TOLERANSI DAN RESPON FISIOLOGI TANAMAN

advertisement
1
PENDAHULUAN
Pencemaran udara merupakan perubahan
komposisi udara dari keadaan normalnya yang
disebabkan adanya bahan-bahan asing di
udara diantaranya NOx, SOx, COx, dan
partikel dalam jumlah tertentu serta waktu
yang cukup lama akan mengganggu
kehidupan makhluk hidup (Wardhana 2004).
Sumber pencemaran berasal dari kegiatan
yang bersifat alami, seperti letusan gunung
berapi, kebakaran hutan. Selain itu, dapat
berasal dari kegiatan manusia (antropogenik)
antara lain kegiatan industri, aktivitas
transportasi, dan pertanian. Pencemaran udara
di Indonesia, terutama di kota-kota besar
disebabkan gas buang kendaraan bermotor
(60-70%), industri (10-15%), dan sisanya
berasal dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan/ladang, dan lain-lain
(Kusnoputranto 1996).
Salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah pencemaran udara
adalah
penghijauan.
Tanaman
dapat
menyediakan oksigen yang diperlukan oleh
manusia, mengurangi dan menurunkan tingkat
pencemaran udara dengan cara menyerap
polutan (Carpenter et al. 1975). Tingkat
pencemaran udara dapat diketahui dengan
menggunakan tanaman sebagai bioindikator
yang
dapat
dilihat
melalui
respon
petumbuhannya.
Tanaman dapat menjadi penyerap bahan
pencemar udara terutama melalui daun. Daun
tersusun oleh sel-sel, antara lain sel-sel
epidermis pada permukaan atas dan bawah
daun. Pada permukaan bawah daun terdapat
banyak stomata dan sebagian besar pertukaran
gas di dalam daun terjadi melalui stomata
(Gardner et al. 1991). Kemampuan tanaman
dalam menyerap gas dari udara terutama dapat
diketahui dari proses fotosintesis, respirasi,
dan transpirasi (Kozlowski 1991). Tingkat
pencemaran udara juga dapat diketahui
dengan menggunakan bioindikator. Salah satu
bioindikator yang digunakan adalah tanaman.
Tanaman akan menunjukkan penurunan kadar
klorofil pada kondisi udara yang tercemar
(Adiputro et al. 1995) serta terlihat adanya
kerusakan pada jaringan daun (Udayana
2004). Selain itu total luas daun tanaman akan
berkurang
karena
terhambatnya
laju
pembentukan dan perluasan daun serta
meningkatnya jumlah daun yang gugur
(Kozlowski et al.1991).
Tingkat toleransi tanaman terhadap
pencemar udara dapat ditentukan dengan
pendekatan analisis mikroskopis daun yaitu
kerusakan jaringan dan makroskopis meliputi
diameter batang, tinggi tanaman, jumlah daun,
gejala klorosis dan nekrosis (Fakuara et al.
1991). Tanaman memiliki mekanisme
pertahanan terhadap peningkatan senyawasenyawa oksidatif yang terbentuk akibat
polusi
udara.
Pembentukan
senyawa
antioksidan, seperti asam askorbat (ASA), αtokoferol dan glutation merupakan salah satu
sistem pertahanan tanaman tersebut. Selain itu
terjadi
peningkatan
aktivitas
enzim
antioksidan, seperti askorbat peroksidase
(APX), superoksida dismutase (SOD)
(Prohazkova et al. 2001), glutation reduktase
(GR) (Keles & Oncel 2002). Peningkatan
enzim antioksidan tersebut terjadi jika
senyawa-senyawa oksidatif terbentuk.
Tanaman yang sudah diteliti memiliki
daya serap terhadap bahan pencemar partikel
antara
lain
Mahoni,
Angsana,
dan
Bougenvillea (Siringoringo 2000). Data
mengenai kemampuan tanaman herba dalam
menyerap bahan pencemar belum banyak
ditemukan. Pada penelitian ini digunakan
tanaman
Celosia cristata, Gomphrena
globosa, dan Catharanthus roseus. Celosia
cristata (Amaranthaceae, jengger ayam),
memiliki daun tunggal dan tersebar, batang
berdiameter sedang dan bercabang serta bunga
berbentuk bulir menyerupai jengger ayam.
Gomphrena globosa (Amaranthaceae, bunga
knop), memiliki daun tunggal, berambut kasar
di permukaan atas, batang berambut, serta
bunga berbentuk bonggol berwarna ungu.
(Dalimartha 2005). Tanaman Catharanthus
roseus (Apocynaceae, tapak dara) memiliki
batang yang berbentuk bulat dengan diameter
kecil, bercabang serta berambut. Daunnya
berbentuk bulat telur, berdaun tunggal,
bunganya menyerupai terompet serta memiliki
rumah biji yang berbentuk silindris
menggantung pada batang. Ketiga tanaman
tersebut
merupakan
tanaman
hias,
pertumbuhan cepat, dipelihara dengan mudah
dan memiliki nilai estetika yaitu warna dan
bentuk yang menarik untuk dijadikan sebagai
tanaman di tepi jalan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
toleransi dan respon fisiologi tanaman C.
cristata, G. globosa dan C. roseus terhadap
zat pencemar udara.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan
Januari – Oktober 2010 di unit kebun
Download