1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan

advertisement
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masyarakat merupakan ruang lingkup yang luas dalam kehidupan. Bermacammacam karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu,
membentuk keragaman dan kebersamaan dalam masyarakat yang tidak akan bisa
dihilangkan. Keragaman masyarakat juga termasuk ke dalam budaya yang tidak akan
sama di setiap negara. Setiap negara memiliki budaya masing-masing yang akan
menjadi ciri khas atau keunikkan tersendiri. Namun pada dasarnya, masyarakat di
belahan dunia mana pun tetaplah manusia yang membutuhkan orang lain. Seperti
diungkapkan Kluytmans (2006:72) tentang teori Alfred Adler bahwa manusia
merupakan mahluk sosial.
Konsep bahwa setiap manusia selalu membutuhkan keberadaan orang lain juga
mengisi rantai kehidupan yang tidak akan bisa dihilangkan dari masyarakat. Hal ini
berlandaskan pernyataan bahwa manusia akan kesulitan jika hidup sendiri dan tidak
membutuhkan bantuan orang lain, karena semua mengarah pada inti kehidupan yang
disebut dengan istilah timbal balik. Hal ini bertujuan supaya manusia bisa diterima
dalam suatu masyarakat luas dan hidup saling berdampingan dalam suasana harmonis.
Kluytmans (2006:81) juga mengatakan bahwa hidup kebersamaan memiliki makna
yang abstrak, sehingga akan ada ketergantungan antara manusia yang satu dengan yang
lainnya, untuk bisa hidup. Pada dasarnya manusia akan lebih banyak belajar mengenai
hidup melalui orang lain, selain keluarga. Dengan demikian untuk hidup bersama
sebagai masyarakat, manusia harus saling bisa melengkapi satu sama lain.
1
Hubungan timbal balik diterapkan untuk bisa menjaga keserasian dalam hidup. Tidak
hanya untuk melengkapi kodrat manusia sebagai mahluk sosial, namun juga untuk
membuat manusia bisa berkembang sebagai individu yang bisa menghargai jasa orang
lain. Terutama melalui pemberian baik berupa barang atau pun dalam bentuk bantuan.
Pemberian barang atau bantuan merupakan suatu penghargaan atas hadiah atau
kebaikan yang telah diberikan oleh seseorang pada orang lain. Namun tidak hanya
berarti itu saja. Untuk bisa diterima dalam suatu kelompok masyarakat, setiap individu
harus bisa memberikan sesuatu yang menyatakan bahwa individu tersebut menghormati
keberadaan orang lain dan berharap mendapat perlakuan baik dari individu lain. Dengan
demikian bisa terjalin suatu hubungan timbal balik yang baik.
Pada penerapan dalam hubungan timbal balik, setiap manusia tidak hanya dituntut
untuk menerima dan menjaga pemberian orang lain, tetapi juga harus menghargainya
melalui balasan atas apa yang sudah diberikan orang lain tanpa memperhitungkan biaya.
Oleh sebab itu, pemberian yang telah orang lain berikan merupakan hutang yang harus
dibayar atau disebut dengan balas budi.
Pemberian sebagai balas jasa atau pun bukan, dalam berbagai situasi seperti sedih
ataupun bahagia, tetaplah merupakan sebuah hutang yang harus dibayarkan. Si penerima
pemberian bisa membalas jasa atau barang yang telah diberikan dalam jangka waktu
yang ditentukan ataupun tidak ditentukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pandangan masyarakat yang akan menganggap rendah seseorang yang tidak membalas
jasa atau pemberian orang lain.
Dalam masyarakat, setiap manusia sebagai individu memiliki hak dan kewajiban
masing-masing atau personal, yang mendasari hubungan timbal balik demi keserasian
hidup bersama.
2
Pada dasarnya hak setiap individu dalam masyarakat luas adalah sama. Hak yang
paling mendasari setiap individu adalah hak untuk hidup secara bebas. Dalam hal ini
membuktikan bahwa setiap individu manusia memang berhak untuk melakukan apa saja
dan menentukan pilihan yang dianggap paling baik dalam setiap kehidupannya.
Termasuk hak untuk menolak memberikan sebuah penghargaan pada orang lain. Namun
tentu saja akan memiliki dampak yang tidak baik bagi perkembangan kehidupannya
karena kemungkinan terburuk adalah tidak bisa diterima dalam suatu masyarakat.
Berbeda dengan kewajiban yang memiliki arti harus dilakukan. Menurut Bagus
(2005:1168) wajib atau kewajiban memiliki pengertian tugas, keharusan berbuat atau
bertindak sesuai dengan suatu cara yang tertentu yang dikenakan oleh hukum, kesadaran
moral, prinsip etik, janji, komitmen sosial dan lain-lain.
Kata wajib itu sendiri berasal dari bahasa Inggris obligation dan latin obligare yang
memiliki arti tanggungan. Kewajiban setiap orang tidaklah sama, namun bisa menjadi
sama ketika seorang manusia termasuk dalam kelompok tertentu, seperti misalnya
pelajar yang memiliki kewajiban untuk belajar. Namun kewajiban itu sendiri memiliki
berbagai macam konteks. Kewajiban dalam keluarga tidaklah sama dengan kewajiban
untuk negara sendiri, karena itu sebagai individu harus bisa menjalankan setiap
kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dan sekuat tenaga untuk memenuhi
kewajibannya agar tidak menimbulkan omongan miring dari masyarakat lain. Hal ini
penting dilakukan supaya individu tersebut dianggap dan diterima dalam sebuah
masyarakat, dan keberadaannya diakui oleh banyak orang.
Kewajiban seorang suami dan istri adalah berbeda. Jika kewajiban suami adalah
bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan keluarga dengan mencari nafkah, maka
kewajiban sebagai seorang istri adalah bertanggung jawab mengurus rumah dan anak3
anak. Sementara kewajiban seluruh keluarga adalah menjaga nama baik keluarga itu
sendiri agar jangan tercemar oleh suatu perbuatan menyimpang. Karena kehidupan
masyarakat Jepang berpangkal pada kelompok dan kelompok yang paling mendasar
adalah keluarga itu sendiri.
Pada dasarnya kehidupan modern masyarakat Jepang dewasa ini tidak pernah terlepas
dari cara-cara tradisional Jepang yang turut membentuk kekuatan sosialnya. Termasuk
juga beberapa konsep yang dianut oleh masyarakat, seperti misalnya giri dan gimu.
Menurut Nelson (2006:725) giri dan gimu memiliki arti yang hampir sama karena
keduanya memiliki kanji gi ( 義 ) yang sama, yaitu tanggung jawab. Dimana tanggung
jawab berarti memiliki makna kesiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah
diberikan. Namun giri merupakan kewajiban untuk membalas pemberian barang atau
kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, sementara gimu lebih bisa dikatakan sebagai
kesalehan dimana akan mendorong seseorang yang memiliki hutang budi untuk bisa
menunjukkan kesetiaannya pada orang yang memberikan bantuan. Hal ini dikarenakan
orang tersebut tidak bisa membalaskan giri kepada si pemberi bantuan, namun ketika ia
ingin membalaskan hutang budinya tidak ada jangka waktu yang menentukan sampai
kapan ia harus membalas hutang tersebut. Dengan kata lain gimu dan giri memiliki
persamaan dan juga perbedaan. Meskipun demikian keduanya adalah tanggung jawab
sosial yang tetap harus dilakukan untuk dapat membuat keseimbangan dan timbal balik
dalam hidup.
Giri sendiri memiliki dua kategori, yaitu : giri untuk dunia dan giri untuk menjaga
nama seseorang. Giri untuk dunia diandaikan sebagai pemberian pinjaman uang atau
pertolongan pada orang sekitar yang tidak memiliki hubungan darah atau keluarga. Giri
4
untuk nama baik seseorang dimaksudkan agar setiap orang bisa menjaga nama baik
individu lainnya. Hal semacam ini juga dikatakan sebagai self respect. Konsep giri ini,
menurut De Mente (1997:4), sudah berlangsung sejak zaman Feodal dan terus berlaku
hingga sekarang dan memegang peranan penting dalam mengatur hubungan antara umat
manusia.
Apabila seseorang tidak melakukan giri, maka terdapat kemungkinan bahwa
seseorang itu akan dikucilkan karena dianggap tidak menaruh hormat pada orang lain.
Meskipun sebenarnya dalam giri bisa ditemukan unsur keterpaksaan yang secara tak
langsung telah membebani seseorang untuk bisa melakukan balas jasa. Menurut Abe
(1997) dikatakan bahwa giri bisa digambarkan sebagai perngorbanan yang mendalam
terhadap atasan. Sementara itu dalam Nihon Kokugo Daijiten (1993:456) dituliskan
bahwa giri disimpulkan sebagai hutang budi, menjaga nama baik, kewajiban-kewajiban
yang harus dijalankan dalam hubungan manusia. Artinya jika seseorang telah menerima
sesuatu baik barang ataupun tindakan, ia harus bisa membalas kebaikan tersebut
meskipun dalam jangka waktu yang sangat lama.
Begitu pula dengan gimu yang juga memiliki dua kategori yang mengadaptasi sebuah
konsep dari masyarakat di China. Bagian pertama adalah chu, yang berarti gimu
seseorang pada pemerintah dan hukum Jepang, sedangkan yang kedua adalah koo, yang
berarti kewajiban kepada keluarga atau orangtua (Benedict, 1996:117). Kedua bentuk
gimu tersebut tidak membutuhkan syarat apa pun dalam menjalankannya. Disamping itu,
pembayaran gimu yang tanpa batas, pembayarannya tidak akan pernah bisa sama dengan
pemberian atau hutang yang pernah diberikan.
Gimu juga merupakan kesetiaan dan tanggung jawab tanpa batas kepada sebuah
kelompok tertentu (keluarga atau Negara), merupakan penjelasan yang tidak tertulis atau
5
moral yang tidak mengikutsertakan unsur keterpaksaan yang melapisi kebersamaan
kelompok dan mengusahakan tindakan keamanan.
Kedua konsep tradisional yang sudah begitu meluas di kalangan masyarakat Jepang
ini, masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Terdapat dalam Japanese Mind
(2002:97) bahwa konsep giri berlanjut hingga sekarang dan memainkan peranan penting
dalam masyarakata kontemporer. Sementara itu menurut Sendra (2008:31) dikatakan
bahwa gimu merupakan kewajiban terhadap leluhur yang bisa tampak dalam pemujaanpemujaan ataupun matsuri yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat
Jepang. Bahkan kedua konsep tersebut tak jarang muncul dalam beberapa drama, salah
satunya drama Ichi Rittoru no Namida.
Drama yang mengandung giri dan gimu ini menceritakan tentang seorang Ikeuchi
Aya (15 tahun) yang memiliki penyakit sehingga membuat dirinya sangat membutuhkan
bantuan dan pertolongan dari orang lain yang kemudian menimbulkan perasaan hutang
budi yang begitu mendalam dalam, tidak hanya dalam diri Aya, tetapi dalam diri kedua
orangtuanya juga.
Seperti misalnya, diceritakan bahwa Aya adalah gadis yang sangat menghormati
kedua orangtuanya sehingga ia membalas jasa kedua orangtua yang sudah membesarkan
dan merawatnya, bahkan menerima dirinya dalam kondisi tak sehat itu, dengan berusaha
sekuat tenaga membantu menjaga kedai tahu yang menjadi satu-satunya tempat
Ayahnya mencari uang. Sementara itu diceritakan pula mengenai bagaimana Shioka dan
Mizuo, kedua orangtua Aya, menjaga dan merawat anak mereka yang sudah terserang
penyakit itu. Kerja keras Mizuo demi mendapatkan uang tambahan untuk pengobatan
dan membelikan kursi roda untuk Aya, sementara Shioka bahkan rela berhenti dari
pekerjaannya hanya demi mengurus Aya di sekolah agar tidak merepotkan orang lain. Di
6
lain hal diceritakan pula bahwa Aya yang selalu ditemani oleh Asou bahkan tak jarang
Asou membantu mendorong kursi roda Aya atau sekedar menggendongnya ketika Aya
kesulitan menuruni tangga. Bantuan-bantuan kecil dari Asou itulah yang pada akhirnya
menimbulkan perasaan hutang budi dalam diri Aya dan juga kedua orangtuanya,
sehingga berdasar ketidakmampuan Aya, Shioka-lah yang memikul tanggung jawab
untuk membayar hutang budi tersebut. Oleh karena itu, kedua konsep giri maupun gimu
bisa ditemukan meskipun dalam drama modern sekalipun.
1.2 Rumusan Permasalahan
Penulis akan menganalisis mengenai giri dan gimu yang akan ditinjau melalui
hubungan antar tokoh-tokoh dalam drama Ichi Rittoru no Namida . Dari analisis drama
dapat diketahui hubungan yang didasarkan pada giri dan gimu yang tercermin dalam
Film Ichi Rittoru no Namida.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkup penelitian yang akan penulis analisis adalah terbatas pada percakapan
antara pemain (verbal) dan situasi (non verbal) yang mengarah kepada giri pada kategori
pemberian barang ataupun bantuan sebagai balas jasa dan gimu pada kategori gimu
dalam keluarga (kou). Semuanya itu dibatasi lagi dalam drama Ichi Rittoru no Namida,
dikhususkan pada episode 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami konsep giri dan gimu yang
tercermin dalam drama Ichi Rittoru no Namida..
7
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memahami bagaimana giri dan
gimu yang sebenarnya dalam pengaruh sosial kehidupan masyarakat Jepang, terutama
dalam penerapannya dalam keluarga dan melalui pemberian barang ataupun bantuan
sebagai balas jasa serta sikap menjaga nama baik seseorang.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan terlebih dahulu memahami konsep daripada giri
dan gimu. Kemudian melihat korpus data dan memilah bagian-bagian yang
mencerminkan giri dan gimu dalam drama Ichi Rittoru no Namida episode 1, 4, 5, 6, 7, 8,
9, dan 10. Kemudian penulis akan menganalisisnya dan menarik kesimpulan yang ada.
Dalam hal analisis, penulis akan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan
membaca dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat
teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan (Irawan, 1997:4).
Selanjutnya penulis akan menganalisis dengan metode deskriptif analitis yaitu
penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin
tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2002:52).
Terakhir, penulis akan menggunakan metode kualitatif yaitu proses pencarian data
untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh,
dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah (Tambunan, 2008).
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab dimana masing-masing terbagi
atas penjelasan berikut :
8
Bab 1 merupakan pendahuluan dari skripsi. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar
belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat
penelitian metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab 2 berisi tentang landasan teori yang menjelaskan mengenai teori-teori yang akan
penulis gunakan dalam penelitian. Penulis akan mengambil teori-teori melalui bukubuku yang ada di perpustakaan.
Bab 3 berisi tentang data-data yang berupa kutipan percakapan (verbal) antara
pemain dan penjabaran situasi (non verbal) dalam drama Ichi Rittoru no Namida
khususnya episode 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 yang dikaitkan dengan teori yang ada dalam
bab 2 untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Bab 4 berisi simpulan mengenai penelitian ini. Dalam simpulan berisi analisis giri
dan gimu dalam drama Ichi Rittoru no Namida khusus episode 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
Bab 5 berisi tentang ringkasan singkat dari keseluruhan isi penelitian yang dijabarkan
secara jelas.
9
Download