Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV

advertisement
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas
CV Kandura Keramik Bandung
Benedictus Permadi
Rita Nurmalina
Kirbrandoko
Jurusan Manajemen dan Bisnis Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor (MB IPB)
JAM
14, 1
Diterima, November 2015
Direvisi, Januari 2016
Disetujui, Februari 2016
Abstract: CV Kandura Keramik is one of companies which runs its business in ceramic
production. As a company which is producing ceramics with high market potential, the
company needs capacity building by identifying internal and external factors in order to
facilitate in improving the company’s internal management and to develop strategies that
can be used optimally to improve the company’s revenue. This research is aiming to give an
overview of the business model performed by CV Kandura Ceramic along with the overview
of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats based on Business Model Canvas and
provide input regarding corrective measures for the company. Research method conducted
with Business Model Canvas approach and SWOT analysis to allow the formation of alternative strategy. The improvement of business model performed on seven of nine elements of BMC
and there are seven major improvement programs for the company as follows: Establish a
new segmentation, cooperation with art students, business partners, suppliers and partners,
registering products to Standardization Agency, form R&D subdivision and recruit potential human resources.
Keywords: business model canvas, CV Kandura Keramik, SWOT
Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM)
Vol 14 No 1, 2016
Terindeks dalam
Google Scholar
Alamat Korespondensi:
Benedictus Permadi, Jurusan
MB Program Pascasarjana
MB IPB Jl Raya Pajajaran,
Bogor, permadibenedictus@
gmail.com
88
Abstrak: CV Kandura Keramik is one of companies running its business in ceramic production. As a company producing ceramics with high market potential, the company needs capacity building by identifying internal and external factors in order to facilitate in improving the
company’s internal management and to develop strategies that can be used optimally to
improve the company’s revenue. This research is aiming to give an overview of the
business model performed by CV Kandura Ceramic along with the overview of Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats based on Business Model Canvas and provide input
regarding corrective measures for company. Research method is conducted with Business
Model Canvas approach and SWOT analysis to allow the formation of alternative strategy.
The improvement of business model performed on seven of nine elements of BMC and
there are seven major improvement program for the company: Establish a new segmentation,
cooperation with art students, business partners, suppliers and partners, registering products to Standardization Agency, form R&D subdivision and recruiting potential human
resource.
Kata Kunci: Business Model Canvas, CV Kandura Keramik, SWOT
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME88
14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif,
didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu
untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya
kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi
kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh
pemerintah untuk dikelola hingga tingkat kementerian.
Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola
secara terkoordinasi di tingkat kementerian namun
tersebar di beberapa kementerian yang terkait. Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga ditingkat kementerian disebabkan karena sektor ekonomi kreatif ini
memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi
ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang
positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang
positif (Kemenparekraf, 2011).
Kemunculan industri kreatif di Indonesia mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat sehingga mampu menempatkan industri kreatif ke dalam 10 besar
kelompok yang mampu menyumbang pendapatan
hingga 7,7% terhadap PDB Nasional (Kemenparekraf
2013). Kerajinan keramik merupakan salah satu
bagian dari sub sektor kerajinan di dalam industri kreatif yang berpotensi menembus pasar domestik maupun
pasar internasional dengan tingkat permintaan dalam
negeri yang meningkat sehingga industri keramik
dituntut untuk mampu memproduksi sebanyak 13%
dari jumlah biasanya. Konsumen industri keramik di
Indonesia sebagian besar adalah hotel dan restoran.
Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan
merupakan produk yang digunakan untuk peralatan
makan hingga aksesoris.
Kandura Keramik didirikan pada tahun 2005 oleh
tiga orang alumnus fakultas seni rupa dan desain ITB
yang memiliki cita-cita menjadi wirausaha dan seniman
di bidang keramik. Usaha ini dijalankan dalam sebuah
studio keramik yang memiliki luas 500 meter persegi,
dengan fasilitas studio yang mampu menampung
kegiatan pembuatan produk-produk keramik seperti
tableware, pemodelan keramik, fasilitas eksperimen
produk dan eksperimen campuran glasir atau lapisan
pewarna keramik, sedangkan untuk produksi dengan
skala besar, saat ini Kandura melakukan kemitraan
dengan perusahaan yang memiliki keahlian dan fasilitas untuk produksi masal. Selama perjalanannya,
Kandura Keramik lebih banyak membuat produk
berdasarkan pesanan yang umumnya berasal dari
hotel dan restoran. Pada tahun 2009, Kandura mulai
serius menggarap produk retail keramik. Berdasarkan
desain dan kualitasnya, perusahaan ini membentuk
dua kelompok pasar sendiri, kelompok pertama
pelanggan CV Kandura berasal dari hotel dan restoran
wilayah Jabodetabek sedangkan kelompok kedua
merupakan konsumen dengan rasio umur 21–45 tahun
yang sebagian besar berasal dari Jakarta.
Saat ini pemerintah kota Bandung mengharapkan
industri pariwisata khususnya usaha perhotelan dan
restoran yang diharapkan mampu menjadi penopang
ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan masyarakat. Pada tahun 2010, Jawa Barat memiliki 1.235
hotel yang terdiri dari 175 hotel berbintang dan 1060
hotel melati dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
26.551 orang, sedangkan jumlah restoran di Jawa
Barat saat ini sebanyak 635 unit dan 2725 rumah
makan yangmampu menyerap sebanyak 21.959 orang
tenaga kerja. Sebagian besar pertumbuhan dan pemasukan dari perhotelan serta restoran tersebut tersebar
di Kota Bandung, disusul kawasan Bogor serta beberapa kawasan wisata lainnya yang tersebar di Jawa
Barat. Melihat potensi perkembangan hotel dan restoran diwilayah Jawa Barat, maka peluang ini menjadi
pangsa pasar yang potensial bagi Kandura Keramik.
Berdasarkan jumlah hotel dan restoran yang meningkat di kota Bandung dan sekitarnya, menyebabkan potensi besar bagi perusahaan untuk memasarkan
produknya yang dominan berupa produk tableware.
Peningkatan permintaan tableware dikarenakan produk yang ditawarkan memiliki diferensiasi dan kualitas
yang jauh berbeda dibandingkan dengan perusahaan
lainnya. Potensi peningkatan produk dan perkembangan
industri keramik di Indonesia menyebabkan perusahaan harus memahami dan mengantisipasi faktor
eksternal sehingga memudahkan manajemen dalam
memperbaiki internal perusahaan serta menyusun
strategi yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
meningkatkan pendapatan perusahaan.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
89
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran informasi, penjelasan, dan kondisi yang
berkaitan dengan obyek penelitian secara faktual
akurat dan sistematis. Metode yang dilakukan adalah
dengan menggunakan pendekatan business model
canvas melalui wawancara dan FGD yang dilakukan
terhadap responden. Setelah melakukan analisis business model canvas, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT pada masing-masing elemen
business model canvas (BMC).
Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan cara
non-probability sampling yaitu memilih responden
yang memiliki pengalaman atau kompetensi di suatu
bidang. Pemilihan responden tersebut dilakukan
dengan secara sengaja (purposive sampling) dengan
pertimbangan responden bersangkutan memiliki keahlian dan berkompeten dibidangnya. Adapun rincian
responden dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
perusahaan, menggambarkan kondisi bisnis model
perusahaan pada saat ini. Analisis yang dilakukan
menggunakan bantuan business model canvas dengan
sembilan elemen pendukungnya. (a) Langkah pertama
adalah mengidentifikasi customer segments berdasarkan SBU perusahaan. pelanggan merupakan sasaran
utama yang diinginkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis, untuk itu dibutuhkan identifikasi
customer segments sehingga tepat sasaran. (b) Langkah selanjutnya adalah mengisi value propotisions,
yang merupakan nilai-nilai yang ditawarkan organisasi
kepada customer segments. Nilai-nilai berupa keunikan tersendiri baik pada produk maupun jasa yang ditawarkan. Perusahaan juga dapat mendidik customer
segments untuk mau menerima value propotisions
yang ditawarkan. (c) Channels, menjelaskan bagaimana perusahaan berinteraksi dan berkomunikasi baik
kepada konsumen maupun mitra bisnisnya. Pada bagian ini, perusahaan akan dipengaruhi key resources,
key activities, dan key partners. (d) Customers
relationship. Pada bagian ini, menjelaskan bagaimana
perusahaan berhubungan dengan pelanggan lama dan
juga berinteraksi serta menjaring calon pelanggan
Tabel 1. Daftar Responden Yang Digunakan
Jabatan
Organisasi
Direktur
CV Kandura
Kabag Marketing
CV Kandura
Kabag Produksi
CV Kandura
Kabag Keuangan
CV Kandura
Desainer Produk
PT XYZ
Direktur
Supplier bahan baku
Direktur
Rekanan distribusi dan pemasaran
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini digunakan metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus. Langkah-langkah analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Analisis deskriptif bertujuan untuk memaparkan
visi dan misi, tujuan perusahaan CV Kandura Keramik
dalam rangka menganalisis permasalah dan faktorfaktor dominan yang dapat menentukan strategi yang
tempat untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan pendapatan perusahaan. (2) Analisis bisnis model
90
Keterangan
Responden Internal
Responden Internal
Responden Internal
Responden Internal
Responden Eksternal
Responden Eksternal
Responden Eksternal
baru. (e) Revenue streams, aliran dana akan diterima
perusahaan apabila komponen di atas (customer segments, value propotisions, channels dan customer
relation) berjalan dengan lancar. (f) Pada bagian cost
structure, perusahaan akan mendapatkan efisiensi
pada saat key resources, key activities, dan key
partners berjalan dengan baik dan lancar. (3) Analisis
benchmarking. Analisis yang dilakukan adalah
dengan membandingkan semua aspek bisnis, produk,
dan prosesnya yang berpengaruh terhadap kinerja dan
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
kualitas (Lankford, 2000). Perusahaan yang dipilih
untuk dilakukan perbandingan diasumsikan sebagai
perusahaan XYZ. Perusahaan tersebut dipilih karena
memproduksi keramik dengan berbagai desain dan
pangsa pasar yang dikuasai telah menyebar hingga
ke mancanegara. Tujuan utama menggunakan perusahaan XYZ sebagai benchmark adalah untuk mengidentifikasi dan meniru kegiatan terbaik sehingga
mampu mengembangkan usahanya (Zairi 1998) contohnya dengan peningkatan produktivitas, peningkatan
desain, dan menciptakan standar baru (Legner, et al.,
1997 dan Steven, et al., 2003). Selain itu, dengan
menggunakan perusahaan XYZ sebagai perusahaan
benchmark perusahaan diharapkan mampu memenuhi dan melebihi perusahaan tersebut (Pryor dan
Katz, 1993). Hasil dari analisis benchmarking digunakan untuk mendukung komponen-komponen di
dalam faktor internal perusahaan. Tahapan benchmarking yang dilakukan (Andersen dan Pettersen,
1996), yaitu: (a) Plan. Melakukan penilaian performa
periode yang telah berjalan dan menetapkan kinerja
perusahaan yang akan dibandingkan dengan perusahaan yang dipilih menjadi acuan kinerja perusahaan.
(b) Search. Mencari perusahaan yang potensial sebagai partner untuk melakukan benchmark. (c) Observe. Mengumpulkan berbagai informasi mengenai
faktor-faktor kunci sukses dari perusahaan yang
mempunyai kinerja superior sebagai acuan kinerja
perusahaan. Contoh yang dapat diidentifikasi seperti
kondisi tren atau data pemesanan produk perusahaan
(Stapenhurst 2009). (d) Analyze. Melakukan analisa
informasi yang telah dikumpulkan dari perusahaan
yang dipilih sebagai acuan kinerja. Analisis yang
dilakukan dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan
yang mendukung sehingga menguatkan perencanaan
perbaikan yang dilakukan (Stapenhurst 2009). Analisis
yang dilakukan dikombinasi dengan metode penelitian
lainnya sehingga dapat menghasilkan sebuah alternatif strategi bagi pengembangan usaha perusahaan.
(e) Adapt. Menyusun dan mengimplementasikan
program perbaikan kinerja perusahaan. (4) Analisis
SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity,
Threath). Pada analisis ini, kesembilan elemen BMC
akan dianalisis dengan menggunakan metode SWOT.
Hasil dari faktor eksternal dan internal yang berasal
dari sembilan elemen BMC akan menghasilkan
rumusan model perbaikan yang baik bagi perusahaan
faktor internal dan eksternal didapatkan dari wawancara yang dilakukan ketika melakukan studi dokumentasi. (5) Hasil dari SWOT akan menghasilkan
perbaikan dari model binis serta membentuk model
bisnis baru bagi perusahaan. Perusahaan dapat
menggunakan model bisnis baru maupun yang telah
diperbaiki, namun apabila perusahaan belum ingin
menggunakan model bisnis baru karena terdapat
beberapa kendala internal maupun eksternal maka
model tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu oleh
perusahaan apabila dibutuhkan. (6) Perbaikan model
bisnis baru. Tahapan selanjutnya adalah melakukan
perbaikan dari sembilan elemen model bisnis. (7) Merumuskan tahapan implementasi perbaikan program.
Setelah diperoleh model bisnis baru maka langkah
selanjutnya adalah membuat tahapan implementasi
perbaikan model bisnis. Perumusan tahapan implementasi perbaikan model bisnis dilakukan setelah
menggunakan metode FGD sehingga dapat diketahui
tujuan, sasaran, rencana masa depan, serta perbaikan
yang harus dilakukan oleh perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Elemen-elemen Model Bisnis CV
Kandura Keramik
Identifikasi ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan dan mengelompokkan elemen-elemen kedalam
sembilan business model canvas perusahaan yang
berlaku saat ini. Gambar X merupakan ringkasan dari
sembilan elemen dalam business model perusahaan
saat ini.
Identifikasi Benchmarking PT XYZ
PT XYZ merupakan salah satu perusahaan keramik yang berada di daerah Bali dan sudah lebih
dari 30 tahun berdiri. Saat ini perusahaan tidak hanya
berfokus pada produk, tetapi juga pengembangan konsep pengemasan dan pengiriman produk. Perusahaan
ini digunakan sebagai benchmarking bagi CV Kandura
keramik Bandung karena mampu mempertahankan
produk dan memperluas usahanya hingga ke luar negeri.
Konsumen yang dimiliki PT XYZ terbagi menjadi tiga
kelompok besar yaitu 1) wisatawan dalam dan luar
negeri yang setiap harinya datang ke pulau Bali untuk
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
91
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
K e y Part ne r
Ma nufaktur
Ba han B aku
Retail
Online
Retail
Offline
Key Activitie s
E kspe rime n
D esain
A rt Work
pr oduksi
Value
Proposit ion
Produk kera mik
table ware
kontempore r,be
ntuk,
pewa rna an
yang unik
Cust ome r
Relationship
Pende katan
pe rsonal
Cu st omer
Se gmen t
Hotel,
Re sto ran
danre side nsia
l
Konsume n
re tail
K e y Re sourc es
Kualitas
S DM tingg i
Ba han ba ku
ya ng
diguna kan
be rstandar
S NI
I lmu
pe ngetahua n
Ch annels
Pameran
dan B azar
Media
Sos ial
Liput an
med ia
Web site
Retail store
Cost Stru cture
Gaji Kary awan
Operasional Kantor
Operasional Wo rkshop
Sewa dan h utan g m odal
R ekanan M anufaktur
Re ven ue Stre am
1.
2.
3.
4.
Pr oje ct
Penjua la n o nline
Penjua la n o ffline
Wor kshop dan wisa ta edukasi
Gambar 1. Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung Saat Ini
melakukan wisata. PT XYZ memiliki keuntungan
pada kondisi ini dikarenakan wisata sekitar merupakan
tempat wisata sehingga secara tidak langsung para
wisatawan akan berkunjung ke showroom PT XYZ.
2) Konsumen yang berasal dari hotel dan restoran
bintang lima, dan 3) Konsumen yang membeli produk
melalui media internet.
Konsumen ini membeli produk PT XYZ berasal
dari dalam dan luar negeri.Berikut ini merupakan
keunggulan dari PT XYZ yang telah dikembangkan
hingga saat ini.
Desain. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh
PT XYZ merupakan orang-orang yang memiliki
92
keunggulan dan keahlian di bidang desain dekorasi
rumah kontemporer. Perusahaan selalui menghasilkan
produk sesuai dengan trend yang memiliki nilai estetika
dan juga memiliki daya tahan tinggi namun tetap
mempertahankan ciri khas bernuansa Bali. Desain
produk yang dihasilkan hingga saat ini berjumlah lebih
dari 2700 desain dan tersebar baik di dalam maupun
luar negeri.
Bahan baku. Produk yang dihasilkan perusahaan
sudah sejak lama terkenal dengan kualitasnya. Perusahaan memberikan perhatian besar dengan menggunakan bahan-bahan terbaik yang didatangkan dari
dalam maupun luar negeri. Bahan baku tersebut
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
kemudian diformulasikan oleh tenaga-tenaga ahli yang
memiliki kompetensi dibidangnya, sehingga menghasilkan produk akhir yang sempurna. Sebelumnya
dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk menguji
secara spesifik bahan baku dari setiap variasi desain
produknya yang dilakukan disebuah laboratorium
khusus.
Pemodelan bentuk dan pembakaran. Teknik
pemodelan merupakan teknik yang membutuhkan
keahlian tertentu sehingga hanya tenaga-tenaga ahli
yang dimiliki perusahaan mampu melakukan teknik
ini dengan sangat baik. Seluruh teknik pemodelan yang
dilakukan diawasi langsung oleh para seniman perusahaan sehingga menghasilkan produk bernilai tinggi.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pembakaran.
PT XYZ memiliki fasilitas pembakaran cukup memadai dengan delapan tungku besar dan suhu pembakaran
yang bisa dicapai hingga 1250 derajat Celcius. Pada
suhu 1250 derajat Celcius, kandungan air pada keramik dapat ditekan hingga kurang dari satu persen
sehingga menghasilkan produk yang mampu menahan
panas saat makanan disajikan. Suhu yang tinggi ini
juga memberikan jaminan kualitas produk yang diberikan sentuhan warna dan tahan pudar.
Quality control. Aspek ini merupakan poin penting yang dimiliki perusahaan. Quality control akan
memeriksa dan menguji masing-masing produk yang
telah dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Adanya quality control dapat menjamin bahwa patokan desain, unsur ketahanan dan unsur keamanan
produk sudah terpenuhi.
Analisis SWOT Business Model Canvas
Setelah melakukan identifikasi Sembilan elemen
yang dimiliki perusahaan, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan identifikasi sembilan elemen tersebut berdasarkan analisisis SWOT. Analisis ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
business model yang dimiliki perusahaan saat ini. Analisis SWOT merupakan analisis yang mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dihadap perusahaan. Berdasarkan dari analisis tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan
tindakan yang dapat menunjang pengembangan usaha
perusahaan.
Perbaikan Business Model Canvas
Perbaikan business model canvas pada CV
Kadura Keramik Bandung dapat dilakukan dengan
bantuan analisis SWOT disetiap elemennya. Dengan
analisis SWOT tersebut akan ditemukan prospek baik
bagi perusahaan yang harus dipertahankan serta
dikembangkan, dan juga kendala-kendala yang
dihadapi oleh organisasi dan bagaimana solusi untuk
memperbaikinya.
Program Perbaikan Model Bisnis Canvas CV
Kandura Keramik Bandung
Setelah melakukan perbaikan yang sesuai dengan
analisis SWOT dalam sembilan elemen business
model canvas, langkah selanjutnya adalah melakukan
alternative rekomendasi program yang dapat
digunakan perusahaan untuk mendukung program
perbaikan model bisnis canvas perusahaan.
Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen
wisata edukasi (customer segments). Program ini
dapat diadakan dengan cara melakukan pelatihan khusus pembuatan keramik karena perusahaan memiliki
daya tarik tersendiri bagi siswa dan mahasiswa.
Mendaftarkan produk perusahaan khususnya
tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan bisnis memproduksi packaging
untuk keramik (Value propositions). Menurut
Herjanto (2011) mengatakan bahwa standarisasi
merupakan salah satu instrument regulasi teknis yang
digunakan untuk melindungi kepentingan konsumen
nasional sekaligus produsen dalam negeri. Oleh karena
itu, perusahaan perlu mendaftarkan produknya
khususnya produk tableware ke badan standarisasi
nasional/SNI.
Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa
seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk membentuk komunitas keramik kontemporer serta membentuk customer service pada websitenya. (Customer relationships).
Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat
website pribadi. Muttaqin (2011) menjelaskan bahwa
media pemasaran adalah salah satu perangkat vital
dalam suatu bisnis yang baik dan merupakan pendukung dari siklus hidup suatu produk.Sekarang ini,
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
93
Tabel 1 Analisis SWOT Business Model Canvas CV Kandura Keramik
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
94
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
teknologi informasi merupakan bagian yang sangat
penting dan sangat mempengaruhi dunia pemasaran
sehingga penting untuk setiap perusahaan memanfaatkan internet sebagai media untuk memperkenalkan
dan menjual produknya ke masyarakat luas. Perusahaan sejauh ini kurang memperhatikan konsumen
secara langsung karena lebih memanfaatkan media
partner dalam menjual produknya.Melalui perbaikan
website maka pengembangan sistem informasi dapat
terintegrasi dengan baik.
Membentuk subdivisi R&D (quality control dan
teknik pewarnaan) (Key activities).
Merekrut sumber daya manusia yang potensial
dan bekerjasama dengan rekan bisnis memberikan
pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan. (key
resources).
Bekerjasama dengan rekanan pemasok sumber
daya alam, kurir, investor, serta tenaga ahli yang kompeten dibidangnya. (Key partnerships). Perusahaan
harus mulai fokus dalam mencari rekanan kurir yang
bersedia untuk bekerjasama dalam mengirim produk
keramik terutama untuk konsumen bisnis retail.
Perusahaan dapat membuat suatu perjanjian yang
dapat mengikat dan menguntungkan keduanya.Pada
tahap ini, perusahaan membutuhkan refensi kurir yang
mampu mengirimkan barang tepat waktu dan tanpa
ada cacat sedikitpun pada barang. Selain itu, pada
tahap ini perusahaan juga mulai mencari pemasok
SDA berkualitas namun memiliki harga bersaing
sehingga kualitas ataupun kecocokan bahan baku
dengan produk-produk tableware Kandura dapat
disempurnakan.
Tahapan Implementasi Program Perbaikan
Business Model Canvas CV Kandura Keramik
Bandung
Program perbaikan yang dipersiapkan akan dilakukan dengan menggunakan lima tahap, pembagian
empat tahap ini bertujuan agar seluruh program yang
telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Pembagian keempat tahapan ini dihasilkan sesuai dengan
kondisi perusahaan baik dari tahapan implementasi
maupun biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
perbaikan program tersebut. Seluruh program yang
direncanakan dapat selesai dan berfungsi optimal
setelah tiga tahun lamanya dengan asumsi seluruh
program dijalankan dengan baik tanpa ada kendala
apapun.
Program-program perbaikan yang direncanakan
dibagi menjadi dua kelompok tahapan sesuai dengan
fungsi dan tingkat urgensinya
Secara umum tahapan implementasi program
dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: (1) Tahap persiapan. Pada tahap ini perusahaan mengagendakan,
menganggarkan biaya, dan menentukan siapa yang
akan bertanggung jawab terhadap program perbaikan
yang dilakukan. Pada tahap ini perusahaan perlu melakukan sosialisasi program kepada pihak eksternal
maupun internal perusahaan. (2) Pada program
perbaikan 1. Terdapat empat program perbaikan kerja
yang dapat dilakukan perusahaan pada tahap ini yaitu:
1) Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata edukasi, 2) Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk
membentuk komunitas keramik kontemporer serta
membentuk customer service pada websitenya, 3)
Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website
pribadi, serta 4) Bekerjasama dengan rekanan pemasok sumber daya alam, kurir,investor, serta tenaga
ahli yang kompeten dibidangnya. (3) Program perbaikan 2. Terdapat empat program perbaikan kerja yang
dapat dilakukan perusahaan pada tahap ini yaitu 1)
Mendaftarkan produk perusahaan khususnya tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama
dengan rekan bisnis memproduksipackaging untuk
keramik, 2) Membentuk subdivisi R&D (quality
controldan teknik pewarnaan), serta 3) Merekrut
sumber daya manusia yang potensial dan bekerjasama
dengan rekan bisnis memberikan pelatihan khusus
bagi karyawan perusahaan. (4) Tahap akhir yaitu
evaluasi seluruh program. Pada tahap ini perusahaan
harus mengukur dan melakukan evaluasi terhadap
program perbaikan yang telah dijalankan oleh perusahaan selama tiga tahun. Jika terdapat kekurangan atau
hambatan yang terjadi selama program dijalankan,
maka pada tahap ini perusahaan mulai melakukan
penyempurnaan kembali terhadap business model
yang telah dijalankan.
Setiap tahap yang dilakukan oleh perusahaan
dikontrol penuh oleh pihak yang bertanggungjawab.
Adanya evaluasi diakukan untuk menentukan apakah
tahap tersebut mengalami hambatan atau tidak.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
95
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
Evaluasi setiap tahap berbeda fungsinya dengan
tahap akhir, dimana pada tahap akhir ini perusahaan
akan melakukan perbaikan business model
berdasarkan program perbaikan kinerja dan
perubahan eksternal yang terjadi saat itu. Gambar 2
merupakan program perbaikan yang dapat dilakukan
perusahaan untuk menyempurnakan business model
perusahaan.
pribadi, 4) Bekerjasama dengan rekanan pemasok,
kurir, investor, serta tenaga ahli yang kompeten,5)
Mendaftarkan produk khususnya tableware Badan
Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan
bisnis memproduksipackaging untuk keramik, 6)
Membentuk subdivisi R&D (quality controldan
teknik pewarnaan), serta 7) Merekrut SDM yang potensial dan memberikan pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
CV Kandura keramik Bandung memiliki sembilan elemen business yang terdiri dari 1) customer
segmentations yang berasal dari konsumen bisnis
project dan konsumen retail, 2) value propositions
yang terdiri dari Produk keramik tableware kontemporer, bentuk, pewarnaan yang unik dan Bahan baku
memiliki standar SNI, 3) channels menggunakan
media partner yang berasal dari pameran dan bazar,
media sosial, liputan media, website, retail store, 4)
customer relationships perusahaan masih menggunakan pendekatan personal ,5) revenue streams
terbagi menjadi empat bagian, 6) key resources
berasal pada kuantitas SDM dan ilmu pengetahuan
yang dimiliki, 7) key activities yang dilakukan
perusahaan adalah dengan eksperimen, desain, art
work, dan produksi keramik, 8) key partnerships
bekerjasama dengan manufaktur, pemasok tunggal
bahan baku, retail online, dan retail offline, 9) cost
structures yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari
gaji karyawan, operasional kantor, operasional
workshop, sewa dan hutang modal, dan rekanan
manufaktur.
Terdapat tujuh elemen yang mengalami perbaikan, cost structure dan revenue stream tidak mengalami perubahan karena telah terstruktur dan kedua
elemen tersebut akan mengalami perubahan ketika
ketujuh elemen lainnya terlah berjalan sesuai dengan
perbaikan yang telah dirancang. Terdapat tujuh program perbaikan yang telah disiapkan, antara lain 1)
Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata
edukasi, 2) Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk
membentuk komunitas keramik kontemporer serta
membentuk customer service pada websitenya, 3)
Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan
analisis five force porter yang akan menganalisis
kondisi perusahaan terhadap perusahaan lain. Selain
itu, diharapkan adanya analisis revelue streams dan
cost structure lebih menyeluruh karena pada penelitian ini tidak dijelaskan pada kedua segmen konsumen
yang memberikan keuntungan lebih besar dan resiko
lebih besar sehingga biaya yang ditanggung perusahaan lebih besar dibandingkan yang lainnya.
96
DAFTAR RUJUKAN
Andersen, B. 1995. The results of benchmarking and a
benchmarking process model. Tromdheim (NO): The
Norwegian Institute of Technology.
Herjanto, E. 2011. Pemberlakuan SNI Secara Wajib di
Sector Industri: Efektifitas Dan Berbagai Aspek
Dalam Penerapannya. Jurnal Riset Industri. 1(2): 121–
130.
Lankford, W.M. 2000. Bechmarking: understanding the basics. The Coastal Business Journal. 1(1):57–62.
Legner, C., Muscter, S., Brechf, L., Osterle, H. 1997. Process mEasurement And Benchmarking: The Sap Process Information System. Swiss (CH): University St.
Gallen.
[KEMENPAREKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. (2011). Rencana strategis kepariwisataan
dan ekonomi kreatif periode 2012–2014. Retrieved
from www.indonesiakreatif.net.
[KEMENPAREKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. (2013). Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012. Jakarta,
ID: Biro Hukum dan Kepegawaian.
Muttaqin, Z. 2011. Facebook Marketing Dalam Komunikasi
Pemasaran Modern. Jurnal Teknologi. 1(2):103–109.
Pryor, L.S., Katz, S.J. 1993. How Benchmarking Goes
Wrong (And How To Do It Right). England (UK):
Emerald Group.
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
Stapenhurst, T. 2009. The Benchmarking Book: A
How-to-Guide to Best Practice For Managers
and Practitioners. Oxford (GB): ButterworthHeinemann.
Steven, T.H., Wouter, T.H., Frans, S. 2003. Key Management Models: The Management Tools And Practices
That Will Improve Your Business. London (GB):
Prentice Hall.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
97
Download