financial effect of variable return on initial and return

advertisement
FINANCIAL EFFECT OF VARIABLE RETURN ON INITIAL
AND RETURN 15 DAYS AFTER AN INITIAL PUBLIC
OFFERING IN MANUFACTURING COMPANY IN THE BEJ
Suparyanti, Drs. H. Irfan Nursasmita, Ak
Abstract
This research was conducted on manufacturing companies in initial public offering
period 1997 to 2002. The samples were done by purposive sampling and the period
obtained 19 samples. The purpose of this study was to find out what is the influence
of financial variables on the initial returns and return 15 days after the IPO.
Data collection methods using secondary data through the methods of documentation
and literature. The data needed is historical data taken through Capital Market
Directory, the JSX Statistics, and Databases MM UII. Initial Return is used to
determine the return on the day of the first companies to do IPOs in the secondary
market. Analysis of the data used Normality Test, Test of Classical Assumptions,
multiple regression. Financial variables used to determine the effect of initial returns
and returns 15 days.
Results of research conducted there is the influence of financial variables on the
initial returns and return 15 days after the IPO. But there was no statistically
significant effect between the current ratio, earnings per share and the rate of return
on assets. Previous research also no significant effect. This may occur due to micro
factors such as differences in capital structure, and macro factors such as economic
conditions, politics and culture that can not be controlled.
Keywords: Return.
PENGARUH VARIABEL KEUANGAN TERHADAP INITIAL RETURN DAN
RETURN 15 HARI SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEJ
Suparyanti, Drs. H. Irfan Nursasmita, Ak
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode
1997 sampai 2002. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dan pada
periode tersebut didapat 19 sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apa ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah
IPO.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder melalui metode
dokumentasi dan studi pustaka. Data yang dibutuhkan adalah data historis yang
diambil melalui Capital market Directory, JSX Statistic, dan Database MM UII.
Initial Return digunakan untuk mengetahui return perusahaan pada hari pertama kali
melakukan IPO di pasar sekunder. Analisis data yang digunakan Uji Normalitas, Uji
Asumsi Klasik, Regresi berganda. Variabel keuangan digunakan untuk mengetahui
pengaruh terhadap initial return dan retur 15 hari.
Hasil dari penelitian yang dilakukan ada pengaruh antara variabel keuangan terhadap
initial return dan return 15 hari setelah IPO. Tetapi secara statistik tidak ada pengaruh
yang signifikan antara current rasio, earning per share dan rate of return on asset.
Penelitian sebelumnya juga tidak ada pengaruh yang signifikan. Hal tersebut
mungkin terjadi disebabkan karena faktor mikro seperti adanya perbedaan struktur
modal, dan faktor makro seperti kondisi ekonomi, politik dan budaya yang tidak
dapat dikendalikan.
Kata Kunci: Return.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan
tambahan
modal
semakin
bertambah
sejalan
dengan
perkembangan perusahaan. Hal ini menuntut manajemen untuk memilih apakan
tambahan modal akan dilakukan dengan cara utang atau dengan menambah
jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru. Jika alternatif kedua
yang dipilih, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
memperolehnya, antara lain dengan menjual kepada pemegang saham yang sudah
ada, menjual kepada karyawan lewat ESOP
(Employee Stock Ownership Plan), menambah saham lewat deviden yang tidak
dibagi, menjual langsung kepada pemilik tunggal secara privat atau menawarkan
kepada publik (Hartono, 2000). Proses penawaran sebagian saham perusahaan
kepada masyarakat melalui bursa efek disebut go-public.
Perusahaan melakukan go public pada Badan Milik Negara (BUMN) adalah
untuk memasyarakat saham BUMN agar lebih efesien karena adanya pengawasan
melekat dari masyarakat yang merasa ikut memiliki perusahaan dengan memiliki
saham perusahaan (Sutojo, 1989). Sedangkan bagi perusahaan swasta melakukan
go public karena masalah keuangan. Suatu perusahaan yang struktur modalnya
terdiri atas hutang yang lebih besar dari pada modal sendiri, pada suatu saat perlu
mengadakan
restrukturisasi
permodalannya.
Adanya
hutang
dapat
menguntungkan perusahaan bilamana biaya modal pinjam lebih kecil dari return
yang diperoleh perusahaan. Akan tetapi jika return lebih dari modal pinjaman,
perusahaan akan mendapatkan kesulitan. Dengan go public, maka perusahaan
dapat menghimpun dana dari masyarakat yang relatif besar. Dana yang diperoleh
tersebut diharapkan dapat digunakan untuk keperluan pendanaan, membiayai
kegiatan operasi perusahaan, ekspansi serta memperbaiki struktur modal
perusahaan. Prospektus adalah gambaran umum perusahaan yang memuat
keterangan secara lengkap dan jujur mengenai keadaan perusahaan dan
prospeknya di masa mendatang serta informasi-informasi yang dibutuhkan
sehubungan dengan penawaran umum.
Pada saat perusahaan melakukan IPO ( Initial Public Offering), tidak ada
harga pasar saham sampai dimulainya penjualan di pasar sekunder. Pada saat
tersebut umumnya investor memiliki informasi terbatas seperti yang diungkapkan
dalam prospektus yang memuat rincian informasi serta fakta material mengenai
penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan. Informasi yang
diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membantu
keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham sesungguhnya yang
ditawarkan emiten ( Kim et al,1995).
Harga saham yang dijual pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga di
pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar. Apabila penentuan harga saham
saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi
di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing.
Studi tentang tingkat underpricing dan harga pasar saham dihubungkan
dengan informasi pada prospektus merupakan hal yang menarik bagi para peneliti
keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pembuatan
keputusan investasi di pasar modal. Para peneliti terkadang menfokuskan
penelitian pada informasi prospektus yang berkaitan dengan informasi keuangan.
Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh informasi keuangan terhadap
initial return atau underpricing telah banyak dilakukan baik di bursa saham luar
negeri maupun di Indonesia (Kim et al., 1993;Kim et al., 1995; Trisnawati., 1998;
daljono.,1998; Chandradewi., 2000). Meskipun studi tentang kinerja perusahaan
yang melakukan IPO telah banyak dilakukan, namun penelitian di bidang ini
masih merupakan masalah yang menarik untuk diteliti karena disamping
temuannya selalu konsisten, juga kebanyakan penelitian memfokuskan pada
informasi non keuangan. Banyak variabel-variabel keuangan yang mungkin
mempengaruhi underpricing maupun kinerja perusahaan telah melakukan IPO
belum diteliti. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian
dalam bidang ini.
Dari riset yang dilakukan Chandradewi (2000) ditemukan adanya
keterbatasan berupa tidak dipertimbangkannya pengaruh besaran perusahaan (size
effect) dan pengaruh jenis industri (industri effect) ketika menguji pengaruh
variabel keuangan terhadap harga saham perusahaan 7 hari setelah IPO. Kinerja
perusahaan besar diduga lebih baik dari perusahaan kecil. Demikian juga investor
akan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menilai kinerja
perusahaan-perusahaan besar dari pada perusahaan kecil, karena biasanya
perusahaan besar mempublikasikan informasinya kepada masyarakat umum. Oleh
karena itu perlu kiranya mempertimbangkan pengaruh besaran perusahaan jika
ingin meneliti kinerja perusahaan setelah IPO.
Kim et al. (1995) dalam penelitiannya hanya memasukkan variabel indeks
harga saham pada setiap tanggal penawaran untuk mengendalikan variasi crosssectional dari industri effect. Padahal, kemungkinan perusahaan dalam kelompok
industri tertentu memiliki kinerja yang berbeda dengan perusahaan dari kelompok
industri yang lain. Apakah investor memperhatikan jenis industri dan besaran
perusahan ketika memutuskan investasi dalam surat berharga. Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut dan dari telaah litelatur studi belumnya, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh variabelvariabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO.
Chandradewi (2000) dalam penelitiannya menyarankan untuk memasukan
variabel-variabel keuangan lain yang ada dalam prospektus yang belum diteliti
jika ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama. Variabel tersebut antara
lain tingkat pertumbuhan laba, debt to equity ratio dan earnings per share.
Sedangkan Daljono (2000) menyarankan untuk memasukkan rasio keuangan lain
yang ada dalam prospektus selain variabel yang sudah diteliti. Dalam penelitian
ini variabel keuangan tingkat pertumbuhan laba, debt to quit ratio dan earnings
per share akan digunakan sebagai variabel independen.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitihan-penelitian sebelumnya.
Ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dari penelitian terdahulu:
pertama penelitian ini menguji pengaruh variabel keuangan terhadap initial return
dan return 15 hari setelah IPO di Bursa Efek Jakarta. Variabel keuangan yang
digunakan adalah Rate of Return on Total Asset (ROA), Laba Per lembar Saham
(EPS), Current Rasio (CR).
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return?
2. Apakah ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi untuk populasi atau sampel penelitiannya adalah pada
perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang
melakukan variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah
IPO antara periode 1997 sampai dengan periode 2002.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return.
2. Untuk mengetahui apa ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari
setelah IPO
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi kepentingan investor atau praktisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan kajian untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang didapat dengan
adanya variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah
IPO. Selain itu dapat digunakan untuk dijadikan gambaran dalam
pengambilan keputusan.
2. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan teori yang dilakukan oleh para pelaku pasar apakan sesuai dengan
teori yang berlaku atau tidak sehubungan dengan adanya peristiwa variabel
keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Penelitian ini
juga dapat digunakan sebagai masukkan bahan tambahan materi kuliah yang
akan diberikan kepada mahasiswa dan sebagai penelitian selanjutanya yang
kemungkinan akan dilakukan oleh mahasiswa mahasiswi STIENUS.
3. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori atau ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama ini dengan kondisi riil di lapangan.
Selain itu juga untuk menambah pengetahuan penelitian terkait dengan
masalah variabel keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah
IPO.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini menggunakan sistematika sebagai gambaran awal untuk
menilai kerangka materi yang akan dilakukan dalam penyusunan skripsi:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian-bagian yang terdapat dalam bab ini adalah:
A. Latar belakang masalah
B. Perumusan masalah
C. Pembatasan masalah
D. Tujuan masalah
E. Manfaat penelitian
F. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan materi-materi yang berhubungan dengan penelitian
yang disusun sebagai berikut:
A. Teori-teori Pendukung
1. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
b. Tujuan Pasar Modal Indonesia
c. Manfaat Pasar Modal
d. Bentuk Transaksi di Pasar Modal
e. Macam-macam Pasar Modal
2. Go Public
a. Pengertian Go Public
b. Keuntungan Go Public
c. Kerugian go Public
3. Initial Public Offering (IPO)
4. Saham
a. Pengertian Saham
b. Klasifikasi Saham
c. Jenis-jenis Saham
d. Kinerja Saham
e. Harga Saham
5. Efisiensi Pasar Modal
a. Efisiensi Pasar Secara Informasi
b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan
6. Return
a. Return Realisasi
b. Return Ekspektasi
7. Initial Return (IR)
8. Variabel Keuangan
a. Rate of Return on Total Asset
b. Earning Per Share
c. Current Ratio
B. Telaah Penelitian Terdahulu
C. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang seluruh rangkaian kegiatan yang akan
dilakukan
dalam
rangka
membuktikan
hipotesis
yang
telah
dirumuskan dalam rumusan masalah. Susun dalam bab ini meliputi:
A. Definis Variabel Keuangan
B. Jenis Penelitian
C .Desain Penelitian
D. Data yang dibutuhkan dan Sumber Data
E. Populasi dan Sampel
F. Metode Pengumpulan Data
G. Uji Prasyarat Analisis Data
H. Teknik Analisis Data
I. Waktu Penelitian
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan analisis data, hasil analisis dan pembahasan
analisis yang disusn sebagai berikut:
A. Perhitungan Tingkat Keuntungan
1. Initial Return
2. Return 15 Hari Setelah IPO
3. Rate of Return on Total Asset
4. Current Rasio dan Earning Per Share
B. Uji Prasyarat Data
1. Uji Normalitas
2. Uji Asumsi Klasik
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan
E. Keterbatasan Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Susunan penulis dalam bab ini adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
B. Saran
hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-teori Pendukung
1. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Secara umum pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat
berharga yang beredar.
Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasiobligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara pedagang efek. Jadi pasar modal adalah tempat pertemuan antara
penawaran dengan permintaan surat berharga.
( Sunariyah, 2000 : 4)
Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau
badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan
investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya di
tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan
surat berharga dengan cara listing di pasar modal sebagai emiten.
b. Tujuan Pasar Modal Indonesia
Tujuan dari pasar modal di indonesia adalah sebagai berikut:
1) Mempercepat proses perluasan pengikut sertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan.
2) Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham.
3) Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan
penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.
c. Manfaat Pasar modal
Manfaat dari pasar modal bagi emiten yaitu:
1) Jumlah dana yang dihimpun dapat berjumlah besar.
2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
4) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5) Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
6) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
7) Tidak ada beban finansial.
8) Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
9) Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
10) Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Manfaat dari pasar modal bagi para investor antara lain:
1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
2) Memperoleh dividen yang mereka miliki atau memegang saham dan
bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham.
4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi.
5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang
mengandung risiko.
Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang:
1) Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3) Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang.
4) Likuiditas efek semakin tinggi.
Manfaat Pasar Modal bagi Negara:
1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual
belikan.
2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan.
3) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pekembangan suatu perekonomian.
5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Biaya informasi tersebut diklafisikasi menjadi dua yaitu:
a. Biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan
(emiten).
b. Biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau
kelemahan surat berharga.
d. Bentuk Transaksi di Pasar Modal adalah
1) Utang berjangka (jangka pendek atau panjang) ialah salah satu bentuk
pendanaan dalam suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan
menerbitkan surat berharga dan dijual kepada para pemilik dana
ataupun para pemodal. Ada dua macam yaitu: surat obligasi dan
sekuritas lainnya.
2) Penyertaan ialah salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana
tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas
perusahaan tersebut.
e. Macam-macam Pasar Modal
Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk
pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Jenis-jenis pasar
modal yaitu:
1) Pasar Perdana (Primary Market) ialah penawaran saham dari perusahaan
yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder. Dapat juga sebagai pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya
(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa.
2) Pasar Sekunder (Secondary market) ialah dimana saham dan sekuritas
lain diperjual belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di
pasar perdana.
3) Pasar Ketiga (third market) ialah tempat perdagangan saham atau
sekuritas lain diluar bursa (over the counter market).
4) Pasar Keempat ( fourth market) ialah bentuk perdagangan efek antar
pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang
saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
2. Go Public
a. Pengertian Go Public
Go Public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh
perusahaan (emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama
kalinya. Sebagai pembeli adalah masyarakat umum baik domestik maupun
asing disebut investor. Pengertian pertama kali menyatakan bahwa istilah go
public hanya dipakai pada waktu pertama kali perusahaan menjual saham
artinya pertama kali ini disebut pasar perdana. Perusahaan untuk go public
dipasar modal harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Jadi semua perusahaan
mempunyai kesempatan untuk dapat menjual saham kepada masyarakat.
Kebutuhan modal tambahan bagi suatu perusahaan dapat dipenuhi
melalui berbagai cara. Salah satu cara yaitu dengan menjual saham baru.
Penjualan saham baru bagi perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai
cara sebagai berikut :
1) Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada.
2) Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan).
3) Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment
plan).
4) Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi)
secara privat (private placement).
5) Ditawarkan kepada publik.
( Jogiyanto, 2000 : 16).
Jika keputusan adalah menjual saham kepada publik. Berarti
perusahaan tersebut melakukan go publik. Dengan melakukan go publik
perusahaan dapat menarik dana yang relatif besar dari masyarakat secara
tunai. Bagi masyarakat dengan membeli saham perusahaan yang melakukan
go publik berarti memperoleh kesempatan untuk ikut memiliki perusahaan
tersebut, sehingga terjadi distribusi kesejahteraan.
Ada beberapa motivasi bagi perusahaan yang melakukan go publik.
Pagano (1998) mengatakan bahwa secara umum motivasi perusahaan
melakukan go publik adalah untuk pendanaan petumbuhan perusahaan.
Akan tetapi di italia perusahaan melakukan IPO bukan untuk mendanai
investasi dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, melainkan untuk
rebalance modalnya setelah melakukan investasi yang besar.
Alasan
perusahaan melakukan go publik:
Meningkatkan modal dasar perusahaan, Memungkinkan pendiri
untuk diversifikasi usaha, Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain
(ekspansi) dan Nilai perusahaan.
Sebelum melakukan go publik, sebuah perusahaan perlu untuk
mempertimbangkam untung ruginya melakukan go publik. Jogiyanto
(2000 : 17) menyatakan beberapa keuntungan dan kerugian bila perusahaan
melakukan go publik.
b. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh yaitu:
1) Kemudahan meningkatkan modal dimasa yang akan datang.
Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk
menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi
keuangan antara pemilik dan investor. Sedangkan untuk perusahaan
yang sudah going public, informasi keuangan harus di laporkan ke
publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan
publik.
2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.
Untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar
untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual
sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public.
3) Nilai pasar perusahan diketahui.
Untuk alasan-alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk
diketahui. Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif dalam
bentuk opsi saham (stock option) kepada manajer-manajernya, maka
nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu diketahui. Jika perusahaan
masih tertutup, nilai dari opsi sulit ditentukan.
c. Beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut:
1) Biaya laporan yang meningkat.
Untuk perusahaan yang sudah going public, setiap kuartal dan tahunnya
harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan
ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil.
2) Pengungkapan (disclosure).
Beberapa pihak di dalam perusahaan umum keberatan dengan ide
pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang
dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik enggan
mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena
publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.
3) Ketakutan untuk diambil alih.
Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan
khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik
dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yng
baru jika perusahaan diambil alih.
Perusahaan yang berniat go public harus melalui 3 tahap prosedur:
(1) Persiapan diri, (2) Izin registrasi dari BAPEPAM dan (3) Melakukan
penawaran perdana atau IPO dan memasuki pasar sekunder dengan
mencatat efeknya di bursa.
Dalam tahap persiapan diri, setelah keputusan untuk go public
ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham. Perusahaan harus
menyiapkan dokumen-dokumen dengan bantuan para profesi di pasar modal
antara lain: Penjamin emisi efek (underwriter) akuntan publik, notaris,
konsultan hukum, perusahaan penilai (apprasal).
Setelah semua persiapan yang dibutuhkan telah dilakukan. Semua
dokumen persyaratan pendaftaran dikirim ke BAPEPAM. Tahap ketiga
dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari BAPEPAM. Pada tahap ini
dilakukan penawaran perdana atau IPO dan memasuki pasar sekunder
dengan mencatatkan efeknya dibursa.
3. Initial Public Offering (IPO)
Initial public offering (IPO) adalah perusahaan yang pertama kali jual
sahamnya ke pasar sekunder.
Penawaran efek dengan menggunakan media massa atau ditawarkan kepada
lebih dari 100 pihak atau telah dijual kepada 50 pihak. (Panduan go public,
2002:2)
Keputusan untuk going public atau tetap menjadi perusahaan privat
merupakan keputusan yang harus dipikirkan masak-masak. Jika perusahaan
memutuskan untuk going public dan melemparkan saham perdananya ke publik
(initial public offering), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang
akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya
dan kapan waktunya yang paling tetap. Umumnya perusahaan menyerahkan
permasalahan yang berhubungan dengan IPO (initial public offering) ke banker
investasi (investment banker) yang mempunyai keahlian didalam penjualan
sekuritas. Penjualan saham baru perusahaan yang melibatkan banker investasi
ini dijual di pasar primer (primary market).
Banker investasi akan menyediakan saran-saran yang penting yang
dibutuhkan selama proses rencana pelemparan sekuritas ke publik. Saran-saran
yang diberikan dapat berupa:
1) Tipe sekuritas apa saja yang akan dijual.
2) Harga dari sekuritas.
3) Waktu pelemparannya.
Banker investasi merupakan perantara antara perusahaan yang menjual
saham dengan ivestor. Sebagai perantara, banker investasi selain berfungsi
sebagai pemberi saran (advisory function), banker investasi juga berfungsi
sebagai pembeli saham (underwriting function) dan berfungsi sebagai pemasar
saham ke investor (marketing function).
Proses pembelian sekuritas oleh banker investasi yang nantinya akan
dijual kembali ke publik disebut dengan underwriting. Banker investasi yang
melakukan proses underwriting ini disebut dengan underwriter. Banker
investasi membeli sekuritas dengan harga yang sudah disetujui dan
menanggung risiko kegagalan atau kerugian menjualnya kembali ke publik.
Banker investasi mengambil keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual
dari saham (selisih ini disebut dengan spread). Tidak selalu banker investasi
mau membeli sekuritas dengan harga yang sudah ditentukan, terutama untuk
sekuritas milik perusahaan-perusahaan yang belum mapan atau masih baru di
pasar modal yang risiko kerugiannya tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan
semacam ini, banker investasi umumnya menjualkan saham dengan basis best
effort. Dengan basis ini, banker investasi hanya menerima komisi untuk
menjualkan sekuritas kepada investor dengan usaha yang semaksimal mungkin
(best effort) untuk mendapatkan harga penjualan sebaik mungkin. Dengan
demikian, risiko kerugian penjualan sekuritas akan ditanggung oleh perusahaan
penerbit saham (perusahaan emiten) bukan oleh banker investasi.
Jika banker investasi harus menanggung sendiri risiko kegagalan
penjualan saham ke publik dan jika nilai saham yang akan dilempar cukup
besar, banker investasi akan membentuk suatu sindikat ( syndicate). Sindikat
merupakan suatu group yang terdiri dari lead manager (banker investasi yang
berfungsi sebagai manajer sindikat), beberapa underwriter lainnya yang
berfungsi sebagai anggota group yang membeli sekuritas dan menjualnya ke
publik dan beberapa group penjual (sales group) yang tidak membeli sekuritas
tetapi ikut menjualkannya ke publik. Penjualan sekuritas ke publik harus di
dukung dengan informasi dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum
dan peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu dari dokumen ini adalah
prospectus yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual.
4. Saham
a. Pengertian saham
Menurut Koelin (1994:22) adalah hak atas sebagian dari suatu
perusahaan. Menurut Agus Sartono ( 1997:25) adalah bukti penyerahan
modal dana perusahaan. Sedangkan menurut Mardiasmo (1990:25) adalah
surat tanda kepemilikian atas perusahaan yang membayar saham tersebut.
Jadi dari ketiga definisi saham tersebut dapat disimpulkan bahwa saham
adalah hak seseorang atas penyertaan atau kepemilikan sebagai modal
dalam perusahaan perseroan dalam bentuk surat atau selembar kertas.
b. Klasifikasi saham
Klasifikasi saham dapat dibedakan atas beberapa hal:
1) Cara Penilaian Hak
Jika dilihat penilaian hak, saham dapat diklasifikasikan atas:
2) Saham atas unjuk (bearer stocks) artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya agar mudah di pindah tangankan dari satu
investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang
saham tersebut maka dialah diakui sebagai pemiiknya dan berhak untuk
ikut hadir dalam RUPS.
3) Saham atas nama (registered stocks) merupakan saham yang ditulis
dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu.
(Fakhruddin .M, Sopian Hadianto.M, 2001: 12)
c. Jenis-jenis saham
1) Saham biasa (common stocks) yaitu saham yang menempatkan
pemiliknya setelah pemilik saham preferen dalam pembagian dividen
dan hak atas harta kekayaan perusahaaan.
Jadi pemilik saham biasa akan memperoleh pendapatan dari
investasi berupa dividen dan capital gain (sama dengan selisih antara
harga jual dengan harga beli). Saham biasa pada umumnya juga
memiliki karakteristik utama yang membedakannya dengan kesempatan
investasi (saham-saham) yang lain.
Menurut Sri Handaru Yulianti dkk (1996:128) karakteristikkarakteristik dari saham biasa tersebut adalah:
(a) Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan
pasti.
(b) Pemilik atau pemegang saham biasa akan memiliki hak untuk ikut
serta dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
(c) Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo.
2) Saham Preferen (preferred Stock)
Saham preferen adalah saham yang memberikan hak-hak khusus
kepada pemiliknya. Hak-hak khusus tersebut antara lain prioritas untuk
memperoleh dividen sebelum pemegang saham biasa dan memperoleh
aktiva sebelum pemegang saham biasa pada saat
likuidasi
(Horngren:1998).
Saham preferen serupa dengan saham biasa dalam dua hal yaitu
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo
yang tertulis di atas lembar saham tersebut dan membayar deviden.
Selain itu saham preferen juga memiliki perusahaan dengan obligasi
dalam tiga hal yaitu: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,
dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki hak tebus
dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
( Fakhruddin. M dan Sopian Hadianto.M : 2001)
Kesamaan karakteristik saham preferen dengan obligasi ini yang
membedakan antara saham biasa dan saham preferen, sehingga saham
preferen dinilai lebih istimewa dari saham biasa. Jumlah saham preferen
di pasar lebih sedikit dibandingkan saham biasa.
3) Saham Treasuri ( Treasury stock)
Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan
untuk tidak diaktifkan tetapi di simpan sebagai treasuri.
Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham
treasuri dengan alasan-alasan sebagai berikut:
(a) Akan digunakan dan diberikan kepada menejer-menejer atau
karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan
kompensasi dalam bentuk saham.
(b) Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasarnya.
(c) Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk di gunakan
menguasaikan perusahaan lain.
(d) Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan
laba perlembarnya.
Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham
yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain
untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas.
d. Kinerja Saham
Jika dilihat dari kinerja saham maka saham dapat dikategorikan atas:
1) Blue-chip stocks yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis. Memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2) Income stocks yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang
dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya
mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan
tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
3) Growth stockc (well-known) yaitu saham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di
industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
4) Speculative stocks yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
meskipun belum pasti.
5). Counter cyclical stocks yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat
resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya
mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari
kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada
masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang
sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer
goods.
(Fakhruddin.M dan Sopian Hadianto.M, 2001 :13-14)
e. Harga Saham
Nilai saham dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Nilai buku (book value) adalah nilai yang diperoleh berdasarkan
perhitungan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai
buku per lembar saham dihitung dengan membagi total ekuitas dengan
jumlah saham yang beredar.
2) Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang berlaku di pasar
bursa pada saat tertentu. Nilai pasar terbentuk berdasarkan permintaan
dan penawaraan saham di pasar bursa.
3) Nilai intrinsik ( intrinsic value) adalah nilai sebenarnya dari saham
yang diperdagangkan. Nilai intrinsik saham dapat ditentukan dengan
menggunakan analisis sekuritas fundamental (fundamental security
analysis) dan analisis teknis (technical analysis).
(Jogiyanto, 2000 : 82-88)
Dalam penelitian ini yang dibahas adalah harga bukan nilai. Pada
kenyataan di pasar modal, yang dimaksud dengan nilai adalah nilai
intrinsik sedangkan yang dimaksud dengan harga adalah nilai pasar.
Untuk dapat menentukan harga saham, investor perlu mengetahui nilai
saham yang bersangkutan.
Perdagangan saham di BEJ menggunakan sistem lelang yaitu order
pembelian dan penjualan sekuritas ditemukan sampai dicapai harga
kesepakatan. Dalam sistem lelang harga ditentukan oleh supply
(penawaran) dan demand (permintaan). Dalam sistem lelang dikenal 2
harga yaitu ask price (offer price) yaitu harga penawaran terendah untuk
jual dan bid price yaitu harga permintaan tertinggi untuk beli .
(Jogiyanto, 2000).
Dengan demikian harga pasar yang berlaku di BEJ adalah harga
terakhir atau harga penutupan (closing price). Harga penutupan adalah
harga terakhir yang terjadi berdasarkan permintaan dan penawaran.
5. Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk
menentukan kualitas pasar modal (Suad Husnan, 1993:24). Semakin tinggi
derajat efisiensinya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik.
Konsep pasar modal yang efisien memberikan penjelasan mengenai
bagaimana harga-harga saham melakukan penyesuaian terhadap informasi
baru (Jogiyanto, 2000:353) dan menurut Fama (1970), pasar modal dikatakan
efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang
tersedia.
Hipotesis utama pasar modal yang efisien adalah suatu pasar dimana
harga seluruh sekuritas secara tepat dan penuh menyesuaikan terhadap
informasi yang baru. (Jogiyanto, 2000:352) yaitu:
a. Efisiensi Pasar Secara Informasi (Informationally Efficient)
Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan
antara harga sekuritas dengan informasi dimana informasi tersebut
digolongkan
menjadi
informasi
lama,
informasi
yang
sedang
dipublikasikan atau semua informasi privat. Dalam efisiensi secara
informasi ini tidak ditentukan seberapa canggih pasar mengolah suatu
informasi, tetapi seberapa luas informasi tersebut tersedia di pasar. Jadi
pasar dikatakan efisien jika waktu penyesuaian harga ekuilibrium baru
dilakukan dengan cepat. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak efisien jika
kecepatan
penyesuaian
cukup
lama
dan
berlarut-larut,
hal
ini
menunjukkan distribusi informasi yang tidak simetris. Menurut Fama
(1970)
menyajikan tiga bentuk dari efisiensi pasar berdasarkan tiga
macam dari informasi yaitu:
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect)
informasi masa lalu yang merupakan informasi yang sudah terjadi.
Efisiensi ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk thery)
yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan
nilai sekarang. Sehingga dalam efisiensi bentuk lemah ini para
investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
2) Efisiesi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available
informasi) termasuk informasi yang berada di laporan-loparan
keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat
berupa pengumuman laba, pembagian dividen, pengembangan produk
baru, merjer dan akuisisi, pergantian pemimpin, perubahan metode
akuntansi sehingga peraturan pemerintah. Dalam pasar efisiensi
bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dapat
menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan
keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.
3) Efisiensi bentuk kuat (strong form)
Jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi termasuk informasi privat. Hipotesis efisiensi bentuk
kuat mengatakan bahwa semua informasi, baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan (public and private information),
tidak dapat digunakan untuk memperkirakan harga di masa yang akan
datang. Jadi investor dan analisis tidak akan memperoleh keuntungan
tidak normal yang tidak konsisten, meskipun mereka memiliki
informasi khusus (insider informasi) sehingga dapat disimpulkan
bahwa jika pasar efisien dalam bentuk ini, informasi sama sekali tidak
berguna.
b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan ( Decisionally Efficient Market)
Informasi secara keputus mempertimbangkan dua faktor yaitu
ketersediaan
informasi
dan
kecanggihan
pelaku
pasar,
sehingga
ketersediaan informasi saja tidak menjamin pasar akan efisien karena
informasi tersebut masih perlu diolah lebih lanjut. Misalnya pengumuman
merjer oleh perusahaan emiten. Pada waktu informasi diumumkan dan
semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, belum tentu harga
sekuritas perusahaan bersangkutan akan mencerminkan informasi tersebut
dengan penuh. Karena pelaku pasar harus menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai kabar baik atau buruk. Oleh
karena itu dibutuhkan analisis yang mendalam untuk memperkirakan
besarnya dampak dari informasi tersebut pada harga sekuritas yang
bersangkutan. Untuk mengolah informasi secara benar, pelaku pasar harus
canggih sehingga dapat menikmati keuntungan yang tidak normal. Jadi
efisiensi secara informasi saja tidak lah cukup karena diperlukan juga
kecanggihan pelaku pasar untuk mengolah informasi dalam kaitannya
dengan pengambilan keputusan.
6. Return
Jogiyanto (2000: 107) Return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang. Return realisasi (realized return) dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai
dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa datang. Return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
a. Return Realisasi
Beberapa return realisasi yang banyak digunakan adalah return total
(total return), relatif return (return relative), kumulatif return
(return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return).
1) Return Total
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi
dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan
return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield
sebagai berikut:
Return = Capital Gain (Loss) + Yield
Capital Gain (Loss) =
Pt − Pt −1
Pt −1
Capital gain (Loss) merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu dan Yield merupakan
persentase penerimaan kas periodik terhadap harga iinvestasi periode
tertentu dari suatu investasi.
2) Relatif Return
Pada return total dapat bernilai negatif atau positif. Pada
perhitungan return relatif, return total diubah menjadi positif dengan
menambah nilai terhadap return total sebagai berikut.
Return Relatif = (Return Total + 1)
3) Kumulatif Return
Return total mengukur perubahan harga dari saham dan
perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Return total hanya
mengukur perubahan kemakmuran pada saat waktu tertentu tetapi
tidak mengukur total dari kemakmuran yang dimiliki. Untuk
mengetahui total kemakmuran kumulatif (cumulative wealth index)
dapat digunakan indek kemakmuran kumulatif (IKK).
IKK = KK0 (1+R1) (1+R2)…(1+Rt)
Dimana :
IKK = Indeks kemakmuran kumulatif dari periode ke-1 sampai ken
KK0 = Kekayaan awal
Rt
= Return periode ke-t
4) Return Disesuaikan
Return sebelumnya adalah return nominal (nominal return) yang
hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak memperhitungkan
daya beli dari nilai uang tersebut. Untuk mempertimbangkan hal ini
return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada.
Return ini disebut sebagai return rill atau disesuaikan dengan inflasi
(inflation adjusted return) sebagai berikut:
(1 + R)
−1
(1 + IF )
RIA =
Di mana:
RIA
= return disesuaikan dengan tingkat inflasi.
R
= return nominal
IF
= tingkat inflasi
b. Return Ekspektasi
Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan
menghilangkan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas
kejadian dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara
matematik return ekspektasi dirumuskan:
n
E(Ri) = ∑ ( Rj.Pj )
j =1
Di mana :
E(Ri)
= return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i
Rj
= hasil masa depan ke-j
Pi
= probabilitas hasil masa depan ke-j
N
= jumlah dari hasil masa depan.
Penentuan probabilitas untuk menentukan hasil masa depan
merupakan hal yang tidak mudah dan subyektif. Akibat dari subyektifitas
ini, ketidak akuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidak akuratan ini,
data historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Jika pertumbuhan
dari return turut diperhitungkan maka dapat dihitung dengan teknik
regresi.
7. Initial Return (IR)
Initial return adalah return perusahaan pada hari pertama kali
melakukan IPO di pasar sekunder, secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
IR =
Pt1 − Pt 0
x 100%
Pt 0
Dimana :
IR = Initial return
Pt0 = Harga penawaran perdana (offering price)
Pt1 = Harga penutupan ( closing price)
a. Model 1 untuk menguji hubungan variabel keuangan dengan initial return:
IR = a + b1 CR+ b2 EPS + b3 ROA
Dimana :
IR
= Initial Return
a
= Konstanta
b1-b3
= Koefisien regresi
ROA
= Rate or return on total asset
EPS
= Laba per lembar
CR
= Current Rasio
b. Model 2 untuk menguji hubungan variabel keuangan dengan return 15 hari
setelah IPO:
R15h = a + b1 CR + b2 EPS + b3 ROA
Dimana :
R15h
= Return 15 hari setelah IPO
8. Variabel Keuangan
Variabel keuangan terdiri dari :
a. Rate of Return on Total Asset ( ROA)
Rate of Return on total asset (ROA) adalah ukuran profitabilitas
perusahaan. Pertimbangan memasukan variabel ini karena profitabilitas
perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas
operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan
laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan
dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi suatu perusahaan
mengurangi ketidak pastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat
underpricing ( Kim et al. 1993). Watt dan Zimmerman (1990) menyatakan
bahwa prestasi keuangan, khususnya tingkat keuntungan, memegang
peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering
digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam
pembelian saham. Rumus yang digunakan adalah:
ROA =
Laba bersih
Total asset
b. Earning per Share (EPS)
Menurut Mas’ud Machfoedz ( 1990:305) laba per lembar saham
adalah bagian pemegang saham terhadap laba perusahaan apabila ditentukan
per lembar saham. Kedudukan laba per lembar saham dalam laporan
keuangan sangat penting. Laba per saham ( EPS) adalah rasio antara laba
bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Informasi mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu
investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus
kas yang baik di masa mendatang. Variabel EPS merupakan proxy bagi laba
per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu
periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Rumus yang digunakan
adalah:
EPS =
Laba bersih
Jumlah saham yang beredar
c. Current Ratio ( CR)
Merupakan rasio utang lancar terhadap aktiva lancar yang
digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan.
Rumus yang digunakan adalah:
Current Ratio =
Aktiva lancar
Kewajiban lancar
B. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilaku oleh beberapa peneliti
digunakan sebagai telaah pada penelitian ini yaitu antara lain:
a. Kim et al (1993) menguji variabel keuangan financial leverage, return on asset
dan proceeds untuk investasi, serta variabel-variabel signaling kualitas
underwriter,retensi kepemilikan dan ukuran penawaran. Hasil peneliti
annya menunjukkan variabel finacial leverage berkorelasi positif
dengan initial return, sedangkan variabel ROA berkorelasi negatif dengan
initial return. Sedangkan Proceeds untuk investasi tidak signifikan. Untuk
variabel-variabel signaling hanya reputasi penjamin emisi yang signifikan.
b. Studi lain juga dilakukan oleh Kim et al (1995) bertujuan untuk menyelidiki
peranan variabel-variabel keuangan yang diungkapan dalam prospektus dalam
menentukan harga pasar saham perusahaan-perusahaan Korea yang
melakukan IPO. Variabel-variabel yang diteliti adalah laba per saham
(Earnings Per Share atau EPS), Proceeds dan variabel dummy tipe penawaran
saham. Untuk dapat mengendalikan variasi cross-sectional dari industri effect,
peneliti memasukkan variabel indeks harga saham pada setiap tanggal
penawaran. Sebagai model tambahan, penelitian juga menguji variabelvariabel signaling retensi kepemilikan, kualitas underwriter dan proceed
untuk investasi. Hasil penelitian menunjukkan tanpa memperhatikan
perubahaan peraturan pemerintah, variabel-variabel yang diungkapkan dalam
prospektus secara bersama-sama cukup signifikan dalam menentukan harga
pasar saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor Korea mempunyai
perhatian terhadap infomasi fundamental dan informasi keuangan tetapi
model gagal mendeteksi hubungan antara harga pasar dan varaibel-variabel
signaling.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (1998) memfokuskan penelitian
pada informasi keuangan dan non keuangan pada prospektus terhadap return
di Bursa Efek Jakarta. Faktor keuangan yang digunakan dalam penelitian itu
adalah profitabilitas perusahaan diukur dengan rate of return on total asset (
ROA) dan financial leverage. Sedangkan faktor-faktor non keuangan adalah
reputasi auditor, reputasi penjamin emisi dan prosentase saham. Hasilnya
menunjukkan bahwa umur perusahan berpangaruh signifikassi dan positif
dengan initial return. Sementara variabel-variabel lain seperti reputasi auditor,
reputasi penjamin emisi, prosentase saham, ROA dan financial leverage tidak
mempengaruhi secara signifikan initial return.
d. Daljono (2000) dengan menggunakan sampel sebanyak 151 perusahaan yang
mencatatkan
sahamnya
di
pasar
perdana
pada
tahun
1990-1997
mengemukakan bahwa reputasi auditor, umur perusahaan, prosentase
kepemilikan saham yang ditawarkan, profitabilitas dan solvabilitas ratio tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan initial returns sedangkan
reputasi penjamin emisi dan financial leverage memiliki pengaruh yang
signifikan dan positif dengan initial returns. Hasil ini berarti bahwa tingkat
underpricing perusahaan-perusahaan yang go publik di Indonesia dipengaruhi
oleh reputasi underwriter yang menjaminnya dan tingkat financial leverage.
e. Penelitian Chandradewi (2000) menggunakan variabel keuangan yang sama
dengan penelitian Kim et al. (1995) yaitu laba per saham, proceed, tipe
penawaran dan indeks harga saham. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya
laba per saham yang berpengaruh signifikan pada harga saham pasar yang
berarti mendukung hasil penelitian Kim et al. (1995) yang menemukan bahwa
laba per saham berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif dengan harga
pasar saham. Sedangkan proceeds, tipe penawaran dan IHSG tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa informasi laba per saham berguna bagi investor. Tidak
terbuktinya pengaruh variabel proceeds, tipe penawaran dan IHSG mungkin
karena periode pengamatan yang pendek.
C. Hipotesis Penelitian
Untuk menguji pengaruh variabel terhadap initial return dan return 15 hari
setelah IPO maka peneliti mengajukan dua hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut :
H1 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return.
a
Ada pengaruh Current rasio terhadap initial return
b. Ada pengaruh Earning per share terhadap initial return
c. Ada pengaruh Return on asset terhadap initial return
H2 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO.
a. Ada pengaruh Current rasio terhadap return 15 hari setelah IPO
b. Ada pengaruh Earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO
c. Ada pengaruh Return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah variabel initial return ( variabel dependent) dan
rate of return on total asset, earnings per share, current rasio perusahaan
manufaktur ( variabel independent)
Definisi operasional atau variabel penelitian dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Rate of Return on Total Asset (ROA) adalah ukuran profitabilitas perusahaan.
Pertimbangan memasukan variabel ini karena profitabilitas perusahaan
memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional
perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan
informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan
modalnya.
2. Laba per saham (EPS) adalah rasio antara laba bersih dengan jumlah saham
biasa yang beredar. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan
pendapatan
dapat
membantu
investor
untuk
menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa
mendatang.
3.
Current Ratio (CR) merupakan rasio utang lancar terhadap aktiva lancar
adalah digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan.
4. Harga saham (Pit) adalah harga saham i pada tanggal t selama periode untuk
tahun 1997, 1998, 1999, 2000, 2001 dan 2002.
5. Informasi harga saham akan digunakan untuk menghitung Initial return (IR)
adalah return perusahaan pada hari pertama kali melakukan IPO di pasar
sekunder.
IR =
Pt1 − Pt 0
x 100%
Pt 0
6. Initial public offering (IPO) adalah perusahaan yang pertama kali jual
sahamnya ke pasar sekunder.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kausal di mana penelitian
kausal digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau untuk mengetahui bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lainnya. Penelitian ini juga berdasarkan pada prinsip replikasi yang
merupakan pengulangan eksperimen agar menghasilkan taksiran yang lebih baik.
C. Desain Penelitian
Dari populasi saham perusahaan yang telah memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel akan diuji secara keseluruhan sehingga perlu dibuat desain
penelitian dengan urut-urutan sebagai berikut:
1. Mencari daftar perusahaan yang melakuakn IPO pada tahun 1997-2002,
tanggal listing, harga perdana (Pto), harga penutupan (PtI), harga penutupan
15 hari (Pt15H) untuk masing-masing perusahaan yang menjadi sampel.
2. Menghitung Rate of Return on Total Asset ( ROA), Laba per saham (EPS)
dan Current Rasio (CR) untuk masing-masing perusahaan yang menjadi
sampel.
3. Menghitung Initial Return masing-masing perusahaan.
4. Menghitung Initial return 15 hari pada masimg-masing perusahaan.
D. Data yang dibutuhkan dan sumber data
Dalam penyusunan ini data yang akan dibutuhkan diambil dari Indonesia
Capital Market Directory ( ICMD), JSX statistic dan dari pojok bursa efek MM
UII Yogyakarta, harga penutupan saham perusahaan yang diamati diperoleh dari
website http://finance.yahoo.com Data-data yang dibutuhkan adalah daftar
perusahaan yang melakukan IPO tahun 1997-2002, tanggal listing, harga perdana
saham, harga penutupan saham dan rasio-rasio keuangan.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah Sekumpulan orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. (Nur Indrianto, Bambang Supomo,
1999:115). Popilasi data ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur seluruh
Indonesia.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi ( Indrianto,
Bambang Supomo, 1999:115). Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
yaitu saham perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan yaitu perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan
melakukan IPO pada periode 1997 samapai 2002.
3. Teknik Sampling
Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode purposive sampling yaitu sampel yang digunakan dengan memasukan
unsur-unsur tertentu yang dianggap (Judged) bahwa dengan cara demikian
dapat memperoleh informasi yang benar atau individu-individu yang disampel
itu yang mencerminkan populasinya.
(Soehargi Sigit, 1999:68)
Kriteria sampelnya adalah sebagai berikut:
a) Perusahaan manufaktur yang telah listing di BEJ.
b) Perusahaan manufaktur yang aktif di perdagangan pada Bursa Efek Jakarta
(BEJ)
c) Perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode tahun 1997 sampai
dengan tahun 2002.
d) Data harga perdana perusahaan dan harga penutupan hari pertama dan 15
hari setelah perusahaan listing di pasar sekunder.
Dari 78 populasi perusahaan go public yang melakukan IPO periode
1997 sampai dengan 2002 didapat 28 perusahaan manufaktur yang melakukan
IPO selama periode tersebut, namun dari 28 perusahaan tersebut hanya ada 19
perusahaan manufaktur yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Pada
tahun 1997 didapat 7 sampel perusahaan, tahun 1998 dan tahun 1999 tidak ada
perusahaan manufaktur yang memenuhi syarat, tahun 2000 didapat 4 sampel
perusahan, tahun 2001 didapat 7 sampel perusahaan, tahun 2002 didapat 1
sampel perusahaan yang melakukan IPO. Daftar sampel perusahaan manufaktur
yang melakukan IPO periode 1997 sampai dengan 2002 dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan IPO
Periode 1997-2002
Code
Company Name
Listing Date
1
ETWA
Eterindo Wahanatama
16 May 1997
2
LTLS
Lautan Luas
21 Juli 1997
3
ALMI
Alumindo Light Metal Industry
02 Jan 1997
4
JKSW
Jakarta Kyoei Works Limited
06 Agust 1997
5
IKAI
Intikeramik Alamastri Industri
04 Jun 1997
6
PAFI
Panasia Fitament Inti
22 Jul 1997
7
DSUC
Daya Sakti Unggul corporatin
25 Feb 1997
8
SIMM
Surya Intrindo Makmur
28 Mar 2000
9
APLI
Asiaplast Industries
26 Apr 2000
10
SMPL
Summitpalst Interbenua
20 Jun 2000
11
FMII
Fortune Mate
30 Jun 2000
12
PLAS
Palm Asia Corpora
14 Mar 2001
13
BTON
Batonjaya Manunggal
17 Jul 2001
14
LAPD
Lapindo Packagin
16 Jul 2001
15
ARNA
Arwana Citramulia
16 Jul 2001
16
INAF
Indofarma
16 Apr 2001
17
PYFA
Pyidam Farma
12 Nop 2001
18
DOID
Daeyu Orchid Indonesia
15 Jun 2001
19
FPNI
Fatrapolindo Nusa Industri
21 Mar 2002
Sumber : Database MM UII
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung tetapi melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2005.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sekunder ini yaitu
menggunakan dua metode yaitu :
1. Metode Dokumentasi
Adalah Metode pengumpulan data yang diambil dari kejadiankejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di masa
lalu yang ditulis secara sadar untuk tujuan komunikasi dan keterangan. (Muh.
Nasir,1988:57)
2. Metode Study Pustaka
Adalah Metode pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari
buku-buku dan literatur lainnya yang terkaitan dengan masalah penelitian.
G. Uji Prasyaratan Analisis Data
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y), maka peneliti mengunakan analisis regresi untuk
membandingkan dua variabel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk
memperoleh model regresi yang bisa dipertanggunajawabkan, maka asumsiasumsi berikut harus dipenuhi
( Hair et al, 1995). Dengan demikian harus dilakukan uji prasyarat analisis yang
meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan sebagai syarat digunakan analisis regresi untuk
mengetahui apakah setiap data pada setiap variabel berdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan mentransformasi
data melalui SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan metode
log natural (ln). Transformasi direkomendasikan sebagai obat atas adanya
nilai-nilai ekstrim dan penyimpangan asumsi normalitas, untuk data tidak
berkelompok, mentransformasi variabel merupakan cara terbaik agar
distribusinya mendekati normal.
(Mudrajad Kuncoro, 2001:59).
2. Memenuhi asumsi klasik:
a. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan sebagai syarat dilakukannya analisis
regresi linier ganda. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain harus tetap. ( Singgih santoso,
2001). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan membandingkan nilai (n) R2
dengan chi square kritik. Jika chi square hitung < chi square kritik maka tidak
terjadi heteroskedastisitas ( Mudrajad Kuncoro, 2000).
b. Uji multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya
hubungan antara variabel-variabel bebas (X1 dengan X2) dan hubungan yang
terjadi cukup besar. Hal ini akan menyebabkan perkiraan keberartian
koefisien regresi yang diperoleh. Umumnya multikolinieritas dapat diketahui
dari nilai koefisien korelasi yang sangat besar antara variabel-variabel bebas
tersebut. Jika hubungan antar variabel bebas kurang dari 0,8 maka tidak
terjadi multikolinier demikian sebaliknya.
Pemecahan masalah multikolinieritas :
a)
menambah jumlah data dengan pengamatan baru.
b)
Menghilangkan variabel-variabel tertentu dari model yang diperoleh.
c. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 ( sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi linier yang baik tidak
terjadi autokorelasi (non autocorrelation) (Singgih santoso, 2001:216). Uji
autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (D-W).
Dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 1,65 < DW <2,35 = tidak ada autokorelasi
b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 = tidak dapat disimpulkan
c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 = terjadi autokorelasi
H. Teknik Analisis Data
Sebelum dilakukan analisis, akan dilakukan pemeriksaan awal terhadap
asumsi klasik model regresi. Pengujian tersebut dilakukan dalam rangka
mengetahui apakah model tersebut telah memenuhi asumsi regresi berganda.
Pengujian hipotesis akan memberikan bukti atas pengaruh variabel
keuangan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Teknik pengujian
yang dilakukan adalah dengan uji t dan uji F dengan menggunakan program SPSS
10.0 for windows.
Model matematis dari regresi berganda adalah
Y = a + b1 x1 + b2 x 2 + bn x n
Secara ringkas, langkah-langkah yang akan ditempuh sebagai berikut:
c. Menguji apakah ada hubungan linier ( Uji F)
Dengan rumus:
~
Fhit =
∑ (Y~* − Y
∑ (Y − Y
)2 / k
) 2 / N − K − 1)
Dimana:
Y
= Nilai pengamatan
Y*
= Nilai Y yang ditaksir dengan menggunakan model regresi
~
Y
= Nilai rata-rata pengamatan
N
= Jumlah sampel
K
= Jumlah variabel independent
Langkah-langkah pengujian Uji F:
a. Merumuskan Ho
Ho: b = 0 (Tidak ada hubungan linier antara variabel independent dengan
variabel dependent)
Ha:
b ≠ 0 (Ada hubungan linier antara variabel independent dengan
variabel dependent)
b. Menentukan nilai signifikan = 0,05 dan degree of freedom (df),
df = n-k
dimana:
n = jumlah data.
k = Jumlah variabel independent
c. Membandingkan F hitung dengan F tabel
d. Kriteria penarikan kesimpulan
Ho = diterima jika F hitung < F tabel
Ho = ditolak jika F hitung > F tabel
e. Gambar kurva penolakan / penerimaan Ho
Daerah
Penerima Ho
F (α/2, n-k)
d. Pengujian Hipotesis (Uji koefisien regresi)
Rumus t hitung:
bi − ( β i )
Se(b j )
thitung =
Dimana:
bi
= Koefisirn variabel ke i
βi
= Parameter ke i yang diharapkan
Se (bj) = Kesalahan standar bi
Langkah-langkah pengujian Uji t:
a. Merumuskan Ho
Ho1 : CR berpengaruh tidak signifikan terhadap initial return.
Ha1 : CR berpengaruh secara signifikan terhadap initial return.
Ho2 : EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap initial return.
Ha2 : EPS berpengaruh secara signifikan terhadap initial return.
Ho3 : ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap initial return
Ha3 : ROA berpengaruh secara signifikan terhadap initial return.
Ho4 : CR berpengaruh tidak signifikan terhadap return 15 hari setelah
IPO.
Ha4 : CR berpengaruh secara signifikan terhadap return 15 hari setelah
IPO.
Ho5 : EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap return 15 hari setelah
IPO.
Ha5 : EPS berpengaruh secara signifikan terhadap return 15 hari setelah
IPO.
Ho6 : ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap return 15 hari setelah
IPO.
Ha6 : ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return 15 hari setelah
IPO.
b. Menentukan nilai signifikan = 0,05 dan degree of freedom (df),
df = n-k
dimana:
n = Jumlah data.
k = Jumlah variabel independent
c. Membandingkan t hitung dengan t tabel
d. Kriteria penarikan kesimpulan
H0 diterima bila : -t tabel (α/2,n-2) ≤ t hitung ≤ + t tabel ( α/2,n-1 )
H0 ditolak bila : -t hitung < -t tabel ( α/2, n-2 ) atau
+ t hitung > + t tabel (α/2,n-2)
e. Berikut gambar 2, grafik sebaran t:
Daerah
Penerimaan
Ho
-t (α/2, n-2)
+t (α/2, n-2)
I. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan adalah bulan Maret sampai dengan
bulan Mei 2005.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Penghitungan Tingkat Keuntungan
1.
Initial Return (Return Awal)
Dari 19 sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada
periode 1997 sampai 2002 yang telah ada. Setelah diperoleh data harga
saham perdana dan harga saham penutupan pada hari pertama di pasar
sekunder. Intial return masing-masing saham perusahaan selama periode
dihitung
dengan
menggunakan
rumus
sebagai
berikut:
IR =
Pt1− Pt 0
× 100% . Penghitungan initial return dalam penelitian ini,
Pt 0
dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2000. Berikut
adalah hasil dari perhitungan tersebut:
Tabel 4.1
Data Return Awal Untuk Masing-masing Perusahaan
Kode
Return Awal (%)
Kode
Return Awal (%)
ETWA
21,15
FMII
50
LTLS
23,73
PLAS
175
ALMI
7,69
BTON
100
JKSW
23,08
LAPD
315
IKAI
23,33
ARNA
40
PAFI
15,39
INAF
150
DSUC
18,42
PYFA
9,68
SIMM
95
DOID
50
APLI
45,83
FPNI
6,38
SMPL
25
Sumber: Database MM UII, http://www.finance.yahoo.com
2.
Return 15 Hari Setelah IPO
Data yang dibutuhkan dalam penghitungan return 15 hari setelah
IPO adalah data harga saham perdana dan data harga penutupan saham 15
hari di pasar sekunder. Dengan rumus yang sama dengan menghitung
initial return, penghitungan return 15 hari setelah IPO juga dilakukan
dengan program Microsoft Excel 2000. Berikut hasil dari penghitungan
tersebut:
Tabel 4.2
Data Return 15 Hari Setelah IPO Untuk Masing-masing
Perusahaan
Kode
Return 15 Hari (%)
Kode
Return 15 Hari (%)
ETWA
25
FMII
32
LTLS
9,32
PLAS
850
ALMI
9,62
BTON
185
JKSW
7,69
LAPD
205
IKAI
30
ARNA
10
PAFI
7,69
INAF
125
DSUC
26,32
PYFA
6,45
SIMM
80
DOID
45
APLI
491,67
FPNI
2,13
SMPL
40
Sumber: Database MM UII, http://www.finance.yahoo.com
3.
Rate of Return on Total Asset (ROA)
ROA merupakan ukuran profitabilitas perusahaan, dan merupakan
rasio net income terhadap total asset. Penghitungan ROA dalam penelitian
ini, juga dilakukan dengan program Microsoft Excel 2000. Berikut hasil
dari perhitungan tersebut:
Tabel 4.3
Data ROA Untuk Masing-masing Perusahaan
Kode
ROA
Kode
ROA
ETWA
0,039
FMII
0,073
LTLS
0,05
PLAS
0,031
ALMI
0,046
BTON
0,014
JKSW
0,024
LAPD
0,037
IKAI
0,02
ARNA
0,003
PAFI
0,064
INAF
0,205
DSUC
0,034
PYFA
0,022
SIMM
0,088
DOID
0,234
APLI
0,061
FPNI
0,144
SMPL
0,096
Sumber: Indonesian Capital Market Directory
4.
Current Ratio (CR) dan Earning Per Share (EPS)
Untuk current ratio dan earning per share dalam penelitian ini tidak
memerlukan penghitungan karena sudah diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD). Berikut adalah data CR dan EPS:
Tabel 4.4
Data CR dan EPS Untuk Masing-masing Perusahaan
Kode
CR
EPS
ETWA
1,36
134
LTLS
1,78
ALMI
Kode
CR
EPS
FMII
6,27
59
127
PLAS
0,82
5
2
67
BTON
0,32
10
JKSW
0,84
42
LAPD
0,64
13
IKAI
0,61
65
ARNA
0,81
10
PAFI
1,33
129
INAF
1,76
69
DSUC
1,04
46
PYFA
1,03
4
SIMM
2,87
148
DOID
2,80
49
APLI
0,87
11
FPNI
1,29
97
SMPL
0,97
659
Sumber: Indonesian Capital Market Directory
B.
Uji Prasyarat Data
1.
Uji Normalitas
Seluruh data yaitu initial return, return 15 hari setelah IPO, Current
Ratio (CR), Earning Per Share (EPS), dan Rate of Return on Asset
(ROA) diperoleh, maka langkah selanjutnya agar pangujian hipotesis
dapat dilakukan adalah dengan melakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
kolmogorov-smirnov dan uji sphiro-wilk melalui program SPSS.
Dari hasil kedua uji semua data tidak berdistribusi normal karena
nilai signifikannya ⟨ 0,05. Maka dari itu, semua data ditransformasi ke
dalam bentuk log natural (ln). Dari hasil uji normalitas yang ditunjukkan
dengan untuk data yang telah ditransformasi dalam bentuk log natural
yaitu lnIR, lnR15it, lnCR, lnEPS, dan lnROA terlihat dari nilai
probabilitasnya lebih besar dari 5 %, sehingga semua data dapat dikatakan
berdistribusi normal.
2.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Untuk uji ini terpenuhi karena tidak ada data yang memperoleh
R 2 tinggi , yang artinya tidak ada hubungan linier yang sempurna
semua variabel independen dari model regresi. Untuk mengetahui
terjadi atau tidaknya multikolinearitas dengan menggunakan VIF
(variance inflation factor) dan atau tolerance value.
Terdapat pada lanjutan lampiran 6 dengan hasilnya nilai VIF di
bawah 10 (paling tinggi 1,773) dan nilai toleransinya juga di bawah
10 (paling tinggi 0,693), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
b. Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas yang timbul karena varian faktor
penganggu tidak sama atau tidak konstanta. Dari hasil pengujian
diperoleh nilai β secara statistik tidak signifikan, sehingga dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas atau menerima asumsi
homoskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Dalam model regresi berganda dalam penelitian ini tidak
menemukan adanya autokorelasi. Pada lanjutan lampiran 6 dan
lanjutan lampiran 7 terdapat tabel model Summary diperoleh nilai
Durdin Watson sebesar 1,682 untuk dependen initial return dan nilai
Durdin Watson sebesar 2,119 untuk dependen return 15 hari setelah
IPO. Di mana keduanya terletak antara 1,65 < dw< 2,35, sehingga
dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi.
C.
Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis atau analisis data dalam penelitian ini,
menggunakan analisis regresi berganda yang dilakukan dengan menggunakan
program SPSS versi 10.0 for windows. Agar analisis regresi hasilnya baik, maka
harus memenuhi kriteria statistic yaitu uji F dan uji t. Berdasarkan dari hasil
pengolahan data untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan
pada bab sebelumnya. Adapun hipotesis penelitian operasional sebagai berikut:
Ho1 : Tidak ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return.
Ha1 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return.
Maka diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
1.
Untuk Regresi dan Pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap
Initial Return
Tabel 4.5
Rekapitulasi Koefisien Regresi dan Pengujiannya
Mode
Koefisien
t hitung
r
2
parsial
Signifikansi
Regresi
Konstanta
5,963
3,658
LnCR
-0,199
-0,418
-0,107
0,682
LnEPS
-0,348
-1,513
-0,364
0,151
LnROA
0,335
0,998
0,250
0,334
2
0,002
2
R = 0,156, Adj. R = -0,013, F hitung = 0,924, Sig. = 0,453
Sumber: Lanjutan lampiran 6
a. Uji F
Berdasarkan tabel di atas untuk uji F diperoleh informasi
bahwa F hitung (0,924) lebih kecil dari F tabel (4,54), yang juga
ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya 0,453 lebih besar dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang menyatakan tidak
ada hubungan linier antara variabel keuangan dengan variabel initial
return. Berikut gambar kurva untuk penolakan Ho:
Penerimaan Ho
0,924
Penolakan Ho
4,54
b. Uji t
1. Current rasio terhadap Intial return
Untuk current ratio diperoleh t hitung (-0,418) berada di antara
t tabel ( ± 2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan current ratio terhadap
return awal. Berikut gambar kurva penerimaan Ho:
Penolakan Ho
-2,131
Penerimaan Ho
-0,418
Penolakan Ho
+2,131
2. Earning per share terhadap intial return
Untuk earning per share diperoleh t hitung (-1,513) berada di
antara t tabel ( ± 2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima
yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan earning per share
terhadap initial return. Berikut gambar kurva penerimaan Ho:
Penolakan Ho
Penerimaan Ho
Penolakan Ho
-2,131
-1,513
+2,131
3,. Rate of return on asset terhadap Intial return
Untuk rate of return on asset diperoleh t hitung (0,998) berada
di antara t tabel (± 2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho diterima
yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan rate of return on
asset terhadap return awal. Berikut gambar kurva penerimaan Ho:
Penolakan Ho
Penerimaan Ho
-2,131
2.
0,998
Penolakan Ho
+2,131
Untuk Regresi dan Pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap
Return 15 Hari Setelah IPO
Adapun hipotesis operasional sebagai berikut:
Ho2 : Tidak ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah
IPO
Ha2 : Ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO
Tabel 4.6
Rekapitulasi Koefisien Regresi dan Pengujiannya
Mode
Koefisien
Regresi
t hitung
r
2
parsial
Signifikansi
Konstanta
5,229
2,029
LnCR
-0,382
-0,507
-0,130
0,620
LnEPS
-0,236
-0,649
-0,165
0,526
LnROA
0,334
0,630
0,160
0,538
2
0,061
2
R = 0,052, Adj. R = -0,138, F hitung = 0,274, Sig. = 0,843
Sumber: Lanjutan lampiran 7
a. Uji F
Berdasarkan tabel di atas untuk uji F diperoleh nilai F hitung
(0,274) lebih kecil dari F tabel (4,54), yang juga ditunjukkan oleh nilai
probabilitasnya 0,843 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima yang menyatakan tidak ada hubungan linier antara
variabel keuangan dengan variabel return 15 hari setelah IPO. Berikut
gambar kurva untuk penolakan Ho:
Penerimaan Ho
0,274
Penolakan Ho
4,54
b. Uji t
1. Current rasio terhadap return 15 hari setelah IPO
Untuk current ratio diperoleh t hitung (-0,507) berada di
antara t tabel (±2,131), hal tersebut juga ditunjukkan dengan nilai
sig. sebesar 0,620 lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan current ratio terhadap return 15 hari setelah IPO.
Berikut gambar kurva penerimaan Ho:
Penolakan Ho
-2,131
Penerimaan Ho
-0,507
PenolakanHo
+2,131
2. Earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO
Untuk earning per share diperoleh t hitung (-0,649) berada
di antara t tabel (±2,131), yang juga ditunjukkan oleh nilai sig.
sebesar 0,526 yang lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan
Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO. Berikut
gambar kurva penerimaan Ho:
Penolakan Ho
-2,131
Penerimaan Ho
-0,649
Penolakan Ho
+2,131
3. Rate of return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO
Untuk rate of return on asset diperoleh t hitung (0,630)
berada di antara t tabel (±2,131), sehingga dapat disimpulkan Ho
diterima yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan rate of
return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO. Berikut
gambar kurva penerimaan Ho:
Penolakan Ho
-2,131
D.
Penerimaan Ho
0,630
Penolakan Ho
+2,131
Pembahasan
a. Hasil pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap Initial Return
Dari tabel 4.5, didapat persamaan regresi berganda sebagai berikut:
IR = 5,963 – 0,199 CR – 0,348 EPS + 0,335 ROA
Berdasarkan persamaan regresi di atas tampak bahwa nilai koefisien
current ratio sebesar -0,199 dengan probabilitas sebesar 0,682 di mana tanda
negatif menunjukkan pengaruh yang tidak searah. Untuk earning per share
sebesar -0,348 dengan probabilitas sebesar 0,151, juga menunjukkan
pengaruh yang tidak searah. Sedangkan rate of return on asset dengan nilai
koefisien sebesar 0,335 dengan probabilitas sebesar 0,334, menunjukkan
pengaruh yang positif atau searah. Namun pengaruh ketiganya terhadap initial
return tidak signifikan.
Dari tabel 4.5 juga dijelaskan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar
0,156, yang menunjukkan bahwa variasi initial return bisa dijelaskan oleh
variasi dari ke tiga variabel keuangan yaitu current ratio, earning per share
dan rate of return on asset hanya sebesar 15,6% dan sisanya dijelaskan oleh
variasi variabel bebas lainnya. Sedangkan untuk nilai F sebesar 0,924 dengan
signifikansi 0,453 menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan tidak
valid atau tidak tetap. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
keuangan berpengaruh terhadap variabel intial return namun pengaruhnya
secara statistik tidak signifikan.
Analisis selanjutnya dengan melihat sumbangan yang diberikan setiap
variabel bebas dalam hubungannya dengan initial return yang ditunjukkan
melalui kuadrat koefisien parsial dengan hasil-hasilnya yang ditunjukkan
sebesar -10,7 % untuk CR, -36,4 % untuk EPS dan ROA sebesar 25 %.
b. Hasil pengujian Hipotesis Variabel Keuangan Terhadap Return 15 hari
setelah IPO
Dari tabel 4.6 juga diperoleh persamaan regresi berganda sebagai
berikut:
R15it = 5,229 − 0,382 CR − 0,236 EPS + 0,334 ROA
Berdasarkan persamaan regresi di atas tampak bahwa nilai koefisien
CR sebesar -0,382 dengan probabilitas sebesar 0,620, EPS sebesar -0,236
dengan probabilitas sebesar 0,526 sedangkan ROA nilai koefisiennya sebesar
0,334 dengan probabilitas sebesar 0,538. Informasi tersebut memperlihatkan
bahwa variabel current ratio dan earning per share mempunyai pengaruh
yang negatif atau tidak searah, sedangkan rate of return on asset mempunyai
pengaruh positif atau searah terhadap return 15 hari setelah IPO. Namun
pengaruh yang ada secara statistik tidak signifikan.
Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil pengujian hipotesis atau analisis
statistik didapat nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,052, hal tersebut
menunjukkan bahwa variasi tiga variabel keuangan yaitu current ratio,
earning per share dan rate of return on asset bisa menjelaskan variasi return
15 hari setelah IPO hanya sebesar 5,20 % dan sisanya
94,8 % dijelaskan oleh variasi variabel bebas lainnya. Selain itu untuk nilai F
sebesar 0,274 dengan signifikansi 0,843 menunjukkan bahwa model regresi
yang digunakan tidak valid atau tidak tepat. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa variabel keuangan berpengaruh terhadap variabel return 15
hari setelah IPO namun pengaruhnya secara statistik tidak signifikan.
Analisis selanjutnya dengan melihat sumbangan yang diberikan setiap
variabel bebas dalam hubungannya dengan return 15 hari yang ditunjukkan
melalui kuadrat koefisien parsial dengan hasil-hasilnya yang ditunjukkan
sebesar -13 % untuk CR, -16,5 % untuk EPS dan ROA sebesar 16 %.
Tidak signifikannya ketiga variabel keuangan yaitu current ratio,
earning per share, dan rate of return on asset terhadap initial return maupun
return 15 hari setelah IPO, dalam penelitian ini mungkin terjadi karena
investor beranggapan bahwa perusahaan manufaktur yang melakukan IPO
periode tahun 1997 sampai dengan 2002, melakukan manajemen laba yang
menyebabkan
ROA
yang
ada
dalam
prospektus
dianggap
tidak
menggambarkan profitabilitas yang sebenarnya.
Selain itu, kemungkinan adanya pandangan investor yang menganggap
tujuan perusahaan melakukan go public adalah merupakan tujuan jangka
panjang, sehingga likuiditas perusahaan manufaktur yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
kurang diperhatikan investor. Serta kemungkinan adanya faktor lain di luar
perusahaan yang mempengaruhi seperti terjadinya krisis moneter yang
menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap US dollar melambung tinggi,
kondisi politik dan keamanan dalam negeri.
E.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya mengelompokkan perusahaan kedalam kelompok
perusahaan manufaktur untuk melihat pengaruh terhadap intial return dan
return 15 hari setelah IPO. Penelitian berikutnya perlu menggunakan
pengelompokan yang lain untuk mengingkatkan return yang diperoleh investor.
Sedikitnya sampel yang didapat dalam penelitian ini. Penelitian
berikutnya perlu menggunakan sampel lebih banyak. Informasi keuangan dari
prospektus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio, Earnings
per share, Rate of return on total asset. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh informasi keuangan lain yang ada dalam prospektus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasar hasil analisis statistik yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini dapat memberikan kesimpulan dari 19 sampel perusahan
manufaktur yang melakukan IPO di BEJ selama periode 1997 sampai 2002
adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh variabel keuangan terhadap initial return.
a. Current rasio terhadap initial return tidak ada pengaruh yang signifikan.
Hal tersebut terbukti dengan nilai t hitung (-0,148) terletak antara t tabel
(±2,131) atau berada di daerah penerimaan Ho.
b. Earning per share terhadap initial return tidak ada pengaruh yang
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung (-1,531) terletak
diantara t tabel (±2,131) berarti t hitung terletak di daerah penerimaan
Ho.
c. Rate of return on asset terhadap initial return tidak ada pengaruh yang
signifikan. Hal tersebut terbukti dengan nilai t hitung (0,998) terletak
diantara t tabel (±2,131) atau t hitung terletak di daerah penerimaan Ho.
2. Ada pengaruh variabel keuangan terhadap return 15 hari setelah IPO
a. Current rasio terhadap return 15 hari setelah IPO tidak ada pengaruh
yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung (-0,507)
terletak diantara (±2,131) dan juga ditunjukkan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,620 lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung terletak di daerah
penerimaan Ho.
b. Earning per share terhadap return 15 hari setelah IPO tidak ada pengaruh
yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
t hitung (-0,649) terletak diantara (±2,131) dan juga ditunjukkan oleh
nilai signifikansi 0,526 yang lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung
terletak di daerah penerimaan Ho.
c. Rate of return on asset terhadap return 15 hari setelah IPO tidak ada
pengaruh yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung
(0,630) terletak diantara (±2,131) dan juga ditunjukkan oleh nilai
signifikansi 0,538 yang lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung terletak di
daerah penerimaan Ho.
B.
Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti perlu
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Informasi yang diberikan oleh emiten sebaiknya cepat dan transparan agar
masyarakat lebih cepat menyesuiakan atau mengantisipasi suatu informasi
dalam melakukan transaksi saham di bursa.
2. Bagi para calon investor diharapkan untuk berperan aktif dalam melakukan
investasi di pasar modal karena memiliki prospek yang cerah untuk masa
depan.
3. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan lebih spesifik lagi dalam
melakukan pengelompokkan sampel.
DAFTRA PUSTAKA
Fakhuddin.M dan Sopian Hadianto. M. 2001. Perangkat dan Model analisis Investasi
di Pasar Modal. Edisi Satu. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta.
BPFE UGM.
Koetin,E.A. 1993. Analisis Pasar Modal. Edisi Satu. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Mardiasmo. 1999. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi Satu. Yogyakarta. BPFE UGM.
Mas’ud Machfoedz. 1990. Akuntansi Intermediate bagian 2. Yogyakarta. BPFE
UGM.
Muh.Nasir. 1988. Metodologi Penelitian. Edisi Ketiga. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Nur Indrianto, Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Satu.
Yogyakarta. BPFE UGM. Edisi Satu.
Misnen Ardiansyah. Mei 2004. Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal
dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan
terhadap Hubungan antara variabel Keuangan dengan Return Awal
dan Return 15 Hari setelah IPO di BEJ. JRAI. IAI. Vol.7, No.2.
Reind Marulitua Nainggolan. 2002. Analisis kinerja saham setelah penawaran
perdana (IPO) Studi Empiris pada BEJ. Tesis S-2. Yogyakarta. UGM.
Tidak dipublikasikan
Soehardi Sigit. 1999. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis dan
Manajemen. Edisi Satu. Yogyakarta. Universitas Sarjana Wiyata
Tamansiswa.
Singgih Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Edisi Satu. Jakarta.
Elex Media Komputindo.
Singgih Santoso. 2001. SPSS versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
Edisi Kedua. Jakarta. PT Elex Media Komputindo kelompok
Gramedia.
Sri Handaru Yulianti.dkk. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta. BPFE UGM.
Sunariyah,. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta.
UPP AMP YKPN.
Wahid Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus dan
Pemecahannya. Yogyakarta. Andi Offset.
Download