Document

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Newcastle Disease (ND) disebut juga dengan penyakit
Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini
ditemukan hampir diseluruh belahan dunia. Kerugian yang ditimbulkan oleh
penyakit ND adalah morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi hingga
mencapai 100%, penurunan produksi, biaya eradikasi, vaksinasi, serta
program karantina yang memerlukan biaya tinggi (Spradbrow, 1992; Adjid et
al., 2008). Tercatat kerugian akibat penyakit ND setiap tahun di Indonesia
senilai Rp 142 miliyar (Ronohardjo dan Yusuf, 1995). Penyakit ND
dilaporkan dapat menginfeksi lebih dari 240 spesies unggas di 27 negara
(CFSPH, 2008).
Di Indonesia, penyakit ND masih bersifat endemis yang ditunjukkan
dengan ditemukannya kasus sepanjang tahun (Adjid et al., 2008; Kencana,
2012). Kasus ND di Indonesia terjadi diseluruh wilayah termasuk di Bali yang
dikenal dengan penyakit gerubug (Kencana, 2012). Salah satu tindakan
pencegahan wabah penyakit ND adalah vaksinasi secara intensif yang
didukung dengan perbaikan tatalaksana pemeliharaan ayam (Muharam dan
Darminto, 2005; Wibowo dan Surya, 2010). Namun penyakit ND dapat
muncul pada ayam-ayam yang telah divaksinasi. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor seperti faktor genetik, kualitas vaksin, dan kesalahan
vaksinator (Kencana, 2013)
Metode
pencegahan
dan
pengendalian
penyakit
ND
terus
dikembangkan hingga saat ini. Salah satunya dengan menggunakan vaksin ND
aktif. Penggunaan vaksin ND aktif dapat menghemat waktu karena
aplikasinya mudah (Hermina, 2013). Pemberian vaksin ND aktif diharapkan
mampu memberikan daya proteksi terhadap penyakit ND pada ayam umur
muda (Paniago, 2007).
Berdasarkan virulensinya, vaksin ND dibagi menjadi tipe lentogenik
(keganasan rendah), mesogenik (keganasan sedang), velogenik (sangat ganas),
dan enterik asimtomatik (Alders dan Spradbrow, 2001). Vaksin ND lentogenik
sangat cocok sebagai vaksin dasar yang diberikan pada ayam – ayam yang
belum pernah divaksin (Copland, 1992). Vaksin ND tipe lentogenik yang telah
dipasarkan adalah vaksin aktif strain B1, strain La Sota, dan strain F
(Hermina, 2013).
Selain itu, saat ini juga telah dikembangkan vaksin aktif strain
lentogenik Clone oleh PT. Sanbio Laboratories. Vaksin ND Clone merupakan
vaksin aktif yang diatenuasi kemudian dikering bekukan dalam keadaan
vakum (freeze dried) yang setiap dosisnya mengandung ≥ 106,5 EID 50.
Keunggulan vaksin ND Clone yaitu sifat vaksin yang schoking sudah
dihilangkan sehingga efek vaksinasi berupa stress sudah tidak ada. Hasil uji di
lapangan vaksin ND Clone dengan ayam SPF (Spesific Pathogen Free) dan
ayam broiler berumur 4 hari post vaksinasi memberikan kenaikan titer
antibodi dengan nilai GMT (Gradient Mean Titer) ˃ 16. Hal ini sesuai dengan
standar FOHI (Farmakope Obat Hewan Indonesia) yaitu GMT ≥ 16
menunjukkan angka mortalitas 0% bila ditantang dengan virus di lapangan
yang berarti hasil antibodi protektif mencapai 100%.
Vaksin ND lentogenik merupakan vaksin yang paling efektif dan
mudah dalam aplikasinya salah satunya melalui air minum. Namun pemberian
vaksin melalui air minum juga harus memperhatikan populasi ayam sehingga
banyak peternak memberikan dosis lebih agar ayam dapat memperoleh vaksin
secara merata (Aryoputranto, 2011). Selain itu, keunggulan vaksin ND aktif
lentogenik adalah imunogenitasnya tidak dipengaruhi oleh virulensinya
terutama virulensi yang diukur beradasarkan atas Intracerebral Patogenicity
Index (Hermina, 2013).
Penggunaan vaksin ND aktif memiliki keunggulan yaitu cepat
menggertak terbentuknya antibodi seperti halnya pada infeksi alam. Namun
demikian, kekebalan yang terbentuk juga cepat turun terutama jika tantangan
bibit penyakit tinggi (Aldous dan Alexander, 2001). Keefektifan vaksin ND
aktif hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan sehingga setelah titer antibodi
vaksin ND menurun dilakukan vaksinasi ulangan (revaksinasi) dengan vaksin
ND aktif pula yang dapat meningkatkan antibodi dalam tubuh ayam (Suryana,
2006). Diharapkan dengan mengetahui titer antibodi pasca vaksinasi ulangan
dapat memperkirakan kerentanan ayam terhadap penyakit ND. Pemantauan
titer antibodi pasca vaksinasi lebih mudah dilakukan pada ayam petelur
daripada ayam broiler karena umur panen ayam yang lebih panjang dimana
ayam petelur dipanen umur 5 – 6 minggu dengan bobot antara 200 – 3000
gr/ekor dan masa afkir ayam yang lama yaitu sampai ayam berumur 15-20
bulan (Wibowo dan Amanu, 2010). Oleh karena itu, penelitian mengenai
respon antibodi sekunder ND dilakukan pada ayam petelur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimana respon antibodi sekunder ND pada ayam petelur
pasca vaksinasi ulangan dengan vaksin ND aktif.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon antibodi sekunder
ND pada ayam petelur pasca vaksinasi ulangan dengan vaksin ND aktif.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
peternak mengenai keefektifan dan potensi vaksin ND aktif dalam memicu
pembentukan antibodi sekunder terhadap penyakit Newcastle Disease.
1.5 Kerangka Konsep
Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengatasi
dan mencegah penyebaran penyakit Newcastle Disease (ND) mengingat
penyakit ini masih bersifat endemis di Indonesia dan bersifat zoonosis pada
manusia. Vaksinasi telah diterapkan secara luas dan umum dengan
memberikan hasil yang memuaskan untuk mencegah wabah penyakit ND
(Wibowo dan Amanu, 2010).
Salah satunya adalah penggunaan vaksin aktif yang banyak
diaplikasikan dilapangan dalam tindakan pencegahan penyakit ND. Vaksinasi
pertama pada ayam dilakukan pada umur 3 minggu setelah titer antibodi
maternal cukup rendah. Umumnya vaksin yang digunakan merupakan
kombinasi vaksin aktif dan inaktif. Hal ini dikarenakan sifat masing-masing
vaksin yaitu vaksin aktif yang cepat menggertak pembentukan antibodi namun
kekebalan tersebut tidak bertahan lama sementara sifat vaksin inaktif
meskipun lambat dalam menggertak antibodi tapi kekebalan yang terbentuk
dapat bertahan lebih lama. Setelah titer antibodi pada vaksinasi pertama
mengalami penurunan maka dilakukan booster menggunakan vaksin ND aktif.
Vaksinasi yang dilakukan setelah titer antibodi mengalami penurunan akan
menimbulkan respon antibodi sekunder sehingga diharapkan respon antibodi
yang muncul akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat. Pemilihan booster
menggunakan vaksin aktif dikarenakan sifat vaksin yang cepat menggertak
antibodi, aplikasi vaksin yang mudah dan massal salah satunya melalui air
minum, dan harga yang relatif murah serta hemat waktu (Alders dan
Spradbrow, 2001). Keefektifan vaksin ND aktif hanya berlangsung selama 1 –
2 bulan sehingga setelah titer antibodi vaksin ND menurun dilakukan
vaksinasi ulangan (revaksinasi) dengan vaksin ND aktif pula yang dapat
meningkatkan antibodi dalam tubuh ayam.
Keberhasilan respon vaksinasi ND pada unggas dapat diketahui
melalui pemantauan ada tidaknya antibodi protektif terhadap ND melalui uji
serologi. Unggas yang digunakan untuk uji respon vaksinasi adalah ayam
petelur. Ayam petelur divaksin dengan vaksin ND aktif memakai 1,5 dosis
untuk melihat respon antibodi yang muncul setiap minggu setelah vaksinasi
serta mengetahui efektifitas vaksin dalam memicu pembentukan titer antibodi
protektif terhadap ND. Uji serologi yang umum digunakan adalah uji
hambatan hemaglutinasi (HI). Menurut standar asosiasi negara-negara
ASEAN, titer antibodi protektif pada ayam pasca vaksinasi ND adalah sama
dengan atau lebih besar dari 1:16 pada uji (ACFAF, 2012).
KERANGKA KONSEP
Penyakit Newcastle Disease yang
bersifat endemis
Vaksinasi
Vaksin aktif dikombinasi dengan vaksin inaktif
Kekebalan cepat terbentuk namun tidak bertahan lama
Uji serologis  uji HA/HI
Titer antibodi vaksinasi
sebelumnya menurun
Vaksinasi ulangan (revaksinasi)
dengan vaksin ND aktif
Pemantauan titer antibodi pasca revaksinasi
Uji serologis  uji HA/HI
Titer antibodi pasca
vaksinasi ulangan ?
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
1.6 Hipotesis
Hipotesis : Pemberian vaksin ND aktif Clone 30 pada ayam petelur dapat
meningkatkan respon antibodi ND setelah dilakukan vaksinasi
ulangan.
Download