AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis DAN Escherichia coli SERTA BIOAUTOGRAFINYA NASKAH PUBLIKASI Oleh: AGUNG COKRO PRABOWO K100110092 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015 PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI Berjudul: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis DAN Escherichia coli SERTA BIOAUTOGRAFINYA 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DAN Bacilus subtilis SERTA BIOAUTOGRAFINYA ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OF Impatiens balsamina L. LEAF AGAINST Escherichia coli AND Bacillus subtilis AND BIOAUTOGRAPHY Agung Cokro Prabowo dan Ratna Yuliani Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kartasura surakarta 57102 ABSTRAK Bacillus subtilis dan Escherichia coli merupakan bakteri yang sering menjadi penyebab infeksi di Indonesia. Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstrak etanol daun pacar air memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pacar air (Impatiens balsamina L.) terhadap Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan metode difusi agar secara sumuran, serta mengidentifikasi golongan senyawa dalam ekstrak etanol daun pacar air yang mempunyai aktivitas antibakteri. Metode maserasi dengan etanol 70% dilakukan dengan merendam daun pacar air kering selama 3 hari. Ekstrak etanol daun pacar air diuji aktivitas antibakterinya terhadap Bacillus subtilis dan Escherichia coli menggunakan metode sumuran. Identifikasi golongan senyawa Kromatografi Lapis Tipis dengan fase gerak etil asetat:kloroform (7:3) dan fase diam GF254nm.. Bioautografi kontak dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pacar air mempunyai aktivitas antibakteri dengan menghasilkan zona jernih disekitar sumuran. Hasil identifikasi kandungan senyawa mengunakan kromatografi lapis tipis menunjukkan adanya alkaloid, antron, antrakinon, kumarin, flavonoid dan fenolik dalam ekstrak. Hasil uji bioautografi belum dapat mengungkap golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Kata kunci: Pacar air, Impatiens balsamina L., Escherichia coli, Bacillus subtilis, Antibakteri. ABSTRACT Bacillus subtilis and Escherichia coli often become the reason of infection in Indonesia. Based on the previous research ethanolic extract of Impatiens balsamina L. leaves has antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Bacillus cereus. This study aimed to determine the antibacterial activity of ethanolic extract of Impatiens balsamina L. leaves against Bacillus subtilis and Escherichia coli and identify compound in the extract that has antibacterial activity. The extract was prepared using maceration method soaked the dried Impatiens balsamina L leaves for 3 days in 70% ethanolic. Ethanolic extract of Impatiens balsamina L leaves was tested for antibacterial activity against Bacillus subtilis and Escherichia coli using well diffusion methods. Thin Layer Chromatography was done to determine class of compounds in the exstrak a mobile phase of ethyl acetate: chloroform (7: 3) and the stationary phase GF254nm. Bioautography contact was conducted todetermine compounds that extract have antibacterial activity. The result of the test showed that has antibacterial activity which showed as clear zones around the wells. The results of the identification of compounds using thin layer chromatography showed the presence of alkaloids, anthrone, anthraquinone, coumarin, flavonoids and phenolics in the extracts. Bioautography test results have not been able to uncover the class of compounds which have antibacterial activity. Keywords: Impatiens balsamina L., Escherichia coli, Bacillus subtilis, antibacterial, . 2 PENDAHULUAN Penyebab penyakit dan kematian di negara berkembang sebagian besar masih disebabkan karena infeksi bakteri. Infeksi disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat sangat dinamis dengan menyerang antibodi sehingga tubuh mudah diserang penyakit. Mikroba dapat bertahan hidup dengan berkembangbiak pada media yang cocok (Darmadi, 2008). Antibakteri dibutuhkan untuk menghambat atau membunuh bakteri tersebut sehingga faktor penyebab penyakit bisa teratasi (Pratiwi, 2008). Bakteri patogen yang sering menimbulkan penyakit diantaranya adalah Escherichia coli dan Bacillus subtillis. Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif penyebab diare, terlebih di negara berkembang yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya (Radji, 2010). Pengobatan pada infeksi Escherichia coli menggunakan ampisilin karena memiliki spektrum luas terhadap bakteri Gram negatif (Setiabudy, 2008). Bacillus subtillis merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang. Bacillus subtillis berperan dalam penurunan protein, pati dan pektin didalam tubuh dan dapat mengakibatkan keracunan makanan, meningitis dan infeksi pada mata (Ryan & Ray, 2004). Tanaman dapat mensintesis senyawa aktif yang memiliki aktivitas biologis seperti fenolik, terpenoid, tanin, minyak esensial, alkaloid, lektin, polipeptida, dan poliasetilen yang bisa dimanfaatkan sebagai antibiotik (Cowan, 1999). Flavonoid berperan secara langsung dengan mengganggu fungsi sel mikroorganisme dan penghambatan siklus sel mikroba (Fatmawati, 2009). Kuinon membentuk kompleks ireversibel dengan asam amino dalam protein sehingga protein kehilangan fungsi (Kazmi, et al., 1994). Kumarin merupakan senyawa fenolik yang menghambat pertumbuhan mikroba dengan menginaktivasi enzim dan merusak dinding sel (Cowan, 1999). Tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) merupakan salah satu tanaman yang dipercaya memiliki aktivitas biologis. Tanaman pacar air banyak tumbuh di Indonesia, tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan obat tradisional. Penelitian Adfa (2007) menyatakan daun pacar air mengandung senyawa kumarin, kuinon, flavonoid, steroid, triterpenoid, fenolik dan saponin. Senyawa 1,4-naftokuinon yang tersubtitusi gugus metoksi memperlihatkan aktivitas antibakteri 0,5-0,6 kali tetrasiklin terhadap Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus (Adfa, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pacar air terhadap bakteri Bacilus subtilis dan Escherichia coli serta mengetahui golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakterinya. METODE PENELITIAN Kategori Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental Alat Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat gelas (Pyrex), neraca analitik (Precise), rotatory evaporator (Heidolph), UV portable (Camag), mikroskop (Olympus), autoklaf (My Life), mikropipet (Socorex), oven (Memmert), Laminar Air Flow (CV. Srikandi Laboratory), shaker incubator (New Brunswick) dan inkubator (Memmert). 3 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun pacar air bunga ungu yang tumbuh di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, etanol 70 %, Escherichia coli dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Bacillus subtillis dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, formalin 1%, cat Gram A, cat Gram B, cat Gram C, cat Gram D, DMSO (dimetil sulfoksida), KIA (Kligler Iron Agar), LIA (Lysine Iron Agar), MIO (Motility Indol Ornithine), BHI (Brain Heart Infusion), Simmon Citrate, salin steril, media agar MH (Mueller Hinton), silica GF254, etil asetat:kloroform, uap amonia, FeCl3, KOH 10% etanolik, Dragendorff, Liebermann-Burchard. Jalannya Penelitian Tanaman pacar air dengan bunga berwarna ungu dari Selo, Boyolali, Jawa Tengah, dipilih daun yang masih segar untuk dilakukan determinasi. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pembuatan simplisia dilakukan dengan mengeringkan daun pacar air yang masih segar kemudian daun dikeringkan didalam lemari pengering selama 24 jam. Daun pacar air yang sudah kering dipotong kecil-kecil untuk selanjutnaya dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Ekstrak cair hasil maserasi kemudian dievaporasi untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak, setelah dievaporasi ekstrak diwaterbath hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian diuji kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam silika GF254 dan fase gerak etil asetat: kloroform (7:3). Bercak yang muncul dari hasil elusi kromatografi lapis tipis kemudian diuji menggunakan pereaksi semprot KOH 10% etanolik, Dragendorff, Liebermann-Burchard, Fecl3 dan uap amonia. Identifikasi pada Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis diidentifikasi secara mikroskopi dan biokimiawi, secara mikroskopi identifikasi baktri dilakukan dengan pengecatan Gram untuk mengetahui jenis dinding sel bakterinya. Bakteri Escherichia coli diidentifikasi secara biokimiawi menggunakan media KIA, LIA dan MIO. Bakteri Bacillus subtilis diidentifikasi secara biokimia menggunakan media Simmon Citrate dan uji katalase menggunakan H2O2. Aktivitas ekstrak daun pacar air terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis diuji menggunakan metode sumuran pada media MH (Mueller Hinton). Konsentrasi ektrak yang digunakan untuk uji aktivitas yaitu 10000 µg, 5000µ, 2500µ dan 1250µ, kontrol negatif yang digunakan DMSO 20 µL dan kontrol positif digunakan kloramfenikol 30 µg. Bioautografi dilakukan dengan menempelkan plat hasil elusi kromatografi lapis tipis kepermukaan media MH (Mueller Hinton) yang telah 4 disuspensikan bakteri uji kemudian di tunggu 20 menit kemudian plat kromatografi lapis tipis diambil dan media diinkubasi selama 18-24 jam. Analisis Data Analisis data aktivitas ekstrak terhadap bakteri dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat dan zona hambat yang terjadi dianalisis dengan uji statistik dengan metode uji t. Hasil kromatografi dilakukan dengan mengukur hRf dengan mengukur jarak antara awal totolan hingga bercak muncul dan diamati pada hasil uji pereaksi semprot pada sinar tampak, sinar UV254nm dan UV366nm dan dibandingkan dengan literatur. Hasil bioautografi diukur hRf dan zona hambat yang muncul kemudian dibandingkan dengan hasil KLT untuk mengetahui golongan senyawa spesifik yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtillis dan Escherichia coli. HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tanaman Determinasi yang dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menyatakan tanaman uji pada penelitian ini teridentifikasi sebagai Impatiens balsamina L. Ditunjukkan dengan kunci determinasi sebagai berikut: 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15a, 109b, 119b, 120b, 128b, 129b, 135b, 136b, 139b, 140b, 142b, 143b, 146b, 154b, 155b, 156b, 162b, 163b, 167b, 169b, 170b, Balsaminaceae 1, Impatiens 1b, 2b, Impatiens balsamina L. Ekstraksi Bahan Ekstraksi daun pacar air dilakukan dengan metode maserasi menggunakan cairan penyari etanol 70%. Metode ini digunakan karena cara pengerjaan dan peralatan yang dibutuhkan sederhana, namun kekurangan metode ini waktu yang dibutuhkan lama. Hasil dari ekstraksi dari 750 gram daun pacar air kering menghasilkan ekstrak 35 gram dengan rendemen 4,6%. Identifikasi Bakteri Identifikasi bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis dilakukan dengan metode pengecatan Gram dan biokimiawi. Pengecatan dilakukan untuk menentukan jenis bakteri berdasarkan dinding selnya, uji biokimiawi dilakukan untuk mengetahui respon terhadap media uji dan pergerakan bakteri. Pengecatan Gram Escherichia coli menunjukkan bahwa sel bakteri berwarna merah dengabentuk batang panjang bergerombol dan Bacillus subtilis menunjukkan sel bakteri berwarna ungu, bentuk batang panjang dan berantai. Menurut 5 Jawetz, et al., (2001) bakteri Escherichia coli termasuk bakteri Gram negatif, bentuk batang panjang. Carballido-López & Formstone (2007) menyatakan bahwa Bacillus subtilis merupakan golongan bakteri Gram positif dengan bentuk batang. Jadi identifikasi kedua bakteri dengan pengecatan Gram sudah sesuai teori. Identifikasi bakteri secara biokimiawi dilakukan untuk mengetahui respon bakteri terhadap media uji dan pergerakan bakteri Uji. Escherichia coli pada media KIA (Kligler Iron Agar) bakteri menghasilkan warna kuning pada bagian miring maupun tegak menunjukkan bakteri mampu menfermentasi glukosa dan laktosa, terdapat pula rongga udara pada dasar tabung reaksi menunjukkan bakteri menghasilkan gas, tidak terdapat warna hitam pada tabung menunjukkan tidak terbentuk H2S. Pada media LIA (Lysine Iron Agar) bidang miring menunjukkan warna ungu dan tidak ada warna kehitaman, berarti bakteri mampu mendekarboksilasi lisin dan tidak terbentuk H2S. Media MIO (Motility Indol Ornitine) menunjukkan bakteri menyebar menyebabkan kekeruhan, warna menjadi ungu dan ketika ditetesi reagen Kovac’s membentuk cincin berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri bersifat motil, dapat mendekarboksilasi ornitin, dan memproduksi indol. Secara teori bakteri Escherichia coli pada media KIA dapat menghasilkan gas dan mampu menfermentasi glukosa media dengan H2S negatif. Pada media LIA Escherichia coli mampu mendekarboksilasi lisin. Pada media MIO Escherichia coli bersifat motil, dapat mendekarboksilasi ornitin, dan memproduksi indol (Mahon, et al., 2007). Bacillus subtilis menggunakan media Simmons citrate untuk mengetahui kemampuan bakteri memfermentasikan sitrat sebagai sumber karbon. Hasil pada media menunjukkan perubahan warna dari hijau menjadi biru. Hart & Shears, (1997) menyatakan Bacillus subtilis mampu memfermentasi sitrat ditandai dengan merubah Simmons citrate dari hijau menjadi biru. Pada uji katalase untuk melihat kemampuan bakteri menghasilkan gelembung udara (O2), hasil uji menunjukkan katalase positif menghasilkan gelembung. Kleyn & Bicknell, (2001) menyatakan bahwa Bacillus subtilis mampu mengurai hidrogen peroksida (H2O2) menjadi oksigen dan air ditunjukkan dengan munculnya gelembung. Hasil uji biokimiawi bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtis pada penelitian ini sudah sesuai dengan teori. Uji Aktivitas Antibakteri Uji aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun pacar air terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran. Konsentrasi yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri 6 ektrak etanol daun pacar air dalam penelitian ini yaitu 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%. Jumlah ekstrak dalam tiap sumuran berturut-turut 10000 μg, 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg. Kontrol positif yang digunakan kloramfenikol 30 μg dan kontrol negatif digunakan DMSO 100% volume 20 μL. Tabel 2. Hasil Uji aktivitas bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis Diameter zona hambat (mm) Sampel Konsentrasi tiap sumuran Escherichia coli Rata-rata±SD Bacillus subtilis Rata-rata±SD Keterangan Ekstrak 50% 10000 μg 14,00±1,73 19,30±2,51 Radikal Ekstrak 25% 5000 μg 11,00±1,73 19,00±2,64 Radikal Ekstrak 12,5% 2500 μg 11,60±0,57 14,60±1,15 Radikal Ekstrak 6,25% 1250 μg 9,00±1,73 12,30±1,52 Radikal DMSO 20 μL 8,00±1,00 8,00±1,00 Sumuran Kloramfenikol 30 μg 20,00±2,00 26,30±4,04 Radikal Keterangan : Diameter zona hambat termasuk diameter sumuran (8 mm) Uji aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli menghasilkan zona hambat yang bersifat radikal. Diameter zona hambat rata-rata ± SD pada konsentrasi 10000 μg, 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg berturut-turut 14,00 mm ± 1,73, 11,00 mm ± 1,73, 11,60 mm ± 0,57, dan 9 mm ± 1,73. Aktivitas ekstrak terhadap Escherichia coli menunjukkan semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka zona hambat yang dihasilkan akan semakin besar. Kontrol negatif menggunakan DMSO 20 μL dan kontrol positif menggunakan kloramfenikol 30 μg. Hasil uji menunjukkan kontrol negatif tidak memiliki zona hambat dan kontrol positif memiliki zona hambat rata-rata ± SD sebesar 20 mm ± 2,0 (Tabel 2). Kontrol negatif yang digunakan pada penelitian ini adalah DMSO 20 μL dan kontrol positif menggunakan kloramfenikol 30 μg. Hasil uji aktivitas ekstrak pada konsentrasi 10000 μg, 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg menghasilkan zona hambat rata-rata ± SD berturut-turut 19,30 mm ± 2,51, 19,00 mm ± 2,64, 14,60 mm ± 1,15 dan 12,30 mm ± 1,53. Hasil menunjukkan semakin besar konsentrasi ekstrak dapat menghasilkan zona hambat yang semakin besar. Hasil uji pada kontrol menunjukkan kontrol negatif tidak memiliki zona hambat dan kontrol positif memiliki zona hambat rata-rata ± SD sebesar 26,30 mm ± 4,04. Analisis data statistik dengan menggunakan uji t dari aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pacar air terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis menyatakan 7 hasil berbeda, pada konsentrasi 10000 μg dan pada kontrol positif menunjukkan hasil tidak signifikan sedangkan pada 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg menunjukkan hasil uji t signifikan. Jadi ekstrak etanol daun pacar air konsentrasi 10000 μg dan kloramfenikol 30 μg memiliki kemampuan yang tidak berbeda ketika menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli maupun terhadap bakteri Bacillus subtilis. Konsentrasi ekstrak 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg menunjukkan hasil uji t signifikan. Jadi pada konsentrasi 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg kemampuan ekstrak menghambat pertumbuhan lebih kuat terhadap salah satu bakteri. Hasil zona hambat rata-rata ± SD ekstrak pada konsentrasi 5000 μg, 2500 μg, dan 1250 μg terhadap bakteri Bacillus subtilis menghasilkan zona hambat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan zona hambat rata-rata ± SD terhadap bakteri Escherichia coli. Hasil uji dibandingkan dengan penelitian sebelumnya Utari (2011) menyatakan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun pacar air pada konsentrasi 5000 μg memiliki zona hambat terhadap bakteri Gram positif Staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa, diameter zona hambat pada penelitian Utari (2011) berturut-turut sebesar sebesar 23,3 mm dan 22,4 mm. Aktivitas ekstrak pada penelitian ini dengan konsentrasi yang sama yakni 5000 μg terhadap bakteri Gram positif Bacillus subtilis memiliki diameter zona hambat sebesar 19,00 ± 2,64 dan bakteri Gram negatif Escherichia coli memiliki diameter zona hambat sebesar 11,00 ± 1,73. Hasil penelitian Utari (2011) menunjukkan aktivitas yang lebih besar terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dibandingkan dengan peneltian ini ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan lebih besar. Perbedaan zona hambat yang terjadi karena terdapat perbedaan pada kedua penelitian diantaranya tempat tumbuh tanaman, proses ekstraksi, metode uji aktivitas antibakteri dan perbedaan jenis bakteri. Utari (2011) melakukan penelitian terhadap daun tanaman pacar air yang tumbuh di Medan, Sumatra Utara, metode ekstraksi dengan metode perkolasi menggunakan pelarut etanol 96%, metode uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disk, bakteri Staphylococcus aureus sebagai bakteri Gram positif dan Pseudomonas aeruginosa sebagai bakteri Gram negatif. Penelitian ini menggunakan daun tanaman pacar air yang tumbuh di Boyolali, Jawa Tengah, ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%, metode uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran, bakteri Bacillus subtilis sebagai bakteri Gram positif dan Escherichia coli sebagai bakteri Gram negatif. Warna bunga yang digunakan pada kedua penelitian sama yaitu bunga warna ungu dan daun yang dipilih untuk ekstraksi yakni daun yang masih berwarna hijau segar. 8 Uji Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada ekstrak etanol daun pacar air. Hasil kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak etil asetat:kloroform (7:3) v/v dapat memisahkan senyawa dalam ekstrak etanol daun pacar air dengan baik ditandai dengan adanya banyak bercak. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun pacar air sebelum disemprot pada pengamatan visual terlihat 3 bercak berwarna coklat, kuning dan oranye Rf berturut-turut 0,86, 0,78, dan 0,58. Pengamatan UV254 terdapat 5 pemadaman pada Rf 0,86, 0,78, 0,58, 0,48 dan 0,44. Pengamatan UV366 terdapat 1 fluoresensi berwarna biru pada Rf 0,78. Bercak yang muncul menandakan fase gerak dapat memisahkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun pacar air menunjukkan bercak berwarna oranye dibawah sinar tampak pada Rf 0,86, 0,78 dan 0,58 setelah bercak disemprot Dragendorff. Bercak setelah disemprot KOH etanolik 10% diamati dibawah sinar tampak terdapat bercak kuning cerah pada Rf 0,86 dan pada Rf 0,78 terdapat bercak merah muda. Ketika diamati dibawah UV366nm bercak berfluoresensi biru cerah pada Rf 0,86. Bercak setelah disemprot Liebermann-Burchard bercak diamati dibawah sinar tampak pada Rf 0,58 timbul bercak berwarna merah muda. Bercak setelah disemprot FeCl3 bercak diamati dibawah sinar tampak terdapat dua bercak berwarna hitam pada Rf 0,58 dan Rf 0,78. Plat kromatografi setelah diuapi dengan ammonia diamati dibawah sinar tampak menunjukkan bercak berwarna kuning cerah pada Rf 0,86 (Tabel 4). Wagner & Bladt (1996) menyatakan hasil pereaksi semprot jika bercak berwarna oranye setelah disemprot Dragendorff menunjukkan kandungan senyawa golongan alkaloid. Setelah disemprot KOH etanolik 10% bercak berubah warna menjadi kuning cerah menandakan kandungan senyawa golongan antron, jika berwarna merah muda menandakan kandungan senyawa golongan antrakinon dan jika berfluoresensi biru cerah menandakan terdapat golongan kumarin pada bercak tersebut. Warna merah muda dibawah sinar tampak setelah disemprot Liebermann-Burchard menandakan terdapat senyawa golongan triterpenoid pada bercak. Warna hitam setelah disemprot FeCl3 menandakan terdapat senyawa golongan fenolik pada bercak tersebut. Warna kuning setelah terpapar uap amonia menandakan bercak mengandung senyawa golongan flavonoid. Kandungan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun pacar air dari bunga warna ungu adalah alkaloid, antron, antrakinon, kumarin, flavonoid dan fenolik. 9 Adfa (2007) menyatakan bahwa ekstrak metanol daun pacar air dengan bunga berwarna putih mengandung kumarin, kuinon, flavonoid, steroid, triterpenoid, fenolik, dan saponin. Pada penelitian ini kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol daun pacar air dengan bunga berwarna ungu adalah alkaloid, antron, antrakinon, kumarin, flavonoid dan fenolik. Perbedaan kandungan metabolit sekunder antara penelitan Adfa (2007) berbeda dengan penelitian ini karena terdapat perbedaan antara lain tempat tumbuh tanaman pacar air dan metode ekstraksi daun pacar air, pada penelitian Adfa (2007) tanaman tumbuh di Padang, Sumatra Barat, metode ekstraksi menggunakan sokletasi n-heksana diteruskan sokletasi menggunakan etil asetat dan metanol. Penelitian ini tanaman tumbuh di Boyolali, Jawa Tengah, ekstraksi menggunakan metode maserasi pelarut etanol 70%. Tabel 4. Hasil uji kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun pacar air dengan bunga berwarna ungu mengunakan fase gerak etil asetat:kloroform (7:3) v/ v dan fase diam silica gel 254 Uap Sebelum disemprot Dragendorff KOH etanolik LB FeCl3 amonia Rf Golongan Senyawa Vis 254 366 Vis Vis 366 Vis Vis Vis 0,86 Cok Pem - Ora Kun - - - Kun Alkaloi, Antron, Flavonoid. 0,78 Kun FB Ora MM FB - Hit - Alkaloid, Antron, Kumarin, Fenol. 0,58 Ora Pem - Ora - - MM Hit - Alkaloid, Tritrpenoid, Fenolik 0,48 - Pem - - - - - - - - 0,44 - Pem - - - - - - - - Pem dan Bir Keterangan: Cok : Coklat LB : Liember burcahr Pem : Pemadaman Kun : Kuning Hit : Hitam Bir : Biru Ora : Orange MM : Merah Muda FB : Fluoresensi Biru Vis : Visibe Uji Bioautografi Bioautografi mampu mendeteksi bercak hasil kromatografi lapis tipis yang memiliki aktivitas antibakteri, dengan menempelkan plat hasil elusi pada media yang telah diinokulasi bakteri. Kelebihan dari metode ini adalah mudah, cepat, peralatan sederhana dan interpretasi hasil dapat dilakukan dengan mudah (Kusumaningtyas dkk, 2008). Hasil bioautografi ekstrak etanol daun pacar air terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis tidak menunjukkan adanya zona bening, meskipun pada saat dilakukan uji aktivitas menunjukkan aktivitas antibakteri dan pada uji kromatografi lapis tipis terdapat banyak senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol pacar air. Hal 10 ini kemungkinan karena konsentrasi ekstrak untuk uji bioautografi kurang besar. Dari hasil uji yang dilakukan belum bisa dijelaskan golongan senyawa aktif yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pacar air terhadap Escherichia coli dan bacillus subtilis dapat ditarik kesimpulan : 1. Ekstrak ekstrak etanol daun pacar air memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis. 2. Senyawa yang bertangung jawab terhadap aktivitas antibakteri tidak diketahui. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak daun pacar air, supaya fase gerak hasil optimasi dapat membawa senyawa aktif sehingga ketika dilakukan uji bioautografi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri dapat terlihat. DAFTAR PUSTAKA Adfa, M., 2007, 6-Metoksi, 7-Hidroksi Kumarin Dari Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.), Jurnal Gradien, 2 (2), 183-186 Adfa, M., 2008, Senyawa Antibakteri Dari Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.), Jurnal Gradien, 4 (1), 318-322 Ayu, N. M., 2012, Efek Ekstrak Etanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara Invitro Dengan Metode Dilusi Agar, Skripsi, Fakultas Kesehatan, Universitas Brawijaya Campbell, N. A., dan Reece J. B., 2008, Biologi I, 8, Jakarta, Erlangga Carballido-López, R. dan Formstone, A., 2007, Shape determination in Bacillus subtilis, Curr Opin Microbiol, 10, 611-616 Choma, I., 2005, The Use of Thin-Layer Chromatography with Direct Bioautography for Antimicrobial Analysis, Bioautography for Antimicrobial Analysis, LCGC Europe Cowan, M. M., 1999, Plant Products as Antimicrobial Agents, Clinical Microbiology Reviews, 12 (4), 564-582 Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta, Salemba Medika 11 Ding, Z., Jiang, F., Chen, N., Lv, G., dan Zhu, C., 2008, Isolation and identification on an Anti-tumor Component from Leaves of Impatiens balsamina, Molecules, 13, 220-229 Fatmawati. M., 2009, Komunikasi Perawat plus Materi Komunikasi Terapeutik, Yogjakarta, Nuha Medika Gandjar, I. G., dan Rahman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Hart, T. & Shears, P., 1997, Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta, Penerbit Hipokrates. Hatmanti, A., 2000, Pengenalan Bacillus SPP, Oseana, 25 (1), 31-41 Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 2001, Mikrobiologi kedokteran, edisi I, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 205-235, Jakarta, Salemba Medika Jiang Su New Medicinal College, 2003, Dictionary of Chinese Crude Drugs, Shanghai, Shang Hai Scientific Technological Publisher Kazmi, M. H., A. Malik, S. Hameed, N. Akhtar, dan S. N., Ali, 1994, An anthraquinone derivative from Cassia italica, Phytochemistry, 36, 761–763 Kleyn, J. dan Bicknell, M., 2001, Microbiology Experiments: A Health Science Perspective, Third Edition, 40, 199-202, 323, New York, McGraw-Hill Kusuma, F. R. dan Muhammad, Z., 2005, Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, Jakarta, Agro Media Pustaka Kusumaningtyas, E., Astuti, E. dan Darmono., 2008, Sensitivitas Metode Bioautografi Kontak dan Agar Overlay dalam Penentuan Senyawa Antikapang, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6 (2), 75-76 Lim, Y., Kim, I., dan Seo, J., 2007, In vitro Activity of Kaempferol Isolated from the Impatiens balsamina alone and in Combination with Erythromycin or Clindamycin against Propionibacterium acnes, The Journal of Microbiology, 45 (5), 437-477 Mahon, C. R., Lehman D.C., dan Manuselis G., 2007, Textbook of Diagnostic Microbiology Thrid Edition. Philadelphia, Saunder Elsevier Pankey, G. A., dan Sabath, L. D., 2004, Clinical Relevance of Bacteriostatic Versus Bactericidal Mechanisms of Action in the Treatment of Gram-positive Bacterial Infections, Clinical Infectious Diseases, 38 (6), 864–70 Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Jakarta, Erlangga Prescott, L. M. dan Harley, J. P., (2002), laboratory Exercise In Microbiology 5th edition, USA, The McGraw-Hill Company 12 Prescott, L. M., John P. H., dan Donald A., 2002, Microbiology, 5, New York, McGraw-Hill Company Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, Jakarta, EGC Ryan, K. J. dan Ray C. G., 2004, Sherris Medical Microbiology, Edisi IV, New York, McGraw Hill Setiabudy, R., 2008, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, 585-587, Jakarta, Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI Utari, P., 2011, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Dari Tumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginos, skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatra Utara Wagner, H. dan Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas, Springer Verlag Berlin, Heidelberg, New York, USA Zulfami dan Solfan, B., 2010, Eksplorasi Tanaman Obat Potensial Di Kabupaten Kampar, Jurnal agroteknologi, 1 (1), 31-38 13