FINANCIAL EFFECT OF VARIABLE RETURN ON INITIAL AND RETURN 15 DAYS AFTER AN INITIAL PUBLIC OFFERING IN MANUFACTURING COMPANY IN THE BEJ Suparyanti, Drs. H. Irfan Nursasmita, Ak Abstract This research was conducted on manufacturing companies in initial public offering period 1997 to 2002. The samples were done by purposive sampling and the period obtained 19 samples. The purpose of this study was to find out what is the influence of financial variables on the initial returns and return 15 days after the IPO. Data collection methods using secondary data through the methods of documentation and literature. The data needed is historical data taken through Capital Market Directory, the JSX Statistics, and Databases MM UII. Initial Return is used to determine the return on the day of the first companies to do IPOs in the secondary market. Analysis of the data used Normality Test, Test of Classical Assumptions, multiple regression. Financial variables used to determine the effect of initial returns and returns 15 days. Results of research conducted there is the influence of financial variables on the initial returns and return 15 days after the IPO. But there was no statistically significant effect between the current ratio, earnings per share and the rate of return on assets. Previous research also no significant effect. This may occur due to micro factors such as differences in capital structure, and macro factors such as economic conditions, politics and culture that can not be controlled. Keywords: Return. PENGARUH VARIABEL KEUANGAN TERHADAP INITIAL RETURN DAN RETURN 15 HARI SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEJ Suparyanti, Drs. H. Irfan Nursasmita, Ak Abstrak Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode 1997 sampai 2002. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dan pada periode tersebut didapat 19 sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Metode pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder melalui metode dokumentasi dan studi pustaka. Data yang dibutuhkan adalah data historis yang diambil melalui Capital market Directory, JSX Statistic, dan Database MM UII. Initial Return digunakan untuk mengetahui return perusahaan pada hari pertama kali melakukan IPO di pasar sekunder. Analisis data yang digunakan Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Regresi berganda. Variabel keuangan digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap initial return dan retur 15 hari. Hasil dari penelitian yang dilakukan ada pengaruh antara variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Tetapi secara statistik tidak ada pengaruh yang signifikan antara current rasio, earning per share dan rate of return on asset. Penelitian sebelumnya juga tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut mungkin terjadi disebabkan karena faktor mikro seperti adanya perbedaan struktur modal, dan faktor makro seperti kondisi ekonomi, politik dan budaya yang tidak dapat dikendalikan. Kata Kunci: Return. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan tambahan modal semakin bertambah sejalan dengan perkembangan perusahaan. Hal ini menuntut manajemen untuk memilih apakan tambahan modal akan dilakukan dengan cara utang atau dengan menambah jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru. Jika alternatif kedua yang dipilih, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperolehnya, antara lain dengan menjual kepada pemegang saham yang sudah ada, menjual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan), menambah saham lewat deviden yang tidak dibagi, menjual langsung kepada pemilik tunggal secara privat atau menawarkan kepada publik (Hartono, 2000). Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa efek disebut go-public. Perusahaan melakukan go public pada Badan Milik Negara (BUMN) adalah untuk memasyarakat saham BUMN agar lebih efesien karena adanya pengawasan melekat dari masyarakat yang merasa ikut memiliki perusahaan dengan memiliki saham perusahaan (Sutojo, 1989). Sedangkan bagi perusahaan swasta melakukan go public karena masalah keuangan. Suatu perusahaan yang struktur modalnya terdiri atas hutang yang lebih besar dari pada modal sendiri, pada suatu saat perlu mengadakan restrukturisasi permodalannya. Adanya hutang dapat menguntungkan perusahaan bilamana biaya modal pinjam lebih kecil dari return yang diperoleh perusahaan. Akan tetapi jika return lebih dari modal pinjaman, perusahaan akan mendapatkan kesulitan. Dengan go public, maka perusahaan dapat menghimpun dana dari masyarakat yang relatif besar. Dana yang diperoleh tersebut diharapkan dapat digunakan untuk keperluan pendanaan, membiayai kegiatan operasi perusahaan, ekspansi serta memperbaiki struktur modal perusahaan. Prospektus adalah gambaran umum perusahaan yang memuat keterangan secara lengkap dan jujur mengenai keadaan perusahaan dan prospeknya di masa mendatang serta informasi-informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan penawaran umum. Pada saat perusahaan melakukan IPO ( Initial Public Offering), tidak ada harga pasar saham sampai dimulainya penjualan di pasar sekunder. Pada saat tersebut umumnya investor memiliki informasi terbatas seperti yang diungkapkan dalam prospektus yang memuat rincian informasi serta fakta material mengenai penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan. Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membantu keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten ( Kim et al,1995). Harga saham yang dijual pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar. Apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Studi tentang tingkat underpricing dan harga pasar saham dihubungkan dengan informasi pada prospektus merupakan hal yang menarik bagi para peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Para peneliti terkadang menfokuskan penelitian pada informasi prospektus yang berkaitan dengan informasi keuangan. Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh informasi keuangan terhadap initial return atau underpricing telah banyak dilakukan baik di bursa saham luar negeri maupun di Indonesia (Kim et al., 1993;Kim et al., 1995; Trisnawati., 1998; daljono.,1998; Chandradewi., 2000). Meskipun studi tentang kinerja perusahaan yang melakukan IPO telah banyak dilakukan, namun penelitian di bidang ini masih merupakan masalah yang menarik untuk diteliti karena disamping temuannya selalu konsisten, juga kebanyakan penelitian memfokuskan pada informasi non keuangan. Banyak variabel-variabel keuangan yang mungkin mempengaruhi underpricing maupun kinerja perusahaan telah melakukan IPO belum diteliti. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang ini. Dari riset yang dilakukan Chandradewi (2000) ditemukan adanya keterbatasan berupa tidak dipertimbangkannya pengaruh besaran perusahaan (size effect) dan pengaruh jenis industri (industri effect) ketika menguji pengaruh variabel keuangan terhadap harga saham perusahaan 7 hari setelah IPO. Kinerja perusahaan besar diduga lebih baik dari perusahaan kecil. Demikian juga investor akan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menilai kinerja perusahaan-perusahaan besar dari pada perusahaan kecil, karena biasanya perusahaan besar mempublikasikan informasinya kepada masyarakat umum. Oleh karena itu perlu kiranya mempertimbangkan pengaruh besaran perusahaan jika ingin meneliti kinerja perusahaan setelah IPO. Kim et al. (1995) dalam penelitiannya hanya memasukkan variabel indeks harga saham pada setiap tanggal penawaran untuk mengendalikan variasi crosssectional dari industri effect. Padahal, kemungkinan perusahaan dalam kelompok industri tertentu memiliki kinerja yang berbeda dengan perusahaan dari kelompok industri yang lain. Apakah investor memperhatikan jenis industri dan besaran perusahan ketika memutuskan investasi dalam surat berharga. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut dan dari telaah litelatur studi belumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh variabelvariabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Chandradewi (2000) dalam penelitiannya menyarankan untuk memasukan variabel-variabel keuangan lain yang ada dalam prospektus yang belum diteliti jika ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama. Variabel tersebut antara lain tingkat pertumbuhan laba, debt to equity ratio dan earnings per share. Sedangkan Daljono (2000) menyarankan untuk memasukkan rasio keuangan lain yang ada dalam prospektus selain variabel yang sudah diteliti. Dalam penelitian ini variabel keuangan tingkat pertumbuhan laba, debt to quit ratio dan earnings per share akan digunakan sebagai variabel independen. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitihan-penelitian sebelumnya. Ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dari penelitian terdahulu: pertama penelitian ini menguji pengaruh variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO di Bursa Efek Jakarta. Variabel keuangan yang digunakan adalah Rate of Return on Total Asset (ROA), Laba Per lembar Saham (EPS), Current Rasio (CR). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return? 2. Apakah ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO? C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi untuk populasi atau sampel penelitiannya adalah pada perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang melakukan variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO antara periode 1997 sampai dengan periode 2002. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return. 2. Untuk mengetahui apa ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO E. Manfaat Penelitian 1. Bagi kepentingan investor atau praktisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang didapat dengan adanya variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Selain itu dapat digunakan untuk dijadikan gambaran dalam pengambilan keputusan. 2. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerapan teori yang dilakukan oleh para pelaku pasar apakan sesuai dengan teori yang berlaku atau tidak sehubungan dengan adanya peristiwa variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukkan bahan tambahan materi kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa dan sebagai penelitian selanjutanya yang kemungkinan akan dilakukan oleh mahasiswa mahasiswi STIENUS. 3. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori atau ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama ini dengan kondisi riil di lapangan. Selain itu juga untuk menambah pengetahuan penelitian terkait dengan masalah variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. F. Sistematika Penulisan Penulisan ini menggunakan sistematika sebagai gambaran awal untuk menilai kerangka materi yang akan dilakukan dalam penyusunan skripsi: BAB I PENDAHULUAN Bagian-bagian yang terdapat dalam bab ini adalah: A. Latar belakang masalah B. Perumusan masalah C. Pembatasan masalah D. Tujuan masalah E. Manfaat penelitian F. Sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan materi-materi yang berhubungan dengan penelitian yang disusun sebagai berikut: A. Teori-teori Pendukung 1. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal b. Tujuan Pasar Modal Indonesia c. Manfaat Pasar Modal d. Bentuk Transaksi di Pasar Modal e. Macam-macam Pasar Modal 2. Go Public a. Pengertian Go Public b. Keuntungan Go Public c. Kerugian go Public 3. Initial Public Offering (IPO) 4. Saham a. Pengertian Saham b. Klasifikasi Saham c. Jenis-jenis Saham d. Kinerja Saham e. Harga Saham 5. Efisiensi Pasar Modal a. Efisiensi Pasar Secara Informasi b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan 6. Return a. Return Realisasi b. Return Ekspektasi 7. Initial Return (IR) 8. Variabel Keuangan a. Rate of Return on Total Asset b. Earning Per Share c. Current Ratio B. Telaah Penelitian Terdahulu C. Hipotesis Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Susun dalam bab ini meliputi: A. Definis Variabel Keuangan B. Jenis Penelitian C .Desain Penelitian D. Data yang dibutuhkan dan Sumber Data E. Populasi dan Sampel F. Metode Pengumpulan Data G. Uji Prasyarat Analisis Data H. Teknik Analisis Data I. Waktu Penelitian BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan analisis data, hasil analisis dan pembahasan analisis yang disusn sebagai berikut: A. Perhitungan Tingkat Keuntungan 1. Initial Return 2. Return 15 Hari Setelah IPO 3. Rate of Return on Total Asset 4. Current Rasio dan Earning Per Share B. Uji Prasyarat Data 1. Uji Normalitas 2. Uji Asumsi Klasik C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan E. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Susunan penulis dalam bab ini adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan B. Saran hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-teori Pendukung 1. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Secara umum pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasiobligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Jadi pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. ( Sunariyah, 2000 : 4) Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing di pasar modal sebagai emiten. b. Tujuan Pasar Modal Indonesia Tujuan dari pasar modal di indonesia adalah sebagai berikut: 1) Mempercepat proses perluasan pengikut sertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan. 2) Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham. 3) Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. c. Manfaat Pasar modal Manfaat dari pasar modal bagi emiten yaitu: 1) Jumlah dana yang dihimpun dapat berjumlah besar. 2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. 3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. 4) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil. 5) Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan. 6) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 7) Tidak ada beban finansial. 8) Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 9) Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 10) Profesionalisme dalam manajemen meningkat. Manfaat dari pasar modal bagi para investor antara lain: 1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. 2) Memperoleh dividen yang mereka miliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi. 3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham. 4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi. 5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengandung risiko. Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang: 1) Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel. 3) Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang. 4) Likuiditas efek semakin tinggi. Manfaat Pasar Modal bagi Negara: 1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual belikan. 2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pekembangan suatu perekonomian. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Biaya informasi tersebut diklafisikasi menjadi dua yaitu: a. Biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan (emiten). b. Biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau kelemahan surat berharga. d. Bentuk Transaksi di Pasar Modal adalah 1) Utang berjangka (jangka pendek atau panjang) ialah salah satu bentuk pendanaan dalam suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada para pemilik dana ataupun para pemodal. Ada dua macam yaitu: surat obligasi dan sekuritas lainnya. 2) Penyertaan ialah salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut. e. Macam-macam Pasar Modal Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Jenis-jenis pasar modal yaitu: 1) Pasar Perdana (Primary Market) ialah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Dapat juga sebagai pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. 2) Pasar Sekunder (Secondary market) ialah dimana saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. 3) Pasar Ketiga (third market) ialah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). 4) Pasar Keempat ( fourth market) ialah bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. 2. Go Public a. Pengertian Go Public Go Public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya. Sebagai pembeli adalah masyarakat umum baik domestik maupun asing disebut investor. Pengertian pertama kali menyatakan bahwa istilah go public hanya dipakai pada waktu pertama kali perusahaan menjual saham artinya pertama kali ini disebut pasar perdana. Perusahaan untuk go public dipasar modal harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Jadi semua perusahaan mempunyai kesempatan untuk dapat menjual saham kepada masyarakat. Kebutuhan modal tambahan bagi suatu perusahaan dapat dipenuhi melalui berbagai cara. Salah satu cara yaitu dengan menjual saham baru. Penjualan saham baru bagi perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara sebagai berikut : 1) Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada. 2) Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan). 3) Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). 4) Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi) secara privat (private placement). 5) Ditawarkan kepada publik. ( Jogiyanto, 2000 : 16). Jika keputusan adalah menjual saham kepada publik. Berarti perusahaan tersebut melakukan go publik. Dengan melakukan go publik perusahaan dapat menarik dana yang relatif besar dari masyarakat secara tunai. Bagi masyarakat dengan membeli saham perusahaan yang melakukan go publik berarti memperoleh kesempatan untuk ikut memiliki perusahaan tersebut, sehingga terjadi distribusi kesejahteraan. Ada beberapa motivasi bagi perusahaan yang melakukan go publik. Pagano (1998) mengatakan bahwa secara umum motivasi perusahaan melakukan go publik adalah untuk pendanaan petumbuhan perusahaan. Akan tetapi di italia perusahaan melakukan IPO bukan untuk mendanai investasi dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, melainkan untuk rebalance modalnya setelah melakukan investasi yang besar. Alasan perusahaan melakukan go publik: Meningkatkan modal dasar perusahaan, Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha, Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi) dan Nilai perusahaan. Sebelum melakukan go publik, sebuah perusahaan perlu untuk mempertimbangkam untung ruginya melakukan go publik. Jogiyanto (2000 : 17) menyatakan beberapa keuntungan dan kerugian bila perusahaan melakukan go publik. b. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh yaitu: 1) Kemudahan meningkatkan modal dimasa yang akan datang. Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah going public, informasi keuangan harus di laporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik. 2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. Untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public. 3) Nilai pasar perusahan diketahui. Untuk alasan-alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui. Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif dalam bentuk opsi saham (stock option) kepada manajer-manajernya, maka nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai dari opsi sulit ditentukan. c. Beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut: 1) Biaya laporan yang meningkat. Untuk perusahaan yang sudah going public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil. 2) Pengungkapan (disclosure). Beberapa pihak di dalam perusahaan umum keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai. 3) Ketakutan untuk diambil alih. Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yng baru jika perusahaan diambil alih. Perusahaan yang berniat go public harus melalui 3 tahap prosedur: (1) Persiapan diri, (2) Izin registrasi dari BAPEPAM dan (3) Melakukan penawaran perdana atau IPO dan memasuki pasar sekunder dengan mencatat efeknya di bursa. Dalam tahap persiapan diri, setelah keputusan untuk go public ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham. Perusahaan harus menyiapkan dokumen-dokumen dengan bantuan para profesi di pasar modal antara lain: Penjamin emisi efek (underwriter) akuntan publik, notaris, konsultan hukum, perusahaan penilai (apprasal). Setelah semua persiapan yang dibutuhkan telah dilakukan. Semua dokumen persyaratan pendaftaran dikirim ke BAPEPAM. Tahap ketiga dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari BAPEPAM. Pada tahap ini dilakukan penawaran perdana atau IPO dan memasuki pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya dibursa. 3. Initial Public Offering (IPO) Initial public offering (IPO) adalah perusahaan yang pertama kali jual sahamnya ke pasar sekunder. Penawaran efek dengan menggunakan media massa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak atau telah dijual kepada 50 pihak. (Panduan go public, 2002:2) Keputusan untuk going public atau tetap menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang harus dipikirkan masak-masak. Jika perusahaan memutuskan untuk going public dan melemparkan saham perdananya ke publik (initial public offering), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya dan kapan waktunya yang paling tetap. Umumnya perusahaan menyerahkan permasalahan yang berhubungan dengan IPO (initial public offering) ke banker investasi (investment banker) yang mempunyai keahlian didalam penjualan sekuritas. Penjualan saham baru perusahaan yang melibatkan banker investasi ini dijual di pasar primer (primary market). Banker investasi akan menyediakan saran-saran yang penting yang dibutuhkan selama proses rencana pelemparan sekuritas ke publik. Saran-saran yang diberikan dapat berupa: 1) Tipe sekuritas apa saja yang akan dijual. 2) Harga dari sekuritas. 3) Waktu pelemparannya. Banker investasi merupakan perantara antara perusahaan yang menjual saham dengan ivestor. Sebagai perantara, banker investasi selain berfungsi sebagai pemberi saran (advisory function), banker investasi juga berfungsi sebagai pembeli saham (underwriting function) dan berfungsi sebagai pemasar saham ke investor (marketing function). Proses pembelian sekuritas oleh banker investasi yang nantinya akan dijual kembali ke publik disebut dengan underwriting. Banker investasi yang melakukan proses underwriting ini disebut dengan underwriter. Banker investasi membeli sekuritas dengan harga yang sudah disetujui dan menanggung risiko kegagalan atau kerugian menjualnya kembali ke publik. Banker investasi mengambil keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual dari saham (selisih ini disebut dengan spread). Tidak selalu banker investasi mau membeli sekuritas dengan harga yang sudah ditentukan, terutama untuk sekuritas milik perusahaan-perusahaan yang belum mapan atau masih baru di pasar modal yang risiko kerugiannya tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan semacam ini, banker investasi umumnya menjualkan saham dengan basis best effort. Dengan basis ini, banker investasi hanya menerima komisi untuk menjualkan sekuritas kepada investor dengan usaha yang semaksimal mungkin (best effort) untuk mendapatkan harga penjualan sebaik mungkin. Dengan demikian, risiko kerugian penjualan sekuritas akan ditanggung oleh perusahaan penerbit saham (perusahaan emiten) bukan oleh banker investasi. Jika banker investasi harus menanggung sendiri risiko kegagalan penjualan saham ke publik dan jika nilai saham yang akan dilempar cukup besar, banker investasi akan membentuk suatu sindikat ( syndicate). Sindikat merupakan suatu group yang terdiri dari lead manager (banker investasi yang berfungsi sebagai manajer sindikat), beberapa underwriter lainnya yang berfungsi sebagai anggota group yang membeli sekuritas dan menjualnya ke publik dan beberapa group penjual (sales group) yang tidak membeli sekuritas tetapi ikut menjualkannya ke publik. Penjualan sekuritas ke publik harus di dukung dengan informasi dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu dari dokumen ini adalah prospectus yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual. 4. Saham a. Pengertian saham Menurut Koelin (1994:22) adalah hak atas sebagian dari suatu perusahaan. Menurut Agus Sartono ( 1997:25) adalah bukti penyerahan modal dana perusahaan. Sedangkan menurut Mardiasmo (1990:25) adalah surat tanda kepemilikian atas perusahaan yang membayar saham tersebut. Jadi dari ketiga definisi saham tersebut dapat disimpulkan bahwa saham adalah hak seseorang atas penyertaan atau kepemilikan sebagai modal dalam perusahaan perseroan dalam bentuk surat atau selembar kertas. b. Klasifikasi saham Klasifikasi saham dapat dibedakan atas beberapa hal: 1) Cara Penilaian Hak Jika dilihat penilaian hak, saham dapat diklasifikasikan atas: 2) Saham atas unjuk (bearer stocks) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah di pindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut maka dialah diakui sebagai pemiiknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 3) Saham atas nama (registered stocks) merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. (Fakhruddin .M, Sopian Hadianto.M, 2001: 12) c. Jenis-jenis saham 1) Saham biasa (common stocks) yaitu saham yang menempatkan pemiliknya setelah pemilik saham preferen dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaaan. Jadi pemilik saham biasa akan memperoleh pendapatan dari investasi berupa dividen dan capital gain (sama dengan selisih antara harga jual dengan harga beli). Saham biasa pada umumnya juga memiliki karakteristik utama yang membedakannya dengan kesempatan investasi (saham-saham) yang lain. Menurut Sri Handaru Yulianti dkk (1996:128) karakteristikkarakteristik dari saham biasa tersebut adalah: (a) Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti. (b) Pemilik atau pemegang saham biasa akan memiliki hak untuk ikut serta dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (c) Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo. 2) Saham Preferen (preferred Stock) Saham preferen adalah saham yang memberikan hak-hak khusus kepada pemiliknya. Hak-hak khusus tersebut antara lain prioritas untuk memperoleh dividen sebelum pemegang saham biasa dan memperoleh aktiva sebelum pemegang saham biasa pada saat likuidasi (Horngren:1998). Saham preferen serupa dengan saham biasa dalam dua hal yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembar saham tersebut dan membayar deviden. Selain itu saham preferen juga memiliki perusahaan dengan obligasi dalam tiga hal yaitu: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. ( Fakhruddin. M dan Sopian Hadianto.M : 2001) Kesamaan karakteristik saham preferen dengan obligasi ini yang membedakan antara saham biasa dan saham preferen, sehingga saham preferen dinilai lebih istimewa dari saham biasa. Jumlah saham preferen di pasar lebih sedikit dibandingkan saham biasa. 3) Saham Treasuri ( Treasury stock) Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak diaktifkan tetapi di simpan sebagai treasuri. Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham treasuri dengan alasan-alasan sebagai berikut: (a) Akan digunakan dan diberikan kepada menejer-menejer atau karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham. (b) Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya. (c) Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk di gunakan menguasaikan perusahaan lain. (d) Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba perlembarnya. Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas. d. Kinerja Saham Jika dilihat dari kinerja saham maka saham dapat dikategorikan atas: 1) Blue-chip stocks yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis. Memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2) Income stocks yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. 3) Growth stockc (well-known) yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4) Speculative stocks yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5). Counter cyclical stocks yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods. (Fakhruddin.M dan Sopian Hadianto.M, 2001 :13-14) e. Harga Saham Nilai saham dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Nilai buku (book value) adalah nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai buku per lembar saham dihitung dengan membagi total ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. 2) Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang berlaku di pasar bursa pada saat tertentu. Nilai pasar terbentuk berdasarkan permintaan dan penawaraan saham di pasar bursa. 3) Nilai intrinsik ( intrinsic value) adalah nilai sebenarnya dari saham yang diperdagangkan. Nilai intrinsik saham dapat ditentukan dengan menggunakan analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) dan analisis teknis (technical analysis). (Jogiyanto, 2000 : 82-88) Dalam penelitian ini yang dibahas adalah harga bukan nilai. Pada kenyataan di pasar modal, yang dimaksud dengan nilai adalah nilai intrinsik sedangkan yang dimaksud dengan harga adalah nilai pasar. Untuk dapat menentukan harga saham, investor perlu mengetahui nilai saham yang bersangkutan. Perdagangan saham di BEJ menggunakan sistem lelang yaitu order pembelian dan penjualan sekuritas ditemukan sampai dicapai harga kesepakatan. Dalam sistem lelang harga ditentukan oleh supply (penawaran) dan demand (permintaan). Dalam sistem lelang dikenal 2 harga yaitu ask price (offer price) yaitu harga penawaran terendah untuk jual dan bid price yaitu harga permintaan tertinggi untuk beli . (Jogiyanto, 2000). Dengan demikian harga pasar yang berlaku di BEJ adalah harga terakhir atau harga penutupan (closing price). Harga penutupan adalah harga terakhir yang terjadi berdasarkan permintaan dan penawaran. 5. Efisiensi Pasar Modal Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas pasar modal (Suad Husnan, 1993:24). Semakin tinggi derajat efisiensinya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik. Konsep pasar modal yang efisien memberikan penjelasan mengenai bagaimana harga-harga saham melakukan penyesuaian terhadap informasi baru (Jogiyanto, 2000:353) dan menurut Fama (1970), pasar modal dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Hipotesis utama pasar modal yang efisien adalah suatu pasar dimana harga seluruh sekuritas secara tepat dan penuh menyesuaikan terhadap informasi yang baru. (Jogiyanto, 2000:352) yaitu: a. Efisiensi Pasar Secara Informasi (Informationally Efficient) Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi dimana informasi tersebut digolongkan menjadi informasi lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi privat. Dalam efisiensi secara informasi ini tidak ditentukan seberapa canggih pasar mengolah suatu informasi, tetapi seberapa luas informasi tersebut tersedia di pasar. Jadi pasar dikatakan efisien jika waktu penyesuaian harga ekuilibrium baru dilakukan dengan cepat. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak efisien jika kecepatan penyesuaian cukup lama dan berlarut-larut, hal ini menunjukkan distribusi informasi yang tidak simetris. Menurut Fama (1970) menyajikan tiga bentuk dari efisiensi pasar berdasarkan tiga macam dari informasi yaitu: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu yang merupakan informasi yang sudah terjadi. Efisiensi ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk thery) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Sehingga dalam efisiensi bentuk lemah ini para investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2) Efisiesi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available informasi) termasuk informasi yang berada di laporan-loparan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa pengumuman laba, pembagian dividen, pengembangan produk baru, merjer dan akuisisi, pergantian pemimpin, perubahan metode akuntansi sehingga peraturan pemerintah. Dalam pasar efisiensi bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. 3) Efisiensi bentuk kuat (strong form) Jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi termasuk informasi privat. Hipotesis efisiensi bentuk kuat mengatakan bahwa semua informasi, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (public and private information), tidak dapat digunakan untuk memperkirakan harga di masa yang akan datang. Jadi investor dan analisis tidak akan memperoleh keuntungan tidak normal yang tidak konsisten, meskipun mereka memiliki informasi khusus (insider informasi) sehingga dapat disimpulkan bahwa jika pasar efisien dalam bentuk ini, informasi sama sekali tidak berguna. b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan ( Decisionally Efficient Market) Informasi secara keputus mempertimbangkan dua faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar, sehingga ketersediaan informasi saja tidak menjamin pasar akan efisien karena informasi tersebut masih perlu diolah lebih lanjut. Misalnya pengumuman merjer oleh perusahaan emiten. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, belum tentu harga sekuritas perusahaan bersangkutan akan mencerminkan informasi tersebut dengan penuh. Karena pelaku pasar harus menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai kabar baik atau buruk. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang mendalam untuk memperkirakan besarnya dampak dari informasi tersebut pada harga sekuritas yang bersangkutan. Untuk mengolah informasi secara benar, pelaku pasar harus canggih sehingga dapat menikmati keuntungan yang tidak normal. Jadi efisiensi secara informasi saja tidak lah cukup karena diperlukan juga kecanggihan pelaku pasar untuk mengolah informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan. 6. Return Jogiyanto (2000: 107) Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return) dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. a. Return Realisasi Beberapa return realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return). 1) Return Total Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut: Return = Capital Gain (Loss) + Yield Capital Gain (Loss) = Pt − Pt −1 Pt −1 Capital gain (Loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu dan Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga iinvestasi periode tertentu dari suatu investasi. 2) Relatif Return Pada return total dapat bernilai negatif atau positif. Pada perhitungan return relatif, return total diubah menjadi positif dengan menambah nilai terhadap return total sebagai berikut. Return Relatif = (Return Total + 1) 3) Kumulatif Return Return total mengukur perubahan harga dari saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Return total hanya mengukur perubahan kemakmuran pada saat waktu tertentu tetapi tidak mengukur total dari kemakmuran yang dimiliki. Untuk mengetahui total kemakmuran kumulatif (cumulative wealth index) dapat digunakan indek kemakmuran kumulatif (IKK). IKK = KK0 (1+R1) (1+R2)…(1+Rt) Dimana : IKK = Indeks kemakmuran kumulatif dari periode ke-1 sampai ken KK0 = Kekayaan awal Rt = Return periode ke-t 4) Return Disesuaikan Return sebelumnya adalah return nominal (nominal return) yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak memperhitungkan daya beli dari nilai uang tersebut. Untuk mempertimbangkan hal ini return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada. Return ini disebut sebagai return rill atau disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted return) sebagai berikut: (1 + R) −1 (1 + IF ) RIA = Di mana: RIA = return disesuaikan dengan tingkat inflasi. R = return nominal IF = tingkat inflasi b. Return Ekspektasi Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan menghilangkan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadian dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara matematik return ekspektasi dirumuskan: n E(Ri) = ∑ ( Rj.Pj ) j =1 Di mana : E(Ri) = return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i Rj = hasil masa depan ke-j Pi = probabilitas hasil masa depan ke-j N = jumlah dari hasil masa depan. Penentuan probabilitas untuk menentukan hasil masa depan merupakan hal yang tidak mudah dan subyektif. Akibat dari subyektifitas ini, ketidak akuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidak akuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Jika pertumbuhan dari return turut diperhitungkan maka dapat dihitung dengan teknik regresi. 7. Initial Return (IR) Initial return adalah return perusahaan pada hari pertama kali melakukan IPO di pasar sekunder, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: IR = Pt1 − Pt 0 x 100% Pt 0 Dimana : IR = Initial return Pt0 = Harga penawaran perdana (offering price) Pt1 = Harga penutupan ( closing price) a. Model 1 untuk menguji hubungan variabel keuangan dengan initial return: IR = a + b1 CR+ b2 EPS + b3 ROA Dimana : IR = Initial Return a = Konstanta b1-b3 = Koefisien regresi ROA = Rate or return on total asset EPS = Laba per lembar CR = Current Rasio b. Model 2 untuk menguji hubungan variabel keuangan dengan return 15 hari setelah IPO: R15h = a + b1 CR + b2 EPS + b3 ROA Dimana : R15h = Return 15 hari setelah IPO 8. Variabel Keuangan Variabel keuangan terdiri dari : a. Rate of Return on Total Asset ( ROA) Rate of Return on total asset (ROA) adalah ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangan memasukan variabel ini karena profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi suatu perusahaan mengurangi ketidak pastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat underpricing ( Kim et al. 1993). Watt dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa prestasi keuangan, khususnya tingkat keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam pembelian saham. Rumus yang digunakan adalah: ROA = Laba bersih Total asset b. Earning per Share (EPS) Menurut Mas’ud Machfoedz ( 1990:305) laba per lembar saham adalah bagian pemegang saham terhadap laba perusahaan apabila ditentukan per lembar saham. Kedudukan laba per lembar saham dalam laporan keuangan sangat penting. Laba per saham ( EPS) adalah rasio antara laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang. Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Rumus yang digunakan adalah: EPS = Laba bersih Jumlah saham yang beredar c. Current Ratio ( CR) Merupakan rasio utang lancar terhadap aktiva lancar yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Rumus yang digunakan adalah: Current Ratio = Aktiva lancar Kewajiban lancar B. Telaah Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilaku oleh beberapa peneliti digunakan sebagai telaah pada penelitian ini yaitu antara lain: a. Kim et al (1993) menguji variabel keuangan financial leverage, return on asset dan proceeds untuk investasi, serta variabel-variabel signaling kualitas underwriter,retensi kepemilikan dan ukuran penawaran. Hasil peneliti annya menunjukkan variabel finacial leverage berkorelasi positif dengan initial return, sedangkan variabel ROA berkorelasi negatif dengan initial return. Sedangkan Proceeds untuk investasi tidak signifikan. Untuk variabel-variabel signaling hanya reputasi penjamin emisi yang signifikan. b. Studi lain juga dilakukan oleh Kim et al (1995) bertujuan untuk menyelidiki peranan variabel-variabel keuangan yang diungkapan dalam prospektus dalam menentukan harga pasar saham perusahaan-perusahaan Korea yang melakukan IPO. Variabel-variabel yang diteliti adalah laba per saham (Earnings Per Share atau EPS), Proceeds dan variabel dummy tipe penawaran saham. Untuk dapat mengendalikan variasi cross-sectional dari industri effect, peneliti memasukkan variabel indeks harga saham pada setiap tanggal penawaran. Sebagai model tambahan, penelitian juga menguji variabelvariabel signaling retensi kepemilikan, kualitas underwriter dan proceed untuk investasi. Hasil penelitian menunjukkan tanpa memperhatikan perubahaan peraturan pemerintah, variabel-variabel yang diungkapkan dalam prospektus secara bersama-sama cukup signifikan dalam menentukan harga pasar saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor Korea mempunyai perhatian terhadap infomasi fundamental dan informasi keuangan tetapi model gagal mendeteksi hubungan antara harga pasar dan varaibel-variabel signaling. c. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (1998) memfokuskan penelitian pada informasi keuangan dan non keuangan pada prospektus terhadap return di Bursa Efek Jakarta. Faktor keuangan yang digunakan dalam penelitian itu adalah profitabilitas perusahaan diukur dengan rate of return on total asset ( ROA) dan financial leverage. Sedangkan faktor-faktor non keuangan adalah reputasi auditor, reputasi penjamin emisi dan prosentase saham. Hasilnya menunjukkan bahwa umur perusahan berpangaruh signifikassi dan positif dengan initial return. Sementara variabel-variabel lain seperti reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, prosentase saham, ROA dan financial leverage tidak mempengaruhi secara signifikan initial return. d. Daljono (2000) dengan menggunakan sampel sebanyak 151 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar perdana pada tahun 1990-1997 mengemukakan bahwa reputasi auditor, umur perusahaan, prosentase kepemilikan saham yang ditawarkan, profitabilitas dan solvabilitas ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan initial returns sedangkan reputasi penjamin emisi dan financial leverage memiliki pengaruh yang signifikan dan positif dengan initial returns. Hasil ini berarti bahwa tingkat underpricing perusahaan-perusahaan yang go publik di Indonesia dipengaruhi oleh reputasi underwriter yang menjaminnya dan tingkat financial leverage. e. Penelitian Chandradewi (2000) menggunakan variabel keuangan yang sama dengan penelitian Kim et al. (1995) yaitu laba per saham, proceed, tipe penawaran dan indeks harga saham. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya laba per saham yang berpengaruh signifikan pada harga saham pasar yang berarti mendukung hasil penelitian Kim et al. (1995) yang menemukan bahwa laba per saham berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif dengan harga pasar saham. Sedangkan proceeds, tipe penawaran dan IHSG tidak berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi laba per saham berguna bagi investor. Tidak terbuktinya pengaruh variabel proceeds, tipe penawaran dan IHSG mungkin karena periode pengamatan yang pendek. C. Hipotesis Penelitian Untuk menguji pengaruh variabel terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO maka peneliti mengajukan dua hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut : H1 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return. a Ada pengaruh Current rasio terhadap initial return b. Ada pengaruh Earning per share terhadap initial return c. Ada pengaruh Return on asset terhadap initial return H2 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO. a. Ada pengaruh Current rasio terhadap return 15 hari setelah IPO b. Ada pengaruh Earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO c. Ada pengaruh Return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah variabel initial return ( variabel dependent) dan rate of return on total asset, earnings per share, current rasio perusahaan manufaktur ( variabel independent) Definisi operasional atau variabel penelitian dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Rate of Return on Total Asset (ROA) adalah ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangan memasukan variabel ini karena profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. 2. Laba per saham (EPS) adalah rasio antara laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang. 3. Current Ratio (CR) merupakan rasio utang lancar terhadap aktiva lancar adalah digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. 4. Harga saham (Pit) adalah harga saham i pada tanggal t selama periode untuk tahun 1997, 1998, 1999, 2000, 2001 dan 2002. 5. Informasi harga saham akan digunakan untuk menghitung Initial return (IR) adalah return perusahaan pada hari pertama kali melakukan IPO di pasar sekunder. IR = Pt1 − Pt 0 x 100% Pt 0 6. Initial public offering (IPO) adalah perusahaan yang pertama kali jual sahamnya ke pasar sekunder. B. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kausal di mana penelitian kausal digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau untuk mengetahui bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini juga berdasarkan pada prinsip replikasi yang merupakan pengulangan eksperimen agar menghasilkan taksiran yang lebih baik. C. Desain Penelitian Dari populasi saham perusahaan yang telah memenuhi syarat untuk dijadikan sampel akan diuji secara keseluruhan sehingga perlu dibuat desain penelitian dengan urut-urutan sebagai berikut: 1. Mencari daftar perusahaan yang melakuakn IPO pada tahun 1997-2002, tanggal listing, harga perdana (Pto), harga penutupan (PtI), harga penutupan 15 hari (Pt15H) untuk masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. 2. Menghitung Rate of Return on Total Asset ( ROA), Laba per saham (EPS) dan Current Rasio (CR) untuk masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. 3. Menghitung Initial Return masing-masing perusahaan. 4. Menghitung Initial return 15 hari pada masimg-masing perusahaan. D. Data yang dibutuhkan dan sumber data Dalam penyusunan ini data yang akan dibutuhkan diambil dari Indonesia Capital Market Directory ( ICMD), JSX statistic dan dari pojok bursa efek MM UII Yogyakarta, harga penutupan saham perusahaan yang diamati diperoleh dari website http://finance.yahoo.com Data-data yang dibutuhkan adalah daftar perusahaan yang melakukan IPO tahun 1997-2002, tanggal listing, harga perdana saham, harga penutupan saham dan rasio-rasio keuangan. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah Sekumpulan orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. (Nur Indrianto, Bambang Supomo, 1999:115). Popilasi data ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur seluruh Indonesia. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi ( Indrianto, Bambang Supomo, 1999:115). Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu saham perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan melakukan IPO pada periode 1997 samapai 2002. 3. Teknik Sampling Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling yaitu sampel yang digunakan dengan memasukan unsur-unsur tertentu yang dianggap (Judged) bahwa dengan cara demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau individu-individu yang disampel itu yang mencerminkan populasinya. (Soehargi Sigit, 1999:68) Kriteria sampelnya adalah sebagai berikut: a) Perusahaan manufaktur yang telah listing di BEJ. b) Perusahaan manufaktur yang aktif di perdagangan pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) c) Perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan tahun 2002. d) Data harga perdana perusahaan dan harga penutupan hari pertama dan 15 hari setelah perusahaan listing di pasar sekunder. Dari 78 populasi perusahaan go public yang melakukan IPO periode 1997 sampai dengan 2002 didapat 28 perusahaan manufaktur yang melakukan IPO selama periode tersebut, namun dari 28 perusahaan tersebut hanya ada 19 perusahaan manufaktur yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Pada tahun 1997 didapat 7 sampel perusahaan, tahun 1998 dan tahun 1999 tidak ada perusahaan manufaktur yang memenuhi syarat, tahun 2000 didapat 4 sampel perusahan, tahun 2001 didapat 7 sampel perusahaan, tahun 2002 didapat 1 sampel perusahaan yang melakukan IPO. Daftar sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode 1997 sampai dengan 2002 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan IPO Periode 1997-2002 Code Company Name Listing Date 1 ETWA Eterindo Wahanatama 16 May 1997 2 LTLS Lautan Luas 21 Juli 1997 3 ALMI Alumindo Light Metal Industry 02 Jan 1997 4 JKSW Jakarta Kyoei Works Limited 06 Agust 1997 5 IKAI Intikeramik Alamastri Industri 04 Jun 1997 6 PAFI Panasia Fitament Inti 22 Jul 1997 7 DSUC Daya Sakti Unggul corporatin 25 Feb 1997 8 SIMM Surya Intrindo Makmur 28 Mar 2000 9 APLI Asiaplast Industries 26 Apr 2000 10 SMPL Summitpalst Interbenua 20 Jun 2000 11 FMII Fortune Mate 30 Jun 2000 12 PLAS Palm Asia Corpora 14 Mar 2001 13 BTON Batonjaya Manunggal 17 Jul 2001 14 LAPD Lapindo Packagin 16 Jul 2001 15 ARNA Arwana Citramulia 16 Jul 2001 16 INAF Indofarma 16 Apr 2001 17 PYFA Pyidam Farma 12 Nop 2001 18 DOID Daeyu Orchid Indonesia 15 Jun 2001 19 FPNI Fatrapolindo Nusa Industri 21 Mar 2002 Sumber : Database MM UII F. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2005. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sekunder ini yaitu menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode Dokumentasi Adalah Metode pengumpulan data yang diambil dari kejadiankejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di masa lalu yang ditulis secara sadar untuk tujuan komunikasi dan keterangan. (Muh. Nasir,1988:57) 2. Metode Study Pustaka Adalah Metode pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan literatur lainnya yang terkaitan dengan masalah penelitian. G. Uji Prasyaratan Analisis Data Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka peneliti mengunakan analisis regresi untuk membandingkan dua variabel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk memperoleh model regresi yang bisa dipertanggunajawabkan, maka asumsiasumsi berikut harus dipenuhi ( Hair et al, 1995). Dengan demikian harus dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan sebagai syarat digunakan analisis regresi untuk mengetahui apakah setiap data pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan mentransformasi data melalui SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan metode log natural (ln). Transformasi direkomendasikan sebagai obat atas adanya nilai-nilai ekstrim dan penyimpangan asumsi normalitas, untuk data tidak berkelompok, mentransformasi variabel merupakan cara terbaik agar distribusinya mendekati normal. (Mudrajad Kuncoro, 2001:59). 2. Memenuhi asumsi klasik: a. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan sebagai syarat dilakukannya analisis regresi linier ganda. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain harus tetap. ( Singgih santoso, 2001). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan membandingkan nilai (n) R2 dengan chi square kritik. Jika chi square hitung < chi square kritik maka tidak terjadi heteroskedastisitas ( Mudrajad Kuncoro, 2000). b. Uji multikolinieritas Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas (X1 dengan X2) dan hubungan yang terjadi cukup besar. Hal ini akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien regresi yang diperoleh. Umumnya multikolinieritas dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi yang sangat besar antara variabel-variabel bebas tersebut. Jika hubungan antar variabel bebas kurang dari 0,8 maka tidak terjadi multikolinier demikian sebaliknya. Pemecahan masalah multikolinieritas : a) menambah jumlah data dengan pengamatan baru. b) Menghilangkan variabel-variabel tertentu dari model yang diperoleh. c. Uji autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 ( sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi linier yang baik tidak terjadi autokorelasi (non autocorrelation) (Singgih santoso, 2001:216). Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (D-W). Dengan ketentuan sebagai berikut: a. 1,65 < DW <2,35 = tidak ada autokorelasi b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 = tidak dapat disimpulkan c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 = terjadi autokorelasi H. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan analisis, akan dilakukan pemeriksaan awal terhadap asumsi klasik model regresi. Pengujian tersebut dilakukan dalam rangka mengetahui apakah model tersebut telah memenuhi asumsi regresi berganda. Pengujian hipotesis akan memberikan bukti atas pengaruh variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Teknik pengujian yang dilakukan adalah dengan uji t dan uji F dengan menggunakan program SPSS 10.0 for windows. Model matematis dari regresi berganda adalah Y = a + b1 x1 + b2 x 2 + bn x n Secara ringkas, langkah-langkah yang akan ditempuh sebagai berikut: c. Menguji apakah ada hubungan linier ( Uji F) Dengan rumus: ~ Fhit = ∑ (Y~* − Y ∑ (Y − Y )2 / k ) 2 / N − K − 1) Dimana: Y = Nilai pengamatan Y* = Nilai Y yang ditaksir dengan menggunakan model regresi ~ Y = Nilai rata-rata pengamatan N = Jumlah sampel K = Jumlah variabel independent Langkah-langkah pengujian Uji F: a. Merumuskan Ho Ho: b = 0 (Tidak ada hubungan linier antara variabel independent dengan variabel dependent) Ha: b ≠ 0 (Ada hubungan linier antara variabel independent dengan variabel dependent) b. Menentukan nilai signifikan = 0,05 dan degree of freedom (df), df = n-k dimana: n = jumlah data. k = Jumlah variabel independent c. Membandingkan F hitung dengan F tabel d. Kriteria penarikan kesimpulan Ho = diterima jika F hitung < F tabel Ho = ditolak jika F hitung > F tabel e. Gambar kurva penolakan / penerimaan Ho Daerah Penerima Ho F (α/2, n-k) d. Pengujian Hipotesis (Uji koefisien regresi) Rumus t hitung: bi − ( β i ) Se(b j ) thitung = Dimana: bi = Koefisirn variabel ke i βi = Parameter ke i yang diharapkan Se (bj) = Kesalahan standar bi Langkah-langkah pengujian Uji t: a. Merumuskan Ho Ho1 : CR berpengaruh tidak signifikan terhadap initial return. Ha1 : CR berpengaruh secara signifikan terhadap initial return. Ho2 : EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap initial return. Ha2 : EPS berpengaruh secara signifikan terhadap initial return. Ho3 : ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap initial return Ha3 : ROA berpengaruh secara signifikan terhadap initial return. Ho4 : CR berpengaruh tidak signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. Ha4 : CR berpengaruh secara signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. Ho5 : EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. Ha5 : EPS berpengaruh secara signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. Ho6 : ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. Ha6 : ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO. b. Menentukan nilai signifikan = 0,05 dan degree of freedom (df), df = n-k dimana: n = Jumlah data. k = Jumlah variabel independent c. Membandingkan t hitung dengan t tabel d. Kriteria penarikan kesimpulan H0 diterima bila : -t tabel (α/2,n-2) ≤ t hitung ≤ + t tabel ( α/2,n-1 ) H0 ditolak bila : -t hitung < -t tabel ( α/2, n-2 ) atau + t hitung > + t tabel (α/2,n-2) e. Berikut gambar 2, grafik sebaran t: Daerah Penerimaan Ho -t (α/2, n-2) +t (α/2, n-2) I. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang digunakan adalah bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2005. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penghitungan Tingkat Keuntungan 1. Initial Return (Return Awal) Dari 19 sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada periode 1997 sampai 2002 yang telah ada. Setelah diperoleh data harga saham perdana dan harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder. Intial return masing-masing saham perusahaan selama periode dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: IR = Pt1− Pt 0 × 100% . Penghitungan initial return dalam penelitian ini, Pt 0 dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2000. Berikut adalah hasil dari perhitungan tersebut: Tabel 4.1 Data Return Awal Untuk Masing-masing Perusahaan Kode Return Awal (%) Kode Return Awal (%) ETWA 21,15 FMII 50 LTLS 23,73 PLAS 175 ALMI 7,69 BTON 100 JKSW 23,08 LAPD 315 IKAI 23,33 ARNA 40 PAFI 15,39 INAF 150 DSUC 18,42 PYFA 9,68 SIMM 95 DOID 50 APLI 45,83 FPNI 6,38 SMPL 25 Sumber: Database MM UII, http://www.finance.yahoo.com 2. Return 15 Hari Setelah IPO Data yang dibutuhkan dalam penghitungan return 15 hari setelah IPO adalah data harga saham perdana dan data harga penutupan saham 15 hari di pasar sekunder. Dengan rumus yang sama dengan menghitung initial return, penghitungan return 15 hari setelah IPO juga dilakukan dengan program Microsoft Excel 2000. Berikut hasil dari penghitungan tersebut: Tabel 4.2 Data Return 15 Hari Setelah IPO Untuk Masing-masing Perusahaan Kode Return 15 Hari (%) Kode Return 15 Hari (%) ETWA 25 FMII 32 LTLS 9,32 PLAS 850 ALMI 9,62 BTON 185 JKSW 7,69 LAPD 205 IKAI 30 ARNA 10 PAFI 7,69 INAF 125 DSUC 26,32 PYFA 6,45 SIMM 80 DOID 45 APLI 491,67 FPNI 2,13 SMPL 40 Sumber: Database MM UII, http://www.finance.yahoo.com 3. Rate of Return on Total Asset (ROA) ROA merupakan ukuran profitabilitas perusahaan, dan merupakan rasio net income terhadap total asset. Penghitungan ROA dalam penelitian ini, juga dilakukan dengan program Microsoft Excel 2000. Berikut hasil dari perhitungan tersebut: Tabel 4.3 Data ROA Untuk Masing-masing Perusahaan Kode ROA Kode ROA ETWA 0,039 FMII 0,073 LTLS 0,05 PLAS 0,031 ALMI 0,046 BTON 0,014 JKSW 0,024 LAPD 0,037 IKAI 0,02 ARNA 0,003 PAFI 0,064 INAF 0,205 DSUC 0,034 PYFA 0,022 SIMM 0,088 DOID 0,234 APLI 0,061 FPNI 0,144 SMPL 0,096 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 4. Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS) Untuk current ratio dan earning per share dalam penelitian ini tidak memerlukan penghitungan karena sudah diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut adalah data CR dan EPS: Tabel 4.4 Data CR dan EPS Untuk Masing-masing Perusahaan Kode CR EPS ETWA 1,36 134 LTLS 1,78 ALMI Kode CR EPS FMII 6,27 59 127 PLAS 0,82 5 2 67 BTON 0,32 10 JKSW 0,84 42 LAPD 0,64 13 IKAI 0,61 65 ARNA 0,81 10 PAFI 1,33 129 INAF 1,76 69 DSUC 1,04 46 PYFA 1,03 4 SIMM 2,87 148 DOID 2,80 49 APLI 0,87 11 FPNI 1,29 97 SMPL 0,97 659 Sumber: Indonesian Capital Market Directory B. Uji Prasyarat Data 1. Uji Normalitas Seluruh data yaitu initial return, return 15 hari setelah IPO, Current Ratio (CR), Earning Per Share (EPS), dan Rate of Return on Asset (ROA) diperoleh, maka langkah selanjutnya agar pangujian hipotesis dapat dilakukan adalah dengan melakukan uji normalitas data. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov dan uji sphiro-wilk melalui program SPSS. Dari hasil kedua uji semua data tidak berdistribusi normal karena nilai signifikannya 〈 0,05. Maka dari itu, semua data ditransformasi ke dalam bentuk log natural (ln). Dari hasil uji normalitas yang ditunjukkan dengan untuk data yang telah ditransformasi dalam bentuk log natural yaitu lnIR, lnR15it, lnCR, lnEPS, dan lnROA terlihat dari nilai probabilitasnya lebih besar dari 5 %, sehingga semua data dapat dikatakan berdistribusi normal. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Untuk uji ini terpenuhi karena tidak ada data yang memperoleh R 2 tinggi , yang artinya tidak ada hubungan linier yang sempurna semua variabel independen dari model regresi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinearitas dengan menggunakan VIF (variance inflation factor) dan atau tolerance value. Terdapat pada lanjutan lampiran 6 dengan hasilnya nilai VIF di bawah 10 (paling tinggi 1,773) dan nilai toleransinya juga di bawah 10 (paling tinggi 0,693), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan. b. Uji Heterokedasitas Uji heteroskedastisitas yang timbul karena varian faktor penganggu tidak sama atau tidak konstanta. Dari hasil pengujian diperoleh nilai β secara statistik tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas atau menerima asumsi homoskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Dalam model regresi berganda dalam penelitian ini tidak menemukan adanya autokorelasi. Pada lanjutan lampiran 6 dan lanjutan lampiran 7 terdapat tabel model Summary diperoleh nilai Durdin Watson sebesar 1,682 untuk dependen initial return dan nilai Durdin Watson sebesar 2,119 untuk dependen return 15 hari setelah IPO. Di mana keduanya terletak antara 1,65 < dw< 2,35, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi. C. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis atau analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis regresi berganda yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0 for windows. Agar analisis regresi hasilnya baik, maka harus memenuhi kriteria statistic yaitu uji F dan uji t. Berdasarkan dari hasil pengolahan data untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya. Adapun hipotesis penelitian operasional sebagai berikut: Ho1 : Tidak ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return. Ha1 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return. Maka diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: 1. Untuk Regresi dan Pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap Initial Return Tabel 4.5 Rekapitulasi Koefisien Regresi dan Pengujiannya Mode Koefisien t hitung r 2 parsial Signifikansi Regresi Konstanta 5,963 3,658 LnCR -0,199 -0,418 -0,107 0,682 LnEPS -0,348 -1,513 -0,364 0,151 LnROA 0,335 0,998 0,250 0,334 2 0,002 2 R = 0,156, Adj. R = -0,013, F hitung = 0,924, Sig. = 0,453 Sumber: Lanjutan lampiran 6 a. Uji F Berdasarkan tabel di atas untuk uji F diperoleh informasi bahwa F hitung (0,924) lebih kecil dari F tabel (4,54), yang juga ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya 0,453 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang menyatakan tidak ada hubungan linier antara variabel keuangan dengan variabel initial return. Berikut gambar kurva untuk penolakan Ho: Penerimaan Ho 0,924 Penolakan Ho 4,54 b. Uji t 1. Current rasio terhadap Intial return Untuk current ratio diperoleh t hitung (-0,418) berada di antara t tabel ( ± 2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan current ratio terhadap return awal. Berikut gambar kurva penerimaan Ho: Penolakan Ho -2,131 Penerimaan Ho -0,418 Penolakan Ho +2,131 2. Earning per share terhadap intial return Untuk earning per share diperoleh t hitung (-1,513) berada di antara t tabel ( ± 2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan earning per share terhadap initial return. Berikut gambar kurva penerimaan Ho: Penolakan Ho Penerimaan Ho Penolakan Ho -2,131 -1,513 +2,131 3,. Rate of return on asset terhadap Intial return Untuk rate of return on asset diperoleh t hitung (0,998) berada di antara t tabel (± 2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan rate of return on asset terhadap return awal. Berikut gambar kurva penerimaan Ho: Penolakan Ho Penerimaan Ho -2,131 2. 0,998 Penolakan Ho +2,131 Untuk Regresi dan Pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap Return 15 Hari Setelah IPO Adapun hipotesis operasional sebagai berikut: Ho2 : Tidak ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO Ha2 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO Tabel 4.6 Rekapitulasi Koefisien Regresi dan Pengujiannya Mode Koefisien Regresi t hitung r 2 parsial Signifikansi Konstanta 5,229 2,029 LnCR -0,382 -0,507 -0,130 0,620 LnEPS -0,236 -0,649 -0,165 0,526 LnROA 0,334 0,630 0,160 0,538 2 0,061 2 R = 0,052, Adj. R = -0,138, F hitung = 0,274, Sig. = 0,843 Sumber: Lanjutan lampiran 7 a. Uji F Berdasarkan tabel di atas untuk uji F diperoleh nilai F hitung (0,274) lebih kecil dari F tabel (4,54), yang juga ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya 0,843 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang menyatakan tidak ada hubungan linier antara variabel keuangan dengan variabel return 15 hari setelah IPO. Berikut gambar kurva untuk penolakan Ho: Penerimaan Ho 0,274 Penolakan Ho 4,54 b. Uji t 1. Current rasio terhadap return 15 hari setelah IPO Untuk current ratio diperoleh t hitung (-0,507) berada di antara t tabel (±2,131), hal tersebut juga ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,620 lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan current ratio terhadap return 15 hari setelah IPO. Berikut gambar kurva penerimaan Ho: Penolakan Ho -2,131 Penerimaan Ho -0,507 PenolakanHo +2,131 2. Earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO Untuk earning per share diperoleh t hitung (-0,649) berada di antara t tabel (±2,131), yang juga ditunjukkan oleh nilai sig. sebesar 0,526 yang lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO. Berikut gambar kurva penerimaan Ho: Penolakan Ho -2,131 Penerimaan Ho -0,649 Penolakan Ho +2,131 3. Rate of return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO Untuk rate of return on asset diperoleh t hitung (0,630) berada di antara t tabel (±2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan rate of return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO. Berikut gambar kurva penerimaan Ho: Penolakan Ho -2,131 D. Penerimaan Ho 0,630 Penolakan Ho +2,131 Pembahasan a. Hasil pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap Initial Return Dari tabel 4.5, didapat persamaan regresi berganda sebagai berikut: IR = 5,963 – 0,199 CR – 0,348 EPS + 0,335 ROA Berdasarkan persamaan regresi di atas tampak bahwa nilai koefisien current ratio sebesar -0,199 dengan probabilitas sebesar 0,682 di mana tanda negatif menunjukkan pengaruh yang tidak searah. Untuk earning per share sebesar -0,348 dengan probabilitas sebesar 0,151, juga menunjukkan pengaruh yang tidak searah. Sedangkan rate of return on asset dengan nilai koefisien sebesar 0,335 dengan probabilitas sebesar 0,334, menunjukkan pengaruh yang positif atau searah. Namun pengaruh ketiganya terhadap initial return tidak signifikan. Dari tabel 4.5 juga dijelaskan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,156, yang menunjukkan bahwa variasi initial return bisa dijelaskan oleh variasi dari ke tiga variabel keuangan yaitu current ratio, earning per share dan rate of return on asset hanya sebesar 15,6% dan sisanya dijelaskan oleh variasi variabel bebas lainnya. Sedangkan untuk nilai F sebesar 0,924 dengan signifikansi 0,453 menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan tidak valid atau tidak tetap. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel keuangan berpengaruh terhadap variabel intial return namun pengaruhnya secara statistik tidak signifikan. Analisis selanjutnya dengan melihat sumbangan yang diberikan setiap variabel bebas dalam hubungannya dengan initial return yang ditunjukkan melalui kuadrat koefisien parsial dengan hasil-hasilnya yang ditunjukkan sebesar -10,7 % untuk CR, -36,4 % untuk EPS dan ROA sebesar 25 %. b. Hasil pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap Return 15 hari setelah IPO Dari tabel 4.6 juga diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: R15it = 5,229 − 0,382 CR − 0,236 EPS + 0,334 ROA Berdasarkan persamaan regresi di atas tampak bahwa nilai koefisien CR sebesar -0,382 dengan probabilitas sebesar 0,620, EPS sebesar -0,236 dengan probabilitas sebesar 0,526 sedangkan ROA nilai koefisiennya sebesar 0,334 dengan probabilitas sebesar 0,538. Informasi tersebut memperlihatkan bahwa variabel current ratio dan earning per share mempunyai pengaruh yang negatif atau tidak searah, sedangkan rate of return on asset mempunyai pengaruh positif atau searah terhadap return 15 hari setelah IPO. Namun pengaruh yang ada secara statistik tidak signifikan. Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil pengujian hipotesis atau analisis statistik didapat nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,052, hal tersebut menunjukkan bahwa variasi tiga variabel keuangan yaitu current ratio, earning per share dan rate of return on asset bisa menjelaskan variasi return 15 hari setelah IPO hanya sebesar 5,20 % dan sisanya 94,8 % dijelaskan oleh variasi variabel bebas lainnya. Selain itu untuk nilai F sebesar 0,274 dengan signifikansi 0,843 menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan tidak valid atau tidak tepat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel keuangan berpengaruh terhadap variabel return 15 hari setelah IPO namun pengaruhnya secara statistik tidak signifikan. Analisis selanjutnya dengan melihat sumbangan yang diberikan setiap variabel bebas dalam hubungannya dengan return 15 hari yang ditunjukkan melalui kuadrat koefisien parsial dengan hasil-hasilnya yang ditunjukkan sebesar -13 % untuk CR, -16,5 % untuk EPS dan ROA sebesar 16 %. Tidak signifikannya ketiga variabel keuangan yaitu current ratio, earning per share, dan rate of return on asset terhadap initial return maupun return 15 hari setelah IPO, dalam penelitian ini mungkin terjadi karena investor beranggapan bahwa perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2002, melakukan manajemen laba yang menyebabkan ROA yang ada dalam prospektus dianggap tidak menggambarkan profitabilitas yang sebenarnya. Selain itu, kemungkinan adanya pandangan investor yang menganggap tujuan perusahaan melakukan go public adalah merupakan tujuan jangka panjang, sehingga likuiditas perusahaan manufaktur yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya kurang diperhatikan investor. Serta kemungkinan adanya faktor lain di luar perusahaan yang mempengaruhi seperti terjadinya krisis moneter yang menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap US dollar melambung tinggi, kondisi politik dan keamanan dalam negeri. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya mengelompokkan perusahaan kedalam kelompok perusahaan manufaktur untuk melihat pengaruh terhadap intial return dan return 15 hari setelah IPO. Penelitian berikutnya perlu menggunakan pengelompokan yang lain untuk mengingkatkan return yang diperoleh investor. Sedikitnya sampel yang didapat dalam penelitian ini. Penelitian berikutnya perlu menggunakan sampel lebih banyak. Informasi keuangan dari prospektus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio, Earnings per share, Rate of return on total asset. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh informasi keuangan lain yang ada dalam prospektus. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasar hasil analisis statistik yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dapat memberikan kesimpulan dari 19 sampel perusahan manufaktur yang melakukan IPO di BEJ selama periode 1997 sampai 2002 adalah sebagai berikut: 1. Ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return. a. Current rasio terhadap initial return tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut terbukti dengan nilai t hitung (-0,148) terletak antara t tabel (±2,131) atau berada di daerah penerimaan Ho. b. Earning per share terhadap initial return tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung (-1,531) terletak diantara t tabel (±2,131) berarti t hitung terletak di daerah penerimaan Ho. c. Rate of return on asset terhadap initial return tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut terbukti dengan nilai t hitung (0,998) terletak diantara t tabel (±2,131) atau t hitung terletak di daerah penerimaan Ho. 2. Ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO a. Current rasio terhadap return 15 hari setelah IPO tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung (-0,507) terletak diantara (±2,131) dan juga ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,620 lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung terletak di daerah penerimaan Ho. b. Earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung (-0,649) terletak diantara (±2,131) dan juga ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0,526 yang lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung terletak di daerah penerimaan Ho. c. Rate of return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung (0,630) terletak diantara (±2,131) dan juga ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0,538 yang lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung terletak di daerah penerimaan Ho. B. Saran Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti perlu mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Informasi yang diberikan oleh emiten sebaiknya cepat dan transparan agar masyarakat lebih cepat menyesuiakan atau mengantisipasi suatu informasi dalam melakukan transaksi saham di bursa. 2. Bagi para calon investor diharapkan untuk berperan aktif dalam melakukan investasi di pasar modal karena memiliki prospek yang cerah untuk masa depan. 3. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan lebih spesifik lagi dalam melakukan pengelompokkan sampel. DAFTRA PUSTAKA Fakhuddin.M dan Sopian Hadianto. M. 2001. Perangkat dan Model analisis Investasi di Pasar Modal. Edisi Satu. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta. BPFE UGM. Koetin,E.A. 1993. Analisis Pasar Modal. Edisi Satu. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Mardiasmo. 1999. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi Satu. Yogyakarta. BPFE UGM. Mas’ud Machfoedz. 1990. Akuntansi Intermediate bagian 2. Yogyakarta. BPFE UGM. Muh.Nasir. 1988. Metodologi Penelitian. Edisi Ketiga. Jakarta. Ghalia Indonesia. Nur Indrianto, Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Satu. Yogyakarta. BPFE UGM. Edisi Satu. Misnen Ardiansyah. Mei 2004. Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari setelah IPO di BEJ. JRAI. IAI. Vol.7, No.2. Reind Marulitua Nainggolan. 2002. Analisis kinerja saham setelah penawaran perdana (IPO) Studi Empiris pada BEJ. Tesis S-2. Yogyakarta. UGM. Tidak dipublikasikan Soehardi Sigit. 1999. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis dan Manajemen. Edisi Satu. Yogyakarta. Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa. Singgih Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Edisi Satu. Jakarta. Elex Media Komputindo. Singgih Santoso. 2001. SPSS versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Edisi Kedua. Jakarta. PT Elex Media Komputindo kelompok Gramedia. Sri Handaru Yulianti.dkk. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta. BPFE UGM. Sunariyah,. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta. UPP AMP YKPN. Wahid Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta. Andi Offset.