Untitled

advertisement
1
MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE):
MELALUI OPTIMALISASI PE NILAINAN KINERJA, MANAGEMENT TALENTA DAN
MANAJEMEN KINERJA PEGAWAI NEGE RI SIPIL
Oleh:
1
2
3
Nana Darna , M. Aziz Basari Mujaddid Faruk
1
Ketua : [email protected]
2
Anggota : [email protected]
3
Anggota: [email protected]
Abstrak
Tata Kelola Pemerintahan yang B aik (Good Government Governance) juga berarti bahwa
pemerintahan dilaksanakan secara epektif dan efisien dengan mengembangkan performance
management. Sejauh ini program manajemen kinerja Pegawai Negeri Sipil masih sentralisasi
sehingga potensi-pot ensi kearifan lokal dan budaya lokal belum mampu dikembangkan.
Penilaian kinerja (performance appraisal) dan manajemen bakat (t alent management)
merupakan bagian yang terintegrasi dari manajemen kinerja ( performance management).
Pelaksanaan penilaian kinerja P egawai Negeri Sipil sekarang ini masih menggunakan DP 3
(Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang masih memunculkan keraguan dalam
menggambarkan secara akurat kinerja Pegawai Negeri Sipil, DP 3 juga dirasa kurang fleksibel
untuk mengekspresikan hal-hal yang menjadi karakter khusus yang membedakan suatu profesi
dengan profesi lainnya serta rentan dengan terjadinya subyektifitas, hasil penilaian DP 3 tidak
pernah didiskusikan atau dievaluasi bersama unt uk mendapatkan feedback dari pegawai. DP 3
belum dapat memenuhi kriteria penilaian kinerja pegawai yang membandingkan hasil
pelaksanaan tugas dengan standar yang telah ditetapk an.
Tujuan dalam peneilitan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai Optimalisasi
Performance Appraisal, Talent Management Pegawai Negeri Sipil dan Performance
Management dalam upaya mewujudkan Good Government Governance pada BKDD K abupaten
Ciamis.
Penilaian Kinerja merupakan suatu proses formal yang dilakukan oleh pimpinan dalam
organisasi untuk mengukur sifat-sifat yang bertalian dengan kinerja atau prestasi kerja dan
prilaku bawahan. Kinerja dan perilak u pegawai dibandingkan dengan sandar yang ditetapkan
pihak organisasi atau dengan t ujuan perusahaan. Manajemen bakat merupakan proses yang
berorientasi tujuan dan teritegrasi pada perencanaan, penarikan, pengembangan, pengelolaan
dan pemberian kompensasi pegawai. Adapun Manajemen Kinerja adalah suatu proses yang
mengkonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian kinerja, dan pengembangan menjadi satu
sistem yang tujuannya adalah unt uk memastikan bahwa kinerja karyawan mendukung t ujuan
strategis perusahaan
Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, metode kualitatif menurut sugiono
(2012 : 9) adalah: “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakuk an secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.”
Pelaksanaan penilaian kinerja P NS selama ini menggunakan Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang diatur melalui PP No. 10 tahun 1979 dalah suatu daft ar yang
memuat hasil Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun yang dibuat oleh P ejabat Penilai bersifat rahasia yang meliputi unsur-unsur;
a. kesetiaan, b. prestasi kerja, c. tanggungjawab, d. ketaatan, e. kejujuran, f. kerjas ama, g.
prakarsa, dan h. kepemimpinan. Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil
yang berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku suatu jabatan.
2
Pelaksnaan Manajemen bakat (Talent Management) dilaukan oleh badan kepegawaian
nasional atau daerah yang diarahkan untuk menjamin peny elenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna.
Pelaksanaan Manajemen kinerja diarahkan untuk memperoleh Pegawai Negeri Sipil yang
profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan
berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada system pres tasi
kerja.
Pelaksanaan penilaian kinerja, manajemen bakat dan manajemen kinerja selama ini belum
mampu mewujudkan Good Government Governance, hal ini tergambar dari peran Pegawai
Negeri Sipil pada pelaksanaan pelayanan publik yang masih menempatkan diri sebagai birokrat,
bukan sebagai pelayan masyarakat.
Abstract
Good Government Governance means the government is administered effectively and
efficiently by developing perf ormance management. So far t he performance management
program for Civil S ervants is still centralized, so that the potential of local k nowledge and culture
have not been able to be developed. Perf ormance Appraisal and Talent Management is an
integrated part of the P erformance Management. The implementation of the Civil S ervice
performance appraisal in the previous years still used DP3 (Daftar Penilaian Pelak sanaan
Pek erjaan) which still raises doubts in describing accurately the performance of the Civil Service.
DP3 was also said to be less flexible to express special characters that distinguish a prof ession
to other professions, and it was said to be risk of subjectivity. The result of DP 3 assessment was
never discussed or evaluated collectively to obtain feedback from employees. DP3 has not been
able to meet the criteria of assessment for employee performance which compares the results of
the accomplishment of tasks with the predetermined standard.
The implementation of the performance appraisal of civil servants so f ar has used DP3 as
specified in the Government Regulation No. 10 of 1979 It is a list that contains the results of
assessment of the accomplishment of Performance of Civil Servants within a period of one year
made by authorized Assessors. The assessment covers confidential elements, such as a)
loyalt y, b) performance, c) responsibility, d) conformity, e) honesty, f) cooperation, g) initiative,
and h) leadership. Leadership is only assessed for Civil Servants who have rank above II/a who
have certain position.
The implementation of talent management was performed by national or local staffing
agencies which were directed to ensure the effective and efficient administration of government
and development task s..The implementation of performance management was aimed at
generating Civil S ervice who are professional, responsible, honest, and righteous through the
coaching s ystem implemented based on job performance and career system that focused on
performance system.
Implementation of performance appraisal, talent management and performance
management have not been able to realize the Good Governance. It is reflected from the role of
civil servants in providing public service that put themselves as bureaucrat, not as public service
provider.
In this study we used Qualitative methods. This resea rch was performed by collecting data
through observation and int erview to the respondents. Respondents are employees comprising
one Head of Badan Kepegawaian dan Dik lat Daerah / BKDD Ciamis, one Sec retary of BKDD
Ciamis, four Heads in charge of staffing BKDD Ciamis by the hope that everyone understand
clearly about the reality and t he conditions of governance, especially the management of the civil
servant performance management.
.
Keywords: Performance Appraisal, Performance Management, Talent Management,
and Good Governance.
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Tata Kelola Pemerintahan yang B aik (Good Governance)
juga berarti bahwa
pemerintahan dilaksanakan secara epektif dan efisien. E pektif artinya bahwa program yang
direncanakan dan dilaksanakan t epat sasaran dan memberikan manfaat s ecara langsung.
Efisien artinya bahwa setiap program penyelenggaraan pemerintah yang direncanakan oleh
pemerintah benar-benar memberikan manfaat yang tepat sesuai dengan yang direncanakan.
Ukuran ketepatan dengan sasaran atau tujuan dan bermanfaat bagi masyarakat
merupakan wujud dari manajemen kinerja (perf ormance management) Pegawai Negeri Sipil,
karena manajemen kinerja adalah suatu sarana melalui mana atasan memastikan bahwa
kegiatan dan out put pegawai adalah sama dengan tujuan instansi/organisasi. Sejauh ini program
manajemen kinerja P egawai Negeri Sipil masih sentralisasi sehingga pot ensi -potensi kearifan
lokal dan budaya lokal belum mampu dikembangk an. Penilaian kinerja (performanc e appraisal )
dan manajemen bakat (talent management) merupakan bagian yang terintegrasi dari manajemen
kinerja (performance management).
Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil tahun lalu masih menggunakan DP3 (Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang masih memunculkan keraguan dalam menggambarkan
secara akurat kinerja Pegawai Negeri Sipil ters ebut. DP 3 juga dirasa kurang fleksibel untuk
mengekspresikan hal -hal yang menjadi karakter khus us yang membedakan suatu profesi dengan
profesi lainnya serta rentan dengan terjadinya subyektifitas. Apalagi hasil penilaian t ersebut tidak
pernah didiskusikan atau dievaluasi bersama untuk mendapatkan feedback dari pegawai. Dalam
penilaian kinerja pegawai juga akan membandingkan hasil pelaksanaan tugas dengan standar
yang telah ditetapk an, lagi -lagi DP3 belum dapat memenuhi kriteria ini. Penilaian kinerja
(performance appraisal ) juga dapat mengukur talent a pegawai dan manajemen talenta pegawai
dalam upaya pencapaian kinerja (perf ormance) Pegawai Negeri Sipil. Dari hasil penilaian kinerja
tersebut ak an dihasilkan feedback yang akan memperbaiki talent management dan performance
management secara terus-menerus yang pada akhirnya akan memperbaiki kinerja
pemerintahan.
Dari permasalahan di atas penulis terterik untuk memilih judul penelitian; Optimalisasi
Performance A ppraisal Pegawai Negeri Sipil Talent Management dan Performance Management
dalam mewujudk an Good Government Governance studi pada BKKD Kabupaten Ciamis
Rumusan Masalah
Berdasarkan berbagai kenyataan dan masalah yang diperoleh, penulis mencoba
merumuskan permas alahan guna lebih memfokuskan masalah yang diteliti dan dianalisis dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana peaksanaan Penilaian kinerja, Manajemen Talenta, dan Manajemen
KinerjaPegawai Negeri Sipil?
2. Bagaimana Optimalisasi Penilaian kinerja, Manajemen Talenta, dan Manajemen
KinerjaPegawai Negeri Sipil dalam upaya mewujudkan Good Governance?
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk memberik an gambaran mengenai
Optimalisasi Penilainan Kinerja, Management Talenta dan Manajemen Kinerja Pegawai Negeri
Sipil dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerint ah Y ang Baik ( Good Governance) Studi
pada BKDD Kabupaten Ciamis.
4
Kegunaan Penelitian
Kegunaan Teoriti s (Keilmuan)
Dari hasil penelitian ini diharapk an dapat berkonstribusi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bidang MSDM khususnya bidang kajian Penilainan Kinerja, Management Talenta
dan Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil, dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
penelitian selanjutnya.
Kegunaan Prakti s (Guna Lak sana)
Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat mengoptimalkan Penilainan
Kinerja, Management Talenta dan Manajemen Kinerja P egawai Negeri Sipil untuk mewujudkan
Good Governance. Adapun kegunaan bagi penulis, sebagai wahana untuk memperluas
pengetahuan khususnya mengenai Penilainan Kinerja, Management Talenta dan Manajemen
Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
LANDASAN TEORI
Penilaian Kinerja (Performance Apprai sal)
Istilah penilaian kinerja (performance apprisal) dan evaluasi Kinerja (performance
evaluation) sering digunakan secara bergantian untuk tujuan yang sama, di bawah ini disajikan
pengertian penelian kinerja dari para ahli.
Pengertian Penilaian Kinerja
Pengertian penilaian kinerja menurut para ahli sebagai berikut:
Menurut (Dessler 2013: 310); “ Performanc e appraisal process means evaluating an
emplyee’s current and/ or past performance relative to his or her performance standards. ”
Penilaian kinerja mengandung arti sebuah proses mengevaluasi kinerja pegawai y ang dihasilkan
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
Menurt (Noe. et al. 2008:343); ”Performance Appraisal tehs e process through wich an
organization on how well an emplyee is doing his or her job .” penilain kinerja adalah dimana
suatu organisasi melaukan pros es penilain tentang seberapa baik seorang karyawan melakukan
pekerjaan-ny a.
Menurut (Mengginson1981: 310) dalam bukunya Mangkunegara (2000 : 69) Bahwa
Penilaian Kinerja adalah ”suatu proses yang digunankan pimpinan untuk menent ukan apakah
seorang kary awan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tangggung jawabnya”.
Menurut Simanjuntak (2005: 103) Penilaian Kinerja adalah “Suatu metode dan proses
penilaian pelaksanaan tugas (Performance) seorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja
dalam suat u perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang
ditetapkan lebih dulu.
Menurut Dharma (2005:14) ”Penilaian Kinerja merupakan sistem formal yang digunak an
untuk mengevaluasi kinerja pegawai secara periodik y ang ditent ukan oleh organisasi.”
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Penilaian Kinerja merupakan suatu
proses formal yang dilakukan oleh pimpinan dalam organisasi untuk mengukur sifat-sifat yang
bertalian dengan kinerja atau prestasi kerja dan prilaku bawahan. Kinerja dan perilaku pegawai
dibandingkan dengan sandar yang ditetapkan pihak organisasi atau dengan tujuan organisasi.
Dalam penilaian kinerja juga harus ditetapkan suatu ukuran yang akan memberikan keadilan
kepada semua pegawai yang dinilai. Melaui ukuran hasil kerja atau kinerja yang distandarisasi
diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai atau menciptakan feedback .
Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Mangkunegara (2007 : 19) bahwa ”tujuan penilaian kerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja oraganisasi melaui peningkatan kinerja dari SDM organisasi”. Kinerja
organisasi merupakan hasil dari kinerja individu dan tim SDM yang ada pada organisasi tersebut,
dengan kata lain baik buruknya kinerja org anisasi merupakan hasil dari kinerja SDM. Adapun
manfaat penilain kinerja adalah:
5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sebagai dasar pengambilan keputusan
Mengukur sejauhmana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya
Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan
Sebagai dasar mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja
Sebagai indik ator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan
Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan
Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan
kemampuan karyawan selanjutnya
8. Sebagai kriteria menentukan, sleksi dan penempatan
9. Untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan
10. Dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan tugas.
(Mangkunegara, 2007 : 21)
Manfaat dari evaluasi kinerja akan dirasakan oleh kedua belah pihak yaitu pimpinan dan
karyawan, pimpinan melaui Penilaian Kinerja dapat mengkomunikasikan kepada bawahannya
tentang apa y ang ingin dicapai organisasi dan bawahan melaui evaluasi itu dapat mencari
umpan balik unt uk memperbaiki kinerjanya agar mencapai karir yang sukses.
Alasan Pentingnya Penilaian Kinerj a
Pelaksanaan Penilaian kinerja pegawai mengandung banyak pengorbanan mulai dari
waktu, biaya kesempatan memperoleh peluang dan banyak lagi, naumun hal ini tetap dilakukan
karena alasan pentingnya suatu kegiatan penilaian kinerja pegawai, menurut (Dessler 2013:311)
ada lima alasan pentingnya melakukan penilaian kinerja bawahan yaitu:
 Pertaman, untuk dasar menentuk an besarnya gaji, promosi, dan rentensi dari peni laian
kinerja pegawai.
 Kedua, penilaian kinerja memiliki peran sent ral dalam proses manajemen kinerja.
Manajemen Kinerja berarti terus memastikan bahwa setiap kinerja pegawai dan tim
mengacu kepada tujuan perusahaan secara keseluruhan.
 Ketiga, memastikan penilaian merupakan bagian dari p engembangan rencana untuk
memperbaiki setiap kekurangan, dan untuk memperkuat bagian yang tidak baik.
 Keempat, penilaian harus memfasilitasi perencanaan karir. Mereka memberikan
kesempatan untuk melihat peluang karir pegawai dalam memastikan kekuatan dan
kelemahan pegawai.
 Terak hir, supervisor ak an menggunakan penilaian untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan dan pembangunan pegawai. Penilaian tersebut harus memungkinkan
pengawas unt uk mengidentifikasi apakah ada "kesenjangan kinerja" antara kinerja
karyawan dengan standarnya. Dan itu akan membantu mengidentifikasi penyebab
munculny a kesenjangan tersebut, dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Syarat-syarat berkualitasnya Penilaian Kinerja
Untuk memberikan hasil yang berkualit as, maka kita harus memastikan bahwa penilain
kinerja yang kita lak ukan juga berkualitas. Berikut ini syarat -syarat berkualitasny a Penilaian
kinerja menurut Rivai dkk. (2011 : 19-24) sebagai berikut: 1). Input (potensi), 2). P roses
(pelaksanaan), dan 3). Output (hasil).
Pada syarat input atau potensi perlu ditetapkan, disepakati dan diket ahui faktor -faktor yang
akan dinilai sebelumnya oleh pegawai yang akan dinilai. Pada input ini juga perlu kejelasan
ruang lingkup pengukuran yang berhubungan dengan menjawab pertanyaan Who, What, Why,
When, Where, dan How.
Pertanyaan Who? menc akup hal-hal berikut ini:
1. Siapa yang harus dinilai
2. Siapa yang yang harus menilai
Pertanyaan What? mencakup hal -hal berik ut ini:
1. Objek atau materi yang dinilai, ant ara lain hasil kerja, kemampuan sikap, kepemimpinan
kerja dan motivasi kerja (atau dises uaikan dengan kebutuhan karyawan),
2. Dimensi waktu, yaitu kinerja yang dicapai pada saat ini (current performance) dan potensi
yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang (fut ure potencial),
6
Pertanyaan Why? mencakup hal-hal yang digunak an unt uk:
1. Memelihara potensi kerja,
2. Menentukan kebutuhan pelatihan,
3. Dasar untuk pengembangan karir,
4. Dasar untuk promosi jabatan.
Pertanyaan When?, waktu pelaksanaan penilaian kinerja dapat dialkukan secara formal dan
informal.
1. Penilain kinerja secara formal dilakukan secara periodik, seperti setiap hari, minggu, bulan,
triwulan, semester atau setiap tahun,
2. Penilaian kinerja secara informal dialakukan secara terus -menerus dan setiap saat atau
setiap hari kerja.
Pertanyaan Where?, penilaian kinerja dapat dilakukan pada dua tempat, berikut ini:
1. Di tempat kerja (on the job evaluation)
Pelaksanaan penilaian kinerja di t empat kerja yang bers angkut an, atau di tempat lain yan g
masih dalam lingkungan perusahaan itu.
2. Di luar tempat kerja (off the job evaluation)
Pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan di luar perus ahaan dengan cara meminta
bantuan kons ultan.
Pertanyaan How?, bagaimana penilaian dilakukan, yaitu dengan meng gunakan metode
tradisional atau metode modern. Penilaian dengan metode tradisional, antara lain dengan rating
scale dan employee comparison, sedangkan penilaian dengan menggunakan metode modern,
antara lain dengan management by objective dan assessment centre.
Pada syarat proses (pelaksanaan), kons ultasi dengan sebanyak mungkin individu dan
kelompok harus dilakukan, untuk menjamin seluruh aspek dari sistem penilaian kinerja dapat
dihubungkan s ecara meny eluruh dari pokok -pokok yang berhubungan dengan praktik sehingga
dapat berjalan dengan baik. Pros es tersebut dapat dialkukan melalui sarana B riefing (penjelasan
singkat) dan pelatihan.
Pada syarat output (hasil), perlu ada kejelasan hasil, seperti manfaat, dampak, resiko,
serta tindak lanjut dari rekomendasi penilaian. Selain itu perlu diketahui apakah hasil penilaian ini
berhasil meningkatkan kualit as kerja, motivasi kerja, etos kerja dan kepuasan kerja kary awan,
yang akhirnya akan merefleksi pada peningkat an kinerja perusahaan.
Manajemen Talenta (Talent Management)
Bakat atau talenta sesorang pegawai dihasilkan dari dua kondisi yaitu; dibawa sejak awal
bergabung dengan perusahaan dan t erbentuk selama program pengembangan Sumber Daya
Manusia di perusahaan.
Pengertian Manajemen Talenta
Kajian tentang manajemen talenta berkembang saat ini sebagai suatu proses
manajemen sumber day a manusia yang terintegrasi dengan tujuan perusahaan yang akan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai itu sendiri. Menurut (Dessler 2013: 130); “Talent
Management as the goal-oriented and integrat ed process of planning, recruiting, developing,
managing and compensating employees” manajemen bakat sebagai suat u proses yang
berorientasi tujuan dan teritegrasi pada perencanaan, penarikan, pengembangan, pengelolaan
dan pemberian kompensasi pegawai. Manajemen t alent a juga berarti bagaimana perusahaan
mengelola sumber dayanya mulai dari proses rek rutmen, penempatan pegawai, penilaian
kinerja, pelatihan dan pengembangan karir, sampai pegawai meninggalkan perusahaan
sehingga pada akhirnya tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai. Sedangk an pengertian
manajemen talenta menurut (Cubbingham 2007:4); “… is defined as an outcome to ensure the
right person is in the right job” Manajemen talenta diartikan sebagai suatu hasil untuk meastikan
orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa manajemen
talenta adalah penempat an pegawai sesuai dengan keahliannya, definisi ini lebih menekankan
kepada hasil dari suatu proses panjang Manajemen Sumber Daya Manusia. Selanjutnya Menurut
(Lewis 2006:139–154) dalam Human Resourc e Management Review:
7
TM as it is used is a term without value. By grounding TM in a strategic decision framework
that clearly guides talent decisions, developing systems -level models that illustrate the
multi-pool impacts of talent choices, and developing reliable, validity, and theoretically
meaningful measures researchers can mark edly improve t he qualit y of talent
conversations in organizations.
Dari pengertian-pengertian di at as jelas bahwa manajemen talenta dapat terus
dikembangkan melalui program -program manajemen sumber daya manusia yang berguna untuk
meningkatkan kinerja individu dan kinerja organisasi atau perusahaan, sehingga mencapai
tujuan organisasi. Adapun program-program pengembangan pegawai dit ujukan untuk
memperoleh peningkatan kinerja yang berkelanjut an.
Tujuan Dikembangkannya Manajem en Talenta
Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan memiliki t ujuan yang sesuai dengan tujuan
perusahan, demikian juga dengan manajemen talenta, menurut (Dessler 2013:314) “Talent
management: basing appraisal standars on required competencies other firms appraise
employees based on the competencies and sk ills the job requires .” TM mendasarkan penilaian
pada standar kompetensi yang diperlukan atau menilai k aryawan berdasarkan kompetensi dan
keterampilan pekerjaan yang dibutuhkan. Jadi manajemen talent a dapat dilakukan pada awal
penarikan pegawai dan sepanjang pengembangan pegawai sampai kepada pemutusan
hubungan kerja guna mencapai tujuan perusahaan at au organisasi, jadi tujuan dari
dikembangkannya manajemen talenta adalah menghasilkan bak at pegawai yang sesuai dengan
tujuan organisasi. Dengan tujuan pelaksanaan manajemen talenta ada upaya untuk memahami
bagaimana manajemen talenta cocok dan selaras dengan keseluruhan upaya organisasi.
(Schiemann 2009:132) yang diterjemahkan oleh Setyo Unt oro menganjurkan untuk mengelola
talenta dari pegawai dengan optimal agar menghasilkan kemampuan bersaing perusahaan,
“Kelolalah karyawan yang bert alenta untuk menghasilkan nilai yang optimal, maka perusahaan
Anda akan menjadi sangat kompetitif.” Pernyat aan ini mengisyaratkan kepada organisasi untuk
mengembangkan manajemen talenta untuk mencapai tujuan perusahaan, jadi t ujuan
pengembangan manajemen talenta adalah agar perus ahaan mampu bersaing.
Praktet Manajemen Talenta
Pada Praktek manajemen talenta bukan hanya sekedar melaksanak an sleksi, pelatihan,
penilaian, dan membayar karyawan, namu ada hal lain yang harus diperhatikan oleh para CE O
(chief executive officer):
1. Identifying the work force profiles (competencies, k nowledge, traits, and experiences) that the
firm needs to achieve its strategis goals;
2. Consciously think ing through all the the task s (recruiting an s o on) required for managing the
company’s talent;
3. Consistently using t he same profile for formulating recruitment plans for the employee as you
do for mak ing the selections, training, appraisal, and payment decisions;
4. Actively managing different employees’ recruitment, selection, development, and rewards;
5. Integrating the underlying talent management activites (planning for, rec ruiting, developing,
appraising, and compensating employees).
(Dessler 2013:337)
Kompetensi, pengetahuan, sifat, dan pengalaman pegawai sebagai bahan dasar dari
kinerja pegawai dikelola dengan baik oleh perusahaan dengan terus aktif merencanakan,
mengembangkan dan mengelola bakat pegawai untuk mencapai tujuan strategis perusahaan
merupakan praktek manajemen talenta perusahaan.
Hambatan Berj alannya Manajemen Tal enta
Menurut (McKisney 2008) yang dikutip oleh Permana dkk. (2011:114)
ada tujuh
penghalang berjalannya manajemen talent a yang bagus di perusahaan/organisasi, yaitu:
 Manajer senior tidak meluangkan waktu yang cukup terhadap talent management.
 Organisasi bersifat silo sehingga tidak mendorong kolaborasi yang konstruktif dan terjadinya
sharing sumber day a.
8


Kurangny a komitmen manajer lini untuk mengembangkan kemampuan dan karier kary awan
Line manager tidak bersedia mengategorikan anak buahnya menjadi top, average maupun
underperf ormers.
 CEO maupun pimpinan-pimpinan senior diperusahaan tidak cukup terlibat dalam membentuk
strategi talent management.
 Pimpinan senior tidak menyelaraskan antara strategi talent management dengan strategi
bisnisnya
 Manajer lini tidak memerhatikan underperformers employee secara efektif bahkan ketika
sudah dalam kondisi kronis
Dari tujuh hambat an di atas, jelas tergambar begitu kompleknya mewujudkan talent
management apa lagi jika kurang komitmen semua pihak, artinya penting komitmen untuk
mewujudkan talet management bagi pegawai agar dicapai kinerja organisasi yang unggul.
Manajemen Kinerja (Performance Management)
Pengertian Manajemen Kinerja
Ukuran kinerja organisasi adalah sejauhmana visi, misi dan tujuan organisasi tercapai,
proses atau upaya pencapaian tujuan organisasi sekarang ini lebih dikenal dengan performance
management. “P erformance management the means through which managers ensure t hat
employees’ activities and outputs are congruent with the organization’s goals”. (Noe. et al.
2008:342). Manajemen Kinerja adalah suatu sarana melalui mana menejer memastikan bahwa
kegiatan dan output karyawan adalah sama dengan tujuan organisasi. Sedangkan (Dessler
2013:312) “We assume Performance Management is a uniquely goal-oriented and continuous
way to appraise and manage employees’ performance. It is the continuous process of identifying,
measuring, and developing the performance of individuals and teams and aligning their
performance with the organization’s goals.”
Jelas bahwa manajemen kinerja adalah s uatu proses berkesinambungan mengidentifikasi,
mengukur, dan mengembangk an kinerja individu dan tim oleh menejer dengan cara
menyelaraskan kinerja mereka dengan tujuan organisasi. Pada buku yang lain (Dessler 2008 :
290) menyebutkan bahwa “Performance management a process that consolidat es goal setting,
performance appraisal, and development int o a single, comment system, the aim of which is to
ensure that the employee’s performance is supporting the company’s strategis aims ”.
Manajemen Kinerja adalah suatu proses yang mengkons olidasikan penetapan tujuan, penilaian
kinerja, dan pengembangan menjadi satu sistem yang tujuannya adalah untuk memastik an
bahwa kinerja karyawan mendukung tujuan strategis perusahaan. Manajer atau bagian
personalia harus menilai karyawan berdasarkan standars tertent u yang dapat diukur dan tujuan
karyawan dengan standars kinerja harus mas uk akal dalam hal mencapai tujuan strategis
perusahaan. Untuk melengkapi pengertian manajemen kinerja dan memberikan pemahaman
bahwa manajemen kinerja bukan hanya sekeder penilaian kinerja individu di bawah ini penulis
mengambil dari www. wik ipedia.org/ wik i/Performance_management yang diakses pada tanggal
20 September 2013: “Performance management (P M) includes activities which ensure that goals
are consistently being met in an effective and efficient manner. Performance management can
focus on t he performance of an organization, a department, employee, or even the processes to
build a product of service, as well as many other areas.”
Manajemen Kinerja meliputi kegiatan yang menjamin bahwa tujuan konsisten terpenuhi
secara efektif dan efisien. Manajemen Kinerja dapat fokus pada kinerja organisasi, departemen,
karyawan, atau bahk an proses untuk membangun sebuah produk jasa, serta berbagai bidang
lainnya.
Model Manajemen Kinerja
Gambar di bawah menunjukan bahwa atribut individu seperti; keterampilan, kemampuan,
pengalaman dan sebagainya adalah faktor dari kinerja yang dapat menjadi hasil yang objektif
melalui perilaku karyawan. Karyawan dapat menunjukan perilaku hanya jika mereka memiliki
pengetahuan yang diperlukan, keterampilan, kemampuan, pengalaman dan karakteristik.
Dengan demikian, karyawan dengan pengetahuan yang baik dan ket erampilan interpersonal
9
dapat membantu penc apaian organisasi, namun hal ini juga dipengaruhi oleh strategi organisasi
dan keadaan lingkungan eksternal seperti keadaan organisasi dan kondisi ekonomi. Di bawah
ini adalah gambar model manajement kinerja pada suatu organisasi:
Organizational
strategy
Loang-and shortterm goals and
value
Individual
Attributs (e.g.,
skill and abilities
Individual
behaviors
Objective results
Situtional
constarints
Organizational
culture
Economic
Gambar 1 Model of performance management
in organizations
conditionss
(Noe. At.all 2008 : 345)
Kinerja Organisasi (Organizational Performance)
Keberhasilan manajemen kinerja (performance management) akan menghasilkan
keberhasilan kinerja organisasi, karena inti dari manajemen kinerja adalah bagaimana pegawai
bekerja sesuai dengan tujuan strategis dari organisasi atau perusahaan. Menurut (Richard et al.
2009) dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Organizational_performance; Kinerja organisasi meliputi
tiga aspek keluaran suatu perusahan : (a) kinerja keuangan (laba, ret urn on asset, return on
investment, dll), (b) kinerja pasar produk (penjualan, pangsa pasar, dll), dan (c) laba pemegang
saham (total laba pemegang saham, nilai tambah ekonomi, dll), artinya kinerja organisasi dapat
didefinisikan s ejauhmana organisasi mampu mencapai; satu kinerja keuangan dengan alat
analisis investasi, dua kinerja pasar produk meliputi penjualan, pangsa pasar, persaingan dan
lain-lain, dan tiga bagaimana kinerja organisasi mampu menambah nilai perusahan dan
menambah keuntungan pemegang saham.
Beberapa organisasi mendefinisikan kinerja organisasi adalah bagaimana pencapaian
perencana strategis, epektifitas operasi, efisiensi keuangan, ketaatan hukum, dan
pengembangan organisasi tercapai. Demikain halnya dengan kinerja pemerintahaan,
pemerintahan berkinerja baik jika dilaksanakan secara epektif, efisien, relevan dan memiliki
keberlangsungan anggaran. Epektif artinya
bahwa program yang direncanakan dan
dilaksanakan tepat sasaran dan memberikan manfaat secara langsung. Efisien artiny a bahwa
setiap program penyelenggaraa n pemerintah yang direnc anakan oleh pemerintah benar -benar
memberikan manfaat yang tepat sesuai dengan yang direncanakan, relevan artinya semua
kegiatan ses uai dengan tujuan penyelenggaraan pemerintahan dan keberlangsungan anggaran
artinya kinerja berbasis anggaran dan keberlangsungan anggaran sepanjang masa.
Menurut Richad Richard et al. di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi indikator kinerja
organisasia dalah; satu Sumber daya manusia terkait dengan pencapaian kinerjanya, kedua
pangsa pasar perusahaan dan ke-tiga kinerja operasi perusahaan.
10
Keterkaitan antar Penilainan Kinerja, Management Talenta dan Manaj emen Kinerja
Pegawai dalam mewujudkan Good Governance
Tata kelola pemerintahan y ang baik (Good Governance) artinya pelaksanaan pelayanan
publik oleh pemerintah sudah epektif, efisien dan ini merupak an wujud dari indikator kinerja
organisasi. Indikat or kinerja organisasi dewasa ini ditambah dengan indikat or relevan dan
memiliki keberlangsungan anggaran. Kinerj a pemerintahan sepenuhnya dari kinerja aparatur
pemerintahan terutama pegawai negeri sipil, dan kinerja pegawai negeri sipil dapat dikelola
dengan baik oleh pemerintah melalui B adan K epegawaian Nasional bagi pusat dan Badan
Kepegawaian dan Diklat Daerah bagi daerah tingkat dua atau kabupaten dan kota yaitu melaui
berbagai program seperti; Performance Appraisal P egawai, Talent Management Pegawai dan
Performance Management BKN/BKDD.
Penilaian Kinerja intinya proses mengukur hasil kerja pegawai, Manajemen Talenta intinya
proses MS DM yang terintegrasi dengan tujuan organisasi yang berpengaruh terhadap kinerja
pegawai, Manajemen Kinerja intinya proses mengk onsolidasikan penetapan tujuan, penilaian
kinerja, dan pengembangan menjadi satu sistem yang tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa kinerja pegawai mendukung tujuan strategis organisasi dan tujuan strat egis itu adalah
Tata Kelola P emerintahaan yang baik (Good Governance).
Untuk mempermudah pemahaman ket erkaitan diantara semua aspek ters ebut, peneliti
membuat bagan atau alur keterk aitan penilaian kinerja Manajemen Talenta dan Manajemen
Kinerja dalam mewujudkan tata kelola pemerintahaan yang baik (Good Governance) sebagai
berikut:
Manajemen Kinerja
Pegawai Negeri Sipil
Penilaian Kinerja
Pegawai Negeri
Sipil
Kinerja Organisasi:
Manajemen Talenta
Pegawai Negeri Sipil
Good Governance
Gambar 2
Keterkaitan Performance Appraisal Pegawai Negeri Sipil Talent Management dan P erformance
Management dalam mewujudkan Good Governance.
METODE P ENELITIAN
Pendekatan Penelitiaan
Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, metode kualitatif menurut Sugiono
(2012 : 9) adalah: metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eks perimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakuk an secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan postpositivisme memandang realitas sosial sebagai sesuat u yang
holistik/utuh, komplek, dinamis, penuh mana, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).
Dalam penelita kualit atif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang -orang dan
situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi
kehidupan nyata.
11
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, karakteristik subjek adalah Sebagai berikut: 1 orang Kepala B adan,
1 orang Sekretaris Badan, 1 orang Kasubag, 4 orang Kabag yang membidangi kepegawaian
pada BKDD Kabupaten Ciamis.
Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan demensi
bidang pekerjaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini
berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berk embang dalam wawancara.
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelit ian. Untuk itu
sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk
diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan
dengan subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk melakuk an wawancara.
2. Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk
melakukan wawancara berdasark an pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilak ukan,
peneliti memindahakan hasil rekaman berdasrkan wawancara dalam bentuk transkip tertulis.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data
sesuai dengan pendapat S ugiono (2007 : 129)... bila dilihat dari segi cara atau tekinik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan int erview (wawancara), kuisioner (angket), obs ervasi
(pengamatan), dan gabungan ketiganya. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan sebagai berikut :
1. Wawanc ara
Yaitu teknik wawancara langsung dan tatap muka dengan mengemukakan sejumlah
pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait dalam mendapatkan keterangan dan data yang
diperlukan dalam penelitian.
2. Observasi
Yaitu metode pengumpulan dat a dengan cara mengamati langsung kegiat an pelaksanaan
dilapangan.
3. Riset Kepustakaan (Library Reseacrh)
Yaitu penelitian dengan membaca buku-buku literat ure, diktat, makalah, serta perundang undangan lain yang diperlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti
3.5 Alat Bantu pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data penulis membut uhkan alat B antu (instrumen penelitian).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari
tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasark an tujuan penelitian, tetapi juga
berdasarkan teori yang berk aitan dengan mas alah yang diteliti.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan
tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil obser vasi terhadap perilaku
subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta
pengaruhnya terhadap perilak u subjek dan informasi yang muncul pada saat
berlangsungnya wawancara.
3. Alat Perekam
Alat perekam berguna S ebagai alat Bant u pada saat wawanc ara, agar peneliti dapat
berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat
jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perek am baru dapat
12
dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunak an alat tersebut pada
saat wawanc ara berlangsung.
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Performance Apprai sal Pegawai Negeri Sipil.
Pelaksanaan penilaian kinerja P NS selama ini menggunakan Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang diatur melalui PP No. 10 tahun 1979 dalah suatu daft ar yang
memuat hasil Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun yang dibuat oleh P ejabat Penilai bersifat rahasia yang meliputi unsur-unsur;
a. kesetiaan, b. prestasi kerja, c. tanggungjawab, d. ketaatan, e. kejujuran, f. kerjas ama, g.
prakarsa, dan h. kepemimpinan. Unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi Pegawai Negeri Sipil
yang berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku suatu jabatan.
Kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian kepada Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara, dan pemerint ah. Pada umumnya yang dimaksud dengan
kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan mentaati melaksanak an, dan mengamalkan sesuatu
yang disertai dengan penuh k esadaran dan tanggungjawab. Tekad dan kesanggupan tersebut
harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku s ehari-hari serta dalam perbuatan dalam
melaksanakan tugas. Pada umumny a yang dimaksud dengan pengabdian, adal ah
penyumbangan pikiran dan t enaga secara ikhlas dengan mengutamakan kepentingan umum di
atas kepentingan golongan atau pribadi. Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparat ur Negara,
Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat wajib setia, taat, dan mengabdi sepenuhnya kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan P emerintah. Pada umumnya kesetiaan,
ketaatan, dan pengabdian timbul dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh
sebab itu setiap P egawai Negeri Sipil wajib mempelajari, memahami, melaksanakan, dan
mengamalkan Pancasila, Undang -Undang Das ar 1945, Haluan negara, politik, kebijaksanan, dan
rencana-rencana Pemerintah.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya, prestasi kerja seorang
Pegawai Negeri Sipil antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman, dan
kesungguhan Pegawai Negeri Sipil yang bersangk utan.
Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil menyelesaik an
pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik -baiknya dan tepat pada waktuny a serta
berani memikul resiko atas keputus an yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
Ketaatan adalah k esanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk mentaati segala
peraturan perundang-undangan dan perat uran kedinas an yang berlaku, mentaati perintah
kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak
melanggar larangan yang dit entukan.
Kejujuran, adalah ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas
dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.
Kerjasama, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk bekerja bersama saman dengan orang lain dalam menyelesaiakan sesuatu tugas y ang ditentukan, sehingga
mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya.
Prakarsa, adalah kemampuan seorang P egawai Negeri Sipil untuk mengambil keputusan,
langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.
Kepemimpinan, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk meyakink an
orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
Semua unsur penilaian pelaksanaan pek erjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka; amat
baik = 91 – 100, baik = 76 – 90, cukup = 61 – 75, sedang = 51 – 60, kurang = 50 ke bahwa.
Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan Pegawai
Negeri Sipil, antara lain pengangkatan, kenaikan pa ngkat, pengangkatan dalam jabat an,
pendidikan dan pelatihan, serta pemberian penghargaan, dan hasil penilaian kinerja minimal
berkategori baik jika Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menginginkan karirnya terus naik.
13
Bagi Pegawai Negeri Sipil yang memiliki hasil penilaian prestasi kerja luar biasa atau mendapat
kehormatan sebagai P egawai Negeri Sipil maka pangkat dan karirnya dapat dinaikan lebih tinggi
di atas pangkat yang regular sebagai penghargaan. Jika seorang Pegawai Negeri Sipil dapat
meningkatkan jenjang pendidikan, maka ak an memperoleh juga kenaikan pangkat golongan dan
ruang yang sesuai dengan izasah yang diperolehnya sebagai penghargaan. Selanjutnya
Pegawai Negeri Sipil juga akan menerima jaminan hari t ua dari pemerintah yang dikenal
denegan sebutan gaji pensiun.
Pada ketentuan karir Pegawai Negeri Sipil, periode kenaikan pangkat ditetapkan pada
tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahun, kec uali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerint ah,
Kenaikan pangk at reguler diberikan k epada P egawai Negeri Sipil termasuk Pegawai Negeri Sipil
yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabat an struktural atau
jabatan fungsional tertentu; dan dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi
induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau
jabatan fungsional tertentu. Kenaikan pangkat diberik an sepanjang tidak melampaui pangkat
atasan
langsungnya.
Selanjutnya
mengenai
Daftar urut kepangk atan adalah salah satu bahan obyektif unt uk melaksanak an pembinaan karier
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja yang belum dapat
dibandingkan dengan standar pencapaian dan belum menuangk an secara kuantitatif hasil yang
dicapai, pengangkat an P egawai Negeri Sipil (PNS ) dalam suatu jabatan akan merujuk kepada
daftar hasil penilaian prestasi kerja P NS (DP 3).
4.1.2 Pelaksanaan Talent Management Pegawai Negeri Sipil.
Manajemen Bakat (talent management) buk an hany a sekedar kompet ensi namun juga
pegawai harus memiliki komitmen dan karakter bek erja untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen Bakat PNS dikembangk an melaui pendidikan dan pelatihan (Diklat), adapun t ujuan
pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan
tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan
kebutuhan instansi.
2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perek at persatuan dan
kesatuan.
3. Memant apkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamik a pola pikir dalam melaksanak an tugas
pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudny a kepemerintahan yang baik.
Pelaksanan pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil Daerah dilaksanakan oleh
bidang pendidikan dan pelatiahan BKDD dari mulai perumusan dan penyusunan petunjuk teknis,
perumusan, penyusunan dan penetapan kebutuhan diklat, mefasilitasi dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan struktural, fungsional dan teknis.
Jenis Diklat terdiri dari Diklat prajabatan dan Diklat dalam jabatan. Waktu pelaksanaan
Diklat prajabatan selambat-lambatnya 2 tahun set elah pengangkatan CP NS (calon pegawai
negeri sipil) dan diikuti oleh seluruh CP NS. Diklat Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan
pengetahuan dalam rangk a pembentukan wawasan kebangsaan, k epribadian dan etika PNS,
disamping pengetahuan dasar tentang sitem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang
tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai
pelayan masyarakat. Diklat dalam Jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakaan tugas -tugas pemerint ahan dan
pembangunan dengan sebaik -baiknya. Diklat Dalam Jabatan terdiri dari; a). Diklat
Kepemimpinan, b). Diklat Fungsional dan c). Diklat Teknis.
Peserta Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) adalah PNS yang ak an atau telah menduduki
Jabatan Struktural, adapun dilaksanak annya diklat ini untuk mencapai persyaratan kompetensi
kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural yaitu:
a. Diklatpim Tingkat IV adalah Diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon IV;
b. Diklatpim Tingkat III adalah Diklatpim untuk Jabatan S truktural Eselon III;
14
c. Diklatpim Tingkat II adalah Diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon II;
d. Diklatpim Tingkat I adalah Diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon I
Diklat Fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang ses uai
dengan jenis dan jenjang Jabatan Fungsional masing-masing yang dit etapkan oleh instansi
Pembina Jabatan Fungsional yang bersangkutan, adapun Peserta Diklat Fungsional adalah P NS
yang akan atau telah menduduki Jabat an Fungsional tertentu
Diklat Teknis dilaksanakan unt uk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas PNS yang dilaksanak an secara berjenjang. Jenis dan
Jenjang Diklat Teknis ditetapkan oleh instansi teknis yang bersangkutan. Adapun peserta Diklat
Teknis adalah P NS yang membutuhkan peningkat an k ompet ensi teknis dalam pelaksanaan
tugasnya.
4.1.3 Perform ance Management Pegawai Negeri Sipil.
Manajemen kinerja (Performance Management) adalah cara unik berorientasi pada tujuan
dan berkesinambungan untuk menilai dan mengelola kinerja P egawai Negeri Sipil, cara yang
dimaksud sebagai bagian dari inovasi pemerintah untuk meningkatkan kinerja Pegawai Negeri
Sipil secara berkesinambungan dan sesuai dengan tujuan pemerint ah yaitu penyelenggaraan
Negara yang baik. Istilah Manajemen kinerja P NS pada Badan Kepegawaian Negara tidak
ditemukan namun istilah ini ada kesamaan dengan Manajemen PNS, dalam (RPJP) 2005–2025
serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RP JM) 2010 –2014, penyelenggaraan
manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin tugas pemerintahan dan
pembangunan secara berday a guna dan berhasil guna. Penyelenggaraan manajemen P NS
dimaksud mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya PNS dan administrasi
kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi
kepegawaian, mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan P NS serta memberikan
bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan pada pendekat an human capital management yang
terintegrasi antar Instansi, baik Pusat maupun Daerah.
Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan secara berday aguna dan berhasilguna berdasarkan sistem
prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada system prestasi kerja
4.2 Pembahasan
4.2.1 Performance Apprai sal Pegawai Negeri Sipil
Peran BKDD sebagai ujung tombak dalam melaksanakan penilaian kinerja PNS belum
optimal, jika dilihat dari konsep penilaian kinerja selama ini yang belum mampu mewujudkan
sebuah proses mengevaluasi kinerja pegawai yang dihasilkan dibandingkan dengan standa r
yang ditet apkan, belum mampu mewujudkan sebuah proses penilain tentang seberapa baik
seorang karyawan melakukan pekerjaan-nya, belum mampu mewujudkan sebuah proses
penilaian apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan
tangggung jawabnya, belum mampu mewujudkan sebuah pros es penilaian apakah pegawai atau
organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dulu.
Peran BKDD juga belum optimal apabila melihat kepada syarat-sarat bahwa suatu
penilaian kinerja harus memenuhi tiga syarat; Input (potensi), 2). Proses (pelaksanaan), dan 3).
Output (hasil). Pada syarat input atau potensi belum ditet apkan, disepakati dan diketahui faktor faktor yang akan dinilai sebelumnya oleh pegawai yang akan dinilai karena sasaran kerja atau
taraget kerja belum jelas. Pada syarat proses (pelaksanaan), belum dilaksanakan k onsultasi
dengan sebanyak mungkin individu dan kelompok yang akan dinilai agar menjamin seluruh
aspek dari sistem penilaian kinerja dapat dihubungkan secara menyeluruh sehingga dapat
berjalan dengan baik. Pada syarat output (hasil), hasil masih bersifat subjektif, manfaat, dampak,
resiko, serta tindak lanjut penilaian tidak jelas. Hasil penilaian belum ber hasil meningk atkan
kualitas kerja, motivasi kerja, etos kerja dan kepuasan kerja PNS, dan belum merefleksi pada
peningkatan kinerja pemerintah.
15
Penilaian kinerja P NS selama ini masih dilakukan pada prilaku kerja P NS belum kepada
hasil kerja y ang dibandingkan dengan standar yang telah ditet apkan sebelumnya atau rencana
yang ditetapkan sebelumnya, baru rencana Tahun 2014 akan diterapkan sistem penilaian
kinerja/prestasi kerja P NS yang berdasarkan Peraturan Pemerintah/PP N0 46 Tahun 2011
Tentang P enilaian Prestasi Kerja Pegawai sipil, yaitu pada sasaran kerja PNS 60% dan perilaku
kerja PNS 40%. Hal ini merupakan sebuah harapan bahwa penilaian kinerja PNS optimal
dilakukan yang hasilnya dapat digunakan untuk kepentingan peningkatan kinerja P NS dan
terwujudnya pemerintahan yang baik. Sasaran K erja Pegawai (SKP ) adalah rencana kerja dan
target yang akan dicapai oleh seorang P NS dalam satu tahun sebagai penjabaran dari sasaran
dan program instansi pemerint ah. Adapun Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau
tindakan yang dilakukan oleh P NS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
sesuai dengan ketentuan perat uran perundang -undangan.
SKP disusun oleh setiap P NS berdasarkan rencana kerja tahunan instansi yang memuat
kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu satu tahun yang
bersifat nyat a dan dapat diukur. SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh
pejabat penilai, jika SKP yang dis usun oleh P NS tidak disetujui oleh pejabat penilai maka
keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai dan bersifat final. SKP ditetapkan setiap
tahun pada bulan Januari dan dinilai pada akhir tahun yaitu bulan Desember. SKP y ang telah
disetujui dan ditetapkan menjadi dasar penilaian bagi
pejabat penilai yang meliputi aspek: a). kuantitas, b). kualitas, c). waktu, dan d). biaya (k husus
bagi kegiatan tugas jabatan didukung oleh anggaran).
4.2.2 Pelaksanaan Talent Management Pegawai Negeri Sipil
Manajemen bakat (Talent Management) Pegawai Negeri Sipil merupakan suatu proses
yang berorient asi kepada tujuan pemerintah yang terit egrasi pada perencanaan, penarikan,
pengembangan, pengelolaan dan pemberian kompensasi pegawai oleh badan kepegawaian
nasional atau daerah. Tujuan pemerintah adalah Tujuan penyelenggaraan pemerint ahan Negara
Indonesia yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangs a Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan unt uk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan k ehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ket ertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pelaksanaan
manajemen bakat Untuk mengetahui kesesuaian ant ara kepribadian dan kompet ensi yang
dimiliki CPNS/PNS dengan pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga dapat merencanakan
karirnya (Employee career plan). Instrumen yang digunak an adalah instrument yang dapat
mengungkap baik karakteristik maupun kompetensi dari masing-masing pegawai atau calon
pegawai yang dis esuaikan dengan pekerjaan/jabatan yang akan dilakukan.
4.2.3 Pelaksanaan Performance Management Pegawai Negeri Sipil
Badan Kepegawaian Negara sebagai Penyelengga Manajemen P egawai Negeri Sipil
pusat dan Badan Kepegawaian Daerah membuat perenc anaan, pengembangan kualitas sumber
daya Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian,
penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, perumusan k ebijaksanaan
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Manajemen PNS sekarang ini masih memiliki sejumlah
kelemahan mendasar antara lain: a). lebih menonjolkan sisi administratif dari pada sisi
manajemen khususnya manajemen s umber daya modern, b). program -program lebih bersifat
sentralistis dan kurang inovasi, c). kurang efisiensi dan efektifit dalam pencapaian t ujuan
organisasi dari masing-masing instansi baik di pusat maupun daerah, d). belum
mengakomodasikan dengan baik klasifikasi jabatan dan standar kompetensi sehingga
berpengaruh negatif terhadap pencapaian kinerja organisasi dan individu, e). pengangkatan
dalam jabatan y ang kurang mendasarkan pada hasil penilaian kinerja sehingga kompetensi
nyata pegawai tidak dapat diperoleh, dalam sistem f). pendidikan dan pelatihan belum diajdikan
bagian dari sistem pengembangan karier PNS.
16
V. Kesimpulan
Dari hasil penelitian bahwa peaksanaan Performance Appraisal, Talent Management
Pegawai Negeri Sipil dan Performance Management di BKDD K abupaten Ciamis belum mampu
mewujudkan tat a kelola pemerint ahan yang baik (Good Governance. Hal ini dapat di lihat dari
peran P egawai Negeri Sipil pada pelaksanaan pelayanan publik yang masih menempatkan diri
sebagai birokrat, bukan sebagai pelayan masyarakat.
VI. Referensi
Journal Article:
Cubbingham, I. 2007. Talent Management : Mak ing it real. Development and Learning in
Organizations, 21(2):4-6
Lewis, Robert E. 2006. Human Res ource Management Review 16: 139–154
Book:
Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja. Jakarta: Pustaka Pelajar,
Dessler, Gary. 2008. Human Resourc e Management. Eleventh E dition. England:
Pearson Eduation, Inc.,
___________. 2013. Human Resource Management. Thirteenth Edition. England:
Pearson Eduation, Inc.,
Lewis, Robert E. Talent management: A critical review Human Res ource. Human
Resource Management Review 16 (2006) 139–154; www.sciencedrirect.com
Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen S umber Daya Manusia. B andung: P T
Remaja Rosdakarya
______________________. 2007. Evaluasi Kinerja S DM, Jakarta: Refika Aditama
Noe, Raymond A., et.al. 2008. Human Resource Management: Gaining A Competitve
Advantage. New York: McGraw-Hill Compani
Permana, Nina Insania K. dkk. 2011. Talent Management Implementation: Belajar dari
Perusahan-perusahaan terk emuk a. Jakarta Pusat: PT. Mitrakerja Indonesia.
Rivai, Veithzal et al. (2011). Performance Apprais al. (Edisi Kedua) Jakarta: RajaGrafindo
Persada
Schiemann, Williams A. 2009 Reinveting Talent Management: How t o Maximize in the
New Mark etplace. Penerjemah Setyo Utomo. Jakarta: PPM
Sugiyono. 2012 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, Jak arta: Alfabeta.
Website:
Olsen, Erica. 2010. P erformance Managemen
diambil dari www. wik ipedia.org/ wik i/
Performance_management
(diakses
pada
tanggal
20
September
2013).
wikipedia.org/wiki/Organizational_performance.
Richard
et
al.
2009.
Organizational
performance.
Diambil
dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Organiz ational_performance (diakses pada tanggal 20 September
2013)
17
BIODA TA DIRI PENULIS
PENULIS 1
NAMA
ALAMAT
TLP.
PENDIDIKA N TE RAKHIR
PEKERJAAN
MATA AJA R
PENULIS 2
NAMA
ALAMAT
TLP.
PENDIDIKA N TE RAKHIR
PEKERJAAN
MATA AJA R
PENULIS 3
NAMA
ALAMAT
TLP.
PENDIDIKA N TE RAKHIR
PEKERJAAN
MATA AJA R
: NANA DARNA
: Gareumpay 09/09 Des. Gegempalan Kec. Cikoneng
Kab. Ciamis
: (0265) 7098480
: S2 MANAJEMEN
: DOSEN TE TAP FE UNIGA L CIAMIS
: Peng. Aplikasi Komputer
Komputer Akuntansi
Teknologi Informatika
Ekonomi Pembangunan
: MUHAMMAD A ZIZ BASARI
: Sikuraja 09/09 Kel. Linggasari Kec. Ciamis
Kab. Ciamis
: 081323057324
: S2 MANAJEMEN
: DOSEN TE TAP FE UNIGA L CIAMIS
: Pengant ar Manajemen
Ekonomi Monet er
Pend. Pancasila
Pend. Kewarganegaraan
: MUJADDID FA RUK
: Ragapulu 02/10 Des. Jelat Kec. Baregbeg
Kab. Ciamis
: 082226900130
: S2 MANAJEMEN
: DOSEN TE TAP FE UNIGA L CIAMIS
: Manajemen Operasional
Komputer Akuntansi
Teknologi Informatika
Manajemen Bank Syari’ah
18
FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN KANTOR DINAS
PENGELOLAAN S UMBER DAYA AIR
Novi Rukhvi yanti
STMIK Indonesia Mandiri
ABSTRAK
Keberadaan sebuah instansi dalam bentuk apapun, baik dalam skala besar maupun kecil
tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia. Sumber daya manusia dengan produktivitas
kerja yang tinggi memungkinkan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi /
instansi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, diantaranya adalah
semangat dan disiplin kerja. Tujuannya dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
penentu produktivitas kerja karyawan pada Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Day a Air.
Penelitian ini terdiri dari tiga (3) Variabel, metode penelitian yang digunakan adalah
Metode Deskriptif dan Verifikatif. Penelitian ini menggunakan jenis sensus, yaitu seluruh populasi
yang berjumlah 62 orang dijadikan sampel. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data
utama, dengan analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, analisis korelasi,
analisis koefisien determinasi simultan dan parsial, dan pengujian hipotesis menggunakan uji F
dan uji t, dengan alat bantu dat a software SPSS 14.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien regresi Y = 3,348 + 0, 231X1+0,443 X2,
2
Koefisien Det erminasinya (R ) = 0,853. Kesimpulan penelitian yaitu semangat dan disiplin kerja,
baik secara simultan maupun parsial berpengaruh nyata terhadap produktivit as kerja karyawan di
Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air.
Kata Kunci : Semangat, disiplin dan produktivitas
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak di
kemudian hari akan mengalami perk embangan y ang pes at didalam lingkup usaha dari
perusahaannya dan menginginkan tercipt anya produktivitas yang tinggi dalam bidang
pekerjaannya. Untuk mewujudkan operasinya sebuah perusahaan memerlukan beberapa faktor
produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal, dan keahlian. Dimana keempat faktor tersebut tidak
dapat berdiri sendiri, melainkan harus saling mendukung untuk menc apai tujuan secara efektif
dan efisisen. Dan diantara keempat faktor utama tersebut faktor tenaga kerja atau manusia
dalam hal ini adalah karyawan, merupakan hal yang terpenting karena manusia merupakan
pemakai dan penggerak serta penentu segala aktivitas yang ada di perusahaan. Oleh karena itu
keberadaaan suatu perusahaan yang berbentuk apapun baik dalam skala besar maupun ke cil
tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah
orang – orang yang memberikan tenaga, pikiran, bakat, kreativitas dan usahanya pada
perusahaan.
Setiap perusahaan berupaya untuk mendapatkan karyawan yang terlibat dalam kegiatan
organisasi / perus ahaan dapat memberikan prestasi kerja. Dalam bentuk produktivitas kerja
setinggi mungkin untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas diantaranya jumlah dan waktu kerja, mut u dan
efisiensi dan efektivit as.
Untuk mencapai produktivitas yang tinggi pimpinan perusahaan harus memperhatikan
semangat kerja. Semangat kerja merupakan sikap ment al yang mampu memberikan dorongan
19
bagi seseorang untuk dapat bekerja lebih giat, cepat, dan baik. Semangat kerja karyawan yang
tinggi akan berpengaruh terhadap efisiensi kerja dan efektivitas kerja.
Faktor lain yang menentukan produktivit as adalah disiplin kerja. Hilangnya disiplin akan
berpengaruh terhadap efisiensi kerj a dan efektivitas tugas pekerjaan. Dengan adanya
kedisiplinan diharapk an pekerjaan akan dilakukan seefektif mungkin. Bilamana kedisiplinan tidak
dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Sebagai gambaran apabila suatu perusahaan hanya memperhatikan tentang
pendidikan, keahlian dan teknologi tanpa memikirkan semangat dan disiplin kerja kary awan,
maka pendidikan, keahlian dan teknologi yang tinggi sekalipun tidak akan menghasilkan produk
yang maksimal bila yang bersangkutan tidak dapat memanfaatkannya secara teratur dan
mempunyai kesungguhan disiplin kerja yang tinggi.
Selama ini usaha peningkatan produktivitas lebih banyak dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan, padahal untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
terebut perlu dilakukan latihan atau training yang memerlukan adanya pengorbanan dana ( biaya
) dan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu peningkat an semangat kerja dan disiplin kerja
merupakan faktor yang perlu untuk diperhatikan dalam usaha mencapai produktivitas yang tinggi.
Dewasa ini, badan usaha milik negara sebagai salah satu pelak u ekonomi di Indonesia
ikut serta berperan aktif dalam pembangunan Nasional khususnya dalam sektor perindustrian
yang kegiatannya menyediakan barang dan jasa. Salah satu badan usaha tersebut adalah Dinas
Pengelolaan Sumber Daya, bereksistensi dalam bidang pengelolaan air bersih yang
jangkaunnya masuk sampai ke daerah – daerah. Untuk mencukupi kebutuhan konsumennya
perusahaan air minum selalu meningkatkan pelayanan baik dari segi kualitas maupun
produktifitasnya.
Seperti kita ketahui, pada umumnya perus ahaan harus bisa mempertahankan citranya
agar dapat memperluas / menguasai pangsa pasar. Dalam hal ini perusahaan juga harus bis a
meningkatkan kualitas perusahaan misalnya dari segi intern perusahaan itu sendiri ant ara lain
peningkatan kualitas karyawan. Kualitas karyawan dapat dilihat dari semangat dan disiplin kerja
yang dilakukan sehari-hari. Dengan adanya s emangat dan disiplin kerja yang tinggi diharapkan
dapat meningkatkan input perusahaan yang mendatangkan profit.
Dalam melakukan kegiatan produksinya hampir semua menggunakan tenaga kerja
manusia, sehingga dalam proses produksi memerlukan ketrampilan tenaga kerja manusia yang
handal yang nantinya akan dapat meningkatkan produktifitas yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Diperlukan kondisi psikologis yang mendorong karyawan untuk melakukan usaha
sehingga yang dilakukan diharapkan dapat mencapai tujuan perusahaan. Salah satu t uj uan
perusahaan adalah mendapatkan laba yang bisa didapat dengan produktifit as yang tinggi.
Sehingga apa yang menjadi out put perusahaan benar – benar dapat dinikmati konsumen.
Karena saat ini perusahaan air minum memiliki pros pek cerah dimasa depan untuk le bih
mengembangkan us ahanya. Hampir setiap rumah tangga menggunakan jasa Sumber Daya Air
untuk memenuhi kebutuhan air setiap harinya.
Untuk meningkatkan usaha pengembangan dan peningkatan ketrampilan karyawan yang
bertujuan untuk memperbaiki produktivitas kerja karyawan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
dalam mencapai hasil kerjanya yang telah ditetapkan oleh perusahaan salah satunya ada lah
melalui peningkat an semangat kerja dan disiplin kerja s ehingga kelangsungan hidup perusahaan
dapat dipert ahankan dan tujuan perusahaan dapat tercapai s ecara efektif dan efisien. Penelitian
ini dilakukan di Kantor Badan Pengelolaan Sumber Daya Air bagia n balai data dan informasi.
Berdasarkan survei awal yang dilakuk an oleh peneliti, masih ditemukannya beberapa karyawan
yang sulit terpusat pada pekerjaannya dan sikap yang tidak disiplin dilihat dari masih adanya
beberapa pegawai yang saat pada jam kerja t etapi mereka tidak bekerja, hal ini cukup
menggangu aktivitas dari perusahaan, sehingga dalam menyelesaikan tugas pun tidak sesuai
dengan jumlah dan waktu yang telah ditent ukan dan berdampak pada visi dan misi perusahaan
pun akan tercapai lebih lama dari yang diinginkan. Dari alasan dan kondisi tersebut di atas maka
peneliti tertarik unt uk mengangkat suatu penelitian dengan judul “FAKTOR P ENENTU
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAW AN KANTOR DINAS P ENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR”
20
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diat as, peneliti dapat mengidentifik asi masalah yang t erjadi
di Dinas Pengelolaan S umber Daya Air Provinsi Jawa Barat bagian balai data dan informasi
adalah masih adanya konsentrasi kerja yang kurang, penggunaan jam kerja yang kurang
maksimal serta masih ada beberapa kary awan yang dat ang ke kantor tidak tepat waktu.
Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, maka penulis masalah yang terjadi dapat dirumuskan
dengan menghitung seberapa besar dampak semangat kerja dan disiplin kerja dampaknya
terhadap produktivit as karyawan di Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA P EMIKI RAN DAN HIPOTESIS
KAJIAN PUSTAKA
Semangat Kerja
Berikut ini beberapa definisi semangat kerja menurut beberapa para ahli adalah sebagai
berikut
Menurut Saifudin Anwar (2002 : 180) adalah sebagai berikut:
“Semangat Kerja merupakan suatu gambaran suatu perasaan agak berhubungan dengan tabiat /
jiwa semangat kelompok, kegembiraan/ kegiatan, untuk kelompok -kelompok pekerja
menunjukkan iklim dan suasana pekerja”.
Sedangkan menurut Malayu SP. Hasibuan (2004:94) mengemukakan bahwa :
“Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjak an pek erjaannya
dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal”
Dari beberapa pengertian semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja
adalah tingkah laku para karyawan yang bekerja dengan kondisi lebih optimal sehingga
mencerminkan keadaan dimana perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan semangat kerja yang tin ggi merupakan suatu reaksi yang positif denga k ata lain dapat
menyeles aikan pekerjaan dengan hasil yang lebih baik, maka semangat kerja mempunyai
pengaruh terhadap aktifit as perus ahaan, sehingga perusahaan atau organisasi menginginkan
karyawan yang mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Bukhari Zainudin (2001:33) mengemukakan bahwa faktor -faktor yang dapat
mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut :
a) Hubungan yang harmonis ant ara atasan dan bawahan, terutama ant ara pimpinan
kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para karyawan.
b) Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang sehari-hari banyak
berhubungan dengan pekerjaan.
c) Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan tujuan
bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.
d) Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuas an materi lainnya yang
memadai,sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih payah yang
telah diberikan terhadap organisasi.
e) Adanya ket enangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala
yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam perusahaan
atau organisasi.
21
Indikasi Turunnya Semangat Kerja
Indikasi turunnya semangat kerja sangat penting unt uk diketahui suat u perusahaan
karena dengan penget ahuan tersebut akan dapat diketahui sebab-sebabnya. Dengan demikian
perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan penceghan atau pemecahan masalah sedini
mungkin.Ada beberapa faktor yang harus diketahui oleh perusahaan Menurut Nitisemito yang
dikutip kembali oleh Ahmad Tohardi (2002:431) adalah indikasi penuruanan semangat kerja:
1. Turunnya/rendahnya produktivi tas
Salah sat u indikasi turunnya semangat kerja adalah turunnya produktivitas. Turunnya
produktivitas ini dapat diukur at au diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Itu
semua merupakan indikasi turunny a semangat kerja. Meskipun demikian, sebelum
mengambil kesimpiulan hendaknya diteliti dahulu apakah ada faktor lain yang
mempengaruhi turunnya produktivit as.
2. Tingkat absensi yang naik/tinggi
Tingkat absensi yang tinggi juga merupakan salah satu indikasi turunnya semangat kerja
karyawan. Oleh karena itu bila ada gejala-gejala absensi naik, perlu segera dilakukan
penelitian. Pada umumnya bila semangat kerja turun, mereka akan malas unt uk datang
setiap hari kerja. Apalagi bila kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dipotong
waktu mereka tidak masuk. Setiap ada kesempat an untuk tidak bek erja akan mereka
gunakan, apalagi waktu luang tersebut dapat dipakai untuk dapat penghasilan yang lebih
tinggi meskupun untuk sementara.
3. Labor turnover (tingkat perpindahan buruh) yang tinggi
Bila dalam suatu perusahaan tingkat keluar -masuk k aryawan naik dari tingkat
sebelumnya, hal ini merupakan indikasi turunny a semangat kerja. Keluar -mas uknya
karyawan yang meningkat t ersebut terutama disebabkan k etidaksenagan mereka
bekerja pada perusahaan tersebut. Selain dapat menurunkan produktivitas, tingkat
keluar-masuk karyawan yang tinggi juga dapat mengganggu kelangsungan jalannya
perusahaan.
4. Tingkat kerusakan yang tinggi
Indikasi lain yang menunjukan turunnya semangat karyawan adalah bila tingkat
kerusakan terhadap bahan baku, maupun peralatan yang dipergunakan naik. Naiknya
tingkat kerus akan tersebut sebetulnya menunjuk an bahwa perhatian dalam bekerja
berkurang, terjadi kecerobohan dalam bekerja, dan sebagainya.
5. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan dimana-mana akan terjadi bila semangat kerja turun, kegelisahan itu dapat
terwujud dalam bentuk ketidaktenangan bekerja, keluh kesah, serta hal -hal lain.
Kegelisahan pada tingkat terbatas mungkin akan berhenti dengan sendirinya bila
dibiarkan begitu saja, tetapi pada tingkat tertentu yang dibiarkan begitu saja akan dapat
merugikan perusahaan.
6. Tuntutan sering kali terjadi
Sering terjadi tuntutan juga merupakan indik asi semangat kerja turun. Tuntutan
sebetulny a merupakan dari ketidakpuasan. Oleh k arena it u, disuat u perus ahaan sering
terjadi tuntutan oleh kary awan.
7. Pemogokan
Indikasi paling kuat tent ang turunny a semangat kerja adalah terjadinya pemogokan.
Pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan dan rasa
kekecewaan yang begitu mendalam serta sebagainya. Bila hal ini telah memuncak dan
tidak tertahankan lagi, akan menimbulkan tuntutan. Jika tuntutan itu tidak berhasil, pada
umumny a akan berakhir dengan pemogokan besar -besaran yang ini tentunya akan
sangat nerugukan bagi perusahaan.
Cara untuk menigkatkan Semangat Kerja karyawan
Ada beberapa cara untuk menignkatkan semangat kerja yaitu dengan memberikan
kepada karyawan beberapa bentuk kebutuhan baik yang bersifat materi maupun non materi.
22
Cara dan kombinasi mana yang paling tepat biasanya dari perusahaan tersebut s erta t ujuan
yang ingin dicapai.
Menurut Nitisemito yang dikutip kembali oleh Ahmad Tohardi (2002:4 20) cara-cara tersebut
antara lain :
a. Gaji yang cukup
Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup kepada pegawainya.
Pengertian cukup disini relatif, artinya mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
b. Memperhatikan kebutuhan rohani
Selain kebutuhan materi y ang berwujud gaji yang cukup, para karyawan membutuhkan
kebutuhan rohani. Kebutuhan rohan adalah menyediakan tempat ibadah, menghormati
kepercay aan orang lain.
c. Perlu menciptakan suasana santai
Suasana rutin sering kali menimbulkan kebos anan dan ketegangan bagi para kary awan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka perus ahaan perlu sekali -kali menciptakan
suasana santai seperti rekreasi bers ama-s ama, mengadakan pertandingan olahraga
antar karyawan dan lainnya.
d. Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat
Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi yang tepat,
artinya menempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan keterampilan mereka.
Ketidaktepat an dalam penempatan karyawan bisa membuat kary awan tidak bisa
maksimal dalam menyeles aikan tugasnya.
e. Perasaaan aman dan masa depan
Semangat kerja akan terpupuk apabila para karyawan mempunyai perasaan
amanterhadap masa depan profesi mereka, kestabilan perusahaan biasanya modal yang
dapat diandalkan untuk menjamin rasa aman bagi para karyawan. Cara lain yang sering
digunakan perusahaan yaitu mengadakan program pensiun.
f. Fasilitas yang memadai
Setiap perusahaan bila memungkinkan hendak nya meyediakan fasil itas yang memadai
untuk karyawanny a. Apabila perusahaan sanggup meyediakan fasilitas -fasilitas yang
memadai, maka akan timbul rasa senang dan akan menimbulkan semangat kerja.
Di siplin Kerja
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang
terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal.
Kedisiplinan merupakan faktor utama yang diperlukan sebagai alat peringat an terhadap
karyawan y ang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Sehingga seorang karyawan dikatakan
memiliki disiplin yang baik jika karyawan tersebut memiliki rasa tanggung jawab yang terhadap
tugas yang diberikan kepadanya.
Menurut Grace M. Hadikusumah (2000:115) menyatakan bahwa :
“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi
dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku sert a sebagai
suatu upaya unt uk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati s emua
peraturan-peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku”
Sedangkan menurut Suwanto (2001:228) mengemuk akan pengertian disiplin yaitu:
“Suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan -peraturan
yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup
menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”
Dalam proses manajemen disiplin memberikan arti tentang arah pencapaian tujuan
sesuai pedoman organisasi, seperti menurut K eith Davis yang dikuitp oleh A.A Anwar Prabu
Mangkunegara (2004:129) Mengemukakan bahwa:
23
“Disiplin kerja diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman pedoman organis asi”
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa disiplin kerja merupakan
peraturan yang diberlakukan kepada karyawan guna memperbaiki sikap dan moral yang melekat
pada diri individu dalam melakukan tugas-tugas yang telah diberikan.
Tipe-tipe disiplin kerja
Menurut S uwanto (2001:134), terdapat dua jenis tipe pembinaan disiplin kerja yaitu
disiplin prreventif dan korektif
a. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanak an untuk mendorong para karyawan
agar mengikuti beberapa standar dan aturan, sehingga penyelewengan penyelenwengan dapat dicegah. Dengan disiplin ini pihak perusahaan dakan
mengantisipasi tindakan-tindakan yang mungkin akan terjadi yang dapat dikat akan disini
bahwa disiplin kerja dititikberatkan pada awal -awal k egiatan sebagai tindakan
pencegahan sebelum kesalahan terjadi.
b. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan mencoba unt uk menghendaki pelanggara-pelanggaran lebih lanjut.
Maksud dari pendisiplinan ini adalah unt uk memperbaiki kegiatan dilakukan yang akan
datang bukan menghukum kegiatan dimas a lalu. Kegiatan disiplin korektif s ering berupa
suatu bentuk hukuman dan bias a disebut tindakan pendisiplinan.
Berbagai sasaran tindak pendisiplinan, adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki pelanggaran
2. Untuk menghalangi para karyawan lain melakukan kegiat an yang serupa
3. Untuk menjaga berbagai standar kelompok agar tetap konsisten dan efektif
Langkah-langkah pelaksanaan disiplin
Menurut Gauz ali Saydam (2000:286), penegakan disiplin kerja tidak diserahkan pada
para karyawan saja. Untuk itu perusahaan harus mempunyai langkah dalam meningk atkan
disiplin kerja karyawannya adalah dengan cara:
a. Menciptakan peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan oleh karyawan
b. Menciptakan dan memberi sanksi-sanksi terhadap pelanggaran disiplin
c. Melakukan pembinaan disiplin melalui pelatihan-pelatihan kedisiplinanyang terus
menerus.
Indikator disiplin kerja menurut George Straves dan Leonard Sayles yang dikutip oleh Grace M.
Hadik usumah (2000: 98) sebagai berikut:
1. Presensi (Kehadiran)
2. Penggunaan jam kerja
3. Tanggung Jawab
4. Tingkat perputaran pegawai
Produkti vita s Kerja
Setiap organisasi baik berbent uk perusahaan maupun lembaga lainnya akan selalu
berupaya agar para karyawan yang terlibat dalam kegiatan organisasi tersebut dapat
memberikan prestasi dalam bentuk produktivitas kerja setinggi mungkin untuk mewujudkan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Husein Umar (2005:9), sebagai berikut :
“Produktivitas ialah perbandingan antara hasil yang dicapai ( output) dengan keseluruhan
sumber daya yang digunakan (input )”.
Konsep produktivitas pada umumnya mengaitkan anatara keluaran (ouput) dan masukan
(input). Produktivitas didefinisikan whitmore (sedarmayanti 2005:58) sebagai berikut :
24
“Produktivitas adalah suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu
organisasi yang biasany a dinyatakan sebagai rasio dari keluaran (ouput) yang dicapai
dengan sumber daya yang digunakan”
Produktivitas sangat erat kaitannya efektivitas dan efisiensi.
Sondang P. Siagian (2006:154) mengutarakan definisi prod uktivitas kerja sebagai
berikut:
“Produktivitas adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar -besarnya dari sarana
dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan (output ) yang optimal bahkan kalau
mungkin yang maksimal”
Dari beberapa uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas kerja adalah
perbandingan antara efektivitas menghasilkan keluaran (output ) dengan efisiensi pengguanaan
masukan (input) yang kesmuanya merupakan pandangan akan penignkatan kualitas karyawan
yang diinginkan atau dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
Untuk mengukur peningkatan produktivit as kerja karyawan, maka alat analisis
Produktivitas kerja pegawai yang peneliti gunakan seperti yang dikemukak an oleh, Hus ein Umar
(2005:9), sebagai berikut :
1. Jumlah dan waktu
2. Mutu atau kualitas
3. Efisien dan efektifitas
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivita s Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan
tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perus ahaan. Berbagai faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang dikemukakan oleh sedarmayanti (2001:72)
diantaranya adalah :
1. Sikap mental, berupa :
a. Motivasi kerja
b. Disiplin kerja
c. Etika kerja
2. Pendidikan dan pelatihan
Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai
wawasan yang lebih luas terutama penghayat an akan arti pentingny a produktivitas.
Pendidikan disini dapat berarti pendidik an formal maupun non formal.
3. Keterampilan
Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja
serta menggunak an fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila
mempunyai kecakapan (ability) dan pengalaman (experience) yang cukup.
4. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkait an dengan sistem yang diterapkan oleh
pimpinan untuk mengelola atau memimpin serta mengendalikan staf atau bawahannya.
5. Hubungan industrial
Dengan menciptakan hubungan kerja ya ng serasi dan dinamis antara pimpinan dan
bawahan dalam organis asi akan menciptkan ketenagan kerja sehingga dapat
memberikan motivasi secara produktif, serta dapat menumbuhkan partisipasi aktif dalam
usaha meningkatkan produktivitas.
6. Tingkat penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan kons entrasi kerja dan
kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningk atkan produktivitas.
7. Gizi dan Kesehatan
Apabila pegawai dapat dipenuhi gizi dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat
bekerja,apalagi bila mempunyai semangat kerja yang tinggi maka akan dapat
meningkatkan produktivitas kerjanya.
25
8.
Jaminan sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suat u organisasi kepada pegawainya dimaksudkan
untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.
9. Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja
dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik
menuju ke arah peningkatan produktivitas.
10. Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Apabila sarana
produksi yang digunakan tidak baik,kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan
bahan yang dipakai.
11. Teknologi
Apabila teknologi yang dipak ai tepat dan lebih maju tingkatannya maka akan
memungkinkan:
a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi
b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu
c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa
12. Kesempatan berprestasi
Apabila terbuka kes empat an untuk berprestasi, maka akan menimbulk an dorongan
psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimilikin untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
Pengukuran Produktivita s Kerja
Produktivitas dapat ditinjau berdasarkan tingkatannya dengan t olak ukur masing-masing.
Tolak ukur produktivitas kerja dapat dilihat dari kinerja karyawan. Unt uk melihat sejauh mana
produktivitas kerja karyawan, diperlukan penjelasan tentan dimensi, unsur, indikat or dan kriteria
yang menyatakan produktivitas kerja karyawan.
Indikator produktivitas yaitu motivasi, disipln, sikap dan etika, pendidik an, keterampilan,
manjemen, hubungan industrial, tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial,
lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sasaran produksi, dan kesempatan berprestasi.
a. Motivasi kerja adalah dorongan kehendak yang memengaruhi prilaku tenaga kerja
untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karena adanya keyakinan bahwa
peningkatan produktivitas mempunyai manfaat bagi dirinya.
b. Etika kerja adalah nilai -nilai atau norma kerja yang dit erima s ebagai pedoman atau
pola tingkah laku t enaga kerja karyawan yang memenuhi etika kerja akan memiliki
tanggung jawab unt uk melaksanakan tugas dengan baik sehingga dapat
meningkatkan porduktivitas.
c. Kemampuan kerja adalah pegawai yang memiliki kemampuan kerja efektif dan
efesien cenderung mampu menunjukan tingkat produktivitas yang tinggi.
d. Hasil kerja adalah suatu proses yang dhasilkan pegawai dalam pekerjaannya
e. Efektivitas adalah sejauh mana sasaran dapat dicapai atau target dapat
direalisasikan
f. Efesiensi adalah suatu ukuran yang membandingkan penggunaan masukan dengan
realisasi/keluaran . semakin besar keluaran, semakin tinggi tingkat efisiensi pada
hasil kerja, yang berarti dapat meningk atkan produktivitas.
Hubungan Semangat dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivita s Kerja Karyawan
Produktivitas dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga
kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut antara lain semangat dan disiplin
kerja. Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung oleh para karyawan yang mempunyai
semangat kerja dan disiplin kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Peningkatan produktivitas kerja mengutamakan semangat kerja yang tinggi / positif
merupakan faktor yang berpengaruh berhasil guna dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Sementara itu Alex Nitisemito mengemukakan bahwa semangat kerja
26
adalah melakukan kerja secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan diharapkan akan
lebih baik dan lebih cepat. Semangat kerja dapat menumbuhkan kemampuan kerja dan
bekerjasama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan produktivit as. Jadi apabila suatu
perusahaan mampu meningkatkan semangat dan bagaimana kegairahan kerja, maka mereka
akan memperoleh banyak keuntungan, karena pekerjaan akan terselesaikan dengan cepat,
kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan
karyawan / karyawan dapat diperkecil seminimal mungkin, sehingga dengan demikian bukan
saja produktivitas kerja yang dapat ditingkatkan, tetapi juga ongkos per unit dapat diperkecil.
(Nitisemito, 2000 : 160).
Di samping semangat kerja, faktor lain yang menentukan produktivit as
adalah disiplin kerja yang berarti kesediaan untuk mematuhi peraturan / ketentuan yang berlaku
dalam lingkungan organisasi kerja masing -masing, sehingga diharapk an dapat meningk atkan
produktivitas kerja.
Adanya kesediaan diharapkan pekerjaan akan dilaksanakan seefektif mungkin, bilamana
kedisiplinan tidak dilaksanakan maka kemungkinan tujuan
yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien (Nitisemito, 2000 : 200).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin baik semangat dan disiplin
karyawan pada sebuah perusahaan, semakin tinggi produktivitas kerja karyawan yang dicapai.
Sebaliknya, tanpa semangat dan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan unt uk
mencapai hasil yang optimal (V eithzal Rivai, 2006 hal : 443).
Adapun indikator produktivitas dalam penelitian ini adalah jumlah dan waktu, mutu dan
efisiensi dan efektivitas. Produktivitas organisasi kerja tidak sekedar berhubungan dengan aspek
kuantitas, tetapi juga aspek kualitas / mutu. Aspek kualitas sangat penting artiny a untuk
meningkatkan daya saing bagi organisasi kerja dibidang ekonomi dan industri dem i tercapainya
misi dan tujuan dari perusahaan.
KERANGKA P EMIKIRAN DAN HIPOTESIS
KERANGKA P EMIKIRAN
Dalam rangka bisnis yang semakin k ompetitif, maka perusahaan dituntut untuk
memberdayakan dan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk sumber daya
manusia. Mengelola sumber daya manusia dalam perusahaan dengan berbagai ragam sifat,
sikap dan kemampuan manusia untuk dapat bekerja menuju satu tujuan yang direncanakan
perusahaan. P erbedaan tersebut menyebabkan tiap individu yang melakukan kegiatan dalam
perusahaan mempunyai tingkat produktivitas kerja yang berbeda juga.
Untuk mencapai hasil produktivitas kerja yang maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
salah satu nya semangat kerja, apabila setiap karyawan yang berada di perusahaan memiliki
semangat kerja yang tinggi maka setiap pekerjaan yang diberikan kepada karyawan akan
dikerjakan dengan giat dan baik sehingga hasil kerja yang ak an dicapai pun akan maksimal dan
sebaliknya apabila semangat kerja karyawan menurun maka setiap pekerjaan yang akan
dilakukan oleh karyawan mendapatkan hasil yang kurang baik oleh sebab itu semangat kerja
sangat diperlukan untuk mencapai hasil produktivitas yang maksimal dan untuk menc apai satu
tujuan perusahaan yang telah direncanakan.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan definisi semangat kerja oleh beberapa ahli:
Menurut Malayu S.P. Hasibun (2004:94) menyatakan bahwa :
“Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya
dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal”
Dari definisi para ahli diatas, mengenai semangat kerja dapat diket ahui bahwa semangat kerja
adalah keinginan dan kesanggupan seseorang untuk bekerja lebih baik terhadap pek erjaannya
atau lingk ungan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Selain semangat kerja, produktivitas juga dipengaruhi oleh disiplin kerja yang berarti kesediaan
untuk mematuhi peraturan/ketent uan dalam lingkungan organisasi kerja masing -masing
sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi kerja.
27
Beberapa ahli mengemukak an definisi dari disiplin kerja, ant ara lain sebagai berikut :
Menurut Singodimedjo (2002) menyat akan bahwa :
“Disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati
norma-norma perat uran yang berlaku disekitarnya”
Menurut Beach (dalam Siagian, 2002) megatakan bahwa disiplin adalah:
“Mencet ak perilaku dengan menerapkan imbalan at au hukuman. Arti kedua lebih sempit lagi,
yaitu disiplin ini hanya bertalian dengan tindakan hukuman terhadap pelaku kesalahan”
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap kesetiaan
dan ketaatan ses eorang / sekelompok orang t erhadap peraturan-peraturan baik perbuatan pada
suatu organis asi / perusahaan untuk tujuan tert entu.
Produktivitas kerja sangat erat kaitannya dengan efektivitas dan efisiensi. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh Whitmore (Sedarmayanti, 2003: 58) sebagai berikut:
“Produktivitas adalah suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam su atu
organisasi yang bias anya dinyat akan s ebagai rasio dari keluaran (ouput) yang dicapai dengan
sumber daya yang digunakan”
Menurut Paul Mali dalam Sedarmayanti (2001: 96) Produktivitas adalah:
“Pengukuran seberapa banyak sumber day a yang digunakan bersama dalam suatu
organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil-hasil”
Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa produktivitas kerja dapat diartikan
perbandingan antara efektivitas menghasilkan keluaran (output) dengan efisiensi penggunaan
masukan (input) yang kesemuanya merupakan pandangan akan peningkatan kualitas karyawan
diinginkan atau dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan, jadi pengertian
produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Produktivitas
Dengan kata lain produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama berkaitan dengan
pencapaian untuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkait an dengan
kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya
membandingkan masuk an dengan realisasi penggunannya atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Artinya untuk mencapai produktivitas kerj a maksimum, perusahaan harus
menjamin dipilihnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang
memungkinkan mereka bekerja secara optimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin baik semangat dan disiplin
karyawan pada sebuah perusahaan, semakin tinggi produktivitas kerja karyawan yang dicapai .
Sebaliknya, tanpa semangat dan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan untuk
mencapai hasil yang optimal. (Veit hzal Rivai, 2006 hal : 443)
HIPOTESIS
Menurut S uharsimi Arikunto (2002: 64) “Hipotesis merupakan suatu jawaban yang
bersifat sementara t erhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, penulis mencoba merumuskan hipotesis yang
merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
“Semangat dan Disiplin Kerja Berpengaruh Positf Terhadap Produktivita s Kerja Karyawan
Pada Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air”
PEMBAHAS AN DAN HASIL PENELITIAN
Pengaruh Semangat Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Produktivita s Kerja Karyawan
Untuk mengetahui pengaruh semangat dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan, dapat dilakukan dengan menguji data-data yang diolah, dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda, analisis korelasi Pearson Product Moment, Koefisien
28
Determinasi, Uji Hipotesis dan penarikan kesimpulan. Untuk dapat di analisis menggunakan
tehnik di atas data yang semula berskala ordinal terlebih dahulu dinaikan menjadi skala in terval
menggunakan MSI.
Berikut ini perhitungan semangat kerja yang kemudian disimbolkan menjadi variabel X1, disiplin
kerja yang disimbolkan menjadi Variabel X2 dan produktivitas kerja yang dismbolkan menjadi
Variabel Y. pada data dibawah ini yang telah di transformasi menjadi data Interval :
Tabel 4.25
Tabel Penolong Untuk Menghitung
Persam aan Regresi Dan Uji Korelasi
No
X₁
X2
Y
X1²
X2²
Y²
X₁Y
X₂Y
X₁X₂
1
77,55
25,68
29,08
6014,28
659,47
845,37
2254,84
746,66
1991,54
2
90,82
34,05
28,54
8247,63
1159,35
814,58
2591,98
971,80
3092,23
3
83,30
29,52
31,69
6939,45
871,40
1004,01
2639,56
935,36
2459,07
4
85,71
31,69
42,57
7346,25
1004,44
1811,93
3648,40
1349,06
2716,41
5
23,37
8,90
17,28
546,08
79,29
298,65
403,84
153,88
208,09
6
45,89
9,84
14,95
2106,20
96,83
223,60
686,26
147,15
451,61
7
82,63
33,16
38,24
6827,87
1099,73
1462,47
3159,99
1268,20
2740,23
8
57,90
14,53
24,26
3352,05
211,15
588,57
1404,61
352,53
841,31
9
94,71
34,95
37,27
8969,71
1221,77
1389,26
3530,05
1302,83
3310,43
10
74,37
28,07
28,27
5531,56
787,71
799,16
2102,53
793,42
2087,41
11
68,14
18,90
28,85
4642,51
357,32
832,49
1965,93
545,40
1287,96
12
89,26
31,69
39,28
7968,14
1004,44
1543,17
3506,59
1245,00
2829,05
13
82,31
27,06
31,07
6775,08
732,49
965,07
2557,04
840,78
2227,71
14
74,62
24,58
29,98
5568,12
604,04
899,00
2237,36
736,91
1833,96
15
89,98
27,22
40,96
8095,87
740,98
1677,43
3685,14
1114,87
2449,26
16
84,24
33,35
44,64
7096,17
1112,17
1992,95
3760,63
1488,79
2809,30
17
75,57
27,22
28,63
5710,94
740,98
819,66
2163,56
779,33
2057,11
18
79,60
27,72
30,34
6336,37
768,67
920,61
2415,23
841,22
2206,93
19
79,11
25,38
34,51
6258,28
644,03
1190,81
2729,92
875,74
2007,61
20
70,02
27,26
25,42
4903,46
743,10
646,21
1780,08
692,96
1908,86
21
92,66
37,63
40,43
8584,98
1416,33
1634,67
3746,14
1521,59
3487,00
22
58,98
19,62
28,00
3478,71
384,86
783,95
1651,41
549,28
1157,07
23
71,21
28,07
29,29
5071,48
787,71
858,17
2086,19
822,19
1998,72
24
70,67
26,44
30,79
4993,85
698,95
948,06
2175,88
814,03
1868,27
25
71,80
31,23
42,40
5155,33
975,16
1797,69
3044,29
1324,02
2242,16
26
58,23
19,71
27,29
3390,31
388,31
744,62
1588,86
537,72
1147,39
27
72,24
28,07
33,63
5218,66
787,71
1131,15
2429,63
943,94
2027,51
28
76,61
25,48
31,07
5869,70
649,19
965,16
2380,16
791,56
1952,07
29
84,31
37,63
44,64
7108,79
1416,33
1992,95
3763,97
1680,09
3173,08
30
61,35
21,93
27,50
3763,76
480,90
756,20
1687,05
603,04
1345,36
31
70,67
28,07
30,79
4993,85
787,71
948,06
2175,88
864,18
1983,36
29
No
X₁
X2
Y
X1²
X2²
Y²
X₁Y
X₂Y
X₁X₂
32
66,81
21,44
30,45
4463,62
459,86
927,22
2034,40
652,99
1432,71
33
70,58
24,40
26,48
4980,85
595,48
701,05
1868,64
646,11
1722,20
34
72,82
28,26
41,62
5302,23
798,83
1732,33
3030,71
1176,37
2058,06
35
36,82
13,63
17,16
1355,69
185,68
294,44
631,80
233,82
501,72
36
76,61
25,58
31,19
5869,70
654,44
972,98
2389,79
797,97
1959,94
37
42,32
14,53
19,02
1790,88
211,15
361,88
805,04
276,43
614,94
38
97,83
33,99
37,13
9570,90
1155,08
1378,33
3632,06
1261,78
3324,93
39
75,89
26,06
31,37
5759,29
679,13
983,77
2380,30
817,38
1977,70
40
59,11
15,36
27,46
3493,46
236,01
754,26
1623,26
421,92
908,02
41
66,02
25,39
28,27
4358,57
644,75
799,16
1866,34
717,81
1676,36
42
85,94
34,01
37,23
7386,14
1156,51
1386,38
3200,00
1266,24
2922,70
43
55,11
20,44
25,16
3037,02
417,79
632,88
1386,39
514,21
1126,42
44
78,17
28,07
37,74
6110,09
787,71
1423,95
2949,65
1059,09
2193,86
45
48,65
20,44
20,24
2366,82
417,79
409,47
984,45
413,61
994,40
46
68,74
28,07
30,79
4724,81
787,71
948,06
2116,46
864,18
1929,20
47
76,43
26,44
36,08
5842,04
698,95
1302,04
2758,00
953,97
2020,71
48
52,39
20,44
22,64
2744,85
417,79
512,39
1185,93
462,68
1070,87
49
71,88
29,64
32,97
5167,42
878,61
1086,87
2369,88
977,21
2130,76
50
78,17
27,26
37,74
6110,09
743,10
1423,95
2949,65
1028,65
2130,82
51
43,89
20,44
19,40
1925,92
417,79
376,19
851,18
396,44
897,01
52
78,17
26,35
37,74
6110,09
694,32
1423,95
2949,65
994,32
2059,70
53
48,65
20,44
19,40
2366,82
417,79
376,19
943,59
396,44
994,40
54
73,78
28,07
34,59
5443,25
787,71
1196,55
2552,08
970,84
2070,68
55
65,25
25,06
29,81
4257,40
627,89
888,45
1944,86
746,89
1634,98
56
72,61
28,80
34,78
5272,03
829,59
1209,48
2525,15
1001,68
2091,32
57
58,98
20,44
28,00
3478,71
417,79
783,95
1651,41
572,30
1205,56
58
70,49
26,44
32,38
4969,15
698,95
1048,20
2282,25
855,94
1863,65
59
68,74
23,43
29,81
4724,81
548,92
888,45
2048,84
698,35
1610,45
60
48,65
20,44
19,40
2366,82
417,79
376,19
943,59
396,44
994,40
61
68,74
26,44
30,79
4724,81
698,95
948,06
2116,46
814,03
1817,25
62
55,49
20,44
28,00
3079,37
417,79
783,95
1553,73
572,30
1134,25
Total
4331,55
1574,89
1906,46
316019,10
42314,20
61616,70
138478,54
50591,90
114968,02
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut:
N
= 62
X1
=
4331,55
X2
=
1574,89
Y
=
1906,46
2
X1
=
316019,10
30
2
X2
=
42314,20
2
Y
=
61616,70
X1Y
=
138478,54
X2Y
=
50591,90
X1X2
=
114968,02
1. Analisi s Regre si Linier Berganda
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh antar variabel X
(Semangat Kerja dan Disiplin Kerja) terhadap variabel Y (Produktivit as Kerja K aryawan).
Tujuannya adalah unt uk meramalkan at au memperkirakan nilai variabel dependen dalam
hubungannya dengan nilai variabel lain. Model regresi berganda yang akan dibentuk adalah
sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2
Dimana:
Y
= Produktivitas Kerja Karyawan
X1
= Semangat Kerja
X2
= Disiplin Kerja
a
= Konstanta
b1,b2
= koefisien regresi
Dengan menggunak an SPSS diperoleh hasil koefisien regresi sebagai berikut:
Tabel 4.26
Regresi Berganda
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coeffic ients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
3.348
2.290
X1
.231
.070
.489
X2
.443
.168
.389
Model
1
t
Sig.
1.462
.149
3.315
.002
2.636
.011
a. Dependent Variable: Y
Dari output di atas dik etahui nilai kontstanta dan koefisien regresi sehingga dapat
dibentuk pers amaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 3,348 + 0,231X1+0,443 X2
Persamaan di at as dapat diartikan sebagai berikut:
a = 3,348
artinya jika variabel X1 dan X2 bernilai nol (0), maka variabel Y akan bernilai 3,348
satuan.
b1=0,231
artinya jika S emangat K erja (X1) meningkat sebesar s atu satuan dan variabel
lainnya konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar 0,231 satuan.
b2=0,443
artinya jika Disiplin Kerja (X2) meningkat sebesar satu sat uan dan variabel lainnya
konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar 0,443 satuan.
2. Analisi s Korelasi Ganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara variabel
X (Semangat Kerja dan Disiplin Kerja) dengan variabel Y (P roduktivitas Kerja Karyawan) secara
bersamaan.Berdasarkan perumusan yang telah disajikan pada Bab III.
Maka perhitungan koefisien korelasi berganda dari output SPSS yang diperoleh nilai
hubungan untuk kedua variabel bebas dengan variabel terikat disajikan pada tabel berikut:
31
Tabel 4.27
Korelasi Ganda
Model
R
1
.853
a
R Square
Adjusted
Square
.728
.719
R Std. Error of
the Estimate
3.71274
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
a. Predictors: (Constant ), X2, X1
Berdasarkanout put SPSS diatas didapat nilai koefisien korelasi ganda sebesar 0,853.
Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dik emukakan Sugiono (2002:183), nilai sebesar
0,853 termasuk kedalam korelasi yang sangat kuat yaitu berada diantara 0,800 - 1, 000.
3. Analisi s Koefi sien Determinasi Simultan
Besar pengaruh Semangat Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja
2
Karyawan sec ara simultan dapat dinyat akan oleh K oefisien Det erimasi (KD atau R ) simultan
yang disajikan pada out put SPSS berikut ini:
Tabel 4.28
Determ inasi Simultan
Model
R
1
.853
a
R Square
Adjusted
Square
.728
.719
R Std. Error of
the Estimate
3.71274
a. Predictors: (Constant ), X2, X1
2
Berdasarkan output di at as diperoleh nilai R (R Square) sebes ar 0,728 atau 72,8%.
Dengan demikian maka Semangat Kerja dan Disiplin Kerja memberikan pengaruh terhadap
Produktivitas Kerja Karyawans ecara simultan sebesar 78,3%. Sedangkan sisanya 27,2%
merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti.
4. Analisi s Koefi sien Determinasi Parsial
Besarnya pengaruh secara parsial dapat dicari dengan mengalikan nilaizero order
correlation dengan k oefisien regresi yang distandarkan (Beta). Berikut hasil output SPSS yang
diperoleh:
Tabel 4.29
Determ inasi Parsial
Model
1
Unstandardized
Coeffic ients
Standardized
Coeffic ients
B
Beta
Std. Error
(Constant) 3.348
2.290
X1
.231
.070
X2
.443
.168
Correlations
t
Sig.
1.462
.149
Zero-order Partial
Part
.489
3.315
.002
.835
.396
.225
.389
2.636
.011
.823
.325
.179
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan output di atas terlihat masing-masing nilai dari Beta dan Zero Order
Correlation. Dari nilai-nilai di atas dapat dihitung koefisien determinasi parsial sebagai berikut:
KD Parsial X1 =
0,489 x 0,835 =
0,408 atau 40,8%
KD Parsial X2 =
0,389 x 0,823 =
0,320 atau 32%
Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa variabel X1 (Semangat Kerja) memiliki
pengaruh paling besar yakni 40,,8%. Sedangkan variabel X2 (Disiplin Kerja) memiliki pengaruh
paling kecil yakni sebesar 32%. Hal ini berarti variabel X1 (S emangat Kerja) mempunyai
32
pengaruh yang lebih besar terhadap variabel Y (Produktivitas Kerja) dibandingkan variabel X 2
(Disiplin Kerja) terhadap variabel Y (Produktivitas Kerja).
4.5
Pengujian Hipotesi s Secara Simultan
Untuk mengetahui apakah variabel Semangat Kerja dan Disiplin K erja mempunyai
pengaruh terhadap variabel Produktivitas Kerja Karyawan secara keseluruhan, maka penulis
akan mengujinya dengan penggunaan statistik Uji F dengan hipot esis sebagai berikut:
H0 :ρ>0 :
berarti antara Semangat Kerja dan Disiplin Kerja tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.
H1 :ρ< 0 :
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Semangat Kerja dan Disiplin Kerja
terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.
Dengan taraf signifikansi sebesar 5% makarumusyang digunakan untuk pengujian
hipotesis Uji F adalah sebagai berikut:
F hitung =
Dimana :
JKresidu
K
n
JK Re gresi / k
JK (Re sidu ) / n   k  1
= Koefisien Korelasi Ganda
= Jumlah variabel bebas
= Jumlah anggota sampel
F hitung =
2181, 067 / 2
= 79,114
813, 280 / 62   2  1
Ketentuan sebagai berikut:
-
Jika F
hitung ≥
-
Jika F
hitung <F tabel
F
makaHo ditolak (signifikan)
tabel
makaHo dit erima (tidak signifikan)
Dimana F tabel = F (0,05 ; 2;59) = 3,153
Dari hasil perhitungan diat as jika dilakukan dengan menggunakan software SPSS, maka
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.30
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
2181.067
2
1090.534
79.114
.000a
Residual
813.280
59
13.784
Total
2994.348
61
a. Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y
Berdasarkan output di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung adalah sebesar
1090,534 dengan p-value (sig) 0,000. Dengan α=0,05, df1=2, dan df2= 59 (n-k-1), maka di dapat
F tabel 3,153. Dikarenakan nilai F hitung > F tabel (79,114 >3,153) maka H0 ditolak. Dengan cara
melihat p-value, dari out put di atas diperoleh nilai p -value sebesar 0, 000 < 0,05 sehingga H0
ditolak. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara simultan
mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan secara signifikan, dengan kat a lain minimal ada
satu variabel bebas di antara Semangat Kerja dan Disiplin Kerja yang berpengaruh signifikan
terhadap Produktivitas Kerja K aryawan. Jika disajikan dalam kurva Uji F maka dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
33
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
Gambar 4.22 Kurva Uji-F
Ket : Grafik daerah penerim aan dan penolakan H0 pada uji simultan
4.6 Pengujian Hipotesi s Secara Parsial
Untuk melihat lebih lanjut variabel mana saja yang memberikan pengaruh yang signifikan
atau tidak, berikut akan disajikan uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t.
a.
Uji hipotesi s parsial untuk Semangat Kerja
H0 :ρ> 0 : Semangat Kerja tidak berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.
H1 :ρ< 0 : Semangat Kerja berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.
Tabel 4.31
Hipotesis Secara Parsial X1
Model
1
Unstandardized
Coeffic ients
Standardized
Coeffic ients
B
Beta
Std. Error
(Constant) 3.348
2.290
X1
.231
.070
X2
.443
.168
Correlations
t
Sig.
1.462
.149
Zero-order Partial
Part
.489
3.315
.002
.835
.396
.225
.389
2.636
.011
.823
.325
.179
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai t hitung untuk variabel X 1 sebesar 3,315.
Secara manual, nilai t hitung ini diperoleh dengan menggunakan rumus:
thitung ( X1 ) 
b1
0, 231

 3,315
se(b1 ) 0, 070
Dari tabel distribusi t, dengan α=0,05 dan df=n -2=60, diperoleh nilai t tabel sebesar
1,671.
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
(t table) 1,671
(t hitung) 3,315
Gambar 4.23 Kurva Uji-t satu pihak untuk X1
34
Dikarenakan nilai t hitung (3,315) > t tabel (1,671) maka Ho ditolak, artinya: Semangat
Kerja berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan akan tetapi apabila karyawan
hanya memiliki sikap semangat kerja saja tanpa diimbangi dengan disiplin kerja maka
produktivitas kerjanya pun kurang maksimal.
b.
Uji hipotesi s parsial untuk Di siplin Kerja
H0 :ρ> 0 : Disiplin Kerja tidak berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.
H1 :ρ< 0 : Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.
Tabel 4.32
Hipotesis Secara Parsial X2
Standardized
Unstandardized Coefficients Coeffic ients
Model
1
B
Std. Error
(Constant) 3.348
2.290
X1
.231
.070
X2
.443
.168
Beta
Correlations
t
Sig.
1.462
.149
Zero-order Partial
Part
.489
3.315
.002
.835
.396
.225
.389
2.636
.011
.823
.325
.179
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai t hitung untuk variabel X 2 sebesar 3,450.
Secara manual, nilai t hitung ini diperoleh dengan menggunakan rumus:
thitung ( X 2 ) 
b2
0, 443

 2, 636
se(b2 ) 0,168
Dari tabel distribusi t, dengan α=0,05 dan df=n -2=60, diperoleh nilai t tabel sebesar
1,671.
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
(t tabel) 1,671
(t hitung) 2,636
Gambar 4.24 Kurva Uji-t satu pihak untuk X2
Dikarenakan nilai t hitung (2,636) > t tabel (1,671) maka Ho ditolak, artinya: Disiplin Kerja
berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ak an tetapi apabila karyawan hanya
memiliki sikap disiplin saja tanpa diimbangi dengan semangat kerja maka produktivita s kerjanya
pun kurang maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang t elah dilakukan mengenai Faktor Penentu
Produktivitas Kerja Karyawan Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, penulis dapat
memberikan kesimpulan sebagai bahwa d engan melihat hasil perhitungan determinasi yaitu
sebesar 78,3% menunjukan adanya pengaruh yang kuat dari Semangat K erja dan Disiplin Kerja
terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Dinas Pengelolaan S umber Daya Air P rovinsi Jawa
35
Barat Bagian Balai Data Dan Informasi. Nilai pengaruh tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara Semangat Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan, yang artinya bahwa Produktivitas K erja Karyawan akan semakin meningkat apabila
Semangat Kerja dan Disiplin Kerja bersifat positif. Sebaliknya P roduktivitas Kerja Karyawan akan
menurun apabila Semangat Kerja dan Disiplin Kerja bersifat negatif. Sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain seperti brosur yang tidak diteliti sebes ar 21, 7%.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tohardi. 2000. Pemahaman Prak tis Manajemen S umber Daya Manusia, Mandar Maju,
Bandung.
Alex S. Nitisemito. 2000. Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 3,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan cetakan
pertama, penerbit PT. Remaja Rsodakary a. Bandung
Edison Manurung, Pengaruh semangat penyempurnaan terhadap perilak u produk tif dalam
peningk atan produk tivitas perusahaan, http://isjd.pdii.lipi.go.id, Universitas Darma Agung,
Medan.
Gauzali S aydam. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia suatu pendek atan Resik o, cetakan
ke Tiga, Kresna Prima Pers ada. Jakart a
Husein Umar. 2005. Riset S umber Daya Manusia, Edisi Revisi, P T Gramedia Pustaka Ut ama,
Jakarta
I Gusti Ayu Dewi Adayani, Membina semangat k erja untuk meningk atk an produk tivitas k erja
k aryawan, http://isjd.pdii.lipi.go.id, Universitas Udayana, Denpasar.
Malayu Hasibuan. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke Tujuh, edisi revisi, P T.
Bumi Aksara. Jakarta
Nur Indriant oro dan Bambang S upomo, 2002. Metode P enelitian Bisinis untuk Ak untansi dan
Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta
Saifuddin Anwar. 2000. Sik ap Manusia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan P roduk tivitas Kerja. Mandar Maju. Bandung
Sondang P. Siagian. 2006. Manajemen SDM. E disi pertama, cetakan ketigabelas. Bumi Aksara.
Jakarta
Straves, George & Sayles, Leonard. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penterjemah
Grace. M. Hadikusumah, penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabet a. Bandung
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendek atan Prak tek . Rineka Cipta, Jakarta
Suwanto. 2001. Asas-asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Suci Press. Jakarta
Veithzal Rivai. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
36
ANALISIS BIAYA P EMELIHARAAN AKTIVA TETAP DAMPAKNYA TERHADAP
PENDAPATAN PADA PT. KAI (PERS ERO) BANDUNG
(Analysi s of Fixed A ssets Maintenance Cost Impact
towards Revenue of PT. KAI (Persero) Bandung)
Lia Yulianti
Hendra Abu Bakar
ABSTRACT
PT. KAI (Persero) is a company engaged in the field of document delivery services and
other service activities. The method used in this researc h is descriptive method and quantitative
approaches. The sample in this study is to report t he income at PT. KAI (Persero) from 2000 to
2007 for eight years and the statistical test used is the Simple Linear Regression Analysis,
Correlation coefficients (Pearson product moment) and the coefficient of determination. Testing
this hypothesis using the t test statistics of the parties with α = 0.05. Obtaining the results of the
analysis processed by using SPSS version 15. 0 for Windows. Based on the 0.951 correlation
analysis showed a very strong relationship and the direction (pos itive) bet ween t he maintenance
cost of fixed assets and income. Increased maintenance costs of fixed assets, followed by
revenue increases. The coefficient of determination amounted to 90.44% indicating the existence
of fixed asset maintenance cost analysis of the impact on earnings and the remaining 90.44%
9.56% influenced by other factors such as investment, economic conditions, and other costs .
Key words: Maintenance of fixed assets and Revenue
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang telah terpengaruhi oleh era globalisasi adalah aspek ekonomi
dalam dunia bisnis, khususnya bisnis dalam perusahaan jasa, yang mana dalam era tersebut
lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan akan sangat berbeda dengan lingkungan bisnis yang
sebelumnya, dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing domestik saja tetapi juga
didatangi oleh pesaing-pesaing mancanegara dengan membawa jasa yang berkualitas tinggi.
Dengan terjadinya hal demikian mengakibatkan persaingan dalam dunia bisnis pun semakin
kuat, sehingga kelangsungan hidup perusahaan menjadi terancaman.
PT. KAI (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman
dokumen dan kegiat an pelayanan lainnya. Kendala yang dihadapi oleh P T. KAI (Persero) secara
umum yaitu k urangnya pengelolaan pemeliharaan terhadap aktiva t etap. Hal ini disebabkan
karena fungsi kegiatan pemeliharaan aktiva tetap (maintenance) tersebut masih kurang.
Kesinambungan proses produksi perusahaan dapat dijaga dengan dijalankan kegiatan
pemeliharaan dan kurang mendapat perhatian dari pimpinan perusahaan.
PT. KAI (Persero) harus mengeluarkan biaya yang lebih efisien untuk pembelian aktiva
tetap, sehingga perus ahaan dapat mencapai pendapatan yang positif yang selanjutnya akan
berimbas pada optimalnya keuntungan yang dicapai oleh perusahaa n. Namun, permasalahan
yang sering terjadi pada perusahaan jasa adalah mengenai besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan aktiva tetap perusahaan yang tidak disertai dengan kenaikan
37
pendapatan. Jika dalam perusahaan terjadi penurunan atau kenaikan dalam biaya pemaliharaan
aktiva tetap, maka hal ini akan menajdi kendala dalam pencapaian pendapatan yang positif.
Berdasarkan dari uraian di atas, mak a penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “ANALISIS BIAYA P EMELIHARAAN AKTIVA TETAP DAMPAKNYA TERHADAP
PENDAPATAN PADA PT. KAI (P ERSERO)”
Rumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang penelitian maka
penulis telah membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan biaya peemeliharaan aktiva tetap pada P T. KAI (Persero)
Bandung.
2. Bagaimana perk embangan pendapatan pada P T. KAI (Persero) Bandung.
3. Menganalisis seberapa besar dampak biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap
pendapatan pada PT. KAI (Persero) Bandung.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan biaya
pemeliharaan aktiva tetap dan pendapatan pada P T. KAI (Persero) Bandung. Sedangkan t ujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan biay a pemeliharaan aktiva tet ap pada P T. KAI (Persero)
Bandung.
2. Untuk mengetahui perkembangan pendapatan pada P T. KAI (Persero) Bandung.
3. Untuk menganalisis besarnya dampak biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap
pendapatan pada PT. KAI (Persero) Bandung
Kegunaan Penelitian
Apabila tujuan penelitian dapat tercapai dan rumusan masalah dapat terjawab, maka
diharapkan penelitian ini dapat berguna, baik secara ak ademis maupun secara praktis. Adapun
kegunaan tersebut sebagai berikut :
a. Kegunaan Akademis
Penelitian ini bagi penulis penting untuk menembah pengetahuan, pengalaman, dan
sebagai sarana untuk mempraktekan ilmu pengetahuan yang t elah diperoleh dari bangku kuliah.
Bagi kepentingan akademik, dapat memberikan sumbngan pada perkembangan ilmu
pengetahuan sehingga diharapkan dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuaan.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mas ukan -masukan dan sumbangan
pemikiran, baik berupa saran atau koreksi sehingga dapat membantu memecahkan masalah
yang mungkin dihadapi oleh perusahaan, dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA P EMIKI RAN, DAN HIPOTESIS
Pengertian Biaya
Pengertian biaya adalah“P engorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi unt uk tujuan tertentu. Sedangkan biaya dalam
arti sempit adalah pengorbanan sumber -sumber ekonomis unt uk memperoleh aktivitas yang
disebut harga pokok. Dari pengertian biaya menurut Mulyadi, dapat diambil kesimpulan bahwa,
biaya itu terdiri dari empat unsur pokok, yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ek onomi
2. Diukur dalam satuan uang
38
3.
4.
Yang telah terjadi atau secara potensial ak an terjadi
Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Pengertian Pemeliharaan
Pengertian pemeliharaan menurut Sofyan Assauri (2004:95) Pemeliharaan adalah
kegiatan unt uk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadak an perbaikan
atau penyesuaian/penggantian yang diperluk an agar supaya terdapat suatu keadaan operasi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi dengan adanya kegiatan
pemliharaan (maint enance)ini maka fasilitas
Pengertian biaya pemeliharaan menurut Mulyadi (2000:345) Biaya Pemeliharaan dan
reparasi adalah biaya-biaya yang berupa biaya suku cadang (spareparts) dan biaya bahan habis
pakai (factory supplies ) dengan cara perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan gedung, bangunan, mesin -mesin dan peralatan, kendaraan,
perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunak an unt uk keperluan pabrik.”
Pengertian Aktiva Tetap
Pengertian aktiva tetap menurut Sofyan Syafri Harahap (2002: 20) menyatak an
bahwa“Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara
terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jas a perusahaan”.
Pengertian Pendapatan
Pengakuan pendapatan menurut Munawir (2002:52) menyatakan bahwa: Penerapan
pengakuan pendapatan yaitu pendapatan meliputi semua sumber-sumber ekonomi yang diterima
oleh perusahaan dari transaksi penjualan barang dan penyerahan jasa kepada pihak lain.
Didalam akuntansi, pendapatan diukur dengan jumlah kenaikan bruto dari aktiva atau
berkurangny a utang (selain dari transaksi modal), atau kombinasi dari keduanya.
Hubungan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap terhadap Pendapatan
Hubungan biaya pemeliharaan aktiva tetap dan pendapatan (revenue) menurut Muly adi
(2001:596) menyatakan bahwa: “Biaya pemeliharaan aktiva tetap merupakan pengeluaran
pendapatan yang diperlakukan sebagai biaya dalam periode terjadinya untuk menjaga dan
mempertahankan kondisi aktiva tetap agar lay ak operasi”.
Mengingat pentingnya kegiatan pemeliharaan aktiva tetap dalam mendukungtingkat
perawatan fasilitas alat di perusahaan, maka biaya pemeliharaan aktiva tetap tidak dapat
ditiadakan. Dengan biaya pemeliharaan aktiva tetap, kegiatan pemeliharaan harus dilakukan
dengan baik sehingga perawatan fasilitas alat di perusahaan tidak terganggu dalam proses
perbaikan, mengurangi kerugian dalam proses perbaikan, sehingga dapat menghemat biaya
yang dikeluarkan yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya pemeliharaan aktiva tetap
sebagai satu komponen beban operasional pada akhirnya akan turut menentukan tingkat
pendapatan (revenue).
Penelitian Terdahulu (Studi Empiris)
a.
Penelitian lain dilakukan oleh Yuningsih (2007 :45) dimana hasil penelitian menyebutkan
bahwa:
Biaya pemeliharaan dan pendapatan di Perusahaan PO. Gunung Sembung B andung
pada penurunan dan kenaikan, hal ini disebabkan perusahaan mengalami kerugian
akibat jasa angkutan yang makin.
39
b.
Penelitian lain dilakukan oleh Ari S etiowati (2007:49) dimana hasil penelitian
menyebutkan bahwa:
Berdasarkan teknik analisis korelasi diperoleh r = -0,4503 dinyatak an bahwa kedua
variabel mempunyai hubungan yang sedang. Pengaruh biaya pemeliharaan aktiva tetap
terhadap pendapatan 20, 27% dan sisanya 79,73% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kerangka Pemikiran
Menurut S ofyan Syafri Harahap ( 2002:20)meyat akan babwa:Biaya Pemeliharaan aktiva
tetap adalah pengeluaran untuk perbaikan at au perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat
keekonomian masa yang akan datang, untuk mempertahankan standar kinerja dan sebagai
beban.
Pengertian pendapatan menurut Kieso dan Weygandt (2002: 48) menyatak an bahwa:
Pendapat an merupakan arus kas atau peningk atan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau
penulasan kewajiban (kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau
produksi barang, penyediaan jasa atau aktivitas -aktivitas lain yang merupakan operasi utama
atau operasi sentral perusahaan
Hubungan antara biaya pemeliharaan aktiva tet ap dan pendapatan menurut Munandar (2002 :
25) menyatakan bahwa: “Untuk mempertinggi pendapatan, maka perusahaan harus mempunyai
keputusan dalam menetapkan suatu biaya pemeliharaan aktiva tetap”.
Pendapatan
Biaya Pemeliharaan
(Variabel Y)
Aktiva Tetap
(Variabel X)
Munandar
(2002 : 25)

 Besarnya Pendapatan
Kieso dan Weygandt, (2002:48)
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap
Sofyan
Syafri2.2
Harahap, (2002:22)
Gambar
Paradigm a Penelitian
Hipote si s
Hipot esis merupakan persyarat an sementara at au dugaan jawaban semantara yang paling
memungkinkan dan masih harus dibuktikan melalui penelitian. Dugaan jawaban ini bermanfaat
bagi penelitian agar pros es penelitian lebih terarah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan hipot esis dalam penelitian ini
adalah Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap dampaknya terhadap Pendapatan pada PT. KAI
(Persero) Bandung.
40
OBJEK DAN METODE P ENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian merupak an suatu permasalahan yang dijadikan s ebagai topik penulisan
dalam rangka menulis sebuah laporan. Objek penelitian yang akan diteliti penulis adalah Biaya
Pemeliharaan Aktiva Tetap dan Pendapatan pada P T. KAI (Persero).
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan
untuk proses penyusunan karya ilmiah dan sejenisnya dan kemudian menganalisa faktor-faktor
yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau
data yang akan diperoleh.
Dalam penelitian dan penyusunan ini jenis metode yang digunakan adalah metode
deskrptif dan pendekatan kuantitatif.
Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas”. Sugiyono (2010:29)
Tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, factual, dan ak urat mengenai fakta-fakta sifat-sifat serta hubungan fenomena
yang diselidiki. Metode ini tidak hanya memberikan gambaran mengenai fenomena t etapi juga
menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi, serta me ndapatkan
makna dari suatu masalah yang ingin dipecahk an.
Pendekatan kuantitatif adalah “P endekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan
manejerial dan ekonomi dimana pendekatan ini terdiri atas perumus an masalah, mencari solusi,
menguji solusi, menganalisa hadil dan mengimplemasikan hasil” Mudjard Kuncoro (2001:102).
Desain Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian yang akan diangkat oleh penulis yaitu “A nalisis Biaya
Pemeliharaan Aktiva Tetap Dampaknya Terhadap P endapatan Pada P T. KA I (Persero)
Bandung”. Maka langkah akan dilakukan oleh penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menysunun instrument penelitian
7. Kesimpulan
Operasionalisa si Variabel
Ranc angan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan meliputi dua variable yaitu :
a. Variabel Independen ( Variabel Bebas )
Adalah variabel yang mempengaruhi variabel terik at dan menjadi penyebab atas sesuatu
hal atau timbulnya masalah lain. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka dalam
penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah biaya pemeliharaan aktiva tetap.
b. Variabel Dependen ( Variabel Terikat )
Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sesuai dengan pengertian tersebut,
maka yang menjadi variabel terikat adalah pendapatan.
41
Teknik Pengumpulan Data
Untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan pengumpulan data yang
diperlukan dengan dua cara, yaitu:
1. Studi lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakuk an oleh penulis secara langsung terjun ke lapangan untuk
memperoleh data yang diperlukan dengan beberapa cara antara lain, yaitu:
a. Observasi
Teknik ini
dilakukan dengan cara pengamatan langsung serta pencatatan terhadap
objek penelitian ini unt uk melengkapi data yang diperluk an serta membandingkan
keterangan yang diperoleh sebelumnya dengan kenyataan yang ada dalam perusahaan.
Dalam penelitan ini penulis mengumpulkan data dengan melakukan observasi langsung
PT. KAI (Persero) untuk menget ahui secara jelas bagaimana fenomena yang terjadi
dilapangan yang berkaitan dengan biay a pemeliharaan aktiva tet ap dan pendapatan
perusahaan.
b. Wawanc ara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan dengan pihak pihak yang berkaitan, yaitu dengan staf P T. KA I (Persero) yang bersangk utan dengan
keuangan perusahaan.
2. Studi kepustakaan (Library Res earch)
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan teori-teori yang mendasari penelitian, yang
dapat dijadikan pedoman dalam melakukan analisis terhadap data dan informasi yang
didapatkan dari perusahaan. Dalam penelitian ini penulis mempelajari buku-buku, artikel, dan
literatur lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Penulis lakukan yaitu dengan melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan biaya
pemeliharaan aktiva tetap dan pendapatan guna mendapatkan informasi -informasi lain yang
lebih akurat selain dari pihak perus ahaan.
Teknik Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi penelitian.
seperti yang dikemukak an oleh Sugiyono (2008:62) menyatakan bahwa :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Menurut Sugiyono (2008:62) pengertian teknik sampling adalah:
“Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel”
Untuk menentukan sampel yang akan diteliti terdapat berbagai tek nik sampling yang dapat
digunakan. Untuk teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan oleh penulis yang sesuai
dengan judul yang diteliti adalah nonprobability sampling.
Menurut Sugiyono (2008:66) pengertian nonprobability sampling adalah:
“Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang s ama bagi setiap unsur atau anggota populasi unt uk menjadi
sampel.”
Jenis nonprobability sampling yang dipilih oleh penulis adalah sampling purposive. Menurut
Sugiyono (2008: 68) yang dimaksud dengan sampling purposive adalah:
“Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”
Sesuai dengan tujuan penelitian penulis ingin mengetahui dan menganalisis besarnya
dampak pbiaya pemeliharaan aktiva tetap dampaknya terhadap pendapat an pada P T. Pos
Indonsia (Persero). Maka sampel yang digunakan untuk diuji dan dianalisis adalah data biaya
pemeliharaan aktiva tetap dan pendapat an P T. KAI (Pers ero) selama 8 tahun yaitu dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2007.
42
Pengujian Hipotesi s
Selain didapatkan hasil perhitungan koefisien determinasi, maka perlu diadak an pengujian
terhadap keberadaan tersebut. Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini berkaitan dengan
ada tidak nya dampak variabel X terhadap variabel Y.
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis

Ho : ρ = 0,
tidak ada dampak nya biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap
pendapatan P T KAI (P ersero)

Ha : ρ ≠ 0, ada dampaknya biaya pemeliharaan aktiva tetap terhadap pendapatan PT
KAI (Persero)
2. Menentukan tingkat signifikan sebagi berikut:
a. Jika Probabilitas < 0,05 hubungan kedua variabel signifikan.
b. Jika Probabilitas > 0,05 hubungan kedua variabel tidak signifikan.
3. Menentukan nilai t dengan menggunakan rumus:
t 
r
n2
Sumber: Sugiyono (2007 : 230)
2
1 r
Di mana :
t = nilai uji t
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
4. Menarik Kesimpulan
Uji hasil perhitungan dibandingk an dengan t hitung < t tabel, dengan kreteria sebagai berikut:


jika nilai t
hitung
< t
tabel
maka H 0 ada d daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya biaya
pemeliharaan aktiva tetap tidak ada dampak terhadap pendapatan
jika nilai t hitung > t tabel maka H 0 ada d daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya biaya
pemeliharaan aktiva tetap ada dampak terhadap pendapatan
HASIL P ENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisi s Perkembangan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap PT. KAI (Persero) Bandung
Biaya pemeliharaan aktiva tetap merupakan biaya produksi tidak langsung yang
diterapkan perusahaan untuk menjaga kelangsungan operasi perusahaan yang berjalan sesuai
rencana. Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan aktiva tetap tidak t erlepas dari biaya
yang dikeluarkan yaitu biaya pemeliharaan.
Berikut ini penulis sajikan perkembangan biaya pemeliharaan aktiva tetap pada P T. Pos
Indenesia (Persero) Bandung dari tahun 2000-2007.
43
Tabel 4.1
Perkembangan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap PT. KAI (Persero)
Tahun 2000-2007
(dalam rupiah)
Perkembangan
Biaya Pemeliharaan
Aktiva Tetap
Tahun
Rp
Persentase (%)
2000
460.188.879.495
-
-
2001
460.084.019.311
( 104.860.184)
-0,23
2002
560.003.408.442
9.919.389.131
21,52
2003
530.387.580.217
(2.615.828.225)
-4,67
2004
570.836.174.489
4.448.594.272
8,33
2005
660.728.406.277
8.892.231.788
15,37
2006
1.120.611.626.897
45.883.220.620
68,76
2007
1.150.672.350.028
3.060.723.131
2,72
Sumber : Laporan Keuangan PT. KAI Data Diolah
Data-dat a dari tabel diatas apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak
seperti grafik dibawah ini:
Gambar 4.2
Grafik perkembangan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Tahun 2000-2007
PT Pos Indonesaia (Persero) Bandung
Perkembangan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap
PT. KAI (Persero) Bandung
80
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap
Column1
Column2
68,76
persentase
60
40
20
21,52
0
-0,23
2000
2001
8,33
2,72
-4,67
0
-20
15,37
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Sumber: Laporan Keuangan PT KAI (Persero) Bandung
Berdasarkan analisis penulis bahwa perkembangan biaya pemeliharaan aktiva tetap
pada tahun 2000-2007 mengalami fluktuasi, dimana biaya pemeliharaan aktiva tetap cenderung
mengalami peningkatan. Peningkat an pada tinggi terjadi pada tahun 2006, disebabkan karena
44
biaya gedung, kendaraan dan peralatan mengalami peningkatan sehingga biaya pemeliharaan
aktiva tetap menjadi meningkat.
4.2 Analisi s Pendapatan pada PT KAI (Persero)
Berikut ini penulis sajikan jumlah perkembangan pendapatan dari tahun 2000 – 2007
pada PT. KAI (Persero) Bandung. Rumus yang digunakan untuk menghitung perk emangan
biaya pemeliharaan aktiva tetap pada PT. KAI (P ersero) adalah:
Tabel 4.2
Perkembangan Pendapatan PT KAI (Persero)
Tahun2000-2007
(dalam Rupiah)
Perkembangan
Tahun
Pendapatan
2000
2001
909.807.689.774
1.005.532.365.490
9.572.475.716
Persentase
(%)
10,52
2002
1.047.762.170.673
42.229.805.183
4,20
2003
1.094.280.985.790
46.518.815.117
4,44
2004
1.231.056.626.049
136.775.640.259
12,50
2005
1.237.051.805.276
5.995.179.227
0,49
2006
1.482.916.634.491
245.864.829.215
19,88
2007
1.688.178.636.249
205.262.001.758
13,84
Rp
Sumber: Laporan Keuangan PT KAI (P ersero) Bandung
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Pendapatan Tahun 2000-2007 PT KAI (Persero) Bandung
Perkembangan Pendapatan
PT. KAI (Persero) Bandung
persentase
30
19,88
20
10
0
13,84
12,50
10,52
4,20 4,44
0,49
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Pendapatan
Berdasarkan analisis penulis perkembangan pendapatan pada tahun 2000-2007 pendapatan
mengalami peningk atan. Peningk atan yang paling tinggi terjadi pada t ahun 2006, disebabkan
karena adanya peningkatan pendapatan operasional.
45
Hasil analisis statistik dari penelitan ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.
Analisis Regresi Linier Sederhana
Dengan menggunak an rumus
Y = a + bx
Hasil output dari pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15.0 for Windows
adalah sebagai berik ut:
Tabel 4.4 Tabel Statistik SPSS Koefisien
Coefficients(a)
Coeffi ci entsa
Model
1
(Constant)
Biay aPemeliharaan
Aktiv aTet ap
Unstandardized Coef f icients
B
St d. Error
608305388963
8,6E+010
8,711
St andardized
Coef f icients
Beta
1,162
,951
t
7,052
Sig.
,000
7,498
,000
Collinearity
St at ist ics
Tolerance
VI F
1,000
1,000
a. Dependent Variable: Pendapatan
artinya nilai a dan b tersebut adalah :
a = 608.305.388.963 artinya jika biaya pemeliharaan aktiva tetap dianggap konstan, maka
pendapatan sebesar = 608.305.388.963
b = 8,711 arti setiap ketersediaan satu-satuan biaya pemeliharaan aktiva tetap sebesar satu
rupiah akan diikuti peningkat an pendapatan sebesar = 8,711
2. Analisis Korelasi (Pearson)
Dengan menggunak an rumus
r
n( XY )  ( X )( Y )
n X    X  n Y    Y  
2
2
2
2
Koefisien korelasi yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunak an program SPSS
versi 15.0 for Windows adalah sebagai berikut:
Tabel Statistik SPSS Korelasi
Cor relati ons
Biay aPemeliharaan
Aktiv aTet ap
Biay aPemeliharaan
Aktiv aTet ap
Pendapatan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pendapatan
,951* *
,000
8
8
,951* *
1
,000
8
8
1
* *. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
Dengan demikian korelasi yang didapat sebesar 0,951. Nilai korelasi tersebut bila
mengacu pada interpretasi nilai korelasi menunjukan hubungan yang sangat kuat (0.80 – 1.000)
antara biaya pemeliharaan aktiva tetap dengan pendapatan, jadi biaya pemeliharaan aktiva tetap
dengan pendapatan hubungannya erat berdas arkan data pengamatan tahun 2000-2007.
3. Koefisien Determinasi
2
Dengan menggunak an rumus KD = r x 100%,
46
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0 for Windows hasilnya
adalah
Tabel Statistik SPSS Model Summary
Model Summar yb
Change Statistics
Model
1
R
,951a
R Square
,904
Adjusted
R Square
,887
Std. Error of
the Est im at e
87462594700
R Square
Change
,904
F Change
56,213
df 1
1
df 2
6
Sig. F
Chang
e
,000
a. Predictors: (Const ant ), Biay aPemeliharaanAKtiv aTetap
b. Dependent Variable: Pendapatan
Berdasarkan perhit ungan koefisien determinasi dan SPSS 15.0 For Windows diperoleh
nilai Kd sebesar 90,44%. Angka tersebut mempunyai 90, 44% arti besarnya kont ribusi biaya
pemeliharaan aktiva tetap terhadap pendapatan yaitu sebesar 90,44% sedangkan 9,56 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang tidak diteliti diantaranya : keadaan
ekonomi, investasi dan biaya lainnya
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian mengenai Biaya P emeliharaan Aktiva Tetap
Dampaknya Terhadap Pendapatan pada P T. KA I (P ersero) maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan bahwa:
1. Perkembangan biaya pemeliharaan aktiva tetap P T. KAI (Persero) pada tahun 2000-2007
mengalami penurunan dan kenaikan (fluk tuasi), dimana biaya pemeliharaan aktiva tetap
cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan pada tinggi terjadi pada t ahun 2006,
disebabkan karena biaya gedung, kendaraan dan peralatan mengalami peningkatan
sehingga biaya pemeliharaan aktiva tetap menjadi meningkat.
2. Perkembangan pendapatan pada P T. KAI (Persero) selama tahun 2000-2007 mengalami.
Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006, disebabkan karena adanya
peningkatan pendapatan operasional
3. Biaya pemeliharaan aktiva t etap dampaknya terhadap pendapatan P T. KA I (Persero)
Bandung. P erhit ungan korelasi pearson diket ahui Biaya pemeliharaan aktiva tetap
dampaknya terhadap pendapatan sebesar 0,951 menujukan adanya hubungan sangat kuat.
Melalui nilai koefisien determinasi diketahui bahwa biaya pemeliharaan aktiva tetap
dampaknya t erhadap pendapat an sebesar 90,44% sisanya 9,56 % dipengaruhi oleh faktorfaktor lainnya yang tidak diteliti diantaranya : keadaan ekonomi, investasi dan biaya lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah, dan Padji. 2003. Kamus Istilah Ak untansi. Bandung: CV. Yrama Widya.
Husein Umar. 2007. Metode P enelitian Untuk Sk ripsi dan Tesis Bisnis . P T. Raja
Grafindo
Persada, Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004. ”Standar Ak untansi Keuangan P er 1 Ok tober 2004”. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Kieso Donaid E., Weygandt Jerry., 2001, “Intermediate Accounting”, jilid 1, Dialihbahasakan oleh
gina ginaya, Jakarta: Erlangga
Mulyadi. 2001. Sistem Ak untansi, Edisi k etiga, Cetak an k etiga. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2009. Ak untansi Biaya. UPP S TIM YKPM,Yogyakarta
Munandar. 2002. Budgeting. Yogyakart a: BPFE.
47
DAMPAK RESPON LINGKUNGAN BERBELANJA TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN
IMPULSIF PADA RABBANI BANDUNG
(Survei Pada Pelanggan Rabbani)
The Impact of Store Environmet Response towards Impul si ve Buying at Rabbani
(survey to The Customers of Rabbani )
Aldina Shiratina
ABSTRACT
Business in t his globalization era has became a challenge for every business world to
increase their performance and the business’ qualit y to hold them in a big competition. The way
to tak e over the mark et share is by depending our customer. E very entrepreneurs are faced with
a harder life challenge in operating their business to survive their company and they can develop
their business which has been operated for a longtime. A nd if this situation is connected with the
customer buying behavior , so the company have to pay attention the other environment. The
capability of spending money mak e a person feel to have a power. Sometimes the customer
doesn’t feel uncertainly with their decision in buying a product and ask ing for a help from the
other person t o choose about the product which want to be bought. The research of this study
are: (1) to assess the responses of respondent regarding RABBANI store environment . (2) to
assess the impulsive buying behavior of Rabbani. (3) to k now how big about the impact of store
environment toward impulsive buying behavior at Rabbani
The method which is used in this research is descriptive and verification methods with a
sample of 100 people who are the visitors of Rabbani, and using linear regression analysis to
determine the mathematical model, the product moment correlation analysis (pearson) for
calculating the level of closeness of relationship, determination analysis to k now about the effect.
the author use SPSS 13.0 version for windows to facilitate in the data processing.
The results of this research can be found with a simple linear regression equation is Y =
93.894 + 1.499 X. The correlation bet ween store environment with Impulsive buying behavior is
strong and has a positive relationship. The magnitude of store environment impact toward the
impulsive buying behavior is 43.9% and the balance of 56.1% was influenced by the other
factors which are not examined by author such as (1)The product price which is demanded, (2)
Service qualit y for the consumer , (3) intense competition in the same business world. Thus the
better store environment will increasingly impact on the level of impulsive buying behavior .
Key words : Store Environment , impulsive buying, customer behaviour
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis di era globalisasi ini menjadi sebuah tantangan bagi setiap dunia usaha untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas bisnisnya agar dapat bertahan dalam persaingan seperti saat ini.
Perubahan seperti teknologi, ekonomi dan kondisi situasi pasar makin terlihat nyata hampir di setiap
sektor industri. Salah satu cara agar dapat merebut pangsa pasar tersebut adalah dengan
mempertahankan pelanggan yang ada
48
Perubahan ekonomi dan kondisi sosial tersebut telah merubah pula sikap dan tingkah laku konsumen.
Pemilihan akan produk telah menjadi posisi tertinggi dalam pemasaran, konsumen tidak lagi hanya
mengharapkan kualitas yang tinggi dari produk itu sendiri, tetapi juga manfaat yang akan mereka terima
dari produk tersebut.
Para pengusaha dihadapkan pada tantangan hidup yang lebih berat dalam menjalankan usahanya
agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta mampu mengembangkan usaha-usaha
yang telah dikelolanya. Untuk bisa bertahan perusahaan harus benar-benar memahami konsumen,
sehingga produk yang ditawarkan perusahaan dapat dinikmati dan pada akhirnya konsumen merasa
puas pada produk tersebut.
Bandung sebagai kota fashion di Indonesia banyak menghadirkan berbagai industri pakaian yang tidak
ketinggalan zaman. Indistri pakaian tersebut salah satunya adalah Rabbani. Rabbani adalah toko yang
dimiliki suatu perusahaan atau pabrik yang menjual produk perusahaan atau pabrik tersebut,
menghentikan perdagangan, membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor
satu.
Banyaknya barang impor dengan harga yang murah dan kualitas yang baik sangat mempengaruhi
masyarakat untuk berkunjung dan membeli produk yang dipasarkan di Rabbani tersebut. Para
pengunjung berusaha untuk tidak ketinggalan zaman dengan mengikuti perkembangan trend
berpakaian pada saai itu, sehingga para pemilik Rabbani dituntut untuk menciptakan suasana tempat
belanja yang nyaman, produk yang mampu bersaing dengan industri serupa, serta mengeluarkan
model-model yang yang tidak ketinggalan zaman.
Kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa berkembang terus dan mempengaruhi
perilaku belanja produk. Upaya perusahaan mengefektifkan strategi pemasaran dilakukan melalui riset
perilaku konsumen. Hasil riset akan berguna untuk memperbaiki strategi produk, harga, dan program
periklanan yang meyakinkan pelanggan. Pemilik Rabbani dapat mencoba memanfaatkan impuls atau
keinginan mendadak yang berhubungan dengan kebutuhan dasar untuk kepuasan sesaat yang
biasanya dialami oleh keluarga yang meluangkan waktunya untuk berbelanja di akhir pekan. Ketika
sebuah keluarga tengah mengunjungi sebuah Rabbani, mereka selalu memperhatikan setiap produk
yang dipasarkan di Rabbani tersebut. Jika salah seorang di antara anggota keluarga tersebut ada yang
membeli pakaian dan sebagainya, maka secara tidak langsung mungkin akan mempengaruhi
keinginan anggota keluarga yang lain untuk melakukan kegiatan yang sama meskipun sebelumnya
tidak ada niat untuk berbelanja di tempat tersebut. Peristiwa ini bisa dengan mudah dipahami dengan
bantuan dua prinsip atau pengaruh sebagai sebuah bagian dari review psikologis dari literatur, yang
menerjemahkan impuls sebagai konsekuensi dari prinsip atau pengaruh yang bertentangan ini. Prinsip
kesenangan berhubungan dengan kepuasan segera yang dirasakan oleh konsumen sedangk an prinsip
kenyataan berhubungan dengan kepuasan tertunda. Selalu ada pertentangan diantara dua kekuatan
yang digambarkan sebagai prinsip di dalam diri pembeli ketika mereka memasuki suatu toko dengan
niat untuk membeli. Sebagai konsekuensi impuls berhubungan dengan perilaku mengatasi mereka
karena biasanya impuls sulit untuk menolak dan melibatkan pengalaman menyenangkan yang telah
direncanakan
Penjelasan di atas menunjukan Bandung dapat menjadi pasar potensial bagi para pengusaha yang
ingin melakukan bisnis fashion. Persaingan yang sangat ketat pada bisnis ini pasti akan terjadi dengan
semakin meningkatnya jumlah pengusaha yang mempunyai bisnis serupa, tetapi para pengusaha
tersebut dapat melakukan berbagai hal untuk menjaga perusahaanya tetap mampu bersaing dengan
pengusaha yang lain.
Rabbani berdiri sejak tahun 2000 di Bandung dengan memiliki sembilan cabang di lima kota besar.
Rabbani ini selalu mengupayakan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan memberikan harga
yang terjangkau namun tetap menjaga kualitas produk yang dipasarkan, selain itu tempatnya yang
nyaman dan strategis dapat memuaskan konsumen yang datang untuk membeli produk di Rabbani
tersebut.
49
Rabbani harus selalu mengubah strategi dalam memasarkan produknya. Mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli di Perusahaan mereka semakin diperlukan di dalam persaingan dengan
perusahaan lainnya. Namun perusahaan sering melupakan faktor lain yang mempengaruhi konsumen
untuk berbelanja di Rabbani mereka yaitu faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi konsumen
untuk melakukan perilaku pembelian impulsive
Perilaku pembelian impulsif didefinisikan sebagai pembelian tanpa rencana yang bercirikan bahwa
pengambilan keputusan tersebut relatif cepat dan timbul prasangka subjektif dalam keinginan untuk
segera memiliki suatu barang. Biasanya dalam melakukan keputusan pembelian konsumen sangat
memperhatikan lingkungan sekitarnya dan juga perasaan dalam hati mereka. Dari survey awal yang
dilakukan terhadap konsumen Rabbanidiperoleh informasi bahwa ada sebagian orang yang berpikiran
bahwa materi dapat membuat orang tersebut merasa nyaman, tidak sedikit dari pelanggan
Rabbaniyang menghabiskan uangnya demi untuk membuat dirinya merasa nyaman dan senang, dari
perasaan nyaman tersebut timbul rasa senang, puas, dan bersemangat karena materi yang dimiliki dan
usaha untuk menghabiskannya, sehingga kemampuan untuk menghabiskan uang tersebut membuat
seseorang merasa nyaman dan merasakan sesuatu yang lebih dari orang lain meski kadang mereka
merasa tidak yakin dengan keputusannya dalam membeli produk tertentu dan meminta bantuan dari
pihak lain untuk menentukan produk apa yang harus dibeli.
Tidak sedikit dari pelanggan Rabbaniyang disibukkan oleh kegiatan sehari -hari mereka baik itu
kesibukan dari pekerjaan mereka, pendidikan, ataupun masalah lain yang sedang dihadapi para
pelanggan. Untuk mengatasi masalah tersebut, ada yang meluangkan waktunya untuk berbelanja
ataupun sekedar melihat-lihat untuk menghilangkan kejenuhan mereka. Menurut Semuel (2005),
sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stres, atau
menghabiskan uang dapat mengubah suasana hati seseorang. Keadaan lingkungan eksternal
berpengaruh pada perilaku konsumen yang menyebabkan manajemen pemasaran dituntut untuk selalu
mengetahui perilaku konsumen diwaktu yang akan datang. Perilaku konsumen mencerminkan
mengapa seorang konsumen membeli dan bagaimana seorang konsumen tersebut memilih dan
membeli suatu produk. Dengan mengkaji perilaku konsumen, perusahaan dapat mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian.
Ada dua aspek eksternal yang mempengaruhi pengambilan konsumen yaitu aspek pemasaran
perusahaan dan aspek lingkungan sosial budaya. Banyak faktor eksternal yang mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Faktor eksternal tersebut terdiri dari budaya,
lingkungan sosial, demografis, dan individu.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan
dakam skripsi dengan judul : ”Dampak Respon Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku
Pembelian Impulsif di Rabbani (Survei Pada Pelanggan Rabbani)”
Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui tanggapan responden mengenai respon lingkungan berbelanja yang ada di
Rabbani.
2. untuk mengetahui perilaku pembelian impulsif di Rabbani.
3. untuk mengetahui seberapa besar dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku
pembelian impulsif di Rabbani.
TINJAUAN P USTAKA
Mehrabian dan Russell dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa respon afektif lingkungan
atas perilaku pembelian dapat diuraikan oleh 3 (tiga) variabel yaitu:
50
1. Kesenangan (pleasure) mengac u pada tingkat dimana individu merasakan baik,
penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Kesenangan (pleasure)
diukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (menyenangk an sebagai lawan tidak
menyenangkan, puas sebagai lawan tidak puas, dan santai sebagai lawan bosan).
2. Kegairahan (arousal) mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga,
digairahk an, atau situasi aktif. Kegairahan (arousal) secara lisan dianggap sebagai laporan
responden, seperti pada saat dipengaruhi, ditentang, atau diperlonggar (bergairah sebagai lawan
tenang, hiruk pikuk sebagai lawan sepi).
3. Dominasi (dominance) ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan
sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai lawan
diawasi, dan otonomi sebagai lawan dipandu.
Menurut Negara dalam Semuel (2005), keputusan pembelian dapat didasari oleh faktor
individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif, yaitu kesenangan ( pleasure) mengacu
pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia, atau puas dalam
suatu situasi; kegairahan (arousal) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan tertarik,
siaga atau aktif dalam suat u situasi; dan dominasi ( dominanc e) ditandai oleh perasaan yang
direspon konsumen saat mengendalikan atau dik endalikan oleh lingk ungan. Perilaku ini
kemudian membuat konsumen memiliki pengalaman belanja, yang dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu: hedonic shooping value, resources expenditure dan utilitarian shooping value.
Hedonic shooping value mencerminkan potensi pembelian dan nilai emosi dari pembelian
tersebut; resources expendit ure digunakan untuk menaksir waktu pengeluaran, sumber
pengeluaran, dan interaksi sosial, utilitarian shooping value mencerminkan kegiatan pembelian
dengan suatu mentalitas pekerjaan (Negara, 2002).
Pengalaman belanja dikelompokkan menjadi tiga dimensi, yaitu : Hedonic Shooping
Value mencerminkan instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat dari suatu
pengalaman dalam melakuk an pembelanjaan, seperti: kesenangan, hal -hal baru, Utilitarian
Shooping V alue adalah nilai y ang mencermink an instrumen dari manfaat belanja, seperti cont oh:
memperoleh beberapa barang tertent u dan Res ources Expenditure digunakan untuk menaksir
waktu, dana pengeluaran, dan interaksi sosial yang diluangkan untuk belanja. Resources
expenditure merupakan variabel mediator respons lingkungan belanja dan pengalaman belanja.
Hasil riset sebelumnya menyatakan bahwa konsumen pleasure dan arousal mempunyai
keterkaitan terhadap variabel kepuasan. Pembelanja (shopper) dengan kategory relatif pleasure
tinggi berhubungan dengan pernyataan kepuasan pelanggan yang tinggi. Lebih lanjut, konsumen
mengevaluasi pengalaman belanja melalui dua dimensi yang mewakili bagaimana berharganya
waktu yang diluangkan untuk belanja.
Utilitarian value atau nilai ekstrinsik merefleksikan instrumen keuntungan dari kegiatan
belanja tersebut, sedangkan Hedonic value atau nilai intrisik yang lebih merefleksikan
pengalaman keuntungan yang dinyatakan langs ung sebagai pengalaman belanja. Beberapa
penelitian menemukan kons umen pleasure berhubungan positip dengan utilitarian shoping value
dan konsumen arousal berhubungan positip dengan hedonic shoping value, yang menjadikan
lingkungan toko sebagai tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang. Hasil
sebelumnya juga m enyatakan bahwa kepuasan konsumen secara positif berhubungan terhadap
dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak direncanakan (impulsive buying).
Menurut Kacen, J. & Lee (2002), impulse buying (pembelian yang tidak terencana) diartikan
sebagai tindakan pembelian yang dilakukan tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu.
Pembelian impulsif juga didefinisikan sebagai pembelian tanpa rencana yang bercirikan (1)
pengambilan keputusan yang relatif cepat (2) prasangka subjektif dalam keinginan untuk s egera
51
memiliki suatu barang” (Rook, 1987). Pembelian impulsif juga merupakan perilaku belanja yang
berlebih, kurang terencana serta tak tertahankan dibandingkan dengan perilaku belanja terencana.
Konsumen yang sangat impusif cenderung tidak memikirkan sesuatu, gampang tertarik terhadap
sesuatu, dan menginginkan kepuasan segera. Konsumen semacam ini seringkali tidak terlalu
memperhatikan akibat negatif yang mungkin timbul akibat tindakan yang mereka lakukan
Kacen, J. & Lee (2002) juga menyatakan bahwa impulse buying mempuny ai sejumlah
karakteristik sebagai berikut :
a. Adanya perasaan yang berlebihan akan ketertarikan dari produk yang dijual
b. Adanya perasaan untuk segera memiliki produk yang dijual
c. Mengabaikan segala konsek uensi dari pembelian sebuah produk
d. Adanya perasaan puas
e. Adanya konflik yang terjadi antara pengendalian dengan kegemaran di dalam diri
orang tersebut (Kacen, J. & Anne Lee, J).
Pelanggan yang sering melakuk an pembelian secara impulsive sring kali mempunyai
perhatian yang sangat rendah terhad ap potensi terjadinya dampak negative sebagai hasil
tindakan yang merka lakukan
Pembelian tidak terencana (impulse buying) dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu
planned impulse buying, reminded impulse buying, suggestion impulse buying, dan pure im pulse
buying.
a. Pure Impulse Buying merupakan pmbelian secara impulse yang dilakukan karena
adanya luapan emosi dari kons umen sehingga melakukan pembelian terhadap
produk di luar kebias aan pembeliannya.
b. Reminder Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba
teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen telah
pernah melakukan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut
dalam iklan.
c. Suggestion Impulse B uying merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen
melihat produk, melihat tata cara pemak ain at au kegunaannya, dan memut uskan
untuk melakukan pembelian. Suggestion impulse buying dilakukan oleh konsumen
meskipun konsumen tidak benar-benar membutuhkannya dan pemakainny a masih
akan digunakan pada masa yang akan dating.
d. Planned Impulse B uying merupakan pembelian yang t erjadi ketika konsumen
membeli produk berdaasarkan harga special dan produk -produk tertentu. Konsumen
Berdasarkan Beatty dan Ferrel dalam Fandy Tjiptono (2004:213) menjelaskan bahwa
hasil riset tentang faktor penent u pembelian impulsif. Hasil riset ini menghasilkan skala
pengukuran yang mengukur pembelian impulsif, yaitu:
1) Urgensi untuk membeli
Menurut Rook (1987:193) urgensi untuk membeli dipicu oleh konfrontasi visual dengan
produk, namun hasrat berbelanja tidak selalu bergant ung pada stimulasi visual langsung.
2) Efek positif (positive affect)
Menurut Freud dalam Rook (1987:190) Psikonanalisis yang menggambarkan kendali has rat
sebagai hal yang dibutuhkan secara social yang melahirkan prinsip kepuasan yang
mendorong gratifikasi yang segera namun dinyatakan sebagai seorang yang bereaksi pada
kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional
3) Efek negatif (Negatif affect)
Menurut Rook (1987: 195) reaksi atau pun konsekwensi negatif yang diakibatkan dari
kurang kendali terhadap hasrat dalam berbelanja. Dan membiarkan has rat belanja memandu
konsumen ke dalam mas alah yang lebih besar. Misalnya rasa penyesalan yang dikaitkan
dengan masalah financial, rasa kecewa dengan membeli produk berlebihan, dan has rat
berbelanja telah memanjakan rencana (non -keuangan).
52
4) Melihat-lihat toko
Menurut Hatane (2005:145) sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi
alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen secara positif berhubungan
terhadap dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak terenc anakan.
5) Kenikmatan berbelanja
Menurut LaRose dalam Semuel Hatane (2006:108) adalah sikap pembeli atau pembelanja
yang berhubungan dengan memperoleh kepuasan, mencari, bersenang dan bermain, selain
melakukan pembelian, diukur sebelum mengikuti perlakuan. Sedangkan menurut Rook (1987:
194) kesenangan belanja merupakan pandangan bahwa pembelian impulsif sebagai sumber
kegembiraan individu. Hasrat ini datang tiba-tiba dan memberikan kesenangan baru yang tibatiba.
6) Ketersediaan waktu
Menurut Babin et.al., dalam Semuel Hatane (2005:145) faktor-faktor internal yang terbentuk dalam
diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang
menarik untuk menghabiskan waktu luang.
7) Ketersediaan uang
Menurut Semuel Hatane (2005:145) sebagian orang menghabiskan uang dapat menguba h
suasana hati seseorang berubah secara signifikan, dengan kata lain uang adalah sumber
kekuatan.
8) Kecenderungan pembelian impulsif.
Menurut S tern dalam Semuel Hatane (2006: 107) adalah tingkat kecenderungan partisipan
berperilaku unt uk membeli secara spontan, dan tiba -tiba atau ingin membeli karena
mengingat apa yang pernah dipikirkan, at au secara s ugesti ingin membeli, atau akan
direncanakan untuk membeli.
Beberapa penelitian memperlihatkan pengaruh keadaan suasana hati dan emosi konsumen
terhadap perilaku pembelian impulsif. Suasana hati positif konsumen bisa menghasilkan pembelian
impulsif konsumen dibandingkan dengan suasana hati yang sedang negatif, walaupun pembelian
impulsif terjadi di luar kedua suasana hati tersebut. Suasana hati positif konsumen berhubungan
dengan keinginan untuk berbelanja secara impulsif, sementara pembelian impulsif konsumen yang
impulsif menurut lebih terikat emosi dibandingkan yang bukan pembeli. Ada hubungan yang positif
antara kesenangan yang dirasakan konsumen pada saat berada di lingkungan belanja dengan
perilaku pembelian impulsif. Setiap penelitian tersebut menyatakan bahwa perasaan senang akan
meningkatkan pengeluaran tanpa rencana.
Karakteristik hasrat ingin berbelanja bercirikan tindakan yang berlebihan dan berhubungan
dengan pencarian sensasi serta kebutuhan psikologis dalam mengatur tingkat dorongan yang tinggi.
Literatur mengenai pembelian impulsif, kesenangan diri serta pembelian im pulsif menyoroti peranan
citra sosial yang ada serta pernyataan identitas diri dalam keputusan berbelanja. Pembelian impulsif
lebih cenderung seperti hal yang melambangkan diri idaman serta berlebih dan hal tersebut
dipengaruhi oleh kategori sosial seperti gender. Mereka berpendapat bahwa wanita menilai
kepemilikan suatu barang sebagai pemenuhan emosi serta untuk alasan yang beorientasikan
hubungan, sementara pria lebih menilai kepemilikan suatu barang berdasarkan fungsi dan
kegunaannya. Hasil dari penelitian tersebut mendukung hipotesa mereka yakni: Pria lebih
mementingkan alasan personal (kemandirian) dalam hal berbelanja sementara wanita lebih pada
alasan identitas sosial (hubungan).
Kecenderungan pembelian impulsif seorang individu juga berhubungan denga n
karakteristik demografis seperti usia konsumen. B erdasarkan contoh umum orang dewasa di
Amerika ditemukan adanya suatu hubungan kebalikan antara usia dan pembelian impulsif secara
keseluruhan. Namun, hubungan tersebut merupakan sesuatu yang non-monotonik – antara usia
53
18 hingga 39 tahun, hasrat untuk berbelanja sedikit meningkat dan kemudian menurun. Hasil
tersebut sesuai bahwa konsumen di bawah usia 35 tahun lebih memiliki pembelian impulsif yang
tinggi dibandingkan dengan mereka yang berusia di atas 35 tahun. P enelitian mengenai karakter
keimpulsifan seseorang menunjukan bahwa individu yang lebih muda memiliki nilai yang lebih
tinggi dalam ukuran keimpulsifan dibandingkan dengan individu yang lebih tua karena keimpulsifan
berhubungan dengan kemunculan emosi, maka ditemukan bahwa hubungan a ntara usia dan
keimpulsifan seseorang sesuai dengan penelitian tentang emosi dan pengaturan emosi. Penelitian
menunjukan bahwa individu yang lebih tua menunjukan pengaturan emosi yang lebih baik
dibandingkan dengan individu yang lebih muda. Dari penemuan tersebut dinyatakan bahwa semakin
berumur, konsumen semakin belajar untuk mengatur kecenderungan pembelian impulsif mereka.
Dalam uraian tersebut diat as apabila pelanggan Rabbanimemiliki respon lingkungan berbelanja
yang baik maka akan berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif dalam membeli
produk Rabbani. Berdas arkan hal yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan
hipotesis secara umum sebagai berikut:
“Respon lingkungan berbelanja berdampak terhadap perilaku pembelian impulsif pada
pelanggan Rabbani”.
METODE P ENELITIAN
Metode penarikan sampel
Pengertian sampel yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:81) adalah:
“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ”. dalam penelitian ini
sasaran populasi yang akan dipilih adalah pelanggan Rabbanidengan dengan jumlah
pengunjung pada bulan Maret sebanyak 7450 pengunjung. Sedangk an penetapan juml ah
sampel dilak ukan dengan menggunakan rumus dari Slovin yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan dalam meraih anggota sampel yang ditolerir (tingkat kesalahan yang
diambil dalam sampling ini sebesar 10%).
Yang dijadikan sampel adalah 100 orang responden. Dalam penelitian ini metode
pengambilan sampel yang digunak an adalah teknik probability Sampling. Menurut Sugiyono
(2009:84) P robability Sampling adalah “Teknik pengambilan sampel yang memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
”. Dengan teknik pengambilan sampel random (Random sampling). Teknik penentuan sampel,
berdasarkan secara acak, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bert emu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel.
Metode Analisi s
Sebelum data di analisis, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Setelah data
terkumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi, yaitu
memberikan nilai (Scoring) sesuai dengan sistem yang ditet apkan. Scoring dilak ukan dengan
menggunakan skala likert 5 – 4 – 3 – 2 – 1. dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Akan tetapi sebelum melak ukan pengolahan data ,
penulis terlebih dahulu melakukan uji kualitas data dengan pengujian validitas dan realibitas.
54
Adapun met ode analisa yang digunakan adalah koefisien korelasi pearson dan koefisien
determinasi.
HASIL P ENELITIAN
Analisi s Kualitatif
Berdasarkan hasil perhitungan, skor total untuk respon lingkungan berbelanja adalah
sebesar 3316 yang terletak antara rentang 2880 dan 3600. Dengan demikian respon lingkungan
berbelanja berada pada tingkat baik. Dengan demikian variabel respon lingkungan berbelanja di
Rabbani berada pada kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa tanggapan responden mengenai
respon lingkungan berbelanja dinilai baik. Sebagian besar pelanggan setuju bahwa kes enangan,
kegairahan, dan dominasi dinilai baik.
Berdasarkan hasil perhit ungan, skor total untuk variabel perilaku pembelian impulsif
adalah sebesar 9463 yang terletak antara rentang 7540 dan 9860. Dengan demikian variabel
perilaku pembelian impulsif berada pada cuk up impulsif. Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka
dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang Lingkungan B erbelanja adalah cukup.
Dengan melihat tanggapan dari responden y ang meny atakan bahwa mereka sangat terkesan
dengan apa yang Rabbani tampilkan untuk me mberikan pelayanan yang dapat memberikan
subuah pengalaman yang sulit untuk dilupakan.
Analisi s Kuantitatif
Jika dilakukan perhitungan dengan menggunk an soft ware SPSS 13.0 for window, maka
output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Table 1
Korelasi Pearson Respon Lingkungan Berbelanja (X)
Dengan Perilaku Pembelian Impulsif (Y)
Cor relati ons
lingkungan berbelanja
pembelian impulsif
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
lingkungan
berbelanja
1
100
,663* *
,000
100
pembelian
impulsif
,663* *
,000
100
1
100
* *. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).
Berdasarkan perhitungan analisis koefisien korelasi diatas, diketahui bahwa nilai r
sebesar 0,663. Bila kita sesuaikan dengan k riteria nilai korelasi, maka nilai korelasi antara kedua
variabel diatas termasuk korelasi kuat, karena nilai 0,663berada ant ara kriteria nilai korelasi 0,60
sampai dengan 0,799. Hal ini menunjukan bahwa tingkat korelasi antara respon lingkungan
berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif pelanggan Rabbani adalah kuat.
Koefi sien Determinasi
Setelah diket ahui adanya hubungan ant ara Respon Lingkungan Berbelanja (X) Terhadap
Perilaku pembelian impulsif (Y ) pada pelanggan Rabbani, dapat diketahui melalui nilai koefisien
determinasi.
Besar koefisien determinasi dihitung dengan rumus:
2
KD = rxy x 100 %
55
dimana:
rxy = Koefisien Korelasi Pearson
maka:
2
KD = (0,663) x 100 %
= 43,9%
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis koefisien determinasi diatas, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan Lingkungan berdampak terhadap Pembelian Impulsif sebesar
43,9 % yang menandakan dampak tersebut cukup berarti. Sedangkan sisanya yaitu sebesar
56,1 % merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Faktor-faktor tersebut
kemungkinan diantaranya adalah: (1) harga produk yang ditawark an, (2) tingkat pelayanan
terhadap konsumen, (3) Persaingan yang semakin ketat dalam bisnis yang sama.
Pengujian Hipotesi s
Berdasarkan uji hipotesis diatas menunjukan bahwa nilai t hitung = 8,763 dimana nilai t tabel
=1,984. Sehingga terbukti bahwa t erdapat hubungan signifikan antara pelaksanaan respon
lingkungan berbelanja dengan pembelian impulsive. Maka H0 ditolak dan H1 diterima karena t
hitung > t tabel atau 8,763 > 1,984. Hal ini Sesuai dengan uji signifikansi dengan kriteria penolakan
dan permintaan hipotesis Ho adalah sebagai berikut :
Jika – t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika t hitung < - t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk menget ahui seberapa
besar dampak respon lingkungan berbelanja t erhadap pembelian impulsif, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan ant ara lingkungan berbeelanja dengan
pembelian impulsif. Berarti semakin baik respon lingkungan berbelanja akan memberikan
dampak yang baik pula terhadap pembelian impulsif pada Rabbani.
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Respon lingkungan berbelanja res ponden pada Rabbanitermasuk dalam kategori baik.
Hal ini bis a dilihat dari hasil hasil perhitungan, dengan skor total untuk res pon lingkungan
berbelanja adalah sebesar 3316 yang terletak antara rentang 2880 dan 3600 yang
termasuk dalam rentang kategori baik. Dengan demikian, respon lingkungan berbelanja
berada pada tingkat baik.
Perilaku pembelian impulsif pada pelanggan Rabbanitermasuk dalam kategori cukup
impulsif. Ini terlihat dari hasil perhitungan, skor total untuk perilaku pembelian impulsif
adalah sebes ar 9468 yang terletak dalam kategori baik yaitu antara rentang 7540 dan
9860.
Dari hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat ant ara respon lingkungan
berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif, ini membuktikan bahwa respon
lingkungan berbelanja berpengaruh pada perilaku pembelian impulsif. Dalam
meningkatkan perilaku pembelian impulsif, respon lingkungan berbelanja berpengaruh
sebesar 43,9%. Sedangkan sisanya 56, 1% dipengaruhi oleh faktor lain.
56
DAFTAR PUSTAKA
Engel, Blackwell, dan Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jakart a: Binarupa Aksara
Fandy Tjiptono, dkk, 2004. Marketing Scales. Yogyakarta: Andi.
Harun Al Rasyid, 1994. Teknik Penarikan S ampel dan P enyusunan Skala. B andung: Universitas
Padjadjaran.
Hatane Semuel, 2005. Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak
Terencana pada Tok o Serba Ada (Toserba) (Studi Kasus Carrefour Surabaya). Jurnal
manajemen & kewirausahaan, vol. 7, no. 2, september 2005: 152-170
Husein Umar, 2007. Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: P T. Gramedia Pustaka Utama
Jaya Negara, Danes, 2002. The Relationship between Shopping Environment and Shopping
Behavior: An Approach to Structural Equation Modelling. Sinrem I, 29 Juni: 305.
st
Kotler, Philip, 2000. Marketing Management, The Millenium 1 Edition. Prentice Hall, New
Jersey.
Kotler, Philip, 2003. Manajemen Pemasaran,. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Lee, Julie Anne, 2002. The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal
of ConsumerPsychology, 12(2), 163–176
Mowen, John and Minnor, 2002. Perilaku K onsumen. Jak arta: Erlangga.
Muhammad Ali Tirmizi, Kashif-Ur-Rehman, M. Iqbal S aif, 2009. Suatu Studi Empiris terhadap
Perilaku Pembelian Impulsive Konsumen di Pasar Lok al. European Journal of Scientific
Research ISSN 1450-216X Vol.28 No.4 (2009), pp.522-532
Rook, 1987. “The Impulse B uying”. The Journal of Consumer Research, Vol.14. No.2,
http://www.jstor.org/stable/ 248941.
Schiffman, Leon.G. dan Kanuk, Leslie. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Indeks
Simamora, Bilson, 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: P T Gramedia Pustaka
Utama
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta
Ujang Sumarwan, 2004. Perilaku Kons umen. Bogor: Ghalia Indonesia
Umi Narimawati, 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan
Perhitugannya. Agung Media, Jakarta
57
ANALISIS PERP UTARAN PERS EDI AAN DAMPAKNYA TERHADAP LABA BERSIH PADA
APOTEK K24 BANDUNG
Windi Novianti
Koe sharyatin
Abstract
Inventory management is a technique for material related to inventory turns. Role in
materials management inventory conducted with several inputs used are: the demand that
occurred (demand) and costs associated with storage, Setra costs in case of lack of resources
(short -age). The purpose of this study is to determine t he velocity of inventory and net inc ome in
the state of Pharmac y K24period 2004-2009, and to k now the inventory turnover has an impact
on net income from 2004 to 2009 period.
The method used in this study passing descriptive method with quantitative approach.
Sample withdrawal techniques in this pnelitian nonprobability sampling using purposive sampling
approach. Thus obtained samples of financial reports from 2004 until 2009. Technique data
collecting tak en is documentation, interviews and observation. While the data analysis using
simple linear regression analysis, correlation, determination. Hypothesis test "t test" with the help
of SPSS 17 for windows.
The res ults show that the writer: (1) Development of inventory turns have increased, (2)
Earnings Growth is always increasing and decreasing where the greatest decline occurred from
2008 to the year 2009 that is equal to -40.60% (3) does not affect Inventory Turnover significantly
to the net profit attributable to other factors, as evidenced by the acquisition tcount -0567 <ttabrl
2.5706.
Keywords: Inventory Turnover, Net Profit and Pharmac y.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak merupakan akibat dari kebutuhan manusia
yang tidak terbatas yang diikuti dengan kecanggihan teknologi, sehingga perkembangan dunia
usaha semakin meningk at untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan timbul persaingan yang
competitive. Persediaan berhubungan erat dengan current assets atau aktiva lancar perusahaan,
maka apabila salah satu komponen aktiva lancar termasuk didalamnya persediaan terganggu,
maka akan mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan terganggu.
Pada Apotik K24 yang bergerak dalam bidang farmasi / penyediaan obat-obat an,
persediaan merupakan salah satu komponen modal kerja y ang sangat berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan apabila persediaan dalam perusahaan terjaga dengan
baik, maka akan berdampak pula terhadap laba perusahaan. Adapun persediaan perusahaan
pada Apotik K24 dapat dilihat pada tabel 1.1 dan nilai persediaan dapat dilihat pada grafik 1.1
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa nilai persediaan pada Apotek K24 tahun 2004
perputaran persediaannya sebes ar 9.29 kali dan mengalami penurunan pada tahun 2005 dan
2007. Dimana tahun 2005 sebesar 8. 73 dan tahun 2007 sebesar 7.37. Penurunan persediaan
tersebut dikarenakan barang mengalami penumpukan digudang. P ada tahun 2006, 2008 dan
2009 mengalami kenaik an sebesar 9.31, 8.31, dan 10.47. Hal tersebut terjadi karena barangbarang digudang mulai berkurang dis ebabkan barang-barang yang menumpuk mulai laku
terjual.
Tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukan dana yang diinvestasikan pada
persediaan efektif menghasilkan laba, adapun laporan perkembangan laba bersih pada A potek
K24 dapat dilihat pada tabel 1.2 dan nilai laba bersih dapat dilihat pada grafik 1.2
58
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa nilai laba bersih pada Apot ek K24 tahun 2004
sebesar Rp. 56.3 dan Mengalami kenaikan tahun 2005 dan 2008. Dimana tahun 2005 sebesar
Rp 88.7, tahun 2008 sebesar Rp 85. 4. Kenaikan tersebut diakibatkan persediaan yang mulai
membaik. P ada tahun 2006, 2007, dan 2009 laba bersih mengalami penurunan dik arenakan
persediaan barang di gudang mulai menumpuk kembali. Laporan laba bersih tersebut
mengindikasikan laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba yang didapat rata -rat a mengalami
suatu fluktuasi, hal tersebut diakibatkan oleh adanya suatu gangguan terhadap perputaran
persediaanny a yang tidak optimal sehingga laba yang diperoleh mengalami kenaikan dan
penurunan, seperti terjadinya kadarluarsa (expired) beberapa jenis obat, dan offer stock -nya obat
tertentu, persaingan harga yang mengakibatkan menurunnnya penjualan, hal ini jelas berdampak
pada perputaran persediaan dan akibatnya berdampak pula pada perolehan laba.
Identifikasi Masalah
Perputaran persediaan pada Apotek
K24 mengindikasikan adanya suatu
ketidaklancaran, hal ini diakibatkan oleh adanya suat u gangguan terhadap perputaran
persediaanny a yang tidak optimal sehingga laba yang diperoleh mengalami kenaikan dan
penurunan, seperti sering terjadinya kadarluars a (expired) beberapa jenis obat, dan offer stock nya obat tert entu, persaingan harga y ang mengakibatkan menurunnnya penjualan, hal ini jelas
berdampak pada perputaran persediaan dan akibatnya berdampak pula pada perolehan laba
apotik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berik ut :
1. Bagaimana perputaran persediaan pada Apotek K24 P eriode 2008-2013
2. Bagaimana perk embangan laba bersih pada Apotek K24 Periode 2008-2013
3. Seberapa besar dampak perputaran persediaan terhadap laba bersih A potek K24
Periode 2008-2013
Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari data tent ang perput aran persediaan
diperusahaan yang akan diteliti. Selain itu penelitian ini juga dimaksudkan unt uk mencari data
tentang laba bersih yang telah dicapai perusahaan, dan menganalisis pengaruh perputaran
persedian terhadap laba bersih di perusahaan.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perputaran pers ediaan pada Apotek K24 periode 2008-2013
2. Untuk mengetahui keadaan laba bersih pada Apotek K24 periode 2008-2013
3. Untuk mengetahui perputaran persediaan memiliki dampak terhadap laba bersih periode
2008-2013
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA P EMIKI RAN DAN HIPOTESIS
Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut Agus Ristono (2009:1) menyatakan bahwa:
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual
pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa persediaan terdiri dari persediaan bahan
baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Pers ediaan bahan baku dan
barang setengah jadi disimpan sebelum di gunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi.
Sedangkan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan
demikian setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan.
59
Persediaan menurut Moh. Benny Alexandri (2009:135) menyatak an :
Persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti barang-barang milik perusahaan dengan maksud
untuk dijual dalam suatu periode usaha tert entu atau persediaan barang -barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi at aupun persediaan bahan baku y ang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pentingnya Persediaan
Menurut Dermawan Sjahrial (2007:189) persediaan merupakan unsur utama dari modal
kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan invastasi yang sangat berarti pada banyak
perusahaan. Untuk beberapa bentuk perusahaan manufaktur seringkali memiliki persediaan
melibihi 15% dari total aktiva perusahaan ters ebut. Bahkan perus ahaan pengecer memiliki
persediaan memiliki lebih dari 25% dari total aktiva perusahaan. Masalah penentuan besarnya
investasi at au alokasi modal dalam persediaan merupakan mas alah yang penting bagi
perusahaan, karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan.
Bila investasi dalam persediaan lebih besar dari keuntungan maka:
a) Akan memperbesar beban bunga, terutama sumber modal kerjanya beras al dari dana
pinjaman.
b) Akan memperbesar biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan.
c) Akan memperbesar kerugian karena kerus akan persediaan.
d) Turunnya kualitas persediaan.
e) Persediaan akan mengalami keusangan (obs olescence), ketinggalan mode, semua hal
diatas akan mengalami keuntungan.
Sebaliknya investasi pada persediaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan
kekurangan bahan baku sehingga kapasitas produksi tidak penuh yang pada a khirnya
mengakibatkan biaya produksi rata-rata menjadi tinggi. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya
keuntungan perusahaan.
Biaya Persediaan
Biaya-biaya persediaan barang menurut T. Hani Handoko (2000:336) perlu diperhatikan:
a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost), adalah biaya yang dikeluarkan atas
investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk
menyimpan persediaan. Biaya ini merupakan biaya -biaya y ang bervariasi langung
dengan kualitas persedian barang. Biaya penyimpanan per periode kan semakin besar
apabila kualitas bahan yang dipesan s emakin banyak atau rata -rata persediaan semakin
tinggi.
b. Biaya pemesanan (ordering cost atau procurement cost) adalah biaya yang berasal dari
pembelian pemesanan dari supplier atau biaya persiapan (setup cost) apabila item
diproduksi didalam perusahaan. Pada umumnya biaya pemesanan tidak naik bila
kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi semakin banyak komponen yang dipesan
setiap kali pesan, jumlah pesanan perperiode turun, mak a biaya pemesanan total akan
turun. Ini berarti biay a pemesanan total per periode (tahunan) adalah sama dengan
jumlah pes anan yang dilakukan s etiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan
setiap kali pesan.
c. Biaya penyiapan (manufacturing cost), mer upak an biaya yang dikeluarkan apabila
bahan-bahan tidak dibeli, tapi diproduksi. Seperti halnya biay a pemesanan, biaya
penyiapan total per periode adalah sama dengan biaya penyiapan dikali dengan jumlah
penyiapan per periode.
d. Biaya kekurangan bahan (shorta ge cost), merupakan biaya yang timbul bilamana
persediaan tidak mencukupi adanya pemintaan bahan. Biaya kekurangan bahan adalah
jenis biaya yang paling sulit diperkirakan secara objektif dan sulit diukur dalam praktek,
terutama karena kenyat aan bahwa biaya ini sering merupakan opport unity cost.
60
Faktor Biaya Persediaan
Menurut Agus Ristono (2009:4) faktor biaya persediaan meliputi :
a. Biaya penyimpanan digudang, semakin banyak barang yang disimpan maka akan
semakin besar biaya penyimpanannya.
b. Risiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan digudang maka risiko
kerusakan barang semakin tinggi.
c. Risiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan “out of date” atau
ketinggalan jaman.
Fungsi-Fungsi Persediaan
Persediaan barang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan. Dari
berbagai macam pers ediaan y ang ada, seperti bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi, menurut T. Hani Handoko (2000;335-336) perus ahaan melakukan penyimpanan atas
persediaan atas barang karena berbagai fungsi, yaitu:
1. Fungsi Decoupling
2. Fungsi Economic Lot Sizing
3. Fungsi Antisipasi
Tujuan Pengelolaan Persedian
Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009: 4) adalah :
1) Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan k onsumen dengan cepat (memuaskan
konsumen).
2) Untuk menjaga k ontinuit as produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami
kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehi ngga sulit diperoleh
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3) Untuk mempert ahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
4) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan
ongkos pesan menjadi pesan.
5) Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena akan
mengakibatkan biaya menjadi besar.
Faktor-faktor Yang Menentukan Persediaan
Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan persediaan
yang optimal, oleh karena itu perlu diket ahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
persediaan.
Menurut Agus Ristono (2009:6) faktor -faktor yang menentukan persediaan adalah
sebagai berikut :
a. Volume atau jumlah yang dubutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga
kelangsungan (k ontinuit as) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan baku yang
dibutuhkan, maka ak an semakin besar tingkat persediaan bahan bak u.
b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku yang ti nggi dan
sebaliknya.
c. Sifat bahan baku/ penolong, apakah cepat rusak (durable good) at au tahan lama (udurable
good).
Jenis dan Macam Persediaan
Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan
berdasarkan tujuan. Maka persediaan dibagi dalam tiga kat egori yang sebagaimana dijelaskn
oleh Agus Ristono (2009:7) yaitu:
1) Persedian bahan bak u dan penolong
2) Persedian bahan setengah jadi
3) Persediaan bahan jadi
61
Lukman Syamsuddin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama dari
persediaan perusahaan yaitu persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam pros es dan
persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan
secara t erpis ah dalam neraca perusahaan, tetapi pemahaman atas ciri dari m asing-masing
macam persediaan tersebut adalah merupakan suatu faktor yang sangat penting.
Faktor Penentu Safety Stock
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya s afety stock sebagaimana y ang dijelaskan
oleh Agus Ristono (2009:8) adalah sebagai berikut:
1. Risiko kehabisan persediaan, yang biasanya ditentukan oleh :
a. Kebiasaan pihak supplier dalam pengiriman barang yang dipesan, apakat tepat waktu
atau sering kali terlambat dari waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak pembelian.
b. Dapat diduga at au tidaknya kebutuhan bahan baku/penolong untuk produksi
2. Biaya simpan digidang dan biaya ekstra bila kehabisan persediaan. Apabila dibandingkan,
biaya penyimpanan digudang lebih besar dari biay a yang dikeluarkan seandainya melakukan
pesanan ekstra bila persediaan habis, maka persusahaan tidak perlu memiliki persediaaan
yang bes ar.
3. Sifat persaingan. Persaingan y ang terjadi antar perus ahaan dapat ditentukan dari kecepatan
pelayanan pemenuhan permintaan pelanggan atau konsumen, maka perusahaan perlu
memiliki persediaan yang besar.
Pengertian Laba
Salah satu tujuan ut ama dari k egiatan operasi perusahaan adalah mendapatkan laba
yang maksimal. Maka penting bagi manajemen memperkirakan besarnya laba yang diharapkan
oleh perusahaan.
Berikut pengertian laba menurut Sofyan S Harahap (2009: 115) sebagai berikut :
Gains (Laba) adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang bersifat insidentil dan bukan
kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang mempengaruhi entity
selama satu periode tert entu, kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik.
Soemarso (2004: 235) menjelaskan:
“Laba bersih (net income) merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap
semua biaya-biaya kerugian”.
Kedua pengertian laba bersih diatas dapat disimpulkan bahwa laba bersih didalamnya
terdapat selisih antara semua pendapatan dan biaya.
Jenis-Jeni s Laba
Menurut Supriyono (2002:177) menjeleskan jenis -jenis laba yaitu:
1. Laba kotor
2. Laba dari operasi
3. Laba bersih
Adapun penjelasan dari jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba adalah:
1. Laba kotor yait u perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok
penjualan.
2. Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.
3. Laba bersih yaitu angka terakhir dari perhit ungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba
operasi ditambah pendapatan dan dikurangi dengan beban lain-lain.
Sedangkan menurut Hendriksen (2001:307) mengemukak an bahwa jenis -jenis laba dalam
hubunganya dengan perhut ungan laba yaitu:
1. Tambahan nilai (V alue A dded) yaitu harga jual produksi barang dan jasa perusahaan
dikurangi karga pokok barang dan jasa yang dijual.
2. Laba bersih perus ahaan yaitu kelebihan hasil (revenue) dari biay a seluruh pendapatan dan
rugi, biay a tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil.
62
3.
4.
Laba bersih bagi investor yaitu sama seperti laba bersih perusahaan tetapi set elah dikurangi
pajak penghasilan.
Laba bersih bagi pemegang saham residual yaitu laba bersih kepada pemegang saham
dikurangi deviden saham preferen.
Penggolongan Laba
Berikut penggolongan laba dalam penetapan pengukuran laba menurut Supriyono
(2002:178) adalah sebagai berikut:
a. Laba kotor atas penjualan
b. Laba bersih operasi perusahaan
c. Laba bersih sebelum pot ongan pajak
d. Laba kotor sesudah potongan pajak
Unsur-unsur Laba
1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau penambahan nilai atas aktiva suatu entitas
atau penyelesaian kewajiban-k ewajiban (atau kombinasi keduanya) yang beras al dari
penyerahan at au produksi barang, pemberian jasa, atau
aktivitas-aktivitas lain yang
merupakan operasi utama atau operasi inti berkelanjutan.
2. Beban (expense) adalah arus keluar atau pemak aian lain nilai aktiva at au terjadinya kewajiban
(atau kombinasi keduanya) y ang berasal dari penyerahan barang, pemberian jasa,
pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupak an operasi utama dari operasi inti yang
berkelanjutan dari suatu entitas.
3. Keuntungan (gain) adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi periteral
(menyat akan ses uatu yang bersifat sampingan, tidak merupak an yang utama) atau insidental
pada suatu entitas dari trans aksi lain dan kejadian serta situasi lain yang mempengaruhi
entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan at au investasi pemilik.
4. Kerugian (losses) adalah penurunan ek uitas atau aktiva bersih y ang berasal dari t ransaksi
periteral (menyatakan sesuat u yang bersiat sampingan, tidak merupakan hal yang utama)
atau insidental pada suatu entitas dari transaksi lain dan kejadiaan s erta situasi lain yang
mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba
Dalam memperoleh laba yang diharapkan, perusahaan perlu melakukan suatu
pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba yang akan diharapk an dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut.
Menurut Mulyadi (2001: 513) faktor-faktor yang mempengaruhi laba antara lain:
1. Biaya
2. Harga Jual
3. Volume Penjualan dan Produksi
2.2.6. Konsep Laba
Sofyan Syafri Harahap (2001:297) menjelaskan konsep laba yang terdiri dari :
1. Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)
2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)
3. Konsep Capit al Maintenanc e
Adapun penjelasan dari konsep-konsep laba tersebut sebagai berikut:
1. Konsep laba ekonomi
Sifat-sifat laba ekonomi mencangkup tiga tahap yaitu :
a. Physical Income yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan
kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur.
b. Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap
kesenangan fisik. Ukuran yang digunakan untuk real income ini biaya hidup (cost of
living). Dengan perkataan lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari
keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang
da jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
63
c. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima unt uk dikonsumsi dalam memenuhi
kebutuhan hidup.
2. Konsep laba akuntansi (Accounting Income)
Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akunt ansi itu adalah perbedaan ant ara
revenue yang direalisasikan yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan
denga biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode ters ebut.
Beberapa kebaik an dari konsep laba akuntans i :
a. Dapat terus-menerus ditelusuri.
b. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan dilaporkan
secara objektif, perhitugan laba ini dapat diperikasa ( variability).
c. Memenuhi prinsif konservatisme, karena yang diakui hanya laba yang direalisasi dan
dapat memperhatikan perubahan nilai.
d. Dapat dijadikan sebagai alat control oleh manajemen dalam melaksanakan fungsi -fungsi
manajemen.
Terdapat pula kelemahan dari kons ep laba akuntansi ini yaitu:
a. Tidak dapat menunjuk an laba yang belum direalisasikan yang timbul dari k enaikan nilai.
Kenaikan ini ada namun belum direalisasikan.
b. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan, hal ini timbul karena perbedaan
dalam metode penghitungan cost, perbedan waktu antara realisasi hasil dan biaya.
c. Penerapan prinsip realisasi, historical cost dan c onservatisme dapat menimbulkan salah
pengertian terhadap data yang disajikan.
3. Konsep Capit al Maintenanc e
Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tet ap masih
ada ( capital maint ained atau return on capital) atau biaya telah tertutupi (cost recovery) atau
pengambilan modal return of capital. Konsep ini dinyatakan baik dalam ukuran uang (units of
money)y ang disebut financial capital atau dalam uk uran tenaga beli (general purchasi ng
power) yang disebut physical capital.
Hubungan Perputaran Persediaan dengan Laba Bersih
Menurut Syafaruddin Alwi (1993:116) menjelaskan bahwa:
”Inventory Turnover bila rasio ini rendah berarti masih bangak stock yang belum terjual hal ini
akan menghambat cash flow, sehingga berpengaruh terhadap keuntungan”.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa apabila tingkat perputaran persediaan
yang dihasilkan oleh perusahaan rendah, maka laba yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap
perusahaan.
Kerangka Pemikiran
Persediaan menurut Moh. BennyAlexandri (2009: 135) menyatakan :
Persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti barang-barang milik perusahaan dengan maksud
untuk dijual dalam suatu periode usaha tert entu atau persediaan barang -barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi at aupun persediaan bahan baku y ang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Dari pengertian persediaan diatas dapat diket ahui bahwa persediaan merupakan elemen
modal kerja yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan akan berpengaruh
terhadap jalannya operasional dan produktivit as dalam menghasilkan barang. Dengan demikian
diperlukan adanya suatu manajemen untuk mengelolaan persediaan dan kebijakan mengenai
apa yang harus dilak ukan perus ahaan terhadap persediaan tersebut.
Tujuan Manajemen Persediaan menurut Lukas Setia Admaja (2008:63) menyatakan:
Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutukan untuk
operasi yang berk elanjutan pada biaya yang diminimalisir, langk ah pert ama dalam
mengembangkan suatu model persediaan adalah mengidentifikasi biaya yang
berhubungan dengan pengesahaan dan penyimpangan persediaan ( ordering costs and
carrying costs).
64
Dari tujuan manajemen pers ediaan diatas maka dapat diketahui bahwa peran sert a
manajemen persediaan adalah untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha
pengendalian bahan bak u maupun bahan jadi dalam suatu aktivitas perus ahaan.
Menurut Sofyan Harahap (2009:308) perputaran persediaan adalah :
“Menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat”.
Perputaran persediaan =
Harga pokok penjualan
Rata-rata persediaan barang
Hari dalam perputaran =
365
Perputaran persediaan
Pengertian Inventory Turnover menurut Susan Irawati (2006:56) yaitu :
Inventory Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kemampuan dana
suatu perusahaan yang t ertanam dalam inventory atau persediaan yang berputar dalam suatu
periode tertent u atau likuiditas dari inventory dan perkiraan untuk adanya overstock. Semakin
capat persediaan perputaran semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan inventory.
Soemarso (2004: 235) menjelaskan:
“Laba bersih (net income) merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap
semua biaya-biaya kerugian”.
Laba Bersih = Pendapatan – Biaya
Pengertian laba bersih menurut Ahmed Riohi Belkaoui (2004:279) yaitu:
Laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan
biaya yang telah habis mas a berlaku sert a keuntungan dan kerugian dari perusahaan
dari penjualaan, pertukaran, atau konversi lainya dari aktiva.
Kedua pengertian laba bersih diatas dapat disimpulkan bahwa laba bersih didalamnya
terdapat selisih antara semua pendapatan dan biaya. Dengan laba yang didapat perusahaan
secara optimal maka mencerminkan kegiatan operasional perus ahan berjalan dengan baik.
Hipote si s
Pengertian hipot esis menurut Sugiyono (2004:70) adalah :
Hipot esis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bent uk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasark an pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
OBJEK DAN METODE P ENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Perputaran persediaan sebagai variabel bebas (independent).
2. Laba bersih sebagai variabel terikat (dependent).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Idependen (Variabel Bebas)
Menurut Sugiyono (2009:61), Variabel independen adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi at au yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sense.
2. Variabel Dependen (V ariabel Terikat)
65
Menurut S ugiyono (2009:61), Variabel dependen adalah merupakan variabel yang
dipengaruhi at au yang menjadi akibat Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Keputusan Pembelian.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif
dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk
diambil kesimpulan. Artinya penelitian yang dilakuk an adalah penelitian yang menekankan pada
analisis data numeric (angka). Dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui
hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran objek yang diteliti.
Metode deskriptif Menurut Sugiyono ( 2005:21 ) :
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yag lebih luas”.
Metode deskriptif merupakan penelitian yang dilak ukan terhadap variabel mandiri yaitu
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Metode K uantitatif menurut Mudrajat Kuncoro ( 2000:1-2 ) adalah
Pendekatan Ilmiah terhadap pengambilan keputus an manajerial dan ekonomi. Di mana
pendekatan ini terdiri atas perumusan mas alah, penyusunan model, mendapatkan data, mencari
solusi, menguji solusi, menganalisa hasil, dan mengimplementasikan.
Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu Penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan
perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan sistematis.
Menurut M, Nazir ( 2003:84 ) :
“Des ain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian”.
Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam melak ukan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data mengenai perput aran persediaan pada Apotek K24 harapan indah.
2. Mengumpulkan data mengenai laba bersih perusahaan pada Apotek K24 harapan indah.
3. Melakukan hipotesis untuk membuktikan hubungan atau pengaruh perputaran persediaan
terhadap laba bersih.
4. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.
Operasionalisa si Variabel
Sesuai dengan judul yang telah dipilih yaitu “Analisis Perputaran Persediaan Terhadap
Laba Bersih”, maka penulis menetapkan 2 variabel penelitian yaitu:
1. Perputaran persediaan sebagai variabel independent (X)
Dalam hal ini perputaran persediaan menunjukan seberapa cepat perputaran persediaan
dalam siklus produksi normal. Semakin cepat perputarannya semakin baik karena dianggap
kegiatan penjulan berjalan cepat.
2. Laba bersih sebagai variabel dependen (Y)
Laba bersih (net income) merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan
terhadap semua biaya-biaya kerugian.
Penjelasan operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel 3.1 yang terdapat pada
daftar tabel.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi
Menurut Sugiyono ( 2002:74 ) menjelaskan bahwa:
“Populasi adalah wilay ah generalisasi yang terdiri atas objek atau s ubjek y ang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian
ditarik kesimpulan”.
66
Dalam hal ini sasaran populasi yang dipilih adalah data laporan keuangan pada A potek
K24Bandung.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah dat a laporan keuangan pada Apotek K24
pada tahun 2008 sampai dengan 2013. Teknik sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan Rancangan Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling Design ) bahwa
tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis-jenis data yang dikumpulkan
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh s ecara langsung dari sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil dari wawancara atau pengisian kuesioner yang biasa dilakukan
oleh peneliti, yang menjadi s umber dari data primer untuk penelitian ini yaitu perusahaan
yang penulis teliti.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui perantara, jadi informasi tidak diperoleh langsung dari
sumber yang bersangkutan, informasi ini diperoleh dari daftar kepustakaan dan sumber
lainnya seperti laporan keuangan. Data s ekunder ini digunakan oleh peneliti untuk proses
lebih lanjut.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Penilitian Kepustakaan (Literary Research)
Metode ini dilakuk an dengan cara mempelajari, meneliti dan menelah berbagai sumber
berupa buku-buku yang menunjang, majalah -majalah serta studi yang telah didapat di
perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2. Penelitian Lapangan (Field Res earc h)
Merupakan metode penelitian mengenai permasalah yamg ada sec ara langsung k e objek
penelitian untuk mendapatkan laporan tahunan perusahaan guna memperoleh data yang
sekunder berupa laporan keuangan dan data lainnya.
Penelitian dilakukan dengan cara:
a. Wawanc ara, yaitu melakukan Tanya jawab atau berkomunikasi sec ara langsung dengan
pihak-pihak yang mengenai masalah -masalah keuangan perusahaan.
b. Observasi yait u, mengadakan peninjauan atau pengamatan langsung terhadap objek
penelitian guna mendapat gambaran keuangan dan kegiatan usaha perusahaan.
Metode Analisi s dan Perancangan Hipotesi s
Metode Analisi s
Dalam penelitian metode analisis maliputi, analisis regresi, analisis korelasi, koefisien
determinasi, dan rancangan pengujian hipotesis.
a. Analisis Regresi
Menurut Gujarat (1995:110) yang dikutip oleh Mudrajat Kunc oro (2001:92) menj elaskan:
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan antara satu variabel (terikat)
dengan satu atau lebih variabel independent (variabel penjelas atau bebas), dengan
tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata
variabel dependent berdasarkan nilai variabel yang diketahui.
b. Analisis Korelasi
Pengertian analisis korelasi menurut Jonathan Sarwono (2006:37) adalah:
“Analisis korelasional digunakan untuk melihat kuat lemahnya antara variabel bebas dengan
tergantung”.
67
Selain pengertian diatas analisis korelasi juga digunakan untuk mengetahui derajat
korelasi ant ara kedua variabel, sehingga digunakan analisis korelasi product moment yang
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak nya hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat, sehingga diperoleh rumus sebagai berikut :
r=
∑nXY-∑X ∑Y
.
√ (n∑X2 -(∑X)2 )(n∑Y2 -(∑Y)2 )
Keterangan :
y = Variabel terikat (dependent)
x = Variabel bebas (independent)
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunak an untuk mengetahui berapa besar dari variabel variasi
variabel dependent dapat dipengaruhi oleh variasi independent. Dengan rumus:
2
Kd = r x 100%
Dimana : Kd= Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
3.2.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis.
Menurut Husein Umar (2000:104) hipotesis adalah perumusan s ementara mengenai
suatu hal yang dibuat untuk menjelskan hal itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan
penyelidikan selanjutnya.
Untuk selanjutnya langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Ho: β ≤ 0, artinya perput aran persediaan tidak berdampak positif terhadap laba bersih.
H1: β > 0, artinya perputaran persediaan berdampak positif terhadap laba bersih.
Untuk menarik kesimpulan dari hipot esis diatas dilakukan dengan membandingkan nilai
t hitung dan t tabel dengan tingkat signifikan sebesar 0.05 (α = 5%) dan df = n -2.
Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis H0 adalah sebagai berikut :
 Jika t tabel < t hitung, maka H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1 diterima atau tidak ada
dampaknya.
 Jika t tabel > t hitung, maka H0 ada pada daerah penerimaan, berarti H1 ditolak atau ada
dampaknya.
ANALISA DAN PEMBAHAS AN
Perkembangan Perputaran Persediaan Apotek K24 Bandung
Perusahaan sangat membut uhkan pengelolaan perputaran persediaan yang efisien,
yang dapat membuat kelancaran operasi perusahaan. Perusahaan yang mampu memenuhi
persediaanny a yang maksimal akan membuat perusahaan memperoleh dana yang besar.
Apabila perusahaan mengalami kek urangan persediaan maka perusahaan tidak mampu
menjalankan operasinya secara maksimal, hal ini bisa mengakibatkan perusahaan sulit
menambah perolehan kas untuk mendanai semua kebutuhan aktivitas operasi.
Perputaran persediaan merupakan faktor yang dapat dijadikan ukuran kecepatan barang
berganti atau telah dijual. Semakin tinggi perputaran persediaan, semakin tinggi biaya yang
dapat ditekan sehingga semakin besar pula perolehan laba suatu perus ahaan. K ondisi
68
perkembangan perputaran persediaan yang dialami oleh Apotek K24 berdasarkan laporan
keuangan dari tahun ketahun mengalami fluktuasi.
Naik-turunnya nilai persediaan ini disebabkan oleh adany a suatu gangguan terhadap
perputaran persediaannya yang tidak optimal sehingga laba yang diperoleh mengalami kenaikan
dan penurunan, seperti sering terjadinya kadarluarsa (expired) beberapa jenis obat, dan offer
stock-nya obat tert entu, persaingan harga yang mengakibatkan menurunnnya penjualan, hal ini
jelas berdampak pada perputaran persediaan dan akibatnya berdampak pula pada perolehan
laba.
Perkembangan Tingkat Laba Bersih Apotek K24 Bandung
Laba bersih merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perus ahaan yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapatkan imbalan yang memadai
dari penggunaan asset yang dikuasainya. B agi perusahaan pada umumnya usahanya lebih
diarahkan untuk mencapai laba bersih yang maksimal sehingga ukuran tersebut menjadi jaminan
bagi sebuah perusahaan unt uk dapat beroperasi secara stabil.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa besarnya tingkat Pendapatan
Laba Bersih Apotek K24Bandung selama periode 2008-2013 mengalami peningkatan maupun
penurunan.
1.
Besarnya tingkat pendapatan Laba Bersih Apotek K24 Bandung pada tahun 2004 adalah
Rp. 56. 3, dan mengalami kenaikan pada tahun 200 9 sebesar Rp 88,7 dengan
persentaseny a 57.54%, Hal ini diikarenakan persediaan yang menumpuk digudang mulai
berkurang dan persediaan telah lak u terjual
2. Di tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan dengan laba bersih 2009 sebesar Rp
76.8 dan Rp 56.1. Dengan tingkat perkembangannya sebesar 13.41% dan 26.95%. Hal
ini diikarenakan persediaan yang menumpuk digudang mulai bertambah dan persediaan
belum lak u terjual.
3. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan dengan laba bersih sebesar Rp. 85.4 tingkat
perkembanganny a sebesar 52.18%, Hal ini diikarenakan persediaan yang menumpuk
digudang mulai berkurang dan persediaan telah laku terjual. Ditahun 2013 mengalami
penurunan kembali dengan laba bersih sebesar Rp 50.7dengan tingkat perse ntase
sebesar 40.60%, penurunan itu diakibatkan persediaan kembali menumpuk digudang.
Naik-turunnya nilai laba bersih ini disebabkan oleh adanya suatu gangguan terhadap
perputaran persediaannya yang tidak optimal sehingg a laba yang diperoleh mengalami kenaikan
dan penurunan, seperti sering terjadinya kadarluarsa (expired) beberapa jenis obat, dan offer
stock-nya obat tert entu, persaingan harga yang mengakibatkan menurunnnya penjualan, hal ini
jelas berdampak pada perolehan laba.
Hasil Uji Hipote si s
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap laba bersih perusahaan
dilakukan analisis regresi linier. Dimana yang menjadi varibel bebas (X) adalah perputaran
persediaan dan vaiabel t erikat (Y) adalah laba bersih. A nalisis regresi linier digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh perputaran persediaan terhadap laba bersih sehingga
dapat diketahui perubahan perputaran persediaan terhadap perubahan laba bersih.
2. Analisis Korelasi
Untuk menget ahui besarnya pengaruh perputaran persediaan terhadap laba bersih,
maka digunakan analisis korelasi yang menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y. Adapun
hasil dari perhitungan korelasi sebagai berikut :
r
n XY   X  Y 
n X    X  nY   Y  
2
2
2
2
69
6 (3666.846) – (53.48) (414)
=
2
2
√ { 6 (482.187) - (53.48) } { 6 (29946.48) – (414) }
(21988.078) – (22140. 72)
=
√ {2893.122 – 2860.1104}{179678.88 – 171396}
-142.644
=
√{33.0116}{}-(8282.88)
-142.644
=
522.9064
= -0.272790694
Selanjutnya untuk lebih memperkuat hasil perhitungan sec ara manual, maka dilakukan
perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for windows. Berdasarkan korelasi
yang didapat sebes ar -0.273 maka nilai korelasi tersebut bila mengac u pada int erpret asi nilai
korelasi menunjukan rendah (0.20 – 0.399) antara X dengan Y. Jadi hubungan ant ara perputaran
persediaan dengan laba bersih memiliki hubungan yang rendah yang berarti apabila perputaran
persediaan meningkat maka laba bersih akan meningkat juga dan sebaliknya jika perputaran
persediaan turun maka laba bersih turun.
3. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini berguna untuk mengetahui besar persentase dampak
perputaran persediaan terhadap laba bersih. Dari nilai korelasi dapat diperoleh nilai pengaruh
perputaran persediaan t erhadap laba bersih. Untuk menggunakan perhitungan koefisien
determinasi sebagai berikut :
2
Kd = r x 100%
2
= -0.273 x 100%
= 0,074 x 100%
= 7.45%
Selanjutnya untuk lebih memperkuat hasil perhitungan diatas, maka dilakukan
perhitungan dengan menggunak an program SPSS versi 17.0 for windows . Berdasarkan hasil
perhitungan manual dan SPSS versi 17.0 for Windows diperoleh nilai koefisien determinasi
sebesar 7.45%. Besarnya angka koefisien determinasi sebesar 7.45% berarti laba bersih
ditentukan 7.45% oleh perputaran persediaan, sedangkan sisanya sebesar 92.55% ditentukan
oleh faktor lain yang tidak diteliti.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk lebih mey akinkan pengaruh perput aran persediaan terhadap laba bersih yang
benar-benar mempunyai hubungan yang erat, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis
digunakan untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap laba bersih. Langkah langkah dalam melakuk an pengujian hipot esis sebagai berikut :
1. Ho : ρ ≤ 0 , artinya tidak adanya dampak perputaran persediaan t erhadap laba
bersih.
2. H1 : ρ > 0 artinya ada dampak perputaran persediaan ter hadap laba bersih.
Untuk menguji hipotesis tersebut maka dicari dengan t hitung perhitungannya sebagai berikut :
t
hitung
=
r n 1
1 r 2
= -0.273  6 - 1
 1 – 0,074
= -0.273 (2)
70
0,926
= 0.546
0.96220
= -0.567
Tabel 4.8
Coefficients(a)
Model
1
Unstandardized Coefficients
(Constant)
Perputaran
Persediaan
B
107.515
Std. Error
68.307
-4.321
7.620
Standardized
Coeffic ients
Beta
-.273
t
Sig.
1.574
.191
-.567
.601
a Dependent Variable: Laba Bersih
Berdasarkan perhitungan diatas, t hitung diperoleh sebesar -0.567 A pabila dilihat dari
tabel distribusi t dengan tingkat signifikansi 5% atau 0.05 dan derajat kebebasan dk = n -1, maka
dk = 6-1 = 5 sehingga diperoleh t tabel s ebesar 2.015. Ini menunjukan t hitung < t tabel dimana H0
diterima dan H1 ditolak, artinya perputaran persediaan tidak berdampak secara signifikan
terhadap laba bersih.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasill penelitian dan pembahas an mengenai pengaruh perputaran
persediaan terhadap laba bersih pada Apot ek K24. Serta didiukung dengan teori yang mendasari
teori penelitian, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perputaran persediaan merupakan rasio keuangan yang
mengukur seberapa besar
efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Perputaran persediaan
jelas diperlukan dan diperhitungkan dalam perusahaan, karena dapat mengetahui efisiensi
biaya, dan juga berguna untuk memperoleh laba yang bes ar. Perk embangan perput aran
persediaan pada Apotek K24 dari tahun 2008 sampai tahun 2013 cenderung mengalami
kenaikan dan penurunan. Hal ini diakibatkan kurang efektifny a pengelolaan perput aran
persediaan, maka akan mengalami kadarluarsa (expired) beberapa jenis obat, dan offer
stock-nya obat tertentu, persaingan harga yang mengakibatkan menurunnnya penjualan, hal
ini jelas berdampak pada perputaran persediaan dan akibatnya berdampak pula pada
perolehan laba apotik
2. Salah satu tujuan utama dari kegiatan operasi perusahaan adalah mendapatkan laba yang
maksimal. Maka penting bagi manajemen memperkirakan bes arnya laba y ang diharapkan
oleh perusahaan. Gains (Laba) adalah naiknya nilai equity dari trans aksi yang bersifat
insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang
mempengaruhi entity selama satu periode tertentu, kecuali yang beras al dari hasil atau dari
pemilik.
3. Dari pembahasan penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan yang rendah antara
perputaran persediaan t erhadap laba bersih yait u sebes ar -0.273, dan besarnya dampak
perputaran persediaan terhadap laba bersih yaitu sebes ar 7.45% , sedangkan sisanya
sebesar 92.55% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti likuiditas,
pasiva, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ristono.2009. Manajemen Persediaan Edisi 1. Graham Ilmu: Yogy akarta.
Husein Umar. 2004. Metode Penelitian. unt uk Skripsi dan Bisnis. PT. Raja Grafindo
Jonathan Sarwono. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Andi :Yogyakarta.
71
Persada: Jakarta.
Muhammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Moh. Benny Alexandri. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal. Alfabeta: Bandung.
Sugiyono.2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
Susan Irawati. 2006. Manajemen Keuangan. Pustaka: Bandung.
Sofyan Syafri Harahap. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan . P T. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat: Jakarta.
Syafaruddin Alwi. 1993. Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan Edisi ketiga Cetakan Pert ama.
Andi Offset. Yogyakarta.
Jurnal
Dwi Prastowo dan Rafika Julianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan
Aplikasi Edisi 2. UPP.AMP.YKPN: Jakarta.
Skripsi
Dewi Marutha.2009. Analisis Rasio Efisiensi Operasional Terhadap Laba B ersih Perusahaan
Pada Pabrik Gula Mojo. Melalui <http://etd.Eprints.ums.ac. id/4876/>. 17/8/2009.
Siti Aulia Handayani.2009. Pengaruh P erputaran P ersediaan dan Perputaran Piutang Terhadap
Marjin Laba. Melalui <http://www.library.gunadarma.ac. id/ index.php?> 04/04/2010
Silvester.2006. Analisis Pengaruh Perputaran Persediaan, Penjualan Bersih dan Perputaran
Piutang Terhadap Harga Pokok Penjualan. Melalui < http://digilib.unila. ac.id /files/disk1/12/
laptunilapp-gdl-s2-2006- silvester 561- 2004 _ts_-1.pdf>. 27/11/2006
72
PELAKS ANAAN P ENILAIAN KINERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA
PT. PERTAMINA BANDUNG INDONESIA
(Implem entation Of Performance Apprai sal Toward Employees work Motivation pada PT.
PERTAMINA Bandung INDONES IA.)
Pipit Afiautun
Maharani Rahma
Abstrak
Pelaksanaan Penilaian Kinerja yang efektif dan efisien merupakan faktor yang penting
dalam upaya meningkatkan motivasi kerja kary awan sehingga akan menciptakan kinerja
karyawan yang lebih optimal dan pada akhirnya berdampak langsung pada pencapaian penilai an
kinerja perusahaan. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan penilaian
kinerja di pada P T. PE RTAMINA Bandung Indonesia, motivasi kerja karyawan, dan menguji
pengaruh pelaksanaan penilaian kinerja terhadap motivasi kerja k aryawan di pada P T.
PERTAMINA Bandung Indonesia..
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan
pendekatan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah karyawan pada PT. PERTAMINA
Bandung Indonesia yang populasinya berjumlah 573 karyawan dan 85 karyawan sebagai sampel
penelitian, dengan tekhnik stratified random sampling. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan wawancara, obs ervasi, kuesioner dan dokumentasi. Tekhnik analisis kuantitatif
menggunakan korelasi pearson product moment, regresi linier sederhana dan koefisien
determinasi, serta uji t dengan menggunak an bantuan SPSS 13.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian kinerja sudah dilaksanakan dengan
baik oleh pada P T. PERTAMINA Bandung Indonesia sedangkan motivasi kerja karyawan
mendapat tanggapan cukup. Hasil analisis kuantitatif menyimpulkan bahwa pelaksanaan
penilaian kinerja secara signifikan berpengaruh terhadap motivasi kerja kary awan, dengan
tingkat keeratanya 0,806 (sangat kuat) selanjutnya hubungan (s angat erat ) dengan demikian
kontribusi pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi kerja 64,97% sedangkan sisanya 35,03%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yaitu promosi jabat an,
pemberian kompensasi, kepemimpinan dan lain - lain
Kata Kunci: Penilaian Kinerja, Motivasi Kerja Karyawan
PENDAHULUAN
Dewasa ini perusahaan – perusahaan sudah menyadari akan pentingnya peran dari
sumber day a manusia. sumber day a manusia itu dianggap s ebagai suatu fakt or yang sangat
mempengaruhi perusahaan dalam mencapai tujuannya,
Sumber daya manusia sudah dianggap sebagai faktor utama dalam memperoleh
keberhasilan. karena bagaimana pun juga sumber daya manusia itu sendiri sebagai orang yang
membuat perencanaan perusahaan dan melakukan kegiatan – kegiatan perusahaan, Sumber
daya manusia merupakan faktor dinamis yang mampu menentukan maju atau mundurnya suatu
organisasi, sehingga organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang handal akan
memenangkan persaingan maka harus sangat diperhatikan tanpa adanya sumber daya manusia
maka tujuan perusahaan tidak dapat berjalan
Pembinaan dan pengembangan karyawan baru at au pun lama dalam perusahaan adalah
salah satu kegiatan dalam rangka meny esuaikan diri dengan perubahan dan pe rkembangan
karyawan, karena itu perlu dilakukan penilaian atas pek erjaan yang telah dilaksanakan oleh
karyawan atau disebut dengan penilaian kinerja.
Penilaian kinerja adalah merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja
dengan standart yang telah ditetapkan. Faktor yang paling umum digunakan dalam penilaian
73
kinerja adalah pengetahuan tentang pekerjaannya, kepemimpinan, inisiatif, kerjas ama,
pengambilan keputusan, dan kreatifitas.
Pada umumnya sistem penilaian kinerja karyawan masih digunakan sebagai alat untuk
mengendalikan perilaku karyawan. s eperti yang berkaitan dengan kenaikan gaji, pemberian
bonus, promosi,dan penempatan kary awan pada posisi yang ses uai, penilaian kinerja tidak
hanya mengevaluasi Penilaian Kinerja karyawan,tetapi juga mengembangk an dan memotivasi
karyawan veitzhal rivai (2009:548)
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai - nilai yang mempengaruhi individu untuk
mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu
Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan k ekuatan untuk
mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan Veithzal Rivai (2009:837).
Terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni: rasa
aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil, lingkungan kerja yang menyenangkan,
penghargaan atas kinerja,bonus. veitzhal rivai (2009:838)
Penilaian kinerja merupakan sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan
sehingga dicapai tujuan unt uk mendapatkan kerja yang baik, Malay u hasibuan (2009:89) Pada
umumny a orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber day a manusia
sependapat bahwa penilaian kinerja ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan
karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana karyawan tersebut
bekerja. Bagi k aryawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal
seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. veitzhal rivai (2009: 551)
Pada P T. PERTAMINA B andung Indonesia sebagai perusahaan jasa tidak terlepas dari
variablevariabel yang ada di atas. dimana perusahaan ini memiliki karyawan yang mempunyai
keahlian masing-masing dalam bidangnya.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini s etiap karyawan di pada P T. PERTA MINA
Bandung Indonesia ditunt ut untuk bekerja sebaik -baiknya dengan tingkat kemampuan teknis,
kemampuan konseptual, dan kemampuan hubungan int erpersonal para k aryawan tersebut.
Sehingga dapat mengikuti perkembangan dan dapat mengantisipasi persaingan dari luar
perusahaan
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian SDM P T. PERTA MINA B andung menyatakan
bahwa penilaian kinerja di pada PT. PERTAMINA Bandung Indonesia telah dilakuk an secara
rutin setiap 6 bulan sekali. Namun dalam pelaksanaanya masih belum optimal hal ini dik arenakan
dalam melakukan Penilaian Kinerja karyawan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
perusahaan misalnya penilai kurang jujur,kurang adil serta masih adany a unsur nepotisme,suku
agama ras dan antar golongan dalam penilaian kerja kary awan. Sehingga menyebabkan
penilaian menjadi bias, hal ini terjadi sebagai akibat ukuran -ukuran y ang digunak an bersifat
subjektif. Sebagai contoh seorang penilai memberikan penilaian negatif terhadap orang yang
tidak disenangi, padahal sebenarnya apabila dinilai secara objektif, karyaw an tersebut
memperoleh nilai positif. Sebaliknya jika seorang bawahan y ang secara pribadi disenangi oleh
penilai memperoleh nilai positif meskipun sesungguhnya kinerja kerjanya rendah, dan akibatnya
terjadilah kecemburuan sosial diantara para karyawan, ku rangny a keharmonisan, loyalitas dan
rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugas perusahaan. Tujuannya dilakukannya Penilaian
Kinerja secara umum adalah unt uk memberikan umpan balik terhadap hasil kerja karyawan
dalam upaya meningkatkan motivasi kerja karya wan tersebut di pada PT. PERTAMINA Bandung
Indonesia. (Sumber : Wawancara Kepala B agian Sumber Daya Manusia Pada P T. PERTA MINA
Bandung Indonesia..
Melalui Penilaian Kinerja dapat diketahui kekurangan maupun kelebihan dari para
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, serta sampai dimana keahlian dan kemampuan
dalam bekerjanya. Dengan adanya Penilaian Kinerja akan dapat dilihat motivasi karyawan
dengan didas arkan atas pertimbangan-pertimbangan yang objektif.
Motivasi karyawan di pada P T. PERTAMINA Ba ndung Indonesia dinilai belum cukup
baik hal ini di tandai dengan tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis,rasa aman, rasa memiliki,
74
harga diri dan kebutuhan mengaktualisasikan diri, Berikut ini adalah data Penilaian Kinerja pada
PT. PERTAMINA Bandung Indonesia pada tahun 2011 - 2013 :
Tabel 1.1
Penilaian Kinerja Karyawan
Pada PT. PERTAMINA Bandung Indonesia
KRITERIA PENILAIAN
2011
2012
2013
Kualitas Hasil Kerja
72,5
66,5
62,1
Kuantitas Hasil Kerja
75,9
67,5
62,1
Disiplin Pegawai
74,4
68,4
65,9
Tanggung Jawab
70,8
69,2
62,8
Kerja Sama
72,4
65,3
60,2
Kepemimpinan
71,8
68,8
58,7
Prakarsa
70,9
65,6
59,1
Keterampilan Kerja
72,5
62,5
60,1
Kejujuran
69,4
64
59,2
jumlah
650,6
597,8
550,2
Sumber :Hasil pengolahan data Penilaian Kinerja Dokumen Perusahaan
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa P enilaian Kinerja karyawan pada P T. PERTAMINA
Bandung Indonesia tahun 2011 sampai 2013 menurun hal ini disebabkan karena belum
optimalny a pelaksanaan Penilaian Kinerj a di PT. PERTAMINA sehingga mengakibatkan
Penilaian Kinerja karyawan menjadi rendah.
Ketidakbenaran dalam P enilaian Kinerja karyawan dapat berpengaruh terhadap motivasi
kerja karyawan yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Seperti halnya Penilaian Kinerja di pada
PT. PERTAMINA Bandung Indonesia harus segera ditangani perusahaan karena menyangkut
citra perusahaan di mat a masyarakat selaku konsumen, Sesuai dengan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
”PELAKSANAAN P ENILAIAN KINERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN
PADA PT. PERTAMI NA BANDUNG INDONESIA.”
IDENTIFIKASI MASALAH
Penilaian Kinerja merupakan penilaian yang dilakukan secara periodik dan sistematis
terhadap peranan karyawan didalam perusahaan. Penilaian Kinerja tidak hanya diperlukan untuk
kelancaran dan keberhasilan pekerjaan, melainkan juga unt uk memotivasi karyawan dalam
bekerja
Pengertian dari motivasi itu sendiri adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa
upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja kerja y ang pada gilirannya akan membuahkan
imbalan atau hasil yang dik ehendaki. maka perusahaan mengharapkan agar karyawannya dapat
berkinerja semaksimal mungkin. Akan tetapi masih ada kesalahan dalam Penilaian Kinerja
karyawan yaitu kurang jujur, adil, suka atau tidak suka serta masih adany a unsur
nepotisme,sara(suku agama ras dan antar golongan) dalam Penilaian Kinerja. Sehingga
menyebabkan penilaian menjadi bias, mengakibatkan terjadinya kec emburuan diantara para
karyawan, kurangnya keharmonisan, loyalitas dan hilangnya rasa tanggung jawab dalam
75
menjalankan tugas perusahaan. Untuk itu, diperluk an suatu kajian keterkaitan antara Penilaian
Kinerja dengan motivasi karyawan.
RUMUS AN MASALAH
Agar tujuan perusahaan tercapai, perlu adanya penilaian kinerja yang dilakukan oleh perusahaan
agar karyawan termotivasi. Karena jika karyawan sudah termotivasi maka pekerjaanpun akan
dilakukan t anpa beban. Oleh karena itu penulis memaparkan bahwa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah bagaimana Penilaian Kinerja Karyawan dan Motivasi Kerja Karyawan
sekaligus Seberapa besar pengaruh penilaian Kinerja Karyawan terhadap Motivasi Kerja
Karyawan pada obyek yang diteliti yaitu PT. PERTAMINA Bandung Indonesia.
TINJAUAN P USTAKA
Pengertian Penilaian Kinerja
Menurut Veithzal Rivai (2009:549) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai berikut:
“Penilaian kinerja adalah mengacu kepada suatu sistim formal dan terstruktur yang
digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat -sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.”
Menurut Anwar P Mangkunegara (2009:69) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai
berikut: Penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian kinerja yang dilak ukan pemimpin
perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Didalam dunia usaha yang berkompetisi secara global, perusahaan memerlukan kinerja
tinggi, pada saat yang bersamaan,karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka
sebagai panduan bagi perilaku mereka dimasa yang akan datang, para pekerja juga ingin
mendapatkan umpan balik bersifat positif atas berbagai hal yang telah mereka lakukan dengan
baik,walau pun kenyataannya hasil penilaian kinerja tersebut masih lebih bany ak berupa
koreksi/kritik.
Ruang Lingkup Penilaian Kinerja
Malayu Hasibuan (2006:88) mengat akan bahwa ruang lingkup penilaian kinerja dicakup
dalam what, why, where, when, who, dan how atau sering disingkat 5W + 1H.
1) What (apa) yang dinilai
Yang dinilai adalah perilak u dan kinerja kerja karyawan seperti kesetiaan, kejujuran,
kerja sama, kepemimpinan, loyalitas, hasil kerja.
2) Why (kenapa) dinilai
a) Untuk menambah tingk at kepuasan para karyawan dengan memberikan
pengakuan terhadap hasil kerjanya.
b) Untuk membant u kemungkinan pengembangan personel bersangkutan
c) Untuk memelihara potensi kerja
d) Untuk mengukur kinerja para karyawan
e) Untuk mengumpulk an data guna menetapkan program kepegawaian
selanjutnya.
3) Where (dimana) penilaian dilakukan
Didalam pek erjaan dan diluar pekerjaan.
4) When (kapan) penilaian dilakuk an
Secara formal penilaian dilakukan secara periodik dan secara informal penilaian
dilakukan secara terus menerus.
5) Who (siapa) yang akan dinilai
Semua tenaga kerja yang melakukan pekerjaan diperusahaan.
6) How (bagaimana) menilainya
Metode penilaian apa yang digunakan dan problem apa yang dihadapi oleh penilai
dalam melakukan penilaian.
76
Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Veit hzal Rivai (2009:551) S uatu perusahaan melakukan penilaian kinerja
didasarkan dua alasan pokok yaitu
1) Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu
yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang S DM di masa yang akan datang
dan
2) Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawannya
memperbaiki kinerja,m erencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan
keterampilan untuk perkembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan antar
manajer yang bersangkutan dengan karyawannya
Menurut Malayu S P Hasibuan (2009:89) tujuan penilaian kinerja adalah:
1) Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi,
pemberhentian, penetapan besarnya balas jasa.
2) Untuk mengukur kinerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.
3) Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiat an didalam perusahaan.
4) Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektiva jadwal kerja, metode
kerja, struktur organisasi dan peralatan kerja.
5) Sebagai alat untuk meningkatkan motivai kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk
mendapatkan kinerja yang baik.
6) Untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.
7) Sebagai alat untuk mendorong atau membiasak an para atasan untuk menilai perilaku
bawahan.
Menurut Marihot (2005:195) tujuan dari penilaian kinerja adalah:
1) Perbaikan kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil
tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang
diberikan oleh organisasi.
2) Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi pegawai
secara layak sehingga dapat memotivasi mereka.
3) Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan pegawai sesuai
keahliannya.
4) Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan dik etahui kelemahan kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program pelatihan da n
pengembangan yang lebih efektif.
5) Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan karier
bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi.
Kegunaan Penilaian Kinerja
Menurut Veithzal Rivai (2009:554) kegunaan penilaian kinerja meliputi:
1) Posisi tawar. untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan
rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau langsung dengan karyawan.
2) Perbaikan kinerja. Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi kary awan,
manajer, dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan untuk meningkatkan atau
memperbaiki kinerja karyawan.
3) Penyesuaian kompensasi. Umpan balik pelaksanaan kerja membantu pengambil
keputusan dalam penyesuaian ganti rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikan
upahnya-bonus at au kompensasi lainny a. Banyak perusahaan mengabulkan sebagian
atau semua dari bonus dan peningk atan upah mereka atas dasar penilaian kinerja
4) Keputusan penempatan. Membantu dalam promosi, keputus an penempat an,
perpindahan, dan penurunan pangkaat pada umumnya
5) Pelatihan dan pengembangan.kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu k ebutuhan
untuk latihan.
6) Perencanaan dan pengembangan karir
77
7) E veluasi proses stafing.kinerja kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau
kelemahan prosedur staffing departemen SDM.
8) Defisiensi proses penempatan karyawan. Kinerja yang baik atau jelek mengisyaratkan
kekuatan atau kelemahan dalam prosedur penempatan karyawan didepartemen SDM
Aspek-Aspek Yang Dinilai Dalam Penilaian Kinerja
Menurut Veithzal Rivai (2009:563) faktor yang paling umum muncul dalam penilaian
kinerja adalah pengetahuan tentang pek erjaannya, kepemimpinan, inisiatif, kualitas pekerjaan,
kerja sama, pengambilan keputusan, kreativitas, dapat diandalkan, peremcanaan, komunikasi,
kecerdas an, pemecahan masalah,pendelegasian, sikap, usaha, motivasi dan organisasi Dari
aspek-as pek yang dinilai tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1) Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, t eknik, dan
peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan
pelatihan yang diperolehnya.
2) Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan
dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing -masing ke dalam bidang operasional
perusahaan secara menyelurh, yang pada intinya individual tersebut memahami t ugas,
fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
3) Kemampuan hubungan interpers onal, yaitu ant ara lain kemampuan untuk bekerja sama
dengan orang lain, memotivasi karyawan, dan lain-lain.
Menurut Malayu S P Hasibuan (2006:95) aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian
kinerja adalah:
1) Kesetiaan
Kesetiaan ini dicermink an oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organis asi
didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bert ang gungjawab.
2) Kinerja kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan
karyawan tersebut dari uraian pekerjaanny a.
3) Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas -t ugasny a memenuhi perjanjian baik
bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.
4) Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan -peraturan yang ada dan
melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
5) Kreativit as
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk
menyeles aikan pekerjaannya supay a bekerja lebih berdaya guna.
6) Kerja sama
Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan
lainnya secara vertikal atau horizontal sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7) Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang
kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya unt uk
bekerja secara efektif.
8) Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap prilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan
menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik,serta berpenampilan simpatuk dan
wajar.
9) Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasark an inisiatif sendiri untuk
menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan
membuat keputusan penyelesaian mas alah yang dihadapinya
10) Kecakapan
78
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam macam elemen yang semuanya t erlibat didalam penyusunan kebijaksanaan dan
didalam situasi manajemen.
11) Tanggung jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabk an
kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.
Program Penilaian Kinerja
Menurut Marihot (2005:199) menyatakan bahwa program penilaian kinerja meliputi:
1) Penentuan sasaran
Penentuan sasaran harus spesifik, terukur, menantang dan didasark an pada wak tu
tertentu.
2) Penentuan standar kinerja
Penilaian kinerja menghendaki penilaian tersebut harus benar-benar obyektif, yaitu
mengukur kinerja karyawan yang sesungguhnya. Sistem penilaian kinerja harus:
a) mempunyai standar yang menunjukkan perilaku kerja yang sedang dinilai yang
umumny a diterjemahkan dari sasaran kerja, misalnya hasil kerja.
b) Memiliki ukuran yang dapat dipercaya, dengan pengertian bilamana digunakan
oleh orang lain atau beberapa orang dalam waktu yang berbeda akan
menghasilkan kesimpulan yang sama.
c) Harus praktis dalam arti mudah digunakan dan dipahami oleh penilai dan yang
dinilai.
3) Penentuan metode dan pelaksanaan penilaian
Metode yang dimaksudkan disini adalah pendekatan atau cara serta perlengkapan yang
digunakan seperti formulir dan pelaksanaannya.
4) E valuasi penilaian
E valuasi penilaian merupak an pemberian umpan balik kepada pegawai mengenai
aspek-as pek kinerja yang harus diubah dan dipert ahankan serta berbagai tindakan yang
harus diambil, baik oleh organisasi maupun pegawai dalam upay a perbaikan kinerja
pada masa yang akan datang.
Menurut Veithzal Rivai (2009:581) hal yang perlu diperhatikan dalam program penilaian
kinerja yang menekankan pelaksanaan penilaian itu sendiri baik menyangkut tujuan instrumen
waktu pelaksanaan dan feedback diantaranya:
1) Tujuan penilaian
Tujuan penilaian harus ditetapkan sebab hal ini akan menjadi acuan dari program
penilaian.
2) Instrumen penilaian. hal ini penting yang berhubungan dengan instrumen- instrumen
diantaranya:
a. Teknik yang digunakan apakah rating scale, checklist, penilaian sendiri atau
MBO harus disesuaikan dengan tujuan penilai
b. Kualitas instrumen yang dicirikan: validity(kesahihan), realibility(dapat dipercaya)
dan practibility (kepraktisan).
3) Standar penilaian
Standar penilaian harus ditetapkan dahulu, untuk acuan penskoran dan mengurangi
ketidakpuasan orang yang dinilai karena merasa tidak diperlakukan tidak adil hanya
karena standar nilai yang tidak jelas.
4) Siapa yang menilai
Penilai bisa atas an langsung, diri sendiri, dan sesama karyawan.
5) Siapa Yang dinilai
Yang diniali adalah karyawan dan dinilai menurut pekerjaan masing-masing.
6) Waktu menilai
Jadwal yang paling bany ak digunakan adalah setengah tahun.
79
7) Pelatihan bagi penilai
Hal ini dimaksudkan agar penilai dapat terhindar dari kesalahan-k esalahan, seperti
kecenderungan terlalu keras, terlalu murah, serupa dengan saya, gender, agama,
kesukuan, almamater.
8) Feed back
Bagi karyawan hendaknya menjadikan hasil penilaian untuk memperbaiki kinerja
mereka. Sedangkan bagi perusahaan hasil penilaian berfungsi s ebagai pengendali
dalam proses pengambilan keputusan.
Penilai Kinerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2006:91) syarat-syarat penilai adalah sebagai berikut:
1) Penilai harus jujur, adil, objektif, dan mempunyai penget ahuan yang mendalam tentang
unsur-unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya sesuai dengan fakta yang ada.
2) Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar at au salah, baik atau buruk
terhadap uns ur-unsur yang dinilai sehingga penilaianny a jujur, adil, dan objektif. Penilai
tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas rasa suka atau tidak suka.
3) Penilai harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan
dinilainya supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
4) Penilai harus mempunyai kewenangan formal, s upaya mereka dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik.
5) Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya jujur dan adil.
Dalam persoalan siapa yang akan melakuk an penilaian kinerja karyawan
secara umum dikenal penilai informal dan formal.
1) Penilai informal
Penilai informal adalah penilai melakukan penilaian mengenai kualitas kerja dan
pelayanan yang diberikan oleh masing-masing karyawan baik atau buruk, penilai ini
adalah masyarakat, konsumen dan atau rekanan.
2) Penilai formal
Penilai formal adalah seseorang atau komite yang mempuny ai wewenang formal menilai
bawahannya didalam maupun diluar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijaksanaan
selanjutnya terhadap setiap karyawan. Hasil penilaian formal inilah yang akan
menentukan nasib setiap karyawan apakah dipindahkan secara vertikal atau horizontal,
diberhentikan, atau balas jasanya dinaikkan. Penilai formal ini dibedakan atas penilai
individual dan penilai kolektif. Penilai individual adalah seorang atasan langsung yang
secara individual menilai perilaku dan kinerja karyawan yang menjadi bawahannya
apakah baik, sedang atau kurang. Hasil penilaian kemudian diajukan kepada atasan
langsung penilai untuk disahkan atau ditandatangani. Penilai kolektif adalah suat u tim/
kolektif secara bersama-sama melakukan penilaian kinerja karyawan dan menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya terhadap karyawan tersebut.
Hambatan Penilaian Kinerja
Penilaian yang dilakukan dengan baik sesuai dengan fungsinya akan sangat
menguntungkan organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, dalam proses
melakukan penilaian terdapat beberapa tantangan.
Menurut Marihot (2005:201) hambatan penilaian kinerja meliputi:
1) Kesalahan penilai
Proses penilaian tentu saja dilakukan oleh manusia yang tidak pernah luput dari
kesalahan-kesalahan, yang dapat diakibatkan keterbatasan manusia dalam melihat
sesuatu. Kesalahan yang harus diperhatikan:
a) Hallo effect yaitu penyimpangan yang terjadi karena pendapat pribadi/ subyektif
penilai mempengaruhi penilaian. Pendapat tersebut umumnya dipengaruhi oleh
ciri-ciri pegawai yang mengesankan seseorang sangat disukai oleh penilai,
misalnya seorang pegawai yang cantik mempengaruhi penilaian seseorang.
80
b)
The error of central t endenc y yaitu penilai tidak senang memberikan penilaian
jelek atau baik kepada pegawai, sehingga cenderung menilai secara rata-rata.
c) The lenienc y and strictness biases yaitu penilai terlalu lunak atau terlalu keras.
Terlalu lunak mengakibatkan penilai cenderung memberikan nilai terlalu tinggi,
dan terlalu keras mengakibatkan penilai memberikan penilai memberikan nilai
terlalu rendah sehingga tidak mencerminkan pelaksanaan kinerja yang
sesungguhnya.
d) Personal prejuide, yaitu penilaian didasarkan atau dipengaruhi oleh prasangka prasangka yang tidak baik terhadap suat u kelompok masyarakat, misalnya suku
atau jenis kelamin dari kelompok mana pegawai berasal.
e) The recencyeffect, yaitu peniali mendasark an penilaiannya pada perilakuperilaku kerja yang paling akhir terjadi.
Bilamana dipertanyakan kenapa kecenderungan kesalahan ini terjadi, tampakny a ini
disebabkan penilai adalah manusia yang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan informasi
yang lengkap mengenai seseorang, sehingga manusia tersebut cenderung menilai apa yang
terlihat menonjol oleh dia, disamping obyek yang dinilai adalah manusia yang memang memiliki
banyak aspek tersembunyi. Sehingga salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kesalahan adalah sebelummemutuskan, penilai meminta masukan dari berbagai pihak termasuk
dari orang yang sedang dinilai dan menyadari sedalam -dalamnya kemungkinan-kemungkinan
terjadinya kesalahan diatas.
2) Ketidaksiapan penilai
Penilai mungkin tidak disiapkan untuk melakukan penilaian. Ini dapat mengakibatkan:
a) Penilai k urang percaya diri karena penilai tidak memahami elemen-elemen
sistem penilaian,
b) Keterbatasan pengetahuan mengenai pekerjaan dan juga pegawai yang sedang
dinilai,
c) Kurangny a waktu yang tersedia untuk melakukan penilaian karena kesibukan
para penilai dalam pekerjaan sehari -hari.
3) Formulir penilaian yang tidak baik
Metode-met ode penilaian biasanya menggunakan formulir penilaian, dan sering kali
formulir penilaian tersebut:
a) Tidak jelas,
b) Tidak mencakup aspek utama dari kinerja,
c) Terlalu rumit.
MOTIVASI
Pengertian Motivasi
Menurut Veithzal Rivai (2009:837) mendefinisikan motivasi sebagai berikut:
“Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai- nilai yang mempengaruhi individu unt uk
mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.”
Marihot Tua Efendi Hariandja (2005:321) mendefinisikan motivasi sebagai berik ut: faktorfaktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah
Mengingat bahwa setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai latar belakang
yang berbeda-beda, maka sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan
harapan karyawannya, apa bak at dan keterampilan yang dimilik i serta bagaimana rencana
karyawan tersebut pada masa mendatang. Jika perusahaan dapat mengetahui hal -hal tersebut,
maka akan lebih mudah untuk menempatkan kary awan pada posisi yang paling tepat, sehingga
ia kan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-usaha memahami kebutuhan karyawan ters ebut
harus disertai dengan penyusunan kebijakan perusahaan dan prosedur kerja yang efektif. Untuk
melakukan hal itu tentu bukan hal ini tentu bukan hal yang mudah, tetapi memerlukan kerja keras
dan komitmen yang sungguh-sungguh dari manajemen.
81
Aspek-Aspek Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi
Pada dasarny a motivasi dapat memacu karyawan unt uk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga
berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Veithzal Rivai (2009:838) terdapat
beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni: rasa aman dalam
bekerja, mendapatkan gaji yang kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan, pe nghargaan
atas kinerja kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. Dan menurut Malayu S P Hasibuan
(2006:150) aspek yang berpengaruh terhadap motivasi adalah material dan non material.
Material adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan kinerja yang diberik an oleh
karyawan yaitu uang dan barang-barang. Sedangkan non material yaitu motivasi yang tidak
berbentuk
Teori Motivasi
Menurut Veithzal Rivai (2009:840) terd apat beberapa teori motivasi, diantaranya:
1) Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)
Menurut Abraham Maslow bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas lima kebutuhan
yaitu: kebutuhan secara fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis meliputi: kebut uhan fisiologis, kebutuhan makan, minum dan
perlindungan fisik, seksual, sebagai kebutuhan terendah. Ras a aman meliputi:
kebutuhan rasa aman, kebut uhan perlindungan dari ancaman, bahaya pertentangan dan
lingkungan hidup. Kepemilikan sosial meliputi: kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan
untuk diterima dalam kelompok, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
Penghargaan diri meliputi: kebutuhan akan harga diri, kebutuhan dihormati dan dihargai
orang lain. Aktualisasi diri meliputi: kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill,
potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan
penilaian terhadap sesuatu.
Aktualisasi
diri
Penghargaan diri
Kepemilikan sosial
Rasa aman
Kebutuhan fisiologis
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow
Semakin ke atas kebut uhan seseorang semakin sedikit jumlah at au k uantitas manusia
yang memiliki kriteria kebutuhannya.
2) Teori Kebutuhan McClelland’s (Mc Clelland’s Theory of Needs)
McClelland theory of needs memfokuskan kepada tiga hal, yaitu:
a) Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan: kemampuan untuk mencapai
hubungan kepada standar perusahaan yang telah ditentukan juga perjuangan
karyawan untuk menuju keberhasilan.
b) Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja: kebutuhan untuk membuat
orang berperilaku dalam keadaan y ang wajar dan bijaksana didalam tugasnya
masing-masing
c) Kebutuhan untuk berafiliasi: hasrat untuk bersahabat dan mengenal lebih dekat
rekan kerja.
82
3) Teori X dan Y
Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, negatif
dengan tanda label x dan positif dengan tanda label y. Teori X (negatif) merumuskan
asumsi seperti:
a) Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan
menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.
b) Semenjak karyawan tidak suka at au tidak menyukai pekerjaannya, mereka
harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi
hukum jika tidak bekerja dengan sungguh -sungguh.
Teori Y (positif) memiliki asumsi seperti:
a) Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengont rolan diri sendiri jika mereka
melakukan komitmen.
b) Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif.
4) ERG Theory
Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer, yang sebetulnya tidak jauh be rbeda dengan
teori dari A braham Maslow. Teori ini mengatakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan
manusia, yaitu:
a) Existence berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan keberadaan
seseorang dalam hidupnya. Dikaitkan dengan penggolongan dari Maslow, ini
berkaitan dengan kebutuhan fisik dan keamanan.
b) Relat edness berhubungan dengan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Dikaitkan dengan penggolongan kebutuhan dari Maslow, ini meliputi
kebutuhan social dan pengakuan.
c) Growth berhubungan dengan kebut uhan pengembangan diri, yang identik
dengan kebutuhan self-actualization yang dikemukakan oleh Maslow.
Tujuan Motivasi
Menurut Hasibuan (2006: 146) mengatakan bahwa terdapat beberapa tujuan dari
motivasi, yaitu:
1) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja kary awan,
2) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan,
3) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik,
4) Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan,
5) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas -tugasnya,
6) Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
Model-Model Motivasi
Menurut Veit hzal Rivai (2009:852) menyat akan bahwa terdapat tiga model motivasi,
yaitu:
1. Model Tradisional
Untuk memberikan dorongan kepada kary awan agar melakuk an tugas mereka dengan
berhasil,para manajer menggunakan system upah insetif. Semakin banyak mereka
menghasilkan at au mencapai hasil kerja yang sempurna, semakin besar penghasilan me reka.
2. Model Hubungan Manusiawi
Dianjurkan untuk para manajer agar bisa memotivasi para karyawan dengan mengakui
kebutuhan social mereka dan dengan membuat mereka merasa penting dan berguna. Sesuai
dengan pendapat ini, perusahaan mencoba untuk mengakui kebut uhan social para kary awan,
dan mencoba memotivasi mereka dengan meningkatkan kepuasan kerjanya. Para karyawan
diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan
pekerjaannya.
3. Model SDM
Karyawan sebenarnya mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam, bukan hanya
motivasi karena uang ataupn keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berkinerja
dan mempunyai arti dalam bek erja. Tugas manajer dalam model ini, bukanlah menyuap par a
83
karyawan dengan upah atau uang saja tetapi juga untuk mengembangk an rasa tanggung jawab
bersama dalam mencapai tujuan organisasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan
menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing.
Prinsip-Prinsip Dalam Motivasi Kerja
Menurut Anwar (2009:100) terdapat beberapa prinsip dalam motivasi kerja, yaitu:
1) Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, kary awan perlu diberikan k esempatan ikut berpartisipasi
dalam menentukan tujuan yang akan dicapai ole h pemimpin.
2) Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuat u yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi
kerjanya.
3) Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha
pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi
kerjanya.
4) Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin y ang memberikan ot oritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk
sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya,
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai t ujuan
yang diharapkan oleh pemimpin.
5) Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberik an perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan
memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.
Metode Motivasi
Menurut Malayu S P Hasibuan (2006:149) ada dua metode motivasi, yaitu:
1) Motivasi langsung yaitu motivasi (materiil dan non materiil) yang diberikan secara
langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta
kepuasannya. Misalnya: pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus.
2) Motivasi tidak langsung yaitu motivasi yang diberikan hanya merupak an fasilitas -fasilitas
yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau k elancaran tugas sehingga para
karyawan betah dan bersemangat melakukan pek erjaannya. Misalnya: kursi yang
empuk, ruangan kerja yang terang, nyaman, suasana pekerjaan yang serasi,
penempatan yang tepat.
Jenis-Jeni s Motiva si
Menurut Malayu S P Hasibuan (2006:150) terdapat dua jenis motivasi, yaitu:
1) Motivasi positif
Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada merek a yang
berkinerja diat as kinerja standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan
meningkat karena umumnya manusia senang meneriam yang baik.
2) Motivasi negatif
Manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman.
Dengan motivasi negative, semangat kerja bawahan dalam jangka pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat
berakibat kurang baik.
Hubungan Penilaian Kinerja dengan Motivasi Kerja
Salah sat u cara yang dapat digunakan unt uk melihat perkembangan perusahaan adalah
dengan cara melihat hasil penilaian kinerja. Sasaran yang menjadi objek penilaian kinerja adalah
kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pek erjaan atau tugas yang
dievaluasi dengan menggunakan tolak ukur tertentu dan dilakukan secara berkala. Penilaian
84
kinerja digunakan perusahaan untuk menilai kinerja k aryawannya atau mengevaluasi hasil
pekerjaan karyawan. Penilaian kinerja yang dilakukan dengan benar ak an bermanfaat bagi
karyawan, manajer departemen SDM, dan pada akhirnya bagi perus ahaan sendiri.
Apabila Penilaian Kinerja dilakukan dengan benar, para karyawan, pimpinan, dan
perusahaan akan diuntungk an dengan adanya kepastian bahwa upaya-upay a individu
memberikan kont ribusi kepada perusahaan. Selain itu, penilaian kinerja juga adalah mekanisme
yang baik untuk mengendalikan karyawan. Perlu diketahui bahwa s ebagai karyawan, mereka
menginginkan adanya kesempatan promosi, memperoleh kenaikan gaji, juga menginginkan
terciptanya lingkungan kerja yang baik, menginginkan dit empatkan pada posisi yang cocok,
memberikan kepuas an dalam bekerja, dan lain-lain.
Sebagai karyawan, umpan balik sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana
kinerjanya. Apakah kinerjanya sudah baik, cukup, atau kurang. Perlunya penilaian kinerja bagi
karyawan adalah agar setelah karyawan dinilai kinerjanya, karyawan segera memperbaiki diri.
Umpan balik dari penilaian kinerja inilah y ang dapat membuat karyawan t ermotivasi dalam
bekerja.
Adapun motivasi kerja adalah bagaimana caranya mengarahk an daya dan potensi
karyawan, agar mau bekerja secara produktif dan mewujudk an tujuan yan g telah ditent ukan.
Pentingnya motivasi kerja karena motivasi yang menyebabkan dan mendukung perilaku
karyawan supaya mau bekerja giat dan bersemangat untuk mencapai hasil yang optimal.
Menurut Veithz al Rivai (2009: 551) Tujuan Penilaian Kinerja pada dasar nya untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawan. Veithzal Rivai (2009:548) Penilaian kinerja tidak saja
mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga mengembangkan dan memotivasi karyawan. Malayu
S P hasibuan (2006: 89) mengatak an bahwa penilaian kinerja dilakukan dengan tujuan sebagai
alat motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja
yang baik. Perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil, tetapi
yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk menc apai hasil kerja yang
maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan jika mereka
tidak mau bekerja dengan giat. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
hubungan antara Penilaian Kinerja dengan motivasi kerja.
KERANGKA P EMIKIRAN
Salah sat u cara yang dapat digunakan unt uk melihat perkembangan perusahaan adalah
dengan cara melihat hasil Penilaian Kinerja, apakah kinerja karyawan sudah baik atau belum.
Dengan adanya penilaian kinerja, diharapkan karyawan termotivasi dalam bekerja. Bila karyawan
sudah termotivasi maka tujuan perusahaan bisa tercapai.
Menurut Veithzal Rivai(2009:549) mendefinisikan Penilaian Kinerja sebagai berikut:
“Penilaian Kinerja adalah mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang
berkaitan dengan pekerjaan, perilak u dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. ”
Faktor yang paling umum muncul dalam P enilaian Kinerja adalah pengetahuan tentang
pekerjaannya, kepemimpinan, inisiatif, kualitas pekerjaan, kerja sama, pen gambilan k eput usan,
kreativitas, dapat diandalkan, perencanaan, komunikasi, kecerdasan, pemecahan masalah,
sikap, usaha. Dari aspek -aspek yang dinilai tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1) Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, t eknik, dan
peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan
pelatihan yang diperolehnya.
2) Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan
dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing -masing ke dalam bidang operasional
perusahaan secara menyelurh, yang pada intinya individual tersebut memahami t ugas,
fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
3) Kemampuan hubungan interpers onal, yaitu ant ara lain kemampuan untuk bekerja sama
dengan orang lai n, memotivasi karyawan, dan lain-lain.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2002:93) mendefinisikan motivasi sebagai
berikut:
85
“Motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya. ”
Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka, dan hal ini juga akan berpengaruh pada pencapaian t ujuan
perusahaan. Terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan
menurut Abraham A maslow dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2009:95) yakni:
1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan unt uk makan, minum, perlindungan fisik,
bernafas, seksual, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat rendah atau disebut
pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahay a,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
3) Kebutuhan unt uk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh k elompok,
berafiliasi, berint eraksi, dan kebutuhan untuk mencint ai serta dicintai
4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebut uhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang
lain.
5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill, dan potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan
ide – ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu
Menurut V eithzal Rivai (2009:551) Tujuan Penilaian Kinerja pada dasarnya unt uk
meningkatkan motivasi kerja karyawan. Veithzal Rivai (2009:548) Penilaian kinerja tidak saja
mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga mengembangkan dan memotivasi karyawan. Malayu
S P hasibuan (2006: 89) mengatak an bahwa penilaian kinerja dilakukan dengan tujuan sebagai
alat motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan kinerja kerja yang
baik.. Hal ini juga didukung Dari uraian diatas, tampak jelas bahwa penilaian kinerja berpengaruh
terhadap motivasi kerja karyawan. Dengan melandaskan pada pendapat para ahli,
teori-t eori yang ada dan berdasark an kerangk a pemikiran diatas, dapat dilihat paradigma
penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2 Paradigm a Penelitian
Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap motivasi kerjaKaryawan
Penilaian Kinerja Kerja (Variabel X)
Motivasi kerja (Variabel Y)
 Kem ampuan Teknis
 Kem ampuan Konseptual
 Kem ampuan
Hubungan
Interpersonal





Veithzal Rivai
(2009:563)
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan
untuk
rasa
memiliki
Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan
untuk
mengaktualisasikan diri
Abraham A Maslow
Prabu Mangkunegara
(2009:95)
dalam
Anwar
HIPOTESIS
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil hipotesis dalam penelitian ini bahwa:
Penilaian kinerja berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada P T. PERTA MINA
(Persero).
86
OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian,
objek penelitian ini menjadi s asaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun
solusi dari permasalahan yang terjadi, Adapun pendapat Husein Umar (2003: 303) menjelaskan
pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga
dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap
perlu.”
Objek dalam penelitian ini adalah P enilaian Kinerja sebagai variabel bebas atau independent
(X) yang mencak up kemampuan teknis, kemampuan konseptual dan kemampuan hubungan
interpersonal. Motivasi kerja sebagai variabel terikat atau dependent (Y) yang mencakup
kebutuhan fisiologis rasa aman dalam bekerja, kebutuhan harga diri, kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.
DESAIN P ENELITIAN
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang
terlibat dalam proses penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai
berikut:
Proses penelitian meliputi:
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian
7. Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di at as, maka desain pada penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
Peneliti melakukan survey awal untuk menentukan fenomena yang terjadi u ntuk dijadikan
sebagai sumber masalah sebagai dasar penelitian.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data. P roses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit
karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian
tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan
masalah dalam penelitian ini telah disebutkan dalam latar belakang penelitian dan dipe rinci
dalam identifikasi masalah dan perumusan masalah.
Konsep dan Teori yang relevan
Untuk menjawab rumus an masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti
dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan mas alah dan berpikir. Selain i tu
penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan s ebagai bahan untuk
memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis
mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawa b
masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
3. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh
penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban
itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah penerapan manajemen
kualitas terpadu berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.
87
4. Metode P enelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai,
pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan
dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana,
waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian kali ini metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunak an met ode analisis kualitatif
dan met ode kuantitatif.
5. Menyusun Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen
penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian
ini berbent uk kuesioner dan data keuangan perusahaan berupa laporan biaya produ ksi.
Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan dat a, maka instrumen penelitian harus
terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur
kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh ma na
pengukuran ters ebut dapat dipercaya. Set elah data terkumpul maka selanjutny a dianalisis
untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik
statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk mel akukan
penelitian mengenai:
a. Penilaian Kinerja yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh manajer
perusahaan
b. Motivasi kerja y ang ukurannya diperoleh dari data kuesioner y ang akan diisi oleh
pegawai perusahaan
Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhit ungan dengan menggunakan MSI
(Method Succesive Interval) untuk menaikkan skala ordinal menjadi interval, regresi linier
sederhana untuk membuktikan sejauh mana pengaruh y ang diperlihatkan antara penerapan
manajemen kualitas terpadu t erhad ap efisiensi biaya produksi pada divisi produksi, Korelasi
Pearson Product Moment untuk meneliti erat tidaknya pengaruh Penilaian Kinerja terhadap
motivasi kerja, koefisien det erminasi untuk menilai besarnya pengaruh Penilaian Kinerja
terhadap motivasi kerja dan t hitung untuk menguji tingkat signifikan.
6. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari s uatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap
rumusan masalah. Dengan menekank an pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai
solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Kesimpulan
merupakan kristalisasi hasil analisis dan interpret asi yang dilakukan. Cara penulis an serta
pembahasannya dirumuskan dalam bentuk pernyataan secara singkat dan padat, sehingga tidak
menimbulkan penafsiran lain. Informasi yang disampaikan dalam kesimpulan bisa berupa
pendapat baru, koreksi atas pendapat lama, dukungan terhadap pendapat lama,at au menentang
pendapat lama.
Saran merupakan kelanjutan dari kesimpulan berupa anjuran, yang dapat menyangkut
aspek operasional, kebijakan, maupun konseptual. Saran hendaknya bersifat konk rit, realistik,
bernilai praktis dan terarah.
Operasionalisa si Variabel
Operasional variabel merupakan proses penguraian variabel penelitian ke dalam
subvariabel, dimensi, indikat or s ub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian
operasioanlisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas,
apabila belum jelas secara konseptual mak a perlu dilakuk an analisis faktor.
Berdasarkan judul usulan penelitian yang t elah dikemukakan diatas y aitu “E valuasi
Pelaksanaan P enilaian Kinerja Pengaruhnya Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada P T.
Pertamina Indonesia (Persero) B andung ” maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
88
a.
Variabel Bebas / Independent (variabel X)
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya at au timbulnya variabel dependent (terikat)”. (Sugiyono 2008: 4)
Dalam hal ini variabel bebas yang akan yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah E valuasi pelaksanaan P enilaian Kinerja. Dalam operasionalisasi variabel ini semua
variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bent uk kuesioner yang memenuhi pe rnyataanpernyataan tipe skala Likert.
“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan pers epsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial”. (Sugiyono 2008: 86)
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan,
mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas
pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan adalah sebagai berikut :
No.
1.
Tabel 3.2
Skala Penilaian Kuesioner Variabel X
Keterangan
Skor Positif
Sangat Setuju
5
Skor Negatif
1
2.
Setuju
4
2
3.
Kadang-kadang
3
3
4.
Tidak Setuju
2
4
5.
Sangat Tidak Setuju
1
5
Sumber: Sugiyono, 2008
b. Variabel tidak bebas /Dependent (Variabel Y)
“Variabel terikat merupak an variabel yang dipengaruhi at au yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas”. (Sugiyono 2008: 4)
Dalam hal ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan dit eliti adalah Motivasi
kerja pegawai. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada t abel di
bawah ini:
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Penilaian
Kinerja
(X)
Konsep Variabel
“Penilaian Kinerja
adalah mengukur,
menilai
dan
mempengaruhi
sifat-sifat
yang
berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku
dan hasil, termasuk
tingkat
ketidakhadiran.”
Indikator
1. Kemampuan
Teknis
Sum ber
data
skala
1. Tingkat
Kualitas Kerja
ordinal
1
2. Tingkat
Kerapihan
Kerja
Karyawan
PT.Pertamina
(persero)
ordinal
2
Bandung
ordinal
3
3. Tingkat
kemampuan
menggunakan
alat
4.tingkat
kuantitas
kerja
89
No
Kuesioner
Ukuran
ordinal
2. Kemampuan
Konseptual
4
1. Tingkat
pengalaman
dalam bekerja
Veithzal Rivai
ordinal
5
2. Tingkat
pemahaman
(2009:549)
Karyawan
PT.Pertamina
(persero)
Bandung
ordinal
6
ordinal
7
ordinal
8
3. tingkat
tanggung
jaw ab
3. Kemampuan
Hubungan
Interpersonal
1. tingkat kerja
sama dalam
bekerja
2. tingkat
hubungan
atasan
dengan
baw ahan
3. tingkat
hubungan
antar
karyawan
1.Kebutuhan
fisiologis
Motivasi
Kerja
“ Motivasi adalah
kondisi
yang
menggerakkan
pegawai
agar
mampu mencapai
tujuan dari motifnya
.
2.Kebutuhan rasa
aman
(Y)
Anwar
prabu
mangkunegara
3. Kebutuhan untuk
rasa memiliki
Karyawan
PT.Pertamina
(persero)
ordinal
9
ordinal
10
1. Tingkat
pemenuhan
makan dan
minum
2.Tingkat
tunjangan
kesehatan
1. Tingkat
kebebasan dari
ancaman
2.Tingkat
jaminan
keselamatan dan
keamanan
1.tingkat
terpenuhinya
akan teman dan
interaksi
2.Tingkat cinta
dan kasih sayang
ordinal
1
1. Tingkat
kesesuaian
pekerjaan dan
kinerja
ordinal
Bandung
Karyawan
PT.Pertamina
(persero)
Bandung
ordinal
2
3
ordinal
ordinal
4
Karyawan
PT.Pertamina
(persero)
Bandung
(2009:93)
4. Kebutuhan
akan harga diri
90
2.Tingkat
5
Karyawan
5.Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan
diri
penghargaan
yang diberikan
oleh perusahaan
6
PT.Pertamina
(persero)
Bandung
1. Tingkat untuk
mengembangkan
kompetensi diri
2.tingkat untuk
mengembangkan
kemampuan
dalam bekerja
ordinal
7
Karyawan
PT.Pertamina
(persero)
ordinal
8
Bandung
ordinal
9
ordinal
10
SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “E valuasi Pelaksanaan
Penilaian Kinerja Kinerja Kerja P engaruhnya Terhadap Motivasi Kerja ” adalah data sekunder
dan primer.
1. Data Primer
“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data”. (S ugiyono 2008: 137)
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan
melakukan wawancara secara langs ung dengan pihak -pihak yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan, dalam hal ini pihak Pegawai PT Pertamina Indonesia ( Bandung )
2. Data Sekunder
“Sumber sekunder adalah sumber dat a yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari
dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku -buku, serta dokumen
perusahaan”. (Sugiy ono 2009: 139)
Metode yang digunakan adalah met ode deskriptif analisis karena penelitian ini berkaitan
dengan pendapat atau opini individu akan kinerja manajemen perusahaan. Objek penelitian
dalam studi kasus ini dititik beratkan pada masalah evaluasi pelaksanaan P enilaian Kinerja
dimana pengambilan data dilakukan secara observasi langsung pada divisi sdm serta
penyebaran kuesioner pada pegawai P T Pert amina Indonesia (bandung) unt uk mengetahui
secara langsung pandangan responden.
TEKNI K PENENTUAN DATA
”Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek at au subjek yang
mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapk an oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono 2009: 80)
Populasi yang menunjukkan penilaian kinerja terhadap motivasi dalam penelitian ini
adalah 12 unit bagian yaitu semua pegawai P T P ertamina Indonesia (Bandung) berjumlah 573
orang.
91
Tabel 3.4
Populasi Penelitian pada PT. Pertam ina Bandung
No
Unit
Ukuran Populasi
1
Bagian SDM dan umum
31
2
Bagian Unit Usaha Kesehatan
24
3
Bagian Keuangan
24
4
Bagian Jalan Rel dan Jembatan
45
5
Bagian Juru Periksa Jalan Rel
24
6
Bagian Penjaga Pintu Perlintasan
27
7
Bagian Sarana
19
8
Bagian Pelaksana di DIPO
142
9
Bagian Masinis
147
10
Bagian Ass. Masinis
43
11
Bagian UPT PUSDAL OPKA
20
12
Bagian Komersial
27
Total
573
Sumber : PT. Pertamina Bandung Jaw a Barat
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
(Sugiyono 2008: 73)
Jumlah sampel perus ahaan yang akan dijadikan subyek penelitian didas arkan pada teknik
analisis data y ang digunak an. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik penarikan stratified random sampling, berdasarkan unit lokasi karyawan dan jumlah
responden masing-masing strata.
Menurut Vincent Gasperz yang dikutip oleh Umi Narimawati (2007:76), mengemuk akan bahwa :
Stratified random sampling adalah metode penarikan sampel dengan terlebih dahulu
mengelompokkan populasi kedalam strata-strata berdasarkan kriteria tertentu kemudian memilih
secara acak sederhana setiap stratum”.Adapun yang menjadi sampel yang digunakan untuk
pengukuran kuesioner adalah karyawan P T. P ertamina Indonesia (P ersero) Bandung. Pendapat
Slovin yang dikutip Husein Umar (2004:78), untuk menentukan sampel digunakan rumus sebagai
berikut :
n
N
1  Ne 2
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kesalahan dalam penelitian
Sehingga untuk perhitungan sampelnya adalah sebagai berikut :
573
1  573(0.1) 2
573
n
6.73
n  85,14
n
n  85
92
Jika penelitian menggunakan metode deskriptif, maka minimal tingkat kesalahan dalam
penentuan anggot a sampel yang harus diambil adalah 10% dari jumlah populasi yang diketahui.
Peneliti menentukan tingkat kesalahan sebes ar 10% sehingga jumlah sampel yang diambil
sebesar 85 orang karyawan.
Ukuran alokasi pada masing-masing bagian dengan menggunakan alokasi sampel
proporsional yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Newman yang dikutip oleh Umi
Narimawati (2007:78) adalah sebagai berikut :
Dimana :
n1
=
Besarnya sampel pada strat a ke-1
N1
=
Besarnya populasi pada strata ke-1
N
=
Besarnya populasi keseluruhan
n
=
Besarnya uk uran sampel
Berdasarkan rumus diatas, dapat
diperoleh jumlah res ponden setiap stratum dan alokasinya pada setiap unit yang terpilih sebagai
berikut :
1. Bagian SDM dan Umum
31
n1 =
x 85 = 4,59 = 5
573
2.
Bagian Unit Usaha Kesehatan
24
n1 =
x 85 = 3,56 = 4
573
3.
Bagian Keuangan
24
n1 =
x
573
85 = 3,56 = 4
4.
Bagian Jalan Rel dan Jembatan
45
n1 =
x
85 = 6,67 = 7
573
5.
Bagian Juru Periksa Jalan Rel
24
n1 =
x 85 = 3,56 = 4
573
93
6.
Bagian Penjaga Pintu Perlintasan
27
n1 =
x 85 = 4,00 = 4
573
7.
Bagian Sarana
19
n1 =
x 85 = 2,81 = 2
573
8.
Bagian Pelaksana di DIPO
142
n1 =
x 85 = 21,06 = 21
573
9.
Bagian Masinis
147
n1 =
x 85 = 21,80 = 21
573
10. Bagian Ass. Masinis
43
n1 =
x 85 = 6,37 = 6
573
11. Bagian Bagian UP T PUS DAL OPKA
20
n1 =
x 85 = 2,96 = 3
573
12. Bagian Komersial
27
n1 =
x 85 = 4,00 = 4
573
Pembulatan dalam perhitungan jumlah sampel minimum dari masing-masing strata selalu
dilakukan keat as untuk memenuhi kriteria sampel minimum. Alokasi jumlah sampel minimal dari
total 573 orang, dapat diperoleh jumlah responden sebanyak 85 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara unt uk memperoleh data dan
keterangan yang diperlukan dalam penelitian. S ehubungan dengan tingkat pengukuran untuk
variabel X (P enilaian Kinerja) dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal dan variabel Y
(Motivasi Kerja) berskala ordinal, Teknik yang digunakan untuk menaikkan data ters ebut adalah
94
MSI (Method of Succesive Intervals) atau disebut metode interval berurutan. Tek nik tersebut
merupakan teknik yang paling s ederhana dalam mentransformasi skala ordinal menjadi skala
interval. Dengan demikian semua dat a yang t elah dinaikkan dari skala ordinal k e interval ini
dapat digunak an sebagai dat a input untuk analisis korelasi pearson product moment. Langkahlangkah trans formasi data ordinal ke data interval menurut Hay’s (1999:39) adalah sebaga i
berikut :
1.
2.
3.
4.
Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan
Pada setiap butir ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban
responden
Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi
Menentukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan
perkolom skor
5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang
diperoleh
6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk s etiap nilai Z ya ng diperoleh (dengan menggunakan
Tabel Tinggi Densitas)
7. Menentukan skala dengan menggunakan rumus:
(Density at Lower Limit) - (Density at Upper Limit)
NS =
(Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)
Dimana :
Density at Lower Limit
= kepadatan batas bawah
Density at Upper Limit
= kepadatan batas atas
Area Below Upper Limit
= daerah dibawah batas atas
Area Below Lower Limit
= daerah dibawah batas bawah
8. Menentukan nilai transformasi dengan rumus :
Proses pent rans formasian data ordinal menjadi data interval dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Office Excel 2007 (A nalize)
Selanjutnya untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakuk an pengumpulan
data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observation)
Merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Hasil dari observasi dapat dijadikan
data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan. Observasi dalam penelitian
ini akan dilaksanakan pada P T. Pertamina Indonesia (persero) Bandung
2. Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan dat a melalui formulir y ang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban, tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti memberikan
kuesioner yang berisi beberapa pert anyaan yang terkait dengan Penilaian Kinerja terhadap
motivasi kerja pada Pegawai P T Pertamina Indonesia (persero) Bandung
95
3. Wawanc ara (Interview)
Merupakan teknik pengumpulan dat a dengan cara melakukan tany a jawab langsung secara
lisan dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan khususnya yang menyangkut evaluasi pelaksanaan Penilaian Kinerja terhadap
motivasi kerja. Adapun s umber informasi dalam penelitian ini adalah Kepala B agian S dm P T.
Pertamina Indonesia (persero) Bandung.
4. Dokumentasi
Merupakan proses pengumpulan data dengan mempelajari dan menganalisa dokumen yang
ada pada perus ahaan berkait an dengan evaluasi pelaksanaan Penilaian Kinerja pengaruhnya
terhadap motivasi kerja pegawai berupa dokumen Penilaian kinerja dan motivasi.
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu dat a yang dikumpulkan melalui
kuesioner diuji melalui pengujian data yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Agar proses pengujian
maupun pengolahan data dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, mak a pengolahan d ata
menggunakan sarana komputer yaitu aplikasi program SPSS 13.0.
Uji Validitas
Menurut Cooper (2006:720) validitas adalah ”Validity is a characteristic of
measuraenment concerned with t he extent that a test meas ures what the researcher actually
wishes to measure”.
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai s uatu karakteristik
dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur
secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia
melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji k esahihan setiap item pernyataan dalam
mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakuk an dengan cara
mengkorelasikan skor masing-masing pert anyaan yang ditujukan kepada responden dengan
total skor untuk s eluruh item. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir
pernyataan dalam penelitian ini adalah korelasi person product moment.
Uji Reliabilitas
Menurut Cooper (2006:716) reliabilitas adalah ”Reliability is a characteristic of
measurenment concerned with acurac y, precision, and consistency”.
Berdasarkan definisi tersebut, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suat u k arakteristik
terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan.
Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid.
Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency,
yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan
menggunakan suatu teknik perhit ungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji
keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah met ode split -half dari S pearman-B rown dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membagi pertanyaan menjadi belah dua yaitu item ganjil dan genap
2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga
menghasilkan dua skor total untuk masing -masing responden
3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan korelasi pears on product
moment
4. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertany aan dengan rumus Spearman Brown
sebagai berikut:
96
2r b
ri =
1 + rb
Sumber: Sugiyono, 2008
1 + rb
Keterangan:
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb= korelasi product moment antara belahan pertama dan
kedua.
ri =
Tabel 3.6
Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas
1 + rb
Criteria
Reliability
Validity
Good
0,80
0,50
Acceptable
0,70
0,30
Marginal
0,60
0,20
Poor
0,50
0,10
Sumber: Barker et al, 2002
Nilai koefisien reliabilitas dikatakan reliable apabila bernilai positif dan lebih besar dari pada 0,7.
Rancangan Analisi s dan Uji Hipote si s
Rancangan Analisi s
1. Analisi s Kualitatif/De skriptif
”Merupakan metode análisis yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan unt uk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dima na peneliti adalah
sebagai instrumen kunci. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi”. (Sugiyono 2008: 14)
Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian penelitian ini
digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:
n ( m - 1)
RS =
m
m
Sumber: Umi Narimaw ati, 2008
Keterangan:
n = jumlah sampel
m = jumlah alternatif jawaban tiap item
Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilihat dari
perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil
perhitungan s eluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1, 2, 3, 4, 5).
Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan prediksi nilai t ertinggi dikalikan dengan jumlah
kuesioner dikalikan jumlah responden, misalnya untuk variabel sumber penilaian kinerja dan
motivasi terdiri dari masing - masing 10 item k uesioner dengan jumlah 85 res ponden, maka akan
diperoleh kriteria sebagai berikut:
Skor aktual
Skor Ideal
: jawaban seluruh responden 85 atas kuesioner 10 yang diajukan.
: Bobot tertinggi 5 X 85 X 10 = 4250
97
Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini:
Skor aktual
% skor aktual =
X 100%
Skor ideal
Sumber: Umi Narimawati, 2008
85
% skor aktual =
X 100% = 2%
4250
Selanjutnya hasil tersebut, dik onfirmasi dengan k riteria yang telah ditetapkan sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal
No.
% Jum lah Skor
Kriteria
1
20.00 – 36.00
Tidak Baik
2
36.01 – 52.00
Kurang Baik
3
52.01 – 68.00
Cukup
4
68.01 – 84.00
Baik
5
84.01 - 100
Sangat Baik
Sumber: Umi Narimaw ati, 2008
2. Analisi s Kuanti tatif
“Merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Analisis data bersifat kuantitatif atau
lebih dikenal dengan statistik dilakukan dengan tujuan menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”. (Sugiyono 2008: 13)
Selanjutnya unt uk mengolah data-data tersebut peneliti menggunak an
beberapa
metode antara lain:
a. Analisi s Regre si Linier Sederhana
Pada penelitan ini digunakan analisis regresi untuk mengetahui adanya pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat.
“Analisis regresi adalah analisis yang meliputi metode -metode yang digunakan unt uk
memprediksi nilai-nilai dari satu atau lebih variabel tergantung yang dihasilkan adanya
pengaruh satu at au lebih variabel bebas”. (Jonathan Sarwono,2006: 65)
Dalam penelitian ini digunakan regresi linier sederhana karena data-data yang ada di
dalam penelitian ini masih bersifat sedarhana yaitu hanya ada satu variabel dependen dan
satu variabel independen.
98
“Regresi linier sederhana mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari
persamaan yang bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunak an
sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung”. (Jonat han Sarwono 2006: 66)
Penulis juga akan melakukan uji statistik analisis regresi untuk mengetahui ada at au
tidaknya pengaruh antara variabel X t erhadap variabel Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Y = a + bX
Sumber: Sugiyono, 2008
Dimana nilai a dan b dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
 X  Y    X  XY
a
n  X   X 
2
2
2
Keterangan :
X=
Penilaian
=
Kinerja
Y=
Motivasi Kerja
a =
Nilai Konstan
b =
Angka Arah / Koefisien Regresi
n =
Banyaknya sampel
b. Analisi s Korelasi Pearson Product Moment
Analisa terhadap data-data yang t elah dikumpulkan untuk menyatakan hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan korelasi.
“Korelasi digunakan untuk melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dan
tergantung” (Jonathan Sarwono,2006: 37)
Kuat lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y dalam penelitian ini, dibuktikan
dengan menggunakan analisis Korelasi Pearson Product Moment, karena dalam penelitian ini
penulis mempergunakan metode penelitian analisis deskriptif dan skala pengukuran rasio.
Analisis Korelasi Product Moment digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya hubungan dan
membuktikan hipotesis hubungan Penilaian Kinerja dengan motivasi kerja karyawan
Rumus dari analisis Korelasi Product Moment adalah:
r
n  XY   X  Y 
n X    X n Y    Y 
2
2
2
2
Sumber: Sugiyono, 2008
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
X = Penilaian Kinerja
Y = Motivasi
n = Banyaknya sampel
99
Kuat atau tidaknya hubungan antara kedua variabel dapat dilihat dari beberapa k ategori
koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana :
a. Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat kuat dan searah,
artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.
b. Apabila r = 0, maka hubungan ant ara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada
hubungan sama sekali.
c. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah,
artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.
Penafsiran nilai koefisien korelasi menurut Sugiyono (2004:214) lebih jelasnya
dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 3.8
Interkinerja Tingkat Hubungan Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199
Sangat rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat Kuat
Sugiyono (2004: 183)
c. Koefi sien Determinasi
Besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat diketahui dengan menggunakan
analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd, yang diperoleh dengan mengkuadratkan
koefisien korelasinya yaitu :
Kd = r² x 100%
Sumber: Sugiyono, 2008
Keterangan :
Kd
= Nilai koefisien determinasi
r
= Koefisien k orelasi product moment
100%
= Pengali yang menyat akan dalam persentase
Uji Hipote si s
”Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai suatu
masalah yang masih perlu diuji secara empiris unt uk mengetahui apakah pernyat aan
atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak”. (Sugiyono 2008: 377)
Hipot esis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan sejauh mana pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu pengaruh Penilaian Kinerja terhadap
motivasi kerja. langkah-langkah pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan variabel pengukuran
Variabel X = Penilaian Kinerja
Variabel Y = Motivasi Kerja
2. Menentukan hipotesis nol (Ho)
100
Ho : ρ = 0
3.
Penilaian Kinerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Motivasi Kerja.
Menentukan hipotesis alternatif (Hi)
Hi : ρ ≠ 0
Penilaian Kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi
Kerja.
4.
Menguji tingkat signifikan
Untuk menguji signifik ansi suatu koefisien
menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
thitung =
Korelasi
Product
Moment
r n2
1 r2
Sumber: Sugiyono, 2008
Keterangan :
t : Nilai uji t
r : Koefisien Korelasi Product Moment
n : Jumlah sampel
Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel dengan tingkat
kepercay aan dengan taraf nyata α = 0,05 uji dua pihak dan dari hipotesis yang telah ditetapkan
tersebut akan diuji berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yang ditetapkan
sebagai berikut :

jika nilai t

variabel X dan variabel Y ada hubungannya.
Jika t hitung ≤ t table maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara
variabel X dan variabel Y tidak ada hubungannya.
hitung
< t
tabel
maka H 0 diterima, H 1 ditolak berarti Ha diterima artinya antara
Gambar 3.1
Uji dua pihak daerah penerimaan dan penolakan hipótesis
5. Penarikan Kesimpulan Hipot esis
Penarikan kesimpulan dilak ukan berdasarkan pengujian hipotesis dan kriteria yang telah
ditetapkan dengan didukung teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk
mengetahui penerimaan dan penolakan tersebut digunakan dengan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
101
KESIMPULAN
Dari hasil Penelitian mengenai pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi kerja
karyawan P T. Pertamina (persero) Bandung, dapat diambil kesimpulan:
1. Penilaian Kinerja yang ada di P T. Pertamina (pers ero) B andung yang meliputi kemampuan
teknis, kemampuan konseptual dan kemampuan hubungan interpersonal sudah baik, tetapi
masih terdapat satu indikator y ang masih kurang yaitu kemampuan kons eptual. Hal ini
disebabkan kurangnya rasa tanggung jawab karena perusahaan kurang memperhatikan aspek
penilaian kinerja mengenai tanggung jawab karyawan dalam bekerja.
2. Motivasi Kerja yang ada di P T. Pertamina (persero) Bandung yang
meliputi rasa aman
dalam bekerja, Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan untuk rasa memiliki, Kebutuhan akan harga
diri, Kebut uhan untuk mengaktualisasikan diri sudah cukup baik, tetapi masih terdapat satu
indikator yang masih kurang yaitu rasa aman. Hal ini dise babkan P T. Pertamina (persero)
Bandung kurang tanggap tentang keselamatan karyawan terutama bagian operasional.
3. Berdasarkan hasil analisis data, maka terdapat pengaruh positif yang kuat antara penilaian
kinerja terhadap motivasi kerja di
PT. Pert amina (p ersero) Bandung, nilai korelasi
menunjukkan bahwa hubungan kedua variable tersebut kuat dan searah, sedangkan tanda
positif menunjukkan bahwa semakin besar Penilaian Kinerja maka semakin bes ar Motivasi
Kerja, atau sebaliknya semakin kecil Penilaian Kinerja maka semakin kecil pula Motivasi Kerja.
Besarnya pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi kerja 64,97% sedangkan sisanya
sebesar 35, 03% motivasi Kerja dapat dipengaruhi oleh variabel lain, seperti: pemberian
kompens asi, penempatan, gaya kepemimpinan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung:
PT Remaja Ros dakarya
Husein Umar. 2002. Manajemen Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakart a:
PT Gramedia Pusak a.
Iqbal Hasan. 2002. Pokok-P okok Materi Statistik I, Jakarta: Bumi Aksara.
Jonathan Sarwono. 2006. Analisis Dat a Penelitian Menggunakan SPSS 13, Yogyakarta: Andi
Jonathan Sarwono. 2005. Riset Pemasaran dengan SPSS, Yogyakarta: Andi.
Malayu Hasibuan. 2006. Manajemen Sumber Day a Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Marihot. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: P T Gramedia.
Sugiyono, 2002. Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabeta.
________, 2004. Met ode Penelitian Administrasi, Bandung : CV. Alfabeta.
________, 2008. Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabeta.
Sudjana. 2000. Statistika, Bandung: Tarsito.
Umi Narimawati. 2008. Riset MSDM,Jakarta:Agung Media
Veithzal Rivai. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakart a:
PT Raja Grafindo Persada.
102
103
Download