BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Generator Sinkron Generator sinkron merupakan mesin listrik yang mengubah energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis diberikan oleh penggerak mulanya, sedangkan energi listrik akan dihasilkan pada rangkaian jangkarnya. Dengan ditemukannya Generator sinkron atau alternator, telah memberikan hubungan yang penting dalam usaha pemanfaatan energi yang terkandung pada batu bara, air, minyak, gas uranium ke dalam bentuk yang bermanfaat dan mudah digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri. Generator sinkron atau Generator AC (alternating current). Dikatakan Generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan Sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Mesin Sinkron tidak dapat start sendirii karena kutub-kutub tidak dapat tiba-tiba mengikutii kecepatan medan putar pada waktu sakelar teerhubung dengan jala-jala. Generator sinkron dapat berupa generator sinkron tiga phasa atau generator sinkron tiga phasa.[1] Generator sinkron dengan definisi sinkronnya, mempunyai makna bahwa frekuensi listrik yang dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator tersebut. Rotor generator sinkron yang diputar dengan penggerak mula (prime mover) yang terdiri dari belitan medan dengan suplai arus searah akan menghasilkan medan magnet putar dengan kecepatan dan arah putar yang sama 4 Universitas Sumatera Utara dengan putaran rotor tersebut. Hubungan antara medan magnet pada mesin dengan frekuensi listrik pada stator ditunjukkan pada persamaan 2.1 dibawah ini: f= dimana : . ...............................(2.1) f = Frekuensi listrik (Hz) ns = Kecepatan sinkron p = Jumlah kutub Generator sinkron sering kita jumpai pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik (dengan kapasitas yang relatif besar). Misalnya, pada PLATA, PLTU, PLTD dan lain-lain. Selain generator dengan kapasitas besar, kita mengenal juga generator dengan kapasitas yang relatif kecil, misalnya generator yang digunakan untuk penerangan darurat yang sering disebut generator set atau generator cadangan.[2] 2.1.1 Kontruksi generator sinkron Pada prinsipnya, konstruksi Generator sinkron sama dengan motor sinkron. Secara umum, konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk simetris dan silindris. Selain itu generator sinkron memiliki celah udara ruang antara stator dan rotor yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fluksi atau induksi energi listrik dari rotor ke-stator. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat konstruksi sederhana dari sebuah generator sinkron secara umum : 5 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Konstruksi Generator Sinkron Secara Umum a. Rotor Rotor terdiri dari beberapa komponen utama yaitu : 1. Slip Ring Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke-slip ring ini kemudian dihubungkan kesumber arus searah melalui sikat (brush) yang letaknya menempel pada slip ring. 2. Sikat Sebagaian dari generator sinkron ada yang memiliki sikat ada juga yang tidak memiliki sikat. Sikat pada generator sinkron berfungsi sebagai saklar putar untuk mengalirkan arus DC ke-kumparan medan pada rotor generator sikron. Sikat terbuat dari bahan karbon tertentu. 6 Universitas Sumatera Utara 3. Kumpara rotor (kumparan medan) Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari sumber eksitasi tertentu. 4. Poros Rotor Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros rotor. Bentuk suatu rotor dari generator sinkron dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: Gambar 2.2 Rotor Generator Sinkron Rotor pada generator sinkron pada dasarnya sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient pole (kutub menonjol) dan non salient pole (kutub silinder atau tak menonjol). 1. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor) 7 Universitas Sumatera Utara Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy, kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai dengan rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek. Selain itu jenis kutub salient pole, kutub magnetnya menonjol keluar dari permukaan rotor. Belitan-belitan medan dihubung seri. Ketika belitan medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub yang berlawanan. Bentuk kutub menonjol generator sinkron tampak seperti Gambar 2.3 berikut : Gambar 2.3 Rotor Kutub Menonjol Generator Sinkron Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan putaran rendah dan sedang (120-400 rpm). Generator sinkron tipe seperti ini biasanya dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem pembangkit listrik. Rotor kutub menonjol baik digunakan untuk putaran rendah dan sedang karena : 8 Universitas Sumatera Utara Konstruksi kutub menonjol tidak terlalu kuat untuk menahan tekanan mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi. Kutub menonjol akan mengalami rugi-rugi yang besar dan bersuara bising jika diputar dengan kecepatan tinggi. 2. Rotor kutub tak menonjol (Rotor Silinder) Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slotslot dan juga kumparan medan yang terletak pada rotor maka jumlah kutub pun sedikit yang dapat dibuat. Belitan-belitan medan dipasang pada aluralur di sisi luarnya dan terhubung seri yang di enerjais oleh eksiter. Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat panjang. Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub menonjol (salient pole rotor). Gambar bentuk kutub silinder generator sinkron tampak seperti pada Gambar 2.4 berikut: Gambar 2.4 Rotor Kutub Silinder Generator Sinkron 9 Universitas Sumatera Utara Rotor silinder umumnya digunakan pada generator sinkron degan kecepatan putaran tinggi (1500 atau 3000 rpm) biasanya digunakan untuk pembangkit listrik berkapasitas besar misalnya pembangkit listrik tenaga uap dan gas. Rotor silinder baik digunakan pada kecepatan tinggi karena: Distribusi disekeliling rotor mendekati bentuk gelombang sinus sehinggu lebih baik dari kutub menonjol. Konstruksinya memiliki kekuatan mekanik pada kecepatan putar tinggi. b. Stator Stator atau armatur adalah bagian generator yang berfungsi sebagai tempat untuk menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan melalui armatur, komponen ini berbentuk sebuah rangka silinder dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak. Armatur selalu diam (tidak bergerak). Oleh sebab itu komponen ini juga disebut sebagai stator. Bentuk suatu stator dari generator sinkron dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut: Gambar 2.5 Gambar Stator Generator Sinkron 10 Universitas Sumatera Utara Stator terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: 1. Rangka Stator Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang merupakan inti jangkar generator sinkron. 2. Inti Stator Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik khusus yang terpasang kerangka stator. 3. Alur (slot) dan Gigi Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator yaitu kumparan jangkar. Ada 3 (tiga) bentuk alur stator yaitu, terbuka, setengah terbuka, dan tertutup. Ketiga bentuk alur (slot) tersebut tampak seperti Gambar 2.6 berikut Gambar 2.6 Bentuk-bentuk Alur 4. Kumparan Stator (Kuparan Jangkar) Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini merupakan timbulnya ggl induksi.[1] 11 Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Metode Eksitasi Pada Generator Sinkron Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator sinkron, sistem eksitasi terdiri dari dua jenis yaitu sistem eksitasi dengan menggunakan sikat (brushless excitation) dan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless). Ada dua jenis sistem eksitasi dengan menggunakan sikat yaitu : 1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah). 2. Sistem eksitasi statis. Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat terdiri dari : 1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai. 2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator (PMG). a. Sistem Eksitasi Konvensional (Menggunakan Generator Arus Searah) Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh dari sebuah generator arus searah berkapasitas kecil yang disebut eksiter. Generator sinkron dan generator arus serah tersebut terkopel dalam satu poros, sehingga putaran generator arus searah sama dengan putaran generator sinkron. Tegangan yang dihasilkan oleh generator arus searah ini diberikan kebelitan rotor generator sinkron melalui sikat karbon dan slip ring. Akibatnya arus searah mengalir ke dalam rotor atau kumparan medan dan menimbulkan medan magnet yang diperlukan untuk dapat menghasilkan tegangan arus bolakbalik pada kumparan utama yang terletak distator generator sinkron. Pada generator konvensional ini ada beberapa kerugian yaitu generator arus searah merupakan beban tambahan untuk penggerak mula. Penggunaan slip ring dan sikat menimbulkan masalah ketika digunakan untuk mensuplai sumber 12 Universitas Sumatera Utara arus searah padabelitan medan generator sinkron. Terdapat sikat arang yang menekan slip ring sehingga timbul rugi gesekan pada generator utamanya. Selain itu pada generator arus searah juga terdapat sikat karbon yang menekan komutator. Selama pemakaian slip ring dan sikat harus diperiksa secara teratur, generator arus searah juga memiliki keandalan yang rendah. Karena hal-hal seperti diatas dipikirkan hubungan lain dan dikenal sebagai generator sinkron static exciter (penguat statis). Gambar 2.7 adalah sistem eksitasi yang menggunakan generator arus searah. Gambar 2.7 Sistem Eksitasi Meggunakan Generator Arus Searah b. Sistem Eksitasi Statis Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak (static), artinya peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama dengan rotor generator sinkron. Sistem eksitasi statis (static excitation sistem) atau disebut juga dengan self excitation merupakan sistem eksitasi yang tidak memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator sinkron. Sumber eksitasi pada sistem eksitasi statis berasal dari tegangan output generator itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan penyearah thyristor. 13 Universitas Sumatera Utara Pada mulanya pada rotor ada sedikit magnet sisa, manet sisa ini akan menimbulkan tegangan pada stator tegangan ini kemudian masuk dalam penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor, akibatnya medan magnet yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya sampai dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu mempunyai pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan. Bersama dengan penyearah, blok tersebut sering disebut AVR. Dibandingkan dengan generator yang konvensional generator dengan sistem eksitasi statis memang sudah jauh lebih baik yaitu tidak ada generator arus searah (yang keandalannya rendah) dan beban generator arus searah pada penggerak mula hilang. Eksiter diganti dengan eksiter yang tidak berputar yaitu penyearah karena itu disebut eksiter statis. System Tiga Phasa Transformator eksitasi PT Konverter AVR CT Gambar 2.8 Gambar eksitasi statis Untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron, maka sistem eksitasi statis dilengkapi dengan field flashing. Hal ini dibutuhkan karena 14 Universitas Sumatera Utara generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan tegangan sendiri untuk mensuplai kumparan medan. Penggunaan slip ring dan sikat pada eksitasi ini menyebabkan system eksitasi ini tidak efisien dan efektif. c. Sistem Eksitasi Menggunakan Baterai Sistem eksitasi tanpa sikat diaplikasikan pada generator sinkron, dimana suplai arus searah kebelitan medan dilakukan tanpa melalui sikat. Arus searah untuk suplai eksitasi untuk awal start generator digunakan suplai dari baterai, yang sering dinamakan penguat mula, dimana arus ini selanjutnya disalurkan ke belitan medan AC exiter. Tegangan keluaran dari generator sinkron ini disearahkan oleh penyearah yang menggunakan dioda, yang disebut rotating rectifier, yang diletakkan pada bagian poros ataupun pada bagian dalam dari rotor generator sinkron, sehingga rotating rectifier tersebut ikut berputar sesuai dengan putaran rotor, seperti pada Gambar 2.9 berikut: Gambar 2.9 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai 15 Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 2.9 diatas, untuk menghindari adanya kontak geser pada bagian rotor generator sinkron, maka penguat medan generator dirancang sedemikian sehingga arus searah yang dihasilkan dari penyearah langsung disalurkan kebagian belitan medan dari generator utama. Hal ini dimungkinkan karena dioda penyearah ditempatkan pada bagian poros yang dimiliki bersamasama oleh rotor generator utama dan penguat medannya. Arus medan pada generator utama dikontrol oleh arus yang mengalir pada kumparan medan penguat (eksiter). Setelah tegangan generator mencapai tegangan nominalnya maka catu daya DC (baterai) biasanya dilepasdan digantikan oleh penyearah. Penguatan yang dipakai adalah sistem self exitation system yaitu sistem dimana sumber daya untuk penguatannya diperoleh dari keluaran tiga phasa generator itu sendiri. Gambar 2.10 menggambarkan sistem eksitasi tanpa sikat. Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Dengan Suplai Tiga Phasa 16 Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 2.10, untuk membangkitkan arus medan digunakan penyearah, dimana arus yang disearahkan diperoleh dari keluaran tiga phasa generator itu sendiri melalui transformator atau sering disebut Eksitasi Transformator, berfungsi menurunkan tegangan keluaran generator untuk disuplai pada penyearah. d. Sisten Eksitasi Menggunakan Pemanen Magnet Generator Suatu generator sinkron harus memiliki sebuah medan magnet yang berputar agar generator tersebut menghasilkan tegangan pada statornya. Medan magnet ini dapat dihasilkan dari belitan rotor yang disuplai dengan sumber listrik arus searah. Cara lain untuk menghasilkan medan magnet pada rotor adalah dengan menggunakan magnet permanen sebagai sumber eksitasinya ini disebut dengan permanen magnet generator (PMG). Generator sinkron yang berkapasitas besar biasanya menggunakan sistem eksitasi brushless yang dilengkapi dengan permanen magnet generator. Hal ini dimaksudkan agar sistem eksitasi dari generator sama sekali tidak tergantung pada sumber daya listrik dari luar mesin itu. Pada Gambar 2.11 dapat dilihat bentuk skematik dari sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator. Dari Gambar 2.11, bahwa pada bagian mesin yang berputar (rotor) terdapat magnet permanen, kumparan jangkar generator eksitasi, kumparan medan generator utama. Hal ini memungkinkan generator tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat dalam pengoperasiannya sehingga lebih efektif dan efisiensi. [1] 17 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.11 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Permanen Magnet Generator 2.1.3 Prinsi Kerja Generator Sinkron Adapun prinsip kerja dari suatu generator sinkron adalah 1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan. Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah tetap. 2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya. 3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor, akan diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada 18 Universitas Sumatera Utara kumparan jangkar yang terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan : e N N d dt d maksSint dt NmaksCost dimana : 2f N 2f maksCost dimana : f np 120 np N 2 maks Cost 120 np E maks N 2.3,14. maks 120 Eeff dimana : emaks 2 N (2.3,14. 4,44 Npn 120 ( np maks 120 2 , 4,44 Np C) 120 Cn ……………………………..(2.2) 19 Universitas Sumatera Utara dimana : E = ggl induksi (Volt) N = Jumlah belitan C = Konstanta P = Jumlah kutub n = Putaran (rpm) f = Frequensi )Hz) = Fluks magnetik (weber) Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 120 0 satu sama lain. Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.[2] 2.1.4 Reaksi jangkar Gambar 2.12 Model Reaksi Jangkar 20 Universitas Sumatera Utara Bila beban terhubung ke terminal generator maka pada belitan stator akan mengalir arus, sehigga timbul medan magnet pada belitan stator. Medan magnet ini akan mendistorsi medan magnet yang dihasilkan belitan rotor. Seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.12. Pada Gambar 2.12.a. Medan magnet yang berputar akan menghasilkan tegangan induksi EA. Bila generator melayani beban dengan induktif, maka arus pada stator akan tertinggal seperti pada Gambar 2.12.b. Arus stator tadi akan meghasilkan medan magnet sendiri Bs dan tegangan stator Estat, seperti pada Gambar 2.12.c. Vektor penjumlahan antara Bs dan BR menghasilkan Bnet, dan penjumlahan Estat dan EA akan menghasilkan V pada terminal jangkar. Saat beban terhubung ke beban induktif, arus jangkar akan tertinggal terhadap tegangan jangkar. Arus pada belitan stator akan menghasilkan medan magnet Bs, yang kemudian kan menghasilkan tegangan stator Estat. Dua tegangan yaitu tegangan jangkar EA dan tegangan reaksi jangkar Estat akan menghasilkan Vt, dimana: Vt = EA + Estat …………………….(2.3) Tegangan Reaksi Jangkar Estat = -jXIa Sehingga Persaman (2.3) dapat ditulis kembali sebagai : Vt = EA -jXIa......................................(2.4) Selain pengaruh reaksi jangkar ini, pengurangan tegangan induksi generator sinkron juga karena adanya tahanan Ra dan Induktansi belitan stator Xa, ,dan 21 Universitas Sumatera Utara penjumlahan X dan Xa sering disebut Reaktansi Sinkron Xs, sehingga Persamaan (2.4) dapat ditulis kembali sebagai: Vt = EA-jXIa-jXaIa-IaRa ……………..(2.5) Vt = EA-jXsIa-IaRa …………………..(2.6) dimana : Vt = Tegangan terminal generator (Volt) Estat = Tegangan pada stator (Volt) EA = GGL pada jangkar (Volt) Xs = Impedansi Sinkron (Ohm) Ia = Arus Jangkar (Amper) Ra = Tahanan Jangkar (Ohm) Xar = Impedansi armature (Ohm) Dari Persamaan (2.6) dapat dibuat model rangkaian ekivalen generator sinkron per fasa seperti pada Gambar 2.15 berikut: Gambar 2.13 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Perfasa Tanpa Beban 22 Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Stator terdiri dari belitan-belitan. Suatu belitan konduktor akan terdiri dari tahanan Ra dan induktansi Xla maka rangkaian ekivalen suatu generator sinkron dapat dibuat seperti Gambar 2.14. Gambar 2.14 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Dengan melihat Gambar 2.14 maka dapat ditulis Persamaan tegangan generator sinkron sebagai berikut : Ea = V + jXarIa + jXlaIa + Ra Ia……………………………...…(2.7) Dan persamaan terminal generator sinkron dapat ditulis V = Ea – jXarIa – jXlaIa – Ra Ia.....................................(2.8) Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor sebagai reaktansi sinkron, atau Xs = Xar + Xla dapat dilihat pada Gambar 2.15 maka persamaan menjadi: V = EA – jXsIa – RaIa (Volt)………………………….(2.9) 23 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.15 Penyederhanaan Rangkaian Generator Sinkron Karena tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron adalah tegangan bolak-balik, maka biasanya diekspresikan dalam bentuk fasor. Diagram fasor yang menunjukkan antara tegangan induksi perfasa dengan tegangan terminal generator akan ditunjukkan pada Gambar 2.15 Gambar 2.16 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Phasa 24 Universitas Sumatera Utara 2.1.6 Jenis Beban Adapun jenis beban yang dilayani generator terbagi dua jenis, yaitu : a. Beban Linear Beban linear adalah beban yang impedansinya selalu konstan sehingga arus selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu. Beban linear ini mematuhi Hukum Ohm yang menyatakan bahwa arus berbanding lurus dengan tegangan. Gelombang arus yang dihasilkan oleh beban linear akan sama dengan bentuk gelombang tegangan. Apabila diberi tegangan sinusoidal, maka arus yang mengalir ke beban linear juga merupakan sinusoidal sehingga tidak terjadi distorsi dan tidak menimbulkan mharmonisa. Beban ini berupa elemen pasif seperti resistor, komputer dan kapasitor. Beberapa contoh beban linear adalah lampu pijar, pemanas, resistor, dan lain-lain.[3] Gambar 2.17 Bentuk gelombang arus dan tegangan dengan beban linear Adapun pengaruh dari beban linear terhadap generator sinkron yaitu : Kita ketahui bahwa beban linear tersebut tidak mempengaruhi karakteristik pada tegangan, arus, frekuensi, dan bentuk gelombang, artinya 25 Universitas Sumatera Utara bentuk tidak berubah (tetap), artinya efek yang ditimbulkan oleh beban linear tidaklah mempengaruhi bentuk gelombang sinusoidal, melainkan beban linear hanya mempengaruhi besar arus dan tegangan genrator sinkron seiring kenaikan beban.[4] b. Beban nonlinear Beban non linear adalah beban yang impedansinya tidak konstan dalam setiap periode tegangan masukan. Dengan impedansinya yang tidak konstan, maka arus yang dihasilkan tidaklah berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan, sehingga beban non linear tidaklah mematuhi Hukum Ohm yang menyatakan arus berbanding lurus dengan tegangan. Gelombang arus yang dihasilkan oleh beban nonlinear tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan sehingga terjadi cacat (distorsi). Dengan meluasnya pemakaian beban non linear, gelombang sinusoidal ini dapat mengalami distorsi.[3] Gambar 2.18 Bentuk gelombang harmonisa pada beban lampu hemat energi. Banyaknya aplikasi beban non linear pada sistem tenaga listrik telah membuat arus sistem menjadi sangat terdistorsi dengan persentase kandungan 26 Universitas Sumatera Utara harmonisa arus, THD (total harmonic distortion) yang sangat tinggi. Umumnya arus sistem tenaga listrik yang terdistorsi tersebut didominasi oleh arus harmonisa orde ganjil frekuensi rendah, yakni arus harmonisa orde lima, tujuh, sebelas, dan seterusnya, yang magnitud arus harmonisanya berbanding terbalik dengan orde harmonisanya. Tingginya persentase kandungan harmonisa arus (THD) pada suatu sistem tenaga listrik dapat menyebabkan timbulnya beberapa persoalan harmonisa yang serius pada sistem tersebut dan lingkungannya, seperti terjadinya resonansi pada sistem yang merusak kapasitor kompensasi faktor daya, membuat faktor daya sistem menjadi lebih buruk, menimbulkan berbagai macam kerusakan pada peralatan listrik yang sensitif, yang kesemuanya menyebabkan penggunaan energi listrik menjadi tidak efektif.[5] Adapun contoh-contoh beban linear yaitu: - Lampu hemat energi - Transformator - Charger - Motor induksi - Laptop, dll. Dampak arus harmonisa pada generator sinkron yang disebabkan oleh penggangguan beba-beban non-linear adalah sebagai berikut: 1. Beban non-linear akan menyebabkan rugi-rugi tambahan pada generator sinkron. 2. Rugi-rugi tambahan akibat beban non-linear disebabkan oleh rugi-rugi arus urutan nol dan rugi-rugi arus urutan negative. 27 Universitas Sumatera Utara 3. Dalam system pembangkitan energy listrik sendiri yang umumnya menggunakan konfigurasi tiga-fasa empat-kawat, kontribusi rugi-rugi tambahan akibat arus urutan nol lebih besar dibandingkan rugi-rugi tambahan akibat oleh arus urutan negative. 4. Menimbulkan flux balik di stator generator dan belitan medan, [6] Cara mengurangi harmonisa antara lain : 2.2 - Menggunakan filter pasif L - Menggunakan filter pasif C - Menggunakan filter pasif LC (Low pass) - kompensasi atau injeksi harmonisa negatif. Karakteristik dan Penentuan Parameter-parameter Generator Sinkron Tiga Phasa 2.2.1 Karakteristik dan Penentuan Parameter Tanpa Beban : E0 = E0 (If) Karakteristik tanpa beban (beban nol) pada generator sinkron dapat ditentukan dengan melakukan test beban nol (open circuit) yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut : a.) Generator diputar pada kecepatan nominal (n) b.) Tidak ada beban yang terhubung pada terminal c.) Arus medan (If) dinaikkan dari nol hingga maksimum secara bertahap d.) Catat harga tegangan terminal (Vt) pada setiap harga arus medan (If) 28 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.19 Rangkaian Test Tanpa Beban Dari Gambar dapat diperoleh Persamaan umum generator : E0 = VΦ + Ia (Ra + jXs)…………….(2.10) Pada hubungan generator terbuka (beban nol), Ia = 0. Maka, E0 = VΦ = cnΦ ……………………..(2.11) Karena tidak ada beban yang terpasang, maka Φ yang dihasilkan hanya Φf. Sehingga : E0 = cnΦf …………………………...(2.12) E0 = cnIf .…………. ……………….(2.13) Nilai cn adalah konstan sehingga Persamaan menjadi : E0 = k1.If .……………………….…. (2.14) dimana : E0 = Tegangan beban nol (Volt) If = Arus medan (Amper) k = Konstanta 29 Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Karakteristik dan Penentuan Parameter Generator Sinkron Hubung Singkat : Isc = Isc (If) Untuk menentukan karakteristik dan parameter generator sinkron yang dihubung singkat terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain : a.) Generator diputar pada kecepatan nominal b.) Atur arus medan (If) pada nol c.) Hubung singkat terminal d.) Ukur arus armatur (Ia) pada setiap peningkatan arus medan (If) Dimana, rangkaian test hubung singkat pada generator sinkron akan diperlihatkan pada Gambar 2.21 berikut. Gambar 2.20 Gambar Rangkaian Hubung Singkat Dari gambar, Persamaan umum generator sinkron dihubung singkat adalah : E = VΦ + Ia (Ra + jXs)………..(2.15) Pada saat generator sinkron dihubung singkat, VΦ = 0 dan Ia = Isc . Maka : E = Isc (Ra + jXs) ……………. (2.16) 30 Universitas Sumatera Utara cnΦ = Isc (Ra + jXs) …………. (2.17) Karena cn dan (Ra + jXs) bernilai konstan, maka : cn = k1 ……………………….. (2.18) (Ra + jXs) = k2 ………………. (2.19) Sehingga Persamaan menjadi : k1.If = Isc. k2 …………………. (2.20) Isc = k1 I f ………………….... (2.21) k2 Pada karakteristik generator hubung singkat bentuk kurva adalah linear. Hal ini disebabkan oleh medan magnet yang terjadi sangat kecil sehingga inti besi tidak mengalami saturasi. Gambar 2.22 berikut ini akan memperlihatkan karakteristik hubung singkat pada generator sinkron. I a (A ) SC C o I f (A ) Gambar 2.21 Karakteristik Hubung Singkat Ketika generator dihubung singkat, arus armatur : (Ia) = Isc = Ea …………………….(2.22) Ra jX s 31 Universitas Sumatera Utara Harga Mutlaknya adalah : Ea Ia = Isc = 2 Ra jX s dimana : 2 ………………….(2.23) E0 = Tegangan beban nol (Volt) Ia = Arus Jangkar (Amper) Isc = Arus Hubung singkat (Amper) Ra = Tahanan jangkar (Ohm) Xs = Impedansi sinkron (Ohm) 2.2.3 Karakteristik dan Penentuan Parameter Generator Sinkron Berbeban : V = V(If) Beberapa langkah untuk menentukan parameter generator sinkron berbeban antara lain sebagai berikut : a.) Generator diputar pada kecepatan nominal (n) b.) Beban (ZL) terpasang pada terminal generator sinkron c.) Arus medan (If) dinaikkan dari nol hingga maksimum secara bertahap d.) Catat tegangan terminal (Vt) pada setiap peningkatan arus medan (If) Gambar 2.22 Rangkaian Generator Sinkron Berbeban 32 Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 2.24 diperoleh persamaan umum generator sinkron berbeban : Ea = VΦ + Ia (Ra + jXs)…………..(2.24) VΦ = Ea - Ia (Ra + jXs) …………. (2.25) 2.2.4 Karakteristik Luar Generator Sinkron : VΦ = f (IL) Karakteristik ini akan memperlihatkan pengaruh dari perubahan arus beban (IL) terhadap tegangan terminal generator sinkron (VΦ). Dalam penentuan karakteristik luar generator sinkron, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a.) Kecepatan putar generator sinkron (n) tetap b.) Arus medan (If ) konstan c.) Faktor daya (cosφ) tetap Dari gambar rangkaian generator sinkron berbeban yang telah diperlihatkan pada Gambar 2.24 sebelumnya, diperoleh persamaan : Ea = VΦ + Ia (Ra + jXs)………….(2.26) Sehingga Persamaan tegangan terminal VΦ generator sinkron dalam keadaan berbeban : VΦ = Ea - Ia (Ra + jXs) …………. (2.27) Dalam hal ini, arus yang mengalir pada stator sama dengan arus yang mengalir pada beban atau: Ia = IL maka : VΦ = Ea – IL (Ra + jXs) …………. (2.28) 33 Universitas Sumatera Utara VΦ = cnΦ – ILZs ……………..….. (2.29) VΦ = cnIf – ILZs ……………….... (2.30) Karena c, n dan If konstan : VΦ = k1 – ILZS …………………... (2.31) Nilai Zs tetap, sehingga : VΦ = k1 – ILk2 …………………. ..(2.32) Jika arus beban (IL) = 0 (beban nol), maka : VΦ = k1 Jika tegangan terminal (VΦ) = 0 (hubung singkat), maka : If V I l Z s ………………. (2.33) cn cn 2.2.5 Karakteristik Pengaturan Generator Sinkron : If = f (IL) Karakteristik ini menunjukkan hubungan antara perubahan arus beban (IL) dengan terhadap arus medan (If) generator sinkron. Dimana, dalam karakteristik ini perlu diperhatikan hal-hal berikut : a.) Tegangan terminal VΦ dijaga konstan b.) putaran tetap c.) Faktor daya (cosφ) tetap Persamaan untuk generator berbeban (Gambar 2.24) : Ea = VΦ + Ia ( Ra + jXS )……………..(2.34) Pada generator berbeban : 34 Universitas Sumatera Utara IL = Ia sehingga : Ea = VΦ + IL(Ra + jXS ) …………. (2.35) cnΦ = VΦ + ILZS cnIf = VΦ + ILZS If = V I L ZS ………………..…. (2.36) cn cn karena nilai c, n, VΦ, dan Zs konstan, maka : cn = k1 VΦ = k2 Zs = k3 sehingga diperoleh : If = k2 k3 I L ………………..…. (2.37) k1 k1 jika, k2 k4 k1 k3 k5 k1 maka, If = k4 – k5IL……………….……. (2.38) 35 Universitas Sumatera Utara 2.2.6 Faktor Daya Tegangan yang dibangkitkan pada generator sinkron adalah arus bolak- balik, maka biasanya digambarkan dalam bentuk phasor. phasor ini mempunyai dua besaran yaitu besaran saklar (magnitude) dan besaran sudut, dimana hubungan keduanya harus digambarkan dalam dua dimensi. Bila EΦ Vt, jXSIa dan IaRa digambar dalam satu gambar yang menunjukkan hubungan antara besaranbesaran tersebut, maka hasil dari gambar ini dinamakan Diagram Phasor. Gambar 2.21.a menunjukkan hubungan, dimana generator melayani beban dengan faktor daya satu (beban resistif murni). Gambar 2.21, total tegangan Ea berbeda dengan tegangan Phasa Vb ini disebabkan tegangan drop pada elemen resistif dan induktif pada mesin. Semua tegangan dan arus dari Gambar 2.21.a ini direferensikan terhadap Vt, (Vt sebagai referensi, Vt Vt 00 . Diagram phasor ini dapat dibandingkan dengan diagram phasor untuk generator yang melayani beban induktif dan kapasitif (lagging dan leading), dimana diagram phasor untuk kedua beban ini masing-masing diperlihatkan pada Gambar 2.21.b dan Gambar 2.21.c. Perlu dicatat bahwa arus jangkar dan tegangan phasa yang diberikan, bahwa Ea yang dibutuhkan untuk beban langging (beban induktif) lebih besar dibandingkan dengan Ea yang dibutuhkan untuk beban kapasitif. Oleh karena itu, untuk beban lagging membutuhkan arus medan yang besar untuk mendapatkan tegangan terminal yang sama, karena: Ea = KΦω Dimana dalam hal ini ω dijaga konstan untuk mendapatkan frekuensi konstan. 36 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.23 Diagram Phasor Generator Sinkron. (a) Berbeban Resistif, (b) Berbeban Induktif, (c) Berbeban Kapasitif 2.2.7 Regulasi Tegangan Generatos Sinkron Dengan Metode Impedansi Sinkron Dalam metode ini akan diperoleh nilai impedansi sinkron Zs (kemudian reaktansi sinkron Xs) sebuah generator sinkron dari karakteristik beban nol (OCC) dan hubung singkat (SCC). Oleh karena itu disebut metode impedansi sinkron. Metode ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut. 37 Universitas Sumatera Utara - Gambar karakteristik beban nol (OCC) dari data yang diberikan test beban nol (gambar 2.22) - Gambar karakteristik hubung singkat (SCC) dari data yang diberikan oleh test hubung singkat (gambar 2.22). kedua kurva tersebut digambarkan pada dasar nilai arus medan yang sama. Arus medan dilambangkan dengan (If). Tegangan beban nol (hubung terbuka) yang berpotongan dengan arus medan If dilambangkan dengan (E1). Ketika terminal-terminal jangkar dihubung singkat, tegangan terminal (VΦ) bernilai nol. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa seluruh tegangan E1 digunakan untuk menggerakkan (sirkulasi) arus hubung singkat yang disimbolkan dengan I1 melawan impedansi sinkron (Zs) . Maka, E1 = I1Zs Zs E1 (open circuit ) ..............................................(2.39) I 1 ( short circuit ) Sebagai catatan, E1 dan I1 merupakan nilai phasa-phasa. Gambar 2.24 Diagram Karakteristik Metode Impedansi Sinkron 38 Universitas Sumatera Utara - Karena Ra diabaikan, maka Zs = Xs - Dari vektor diagram seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.33 dapat dibuat persamaan Ea untuk beban Resistif, induktif, dan kapasitif dan faktor dayanya. Untuk beban resistif dari Gambar 2.23.a diperoleh : E A V X S I A ........................................................(2.40) 2 2 Untuk beban Induktif dari Gambar 3.3b diperoleh : E A V X S I A sin X s I A cos ...........................(2.41) 2 2 Untuk beban Kapasitif dari Gambar 3.3c diperoleh : E A V X S I A sin X s I A cos ............................(2.42) 2 2 Maka regulasi tegangan adalah : % regulasi tegangan E0 V x 100 % .................................(2.43) V 39 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.25 Diagram Phasor Generator Sinkron Untuk Menggambarkan Regulasi Tegangan, (a) Beban Resistif, (b) Beban Induktif, (c) Beban Kapasitif 2.3 Rugi-rugi Generator Sinkron Daya mekanik yang masuk ke generator tidak dapat 40 Universitas Sumatera Utara sepenuhnya diubah menjadi daya elektrik [7]. Perbedaan daya tersebut merupakan rugi-rugi generator sinkron. Rugi-rugi generator sinkron terdiri dari : • Rugi-rugi gesekan dan angin (Pf&w) • Rugi-rugi inti(Pcore) • Rugi-rugi tembaga(Pcopper) • Rugi-rugi stray(Pstray) Rugi-rugi generator tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu rugi-rugi tetap dan rugi rugi berubah. Rugi-rugi generator yang tergolong rugirugi tetap adalah rugi-rugi inti dan rugi-rugi angin dan gesekan. Rugi-rugi inti dan rugi-rugi gesekan dan angin bisa disebut juga no load rotational loss (PRL). Jika generator sinkron tanpa beban diputar pada putaran nominalnya dan diberi eksitasi sampai tegangan nominalnya, maka seluruh daya yang masuk ke generator sinkron digunakan untuk mengatasi rugi-rugi angin dan gesekan dan rugi-rugi inti. Rugi-rugi berubah terdiri dari tugi-rugi tembaga dan rugi-rugi stray. Kedua rugirugi ini berubah seiring dengan berubahnya beban. Rugi-rugi gesekan dan angin timbul akibat gesekan bantalan dan sikat. Karena kecepatan putaran generator sinkron tetap maka rugi-rugi ini bernilai tetap. Rugi-rugi inti terdiri dari rugi-rugi hysterisis dan arus pusar. Untuk mengurangi rugi-rugi hysterisis, dipilih logam inti yang memiliki luas area hysterisis loop yang kecil. Rugi-rugi arus pusar dapat diperkecil dengan membentuk inti berupa lapisan tipis yang terisolasi satu sama lainnya[8]. Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi akibat pemanasan pada kumparan tembaga. Rugi-rugi yang tidak termasuk ke dalam ketiga tugi-rugi yang telah dibahas dikelompokkan kedalam rugi-rugi stray. Gambar 2.26 menunjukkan 41 Universitas Sumatera Utara diagram aliran daya pada generator sinkron. Apabila generator sinkron memasok beban linier maka tidak ada harmonisa yang timbul. Arus yang mengalir pada stator hanya memiliki komponen fundamental saja. Rugi-rugi tembaga generator sinkron pada kondisi beban linier dituliskan pada persamaan (2.23). Pcopper = 3I1 R1 ................................................(2.44) 2.4 Efisiensi Generator Sinkron Secara teori bahwa semua daya mekanis yang dihasilkan oleh penggerak mula (daya output penggerak mula juga sebagai daya input generator sinkron) generator sinkron diubah menjadi daya elektrik (daya output generator). Perbedaan antara daya output dengan daya input mesin sinkron dipresentasikan sebagai rugi-rugi (losses) mesin. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.26. Daya input mekanis pada poros generator (Pin) : Pin = τappωm. Dan daya yang dikonversikan dari mekanikal menjadi elektrikal yang prosesnya terjadi dalam mesin. PCONV = τind.ωm PCONV = 3EAIA cosγ Dimana γ adalah sudut antara EA dengan IA. Perbedaan antara daya input ke generator dan daya yang dikonversikan dalam generator dipresentasikan sebagai rugi-rugi mekanis dan rugi-rugi inti pada mesin. 42 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.26 Diagram Aliran Daya Generator Sinkron Seperti halnya dengan mesin-mesin listrik lainnya, maupun transformator, maka efisiensi generator sinkron dapat dituliskan sebagai berikut : Pout Pin x 100 % ............................................................................(2.54) dimana : Pin = Pout + P rugi Pout = daya keluaran Pin = daya masukan 43 Universitas Sumatera Utara