15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Karyawan
2.1.1 Pengertian kinerja
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan peranannya
dalam perusahaan (Rivai, 2005). Kinerja karyawan merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Irianto (2001) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kinerja karyawan adalah hasil dari banyak tugas/pekerjaan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh karyawan dalam satu periode. Kinerja
(performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang
membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa
baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan (Simamora, 2004).
Menurut Mangkunegara (2006), kinerja sumber daya manusia adalah
prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas
yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.
15
16
Aspek-aspek dalam pencapaian standar pekerjaan terdiri dari aspek
kuantitatif dan kualitatif (Mangkunegara, 2006). Aspek kuantitatif
meliputi.
1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan;
2) Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan;
3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan bekerja;
4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja.
Aspek kuantitatif meliputi :
1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan;
2) Tingkat kemampuan dalam bekerja;
3) Kemampuan
menganalisis
data/informasi,
kemampuan/kegagalan
menggunakan mesin/peralatan; dan
4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen).
Berdasarkan beberapa pendapatan di atas dapat dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi pada periode waktu
tertentu yang merefleksikan seberapa baik seseorang atau kelompok
tersebut memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan dalam usaha pencapaian
tujuan organisasi. Fungsi pekerjaan yang dimaksud adalah pelaksanaan
hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi
wewenang dan tanggungjawabnya dalam suatu organisasi. Hasil kerja
yang dimaksud dapat berupa hasil kerja secara kualitatif maupun
kuantitatif.
17
2.1.2 Pengukuran kinerja
Pengukuran
kinerja
merupakan
suatu
alat
manajemen
yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas (Sedarmayanti, 2007). Pengukuran kinerja juga dig unakan
untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran. Pengukuran kinerja penti ng
peranannya sebagai alat manajemen sebagai berikut.
1) Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk
mencapai kinerja;
2) Memastikan tercapainya rencana kerja yang disepakati;
3) Memantau
dan
mengevaluasi
pelaksana
kinerja
dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja;
4) Memberi penghargaan dan hukuman yang obyektif atas kinerja
pelaksana yang telah diukur sesuai sistem pengukuran kinerja yang
disepakati;
5) Menjadi alat komunikasi antar karyawan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi;
6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi;
7) Membantu memahami proses kegiatan organisasi;
8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif;
9) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan;
10) Mengungkap permasalahan yang terjadi.
18
Aspek-aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja antara lain.
1) Aspek finansial;
2) Kepuasan pelanggan;
3) Operasi bisnis internal;
4) Kepuasan karyawan;
5) Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders;
6) Waktu.
Beberapa syarat agar pengukuran kinerja terlaksana dengan baik
dalai sebagai berikut.
1) Setiap organisasi harus membuat komitmen untuk mengukur kinerja
dan memulainya segera, tidak perlu mengharapkan pengukuran kinerja
akan langsung sempurna, nantinya akan dilakukan perbaikan atas
pengukuran kinerja yang telah disusun;
2) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai proses yang berkelanjutan, suatu
proses yang bersifat interaktif dan cerminan dari upaya organisasi
untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja;
3) Organisasi harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan
besarnya
organisasi,
kultur,
visi, tujuan, sasaran
dan
struktur
organisasi.
2.1.3 Penilaian kinerja
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan
perusahaan adalah dengan cara melihat hasil penilaian kinerja. Sasaran
yang menjadi objek penilaian kinerja adalah kecakapan, kemampuan
19
karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi
dengan menggunakan tolok ukur tertentu secara objektif dan dilakukan
secara berkala (Rivai, 2005).
Penilaian kinerja adalah salah satu usaha untuk mengevaluasi
kinerja karyawan pada masa kini, maupun pada masa yang lalu
berdasarkan standar yang ditetapkan untuknya. Proses penilaian terdiri
dari penentuan standar kerja, penilaian kinerja aktual d ibandingkan
dengan standar dan memberikan umpan balik kepada karyawan untuk
memotivasi peningkatan kinerja (Dessler, 2003).
Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem
formal
yang
terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk
tingkat ketidakhadiran (Rivai, 2005).
Tujuan penilaian kinerja meliputi hal-hal berikut.
1) Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini;
2) Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan
gaji berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa, insentif uang;
3) Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan;
4) Untuk pembeda antara karyawan yang satu dengan yang lain;
5) Pengembangan SDM yang masih dibedakan lagi ke dalam.
(1) Penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer,
rotasi pekerjaan;
(2) Promosi, kenaikan jabatan;
(3) Training atau latihan;
20
6) Meningkatkan motivasi kerja;
7) Meningkatkan etos kerja;
8) Memperkuat hubungan antar bawahan dengan atasan melalui diskusi
tentang kemajuan kerja mereka;
9) Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja dan rencana karir
selanjutnya;
10) Riset seleksi sebagai kriteria keberhasilan/efektivitas;
11) Sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM, karir
dan keputusan perencanaan suksesi;
12) Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai
untuk mencapai hasil yang baik secara menyeluruh;
13) Sebagai
sumber
informasi
untuk
pengambilan
keputusan
yang
berkaitan dengan gaji, upah, insentif, kompensasi dan berbagai
imbalan lainnya;
14) Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pribadi
maupun pekerjaan;
15) Sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja;
16) Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk
mengambil inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja;
17) Untuk
mengetahui
efektifitas
kebijakan
SDM,
seperti
seleksi,
rekrutmen, pelatihan dan analisis pekerjaan sebagai komponen yang
saling ketergantungan di antara fungsi-fungsi SDM;
21
18) Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja
menjadi baik;
19) Mengembangkan dan menetapkan kompensasi pekerjaan;
20) Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi atau hadiah.
Pada umumnya unsur-unsur yang perlu dinilai dalam proses
penilaian kinerja adalah sebagai berikut.
1) Kesetiaan, adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sehari hari oleh tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Kesetiaan tenaga kerja terhadap organisasinya sangat berhubungan
dengan pengabdian. Pengabdian yang dimaksud adalah sumbangan
pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi.
2) Prestasi kerja, adalah hasil baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif
yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3) Tanggungjawab, adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya de ngan
sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas
keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
4) Ketaatan, adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk mentaati
segala ketetapan, peraturan yang berlaku, menaati perinta h atasan serta
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan
perusahaan baik yang tertulis maupun lisan.
22
5) Kejujuran,
adalah
ketulusan
hati
seorang
tenaga
kerja
dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak
menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6) Kerjasama, adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja
bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan
pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya.
7) Prakarsa, adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil
keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah
dan bimbingan dari atasannya.
8) Kepemimpinan, adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja
untuk meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain) sehingga tenaga kerja
lain tersebut dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan
tugas pokok.
Faktor-faktor yang menghambat dalam penilaian kinerja menurut
Rivai (2005) antara lain, sebagai berikut.
1) Kesalahan penilai
Proses penilaian tertentu saja dilakukan oleh manusia yang tidak luput
dari kesalahan-kesalahan, yang dapat diakibatkan keterbatasan manusia
dalam melihat sesuatu. Ada beberapa kecenderungan kesalahan
penilaian yang harus diperhatikan yaitu.
23
(1) Hallo
effect,
penyimpangan
pribadi/subjektif
penilai
yang
terjadi
mempengaruhi
karena
pendapat
penilaian
kinerja,
umumnya dipengaruhi oleh ciri-ciri pegawai yang mengesankan
seseorang sangat disukai atau tidak disukai oleh penilai.
(2) The error of central tendency, penilai tidak senang memberikan
penilaian jelek atau baik kepada pegawai, sehingga cenderung
menilai secara rata-rata.
(3) The liniency and strictness biases, penilai terlalu lunak atau
terlalu keras. Terlalu lunak mengakibatkan penilai cenderung
memberikan nilai terlalu tinggi, dan terlalu keras mengakibatkan
penilai
memberikan
nilai
terlalu
rendah
sehingga
tidak
mencerminkan pelaksanaan kinerja yang sesungguhnya.
(4) Personal prejudice, penilaian didasarkan atau dipengaruhi oleh
prasangka-prasangka yang tidak baik terhadap suatu kelompok
masyarakat, misalnya suku atau jenis kelamin.
(5) The recency
effect,
penilai
mendasarkan penilainnya
pada
perilaku-perilaku kerja yang paling akhir terjadi.
2) Ketidaksiapan penilai
Penilai mungkin tidak disiapkan untuk melakukan penilaian sehingga
mengakibatkan penilai kurang percaya diri, keterbatasan pengetahuan
mengenai pekerjaan dan kurangnya waktu untuk melakukan penilaian.
24
3) Ketidakefektifan praktek dan kebijakan organisasi
Dalam hal ini tidak terjadinya reward penilai, kebiasaan yang terjadi
bahwa penilaian yang jelek terhadap bawahan berarti menunjukkan
kelemahan
atasan
tanggungjawab
dalam
dari
atasan
membina
bawahan.
terhadap
organisasi
Kurangnya
rasa
mengakibat kan
munculnya ketidakpedulian akan kinerja pegawai, yang mengakibatkan
penilaian tidak dilakukan dengan baik.
4) Formulir penilaian yang tidak baik
Metode-metode penilaian biasanya menggunakan formulir penilaian,
dan sering kali formulir penilaian tersebut tidak jelas, tidak mencakup
aspek utama dari kinerja dan formulir yang kompleks atau rumit
(Hariandja, 2002).
Menurut Rivai (2005), metode yang digunakan dalam menilai
kinerja karyawan ada dua yaitu sebagai berikut.
1) Metode penilaian berorientasi masa lalu
Dengan
mengevaluasi
kinerja
di
masa
lalu,
karyawan
dapat
memperoleh umpan balik dari upaya-upaya mereka. Umpan balik ini
selanjutnya bisa mengarah kepada perbaikan-perbaikan prestasi.
Teknik-teknik penilaian ini meliputi.
(1) Skala peringkat (rating scale)
Pada metode ini para penilai diharuskan melakukan suatu
penilaian yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam
skala-skala tertentu mulai dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi.
25
(2) Daftar pertanyaan (checklist)
Penilaian berdasarkan metode ini terdiri dari sejumlah pertanyaan
yang menjelaskan beraneka ragam tingkat perilaku bagi suatu
pekerjaan tertentu.
(3) Metode dengan pilihan terarah (forced choice method)
Metode ini dirancang untuk meningkatkan obyektivitas dan
mengurangi
subyektivitas
dalam
penilaian.
Metode
ini
mengharuskan penilai untuk memilih pernyataan yang paling
sesuai dengan pasangan pernyataan tentang karyawan yang
dinilai.
(4) Metode peristiwa kritis (critical incident method)
Metode ini merupakan penilaian yang berdasarkan pada catatan
kritis penilai atas perilaku karyawan, seperti sangat baik atau
sangat buruk di dalam melaksanakan pekerjaan.
(5) Metode catatan prestasi
Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu
catatan penyempurnaan yang banyak digunakan terutama oleh
para profesional.
(6) Skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku (behaviorally
anchored rating scale)
Metode ini merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja
karyawan untuk satu kurun waktu tertentu di masa lalu dengan
mengaitkan skala peringkat prestasi kerja dengan perilaku
tertentu.
26
(7) Metode peninjauan lapangan (field review method)
Disini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari
SDM. Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung
perihal prestasi karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan
informasi tersebut.
(8) Tes
dan
observasi
prestasi
kerja
(performance
test
and
observation)
Karena berbagai pertimbangan dan keterbatasan penilaian prestasi
dapat didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan, berupa
tes tertulis dan peragaan, syaratnya tes harus valid (sah) dan
reliabel (dapat diperdaya).
(9) Pendekatan
evaluasi
komparatif
(comparative
evaluation
approach)
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang
dengan karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.
2) Metode penilaian berorientasi masa depan
Metode penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi bahwa
karyawan tidak lagi sebagai obyek penilaian yang tunduk dan
tergantung pada penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses
penilaian. Teknik-teknik penilaian ini meliputi.
(1) Penilaian diri sendiri (self appraisal)
Penilaian ini dilakukan oleh karyawan sendiri dengan harapan
karyawan
tersebut
dapat
lebih
mengenal
kekuatan
dan
kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.
27
(2) Manajemen berdasarkan sasaran (management by objective)
Suatu bentuk penilaian dimana karyawan dan penilai bersamasama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan
kerja di waktu yang akan datang. Prestasi kerja seorang karyawan
dinilai berdasarkan pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.
(3) Penilaian secara psikologis
Proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk
mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan seperti kemampuan intelektual, motivasi dan lain-lain
yang bersifat psikologis.
(4) Pusat penilaian (assement center)
Penilaian ini dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan
dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi
seseorang dalam melakukan tanggungjawab yang lebih besar.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Sedarmayanti (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja diantaranya adalah sebagai berikut.
1)
Sikap mental, berupa motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja;
2)
Pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih
tinggi
akan
mempunyai
wawasan
yang
lebih
luas
terutama
penghayatan akan arti pentingnya produktifitas;
3)
Keterampilan, pada aspek tertentu pegawai akan semakin terampil
melalui
pelatihan, sehingga akan lebih mampu bekerja serta
menggunakan fasilitas kerja dengan baik.;
28
4)
Manajemen, pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan
sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun
memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya. Apa bila manajemen
tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga
dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan produktif;
5)
Hubungan Industrial Pancasila (HIP), dengan menerapkan HIP akan
menciptakan ketenangan kerja, memberikan motivasi, menciptakan
hubungan kerja yang serasi dan dinamis, menciptakan harkat dan
martabat pegawai.
6)
Tingkat penghasilan, apabila penghasilan memadai akan dapat
menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat
dimanfaatkan meningkatkan kinerja;
7)
Gizi dan kesehatan, apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan
gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja apalagi bila
mempunyai semangat yang tinggi maka akan dapat meningkatkan
kinerjanya;
8)
Jaminan sosial, jaminan sosial yang diberikan oleh suatu or ganisasi
kepada pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian
semangat kerja dan mendorong pemanfaatan kemampuan yang
dimiliki untuk meningkatkan kinerjanya;
9)
Lingkungan dan iklim kerja, lingkungan dan iklim kerja yang baik
akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa
tanggungjawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju
kearah peningkatan kinerja;
29
10) Sarana
produksi,
mutu
sarana
produksi
berpengaruh
terhadap
peningkatan kinerja;
11) Teknologi, apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju
tingkatannya
maka
akan
memungkinkan,
tepat
waktu
dalam
penyelesaian proses produksi, jumlah produksi lebih banyak dan
bermutu, memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa. Dengan
memperhatikan hal
tersebut, maka penerapan teknologi
dap at
mendukung peningkatan kinerja;
12) Kesempatan berprestasi, pegawai yang bekerja tentu mengharapkan
peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya
akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun organisasi.
Mahmudi (2005) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah sebagai berikut.
1) Faktor
personal/individu,
meliputi
:
pengetahuan,
keterampilan,
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki
setiap individu.
2) Faktor
kepemimpinan,
meliputi
:
kualitas
dalam
memberikan
dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan
team leader.
3) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim.
30
4) Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja
dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Menurut Simanjuntak (2005), dengan pendekatan sistem, faktor
yang mempengaruhi kinerja karyawan perusahaan dapat digolongkan pada
tiga kelompok yaitu sebagai berikut.
1) Kualitas dan kemampuan fisik pekerja
Kualitas
dan
kemampuan
karyawan
dipengaruhi
oleh
tingkat
pendidikan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik
karyawan yang bersangkutan. Pendidikan memberikan pengetahuan
bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas akan tetapi juga
landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan
semua sarana yang disekitarnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat kinerja yang
dicapai.
2) Sarana pendukung
Sarana pendukung untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu.
a) Menyangkut lingkungan kerja, yaitu teknologi dan cara produksi,
sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan
dan kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan kerja itu
sendiri;
31
b) Menyangkut kesejahteraan pekerja, yang tercermin dalam sistem
kompensasi
dan
jaminan
sosial
serta
kelangsungan
kerja
sebagaimana dikemukakan di atas perbaikan – perbaikan di
lingkungan kerja dapat menumbuhkan kegairahan, semangat dan
kecepatan kerja. Demikian juga perbaikan-perbaikan di bidang
pengupahan dan jaminan sosial dapat menumbuhkan motivasi dan
meningkatkan kemampuan fisik karyawan.
3) Supra sarana
Aktivitas yang terjadi dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang
terjadi diluar, seperti sumber-sumber faktor produksi yang akan
digunakan, prospek pemasaran, perpajakan, perijinan, lingkungan
hidup, kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan dan industri
serta pengawasan dapat mempengaruhi ruang gerak perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya.
Menurut Martoya (2000) kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik
pekerja, sistem kompensasi, aspek-aspek ekonomi, aspek-aspek teknis
dalam aktivitasnya.
Porter dan Miles (2000) juga berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang adalah motivasi, kemampuan dan
persepsi peran. Melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
karyawan seperti di atas, maka faktor-faktor yang akan digunakan dalam
penelitian ini sebagai variabel responden adalah faktor penempatan,
kompetensi, lingkungan kerja fisik dan komunikasi yang berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.
32
Menurut Rivai (2005), faktor yang paling umum muncul adalah
pengetahuan tentang pekerjaannya, kepemimpinan, inisiatif, kualitas
pekerjaan,
diandalkan,
kerjasama,
pengambilan
perencanaan,
keputusan,
komunikasi,
kreativitas,
intelegensi
dapat
(kecerdasan),
pemecahan masalah, pendelegasian, sikap, usaha, motivasi dan organisasi.
Penelitian yang meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan dapat disebutkan sebagai berikut.
1)
Penelitian oleh Ayu Irma Primayanthi (2008), Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara
langsung kompetensi terhadap pengembangan karir pegawai, untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara langsung
pengembangan karir pegawai terhadap kinerja pegawai, untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak
langsung kompetensi terhadap kinerja pegawai, untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung motivasi
terhadap kinerja pegawai. Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
kompetensi
pengembangan
karir
berpengaruh
pegawai,
secara
langsung
pengembangan
karir
terhadap
pegawai
berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kinerja pegawai,
kompetensi berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap
kinerja pegawai, motivasi berpengaruh signifikan secara tidak
langsung terhadap kinerja pegawai. Kesimpulan bahwa kompetensi,
motivasi dan pengembangan karir pegawai berpengaruh terhadap
kinerja pegawai.
33
2)
Penelitian oleh Ismail (2005) yang berjudul “The Influence of Capital
on the Performance of the Telkom Malaysia (case stuty )” Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan intelektual
terhadap kinerja karyawan di Telkom Malaysia. Hasil penelitian
menyatakan ada pengaruh positif dan signifikan antara kemampuan
intelektuan terhadap kinerja karyawan.
3)
Penelitian oleh Biswas (2007) yang berjudul “Psychological Climate
and and Individual Performance in India”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengeetahui hubungan antara lingkungan psikologi
terhadap kinerja karyawan di India dengan perilaku organisasi dan
kepuasan
kerja sebagai
pavariabel
perantara.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa persepsi individu tentang lingkungan psikologi
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilak organisasi
dan kepuasan kerja dan selanjutnya perilaku organisasi dan kepuasan
kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
4)
Penelitian oleh Mardantri (2007) yang berjudul “Pengaruh Faktorfaktor Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan Bank Jatim
Cabang Pasuruan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh secara simultan faktor-faktor pengembangan karir terhadap
kinerja karyawan dan menganalisis faktor-faktor yang dominan
berpengaruh
terhadap
kinerja
karyawan.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor pengembangan karir berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
34
5)
Penelitian oleh Chohiri Muhammad (2000) yang berjudul “Faktor
Individu dan Faktor Lingkungan sebagai Pembentuk Perilaku Kerja
serta Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan PT. PAL Surabaya”.
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor lingkungan (biografis,
kemampuan, psikologis karyawan, lingkungan tempat kerja dan
lingkungan di luar tempat kerja) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
6)
Penelitian yang dilakukan oleh Neal dan Griffin (1999) dengan judul
“Developing a Model Individual Performance for Human Resource
Management”.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
kinerja
dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan, motivasi dan
kemampuan
beradaptasi
dengan
teknologi.
Pengetahuan
dan
ketrampilan mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap kinerja
konstektual dan teknologi mempunyai hubungan yang lebih kuat
terhadap kinerja tugas.
7)
Penelitian oleh Agung (2004) yang berjudul “Beberapa Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
Provinsi
Bali”.
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan se cara parsial dan
simultan dari ketiga faktor (pendidikan formal, pelatihan dan
kompensasi) terhadap kinerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa
ketiga faktor tersebut secara parsial dan simultan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja.
35
8)
Dwi dan Bambang (1999), melakukan penelitian tentang Pengaruh
Lingkungan Pengendalian Organisasi Dan Orientasi Profesional
Terhadap Kinerja Karyawan. Dengan mempergunakan analisis regresi
berganda diperoleh kesimpulan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi
oleh tipe pengendalian dan orientasi professional.
9)
Wilmott (2006), dalam penelitiannya yang berjudul
Motivation by
Career Development, menyatakan bahwa diperlukan kecocokan antara
kemampuan dan bakat seorang karyawan terhadap penempatan posisi
dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga kinerja karyawan
tersebut bisa maksimal sesuai dengan yang diharapkan oleh pimpinan
organisasi atau perusahaan. Hal lain yang Wilmott simpulkan dari
penelitian yang dilakukan adalah kemampuan dan tingkat kompetensi
yang tepat diperlukan untuk memenuhi persyaratan kinerja karyawan.
10) Kennedy (2004), melakukan penelitian yang berjudul Bridging the
Gap
Between
Company
and
Employees
:
Human
Resources
Management, dengan tujuan untuk mengembangkan perencanaan
dalam Human Resources (Sumber Daya Manusia )suatu organisasi
terutama masalah “gap” antara organisasi (perusahaan) dengan
karyawan agar organisasi dapat mencapai tujuan dengan efektif dan
efisien. Dalam penelitiannya tersebut, Kennedy menyatakan bahwa
manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses sistematis
yang sangat penting untuk memastikan bahwa organisasi harus
memiliki jumlah anggota (karyawan) dengan kemampuan yang tepat
pada masing-masing bidang untuk memenuhi kebutuhan dalam bisnis.
36
Dapat disimpulkan bahwa penempatan karyawan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki untuk tugas yang diberikan adalah penentu
utama kinerja yang memuaskan.
11) Lindbom (2007), dalam penelitiannya yang berjudul A Culture of
Coaching : The Challenge of Managing Performance for Long –Term
Results menyatakan bahwa suatu organisasi atau perusahaan harus
berjuang untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan
mendorong manajer untuk selalu menyediakan feedback (masukan,
petunjuk) untuk para karyawan dalam pelaksanaan tugas di bidang
masing-masing. Lindbom juga menyatakan suatu pelatihan yang
sesuai bakat dan kemampuan karyawan penting untuk meningkatkan
kinerja karyawan serta mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
12) Darling and Beebe (2007) melakukan penelitian yang berjudul
Effective
Entrepreneurial
Communication
in
Organization
Development : Achieving Excellence Based on Leadership Strategies
and Values. Penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa
komunikasi dalam organisasi adalah faktor penentu utama dalam
keberhasilan organisasi tersebut dalam dunia bisnis. Komunikasi
sangat penting jika entrepreneur/wirausaha ingin mencapai tingkat
kesuksesan
yang
sempurna
dalam
mengembangkan
sebuah
organisasi/bisnis. Hasil dari penelitian tersebut menyarankan bahwa
kesempurnaan sebuah kesuksesan
yang diraih
bersumber
dari
kepedulian terhadap pelanggan, inovasi tiada henti, setia terhadap
pelanggan dan kepemimpinan manajerial. Keempat komponen penting
dalam kesempurnaan memiliki benang merah berupa komunikasi yang
37
baik dan lancar antara anggota organisasi dan juga ant ara anggota
organisasi dengan pelanggan.
13) Badawy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Managing Human
Resources menyatakan bahwa perencanaan sumber daya manusia
merupakan kunci menuju inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan
kinerja dalam organisasi. Faktor yang termasuk kedalam perencanaan
sumber daya manusia adalah analisa dan penentuan kebutuhan
pekerja/staf, rekrutmen, pemilihan karyawan dan mempekerjakan
karyawan yang tepat dan kompeten di bidangnya untuk menghasilkan
kinerja yang baik. Badawy juga menyebutkan bahwa iklim kerja di
beberapa organisasi / perusahaan dapat memanipulasi kinerja yang
dihasilkan oleh karyawan dalam perusahaan tersebut.
14) Dalam penelitiannya yang berjudul
“Using Employee Satisfaction
Measuremen to Improve People Management: An Adaptation of
Kano’s Quality Types”, Anne and Lars (2001) menyatakan bahwa
Kondisi kerja (lingkungan kerja) berpengaruh terhadap kepuasan
pegawai
dan
loyalitas
pegawai.
Juga
dinyatakan
bahwa
pengembangan kompetensi berpengaruh terhadap sikap pegawai,
loyalitas pegawai dan kepuasan pegawai.
15) Shin and Park (2007) melakukan penelitian yang berjudul Moderating
Effects of Group Cohesiveness in Competency – Performance
Relationships : A Multi –Level Study dengan tujuan untuk menguji
pengaruh moderasi kekompakan kelompok, baik dari kekompakan
kelompok maupun kekompakan individu. Dalam studi tingkat
individu, rata-rata dari kekompakan kelompok diuji dengan 249
38
karyawan dari sebuah perusahaan manufaktur di Korea Selatan. Grup
kekompakan ternyata memiliki efek moderator negatif pada hubungan
kompetensi kinerja individu, dan temuan ini menunjukkan bahwa
kompetensi anggota kelompok tertentu akan dikendalikan oleh
anggota kelompok lainnya berdasarkan kebersamaan tinggi. Untuk
studi tingkat grup, kelompok data dari 42 tim dari perusahaan sama
terbentuk. Tidak seperti pada hasil uji pada tingkat individu,
kekompakan kelompok memiliki efek interaksi positif dengan
kompetensi
pada kinerja pada tingkat grup. Dengan kata lain,
kekompakan kelompok diperkuat dengan adanya kompetensi untuk
mencapai kinerja yang lebih baik.
16) Linder (2001) melakukan penelitian yang berjudul Competency
Assessment and Human Resource Management Performance of
County Extension Choice dengan tujuan untuk mempelajari persepsi
dewan senat ekstensi Ohio State University mengenai kompetesi
manajemen sumber daya manusia dan kinerja aktivitas manajemen
sumberdaya manusia. Penelitian tersebut juga berusaha menjelaskan
hubungan antara kompetensi manajemen sumberdaya manusia dan
kinerja aktivitas manajemen sumberdaya manusia dari anggota dewan
senat. Anggota senat dipilih untuk belajar karena mereka merupakan
baris pertama dari manajemen dan karyawan. Mereka juga merupakan
sekelompok
manajer
yang
paling
mungkin
telah
mengalami
pendidikan formal atau pelatihan khusus dalam manajemen sumber
daya manusia. Kompetensi manajemen sumber daya manusia tertinggi
39
dirasakan oleh dewan senat sebagai pemahaman tertulis, pemahaman
lisan, ekspresi tertulis, mengumpulkan informasi, penalaran induktif
dan kepekaan masalah. Kegiatan manajemen sumber daya manusia
yang ditunjukkan oleh dewan senat adalah ; mengembangkan dan
memelihara lingkungan kerja yang positif, administrasi upah dan
kesejahteraan, memastikan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
dan memilih dan mempekerjakan karyawan. Analisis yang dilakukan
memperoleh hasil bahwa korelasi antara kompetensi dan kinerja
aktivitas sangat kuat.
17) Dalam penelitiannya yang berjudul Competency Requirements for
Effective Job Performance in The Thai Public Sector, Vathanophas
and Ngam (2007), menyatakan bahwa aset sumberdaya manusia
adalah salah satu sumber daya yang paling penting tersedia untuk
setiap organisasi dan kompetensi serta komitmen dari karyawan akan
menentukan tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Oleh karena
itu, permintaan untuk karyawan yang efektif terus meningkat baik
dalam sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan dari penelitian
yang
dilakukan
oleh
Vathanophas
dan
Ngam
adalah
untuk
mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan dan mengembangkan
model kompetensi untuk kinerja yang efektif pada tingkat Kepala
Administrasi Umum posisi Sub-Divisi di Departemen Pertanian
mengunakan teknik Behavioral Event Interview (BEI). Studi tersebut
menemukan bahwa ada 23 faktor kompetensi yang berkinerja unggul
digunakan dalam melaksanakan perkerjaan dengan baik. Akibatnya,
40
dengan
menggunakan
direkomendasikan
tingkat
Sembilan
kompetensi
factor
saat
kompetensi
ini
maka
pada
model
kompetensi. Model kompetensi akan membantu Departemen Pertanian
Thailand untuk merespon kebijakan pemerintah tentang manajemen
sumberdaya manusia, memberikan informasi yang berguna mengenai
karakteristik
khusus
yang
diperlukan
pada
tingkat
Kepala
Administrasi Sub Bagian Umum dan bagaimana menerapkannya
untuk meningkatkan kualitas kinerja karyawan di tingkat terse but.
18) Amoroso (2009) melakukan penelitian dengan judul The Moderating
Effects of Top Management Competence in Assimilating ICT in Low Income Countries : The Case of Ethiopia. Penelitian tersebut
mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) yang telah
dianggap sebagai elemen utama dalam bisnis. Namun kontribusinya
secara
kritis
tergantung
pada
bagaimana
secara
rutin
telah
diasimilasikan dalam kegiatan bisnis. Penelitian tersebut mencoba
untuk mengetahui pengaruh moderating kompetensi manajemen
puncak pada asimilasi ICT di perusahaan Ethiopia yang dipilih.
Meskipun penelitian-penelitian sebelumnya mengidentifikasi factorfaktor yang mempengaruhi asimilasi ICT, bagaimana kompetensi
manajemen puncak akan mempegaruhi proses merupakan agenda
penting untuk diselidiki. Penelitian yang dilakukan oleh Amoroso
didasarkan pada pendekatan studi lapangan pada perusahaan yang
terpilih. Kuesioner disusun berdasarkan Skala Likert yang akan
digunakan untuk menguji hipotesis melalui tanggapan laporan
41
langsung.Diharapkan penelitian tersebut akan memberikan kontribusi
wawasan baru untuk asimilasi ICT dan juga memberi masukan bagi
akademisi.
19) Azmi (2009), dalam penelitiannya yang berjudul The Effects of
Competency
Based
Career
Development
and
Performance
Management Practices on Service Quality : Some Evidence From
Malaysian Publics Organizations menyatakan penting melakukan
penelitian tersebut karena latar belakang banyaknya keluhan dari
masyarakat
terhadap
organisasi
publik
di
Malaysia
karena
pengambilan tindakan yang lambat dan tidak dapat memberikan
pelayanan yang baik pada masyarakat. Untuk itu penelitian dari Azmi
perlu dilakukan melalui studi tentang dampak pelaksanaan dua
praktek sumberdaya berbasis kompetensi manusia (pengembangan
karir dan kinerja manajemen) atas kualitas layanan di 300 organisasi
public Malaysia. Hasil dari penelitian tersebut memberikan bukti
jelas
signifikan
dan
positif
hubungan
antara
kompetensi
pengembangan karir berdasarkan praktek dan semua dimensi kualitas
pelayanan yang ditemukan dalam organisasi public Malaysia. Namun,
tidak ada hubungan sama sekali antara kompetensi berdasarkan
praktik manajemen kinerja dengan semua dimensi kualitas pelayanan.
Dengan demikian, pengembangan karir berbasis kompetensi adalah
praktek terbaik yang harus diadopsi oleh setiap organisasi publik di
Malaysia dengan cara meningkatkan kualitas layanan yang diberikan
kepada pelanggan eksternal.
42
2.2 Penempatan Karyawan
2.2.1 Pengertian penempatan
Menurut
Rivai
(2005)
penempatan
karyawan
berarti
mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja tertentu, hal ini khusus
terjadi pada karyawan baru. Kepada karyawan lama yang telah menduduki
jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan dalam arti
mempertahankan pada posisinya atau memindahkan pada posisi yang lain.
Menurut Schuler dan Jackson (1997) penempatan (placement)
berkaitan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan yang akan
dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, prefensi dan kepribadian karyawan tersebut .
Seleksi dan penempatan yang efektif meliputi pencarian kesesuaian antara
kebutuhan organisasi atau perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang
memenuhi syarat, serta kebutuhan calon karyawan akan pekerjaan yang
diinginkannya.
Menurut
seseorang
Tohardi
pada
(2002),
pekerjaan
penempatan
yang
adalah
sesuai
menempatkan
dengan
keterampilan/pengetahuannya di organisasi atau perusahaan. Dalam upaya
meningkatkan kinerja organisasi/perusahaan, penempatan merupakan hal
yang sangat penting seperti sering dikenal dengan istilah the right man in
the right place. Menurut Siagian (2002) penempatan tidak hanya berlaku
bagi para karyawan baru, akan tetapi berlaku pula bagi karyawan lama
yang mengambil alih tugas dan mutasi. Dikatakan demikian karena
43
sebagaimana halnya dengan para karyawan baru, karyawan lama pun perlu
direkrut secara internal, perlu dipilih dan biasanya juga menjalani program
pengenalan sebelum mereka ditempatkan pada posisi baru dan melakukan
pekerjaan baru pula.
Dari pengertian di atas maka penempatan berarti mengalokasikan
karyawan baik yang baru maupun karyawan lama pada posisi baru atau
jabatan
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
jabatan
dan
pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, prefensi dan kepribadian serta minat dari
karyawan tersebut.
2.2.2 Memilih orang yang tepat untuk posisi yang tepat
Menurut Schuler dan Jackson (1997) keputusan penempatan
dimaksudkan untuk menempatkan orang yang tepat untuk jabatan yang
tepat. Tepat tidaknya penempatan seseorang tergantung pada kesesuaian
antara pengetahuan, keterampilan, kemampuan seseorang d an tuntutan
pekerjaan, juga kecocokan antara kepribadian, minat, kesukaan, serta
kesempatan,
dan
budaya
yang
terkait
dengan
perusahaan
secara
keseluruhan.
Menurut Rivai (2005) para karyawan baru yang telah selesai
menjalankan program orientasi harus segera mendapat tempat pekerjaan
yang sesuai bakat dan keahlian yang dimilikinya. Salah satu fungsi
manajemen sumber daya manusia yang mengurus hal ini adalah placement
atau penempatan karyawan.
George and Jay (2002), meneliti pengaruh pergantian pimpinan
terhadap kinerja organisasi publik. Dinyatakan bahwa (1) pemerintah
44
dapat mengganti pimpinan organisasi publik, (2) kebijakan mengganti
pimpinan organisasi publik hanyalah salah satu variabel yang menentukan
kinerja organisasi publik, (3) pimpinan organisasi publik yang baru akan
dapat
meningkatkan
kinerja melalui
cara:
memperbaharui
struktur
organisasi, memperbaiki proses operasi internal, menempatkan pejabat
yang tepat dan membuat prioritas penggunaan dana yang tepat.
2.2.3 Tujuan penempatan
Menurut Schuler dan Jackson (1997) beberapa tujuan yang ingin
dicapai lewat penempatan yang tepat adalah sebagai berikut.
1) Memungkinkan perusahaan menerapkan strategi bisnis khususnya;
2) Memastikan bahwa investasi keuangan pada karyawan dapat kembali ;
3) Mengevaluasi, memperkerjakan dan menempatkan karyawan pada
jabatan yang sesuai dengan minat mereka;
4) Memperlakukan pelamar secara adil dan oleh karena itu memperkecil
konsekusensi negatif yang berhubungan dengan diskriminasi ;
5) Memperkecil kesalahan dan tuntutan dari pelanggan akibat kelalaian
yang dilakukan oleh karyawan yang seharusnya tidak diterima atau
dipertahankan jobnya;
6) Membantu memenuhi tujuan penerimaan karyawan dan jadwal yang
telah ditentukan dalam program tindakan afirmatif.
Menurut Rivai (2005) penempatan memiliki manfaat sebagai
berikut.
1) Mengurangi ketidaksesuaian
Preview terhadap pekerjaan yang realistis dapat menutup kesenjangan
psikologis antara harapan pendatang baru dengan kenyataan yang ada.
45
2) Mencegah berhentinya pekerja baru
Berhentinya pekerja baru adalah mahal harganya. Disamping biaya
rekrutmen dan seleksi, biaya yang terkait dengan administrasi pekerja
baru pada departemen sumber daya manusia, pembuatan gaji pada
catatan akuntansi dan biaya pelatihan akan hilang begitu pekerja itu
berhenti.
2.2.4 Jenis penempatan
Menurut Rivai (2005) penempatan (staffing) terdiri dari dua cara,
yaitu sebagai berikut.
1) Karyawan baru dari luar perusahaan;
2) Penugasan
di
tempat
baru
bagi
karyawan
lama
(implacement/penugasan internal).
Sering terjadi penempatan internal tanpa ada orientasi, karena
karyawan lama dianggap telah mengetahui segala sesuatu tentang
perusahaan. Namun anggapan ini hanya setengahnya benar, karena
karyawan berpengalaman memang sudah mengetahui perusahaan dengan
baik, tetapi tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja yang baru.
Ada tiga jenis penempatan internal yaitu sebagai berikut .
1) Promosi, terjadi apabila seorang karyawan dipindahkan, dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan yang lain yang lebih tinggi dalam hal
kompensasi, tanggungjawab dan struktural;
46
2) Transfer, terjadi kalau seorang karyawan dipindahkan dari satu bidang
pekerjaan ke bidang pekerjaan lainnya yang tingkatannya hampir sama
baik dalam hal kompensasi, tanggungjawab maupun struktural ;
3) Demosi, terjadi kalau seorang karyawan dipindahkan dari satu bidang
pekerjaan ke bidang pekerjaan lainnya yang lebih rendah, baik dalam
hal kompensasi, tanggungjawab maupun struktural. Biasanya hal ini
terjadi karena masalah disiplin, kinerja yang rendah atau ketidaktaatan
terhadap aturan yang ada.
2.3 Kompetensi
2.3.1 Pengertian kompetensi
Menurut Palan (2007),
kompetensi merujuk kepada karakteristik
yang mendasari, perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik
pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang
dibawa seseorang yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat
kerja.
Kompetensi
dapat
didefinisikan
sebagai
karakteristik
dasar
seseorang yang memiliki hubungan kausal dengan kriteria dasar seseorang
yang memiliki hubungan kausal dengan kriteria referensi efektivitas
dan/atau keunggulan dalam pekerjaan atau situasi tertentu. Karakter dasar
diartikan
sebagai
kepribadian
seseorang
yang
cukup
dalam
dan
berlangsung lama yang mengarah pada motif, karakteristik pribadi, konsep
diri dan nilai-nilai seseorang. Kriteria referensi berarti bahwa kompetensi
dapat diukur berdasarkan kriteria atau standar tertent u seperti angka
penjualan. Hubungan kausal mengindikasikan bahwa keberadaan suatu
kompetensi dan pendemonstrasiannya memprediksikan atau menyebabkan
47
suatu kinerja unggul seperti motif, sifat dan konsep diri memprediksikan
keterampilan dan tindakan. Kompetensi merupakan karakter dasar orang
yang mengidentikasikan cara berperilaku atau berpikir, yang berlaku
dalam cakupan situasi yang sangat luas dan bertahan untuk w aktu yang
lama.
Menurut
Miller,
Rankin
dan
Neathey
(2001),
kompetensi
didefinisikan sebagai.
1) Gambaran tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan seseorang
agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik (kompetensi
teknis);
2) Gambaran bagaimana seseorang diharapkan berperilaku agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan baik (kompetensi perilaku);
3) Pengetahuan atau keterampilan individu.
Definisi kompetensi menurut beberapa ahli manajemen dalam
Sedarmayanti (2007) adalah.
1) Konsep
luas,
memuat
kemampuan
mentransfer
keahlian
dan
kemampuan ke situasi baru dalam wilayah kerja. Menyangkut
organisasi dan perencanaan pekerjaan, inovasi dan mengatasi aktivitas
rutin, kualitas efektivitas personal yang dibutuhkan ke tempat kerja
berkaitan dengan rekan kerja, manajer serta pelanggan;
2) Kemampuan dan kemauan melakukan tugas;
3) Dimensi perilaku yang mempengaruhi kinerja;
48
4) Karakteristik individu apapun yang dapat dihitung dan diukur secara
konsisten, dapat dibuktikan untuk membedakan secara signifikan
antara kinerja efektif dengan tidak efektif;
5) Kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan untuk
mengerjakan pekerjaan dengan baik;
6) Bakat, sifat dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan, dapat
dihubungkan dengan kinerja efektif dan baik sekali.
Kompetensi
adalah
karakteristik
dasar
individu
yang
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap
segala situasi yang dihadapi serta bertahan cukup lama dalam diri manusia
(Ruky, 2006). Sejalan dengan definisi di atas, komponen-komponen yang
membentuk sebuah kompetensi adalah.
1) Pengetahuan (knowledge), adalah informasi yang dimiliki seseorang
terhadap suatu area spesifik tertentu dan hasil pembelajaran ;
2) Keterampilan
(skills),
adalah
kemampuan
untuk
mengerjakan
serangkaian tugas fisik atau mental tertentu;
3) Konsep diri (self concept) dan nilai-nilai, adalah perangkat sikap,
sistem nilai atau citra diri yang dimiliki seseorang;
4) Karakteristik pribadi (traits), adalah karakteristik fisik dan reaksi atau
respon yang dilakukan secara konsisten terhadap suatu situasi atau
informasi;
5) Motif (motives), adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau
dikehendaki oleh seseorang, yang selanjutnya akan mengarahkan,
membimbing dan memilih suatu perilaku tertentu terhadap sejumlah
aksi atau tujuan.
49
Komponen kompetensi yang berupa motif, karakter pribadi dan konsep
diri dapat meramalkan suatu perilaku tertentu yang pada akhirnya akan
muncul sebagai kinerja.
Berdasarkan beberapa pendapatan di atas, dapat dikatakan bahwa
kompetensi adalah karakteristik mendasar yang dimiliki seseorang yang
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak untuk menghasilkan kinerja
yang baik.
2.3.2 Tujuan kompetensi
Menurut Thoha dan Hutapea (2008), penggunaan kompetensi dalam
organisasi bisnis atau perusahaan pada umumnya adalah untuk tujuan
sebagai berikut.
1) Pembentukan pekerjaan (job design) dimana kompetensi teknis dapat
digunakan untuk menggambarkan fungsi, peran, dan tanggungjawab
pekerjaan
di
suatu
organisasi.
Sedangkan
kompetensi
perilaku
digunakan untuk menggambarkan tuntutan pekerjaan atas perilaku
pemangku jabatan agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan
prestasi luar biasa;
2) Evaluasi
pekerjaan
(job
evaluation)
dimana
kompetensi
dapat
dijadikan sebagai salah satu faktor pembobot pekerjaan, yang
digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan;
3) Rekrutmen dan seleksi (recruitment and selection) dimana kompetensi
dapat digunakan sebagai salah satu komponen dalam persyar atan
jabatan, yang kemudian dijadikan pedoman untuk menyeleksi calon
karyawan yang akan menduduki jabatan atau melaksanakan pekerjaan
tersebut;
50
4) Pembentukan dan pengembangan organisasi (organization design and
development) dimana kompetensi dapat menjadi fondasi yang kuat
untuk pembentukan dan pengembangan organisasi ke arah organisasi
yang produktif dan kreatif apabila semua orang yang bekerja dalam
organisasi memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang disyaratkan
oleh organisasi;
5) Membentuk dan memperkuat nilai dan budaya perusahaan (company
culture) dimana pembentukan nilai-nilai produktif dalam organisasi
akan mudah tercapai apabila pemilihan nilai-nilai budaya perusahaan
sesuai dengan kompetensi inti perusahaan tersebut;
6) Pembelajaran
organisasi
(organization
learning)
dimana
peran
kompetensi untuk membentuk karakter pembelajaran yang akan
menopang proses pembelajaran yang berkesinambungan;
7) Manajemen prestasi (performance management) dimana penilaian
prestasi
selayaknya
dilakukan
searah
dengan
pengembangan
kompetensi agar sistem kompetensi yang digunakan terintegrasi
dengan keseluruhan proses dan pengembangan organisasi ;
8) Manajemen karir dan penilaian potensi karyawan (career management
and employee’s assessment) dimana kompetensi dapat mendorong
pengembangan karir yang terpola dan sejalan dengan kebutuhan
perusahaan;
9) Sistem imbal jasa (reward system) artinya pemberian imbal jasa yang
dihubungkan dengan pencapaian kompetensi individu akan mendukung
pelaksanaan sistem kompetensi yang digunakan oleh perusahaan secara
keseluruhan.
51
Dalam rangka pengembangan kompetensi karyawan, manajemen
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi
dan
mengoptimalkan
pemanfaatan
kekuatan,
keunggulan dan potensi yang dimiliki oleh setiap karyawan ;
2) Mendorong pekerja untuk terus belajar meningkatkan wawasan dan
pengetahuannya;
3) Membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada karyawan untuk
belajar, baik secara pribadi maupun melalui pendidikan dan pelatihan
yang dirancang dan diprogramkan;
4) Membantu setiap orang menghadapi kesulitan dalam melakukan tugas
seperti memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan dan pendidikan ;
5) Menciptakan sistem kerja melalui upaya memberikan kepuasan kerja
yang dapat ditumbuhkan dengan menciptakan variasi penugasan,
membuka
tantangan
baru,
memberikan
kompensasi
seperti
penghargaan dan insentif serta membangun komunikasi dua arah yang
harmonis.
Penelitian oleh Suharti (2006) yang berjudul “Pengaruh Motivasi
dan Kompetensi Terhadap Pengembangan Karir Pada PT. Lion Superindo
Area Jawa Barat” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: motivasi
kerja karyawan, kompetensi karyawan dan pengembangan karier karyawan
pada PT. Lion Superindo Area Jawa Barat. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa motivasi kerja dan kompetensi karyawan terbukti
secara signifikan mempengaruhi pengembangan karir karyawan pada
PT. Lion Superindo Area Jawa Barat.
52
2.3.3 Jenis-jenis kompetensi
Kompetensi dalam kaitannya dengan kinerja dapat digolongkan
dalam dua jenis yaitu (Ruky, 2006).
1) Kompetensi ambang (threshold competencies), yaitu kriteria minimal
dan esensial yang dibutuhkan/dituntut dari sebuah jabatan dan harus
bisa dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan tersebut untuk dapat
bekerja menjalankan pekerjaan tersebut dengan efektif;
2) Kompetensi pembeda (differentiating competencies), yaitu kinerja
yang dapat membedakan antara orang yang selalu mencapai kinerja
superior dan orang yang kinerjanya rata-rata saja.
Menurut Sedarmayanti (2007) ada 18 model kompetensi yang
umum ditemui pada berbagai bidang pekerjaan dan industri, yaitu .
1) Orientasi pencapaian (achievement orientation);
2) Berpikir analitis (conceptual thinking);
3) Berpikir konseptual (conceptual thinking);
4) Orientasi layanan pelanggan (customer service orientation);
5) Pengembangan lainnya (developing others);
6) Penginstruksian (directiveness);
7) Fleksibilitas (flexibility);
8) Dampak dan pengaruh (impact and influence);
9) Pencarian informasi (information seeking);
10) Inisiatif (initiative);
11) Integritas (integrity);
53
12) Pemahaman antar pribadi (interpersonal understanding);
13) Kesadaran organisasional (organizational awareness);
14) Komitmen organisasional (organizational commitment);
15) Menjalin hubungan (relationship building);
16) Rasa percaya diri (self confidence);
17) Kepemimpinan dalam kelompok (team leadership);
18) Kerjasama dan kelompok kerja (teamwork and cooperation).
Pada beberapa perusahaan model kompetensi dibagi dalam dua
kelompok yaitu (Ruky, 2006).
1) Kompetensi inti (core competencies), yaitu kelompok kompetensi yang
harus dimiliki oleh semua orang dalam organisasi termasuk di
dalamnya
fokus
pada
pelanggan,
kesadaran
bisnis,
manajemen
perubahan, orientasi pada prestasi/output, komunikasi, kerjasama
kelompok,
kepemimpinan,
mengembangkan
orang lain,
berpikir
analitis dan pemecahan masalah.
2) Kompetensi
spesifik
(specific
competencies),
yaitu
kelompok
kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang menduduki suatu
jabatan tertentu. Kompetensi spesifik ini terdiri dari komponenkomponen motive dan traits, yaitu karakteristik pribadi yang spesifik
dengan pekerjaan dalam bidang itu serta pengetahuan dan keterampilan
yang relevan dan lebih bersifat teknis.
54
2.4 Lingkungan Kerja Fisik
2.4.1 Pengertian lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang ada dalam suatu perusahaan merupakan
faktor yang cukup penting pula dalam pelaksanaan proses produksi yang
dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Lingkungan kerja
merupakan kondisi dari lingkungan yang ada pada tempat kerja seorang
karyawan dalam suatu perusahaan. Lingkungan kerja yang dimaksud disini
adalah lingkungan kerja yang mempunyai pengaruh langsung pada
pengerjaan dari pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Lingkungan
kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap panca indera karyawan.
Baik atau tidak sesuainya lingkungan kerja karyawan akan dapat langsung
dirasakan dan dapat berpengaruh terhadap proses kerja.
Menurut Nitisemito (1996) lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam
menjalankan
tugas-tugas
yang
dibebankan
misalnya
kebersihan,
keamanan, musik dan sebagainya. Didalam menciptakan lingkungan kerja
agar dapat meningkatkan aktivitas organisasi, maka diperlukan pengaturan
lingkungan kerja seperti udara, suara, cahaya dan warna.
Lingkungan kerja dipandang sebagai segala sesuatu yang ada
disekitar karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan (Anorogo dan Widiyanti, 1998).
Mangkunegara (2006) berpendapat faktor lingkungan kerja sangat
menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Lingkungan kerja
55
adalah segala sesuatu yang berada disekitar lingkungan perusahaan yang
dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, baik yang
dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja pada dasarnya memang tidak secara langsung ikut dalam
proses operasional
melainkan lingkungan
kerja dapat
berpengaruh
langsung terhadap kondisi dan panca indera yang dapat dirasakan oleh
karyawan dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan. Dalam lingkungan
kerja mengandung pengertian suatu tempat atau lingkungan tempat
karyawan yang bersangkutan melakukan pekerjaannya dengan fasilitas
manual yang harus ada, yaitu penerangan, pertukaran udara.
2.4.2 Arti penting lingkungan kerja
Lingkungan kerja penting mendapat perhatian dari perusahaan
karena dilihat dari peranannya lingkungan kerja merupakan salah satu
faktor mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap sumber daya
manusia
dalam
suatu
perusahaan.
Nitisemito
(1996)
menyatakan
lingkungan kerja yang buruk dapat menimbulkan suasana kerja yang
kurang menyenangkan, hal ini berarti menambah kelelahan dan kebosanan
dalam bekerja. Ahyari (1999) menyebutkan lingkungan kerja yang
memuaskan bagi para karyawan yang bersangkutan akan meningkatkan
gairah mereka, demikian pula sebaliknya lingkungan kerja yang sangat
tidak memuaskan akan dapat menurunkan gairah kerja dan menurunkan
tingkat produktivitas kerja para karyawan.
56
Lingkungan kerja berarti berusaha menciptakan suasana lingkungan
kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan, dengan
kata lain mengusahakan agar lingkungan kerja baik dan memenuhi standar
dengan memasukkan dan mengadakan perbaikan terhadap faktor -faktor
yang termasuk dalam lingkungan kerja itu sendiri. Faktor lingkungan kerja
tersebut mempunyai pengaruh yang positif terutama bagi karyawan yang
bekerja dalam ruangan tersebut.
2.4.3 Indikator lingkungan kerja fisik
Beberapa faktor yang termasuk lingkungan kerja dalam suat u
perusahaan menurut Ahyari (1999) adalah sebagai berikut .
1) Penerangan
Penerangan yaitu cukupnya sinar yang masuk di dalam ruang kerja
masing-masing karyawan perusahaan. Syarat-syarat penerangan yang
baik yaitu sinar yang cukup terang dan tidak menyilaukan mata dan
distribusi cahaya yang merata. Sumber penerangan dapat dibedakan
menjadi dua hal sebagai berikut.
(1) Penerangan alami adalah sistem penerangan atau cahaya yang
bersumber dari sinar matahari. Pemakaian penerangan matahari
dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan masuknya sinar
matahari dengan menggunakan kaca-kaca pada jendela plafon,
serta dinding;
(2) Penerangan
buatan
adalah
penerangan
atau
cahaya
yang
bersumber dari bola lampu dengan bantuan listrik. Pemakaian
penerangan buatan harus memperhatikan biaya dan pengaruh
lampu terhadap orang yang bekerja.
57
2) Suhu udara
Mengadakan pengaturan atau pengawasan atas udara dalam suatu
perusahaan atau pabrik yang sering berhubungan dengan keadaan
tempat atau ruangan dari perusahaan atau pabrik tersebut. Suhu udar a
yang terlalu panas bagi karyawan perusahaan akan dapat menjadi
penyebab turunnya semangat kerja para karyawan yang bersangkutan.
Agar semangat kerja karyawan dan produktivitas perusahaan dapat
dipertahankan atau ditingkatkan sedapat mungkin suhu udara da lam
ruangan dipertahankan dibawah normal tubuh manusia yaitu 32 derajat
Celsius. Pengaturan suhu udara dalam lingkungan tempat kerja dapat
dilakukan dengan memilih beberapa alternatif sebagai berikut.
(1) Ventilasi yang cukup pada gedung;
(2) Pemasangan kipas angin;
(3) Pemasangan AC;
(4) Pemasangan humidifier.
3) Penggunaan warna
Penggunaan warna dalam ruang kerja mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pekerja dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan,
lebih lanjut penggunaan warna dalam ruang kerja dapat mempengaruhi
kegairahan kerja dan semangat kerja karyawan. Masalah penggunaan
warna harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.
(1) Pemilihan warna;
(2) Komposisi warna;
(3) Hubungan warna-warna yang dipakai dalam masalah penyinaran.
58
4) Suara dalam ruang kerja (kebisingan)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengaturan dan
pengendalian suara bising yang terdapat di dalam perusahaan adalah
sebagai berikut.
(1) Pengendalian sumber suara
Pengendalian
sumber
suara
dapat
dilakukan
dengan
jalan
mengadakan pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap mesin.
(2) Isolasi dari suara
Isolasi suara ini dilaksanakan dengan jalan menutup rapat sumber
suara sehingga suara yang ditimbulkan dapat di isolasi dengan
baik.
(3) Penggunaan peredam suara
Peredam suara yang dipasang di dalam ruang kerja para karyawan
ini akan menyerap getaran suara dan tidak memantulkannya.
(4) Penggunaan sistem akustik
Pemasangan sistem akustik yang baik didalam ruang kerja para
karyawan perusahaan tersebut akan dapat mengurangi suara bising
yang terdapat di dalam ruang kerja para karyawan tersebut.
(5) Pemakaian alat pelindung telinga
Dengan menggunakan alat pelindung telinga ini, maka karyawan
tidak dikhawatirkan terkena dampak negatif dari suara bising yang
ditimbulkan.
59
5) Kebersihan
Kebersihan dalam perusahaan terutama pada ruang kerja sebaiknya
dijaga, sebab kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan
dan kejiwaan seseorang. Lingkungan kerja penuh debu, sampah, bau
tidak
enak
jelas
akan
menimbulkan
perasaan
yang
kurang
menyenangkan bahkan dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itu,
perusahaan
hendaknya
menunjang
dengan
konstruksi
yang
memudahkan kerja pembersihan, pemeliharaan bahan yang tidak cepat
menjadi kotor dan apabila kotor mudah dibersihkan. Disamping itu,
perusahaan harus menyediakan peralatan-peralatan kebersihan seperti
tempat sampah pada tempat-tempat yang mudah di jangkau dan terlihat
oleh karyawan.
6) Ruang gerak yang diperlukan
Ruang gerak karyawan bekerja juga perlu mendapat perhatian, karena
dengan ruang gerak yang mencukupi karyawan dapat bekerja denga n
baik dan dapat berpengaruh terhadap keselamatan para karyawan
tersebut. Ruang gerak yang disediakan oleh perusahaan hendaknya
jangan terlalu sempit, karena ruang gerak yang terlalu sempit dapat
mengakibatkan pemborosan baik pemborosan dalam bekerja maupu n
dalam gerak. Tata letak barang juga harus diperhatikan supaya
pergerakan yang dilakukan oleh karyawan disamping leluasan juga
harus sesuai dengan alur atau prosedur kerja sehingga mempercepat
proses pelayanan kepada nasabah.
60
7) Keamanan
Keamanan lingkungan kerja adalah keamanan terhadap keseluruhan
jiwa dan harta milik pribadi karyawan. Dengan keamanan kerja yang
baik maka karyawan akan menjadi lebih tenang dan memiliki gairah
yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Apabila keamanan
kerja
didalam
perusahaan
tidak
terjamin
akan
menyebabkan
menurunnya semangat dan kegairahan kerja dari para karyawan.
2.5 Komunikasi
2.5.1 Pengertian komunikasi
Pengertian komunikasi yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli
manajemen dalam buku Arni (2008) adalah sebagai berikut .
1) Menurut Havland, Janis dan Kelley
Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.
2) Menurut Forsdale
Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan,
dipelihara, dan diubah.
3) Menurut Ruben
Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam
hubungannya dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat
menciptakan,
mengirimkan,
menggunakan
informasi
mengkoordinasikan lingkungannya dengan orang lain.
untuk
61
4) Menurut Seller
Komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan nonverbal
dikirimkan, diterima, dan diberi arti.
Berdasarkan prinsip umum dari definisi di atas dan berdasarkan
bahwa pengertian komunikasi ini akan digunakan untuk memahami
komunikasi organisasi, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si
penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
Menurut Schuler dan Jackson (1997) komunikasi merupakan dasar
yang penting bagi semua usaha perubahan yang akan dilakukan oleh
organisasi. Begitu juga dalam perubahan mutu atau kualitas, karena
dengan komunikasi karyawan dapat menyampaikan keinginan atau
persepsi yang diharapkan oleh pelanggan kepada atasan. Demikian juga
sebaliknya, atasan dapat dengan jelas menyampaikan standar -standar
kualitas yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, sehingga terjadi
kesesuaian antara kualitas yang ditawarkan dengan yang diharapkan
pelanggan.
Menurut Rivai (2005) komunikasi merupakan hubungan lisan
maupun tulisan dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan pemahaman
dalam suatu masalah. Supardi dan Syaiful (2002) menyatakan bahwa
komunikasi
adalah
usaha
untuk
mendorong
orang
lain
menginterprestasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang
yang mempunyai pendapat tersebut, sehingga diharapkan diperoleh titik
62
kesamaan atau saling pengertian. Dari kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan
bahwa
komunikasi
adalah
suatu
proses
penyampaian
informasi dari seseorang kepada orang lain sehingga menimbulkan adanya
interaksi antara kedua belah pihak untuk dapat saling mengerti dan
mencapai suatu tujuan bersama.
Menurut Gorda (2006) komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain dengan harapan
timbul kesamaan pengertian dan persepsi yang kemudian untuk diarahkan
kepada suatu tindakan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Dari pengertian komunikasi ini paling tidak
ada lima implikasi komunikasi dalam suatu perusahaan, yaitu .
1) Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur komunikasi yang terdiri dari
komunikator, komunikan, berita atau informasi, respon, dan tujuan
yang ingin dicapai;
2) Komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk menumbuhkan dan
menanamkan pengertian seseorang terhadap sesuatu informasi;
3) Dengan pengertian tersebut diharapkan tumbuh dan berkembangnya
keyakinan pada berbagai pihak (stakeholders) penerima informasi yang
pada gilirannya akan menimbulkan reaksi positif terhadap informasi
tersebut;
4) Komunikasi
merupakan
suatu
media
untuk
mentrasfer informasi dalam suatu perusahaan;
mengalirkan
atau
63
5) Komunikasi merupakan suatu sistem bagi terjadinya interaksi sosial
dikalangan karyawan, baik internal maupun eksternal sehingga timbul
atau muncul kerjasama dan koordinasi.
Dari
sudut
pandang
ini
dapat
dilihat
bahwa
pelaksanaan
komunikasi yang efektif di dalam suatu perusahaan sangat penting. Hal ini
disebabkan komunikasi memiliki tujuan untuk menumbuhkan pengertian,
agar
gagasan
diterima
dan
didukung
oleh
karyawan
sebagai
pelaksanaannya dan menggerakkan ke arah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
2.5.2 Unsur-unsur komunikasi
Komunikasi memerlukan beberapa unsur pokok. Menurut Indriyo
(2000) unsur-unsur utama komunikasi adalah sebagai berikut.
1) Pengiriman yaitu orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Pengiriman atau komunikator
dalam organisasi bisa karyawan atau pimpinan;
2) Penyanding (encoding) merupakan proses mengubah informasi ke
dalam isyarat-isyarat atau simbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan.
Proses penyanding ini dilakukan oleh pengirim;
3) Pesan yaitu informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada
penerima. Sebagian besar dalam bentuk kata baik berupa ucapan
maupun tulisan. Akan tetapi beraneka ragam perilaku non verbal dapat
juga digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti gerakan tubuh,
raut muka dan lain sebagainya;
64
4) Saluran atau sering disebut dengan media adalah alat dengan mana
pesan berpindah dari pengirim ke penerima. Saluran merupakan jalan
melalui mana informasi secara fisik disampaikan. Saluran yang paling
mendasar dari komunikasi antar pribadi adalah berupa komunikasi
berhadapan muka secara langsung. Beberapa saluran media utama
seperti televisi, radio, jaringan komputer, surat kabar, majalah, buku
dan lain sebagainya;
5) Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim.
Penerima melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima
dari pengirim.
6) Penafsiran (decoding) adalah proses menerjemahkan (menguraikan
sandi-sandi) pesan dari pengirim, seperti mengartikan huruf morse dan
yang sejenisnya. Sebagian besar proses ini dilakukan dalam bentuk
menafsirkan isi pesan oleh penerima;
7) Umpan balik (feedback) merupakan tanggapan penerima atas informasi
yang disampaikan
pengirim.
Umpan
balik
hanya
terjadi
pada
komunikasi dua arah.
Menurut Gorda (2006) unsur-unsur komunikasi adalah sebagai
berikut.
1) Komunikator (communicator) adalah orang yang menyampaikan berita,
pesan, atau informasi kepada orang lain di lingkungan organisasi;
2) Penyanding (encoding) adalah mengubah suatu pesan komunikasi
menjadi bentuk simbolik;
65
3) Pesan (message) merupakan hasil proses pembuatan berita;
4) Perantara
(medium)
adalah
sarana
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan; dan
5) Penerima (communicate) adalah orang yang menjadi sasaran arah dari
komunikasi (menyampaikan pesan);
6) Umpan balik (feedback) merupakan pengecekan mengenai seberapa
sukses proses mentrasfer pesan yang dimaksud.
2.5.3 Fungsi-fungsi komunikasi
Menurut Gorda (2006) ada empat fungsi utama dari komunikasi di
dalam suatu perusahaan, yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi komunikasi sebagai kendali, dimana komunikasi bertindak
untuk mengendalikan perilaku karyawan dalam beberapa cara;
2) Fungsi komunikasi sebagai motivasi dimana komunikasi membantu
perusahaan untuk mengembangkan motivasi dengan menjelaskan
kepada para karyawan tugas yang harus dikerjakan;
3) Fungsi
komunikasi
sebagai
pengungkapan
emosional,
dimana
komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dan perasaan dan
pemenuhan kebutuhan sosial seperti menunjukkan kekecewaan dan
rasa puas;
4) Fungsi komunikasi sebagai informasi dimana komunikasi memberikan
informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil
keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai
pilihan-pilihan alternatif.
66
Menurut Nimran (1999) komunikasi mempunyai tiga fungsi utama
yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi kontrol
Komunikasi dapat dipakai untuk mengontrol atau mengendalikan
perilaku anggota organisasi dalam berbagai cara. Organisasi memiliki
hirarkis wewenang dan pedoman yang diikuti oleh pekerja. Manakala
para pekerja diminta untuk melaporkan hasil kerja atau keluhannya,
menjalankan tugas sesuai dengan deskripsi, maka komunikasi di sini
berfungsi sebagai pengontrol.
2) Fungsi motivasi
Komunikasi dapat dipakai sebagai cara untuk menjelaskan bagaimana
pekerja seharusnya bekerja agar dapat meningkatkan kemampuan dan
kinerjanya. Dalam hal ini komunikasi berfungsi sebagai motivasi.
3) Fungsi informasi
Komunikasi berfungsi menyediakan informasi yang berguna bagi
individu atau kelompok untuk membuat keputusan yang dikehendaki,
karena pengambilan keputusan memerlukan informasi.
Dari ketiga fungsi tersebut tidak ada satu fungsi pun yang bisa dikatakan
lebih penting dari yang lainnya, sebab untuk dapat menghasilkan kinerja
yang efektif, kelompok atau organisasi perlu mengontrol perilaku
anggotanya,
memotivasi,
mewadahi
anggotanya, dan membuat keputusan.
ekspresi
perasaan
perilaku
67
2.5.4 Saluran komunikasi
Menurut
menyampaikan
Gorda
berbagai
(2006)
dalam
informasi
upaya
pimpinan
perusahaan
dapat
perusahaan
melakukannya
melalui dua saluran yaitu sebagai berikut.
1) Saluran informal, merupakan komunikasi yang dilaksanakan tanpa
mengikuti garis wewenang yang telah diatur dalam struktur organisasi
perusahaan yang bersangkutan. Bentuk-bentuk saluran komunikasi
informal ini antara lain desas-desus, kabar angin, gosip;
2) Saluran formal merupakan tipe komunikasi yang dilaksanakan sesuai
dengan
ketentuan-ketentuan
yang
telah
diatur
dalam
kebijaksanaan formal diantaranya di dalam struktur
berbagai
organisasi.
Bentuk-bentuk saluran komunikasi formal dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu sebagai berikut.
(1) Komunikasi vertikal yang dapat dibedakan dalam dua macam
yaitu.
(a) Komunikasi
penyampaian
vertikal
kebawah
informasi
yang
yang
merupakan
dilakukan
oleh
proses
pimpinan
perusahaan kepada karyawan;
(b) Komunikasi
vertikal
keatas
yang
merupakan
proses
penyampaian informasi dari para karyawan (bawahan) kepada
pimpinan perusahaan.
(2) Komunikasi horizontal dimana dalam hubungan kerjasama seperti
halnya suatu perusahaan, tidak saja kerjasama itu terjadi antara
68
pimpinan dan bawahan secara timbal balik, juga terjadi hubungan
antara karyawan satu dengan yang lainnya yang memiliki tugas
dan wewenang relatif sama.
Menurut Nimran (1999) komunikasi yang ada dapat dibedakan
berdasarkan lingkup organisasi, arah, tingkat/hirarkis organisasi, sifat
media yang digunakan untuk mentransfer pesan-pesan, serta berdasarkan
cara penyampaian. Komunikasi yang berdasarkan tingkat hirarkhi terdiri
dari komunikasi vertikal dan horizontal.
Menurut Umar (2001) menyatakan bahwa dalam suatu organisasi
terdapat empat arus atau empat bentuk komunikasi yaitu sebagai berikut.
1) Komunikasi vertikal ke bawah
Komunikasi vertikal ke bawah yaitu komunikasi dari atasan ke
bawahan yang dapat berupa pengarahan, perintah, indroktrinasi,
inspirasi maupun evaluasi. Medianya bermacam-macam seperti : rapat,
memo, pengarahan, surat dan buku pedoman kerja.
2) Komunikasi vertikal ke atas
Fungsi utama komunikasi ke atas biasanya untuk mencapai dan
mendapatkan informasi tentang aktivitas dan keputusan, meliputi
laporan pelaksanaan kerja, sarana rekomendasi, usulan anggaran,
pendapat serta permintaan bantuan. Medianya antara lain : pertemuan
tatap muka, laporan memo tertulis.
69
3) Komunikasi ke samping
Fungsi utama komunikasi ke samping adalah untuk melaksanakan
kerjasama dan proaktif dalam tingkatan mereka sendiri di dalam bagian
atau antar bagian yang bertujuan untuk memecahkan masalah maupun
menceritakan pengalaman mereka dalam pekerjaan.
4) Komunikasi ke luar
Suatu organisasi sebagai suatu sistem mempunyai batasan dengan
pihak luar seperti pemerintah, pelanggan dan masyarakat umum.
Medianya : public relation, media iklan.
Jadi secara garis besar bentuk-bentuk komunikasi dalam perusahaan
yaitu komunikasi vertikal (antar bagian yang berbeda tingkatannya),
komunikasi horisontal (antar bagian yang sama tingkatannya) dan
komunikasi ke luar.
Menurut Gorda (2006) dalam praktiknya terdapat empat arus
komunikasi dalam suatu perusahaan.
1) Komunikasi
vertikal
kebawah.
Komunikasi
model
ini
dimana
merupakan wahana bagi manajemen untuk menyampaikan berbagai
informasi kepada bawahan seperti perintah, instruksi, kebijakan baru,
pengarahan, pedoman kerja, nasehat dan teguran;
2) Komunikasi vertikal ke atas. Komunikasi model ini dimana para
anggota dalam perusahaan ingin selalu didengar keluhan-keluhan atau
inspirasi mereka oleh atasannya;
70
3) Komunikasi horizontal. Komunikasi model ini berlangsung antara
orang-orang yang berada pada level yang sama dalam sebuah
perusahaan;
4) Komunikasi diagonal. Komunikasi model ini berlangsung antara dua
satuan kerja yang berada pada jenjang perusahaan yang berbeda, tetapi
pada perusahaan yang sejenis.
Download