~ •. KEMENTERIAN HlJKUM DAN HAM RI BADAN PEMBINAAN HUKlJM NASIONAL P'usat Dokumentasi dan .Jaringan Informasi Hukum Nasional Jl.May.Jen. Sutoyo -Cililitan- Jakarta Timur I Hari/Tgl: vCIP!MT /;8 DES ~0/r (VP-6/1-IiV'f-- MurL/M -. .11-L/-4.11/.l/ M!L/7ER Somber: f?BPt/I?LIJCASubjek: . Hlm/Kol: Bidang: -~-Y. ~ Aliansi Militer Negara Muslim 1.• e FAHMI ALFANSI P PANE dan sebagainya bahwa aliansi yang dibentuk terse but tidak cocok untuk disebut aliansi militer. Saat ini, satu-satunya aliansi militer yang efektif hanya NATO sesudah Pakta Warsawa bubar. rab Saudi telah membentuk NATO bukan hanya mempunyai sekretadan memimpin aliansi militer riat dan pusat operasi, tetapi juga memiliki pakta yang mengikat semua anggota, para untuk memerangi terorisme jenderal yang memimpin sehari-hari, pangdan apa yang disebut sebagai kejahatan dan perusakan di kalan militer bagi ribuan pasukan, dan bamuka bumi. Melalui kantor nyak alutsista (alat utama sistem senjata), berita Saudi (SPA) diumumkan, 34 negara dan menggelar latihan rutin. Semua operasi telah bergabung dan 10 negara termasuk Ingabungan dan kombinasi itu bisa terselengdonesia disebut telah menyampaikan dugara karena ada negara yang mempunyai kakungannya bagi aliansi ini dan akan mengpabilitas militer melampaui kebutuhan perambillangkah-langkah yang diperlukan. tahanan domestiknya, yaitu AS. Pemerintah Indonesia telah membantah Terlebih, dikutip kantor berita Reuters, klaim Saudi karena bergabung dengan suatu Menteri Pertahanan Saudi Muhammad bin aiiansi militer bertentangan dengan politik Salman menyatakan akan ada koordinasi inluar negeri Indonesia yang bebas aktif. Kebiternasional dengan beberapa kekuatan besar jakan pemerintah sejalan dengan UU Nomor (major powers) dan organisasi internasional 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri terkait operasi di Suriah dan Irak. Padahal, Pasal3. Pemerintah berencana menyampai- . di dunia akademik dan politik, istilah major kan nota protes diplomatik. Namun, itu tidak powers biasanya merujuk kepada anggota memadai karena sesuai pasal 4 politik luar Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Rusia, Ingnegeri dilaksanakan melalui diplomasi yang, gris, dan Prancis. antara lain, kreatif, aktif, dan antisipatif. Negara-negara tersebut sanggup menggePendekatan antisipatif dan tidak reaktif lar operasi militer berskala penuh di luar nediperlukan karena Indonesia adalah satu-sagerinya. Buktinya, yang mampu menggelar tunya negara yang disebut oleh Saudi menoperasi serangan udara ke ISIS hanya em pat dukung aliansi, padahal tidak bergabung. major powers. Selain itu, keempatnya memMengapa Saudi tidak menyebut sembilan punyai pangkalan militer di luar negaranya. negara lainnya? Ini indikasi Saudi mengakui Misalnya, AS memiliki pangkalan militer di Indonesia terlalu penting dalam urusan kerja Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Turki, dan sama multilateral Muslim. lain-lain. Negara ini berpenduduk Muslim terbesar Fakta ini menimbulkan keraguan akan di duriia. Mayoritas di antaranya Sunni, tetapi kapabilitas militer aliansi negara-negara tidak berkonflik terbuka dengan Syiah dan Muslim dalam membuat perencanaan dan kelompok minoritas lainnya.Bersama Malaymenggelar operasi. Terlebih, kawasan Irak, sia dan Singapura, Indonesia juga mengontrol Suriah, dan sekitarnya telah menjadi terlalu keamanan Selat Malaka, rute terpendek dan kompleks, baik karena keterlibatan empat paling efisien untuk mengalirkan 15,2 juta bare! negara besar maupun bercampurnya warga minyakper hari dari Saudi dan negara Timur sipil dengan pejuang ISIS, Free S_)'Tian Army, Tengah lain sertaAfrika Timur ke negara-nedan kelompok militan lainnya. gara konsumen di Asia dan Am erika. Operasi yang digelar empat negara besar Sebagai negara Muslim, Indonesia perlu juga terfokus pada serangan udara. Meski mengingatkan Saudi, Mesir, Pakistan, Turki, sebagian sasaran terlihat merupakan fasilitas Alumnus Magister Sa ins Pertahanan Universitas Pertahanan Indonesia A 1.• Sambungan Sumber: 1.• j, • ~ Hari/Tgl: kombatan atau penyimpanan rhinyak, tetapi banyak born, rudal, dan roket yang mengenai warga dan bangunan sipil yang terlarang untuk diserang. Bahkan, milisi Houthi dapat bertahan, meski Saudi sudah menggelar pasukan darat dan kendaraan lapis baja. Selain karena medan pertempuran sangat luas dan berbukit-bukit, kemenangan sulit dicapai karena kuatnya relasi kabilah dan etnik. Berbagai tantangan keamanan global sulit diatasi dengan operasi militer konvensional. Organisasi seperti ISIS, Houthi, dan berbagai organisasi lain, seperti kelompok Ukraina Timur, Transnistria di Moldova, tidak dapat disederhanakan sebagai aktor bukan negara (nonstate actor). Mereka tidak seperti Alqaidah, ETA, FARC, Red Brigades, dan berbagai kelompok bersenjata di masa lalu. Mereka bertindak seperti negara dan menjalankan organisasi militer. Mereka pun dibantu oleh negara tertentu, baik pendanaan, senjata, informasi, pasukan khusus sebagai perencanajpelatih militer maupun dukungan politik. Inilah yang disebut dengan konflik hibrida atau perang hibrida (hybrid warfare). Saudi, Indonesia, Turki, Pakistan, Mesir, dan negara-negara berpengaruh lainnya sebaiknya mengoptimalkan Organisasi Kerja Sarna Islam (OKI) untuk mendesak PBB bertindak di Irak, Suriah, Yaman, dan berbagai medan konflik hibrida. Dengan mandat PBB, Indonesia tentu siap mengirim pasukan penjaga perdamaian, yang terbukti lebih efektif di Bosnia, Lebanon, dan sebagajnya. Kontingen Garuda dengan mandat PBB itulah yang lebih efektif dalam melindungi penduduk dari aksi terorisme dan kejahatan lain. Selain itu, Indonesia dapat menjadi tuan rumah dan mediator yang terpercaya bagi kelompok Saudi, Turki, dan lain-lain, serta kelompok Iran, Irak, dan Suriah. Pengalaman penyelesaian konflik domestik di Aceh, Poso, Maluku, Kalbar, Kalteng, dan peredaan serangan bersenjata di Papua, serta pengalaman penyelesaian konflik regional di Mindanao dan Kamboja adalah modal strategis Indonesia untuk melaksanakan ketertiban dunia. • Hlm/Kol: