karena itu maka attitude sosial turut merupakan suatu faktor penggerak di dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu, sehingga attitude sosial dan attitude pada umumnya mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti motif dan motivasi. SIKAP & KONSISTENSI Riset telah menyimpulkan bahwa orang-orang mengusahakan konsistensi di tengah sikapnya; antara sikap dan perilakunya. Contoh : konsistensi antara sikap tidak setuju dengan merokok dengan perilaku merokok. Mengusahakan konsistensi menunjukkan individuindividu berusaha merujukkan sikap-sikap yang berpisahan dan menyekutukan sikap dan perilaku mereka sehingga tampak rasional dan konsisten. SIKAP & KONSISTENSI Jika ada ketidakkonsistenan, dikenakan kekuatan untuk mengembalikan individu pada keadaan setimbang di mana sikap dan perilaku konsisten lagi. Ini dapat dilakukan dengan mengubah sikap atau perilaku atau dengan mengembangkan suatu rasionalisasi mengenai penyimpangan itu. TEORI DISONANSI KOGNITIF Disonansi adalah suatu inkonsistensi Teori disonansi kognitif menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi kognitif mengacu pada setiap ketidaksesuaian yang mungkin dipersepsikan oleh seorang individu antara dua sikapnya atau lebih, atau antara perilaku dan sikapnya. TEORI DISONANSI KOGNITIF Menurut Festinger (Robbins, 2003), setiap bentuk inkonsistensi tidak membuat nyaman; individu akan berupaya mengurangi disonansi. Jika perilaku menghasilkan disonansi akibat adanya pengaruh dari eksternal (seperti : atasan); tekanan untuk mengurangi disonansi akan lebih rendah daripada jika dilakukan secara sukarela. TEORI DISONANSI KOGNITIF Ganjaran memengaruhi derajat sejauh mana individu-individu dimotivasi untuk mengurangi disonansi. Ganjaran bertindak mengurangi disonansi dengan meningkatkan sisi konsistensi dari individu tersebut. Implikasi dari teori ini terhadap kehidupan organisasi : teori ini dapat meramalkan kecenderungan perubahan sikap dan perilaku anggotanya.