metode penelitian

advertisement
14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian berlangsung mulai bulan Maret hingga April 2010. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Hewan Pusat Studi Biofarmaka IPB. Pembuatan
jamu Galohgor dilakukan di SEAFAST (Southeast Asian Food & Agricultural
Science & Technology) Center IPB. Analisis sampel darah dan urin tikus
dilakukan di laboratorium diagnostik Yasa Bogor. Kerangka waktu yang
digunakan untuk penelitian ini terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu pembuatan
jamu, pemberian perlakuan pada hewan coba, dan analisis sampel darah hewan
coba selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kerangka waktu penelitian
Waktu
Kegiatan
Maret Minggu III
Proses pembuatan jamu dan adaptasi hewan coba
Maret
Minggu IV – Pemberian perlakuan pada hewan coba, yang terbagi
April Minggu I
dalam
kelompok
kontrol
dan
perlakuan,
dan
pengambilan sampel darah hewan coba
April Minggu II
Analisis sampel darah hewan coba dan pengolahan
data secara statistik
Bahan Penelitian
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor
tikus (Rattus sp) betina dewasa galur Sprague-Dawley berumur tiga bulan dengan
berat badan berkisar antara 180-189 gram (184,65±2,92). Bahan yang diujikan
dalam penelitian ini adalah jamu Galohgor dengan komposisi seperti tertera pada
Tabel 1. Jamu Galohgor diperoleh dari Ibu Sari, seorang peramu jamu Galohgor
di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Desa Sukajadi
termasuk dalam wilayah Kecamatan Tamansari, yang terletak di wilayah tengah
15
sebelah selatan di Kabupaten Bogor. Desa Sukajadi berada di wilayah perbukitan,
dengan sebagian wilayahnya masih berupa hutan alami.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan ini merupakan rancangan acak kelompok dengan
faktor perlakuan pemberian jamu dengan tiga dosis bertingkat, serta sebagai
pembanding digunakan kelompok kontrol yang hanya mendapat aquadest.
Sebanyak 20 ekor tikus dibagi secara acak ke dalam empat kelompok percobaan,
yaitu kontrol dan perlakuan jamu dalam tiga dosis, sehingga masing-masing
kelompok terdiri dari lima ekor tikus atau terdapat lima pengulangan untuk
masing-masing perlakuan.
Penentuan dosis dilakukan berdasarkan kapasitas lambung tikus putih
(Rattus norvegicus), yang mampu menampung cairan semisolid dengan jumlah
maksimal 10 ml/kgBB (McConnell et al. 2008, Bull and Pitts 1971). Sehingga,
untuk tikus dengan berat 180-189 gram, jamu harus dapat dilarutkan dalam 1,81,89 ml aquadest tanpa menyumbat spuit dan sonde. Berdasarkan perhitungan
tersebut dosis jamu yang dapat digunakan berturut-turut adalah 0,74 g/kgBB (2
kali dosis normal pada ibu menyusui); 1,48 g/kgBB (4 kali dosis normal pada ibu
menyusui); dan 2,22 g/kgBB (6 kali dosis normal pada ibu menyusui). Besarnya
dosis yang diperoleh merupakan kelipatan dari dosis rata-rata yang dikonsumsi
oleh ibu menyusui, yaitu 0,37 g/kgBB, seperti yang dinyatakan oleh Roosita
(2003).
Selama perlakuan, tikus diberi minum dan pakan komersial standar dengan
kadar protein sebesar 18%, sesuai dengan kebutuhan tikus dewasa, secara ad
libitum. Teknik ini mengacu pada pernyataan Kusumawati (2004). Pakan tikus
yang digunakan diproduksi oleh PT. Indofeed, dengan komposisi 18% protein,
4% lemak, 4% serat, dan 11% abu.
Persiapan Percobaan
Penelitian diawali dengan pembuatan jamu di SEAFAST Center IPB
dengan metode drum dryer dengan komposisi bahan seperti pada Tabel 1.
Sebelum diolah, bahan-bahan jamu Galohgor ditimbang terlebih dahulu
menggunakan timbangan analitik Kern model ABJ 120-4M. Bahan-bahan yang
16
berupa kacang-kacangan dan biji-bijian direndam dalam air mendidih selama 4
jam di dalam steamer, ditiriskan, kemudian dihancurkan menggunakan quencher.
Sedangkan bahan-bahan yang berupa daun-daunan, rempah-rempah dan temutemuan dicincang menggunakan chopper. Kemudian keduanya dicampur sehingga
berbentuk pasta. Pasta tersebut dimasukkan kedalam drum dryer dengan volume 1
kilogram dengan suhu 80oC selama 1 jam dan keluar dalam bentuk lempengan.
Lempengan tersebut kemudian dihancurkan menggunakan blender dan diayak
menggunakan ayakan mekanis dengan ukuran 60 mesh. Sisa jamu yang tidak
tersaring kembali dihancurkan menggunakan blender dan diayak kembali. Hal ini
dilakukan terus menerus hingga seluruh jamu habis. Metode pembuatan jamu
mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Pajar (2001), dan Roosita (2003).
Pemberian jamu pada tikus dilakukan dengan cara melarutkan jamu dalam
air dan dicekokan dengan menggunakan sonde. Pencekokan jamu dilakukan satu
kali sehari, yaitu pada pagi hari (jam 9-10 pagi) dengan dosis yang telah
ditentukan untuk pengujian toksisitas dengan mengacu pada penelitian Roosita
(2003). Dosis jamu Galohgor diberikan sesuai kelompok perlakuan selama 14 hari
berturut-turut.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari ke-1 hingga hari ke-14. Berat badan tikus
dihitung secara berkala, yaitu setiap 2 hari sekali. Pada hari ke-14 sampel darah
diambil untuk dianalisis fungsi ginjal (kadar ureum dan kreatinin serum serta
protein urin), dan fungsi hatinya (kadar SGPT, SGOT, dan total protein serum).
Tikus dibius dengan memasukkannya kedalam killing jar dengan alas kasa
yang dibasahi dengan larutan ether. Kemudian tikus yang sudah terbius
ditelentangkan, dan diambil darahnya menggunakan disposible syringe ukuran 5
ml secara intrakardial melalui dinding dada, melalui sela iga keempat, sedikit
lateral daerah palpitasi jantung maksimum (Kusumawati 2004).
Sampel darah yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung reaksi tanpa
menggunakan antikoagulan, dan langsung dikirim ke laboratorium diagnostik
Yasa untuk dianalisis. Serum dipisahkan dari komponen darah yang lain dengan
cara sentrifugasi. SGPT dan SGOT dianalisis menggunakan metode Colorimetric
End-Point, kadar ureum serum dianalisis menggunakan metode diacetyl
17
monoxime, kadar kreatinin serum dianalisis menggunakan metode Jaffe,
sedangkan kadar total protein serum dianalisis menggunakan metode Biuret.
Sampel urin diperoleh melalui pengumpulan urin selama 24 jam di dalam
kandang hewan coba. Urin yang didapat selama 24 jam kemudian dianalisis
menggunakan metode Biuret. Berbagai metode analisis tersebut tertera pada
Lampiran 1 hingga 6.
Tabel 3. Parameter yang diukur dan metode pengukuran
Parameter Yang
Metode Pengukuran
Diukur
Berat badan tikus
Penimbangan berat
Jenis
Waktu
Sampel
Pengukuran
Tikus
2 hari sekali
badan tikus
Fungsi ginjal
•
Ureum
Diacetyl monoxime
Serum
Hari ke-14
•
Kreatinin
Jaffe
Serum
Hari ke-14
•
Protein urin
Biuret
Urin
Hari ke-14
Fungsi hati
•
SGPT
Colorimetric End-Point
Serum
Hari ke-14
•
SGOT
Colorimetric End-Point
Serum
Hari ke-14
•
Total protein Biuret
Serum
Hari ke-14
serum
Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah dan ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007. Data yang
telah ditabulasi kemudian dianalisis dengan metode sidik ragam (ANOVA) dan
regresi linier menggunakan komputer dengan program SPSS version 17.0 for
Windows. Uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dilakukan apabila
analisis keragaman menunjukkan pengaruh yang nyata.
Download