Pajak adalah kontribusi wajib

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut undang – undang no 16 tahun 2009 pasal 1 ayat (1): Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak menjadi sumber penerimaan pendapatan yang paling
penting bagi suatu negara untuk menjalankan roda pemerintahan tak terkecuali
indonesia.
Di Indonesia Pajak menjadi sumber utama penghasilan untuk mendapatkan
masukan dana untuk melaksanakan program – program pembangunan selain dari
pendapatan di luar pajak , sehingga tidak hanya di indonesia di negara – negara
berkembang di dunia pun menjadikan pendapatan pajak sebagai salah satu fokus
utama penerimaan negara.
Namun arti pajak sendiri di persepsikan berbeda antara pemerintah dan
perusahaan. Bagi pemerintah pajak merupakan sumber pendapatan negara, namun
bagi perusahaan pajak merupakan beban yang di tanggung dan mengurangi laba
bersih , sehingga membuat perusahaan berupaya untuk mengurangi atau
meminimalisir pengeluaran untuk membayar pajak dengan cara yang ilegal atau
pun legal , di mana perusahaan akan berusaha untuk membayar pajak dengan
jumlah yang lebih kecil di banding dengan seharusnya.
1
Berikut adalah penerimaan pajak tahun 2011 – 2014 :
Tabel 1. 1
Penerimaan Pajak
Tahun
( dalam Milyar Rupiah )
Penerimaan
Target
Pencapaian %
2011
874
879
99,4
2012
981
1.016
96,4
2013
1.077
1.148
93,8
2014
1.143
1.246
91,7
Sumber : okezone.com
Dari uraian di atas menunjukan bahwa penerimaan pajak negara pada tahun
2011 hanya mencapai 99,4% , pada tahun 2012 pencapaian 96,4% , pada tahun 2013
pencapaian 93,8% dan pencapaian pada tahun 2014 mencapai 91,7% dari data
tersebut pencapaian pajak yang diingkan oleh pemerintah belum dapat direalisasi
sepenuhnya bahkan dari penerimaan pajak yang didapat dari tahun 2011 hingga
tahun 2014 terlihat bahwa pencapaian target pendapatan pajak yang diingkan
cenderung mengalami penurunan pada setiap tahunnya , sedangkan untuk
melaksanaan program pembangunan infrastruktur pajak merupakan pendapatan
negara yang sangat penting selain pendapatan lainnya, maka derektorat pajak
seharusnya dapat mengoptimalkan penerimaan pajak sehingga pendapatan pajak
dapat memenuhi target yang diinginkan oleh pemerintah agar rencana – rencana
pembangunan yang telah disusun dapat segera dilaksanakan.
Menurut Slemrod (2004) dalam Jesica,dkk (2014) berpendapat bahwa
agresivitas pajak merupakan aktivitas yang spesifik, yang mencakup transaksitransaksi, dimana tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban pajak
2
perusahaan. Zuber (2013) dalam Jesica,dkk (2014) menyatakan di antara
penghindaran dan penggelapan pajak, terdapat grey area yang potensial untuk
agresivitas. Grey area ini ada karena ada tax shelter (usaha untuk meminimalkan
pajak yang harus dibayar atas penghasilan saat ini) diluar semua transaksi pajak
baik yang diijinkan menurut hukum perpajakan maupun tidak. Tidak ada garis yang
jelas di antara penghindaran dan penggelapan pajak karena tidak ada penjelasan
yang cukup untuk semua transaksi. Disamping itu, transaksi agresive dan
pembuatan keputusan dapat berpotensi sebagai penghindaran pajak maupun
penggelapan pajak. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan keuntungan
semata, tetapi juga melihat lingkungan tempat berjalannya usaha. Hubungan antara
organisasi dan komunitas bukanlah sekedar soal bertetangga, hubungan ini lebih
tepat dipandang sebagai wujud tanggungjawab sosial organisasi atau perusahaan
atau dalam istilah populernya saat ini disebut sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR). Cara perusahaan menginformasikan telah melakukan CSR
adalah melalui pengungkapan CSR.
Pengungkapan CSR adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan
lingkungan atas tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu
dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Gray et. Al.,(1987)
dalam Jesica,dkk (2014). Terdapat ketentuan dalam pasal 66 ayat 2c UU no. 40
tahun 2007, yang menyatakan bahwa semua perseroan wajib untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan.
Leverage merupakan nama lain dari rasio utang. Rasio ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban dalam
3
bentuk utang terhadap modal yang dimiliki perusahaan. Ozkan (2001) dalam
Krisnata (2012) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak
tinggi akan memiliki utang yang tinggi pula, sehingga perusahaan sengaja berutang
tinggi untuk mengurangi beban pajak. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage
yang tinggi akan menambah keingingan perusahaan untuk melanggar perjanjian
kredit sehingga perusahaan akan mengungkapkan laba sekarang lebih tinggi.
Selain dua faktor diatas dapat pula menggunakan likuiditas. Likuiditas
sebuah perusahaan diprediksi akan mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan.
Krisnata, (2012) dalam Fitria (2015) Suatu perusahaan memiliki suatu tingkat
likuiditas yang makin besar jika jumlah aktiva-aktiva lancarnya jauh lebih besar
dari pada jumlah hutang - hutang lancarnya yang harus segera dipenuhi. Dengan
demikian, jika tingkat likuiditas perusahaan tinggi, maka perusahaan akan
membayar pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Sebuah
perusahaan yang ukuran/skalanya besar dan sahamnya tersebar luas memiliki
kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha tersebut didukung oleh aset yang
besar, sehingga kendala perusahaan yang berhubungan dengan aset dapat diatasi
Nur alizna, (2009) dalam Fitria (2015). Kamila (2013) dalam Fitria (2015)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan
agresivitas pajak. Hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan besar memiliki
jumlah laba sebelum pajak yang besar dan memiliki insentif serta sumber daya
yang lebih besar untuk melakukan manajemen pajak.
4
Faktor
terakhir
dari
penelitian
ini
adalah
proporsi
komisaris
independen ,menurut Lanis dan Richardson (2011) dalam Irvan (2015) menyatakan
bahwa proporsi komisaris independen dapat menekan perilaku pajak agresif
perusahaan. Kehadiran komisaris independen juga diprediksi akan memengaruhi
agresivitas pajak perusahaan. Menurut Fama & Jensen (1983) dalam Krisnata
(2012) semakin banyak komisaris independen maka pengawasan terhadap kinerja
manajer di anggap lebih efektif. Dengan adanya pengawasan yang ketat dari
komisaris independen maka akan mengurangi kesempatan manajer untuk berlaku
agresif terhadap pajak perusahaan. Manajer melakukan agresivitas pajak
perusahaan karena adanya kepentingan untuk meningkatkan laba perusahaan
dengan cara mengurangi beban perusahaan termasuk beban pajak.
Berbagai penelitian telah di lakukan sebelumnya mengenai pajak agresif
dan di peroleh pendapat yang berbeda – beda. Berikut adalah ringkasan hasil
penelitian terdahulu yang di ringkas dalam bentuk tabel research gap
5
Tabel 1. 2
Ringkasan Reseach Gap
Variabel
Dependen
No
Independen
1.
2.
Corporate
social
responsibilty
Leverage
3.
Likuiditas
4.
Ukuran
perusahaan
Manajemen
laba
Proporsi
komisaris
independen
Capital
intensity
Research &
development
intensity
Return on
assets
Inventory
capacity
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Hasil penelitian
Fitri anita m Irvan tiaras
( 2015 )
dan
henryanto
wijaya
( 2015 )
Tidak
berpengaruh
-
-
Tidak
berpengaruh
Dwi
ratmono &
Winarti
monika
sagala
( 2015 )
Berpengaruh
positif
Tidak
berpengaruh
Berpengaruh
Tidak
berpengaruh
Tidak
berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
positif
Berpengaruh
negatif
-
Berpengaruh
-
-
-
Berpengaruh
signifikan
Tidak
berpengaruh
Berpengaruh
positif
Berpengaruh
negatif
Tidak
berpengaruh
-
Berpengaruh
negatif
-
-
-
-
-
-
Berpengaruh
-
-
-
Tidak
berpengaruh
Berpengaruh
positif
-
-
-
-
-
-
-
Tidak
berpengaruh
-
Tidak
berpengaruh
Agresivitas
pajak
-
Krisnata dwi
suyanto dan
Supramono
( 2012 )
Jessica dan
agus arianto
toly ( 2014 )
Berpengaruh
positif
Sumber : dari berbagai jurnal pendukung
Berdasarkan ringkasan peneitian di atas , diperoleh hasil yang berbeda.
Menurut Fitri (2015) dan Jesica,dkk (2014) menyatakan pendapat yang sama bahwa
CSR tidak mempunyai pengaruh terhadap agresivitas pajak , sedangkan Dwi,dkk
(2015) menyatakan hal yang berbeda bahwa CSR mempunyai pengaruh positif
terhadap agresifitas pajak.
Dalam penelitian Fitri (2015) dan Irvan,dkk (2015) menyatakan pendapat
yang sama bahwa leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap agresivitas pajak,
pendapat ini berbeda dengan penelitian Jesica,dkk (2014) yang mengemukakan
6
pendapat bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak dan
Krisnata,dkk (2012) mengemukakan pendapat bahwa leverage mempunyai
pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
Dari penelitian Fitri (2015) menyatakan pendapat bahwa likuiditas
mempunyai pengaruh terhadap agresivitas pajak dan Krisnata,dkk (2012)
mengatakan dalam penelitiannya bahwa likuiditas mempunyai pengaruh negatif
terhadap agesivitas pajak , hal ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh
Irvan,dkk yang menyatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap
agresivitas pajak.
Penelitian yang sama di lakukan oleh Fitri (2015) dan Jesica,dkk (2014)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
agresivitas pajak, sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Dwi,dkk (2015)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dengan
agresivitas pajak.
Sedangkan untuk proposi komisaris independen juga menghasilkan
perbedaan pendapat. Menurut Irvan,dkk (2015) mengemukakan pendapat bahwa
proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ,
sedangkan dalam penelitian Krisna,dkk (2012) mengatakan bahwa proporsi
komisaris independen mempunyai pengaruh yang negatif terhadap agresivitas
pajak.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Fitria Anita M
(2015) ada pun kelebihan dari penelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu dalam
penelitian ini menggunakan lima variabel independen yakni corporate social
7
responsibility, leverage, likuiditas, ukuran perusahaan ,dan proporsi komisaris
independen dengan masa penelitian lima tahun dari tahun 2011 – 2015 . Lebih
banyak dari pada penelitian Fitria Anita M ( 2015 ) yang hanya menggunakan empat
variabel independen dengan masa penelitian empat tahun dari tahun 2010 – 2013 .
Berdasarkan perbedaan penelitian sebelumnya penulis ingin mengetahui lebih
jauh mengenai corporate social responsibility , leverage , likuiditas , ukuran
perusahaan , proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas
pajak , maka penulis membuat judul : “ Faktor – faktor yang mempengaruhi
Agresivitas Pajak ( Studi empiris pada Perusahaan Manufaktur periode 2011
– 2015 “.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas terdapat perbedaan hasil penelitian yang di susun
dalam research gap menunjukan bahwa masih di perlukan penelitian secara
berkelanjutan dengan permasalahan target penerimaan pajak yang selalu tidak
mencapai target , sehingga peneliti ingin mengkaji masalah agresivitas pajak
terutama di perusahaan manufaktur. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah
1) Apakah corporate sosial responsibility perusahaan berpengaruh terhadap
agresivitas pajak ?
2) Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak ?
3) Apakah likuiditas berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
8
5) Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas
pajak ?
1.3 Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka peneliti ingin menganalisis lebih jauh
mengenai corporate social responsibility , leverage , likuiditas , ukuran
perusahaan , proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak
pada perusahaan manufaktur yang ada di bei dari tahun 2011 – 2015.
1.3.2 Mamfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi bidang akademik, penelitian ini dapat berkontribusi terhadap literatur
penelitian terkait dengan pengungkapan csr, leverage ,likuiditas, ukuran
perusahaan , proporsi komisaris independen dan agresivitas pajak.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat bermamfaat untuk mengatur manajemen
yang baik dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang
tepat dan mengerti tanggung jawab untuk membayar pajak sesuai dengan jumlah
yang semestinya di bayarkan.
3. Bagi pihak regulator, seperti direktorat jenderal pajak, penelitian ini
menyediakan wawasan penting bagi para pembuat kebijakan pajak yang berusaha
untuk mengidentifikasi keadaan di mana risiko agresivitas pajak perusahaan lebih
tinggi.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional
Dalam penelitian ini menggunakan enam variabel yang terdiri atas satu
variabel terikat (dependen) dan lima variabel bebas (independen). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah Agresivitas Pajak sedangkan untuk variabel bebas
terdiri dari Corporate social responsibility , Leverage, likuiditas , ukuran
perusahaan dan proporsi komisaris independen. Definisi dari masing – masing
tersebut adalah sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
dependen dan variabel independen.
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen / variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau
variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen bisa
dilambangkan dengan Y. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Agresivitas Pajak. Agresivitas pajak adalah keinginan perusahaan untuk
meminimalkan beban pajak yang dibayar dengan cara yang legal, ilegal,
maupun kedua-duanya. Variabel ini diukur dengan menggunakan Cash
Effective Tax Rates (CETR).proksi CETR dapat dihitung dengan rumus :
CETR = Pembayaran Pajak Penghasilan
Laba Sebelum Pajak
b. Variabel Independen (X)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini menggunakan lima variabel
independen, yaitu :
1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (bukan hanya) perusahaan adalah
memiliki tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas, dan lingkunagn dalam segala aspek operasional. Corporate Social
Responsibility yang diproksikan ke dalam pengungkapan CSR. Penelitian ini
menggunakan check list yang mengacu pada indikator Global Respoting Initiative
yang diperoleh dari website http://www.globalreporting.org. Sebuah kerangka
pelaporan untuk membuat Sustainability report yang terdiri atas prinsip – prinsip
pelaporan keuangan , paduan pelaporan dan standart pengungkapan dengan
menggunakan 79 pengungkapan yang meliputi kinerja ekonomi (EC), kinerja
Lingkungan (EN), Tenaga kerja (LA) , HAM (HR), Masyarakat (SO), Tanggung
Jawab (PR).
Pengukuran ini dilakukan dengan mencocokkan item pada check list dengan
item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item y diungkapkan maka diberikan
nilai 1, jika item y tidak diungkapkan maka diberikan nilai 0 pada check list. Setelah
mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh perusahaan di dalam laporan
tahunan, serta mencocokkannya pada check list, hasil pengungkapan item yang
diperoleh dari setiap perusahaan dihitung indeksnya dengan proksi CSRI. Adapun
rumus untuk menghitung CSRI sebagai berikut:
CSRIj = ∑Xyi
ni
CSRIi : Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan i.
ΣXyi : nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak diungkapkan.
ni : jumlah item untuk perusahan i, ni ≤ 79.
2. Leverage
Leverage adalah bagian sumber pendanaan untuk operasional maupun investasi
yang berasal dari luar perusahaan (Tumirin,2003) dalam penelitian Titik (2010) .
Leverage dapat diartikan sebagai pertambahan total pendapatan nasional terhadap
suatu pertambahan dalam pengeluaran – pengeluaran inisial.Variabel leverage
dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan sebagai berikut (Fitri,2015) :
Leverage = Total utang
Total Aset
3. Likuiditas
Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi menunjukan tingginya kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek (Fitri,2015) atau bisa disebut
sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan seluruh
komponen yang ada di aktiva lancar dengan di pasiva lancar untuk menunjukan
kemampuan perusahaan dalam membiayai atau membayar serta memenunuhi
kewajiban/utang pada saat penagihan (Titik,2010).Wallace et,al (1994) dalam Fitri
(2015) menyatakan bahwa kesehatan suatu perusahaan yang di cerminkan dengan
tingginya rasio likuiditas berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan yang
diukur menggunakan pengukuran :
Liqit = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
4. Ukuran Perusahaan
Menurut Agnes Sawir (2004:101) Ukuran perusahaan adalah determinan dari
struktur keuangan. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Ukuran perusahaan juga dapat
diartikan besar atau kecilnya perusahaan yang tercemin dari total assetsnya.
Menurut Fitri (2015) ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang ada
dalam perusahaan. Log Of Total Assets digunakan untuk mengurangi perbedaan
signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan perusahaan yang
terlalu kecil , maka nilai total aset dibentuk menjadi logaritma natural yang
bertujuan untuk membuat data total Asset terdistribusi normal :
SIZE = Ln Of Total Assets
5. Proporsi Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak mempunyai
hubungan afiliasi dengan anggota komisaris lainnya,anggota dewan direksi dan
pemegang saham pengendali , komisaris independen juga dapat merangkap sebagai
ketua komite audit dalam karangan (Mohamad Samsul,2006)
Proporsi komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator
presentasie anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan seluruh
anggota dewan komisaris independen (Liu dan Cau,2007) dalam Irvan,dkk (2015)
Proporsi Komisaris Independen = Jumlah Komisaris Independen
Total Dewan Komisaris
Berikut ini adalah tabel definisi operasional variabel:
Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel
No
1
Variabel
Corporate
Social
Responsibility
Definisi
Komitmen
perusahaan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan komunitas
melalui praktik bisnis yang
baik
dan
mengkontribusikan
sebagian sumber daya
perusahaan
Pengukuran
Sumber
mencocokkan Fitri , 2015
item
pada
check
list
dengan item
yang
diungkapkan
perusahaan
2
Leverage
pertambahan
total Total hutang Fitri , 2015
pendapatan
nasional Total aset
terhadap
suatu
pertambahan
dalam
pengeluaran – pengeluaran
inisial
3
Likuiditas
kemampuan dari suatu
operasi untuk berjumpa
dalam obligasi jangka
pendek bagi pembayaran
kembali hutang tanpa
kesulitan
4
Ukuran
Perusahaan
determinan dari struktur natural
keuangan
logarithm
total assets
5
Proporsi
Komisaris
Independen
Aktiva
Lancar
Hutang
Lancar
Fitri ,2015
Fitri , 2015
Anggota komisaris yang Komisaris
Irvan
tidak memiliki hubungan Independen
2015
afiliasi dengan anggota Total Dewan
yang lain dan merangkap Komisaris
juga sebagai ketua komite
audit
Sumber : Dibentuk dan diolah berdasarkan penelitian terdahulu
,
3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penetuan Sampel
3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel
Objek penelitian ini terdiri dari laporan Annual Report lengkap dari semua
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2015
dengan Corporate Social Responsibility , Leverage , Likuiditas , Ukuran
Perusahaan dan Proporsi Komisaris Independen .BEI dipilih karena perusahaan
yang terdaftar di BEI merupakan perusahaan publik yang diwajibkan untuk
melakukan audit atas laporan keuangan mereka agar informasi yang disajikan
menjadi relevan dan reliable bagi stakeholders
3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan Annual Report tahunan dan
dipublikasikan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 sebanyak 35
perusahaan.
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sample yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sampel dipilih dengan menggunakan metode penyampelan bersasaran
(Purposive sampling). Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2011 sampai dengan 2015.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan dan mempublikasikan Annual
Report dan data keuangan lengkap dari tahun 2011 - 2015.
3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.
4. Perusahaan manufaktur yang nilai cash effective ratenya kurang dari 1
( CETR <1).
5. Perusahaan manufaktur tersebut menggunakan nilai mata uang rupiah
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang
dimaksud adalah Annual Report tahunan perusahaan yang telah diaudit dan
memenuhi kriteria Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber eksternal,
yaitu data Annual Report perusahaan kepada BEI AR periode tahun 2011 hingga
tahun 2015.
3.3.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data base
laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI. Website BEI yaitu
www.idx.com.
3.4. Teknik Pengambilan Data
Data yang telah dikumpulkan dengan mempelajari data – data yang telah
diperoleh kemudian mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat
memberikan interprestasi pada hasil-hasil tersebut Data yang digunakan adalah
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari database Annual Report yang
tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai tahun 2015.
Kegiatan dalam analisis data meliputi : pengelompokan data tiap variabel yang
diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diteliti.
3.5. Metode Analisis
Model Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model regresi
Linear berganda. yang dirumuskan sebagai berikut :
APit = β1 CSRIit + β2 LEVit + β3 Liqit + β4 SIZEit + β5 KIit + e
Dimana :
Apit
= Agresivitas pajak perusahaan i pada periode t yang dihitung dengan
menggunakan model ETRit
β1,2,3,4,5 = Koefisiens Variabel
CSRIit = Pengungkapan item CSR perusahaan i tahun ke-t
LEVit = Leverage dari perusahaan i pada periode ke t
Liqit
= Likuiditas dari perusahaan i pada periode ke t
SIZEit = Ukuran Perusahaan
KIit
= Proporsi Komisaris Independen
e
= Standart Error
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu menguji model regresi
dengan uji asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa model regresi
yang dilakukan tidak terdapat masalah Normalitas Data , multikolinearitas ,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan Koefisien Determinasi.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata – rata (mean), standar devisiasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2016:19).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti yang
diketahui bahwa uji t dan F mengamsumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal (Ghozali, 2016:154).
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
kolerasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel – variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Uji ini dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance
inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya , Jadi nilai tolerance yang sama rendah sama dengan VIF yang
tinggi (karena VIF =1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukan adanya multikoloniertas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama
dengan nilai VIF > 10. (Ghozali,2016:103).
3.5.2.3 Uji Autokolerasi
Uji ini berfungsi untuk menguji apakah dalam model linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi , maka dinamakan problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data urut waktu / times series ( Ghozali, 2016:107)
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. ( Gozhali,
2016:134)
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
menggunakan uji gletser. Jika Variabel independen secara statistik memperngaruhi
variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedasitas (Ghozali,
2011:138)
3.5.3 Uji Hipotesis
3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah independen yang dimasukkan ke dalam model. Karena dalam penelitian ini
menggunakan banyak variabel independen, maka nilai Adjusted R2 lebih tepat
digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen.
3.5.3.2 Uji Simultan ( F test)
Uji ini pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama
terhadap variabel dependen/ terikat. Berbeda dengan uji t yang menguji signifikansi
koefisien parsial regresi secara individu dengan uji hipotesis terpisah bahwa setiap
koefisien regresi sama dengan nol. Uji F menguji jint hipotesia bahwa b1,b2,b3
secara simultan sama dengan nol atau :
H0 : b1 = b2 = ...........=bk = 0
HA: b1 ≠ b2 ≠........≠bk ≠ 0
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
-
Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 adapat ditolak pada
derajat kepercayaan 5% dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif
yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan
signifikan mempengaruhi variabel independen.
-
Membandingkan nilai F hasil hitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila F
hitung lebih besar daripafa F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
(Ghozali, 2016:98).
3.5.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji t)
Uji t pada dasarnya untuk menunjuk seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apabila satu parameter (bi)
sama dengan nol, yaitu:
H0 : bi= 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter
suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :
HA : bi ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Cara melakukan uji t adalah sbb:
-
Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan
derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat
ditolak jika nilai t lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata lain
kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi dependen.
-
Membandingkan nilai statistik t dengan kritis menurut tabel. Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali,
2016:97).
Download