Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1
Pengertian Manajemen
Yang paling mendasar dalam setiap pekerjaan manajer adalah berhasil
dalam membantu suatu organisasi mencapai kinerja yang tinggi melalui
pemanfaatan terbaik sumber daya material dan manusianya. Jika produktivitas
dalam bentuk meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien adalah suatu ukuran
dari tercapainya kesuksesan organisasi, para manajer adalah orang yang
bertanggung jawab atas hasil kerjanya. Itu pekerjaan mereka untuk mengerahkan
bakat dan teknologi oleh lingkungan kreatif dimana orang-orang bekerja keras dan
melaksanakannya sejauh kemampuan mereka.
Semua akan tercapai melalui proses manajemen, yang secara formal
menurut Schermerhorn (2005:19) dalam buku Management diartikan sebagai
berikut:
Management is the process of planning, organizing, leading and
controlling the use of resources to accomplish performance goals
Artinya:
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian menggunakan sumber-sumber daya
untuk mencapai tujuan organisasi .
Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam buku Manajemen Produksi dan
Operasi (2004,12) yaitu:
Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan orang lain .
Dan menurut Terry dan Rue ( 2003:1 ) dalam buku Prinsip
Prinsip
Manajemen edisi bahasa Indoensia mengemukakan bahwa:
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud nyata .
Dari berbagai definisi diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa dalam
mencapai tujuan perusahaan, maka perusahaan harus dapat menyatukan berbagai
macam
fungsi-fungsi
manajemen
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian.
Menurut Schermerhorn (2005:19) empat fungsi manajemen dan
hubungan timbal balik mereka ditunjukkan pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Hubungan timbal balik
Planning
Setting
performance
objective and desiding
how to achieve them
Controlling
Measuring performance
and taking action to
ensure desired results
The
Management
Process
Organizing
Arranging tasks, people,
and other resources to
accomplish the word
Leading
Inspiring people to work
hard to achieve high
performance
Planning
Dalam manajemen, perencanaan adalah suatu proses menetapkan tujuan
dan menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk mencapainya.
Lewat perencanaan, seorang manajer mengidentifikasi hasil yang
diinginkan dan cara untuk mencapainya.
Organizing
Bahkan rencana yang terbaik akan gagal tanpa implementasi yang kuat.
Sukses mulai dengan pengorganisasian, proses dalam menugaskan tugas,
pengalokasian sumber daya, dan mengkoordinir aktivitas individu dan
kelompok untuk menerapkan rencana. Melalui pengorganisasian, para
manajer mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata melalui penentuan
tugas, menugaskan personil, dan melengkapi mereka dengan teknologi dan
sumber daya yang lain.
Leading
Dalam manajemen, kepemimpinan yaitu proses dalam membangkitkan
orang-orang untuk bekerja keras serta membangkitkan semangat usaha
mereka untuk melaksanakan rencana dan mencapai tujuan. Melalui
kepemimpinan, para manajer membangun kesanggupan untuk suatu visi
umum; mendorong aktivitas yang mendukung tujuan, dan mempengaruhi
karyawan untuk berbuat yang terbaik untuk kepentingan organisasi
Controlling
Pengendalian merupakan proses pengukuran kinerja, membandingkan
antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan
pembetulan yang diperlukan. Melalui pengendalian, manajer melakukan
kontak secara aktif dengan apa yang dilakukan oleh karyawan,
mendapatkan serta menginterprestasikan laporan tentang kinerja serta
menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan tindakan yang
bersifat membangun serta perubahan.
2.1.2
Pengertian Pemasaran
Pemasaran sebagai salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannnya,
berkembang dan untuk mendapatkan laba. Serta pemasar harus berupaya untuk
memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan pasar sasaran karena kebutuhan
merupakan tututan dasar manusia. Dan pada umumnya pemasaran dipandang
sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan
jasa kepada konsumen dari perusahaan lain.
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang
pengertian pemasaran
Menurut Philip Kotler dan Keller (2007:6):
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain .
Menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh
Philip Kotler dan Keller (2007:6), mendefinisikan pemasaran sebagai
berikut:
Satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada konsumen dan
mengelola hubungan konsumen dengan cara menguntungkan
organisasi dan para pemilik sahamnya .
Berdasarkan
definisi-definisi
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
pemasaran merupakan suatu proses untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
dengan membuat, menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk atau jasa
yang mempunyai nilai untuk memuaskan konsumen dan berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan usaha yang menggunakan prinsip pemberian harga, promosi
hingga mendistribusikan barang atau jasa kepada konsumen untuk mencapai
sasaran serta tujuan organisasi.
2.1.3
Pengertian Manajemen Pemasaran
Agar dapat tercapai tujuan perusahaan yaitu memberikan kepuasan kepada
konsumen,
maka
setiap
perusahaan
harus
menganalisa,
merencanakan,
mengimplementasikan dan mengontrol aktifitas pemasarannya. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan melaksanakan manajemen pemasaran.
Menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh
Philip Kotler dan Keller (2007:6), mendefinisikan manajemen pemasaran
sebagai berikut :
Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran
dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan konsumen dengan
menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai konsumen
yang unggul .
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah
proses mengelola pertukaran melalui perencanaan, pengarahan dan pengawasan,
sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan mendapat keuntungan.
2.1.4
Bauran Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan ditentukan oleh konsep
pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix). Elemenelemen bauran pemasaran terdiri dari semua variable yang dapat dikontrol
perusahaan dalam komunikasinya dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen.
Menurut
Philip
Kotler
dan
Keller
(2007:23)
mengemukakan
pendapatnya mengenai bauran pemasaran sebagai berikut :
Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya .
Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) adalah
suatu perangkat yang akan menentukan tingkat keberhasilan suatu pemasaran bagi
perusahaan, dan semua itu ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada segmen
pasar atau konsumen yang dipilih.
Elemen dari bauran pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2007;52)
diklasifikasikan menjadi 4P yaitu (Product, Price, Place, Promotion). Adapun
pengertian dari masing
masing bauran pemasaran adalah sebagai berikut :
1. Produk (Product)
Penawaran yang berwujud dari perusahaan kepada pasar yang mencakup
keragaman produk, kualitas produk, design, ciri, warna merek, kemasan,
ukuran, garansi dan imbalan.
2. Harga (Price)
Sejumlah uang yang dibayar pelanggan untuk produk tertentu. Perusahaan
menentukan harga seperti memberikan daftar harga, diskon, potongan
harga khusus, periode pembayaran, syarat kredit.
3. Distribusi (Place)
Berbagai kegiatan yang mengakibatkan produk dapat diperoleh dan
tersedia bagi pelanggan sasaran, yaitu dengan meyediakan saluran
pemasaran,
cakupan
pasar,
pengelompokan,
lokasi,
persediaan,
transportasi.
4. Promosi (Promotion)
Meliputi
semua
kegiatan
yang
dilakukan
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar
sasaran. Promosi penjualan, periklanan, tenaga penjual, public relation,
pemasaran langsung yang merupakan unsur-unsur bauran pemasan
langsung.
Sedangkan menurut Tjiptono (2006;145) dalam perusahaan jasa bauran
pemasaran ditambah menjadi 7P, adapun 3P itu adalah :
5. Orang (People)
Perusahaan dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih
karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam
berhubungan dengan pelanggan dari pada karyawan pesaingnya.
6. Lingkungan Fisik (Physical Evidence)
Merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan perusahaan
berinteraksi dengan konsumennya dan setiap komponen tangible
memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa.
7. Proses (process)
Merupakan sebuah prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktifitas jasa
disampaikan yang merupakan sistem penyajian operasi jasa.
.
Uraian diatas secara jelas memaparkan bahwa pemasaran dan manajemen
pemasaran senantiasa berkaitan dengan bagaimana produk sampai kepada
konsumen, sehingga kebutuhan konsumen terpenuhi.
2.1.5
Event/Sponsorship
Event/sponsorship memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi karena
event/sponsorship merupakan bentuk komunikasi yang relatif pasif, biasanya
yang disajikan hanyalah nama merek dan perusahaan, sehingga pelaksanaan
event/sponsorship haruslah didukung dengan bauran promosi lainnya.
Definisi event/sponsorship menurut George E Belch & Michael E Belch
(2004;543) :
an integrated marketing comunication activity where a company
develops actual sponsorship relation with a particural event and a
provides financial support in return for the right to display abarand
name , logo, or advertising mesage and be indentified as support of the
event
Menurut IEG (http;/www.sponsorship.com)
a cash and or in-kind fee to paid to a property (typically a sport,
enteryainment, non profit, event or organization) in return for acess to
the exploitable commercial potentil associated with the property
Menurut Terence A. Shimp (2000:589)
a form of brand promotion, that ties a brand to a meaningful,athletic,
entertainment, cultural, social, or other type of high interest public
activity
Menurut bds (www.sponsorship.com) :
sponsorship is a business relationship betwen a provider of funds,
resources or service an individual, event or organization which offers in
rerturn some rights and association that maybe used
Dari
disimpulkan
beberapa
bahwa
uraian
pengertian
definisi
tentang
event/sponsorship,
event/sponsorship
secara
umum
dapat
adalah
penyelenggaraan/penyediaan sumber daya baik itu berupa uang, peralatan,
maupun sumber daya lainnya dari perusahaan,organisasi, maupun individu kepada
suatu organisasi dengan maksud untuk mendapatkan manfaat.
2.1.5.1 Manfaat dan alasan-alasan penggunaan event
Karena tidak ada seseorang pun yang berharap memperoleh suatu hadiah
atau prusahaan yang tidak dikenal jelas reputasinya, maka siapa saja yang
bersedia menyediakan sponsor, pasti ingin jati diri atau perusahaanya meraih
reputasi yang mengesankan, memiliki nama yang baik dimata lingkungannya, atau
agar dikenal secara luas.
Menurut Frank Jefkins (1997:230) manfaat penyelenggaraan/ penyediaan
event adalah bahwa dana sponsor yang telah dikeluarkan dengan sendirinya
kembali ke perusahaan dalam jumlah yang berlipat ganda baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Dari penyediaan sponsor memang cukup besar
sehingga begitu banyak perusahaan yang bahkan bersedia mengalokasikan dana
yang khusus untu penyelenggaraan event.
Menurut Ternece A Shimp (2000:589) manfaat penyelenggaraan event
adalah untuk membangun hubungan antara perusahaan dengan konsumen untuk
menambah brand equity dan untuk memperkuat ikatan dalam pertukaran.
Terdapat begitu banyak alasan, namun pada dasarnya alasan itu pasti
mengundang tujuantujuan humas, yakni dalam rangka menunjukan niat baik dan
menciptakan suatu pemahaman di kalangan khalayak, setidak-tidaknya agar
mereka mengetahui keberadaan perusahaan atau lembaga penyedia sponsor.
Adapun alasan-alasan penyediaan sponsor menurut Frank Jefkins
(1997:231) adalah :
1. Untuk melancarkan suatu kampanye periklanan melalui publikasi nama
serta produk-produk perusahaan yang seluas-luasnya olehmedia masa yang
meliputi event yang di sponsorinya itu.
2. Untuk mendukung strategi atau kebijakan pemasaran
3. Untuk memperlihatkan niat baik perusahaan guna melaksanakan tanggung
jawab sosialnya.
2.1.5.2 Tujuan Event
Tujuan event menurut Frank Jefkins (1997:177) terdiri dari tiga bagian
yaitu:
1.
Tujuan Periklanan
Mengiklankan/menginformasikan/mempromosikan produk yang tidak
boleh di iklankan /di informasikan di media tertentu.
Memasang iklan di lokasi kegiatan atau liputan yang dapat
menjangkau orang banyak
Mempromosikan produk secara spesifik
Memperkenalkan produk baru
Menggali berbagai peluang lain dibidang advertising.
2.
Tujuan Humas
Menciptakan dan mempertahankan citra perusahaan
Membangun citra perusahaan
Memperkenalkan identitas perusahaan
Mengakrabkan nama perusahaan
Menonjolkan keramah-tamahan
Merangsang minat para wartawan untuk datang meliput
3.
Tujuan Pemasaran
Memposisikan sebuah produk
Mendukung operasi agen penyalur
Melancarkan suatu perubahan didalam suatu perusahaan
Melancarkan suatu produk
Membuka cabang-cabang baru
Pemasaran internasional
Merangsang para konsumen menggunakan suatu produk
2.1.5.3 Jenis- jenis Event
Secara umum, cakupan sponsor memang tidak terbatas, namun dari sekian
banyak bidang atau kegiatan, yang paling populer menurut Frank Jefkins
(1997:233) adalah :
1.
Acara- acara olah raga
Dewasa ini nilai sponsor yang diberikan kepada bidang olahraga sangat
besar, paling besar sepanjang sejarahnya. Acara-acara olah raga semakin
banyakmemberikan peluang kepda perusahaan untuk menguji dan
memodifikasikan produk-produk mereka.
2.
Acara- acara kebudayaan
Mencakup acara seni dan pameran budaya, dimana fenomena yang sedang
terjadi menunjukan semakin banyaknya perusahaan yang mensponsori
pertunjukan musik.
3.
Penerbitan atau publikasi
Penerbitan peta, buku harian, buku petunjuk, buku-buku atau dokumen
laporan tahunan, dan berbagai naskah lainnya acap kali menjadi lahan
sponsor.
4.
Eksebisi atau pameran
Acara-acara
pameran,
baik
yang
diselenggarakan
oleh
instansi
pemerintahan maupun lembaga-lembaga swasta juga sering mendapat
sponsor, termasuk dari pers atau perusahaan penerbitan.
5.
Pendidikan
Pemberian sponsor juga sering diwujudkan dalam bentuk beasiswa,
tunjangan belajar, piagam penghargaan akademis, dan berbagai aspek
lainnya yang menyangkut pendidikan.
6.
Acara-acara amal
Dalam suatu acara amal, nama-nama perorangan maupun lembaga,
termasuk perusahaan, yang memberikan dana atau sponsor selalu
disebutkan secara terbuka.
7.
Acara penghargaan profesional
Pemberian hadiah atau tanda penghargaan kepada para professional, mulai
dari jurnalis, fotografer, sampai dengan para arsitek, dan lain-lain.
Biasanyapula ada perusahaan yang bertindak sebagai sponsor penuh untuk
acara-acara ini.
8.
Acara-acara lokal
Perusahaan-perusahaan juga sering memberi sponsor untuk kegiatankegiatan yang berskala lokal dalam membina huungan komuniti yang baik
dengan penduduk yang bermukim di daerah itu.
Dari berbagai macam jenis event diatas, yang sedang menjadi fenomena
adalah evet pada bidang entertainment, sebab ide itu atau gagasan dalam
entertainment tidak ada batasnya, sehingga berbagai bentuk kegiatannya yang
disponsori suatu perusahaan sekarang ini sangat banyak saat digelar.
2.1.5.4 Perencanaan event
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan, maka harus dilakukan
suatu perencanaan yang matang dari sebuah sponsorship.
Menurut J.R Rossiter dan L.Percy (1998 : 346) perencanaan sponsorship
mencakup :
1. Target Audience Reach
Dalam memilih jenis event yang akan diselenggarakan perlu diperhatikan
segmen mana yang akan dicapai oleh perusahaan. Sebagai contoh pepsi
ingin merai segmen pasar anak muada, maka perusahaan akan membuat
event atau mensponsori acara-acara yang disukai oleh anak muda (konser
musik, event-event MTV,dll)
2. Compability With The Company s or Brand Positioning
Beberapa jenis event secara langsung berkaitan dengan produk perusahaan
seperti rokok sampoerna a-mild mensponsori IBL (event bola basket),
tetapai beberapa jenis event dipilih karena kesesuaian
image secara tidak langsung dengan produk tersebut seperti Aqua
mensponsori event Bulu Tangkis.
3. Mesage Capacity
Perusahaan yang mensponsori suatu kegiatan, biasanya mendapatkan
fasilitas untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut, misalnya pada
event olahraga prusahaan mendapatkan fasilitas tempat untuk pemasangan
logo brand produk-produk perusahaan disekitar lokasi kegiatan olah raga
tersebut, dan juga liputan oleh salah satu stasiun televisi apabila event
tersebut diliput oleh stasiun televisi.
2.1.5.5 Menciptakan Program event yang tepat
Jika perusahaan ingin sukses dalam menyelenggarakan event, setiap pihak
yang terlibat didalam perusahaan tersebut harus memahami bahwa di dalam
penyelenggaraan event adalah menciptakan kerjasama saling menguntungkan
antara perusahaaan dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Baik perusahaan atau
pihak-pihak yang bersangkutan, harus dapat memenuhi sasaran pemasaran kedua
belah pihak. Saat ini, sebagian besar organisasi mencari sponsorship karena
kebutuhan dana yang mendesak dalam penyelenggaraan suatu acara. Seharusnya
setiap penyelenggara event memperlakukannya sebagai kegiatan pemasaran.
Menurut Anne-marie Grey & Kim Skildum-Reid (2006:5) didalam
penyelenggaraan event tentunya ada hambatan internal yang harus dihadapi.
Berikut
beberapa
masalah
internal
yang
umumnya
ditemukan
dalam
menyelenggarakan event, yaitu
Dianggap terlalu komersil
konflik kepemilikan program
menjual event ke perusahaan komersial
mengkompromikan integritas program dan pelayanan
kurangnya penghargaan atas pentingnya penyelenggaraan event dalam
perusahaan
perebutan alokasi sumberdaya langka pada kegiatan pemasaran
menempatkan kepentingan konsumen diatas kepentingan stafpenolakan
bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu.
Akan lebih baik jika perusahaan dapat mengidentifikasi isu kritis dan
memutuskan strategi apa yang akan dipakai untuk menyelesaikannya. Untuk dapat
mengidentifikasi isu kritis yang berkaitan dengan event , perusahaan dapat
melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait atau dengan melakukan
survey pelanggan.
2.2 Jasa
2.2.1
Pengertian Jasa
Dalam pemasaran terdapat dua macam pemasaran yaitu pemasaran produk
dan pemasaran jasa. Industri jasa beraneka ragam seperti hotel ,jasa boga dan
sebagainya dalam hal ini penulis hanya membahas pemasaran jasa.
Menurut Christopher & Kanuk dalam buku Perilaku Konsumen
(2005:5) :
Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberi
manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai
hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam
diri atau atas nama penerima jasa tersebut .
Lupiyoadi dan Hamdani, dalam buku Manajemen Pemasaran Jasa,
(2006:7) mengatakan:
Jasa merupakan seluruh aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan
berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan
dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah
(misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan)
konsumen .
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jasa
merupakan sesuatu yang tidak berwujud yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumennya serta memerlukan produk fisik sebagai pendukung atas
penjualan jasa tersebut.
2.2.2
Karateristik Jasa
Jasa memiliki karateristik yang sangat mempengaruhi rancangan program
pemasarannya. Menurut Griffin (Lupiyoadi dan Hamdani:2007), terdapat tiga
karakteristik jasa, antara lain:
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa tersebut tidak berwujud oleh karena tidak dapat dilihat,
dirasakan, didengar, dikecup atau dibaui sebelum dibeli. Nilai penting
dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam
bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan.
2. Unstorarability (tidak dapat disimpan)
Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah
dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability (tidak dapat
dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara
bersamaan.
3. Customizatian
Jasa seringkali di desain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dari ketiga karakteristik jasa diatas, dapat disimpulkan bahwa jasa tidak dapat
berwujud, tidak seperti produk fisik dan jasa pada umumnya dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan sehingga jasa merupakan komoditas yang tidak
tahan lama dan tidak dapat disimpan.
2.2.3
Klasifikasi Jasa
Dari adanya berbagai macam variasi bauran antara barang dan jasa adalah
sulit menggeneralisasikan jasa tanpa melakukan perbedaan yang lebih lanjut.
Secara garis besar, klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria
pokok menurut Lovelock yang dikutip Tjiptono-Chandra(2005;13) dalam buku
Maketing Sales adalah:
a. Segmen pasar berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa
yang ditujukan pada konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa, katering,
jasa tabungan dan pendidikan) dan jasa kepada pelanggan organisasional
(misalnya biro periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan, dan jasa konsultan
manajemen). Perbedaan utama diantara kedua segmen bersangkutan terletak
pada alasan dan kriteria spesifik dalam memilih jasa dan penyedia jasa,
kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa yang
diperlukan.
b. Tingkat keberwujudan (tangibility)
Kriteria ini bnerhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik
dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
-
Rented Goods Service
Dalam tipe ini konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu
berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Konsumen hanya
dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannnya tetap di tangan
pihak perusahaan yang menyewakannya. Contohnya penyewaan mobil, video
game, vcd/dvd ,ohp (overhead project), komputer, villa,dan apartemen.
-
Owned goods service
Pada owned goods service, produk-produk yang dimiliki konsumen
direparasi,
dikembangkan
atau
ditingkatkan
unjuk
kerjanya,
atau
dipelihara/dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis ini juga mencakup perubahan
bentuk pada produk yang dimiliki konsumen. Contohnya meliputi jasa reparasi
(arloji, mobil, sepeda motor, komputer, kulkas, ac dan lain-lain), pencucian mobil,
perawatan rumput lapangan golf, perawatan taman, pencucian pakaian (laundry
dan dry cleaning), dan lain-lain
-
Non-goods service
Karakteristik khusus pada jenis jasa ini adalah jasa personal bersifat
intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada pelanggan.
Contohnya penyedia jasa tipe ini antara lain supir, baby-sitter, dosen, pemandu
wisata, ahli kecantikan, pelatih senam, dan lain-lain.
c. Keterampilan penyedia jasa
Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe
pokok jasa antara lain :
-
professional service seperti : dosen, konsultan, sistem informasi, dokter,
fotografer, akuntan, psikolog, perawat, pengacara, konsultan perpajakan,
arsitek
-
nonprofessional service seperti : jasa supir taksi, tukang parkir, tukang
pos, pengangkut sampah, pembantu rumah tangga, satpam.
Pada jasa yang membutuhkan ketrampilan tinggi dalam proses operasinya,
pelanggan cenderung sangat selektif dalam memilih penyedia jasa. Hal ini yang
menyebabkan para profesional dapat mengikat para pelanggannya. Sebaliknya
jika tidak memerlukan ketrampilan tinggi, seringkali loyalitas pelanggan rendah
karena penawarannya sangat banyak.
d. Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan tujuan organisasi jasa dapat dibagi menjadi commercial
service atau profit service (misalnya penerbangan, bank, penyewaan mobil,
biro iklan dan hotel) dan nonprofit sevice (misalnya sekolah, yayasan dana
bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan umum, dan museum).
e. Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service
(misalnya jasa pialang, angkutan umum, media massa dan perbankan) dan non
regulated service (seperti jasa makelar, katering, kost dan asrama, kantin
sekolah dan pengecatan rumah).
f. Tingkat intensitas karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja),
jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu Equipment-based service
(seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telefon interlokal dan
internasional, ATM, internet banking, dan binatu)d an people-based service
(seperti pelatih sepak bola, satpam, jasa akuntansi, konsultasi manajemen,
konsultasi hukum, bidan dan dokter anak).
g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan.
Berdasarkan
tingkat
kontak
ini,
secara
umum
jasa
dapat
dikelompokkan menjadi high-contact service (seperti universitas, bank,
dokter, penata rambut, penasihat perkawinan dan konsultasi bisnis) dan lowcontact service (misalnya bioskop, jasa PLN, jasa telekomunikasi, dan jasa
layanan pos).
2.3 Public Relation
2.3.1
Pengertian Public Relation
Public relation merupakan suatu fungsi strategis dalam manajemen yang
melakukan komunikasi guna menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari
publik hubungan yang harmonis dengan masyarakat harus diperhatikan oleh
perusahaan.
Menurut Cristopher dan Kanuk (2005:275) public relation adalah:
Upaya merangsang minat yang positif terhadap perusahaan tertentu
dan produk-produknya dengan mengirimkan berita baru, melakukan
konferensi pers, melaksanakan acara-acara khusus, dan mensponsori
aktivitas yang layak diliput yang dilakukan oleh pihak ketiga .
Sedangkan menurut Peter dan Donnelly, (2005:113) menyatakan bahwa :
Public relation is a nonpersonal communication that seeks to influence
the attitude, feelings, and opinions of customer, non customer,
stockholders, suppliers, employess, and political bodies abot the
organization .
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Public Relation adalah suatu
fungsi manajemen yang melibatkan usaha-usaha jangka panjang yang disengaja,
terencana dan terus menerus yang bertujuan untuk membentuk saling pengertian
dan komunikasi dua arah antar organisasi dan publiknya, agar timbul opini positif
dari publik terhadap organisasi.
2.3.2
Langkah-langkah Keputusan Public Relation
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan memerlukan keputusan-
keputasan dari Public relation. Adapun keputusan-keputusan utama dalam Public
Relation menurut Kotler (2007:278-280 ), adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan Public Relation
Adapun tujuan Public Relation adalah sebagai berikut:
a. Membangun Kesadaran
Public Relation dapat menempatkan cerita di media untuk menarik
perhatian pada suatu produk, jasa, orang dan ide.
b. Membangun Kredibilitas
Public Relation dapat menambahkan kredibilitas dengan
mengkomunikasikan pesan dalam suatu konteks editorial.
c. Membantu untuk meningkatkan antuisme
Public Relation dapat membantu antusiasme tenaga penjualan dan
penyalur dengan cerita-cerita mengenai produk baru sebelum diluncurkan
d. Mengurangi Biaya Promosi
Public Relation menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada surat
langsung dan iklan media.
2. Memilih Pesan dan sarana
Media atau wahana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan adalah:
a. Publikasi (Publicity)
Hal ini mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, bahan-bahan
audiovisual, buletin dan majalah perusahaan.
b. Peristiwa (Event)
perusahaan dapat mengadakan suatu peristiwa misalnya dengan inferensi
pers, seminar, kontes, perayaan ulang tahun, mendukung acara budaya dan
olah raga, yang diharapkan akan menjangkau publik sasarannya.
c. Berita (News)
Mencari berita yang lebih baik tentang perusahaan, produk perusahaan,
serta orang-orang yang ada didalam perusahaan adalah merupakan salah
satu tugas utama Public Relation.
d. Pidato
Adalah suatu alat lain untuk menciptakan publisitas barang produk dan
perusahaan.
e. Aktivitas Pelayanan Masyarakat
Perusahaan dapat memperbaiki citra publik dengan menyumbangkan uang
dan waktu untuk hal-hal baik terhadap masyarakat.seperti kegiatankegiatan sosial
f. Media identitas
Umumnya perusahaan berusaha menciptakan identitas Visual yang dapat
dikenali masyarakat misalnya melalui logo, kertas surat, brosur, kartu
nama dan lain-lain sehingga mudah dikenali oleh konsumen atau
masyarakat.
3. Menerapkan Rencana & Mengevaluasikan Hasil Public Relation
Setelah Public Relation dan pemilihan media yang digunakan, tahap
selanjutnya adalah menerapkan kegiatan Public Relation.
sejauh mana keberhasilan program Public Relation yang telah dilakukan,
perlula dilakukan evaluasi atas hasil daripada Public Relation tersebut.
Ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasikan hasil
kegiatan Public Relation, yaitu:
1. Paparan atau Penampilan (exposure)
Pengukuran efektivitas Public Relation yang paling mudah adalah dengan
melihat penampilan yang dimuat didalam media, walaupun hasilnya tidak
terlalu memuaskan karena tidak ada indikasi berapa banyak orang-orang yang
pada kenyataannya yang telah membaca atau mendengar berita tersebut.
2. Kesadaran, Pemahaman atau Sikap terhadap produk yang dihasilkan
kampanye Public relation
Pengukuran yang lebih baik adalah perubahan dalam kesadaran / pemahaman /
sikap produk yang dihasilkan dari kampanye Public Relation.
Diharapkan bahwa Public Relation akan lebih banyak berperan dalam
usaha komunikasi perusahaan dan dapat menggabungkan kekuatannya dengan
bagian-bagian lain dari bauran promosi.
2.3.3
Fungsi Public Relation
Berikut adalah beberapa fungsi dari seorang Public Relation menurut
Kotler (2007:277), yaitu:
1. Membantu peluncuran produk baru
2. Membantu memposisikan kembali produk mapan.
3. Membangun minat untuk suatu kategori produk.
4. Mempengaruhi kelompok sasaran tertentu.
5. Membela produk yang menghadapi masalah publik.
6. Membangun citra perusahaan sehingga mendukung produknya.
Public Relation dapat digunakan untuk membangun kesadaran dan
pengetahuan merk, baik untuk produk baru maupun produk mapan. Selain itu,
Public Relation harus bertanggung jawab atas penyampaian informasi dalam
mempertahankan produk yang tengah menghadapi masalah dengan masyarakat
sehigga dapat memperoleh kepercayaan dan citra baik dari masyarakat terhadap
produk tersebut.
2.3.4
Proses Public Relation
Proses public Relation selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian
menurut Kasali (2008:82-85) dalam bukunya Manajemen Periklanan, ada empat
langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relation, adalah sebagai
berikut:
1. Definisikan permasalahan.
Seorang Public Relation harus mengetahui terlebih dahulu apa pokok masalah
yang akan dihadapinya sebelum melakukan pekerjaannya.
2. Perencanaan dan Program.
Setelah mengetahui pokok masalah yang dihadapinya, maka seorang Public
relation dapat membuat / menyususun rencana dan program yang tepat untuk
menghadapi pokok permasalahan yang dihadapinya.
3. Aksi dan Komunikasi.
Ini adalah bagian yang penting dalam Public Relation dimana seorang Public
Relation melakukan aksinya dan melakukan komunikasi kesemua pihak.
4. Evaluasi program.
Pada tahap ini Seorang Public Relation harus sudah bisa mencari jalan keluar
dari permasalahan yang dihadapinya melalui evaluasi-evaluasi yang
dipelajarinya dari informasi-informasi yang didapatkannya melalui
komunikasi yang dilakukannya.
2.4 Loyalitas Konsumen
2.4.1
Pengertian Loyalitas Konsumen
Secara harfiah, loyal berarti setia atau loyalitas diartikan sebagai suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini sesuatu yang timbul tanpa adanya paksaan tetapi timbul
dari keadaan sendiri, pada masa lalu usaha yang dilakukan untuk menciptakan
kepuasan konsumen lebih cenderung kepada mempengaruhi sikap konsumen,
sedangkan konsep loyalitas konsumen Menurut Griffin yang dikutip Buchari
Alma (2007:274) dalam Manajemen Pemasaran Jasa, yaitu:
Loyalty is defined as non-random purchase expressed over time by
some decision-making unit.
Konsumen dapat dikatakan loyal apabila ketika prilaku pembeliannya
tidak dihabiskan dengan mengacak (non random) beberapa unit keputusan.
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Loyalitas Merek (Brand loyalty)
Loyalitas merek menurut Sutisna dalam buku Perilaku Konsumen dan
Komunikasi Pemasaran (2003:41) adalah:
Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap
suatu merek yang bisa dipresentasikan dalam pembelian yang konsisiten
terhadap merek tersebut sepanjang waktu .
2. Loyalitas Toko (Store loyalty)
Store loyalty ditunjukkan oleh prilaku konsisten, tetapi dalam store loyalty
prilaku konsisiten ditunjukkan dengan mengunjungi toko idaman konsumen
bisa membeli merek produk yang mereka inginkan.
Konsumen yang loyal mempunyai kecenderungan yang pasti dalam
membeli apa dan dari siapa. Pembelian yang dilakukan bukan pembelian yang
bersifat acak, loyalitas juga dapat juga dianggap sebagai suatu kondisi yang
berhubungan dengan rentang waktu dalam melakukan pembelian tidak lebih dari
dua kali dalam mempertimbangkannya. Unit keputusan dapat diartikan sebagai
suatu keputusan pembelian yang dapat dilakukan oleh lebih dari satu orang.
Mereka yang dapat dikategorikan sebagai konsumen yang setia adalah
mereka yang sangat puas dengan produk tertentu sehingga mereka mempunyai
antusiasme untuk memperkenalkanya pada siapapun yang mereka kenal,
selanjutnya tahap berikutnya ialah konsumen yang loyal tersebut akan memenuhi
kesetiaan mereka dengan produk-produk lain buatan produk yang sama pada
akhirnya mereka adalah konsumen yang setia kepada produsen tertentu untuk
selamanya.
Sedangkan menurut Oliver yang dikutif oleh Ratih Hurriyati (2005:129)
dalam buku Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen , loyalitas adalah:
Customer loyality is deeply held commitment to rebuy or repatronize a
preferred product or service consistenly in the future, despite situasional
influences and marketing efforts having the potential to cause switching
behavior.
Dari definisi diatas terlihat bahwa loyalitas pada dasarnya merupakan
suatu sikap dari konsumen atau konsumen yang melakukan pembelian berulang
untuk produk atau jasa yang sama secara konsisten yang ditawarkan oleh
perusahaan atau produsen, dimana komitmen konsumen terhadap produk/jasa
tersebut positif dan melalui suatu proses evaluasi.
2.4.2
Jenis-Jenis Loyalitas
Menurut Griffin (2005;22) ada empat jenis yang dikemukakan tentang
loyalitas konsumen, yaitu:
1. Tanpa Kesetiaan (No loyalty)
Untuk
berbagai
alasan
yang
berbeda,
ada
konsumen
yang
tidak
mengembangkan suatu kesetiaan terhadap produk atau jasa tertentu. Tingkat
keterkaitan (attachment) dengan pembeliaan ulang yang rendah menunjukan
absennya kesetiaan. Pada dasarnya suatu usaha harus menghindari kelompok
tidak ada kesetiaan ini untuk dijadikan target pasar karena mereka tidak
pernah menjadi konsumen yang setia.
2.
Loyalitas yang lemah (Inertia Loyalty)
Suatu tingkat keterkaitan yang rendah dengan pembelian berulang yang tinggi
akan mewujudkan suatu kesetiaan yang tidak aktif. Konsumen yang memiliki
sikap ini biasanya membeli berdasarkan kebiasaan. Dasar yang digunakan
untuk pembelian produk dan jasa biasanya karena sudah terbiasa memakai
atau karena faktor kemudahan situasional. Kesetiaan macam ini biasanya
banyak terjadi terhadap produk atau jasa yang sering dipakai, tetapi tidak
menutup kemungkinan dapat mengubah konsumen tidak aktif dengan cara
mendekatkan diri kepada konsumen tersebut melalui produk atau jasa yang
lebih dibandingkan dengan pesaing, misalnya dengan meningkatkan
keamanan dan fasilitas pengiriman bagi konsumen.
3.
Kesetiaan Tersembunyi (Latent Loyalty)
Suatu keterkaitan yang relatif tinggi yang disertai dengan tingkat pembelian
ulang yang rendah menggambarkan suatu kesetiaan yang tersembunyi dari
konsumen. Bagi konsumen yang memiliki sikap kesetiaan yang kesetiaan
yang tersembunyi, pembeliaan ulang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
situasional dari pada sikapnya.
4. Kesetiaan Premium (Premium loyalty)
Merupakan jenis kesetiaan yang terjadi bilamana suatu tingkat ketertaikan
yang tinggi berjalan selaras dengan aktifitas pembelian kembali, kesetiaan
jenis inilah yang sangat diharapkan dalam setiap usaha. Pada tingkat
preference yang tinggi maka orang-orang akan bangga bilamana menemukan
dan menggunakan produk atau jasa tersebut dan dengan senang hati membagi
pengetahuan dari pengalaman mereka kepada teman atau keluarga mereka.
2.4.3
Karakteristik Loyalitas Konsumen
Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Menurut Griffin (2005:31)
konsumen yang loyal merupakan asset yang tidak ternilai bagi perusahaan
sehingga membagi karakteristik konsumen yang loyal sebagai berikut:
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur.
Konsumen melakukan pembeliaan secara kontinyu pada satu produk tertentu.
Contoh : salah satu segmen basis konsumen Harley disebut RUBs (rich urban
bikers). Orang-orang ini menikmati motor baru, memiliki sejumlah motor dan
mendadani motor mereka. Mereka membeli model terbaru bila mereka
ditawari, kemudian mereka mengeluarkan uang tambahan untuk mengubahnya
sesuai dengan keinginan mereka.
2. Membeli antar lini produk dan jasa.
Konsumen tidak hanya membeli jasa dan produk utama tetapi konsumen juga
membeli lini produk dan jasa dari perusahaan yang sama.
Contoh: konsumen tidak hanya membeli satu jenis Harley sesudah yang
lainnya, tetapi mereka juga selalu membeli aksesoris untuk motor mereka.
3. Mereferensikan kepada orang lain.
Dimana konsumen melakukan komunikasi melalui mulut ke mulut berkenaan
dengan produk tersebut.
Contoh: Michelle russo seorang sekertaris yang berusia 25 tahun memiliki
teman pria yang memiliki Harley. Tak lama kemudian Michelle juga memiliki
Harley. Teman pria Michelle senantiasa mengingatkan betapa hebatnya Harley
yang dimilikinya, itulah yang membuat Michelle tertarik pada Harley dan
membelinya.
4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing-pesaing.
Konsumen menolak untuk menggunakan produk atau jasa alternatif yang
ditawarkan oleh pesaing.
Contoh: para pemilik Harley menolak untuk mengetahui bahwa ada jenis-jenis
motor lainnya.
2.4.4
Tahap Pembentukan Loyalitas Konsumen
Menurut Griffin (2005;35) mengemukakan bahwa loyalitas konsumen
terdiri dari tujuh tahapan yaitu:
1. Suspects
Merupakan orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa perusahaan.
Disebut suspects karena perusahaan percaya atau menyangka mereka akan
membeli tapi perusahaan belum cukup yakin.
2. Prospek (Prospects)
Merupakan orang yang membutuhkan produk atau jasa tertentu dan memiliki
kemampuan untuk membelinya. Meskipun prospek belum melakukan
pembelian dari perusahaan, tetapi mereka telah mendengar tentang keberadaan
perusahaan, membaca tentang perusahaan atau ada seseorang yang
merekomendasikan perusahaan kepadanya. Prospect mungkin mengetahui
siapa kita, dimana kita dan apa yang kita jual, tetapi mereka belum membeli
dari perusahaan.
3. Konsumen yang dikualifikasi (Disqualified Prospect)
Merupakan prospek yang sudah cukup perusahaan pelajari untuk mengetahiu
bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan membeli
produk perusahaan.
4. Konsumen yang pertama kali (First Time Customer)
Merupakan orang yang telah membeli dari perusahaan satu kali. Orang
tersebut bisa jadi merupakan konsumen perusahaan sekaligus konsumen
pesaing perusahan.
5. Konsumen berulang (Repeat Customers)
Merupakan orang-orang yang telah membeli dari perusahaan sebanyak dua
kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali
atau membeli dua produk atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau
lebih.
6. Mitra (Clients)
Klien menbeli apaun yang perusahaan jual dan dapat ia gunakan. Orang ini
membeli secara teratur. Perusahaan memiliki hubungan yang kuat dan
berlanjut dan menjadikannya kebal terhadap tarikan pesaing.
7. Penganjur (Advocates)
Seperti klien, mendukung untuk membeli apapun yang perusahaan jual dan
dapat dia gunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi penganjur juga
mendorong orang lain untuk membeli dari perusahaan. Ia membicarakan
perusahaan, melakukan pemasaran bagi perusahaan, dan membawa konsumen
kepada perusahaan.
2.4.5
Faktor-Faktor Untuk Mengembangkan Loyalitas
Menurut
Griffin
(2005;20)
terdapat
dua
faktor
penting
untuk
mengembangkan loyalitas yaitu adanya keterkaitan (attachment) yang tinggi
terhadap produk atau jasa tertentu dibanding terhadap produk atau jasa pesaing
potensial. Keterkaitan yang dirasakan konsumen terhadap produk yaitu:
a. Tingkat preferensi yaitu seberapa besar keyakinan konsumen terhadap produk
atau jasa tertentu.
b. Tingkat differensiasi produk yang dipersepsikan yaitu seberapa signifikan
konsumen membedakan produk aatau jasa tertentu dari alternatif-alternatif
lain.
c. Pembelian berulang.
2.4.6
Alasan Perusahaan Harus Mempertahankan Konsumennya
Kotler, Hayes, Bloom yang dikutip Buchari Alma (2007:275)
menyatakan
ada
enam
alasan
mengapa
lembaga
harus
menjaga
dan
mempertahankan konsumen. Alasan tersebut antara lain:
a. Konsumen yang sudah ada prospeknya akan memberikan keuntungan
cenderungan lebih besar.
b. Biaya menjaga dan mempertahankan konsumen jauh lebih kecil dibandingkan
dengan biaya untuk mencari konsumen baru.
c. Konsumen yang sudah percaya pada suatu lembaga dalam suatu urusan bisnis,
cenderungan akan percaya juga dalam urusan bisnis yang lain.
d. Jika suatu perusahaan banyak mempunyai konsumen lama, akan memperoleh
keuntungan karena adanya peningkatan efisiensi. Langganan lama tidak akan
banyak tuntutan.
e. Konsumen lama ini tentu banyak pengalaman positif berhubungan dengan
perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologis dan sosialisasi.
f. Konsumen lama, akan selalu membela perusahaan, dan berusaha pula menarik
atau memberi referensi teman-teman lain dan lingkungannya untuk mencoba
berhubungan dengan perusahaan.
2.4.7
Agar Konsumen Tetap Loyal
Menurut Griffin (2005:182) ada empat cara agar konsumen tidak beralih
kepada produk atau jasa pesaing, keempat cara tersebut antara lain:
1. Permudahlah konsumen untuk memberi umpan balik kepada anda
Salah satu kegiatan paling menguntungkan bagi perusahaan adalah mencari
keluhan konsumen, memudahkan konsumen untuk memberikan umpan balik.
Tanyalah kepada konsumen secara teratur mengenai pembelian terakhir
mereka. Apakah pembelian itu memenuhi kebutuhan mereka, apakah sesuai
dengan apa yang mereka harapkan, bagaimana cara meningkatkannya.
2. Bila konsumen membutuhkan bantuan, berilah dengan segera
Setelah anda memperoleh umpan balik dari konsumen, anda harus bertindak
secara tepat. Bila ia menghubungi untuk menyampaikan keluhan, anda harus
memberi respon dengan segera dan berusaha membantu menyelesaika
masalahnya. Tetapi setidaknya dengan menegaskan maksud anda untuk
menyelesaikan masalah secepat mungkin. Bila ia harus menghubungi lebih
dari satu kali atas suatu masalah, ia lebih cenderung untuk mersa tidak puas,
walaupun pembicaraan kedua menghasilkan penyelesaian.
3. Kurangi kejengkelan atas reparasi, pembayaran kembali dan pemberian
jaminan
Reparasi pembayaran kembali, dan pemberian jaminan sering menjadi sumber
kekecewaan para konsumen. Perhatikan bagaimana sebuah perusahaan bekerja
untuk mencegah ketidakpuasan yang timbul selama penanganan masalah
semacam itu:
a. Tawaran produk bermutu saja
Anda tidak dapat memperoleh loyalitas konsumen bila produk yang anda
jual terus mengalami kerusakan.
b. Percayakan perbaikan kepada orang yang memiliki barang yang serupa
Dengan mengalami masalah yang harus ia betulkan, orang-orang reparasi
menjadi pemberi pelayanan yang lebih baik. Keterampilan teknis mereka
meningkat, dan demikian pula simpati mereka terhadap konsumen.
c. Tetapkan jam pelayanan sesuai dengan jam panggilan konsumen
Analisis kapan orang menelepon untuk meminta bantuan dan kemudian
tugaskan staff sesuai dengan kebutuhan.
d. Kerjakan dengan benar atau tidak akan dibayar
Setiap konsumen menginginkan agar pekerjaan reparasi dilakukan dengan
benar saat pertama kali dilakukan dan bila tidak maka akan timbul rasa
tidak puas.
4. Belajar cara menghibur konsumen yang marah
Dengan sistem umpan balik dan keluhan konsumen yang meningkat mutunya,
terjadi beberapa interaksi dengan konsumen. Prinsip-prinsip yang dirancang
untuk membantu mengurangi ketidakpuasan pada awal tahap awal dan
mencegah meningkatnya amarah konsumen. Tetapi bahkan terbaik, konsumen
yang marah kadang-kadang muncul. Tetapi konsumen yang marah dapat
diselamatkan dengan cara berikut:
a. Biarkan konsumen mengeluarkan kemarahnnya.
b. Beritahu konsumen bahwa anda mengerti masalahanya.
c. Cari tahulah apa yang diinginkan konsumen.
d. Sarankan solusi berdasarkan keinginan konsumen.
e. Bila konsumen tidak senang dengan solusi anda, tanyakan kepadanya apa
yang mereka inginkan.
f. Lakukan telepon tindak lanjut.
2.4.8
Keuntungan dari Konsumen yang Loyal
Menurut
Ismail
Solihin,
dalam
Kamus
Pemasaran
(2004:103),
mengemukakan beberapa keuntungan yang yang akan diperoleh perusahaan
apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain:
1. Sales growth
Pertumbuhan penjualan yang berlangsung dalam jangka panjang tidak dapat
dicapai oleh perusahaan tanpa adanya loyalitas konsumen terhadap produk
atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Menaikkan pangsa pasar dan
menurunkan biaya untuk mendapatkan konsumen-konsumen yang loyal
terhadap perusahaan dan menginformasikan kepada calon-calon konsumen
baru
perusahaan.
Dengan
demikian
akan
mengurangi
biaya
untuk
mendapatkan konsumen (promosi). Menaikkan laba perusahaan, artinya
konsumen-konsumen yang loyal terhadap perusahaan akan cenderung
memesan lebih banyak terhadap produk perusahaan.
2. Profitability
Sejalan dengan menigkatnya penjualan, perusahaan memiliki peluang besar
untuk memperoleh laba apabila produk perusahaan memiliki pertumbuhan
penjualan yang baik. Menurunkan biaya untuk melayani konsumen, artinya
biaya untuk mendapatkan konsumen-konsumen baru bisa jadi sangat besar.
Dengan adanya konsumen-konsumen yang loyal terhadap perusahaan berarti
lebih sedikit konsumen-konsumen yang diperlukan. Konsumen-konsumen
yang loyal terhadap perusahaan akan sering dan konsisiten melakukan
pemesanan sehingga menurunkan biaya untuk melayani. Sehingga laba yang
didpat perusahaan melalui loyalitas konsumen akan semakin besar.
3. Referral
Konsumen yang loyal dan terpuasakan kebutuhanya dengan produk atau jasa
yang dihasilkan perusahaan saat ini akan memberikan saran penggunaan
produk dan jasa kepada orang lain.
2.4.9
Dasar-dasar Program Loyalitas
Dasar-dasar program loyalitas menurut Griffin (2005:200) antara lain:
1. Ukur dan telusuri loyalitas dengan menggunakan variabel-variabel di atas.
Tergantung pada situasi khusus Anda, akan sangat membantu bila variabel
tersebut dikalkulasi pada berbagai tingkatan, misalnya, tingkat retensi total
perusahaan, tingkat retensi pada masing-masing tenaga penjual professional,
dan tingkat retensi berdasar tim konsumen atau kelompok lainnya. Dengan
menggunakan tinhkat terkini sebagi dasar, tetapkan tujuan retensi konsumen
Anda 5 tahun berikutnya, Analisis yang sama dapat dilakukan terhadap pangsa
konsumen, tingkat retensi konsumen baru, dan sebagainya.
2. Perkenalkan terhadap semua pegawai perusahaan arti dan pentingnya loyalitas
klien. Bila Anda mempunyai staf yang sedikit, Anda dapat memilih untuk
memperkenalkan informasi itu ke dalam pertemuan yang dihadiri semua
personalia. Bila perusahaan Anda besar, pertimbangkan sarana komunikasi
lainnya, seperti pertemuan divisi, newsletter perusahaan, dan video pelatihan,
untuk memperoleh dan menyampaikan berita. Pembahasan tentang tingkat
loyalitas terkini dan tingkat loyalitas yang diproyeksikan harus merupakan
bagian utama dari komunikasi itu. Mulailah evaluasi kinerja bulanan terhadap
para pegawai yang mengadakan kontak langsung dengan menggunakan
konsumen. Gunakan faktor-faktor pengukuran loyalitas sebagai dasar tinjauan.
3.
Masukkan sasaran loyalitas konsumen dan klien ke dalam pengukuran kinerja
pegawai dan rencana kompensasi. Berilah bonus dan kenaikan gaji kepada
pegawai yang menghasilkan tingkat loyalitas yang istimewa. Segera atasi
setiap tingkat kinerja yang berada di bawah standar atau yang menurun.
Tetapkan batas waktu perbaikan kinerja dan kemudian latihlah dan bimbinglah
pegawai supaya kinerjanya membaik. Lepaskan para pegawai yang tidak dapat
memenuhi sasaran loyalitas.
4. Evaluasi dan tinjau kembali tingkat loyalitas setiap bulannya. Pertimbangkan
untuk menempelkan tingkat loyalitas konsumen pada rung istirahat pegawai
atau tempat lain yang mudah dilihat oleh para pegawai. Hal itu dapat
memperkuat komitmen perusahaan terhadap loyalitas dan memotivasi para
pegawai untuk memperjuangkan tingkat retensi yang tinggi.
5. Libatkan para pegawai dalam mengembangkan dan mempertahankan program
loyalitas. Masukan, rekomendasi, dan ide anggota staf memainkan peran
penting bagi keberhasilan program itu. Bukan rahasia lagi bahwa para pegawai
lebih cenderung mendukung program yang disusun dengan bantuan mereka.
Salah satu cara untuk melaksanakan keterlibatkan itu adalah dengan
membentuk tim pegawai untuk melaksanakan
tugas
loyalitas tertentu,
seperti evaluasi retensi dan tinjauan program konsumen pertama kali.
6. Susunlah gabungan alat-alat pemasaran, penjualan, dan customer care yang
ditujukan untuk memupuk loyalitas pada masing-masing tahapan konsumen.
Dikembangkan setidak-tidaknya satu program loyalitas penting untuk setiap
tahap konsumen. Dua contoh adalah promosi untuk menyambut konsumen
baru yang memotivasi konsumen pertama kali untuk membeli lagi, dan
promosi untuk konsumen berulang yang memicu penjual silang (cross-sell)
terhadap produk dan jasa lain.
7. Identifikasi lima penyebab utama hancurnya loyalitas konsumen perusahaan
anda (penundaan
on hold
yang sering diperoleh para penelepon ketika
mereka menelepon perusahaan anda, kebijakan yang terlalu rumit untuk
pengembalian barang yang dibeli dan sebagainya dan kembangkan rencana
untuk menghilangkannya). Mulailah pelaksanaanya dengan segera.
8. Lanjutkan dengan modifikasi, fine-tune dan course-correct sistem loyalitas
anda. Waktu dan pengalaman langsung merupakan guru terbaik.
2.5 Bank
2.5.1
Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)
sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran
perekonomian. Menurut Simorangkir dalam buku Etika, Bisnis jabatan dan
Perbankan (2004;10) definisi bank sebagai berikut :
Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang
bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian
kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan danadana yang dipercayakan oleh pihak ketiga ataupun dengan jalan
memperedakan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
Menurut Kasmir dalam Manajemen Perbankan (2003;11) pengertian bank
secara sederhana, sebagai berikut :
Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.
Sedangkan pengertian Bank Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun
1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yang dikutip oleh Kasmir
(2003;12), menyatakan perbankan adalah :
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi diatas menjelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan
masalah bidang keuangan. Bank juga merupakan suatu badan usaha yang
menghimpun dana baik modal sendiri maupun dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dalam bentuk kredit.
2.5.2
Kegiatan Utama Usaha Perbankan
Dewasa ini kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di indonesia semakin
berkembang terutama kegiatan bank umum. Kasmir (2003;34)
terdapat tiga
kegiatan utama usaha perbankan, yaitu:
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk :
a. Simpanan Giro (Demand Deposit) yang merupakan simpanan pada bank
dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek atau bilyet giro.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) yaitu simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan
nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku
tabungan kartu ATM atau sarana lainnya.
c. Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan
bilyet deposito atau sertifikat deposito.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk kredit:
a. Kredit Investasi, kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi
yang penggunaannya jangka panjang.
b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan sustu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna
memperlancar transaksi perdagangan.
c. Kredit perdagangan, kredit yang diberikan kepada para pedagang baik agenagen maupun pengecer.
d. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai untuk keperluan pribadi.
e. Kredit produktif, kredit yang digunkan untuk menghasilkan barang atau
jasa.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) antara lain :
a. Menerima setoran-setoran seperti: pembayaran pajak, pembayaran telepon,
pembayaran air, pembayaran listrik, pembayaran uang kuliah.
b. Melayani
pembayaran-pembayaran
seperti:
gaji/pensiun/honorarium,
pembayaran deviden, pembayaran kupon, pembayaran bonus/hadiah.
c. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi: penjamin
emisi (underwriter), penanggung (Guarantor), wali amanat (Truste),
perantara perdagangan efek (Broker),
perdagangan
efek
(Dealer),
perusahaan pengolahan dana (Investment company).
d. Kiriman uang (Transfer) merupakan jasa kiriman uang antar bank baik, baik
antar bank yang sama maupun bank yang berbeda. Pengiriman uang dapat
dilakukan untuk dalam kota, luar kota maupun luar negeri.
e. Inkaso (Collection) merupakan jasa penagihan warkat antar bank yang
berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro atau surat-surat berharga
lainnya yang berasal dari warkat antar bank dalam negeri maupun luar
negeri.
f. Kliring (Clearing) merupakan jasa penarikan warkat cek atau BG yang
berasal dari dalam suatu kota, termasuk transfer dalam kota antar bank.
g. Safe Deposit Box merupakan jasa penyimpanan dokumen, berupa surat-surat
atau benda berharga. Safe Deposit Box lebih dikenal dengan nama safe
loket.
h. Bank Card merupakan jasa penertiban kartu-karu kredit yang dapat
digunakan dalam berbagai transaksi dan oenarikan uang tunai di ATM
(Anjungan Tunai Mandiri) setiap hari.
i. Bank Notes (Valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang asing.
j. Bank Garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada nasabah dalam
pembiayaan proyek tertentu.
k. Referensi bank merupakan surat referensi yang dikeluarkan oleh bank.
l. Bank Draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank.
m. Letter of Credit (L/C) merupakan jasa yang diberikan dalam rangka
mendukung kegiatan atau transaksi ekspor impor.
n. Cek wisata (Travellers Cheque) merupakan cek perjalanan yang bisa
digunakan oleh para turis dan dibelanjakan di berbagai tempat
pembelanjaan.
o. dan jasa lainnya.
2.5.3
Jenis-Jenis Bank
Praktek perbankan di Indonesia saat ini diatur dalam Undang-undang
Perbankan memiliki beberapa jenis bank yaitu dalam undang-undang Perbankan
nomor 10 tahun 1998. menurut Kasmir (2003;20) untuk jelasnya jenis perbankan
dewasa ini dpat ditinjau dari beberapa segi antara lain :
1. Dilihat dari segi fungsinya:
Maksudnya adalah bahwa fungsi atau kegunaannya, hanya yang
membedakan jika Bank Umum memberikan jasa dalam kegiatan pembayaran
seangkan Bank Perkreditan Rakyat tidak memberikan jasa dalam kegiatan
pembayaran.
a. Bank Umum
Sesuai dengan Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah Bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya:
Maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan
dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan sebagai berikut:
a. Bank Milik Pemerintah
Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula.
Contoh Bank milik pemerintah antara lain:
1) Bank Mandiri
2) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
3) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Sedangkan Bank milik pemerintah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan
tingkat II masing-masing provinsi yaitu:
1) PD DKI Jakarta
2) BPD Jawa Barat
3) BPD Jawa Timur
b. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungan diambil oleh swasta pula.
Contoh Bank milik swasta nasional antara lain:
1) Bank Central Asia
2) Bank Lippo
3) Bank Danamon
c. Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik
milik swasta maupun pemerintah suatu negara.
Contoh Bank milik asing antara lain:
1) ABN AMRO Bank
2) City Bank
3) Standard Chartered Bank
d. Bank milik campuran
Bank campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara indonesia.
Contoh Bank milik campuran antara lain:
1) Inter Pacific Bank
2) Sumitomo Niaga Bank
3) Mitsubishi Buana Bank
3. Dilihat dari segi status
Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan
ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah
produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Dalam praktiknya jenis bank
dilihat dari status dibagi kedalam 2 macam yaitu :
a. Bank Devisa
Bank yang berstatus devisa atau bank devisa merupakan bank yang dapat
melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan
mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank non devisa
Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai
izin untuk melakukan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Cara ini dapat diartikan pula sebagai cara penentuan keuntungan yang
akan diperoleh, yang terbagi dalam 2 kelompok:
a) Bank yang berdasarkaan Prinsip Konvensinal
Bank konvesional dalam mencari keuntungan menggunakan 2 metode, yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan maupun deposito.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya bank konvesional menerapkan berbagai
biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi,
sewa, iuran.
b) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah menerapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
2.5.4
Cara Untuk Meningkatkan Layanan Bank
Dengan semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan, maka salah
satu cara untuk tetap bisa bersaing adalah dengan meningkatkan layanan pada
bank tersebut. Menurut Simorangkir (2004;95) Layanan yang cepat, akurat dan
menyenangkan diharapkan oleh setiap nasabah bank. Oleh karena itu ada
beberapa cara untuk meningkatkan layanan bank, antara lain:
1. ATM (Automated Teller Machine)
ATM merupakan sistem pelayanan jasa bank secara elektronok, dimana
nasabah dapat melakukan transaksi keuangan, seperti menarik atau mengambil
contoh uang secara tunai dan melihat saldo rekening giro atau rekening
tabungan tanpa berhadapan lengsung dengan petugas bank, baik di dalam
maupun di luar jam kerja. Untuk ATM biasanya diperlukan peralatan berupa
kartu plasti (Plastic Card) dan kode pengenal diri (Personal Idntification
Card).
2. EFTS (Electronic Fund Transfer System)
Bank terus menyempurnakan dan meningkatkan mekanisme pembayaran dan
penambahan tenaga kerja, alat-alat dan teknologi dimana bank pun harus
mempertimbangkan masalah besarnya biaya. Walaupun ada keuntungan,
tetapi untuk memproses cek-cek yang terus meningkat bank harus
mengembangkan suatu sistem baru yang disebut EFTS (Electronic Fund
Transfer System), sistem pemindahan dana secara elektronik yang berguna
untuk kepentingan bank dan nasabah. Sistem EFTS sangat menguntungkan
karena ongkosnya murah, lebih akurat dan cepat dibanding sistem tradisional.
3. Full Teller System
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan terjadi penggunaan sistem kasir
menjadi sistem teller dan terus berkembang hingga kini menjadi Full Teller
System yang dilandasi dengan peningkatan kecepatan waktu, ketelitian dan
kenudahan pelayanan bagi nasabah dalam melakukan transaksi dengan
banknya. Full Teller System ditunjang oleh sistem manual dan sistem
komputerisasi. Sarana komputer akan membantu tugas teller dalam melayani
dan memberikan informasi kepada nasabah secara cepat, tepat, dan akurat. Ini
berarti komputer hanya bersifat membantu atau menggantikan sebagai peran
dari manusia dalam hal tertentu saja.
2.6 Pengaruh Public Relation Terhadap Loyalitas Nasabah
Setiap kegiatan pemasaran yang ada didalam perusahaan tidak akan luput
dari Public Relation. Public Relation merupakan salah satu alat yang digunakan
perusahaan untuk mengarahkan komunikasi / informasi kepada masyarakat.
Melalui informasi yang diberikan tersebut maka tercipta komunikasi dua arah
antara perusahaan dengan masyarakat yang tujuannya adalah untuk membangun
keyakinan dan image masyarakat tentang perusahaan.
Public Relation dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi dan
mengingatkan kepada masyarakat akan produk dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2007:276), yaitu:
Public Relation meliputi berbagai program yang dirancang untuk
mempromosikan atau melindungi citra perusahan atau masingmasing produknya.
Lalu salah satu cara untuk melakukan hubungan masyarakat dengan
publisitas ialah dengan melakukan kegiatan, Duncan mendefinisikan pengertian
Event ( 2005:14 ) yaitu :
financial support of an organization, person, or activity in exchange for
brand publicity and association.
Dalam buku yang sama Duncan (2005:613) menambahkan pendapatnya
bahwa eventsponsorship menambah nilai pada merek. Maka dengan melakukan
program ini maka, perusahaan akan melakukan sebuah cara dengan bekerja sama
dengan pihak lain agar perusahaan mampu membangun dan menguatkan citra
mereknya di mata konsumen.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan Public
Relation adalah sebuah kegiatan pemasaran yang terencana untuk mempengaruhi
pandangan masyarakat dan sikap masyarakat untuk membeli / menggunakan
produk yang dikeluarkan perusahaan.
Oleh sebab itu kegiatan Public Relation sangat mempengaruhi loyalitas
nasabah untuk menggunakan produk atau jasa perusahaan. Kegiatan Public
Relation yang berhasil akan mengakibatkan loyalitas nasabah, sebaliknya apabila
jika nasabah tidak merasa puas terhadap pelayanan yang ada, maka nasabah akan
meninggalkan perusahaan untuk mencari dan mencoba produk/jasa sejenis dari
perusahaan lain dan kemungkinan membandingkannya atau mereka benar-benar
pergi meninggalkan perusahaan dan tidak akan kembali lagi. Satu hal yang perlu
diketahui apabila nasabah melepaskan diri karena merasa tidak puas, maka bisa
jadi mereka akan menyebabkan citra yang buruk yang nantinya akan berdampak
pada kelangsungan hidup perusahaan karena banyak perusahaan mengandalkan
kepuasan pelanggan sebagai jaminan keberhasilan dikemudian hari. Maulana
(http://www.swa.co.id) menjelaskan bahwa seorang nasabah dikatakan loyal
apabila ia mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk menggunakan/membeli
lagi secara rutin sebuah produk/jasa. Cara membentuk loyalitas tentunya harus
dimulai dengan memberikan kualitas produk/jasa yang unggul atau superior,
sehingga nasabah merasa puas dengan pengalaman mengkonsumsinya.
Cutlip et al. (1985) mendefinisikan public relation sebagai "fungsi
manajemen yang mengidentifikasi, mendirikan, dan mempertahankan hubungan
saling menguntungkan antara organisasi dan berbagai masyarakat yang
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan". Selain itu, menurut ringkasan hasil
empiris dari beberapa penelitian, persepsi konsumen tentang hubungan
perusahaan dengan masyarakat akan mempengaruhi kepuasan konsumen untuk
mengevaluasi, niat perilaku dan perilaku aktual. Hasil tersebut tampak jelas dalam
hubungan bank-nasabah (Brüning, 2000; Brüning dan Ledingham, 2000) di
mana pelanggan yang tetap memiliki lebih tinggi tingkat persepsi terhadap PR dan
kepuasan dibandingkan dengan mereka yang pergi.
Loyalitas pelanggan yang lebih tinggi berarti menjadikan pangsa pasar
yang lebih tinggi dan kemampuan untuk dapat menuntut harga yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan pesaing (Chaudhuri dan Holbrook, 2001). Loyalitas
pelanggan yang meningkat juga dapat membantu biaya pemasaran yang lebih
rendah, mendapatkan lebih banyak pelanggan, dan berpengaruh dalam
mengefektifkan operasi perdagangan (Aaker, 1997). Selain itu, pelanggan setia
membawa pengaruh positif dengan mempromosikan produk tersebut dari mulut
ke mulut dan menutup peluang strategi promosi pesaing (Dick dan Basu, 1994)
dan menghasilkan keuntungan perusahaan lebih tinggi (Fornell dan Wernerfelt,
1988; Reichheld et al., 2000). Hasil ini membuat indikator keberhasilan yang
paling dapat diandalkan dalam suatu organisasi (Zeithaml et al., 1996).
Download