Kafein? Berbahayakah atau menguntungkan untuk tubuh?

advertisement
Kafein? Berbahayakah atau
menguntungkan untuk tubuh?
Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) atau 1, 3, 7 trimetil 2,6
dioksipurin merupakan salah satu senyawa
alkaloid yang sangat penting yang terdapat
di dalam biji kopi. Kafein merupakan salah
satu zat yang dimanfaatkan dalam bentuk obat
maupun dalam bentuk makanan atau minuman.
Tingginya kadar kafein di dalam biji kopi diduga akan
menyebabkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker,
dan keguguran terutama bagi penikmat kopi yang memiliki
toleransi rendah terhadap kafein. Sedangkan untuk penikmat
kopi yang memiliki toleransi tinggi, kafein akan membuat tubuh
menjadi lebih segar dan hangat.
Di dalam berbagai produk komersial, kafein selain terkandung
di dalam kopi, teh, produk coklat atau juga susu coklat, juga
banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk-produk
minuman seperti dalam minuman cola (soft drink) ataupun juga
minuman berenergi (energi drink).
Kafeina
merupakan
obat
perangsang
sistem
pusat
saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara
sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh,
dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat
psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Tidak
seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina legal dan tidak diatur
oleh hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia. Di Amerika
Utara, 90% orang dewasa mengonsumsi kafeina setiap hari
Konsumsilah kopi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh.
Hal tersebut merupakan jalan terbaik demi menemukan lebih
banyak manfaat dari pada kerugian, karena cara pengonsumsian
yang benar akan mendukung pola hidup yang sehat. Dan, jika
konsumen hanya ingin merasakan kopi karena rentan atau peka
terhadap kafein, maka pilihan yang tepat adalah minum produk
kopi yang rendah kafein.
PENGARUH KAFEIN PADA KESEHATAN MANUSIA (dikutip dari Warta
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 2007, 23(1), 44—50)
Pengaruh Kafein Pada Janin
Kafein berdampak pada janin karena dapat menyeberang plasenta
dan masuk ke dalam sirkulasi janin dengan resiko terberatnya
adalah terjadi keguguran. Sebuah studi di Yugoslavia
menunjukkan bahwa ibu yang mengkonsumsi 70—140 mg kafein
melahirkan bayi dengan berat seperempat lebih kecil ketimbang
bayi yang dilahirkan ibu yang lain (dengan konsumsi 0—10 mg).
Menurut laporan dalam arsip penyakit pada anak-anak, ibu hamil
yang minum lebih dari 4 cangkir kopi setiap hari dapat
menyebabkan SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Kafein dapat
mengambil cairan dan kalsium dari tubuh yang diperlukan untuk
kesehatan janin dan ibu hamil. Kafein juga turut campur dalam
penyerapan zat besi ke dalam tubuh sebanyak 40 persendimana
zat besi itu diperlukan baik ibu maupun bayi. Kafein dapat
menyebabkan pernapasan yang cepat, tremor dan secara
akumulatif berkembang menjadi penyakit diabetes (Wahyuni,
2005). Hasil penelitian lain menyebutkan, bayi yang ibunya
terlalu banyak minum kopi ketika hamil mempunyai resiko tinggi
terkena epilepsi (Rozanah, 2004). Dampak lain ukuran kepala
janin lebih kecil dan bayi lahir prematur. Kafein juga dapat
menyebabkan peningkatan hormon epinefrin, dan menyebabkan ibu
dan janinnya stress. Peningkatan kadar epinefrin akan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke dalam rahim,
sehingga mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke janin.
Kafein yang diminum oleh ibu hamil, tidak hanya dapat
melintasi plasenta dan memasuki aliran darah janin karena hati
pada janin belum mampu memproses kafein secepat ibunya,
sehingga kafein itu akan tinggal di sistem peredaran darah
janin dalam waktu yang lebih lama (Anonim, 2002). Jika tidak
mampu berhenti mimum kopi selama hamil, menurut Food Standars
Agency (FSA), minum kopi dengan jumlah sedang tidak mengganggu
kesehatan atau bayi dalam kehamilan dan dianjurkan untuk
mengkonsumsi kafein tidak lebih dari 300 mg per hari atau
lebih kurang setara dengan 3 cangkir kopi (Wahyuni, 2005).
Gejala Kesehatan Pada Konsumen yang Rentan terhadap Kafein
Konsumsi kafein secara berlebihan dapat menimbulkan banyak
masalah,seperti warna gigi berubah, bau mulut, meningkatkan
stres, serangan jantung, kemandulan pada pria, gangguan
pencernaan, kecanduan dan bahkan penuaan dini. Kafein juga
merupakan salah satu penyebab utama sakit kepala. Mengkonsumsi
kopi dalam jumlah berlebihan di pagi hari dapat meningkatkan
tekanan darah, tingkat stres dan memicu poduksi hormon
penyebab stres selama satu hari penuh. Kafein dalam kopi
merangsang kelenjar-kelenjar adrenal, yang dapat meningkatkan
salah satu faktor penyebab stres setelah 18 jam. Kafein pada
kopi sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah serta detak
jantung yang banyak dilaporkan menjadi penyebab kebanyakan
timbulnya rasa stres yang berkepanjangan pada hari kerja. Efek
ini biasanya masih akan terbawa sampai malam hari menjelang
waktu tidur. Kopi
mengandung sebuah unsur yang disebut
terpenoid, yang diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah arteri
tersumbat dan akibatnya pembuluh darah ini bekerja terlalu
keras. Perempuan yang minum dua cangkir kopi atau lebih per
hari dapat meningkatkan resiko terkena pengeroposan tulang
(osteoporosis). Untuk penderita penyakit jantung, diabetes,
maag, dan hipertensi disarankan agar lebih berhati-hati dalam
mengonsumsi semua produk yang mengandung kafein (Rozanah,
2004; Anonim, 2006). Wahyuni (2005) melaporkan bahwa selain
dapat menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa
tegang dan lekas marah, kafein juga dapat kafein dapat
meningkatkan detak jantung dan metabolisme pada tubuh.
Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa kopi dapat mengganggu
saluran pencernaan dengan meningkatkan kadar keasaman perut
sehingga menyebabkan timbulnya luka pada dinding saluran
pencernaan (Anonim, 2002). Kopi juga dapat mengurangi produksi
dari DHEa dan hormon-hormon antipenuaan lainnya sehingga
diperkirakan minum kopi dapat mempercepat proses penuaan
(Rozanah, 2004). Laporan terbaru dari kongres European Society
of Cardiology baru-baru ini bahkan menyebut kafein sebagai
penyebab pengerasan pembuluh darah yang bisa memicu serangan
jantung dan stroke. Gejala yang biasa disebut aterosklerosis
ini bisa berlangsung selama dua jam setelah kopi diminum.
Secangkir kopi berpotensi meningkatkan tekanan darah 5—10
mm.Hg. Jika diikuti pengerasan pembuluh darah, maka resiko
pasien darah tinggi terkena serangan jantung dan stroke
menjadi lebih besar dibandingkan manusia normal (Depkes,
2006). Dua (2000) melaporkan bahwa kafein menghalangi
penyerapan zat besi jika dikonsumsi dengan makanan atau dalam
satu jam setelah makan. Ini penting diingat oleh konsumen yang
sering mengalami kekurangan zat besi (anemia) sebagai efek
samping. Sering orang minum kafein untuk “menambah tenaga”
secara cepat. Ini adalah pandangan yang keliru; sebenarnya
kafein meletihkan kelenjar adrenalin dan akhirnya akan
melelahkan. Sakaw kafein dapat menyebabkan sakit kepala, jadi
kurangi secara berangsur-angsur. Jika konsumen hanya ingin
merasakan kopi, pilih yang dikeringkan dengan uap tanpa kafein
(steam-dried decaffeinated).
Ketergantungan Terhadap Kafein Kecanduan terhadap kafein
diperkirakan dapat terjadi jika mengonsumsi lebih dari 600
miligram kafein (setara lima sampai enam cangkir kopi 150 ml)
per hari selama 8—15 hari berturut-turut. Sedangkan dosis
kafein yang dapat berakibat fatal bagi manusia adalah sekitar
10 gram kafein yang dikonsumsi per oral (melalui mulut).
Dosisnya bervariasi tergantung berat badan (sekitar 150
miligram kafein per kilogram berat badan). Jika diukur dengan
suguhan minuman kopi, dosis fatal tersebut setara dengan
50—200 cangkir kopi per hari (Rozanah, 2004). Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) secara tegas menetapkan bahwa
kandungan kafein dalam minuman penambah energi tak boleh
melebihi 50 mg karena jika dikonsumsi lebih dari nilai
tersebut dalam jangka panjang akan meng-akibatkan gangguan
pada kesehatan seperti serangan penyakit jantung, darah
tinggi, ginjal, keguguran pada wanita hamil hingga penyakit
gula pada peminumnya (Depkes, 2006). Dirjen Kesehatan dan
Perlindungan Konsumen, Komisi Eropa, sedang menyiapkan Draft
Keputusan Komisi tentang labeling produk pangan yang
mengandung kafein dimana untuk produk minuman yang mengandung
kafein lebih dari 150 mg/l, harus disebutkan “high caffeine
content” serta kandungan kafein (dalam mg/100 ml) harus tampak
pada label (Deptan, 2001).
Keuntungan Mengkonsumsi Kafein
Kafein merupakan salah satu zat yang dimanfaatkan dalam bentuk
obat maupun dalam bentuk makanan atau minuman seharihari yang
bisa didapatkan dengan mudah, misalnya saja, pada kopi,
cokelat, berbagai teh maupun soft-drink (Anonim, 2002).
Beberapa keuntungan yang berhubungan dengan kebiasaan minum
kopi antara lain bahwa kopi tidak memiliki nilai nutrisi yang
nyata bagi tubuh, kecuali jika ditambahkan krim atau susu ke
dalamnya. Keuntungan tersebut antara lain sebagai perangsang
dalam melakukan berbagai aktivitas, variasi jenis minuman, dan
mencegah kanker prostat (kandungan boron dalam kopi dapat
mencegah kanker prostat). Kafein juga bermanfaat untuk
membantu mengatasi asma dan batu ginjal, walaupun belum secara
penuh didukung oleh penelitian ilmiah. Selama ini kafein
secara rutin diberikan kepada bayi prematur untuk menekan
gangguan pernapasan apnea. Kafein juga dapat meningkatkan daya
kerja aspirin dan obat-obatan penghilang rasa sakit lainnya,
itu sebabnya pada beberapa jenis obat pereda demam dan sakit
kepala ditambahkan unsur kafein (Rozanah, 2004).
Kafein termasuk dalam golongan zat yang memiliki kemampuan
menstimulasi otak. Di kalangan medis, kafein dimanfaatkan
sebagai campuran obat-obatan seperti obat flu yang digunakan
untuk menyeimbangkan dorongan rasa kantuk yang muncul, dan
juga dicoba sebagai campuran obat asma (Depkes, 2006). Salah
satu senyawa yang dapat membuat orang mudah tertidur adalah
adenosine dalam sel otak. Jika zat ini terikat oleh
receptornya, secara “otomatis” akan memperlambat aktivitas sel
tubuh dan menyebabkan pembesaran pembuluh darah yang
dibutuhkan saat tidur, agar suplai oksigen lebih besar. Kafein
dapat me-nyaingi fungsi adenosine, terutama dalam membuat
ikatan dengan receptor. Ternyata kafein justru tidak
memperlambat gerak sel tubuh, namun seiring dengan semakin
banyaknya kafein yang terserap masuk, lambat laun sel tubuh
akan tahan terhadap pengaruh adenosine. Hal tersebut berakibat
tubuh akan terasa lebih segar, jantung berdetak lebih cepat,
tekanan darah naik, otot menegang, sementara hati melepas gula
ke aliran darah yang nantinya makin menguatkan terbentuknya
energi ekstra (Depkes, 2006). Lebih lanjut, Depkes (2006)
melaporkan bahwa sebuah lembaga penelitian di Amerika Serikat
menyebutkan setengah dari kandungan kafein yang diminum,
ternyata sanggup bertahan selama enam jam dalam tubuh. Jadi,
jika minum dua gelas kopi (sekitar 160 mg—hingga 100 mg) pada
pukul 03.00 dinihari, pada pukul 09.00 pagi kafein tadi masih
tersisa sekitar 80 mg, cukup untuk membuat mata susah
terpejam. Kadar Kafein Dalam Bahan Pangan Jumlah 300 mg kafein
kira-kira sama dosisnya dengan makan 1 batang coklat, 3
cangkir kopi dan 1 kaleng soda. Jadi makanan dan minuman yang
mengandung kafein, antara lain 1 batang coklat mengandung 50
mg kafein, 1 cangkir kopi 75 mg kafein, 1 kaleng cola 40 mg
kafein, 1 mug kopi 100 mg kafein dan 1 energy drink 50 mg
kafein (Wahyuni, 2005). Kandungan kafein pada secangkir kopi
sekitar 80 sampai 125 miligram, secangkir espreso atau kopi
tubruk atau kopi saring sekitar 80 mg. Sedangkan dalam kopi
instan sekitar 65 mg kafein. Satu kaleng soft drink cola
mengandung sekitar 23 sampai 37 mg, teh mengandung sekitar 40
mg, sedangkan satu ons cokelat mengandung sekitar 20 mg kafein
(Rozanah, 2004; Anonim, 2006). Tanpa disadari atau tidak, tiap
360 mg minuman ringan (soft drink) mengandung sekitar 40 mg
hingga 60 mg kafein. Kadar kafein dalam minuman kopi dapat
mencapai 80 mg hingga 100 mg per cangkir dan nilai tersebut
berkaitan erat dengan kualitas bahan dan proses pengolahannya
(Depkes, 2006).
So, terlalu berlebihan itu tidak baik ya kawan. sewajarnya
saja dan sesuai porsi tubuh kita.
Download