BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jasa 2.1.1 Pengertian Jasa Jasa dapat diartikan sebagai barang yang tidak kentara (intangible product) yang dibeli maupun dijual di pasar melalui transaksi pertukaran yang saling memuaskan. (Tony Wijaya 2011: 16). Definisi lain menurut Kotler yang dikutip oleh Tony Wijaya (2011:16), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan produk fisik. Menurut Tjiptono dan Chandra (2011:15), Klasifikasi produk pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang banyak digunakan adalah klasifikasi berdasarkan daya tahan (durability) atau keberwujudan produk (tangibility). Berdasarkan kriteria ini, produk bisa dibedakan menjadi tiga macam, yakni: a. Barang tidak tahan lama (non- durable goods) Barang yang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya maksimum satu tahun. Contohnya sabun, permen, garam, gula, kapur tulis, rokok, buku tulis, dan sebagainya. b. Barang tahan lama (durable goods) 13 14 Barang yang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama atau berumur ekonomis lebih dari satu tahun. Contohnya antara lain lemari es, TV, mobil, sepeda motor, komputer, mesin cuci, dan lain-lain. c. Jasa (service) Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi kendaraan bermotor, salon kecantikan, kursus keterampilan, pusat kebugaran, restoran, hotel, rumah sakit, universitas, dan lain-lain. Lanjutnya, di buku Strategi Pemasaran karangan Tjiptono dan Chandra (2012:74), pengarang menuliskan bahwa kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Istilah niali (value) seringkali digunakan untuk mengacu pada kausalitas relatif suatu produk dikaitkan dengna harga produk bersangkutan. “Service are deeds, process, and performances provided or coproduced by one entity or person for another entity or person” (Zeithaml, Bitner, dan Gremler, 2009). Dalam pengertiannya adalah: Jasa merupakan perbuatan, proses, atau aktivitas yang diberikan oleh satu kesatuan atau perorangan untuk orang lain. Berdasarkan definisi-definisi tentang kualitas pelayanan di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk 15 kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. 2.1.2 Karakteristik Jasa Menurut Tony Wijaya (2011:16), mengungkapkan Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran, yaitu: a. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa beraifat tidak berwujud. Tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, para pembeli akan mencari tanda atau bukti mutu jasa. b. Tidak Terpisahkan (Inseperability) Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jasa tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan melalui berbagai penjual, dan kemudian baru dikonsumsi. c. Bervariasi (Variability) Jasa sangat bervariasi, tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu deiberikan. d. Mudah Lenyap (Perishability) 16 Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa itu mudah lenyap. Tidak menjadi masalah bila permintaan tetap. Namun, jika permintaan berfluktualisasi, maka perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit. 2.1.3 Dimensi Kualitas Jasa Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Tjiptono dan Chandra (2011:198), lima dimensi utama kualitas jasa adalah sebagai berikut: 1. Reabilitas (reliability) Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya tanggap (perishability) Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. 3. Jaminan (assurance) Yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan rasa kepercayaan pelangan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karywan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. 4. Empati (empathy) 17 Berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti Fisik (tangibles) Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. Dimensi yang sama juga dipaparkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada buku yang diimplementasikan oleh Tjiptono dan Chandra (2012: 77), merangkum sepuluh dimensi ke dalam lima dimensi yang meliputi: 1. Reliabilitas Yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 2. Daya tanggap Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. 3. Jaminan Mecakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimilki para staf, serta bebas dari bahaya, resiko maupun keraguraguan. 4. Empati Meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan. 5. Bukti fisik Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai, dan sarana komunikasi. 18 2.1.4 Faktor Penyebab Berkurangnya Kualitas Jasa Menurut Tjiptono dan Chandra (2011:255), setiap perusahaan harus benar- benar memahami sejumlah faktor potensial yang bisa menyebabkan buruknya kualitas jasa, diantaranya; 1. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan. Salah satu karakteristik jasa adalah inseperability (jasa diproduksi dan sikonsumsi pada saat bersamaan). Hal ini memebutuhkan kehadiran dan partisipasi pelanggan dalam proses pemyampaian jasa. Konsekuensinya, berbagai macam persoalan sehubungna dengan interaksi antara penyedia jasa dna pelanggan jasa bisa saja terjadi. 2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi Keterlibatan karyawan secara intensif dalam penyampaian jasa dapat pula menimbulkan masalah kualitas, yaitu berupa tingginya variabilitas jasa yang dihasilkan. Contohnya: upah rendah, pelatihan yang kurang memadai atau bahkan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, tingkat perputaran karyawan terlalu tinggi, dan lain-lain. 3. Dukungan terhadap pelanggan internal kurang memadai Agar dapat memeberikan jasa secara efektif, perlu adanya dukungandukungan berupa peralatan, pelatihan keterampilan, maupun informasi. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah unsur pemberdayaan, baik yang menyangkut karyawan front-line maupun manajer. Karyawan dan manajer yang diberdayakan akan lebih mampu: 19 a. Mengendalikan dan menguasai cara pelaksanaan pekerjaan dan tugasnya b. Memahami konteks dimana pekerjaannya dilaksanakan dan kesesuaian pekerjaannya dilaksanakan dan kesesuaian pekerjaannya dalam kerangka pekerjaan yang lebih luas c. Bertanggung jawab atas output kerja pribadi d. Mengemban tanggung jawab bersama atas kinerja unit dan organisasi e. Menjamin keadilan dalam distribusi balas jasa berdasarkan kinerja individual dan kerja kolektif. 4. Gap komunikasi Bila terjadi gap komunikasi, maka akan timbul penilaian atau persepsi negatif terhadap kualitas jasa. Gap- gap komunikasi dapat berupa: a. Penyedia jasa memberikan janji berlebihan, sehingga tidak mampu memenuhinya b. Penyedia jasa tidak bisa selalu menyajikan informasi terbaru kepada para pelanggan, misalnya yang berkaitan dengan perusahaan prosedur/ atura. Perubahan susunan barang di rak pajangan pasar swalayan, dan lain-lain. c. Pesan komunikasi penyedia jasa tidak dipahami pelanggan. d. Penyedia jasa tidak memperhartikan atau tidak segera menanggapi keluhan dan/ atau saran pelanggan. 5. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama Dalam hal interaksi dengan penyedia jasa, tidak semua pelanggan bersedia menerima jasa yang seragam (standardize services). Sering terjadi ada pelanggan yang menginginkan atau bahkan menuntut jasa yang sifatnya personal dan berbeda dengan pelanggan lain. 20 6. Perluasan atau pengembangan jasa secara berlebihan Terlampau banyak jasa baru dan tambahan terhadap jasa yang sudah ada, hasil yang didapatkan belum tentu optimal, bahkan tidak tertutup kemungkinan timbul masalah- masalah seputar standar kualitas jasa. Selain itu, pelanggan juga bhisa bingung membedakan variasi penawaran jasa, baik dari segi fitur, keunggulan, maupun tingkat kualitasnya. 7. Visi bisnis jangka pendek Misalnya adalah orientasi pada pencapaian target penjualan dan laba tahunan, penghematan biaya sebesar- besarnya, peningkatan produktivitas tahunan dan lain-lain, dapat merusak kualitas jasa yang sedang dibentuk untuk jangka panjang. 2.2 Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan erat kaitannya denan kualitas jasa. Demikian penjelasan mengenai kepuasan pelanggan: 2.2.1 Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan (Kotler 2009: 177). Kotler melanjutkan dengan penjelasan mengenai kinerja dan harapan; Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. 21 2.2.2 Pengertian Kepuasan Pelanggan Menurut Peter dan Olson (2011:387), definisi kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut: “customer satisfaction is a critical concept in marketing thought and consumer research” Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:29), pengertian kepuasan pelanggam adalah sebagai berikut: “customer satisfaction is the individual consumer’s perception of the performance og the product or service in relation to his or her expectations.” Tjiptono dan Chandra dalam bukunya “Service, Quality, & Satisfaction” mendiskripsikan pengertian kepuasan pelangggan sebagai berikut; Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai” Menurut Robert Reid dan David Bojanic (2010:63), “customer satisfaction occurs when a firm’s service, as perceived by customers, meets or exceeds expectation. Yang berarti, kepuasan pelanggan terjadi ketika perusahaan jasa, dimana apa yang keinginan seorang pelanggan bertemu dengan harapan. Jadi, kepuasan adalah respon atau tanggapan konsumen mengenai pemenuhan kebutuhan. Kepuasan merupakan penilaian mengenai ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu sendiri, yang memperlihatkan tingkat kesenangan konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebuituhan 22 konsumsi konsumen. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang setelah ia membandingkan kinerja yang dihasilkan oleh produk dengan apa yang diharapkannya. Sedangkan berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Kepuasan pelanggan bermakna perbandingan antara apa yang diharapkan konsumen dengan apa yang dirasakan konsumen ketika menggunakan produk atau jasa tersebut. Bila konsumen merasakan performa produk atau jasa sama atau melebihi ekspektasinya, berarti mereka puas. Sebaliknya jika performa produk atau jasa kurang dari ekspektasinya, berarti mereka tidak puas. 2.2.3 Memahami Harapan Pelanggan Ukuran kepuasan pelanggan adalah seberapa jauh perusahaan atau pemasar bertindak sesuai dengan harapan pelanggan. Karena itu, pemasar harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi harapan pelanggan, seperti yang telah dijelaskan oleh Tony Wijaya (2011:36). Adapun atributatribut yang memberikan titik permulaan yang baik oleh sebuah perusahaan dalam memenuhi harapan- harapan pelanggannya adalah sebagai berikut: a. Rasio Nilai/ Harga Rasio nilai, harga (value/ price ratio) mengukur nilai yang diterima para pelanggan sebgagai fungsi dari harga yang harus mereka bayar. Segementasi pasar merupkan langkah menetapkan rasio nilai/ harga yang tepat. b. Kualitas Produk yang penting dalam 23 Kualitas harus dijelaskan dan dikomunikasikan berdasar hubungannya dengan masing-masing pelanggan dan yang sesuai dengan harapan pelanggan. c. Features Setiap pelanggan mempunyai beberapa tingkat minimum features produk yang diperlukan. Program atau kegiatan apapun tidak akan mampu mendorong orang-orang membeli produk yang tidak diinginkan konsumen. d. Jaminan atau Garansi Tidak ada orang yang ingin membeli produk tanpa garansi atau jaminan pengembalian. Cara umum yang digunakan adalah dengan menawarkan penggantian produk yang rusak atau pembayaran kembali menurut harga pembelian. Pelanggan tidak menginginkan uang mereka kembali., yang mereka inginkan adalah produk dapat bekerja dengan baik . cara terbaik unutk menjamin hal ini adalah dengan kualitas produk dan layanan pelanggan yang superior. e. Penyelesaian masalah Perusahaan atau pemasar yang cerduk memahami bajwa pelanggan yang tidak dipuaskan akan memberikan peluang, bukan masalah. Studi menunjukan bahwa pelanggan yang mempunyai masalah dan puas dengan cara perusahaan menyelesaikan masalahnya akan menjadi semakin loyal. f. Pengalaman pembelian Ukuran kepuasan pelanggan penting lainnya adalah pengalaman dalam pemilihan serta pembelian barang dan jasa. Perusahaan yang 24 memiliki fokus pada kepuasan pelanggan mengakui pentingnya pengalaman berbelanja. 2.2.3 Alat Untuk Melacak dan Mengukur Kepuasan Pelanggan Alat yang digunakan sebagai pengukur kepuasan pelanggan menurut Kotler dalam buku karangan Tjiptono dan Chandra (2011: 314), yaitu: 1. Sistem keluhan dan saran (Complaint and Suggestion Systems) Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang dapat digunakan antara lain kotak saran yang diletakkan di tempat yang strategis dan terjangkau oleh pelanggan, memberikan kartu komentar pada saat pelanggan selesai melakukan pembelian, selain itu disediakan jalur telepon khusus atau email yang memudahkan pelanggan untuk bertanya. Contoh: menyediakan kotak saran di tempat penjualan ataupun menyediakan nomor telepon untuk layanan konsumen. 2. Survei kepuasan pelanggan (Customer satisfaction Surveys) Survei secara langsung dan berkala kepada pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan cara : a. Directly Reported Satisfaction Pengukuran dilakukan dengan secara langsung melalui pertanyaan-pertanyaan kepada responden untuk mengetahui 25 apakah mereka sangat puas, puas, cukup puas, tidak puas atau sangat tidak puas terhadap berbagai aspek kinerja perusahaan. b. Derived Dissatisfaction Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal, yaitu besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan. c. Problem Analysis Responden atau pelanggan diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok, yaitu masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan penawaran perusahaan, dan saran-saran untuk perbaikan. d. Importance-Performance Analysis (IPA) Responden diminta untuk meranking berbagai atribut dari penawaran berdasarkan tingkat kepentingan setiap atribut tersebut. Selain itu responden juga diminta untuk meranking seberapa baik kinerja pemisahan dalam masing-masing atribut tersebut. 3. Berbelanja terselubung (Ghost Shopping) Metode ini dilaksanakan dengan cara membayar orang (Ghost Shopper) untuk berpura-pura menjadi pembeli atau bersikap sebagai pelanggan dan kemudian melaporkan titik-titik kekuatan maupun titik-titik kelemahan yang mereka alami dari produk atau jasa pesaing. Pembeli bayangan ini juga dapat mengamati atau menilai cara perusahaan dan pesaingnya 26 menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menangani setiap keluhan. 4. Analisis konsumen yang hilang (Lost Customer Analysis) Metode ini sedikit unik. Perusahaan menghubungi pelanggan yang tidak pernah lagi berhubungan atau mengkonsumsi produk untuk mempelajari penyebabnya. Bisa dengan cara mengadakan wawancara, mengamati tingkat kehilangan pelanggan yang kalau meningkat menunjukkan perusahaan gagal memuaskan pelanggannya. Yang diharapkan dari metode ini adalah diperolehnya informasi penyebab pelanggan berhenti mengkonsumsi dan berhubungan dengan produk perusahaan, dan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. 2.2.5 Dimensi Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler& Keller (2012:150), kunci mempertahankan pelanggan adalah kepuasan. Oleh sebab itu, ciri- ciri atau dimensi seorang pelanggan yang puas dapat diukur dengan: 1. Tetap loyal 2. Membeli produk baru yang ditawarkan 3. Merekomendasikan produk 4. Berdesia membayar lebih 5. Memberikan masukan 27 2.3 Hubungan antara Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan Berdasarkan kerangka teori di atas dapat diketahui bahwa dalam membangun landasan yang kuat dalam hubungan konsumen dibutuhkan kepuasan dan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan (services) merupakan sesuatu yang tidak dapat diciptakan secara tiba-tiba melainkan harus dibentuk secara perlahan-lahan. Pelayanan (services) mengacu pada konsumen yang memegang dengan erat suatu ingatan unik dalam ingatannya terhadap suatu produk atau jasa. Konsumen yang puas akan menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu, menciptakan pelayanan yang berkualitas menjadi tujuan perusahaan demi terciptanya kepuasan konsumen. Dengan demikian terdapat kaitan di mana pelayanan dapat digunakan sebagai pengukur tingkat kepuasan konsumen. Berikut beberapa pendapat ahli mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Sejumlah bukti empiris membuktikan bahwa kualitas tinggi berdampak pada kinerja bisnis superior. Kualitas tinggi menimbulkan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi pula. (Tjiptono dan Chandra 2012: 76). Selanjutnya, kedua pengarang menambahkan bahwa kualitas pelayan mencerminkan perbandingan antara tingkat layanan yang disampaikan perusahaan dibandingkan ekspektasi pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2009: 67) yang diterjemahkan oleh Benjamin Molan menyatakan Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan adalah sebagai berikut: “Terdapat hubungan yang erat antara kualitas produk dan pelayanan,kepuasan pelanggan, dan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi tingkat kualitas menyebabkan semakin tingginya kepuasan pelanggan dan juga mendukung harga yang lebih tinggi serta (seringkali) biaya yang lebih rendah” 28 Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa jika suatu perusahaan yang dapat menghasilkan kualitas pelayanan dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut telah dapat memuaskan pelanggannya dan dapat juga disebut perusahaan yang berkualitas. Hal tersebut hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Kotler dan Keller dan Armstrong (2010: 7), yang menyatakan: “ Customer satisfaction is closely linked to quality. Quality has a direct impacton product performance and customer satisfaction. In the narrowest sense, quality can be defined as “fredom from defectors” but most customer’s centered company go beyond this narrow definition of quality. Instead, they defined quality in terms of customer satisfaction”. Penelitian ini diperkuat oleh beberapa jurnal yang menjelaskan mengenai hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, antara lain: o Menurut Agyapong, Gloria K Q dalam jurnal ProQuest Documents (2011:203-210) yang berjudul “The Effect of Service Quality on Customer Satisfaction in the Utility Industry- A Case of Vodafone (Ghana)” sebagai berikut: Multiple regression analysis was used to examine the relationships between service quality variables and customer satisfaction. The results showed that all the service quality items were good predictors of customer satisfaction. Yang artinya adalah Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan antara variabel kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item kualitas pelayanan adalah prediktor yang baik dari kepuasan pelanggan o Menurut Kaur, Kiran dalam jurnal ProQuest Documents (2010:261273) yang berjudul “Service Quality and Customer Satisfaction in 29 academic Libraries” sebagai berikut: “Related to service quality is the concept of customer satisfaction. Based on this view, perceived service quality is a component of customer satisfaction. Over time, repeated satisfaction with service encounters results in a perception of service quality.”yang artiya adalah: Terkait dengan kualitas pelayanan adalah konsep kepuasan pelanggan. Berdasarkan pandangan ini, persepsi kualitas layanan adalah komponen dari kepuasan pelanggan. Seiring waktu, kepuasan berulang dengan layanan pertemuan menghasilkan persepsi kualitas pelayanan. o Menurut Dehghan, Ali; Zenouzi, Bahman; Albadvi, Amir dalam jurnal ProQuest Documnents (2012:3-8) yang berjudul “An Investigation on the Relationship between Service Quality and Customer Satisfaction: In the Case of CCG CO” sebagai berikut: “One of the key challenges they are facing is how to manage service quality, which holds a great importance to customer satisfaction. service quality dimensions that affect customer satisfaction from customers' perspective.”yang artinya adalah: Salah satu tantangan utama yang mereka hadapi adalah bagaimana mengelola kualitas pelayanan, yang memegang sangat penting untuk kepuasan pelanggan. dimensi kualitas pelayanan yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dari perspektif pelanggan o Menurut Dwi Aryani dan Febrina Rosinta dalam jurnal berjudul “pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dalam membentuk loyalitas loyalitas pelanggan” (2010: 114-126) yaitu: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima dimensi pemebentuk 30 kualitas layanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pelanggan. o Menurut Nani Cesimariani dalam jurnalnya yang berjudul pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada CV haspari Palembang (2012: 120) sebagai berikut: Pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan ini berpengaruh sangat besar yang mana pelanggan menilai seberapa baik pelayanan yang diterima dengan membandingkan apa yang diharapkan atau yang diinginkan dari pelanggan tersebut. 2. 4 Kerangka Pemikiran Hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan Pelanggan: Kualitas Pelayanan: 1. Loyalitas konsumen 1. Reliabilitas 2. Responsivitas Pengaruh 2. Kualitas produk/jasa 3. Jaminan 3. Pujian positif 4. Empati 4. Merek pesaing dan harga 5. Bukti Fisik 5. Ide baru terhadap produk/jasa Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pelanggan: 1. Rasio nilai/harga 2. Kualitas produk/ jasa 3. Jaminan 4. Pengalaman Pembelian 31 2.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, maka dapat ditarik sebuah hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini, yaitu: H0= Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan terhadap Kepuasan pelanggan H1= Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan