KEDUDUKAN HUKUM HIBAH BENDA BERGERAK DARI ORANG

advertisement
KEDUDUKAN HUKUM HIBAH BENDA BERGERAK DARI ORANG TUA
KEPADA ANAK KANDUNG DITINJAU BERDASARKAN HUKUM ADAT
ABSTRAK
Pengertian hibah pada umumnya adalah pemberian sesuatu barang
atau benda dari pemberi hibah kepada penerima hibah pada saat pemberi
hibah masih hidup. Barang atau benda yang dijadikan obyek bisa benda
bergerak maupun benda tetap (tanah). Saat ini di Indonesia berlaku lebih
dari satu sistem hukum yang mengatur tentang hibah, yakni dalam Hukum
Islam, Hukum Perdata yang bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata), maupun Hukum Adat. Hibah yang dilakukan orang
tua kepada anak kandung ternyata mempunyai celah yang dapat
menimbulkan sengketa di kemudian hari. Salah satunya adalah apabila harta
yang diberikan oleh salah satu orang tua (ayah atau ibu) kepada anak
kandungnya merupakan harta yang di dapat selama kedua orang tua
tersebut melangsungkan perkawinan atau harta bersama. Hal tersebut
dikarenakan, apabila kedua orang tua tersebut bercerai dan salah satu pihak
ternyata meminta harta gono gini atau harta bersama termasuk harta
kekayaan yang telah dihibahkan kepada anak kandungnya sehingga harta
yang sudah dihibahkan kepada anak kandungnya menjadi bermasalah.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
yuridis-normatif yaitu dengan mengkaji dan menguji data sekunder atau
bahan-bahan kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan hibah.
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif-analitis yaitu menggambarkan
praktik pelaksanaan menyangkut penghibahan yang dilakukan orangtua
kepada anak kandung dikatikan dengan teori hukum dan hukum adat. Data
yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yuridis
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan hukum hibah benda
bergerak dari Sudirman Mortodikno selaku orang tua kepada anak
kandungnya Regi Mortodikno adalah sah karena memenuhi syarat hibah
berdasarkan hukum adat. Akibat hukum pemberian hibah benda bergerak
tersebut ialah pemberian hibah yang telah dilakukan dan sah, tidak dapat
dibatalkan oleh istri Sudirman karena telah terjadi kesepakatan, tidak ada
unsur paksaan, kehilafan atau penipuan pada waktu surat hibah dibuat
antara suami dan istri mengenai pemberian hibah tersebut, penghibahan
tidak merupakan pencabutan hak waris ahli waris lainnya (onterfing).
iv
Download