7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Pemasaran Terpadu Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communicationberasal dari kata Latin communication, yang berasal dari kata communis yang artinya sama makna. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan para ahli komunikasi, ada 5 elemen dasar yang penting dalam sebuah komunikasi, antar lain: 1. Komunikator atau penyampai pesan 2. Pesan 3. Komunikan atau pihak penerima pesan 4. Efek Komunikasi dan, 5. Umpan balik Menurut John R. Wenburg & William W. Wilmot1 Ilmu komunikasi suatu pengantar, terdapat tiga kerangka pemahaman komunikasi, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, sebagai interaksi san sebagai transaksi. Komunikasi juga bisa dilihat dari 3 deminsi; 1. Dimensi proses yang melibatkan sejumlah elemen (komunikator, pesan yang disampaikan, media yang digunakan dan khalayak yang dituju, efek komunikasi yang ditimbulkan dan umpan balik yang dilakukan). 1 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2000,42 7 8 2. Dimensi makna yang dipertukarkan dengan konsekuensi pada penggunaan simbol baik verbal mau pun non verbal yang dimengerti bersama. 3. Dimensi tujuan/efek yang diharapakan dan komunikasi yang dilakukan. Teori Stimulus- Respons yang menyatakan bahwa efek merupakan reaksiterhadapsituasi tertentu yang memiliki 3 elemen yakni a. Pesan(Stimulus), b. Penerima(reciever), c. Efek (Respon) Dalam penelitian ini, elemen –elemen proses komunikasidiwakili oleh; 1. Komunikasi atau pihak penyampai pesan – Staff Ticketing (pre flight service) 2. Pesan – Kualitas layanan (Sevice Quality) 3. Pihak penerima pesan – Pelanggan kantor penjualan PT. Garuda Indonesia Senayan City 4. Efek Komunikasi – Tingkat kepuasan pelanggan 2.2. Komunikasi Efektif Konflik dalam sebuah hubung dapat dikatakan hampir tak dapat dihindari. Konflik itu sendiri bukanlah masalah; cara konflik tersebut ditangani, bagaimanapun dapat membawa orang bersatu menjadi satu kesatuanatau menjadi terpecah belah. Keterampilan komunikasi yang buruk, perselisihan dan kesalah pahaman dapat menjadi sumber kemarahan namun 9 juga bisa menjadi batu loncatan untuk hubungan yang lebih kuat dimasa depan. Gambar 2.2 Pentingnya Komunikasi Verbal 7% Body Language 55% Vocal/Voice 38% Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa komunikasi bukan hanya terbatas pada bagaimana cara kita berbicara dengan orang lain (verbal/suara). Komunikasi bisa melibatkan tiga aspek seperti tergambar dalam bagan, dimana yang paling tinggi intensitasnya adalah komunikasi melalui bahasa tubuh, yang diikuti dengan suara, tidak akan dapat berjalan secara efektif. Dalam bukunya yang berjudul The Structure and Function of Communication in Society, Harold Lasswell2, seorang ahli komunikasi, memaparkan sebuah pengertian komunikasi di mana komunikasi itu pada dasarnya merupakan suatu proses 2 Modul Pengantar Ilmu Komunikasi oleh Ponco Budi Sulistyo., M.Comn, Markom Univ. Mercu Buana. Jakarta:2008. 10 yang menjelaskan siapa(who), mengatakan apa(what), dengan saluran apa (channel), kepada siapa (whom), dan dengan akibat atau hasil apa (effect). Apabila disederhanakan, komunikasi adalah Who says what to whom in what channel with what effect. Sedangkan menurut Baumeister – Leary dalam bukunya the need to Belong3 : Desire for Interpersonal Attachments as a fundamental Human Motivation, komunikasi adalah sebuah proses di mana kita menetapkan dan menyampaikan makna untuk menciptakan, mendengarkan, mengamati, berbicara, bertanya, menganalisa, dan mengevaluasi. Melalui komunikasi yang efektif maka kolaborasi yang baik dapat terjamin. Berikut merupakan model dari proses komunikasi, yang dilanjutkandengan penjelasan mengenai bagaimana proses komunikasi. Dalam bagan tersebut terdapat beberapa model linier, yaitu: source merupakan individu atauorganisasi yang mengirimkan pesan. Encoding, mentransfer pesan yang diinginkan menjadi simbol yang dapat disampaikan. Signal, penyampaian pesan menggunakan media tertentu. Decoding, memahami gaya simbolis dari pesan dalam rangka menangkap apa maksud dari pesan tersebut. Receiver, merupakan individu atau organisasi yang menerima pesan. Feedback, penerimapesan mengkomunikasikan balik kepada sumber atas pesan yang sudah diterima. Noise, gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi, yang membuat proses tersebut sulit bagi penerima untuk mengerti pesan yang sebenarnya dimaksud oleh sumber. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, ada beberapa hal kecil yang perlu 3 Ibid 11 diperhatikan, antara lain: persepsi tentang pesan yang disampaikan; ketepatan dalam tujuan pesan; kredibilitas dalam penyampaian pesan; keserasian dan keseragaman pesan; kejelasan dari pesan yang disampaikan; respon yang tepat dalam umpan balik; penggunaan sarana yang tepat dalam penyampaian pesan; penggunaan informasi informal. Ada empat buah tipe dalam komunikasi, yaitu pasif, pasif agresif, agresif, dan asertif. Penjelasan masing-masing tipe tersebut adalah sebagai berikut: a) Pasif adalah tipe komunikasi di mana individu telah mengembangkan pola menghindari untuk mengekspreesikan pendapat atau perasaan mereka, melindungi hak-hak mereka, dan mengidentifikasi serta harga diri yang rendah. Komunikasi pasif didasarkan pada kepatuhan dan bersifat menghindari konfrontasi dalam kondisi apapun. b) Pasif-agresif adalah tipe komunikasi di mana individu terlihat pasif tetapi sebenarnya menunjukkan kemarahan secara halus, tidak langsung atau hanya berada di balik layar. Kombinasi gaya pasifagresif ini cenderung menghindari konfrontasi langsung (pasif),tetapi upaya untuk mendapatkan konfrontasi tersebut ada, bahkan bisa melalui manipulasi (agresif). c) Agresif adalah tipe komunikasi di mana individu mengungkapkan perasaan dan pendapat mereka serta mengadvokasikan kebutuhan mereka dengan cara sebenarnya melanggan hak orang lain. Dengan demikian, komunikator agresif secara lisan dan fisik bersifat kasar. Komunikasi agresif ini selalu melibatkan sikap untuk memanipulasi. 12 d) Asertif merupakan tipe komunikasi yang paling efektif dan bentuk komunikasi yang sehat. Tipe komunikasi ini adalah cara kita untuk mengekspresikan diri kita secara alami ketika harga diri kita masih utuh. Tipe komunikasi asertif memberi kepercayaan diri untuk berkomunikasi tanpa adanya permainan serta manipulasi. Ada tiga hal penting dalam komunikasi asertif, pertama adalah empathy/validation, yaitu mencoba untuk memahami emosi negatif maupun positif pelanggan seolah-olah emosi tersebut kita alami sendiri. Kedua, statement of problem, bagian ini menjelaskan hal-hal apa yang dapat menghambat penyelesaian permasalahan. Ketiga, adalah statement of what you want, bagian ini merupakan permintaan yang spesifik terhadap orang lain (pelanggan). 2.2.1. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Berdasarkan saluran yang digunakan dalam komunikasi, proses komunikasi secara luas dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu komuniksi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal meliputi komunikasi tertulis dan lisan. Sedangkan komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, diagram atau gambar-gambar visual, dan berbagai media yang digunakan untuk komunikasi. a) Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tertulis. Komunikasi verbal ini terdiri dari dua media, pertama yaitu media lisan. Komunikasi lisan mengacu 13 pada kata yang diucapkan dalam proses komunikasi. Komunikasi lisan dapat berupa tatap muka dalam komunikasi, percakapan melalui telepon, atau voice chatting melalui internet. Percakapan atau dialog yang dilakukan dipengaruhi oleh modulasi suara, pitch, volume dan bahkan kecepatan dan kejelasan berbicara. Kedua yaitu media tertulis, yang berupa kata-kata yang dituliskan pada sesuatu. Sebagai contoh adalah menulis surat ataupun e-mail. Efektivitas komunikasi tertulis, ini tergantung pada gaya penulisan, kosakata yang digunakan, tata bahasa, kejelasan, dan ketepatan bahasa. b) Komunikasi Non-Verbal Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dengan mengirim dan menerima pesan tanpa kata-kata. Komunikasi non verbal ini meliputi bahasa tubuh keseluruhan dari orang yangsedang berbicara, yang akan menyertakan postur tubuh, gerakan tangan, dan gerakan tubuh secara keseluruhan. Ekspresi wajah juga memainkan peran besar sementara sejak ekspresi wajah diperlihatkan dalam berkomunikasi, hal tersebut mengatakan banyak tentang suasana hati seseorang. Disisi lain, gerak sepertijabat tangan, senyuman, atau pelukan dapat menyampaikan emosi tersendiri. Komuniksi non verbal juga dapat berupa gambar-gambar representasi, atau bahkan foto-foto, sketsa, dan lukisan. 2.3.Customer Relationship Management (CRM) 14 Customer Retention marketing (CRM) merupakan pendekatan taktis berdasarkan perilaku konsumen.CRM merupakan aktivitas inti yangberlangsung di belakang layar aktivitas Relationship Marketing, Loyalty Marketing, Database Marketing, Permission Marketing, dan lain-lain yang berkaitan.4 Pada dasarnya relationship marketing adalah hubungan dan ikatan jangka panjang antara produsen, konsumen dan pemasok serta pelaku lainnya. Esensi relationship marketing paling tidak menyangkut hubungan yang langgeng dan pertukaran yang terus menerus dan dituntut untuk saling kepercayaan dan ketergantungan. Sehingga dalam konsep relationship marketing, pemasar sangat menekankan pentingnya hubungan baik jangka panjang dengan konsumen dan infrastruktur pemasaran, yang dapat menciptakan kesadaran dalam bentuk hubungan dan komitmen yang menyeluruh. Tujuan tersebut di atas tidak dapat diraih dalam rentang waktu yang pendek. Dengan kata lain CRM mendorong para pemasar untuk selalu berpikir dalam kerangka waktu jangka panjang. CRM telah menjadi the newest phrases in information technology untuk mengimbangi customer masa kini yang cerdas, powerful, dan pintar, yang melahirkan kompetisi yang ketat dan mengglobal yang dijemabatani oleh 4 Modul 2 Customer Retention Management . A. Judhie Setiawan, Fikom Universita Mercu Buana, Jakarta: 2009. 15 internet. Perubahan fokus bisnis dari product centric menjadi customer centric makin nampak kental. CRM bukan sekedar teknologi. Tetapi juga suatu filosofi bisnis yang mengandalkan pemahaman terhadap the lifetime value of customers dan memberikan personalized treatment serta excellent service. Dengan demikian CRM merupakan suatu kombinasi antara tiga elemen, yaitu customer demands, teori marketing (yang berfokus pada long-term relationships, customization dan perluasan bisnis), dan teknologi yang sudah ada dalam perusahaan. CRM memiliki pendekatan kepada tiga komponen penting dalam customer service, yaitu lifetime customer value analysis, one-to-one marketing, dan enterprise relationship marketing. Life time customer value akan memaksimalkan total customer equity dengan mengelola customers sebagai aset. Sedangkan one-to-one marketing yang prosesnya dipermudah oleh Internet menggantikan traditional mass marketing dan ini juga mengefektifkan biaya yang dikeluarkan. One-to-one marketing ini membutuhkan cara untuk membedakan customer melalui segmentasi life time value, berinteraksi dengan customers, dan juga memberikan customized products and services. Enterprise relationship marketing merupakan aspek tambahan yang dipermudah oleh Internet dengan mengikut sertakan customer dan unit eksternal lainnya. 16 “CRM is a business strategy that uses information technology to provide an enterprise with a comprehensive, reliable, and integrated view of its customer base so that all processes and customer interactions help maintain and expand mutually beneficial relationships.”5 CRM merupakan cara atau serangkaian proses yang didesain untuk mengumpulkan data pelanggan dan menyediakan informasi yang berguna bagi perusahaan dalam mengevaluasi berbagai alternatif strategis. CRM dapat pula didefinisikan sebagai konsep pengelolaan dalam upaya menciptakan, mengembangkan dan mewujudkan hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan dalam jangka waktu yang panjang, khususnya dengan pelanggan potensial dalam upaya memaksimalkan nilai pelanggan (customer value) dan kemampulabaan (corporate profitability). Customer Relationship Management (CRM) system? “A CRM system is a process to compile information that increases understanding of how to manage an organization’s relationships with its customers.” 5 Zikmund, McLeod & Gilbert, Customer Relationship Management , 2003. 17 2.4. Kualitas Layanan/ Service Quality (ServQual) 2.4.1. Layanan Jasa/ Service Sebelum mengetahui definisi layanan, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa beda antara layanan dengan jasa. Pengertian layanan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah menyediakan segala yang dibutuhkan orang lain, dalam hal ini ini pelanggan. Kotler dalam Fandy Tjiptono dan Chandra Gregorius, Quality & Satisfaction6 mendefenisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang sifatnya dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Menurut Gronroos yang menyatakan bahwa jasa adalah proses yang terdiri dariserangkaian aktifitas intengibelity yang biasanya (namun tidak selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa atua sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagia solusi atas masalah pelanggan. Sedangkan pengertian jasa menurut Zeithmal dan Bitner adalah seluruh kegiatan yang meliputi aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan merupakan produk fisik atau konstruksi, umumnya dikonsumsi sekaligus pada saat diproduksi dan memberikan nilai tambah dalam berbagai bentuk (kenyamanan, hiburan, ketepatan waktu, kemudahaan dan kesehatan) yang pada dasarnya tidak berwujud. Philip Kotler dan Gary Armstrong mendefinisikan layanan sebagai 6 Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Loc.cit. 1l 18 aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu kelompok ke kelompok lainnya berupa sesuatu yang bersifat intangible. Pengertian intangible bukan berarti menawarkan hanya produk jasa saja, tapi juga lebih tepat kepada proses penyampaiannya. Definisi layanan menurut Hermawan Kartajaya adalah paradigma perusahaan untuk menciptakan sebuah value abadi bagi pelanggan melalui produk dan jasa. Selain itu, setiap bisnis adalah bisnis layanan karena berasal dari kata “service” berasal dari kata “serve” yang berarti menyampaikan, tidak hanya untuk industry jasa. Setiap bisnis adalah service business, sehingga service adalah jiwa dari perusahaan dan sikap untuk bertahan serta memenangkan persaingan di masa depan. Dengan memiliki jiwa service, perusahaan berarti memiliki strategi “menghindari jebakan kategori bisnis”. Apapun industrinya, layanan memiliki peran penting karena dapat memberikan solusi berupa barang atau jasa. Oleh karena itu, solusi yang diberikan kepada pelanggan harus selalu dikelola terus menerus oleh perusahaan. Layanan bukan hanya layanan purna jual, layanan pra-jual atau bahkan layanan saat jual. Layanan adalah value enhance bagi perusahaan. Selain penciptaan value untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, layanan juga harus mampu menciptakan value yang abadi kepada pelanggan melalui produk dan servis serta membangun hubungan baik dengan pelanggan. 19 2.4.2. Kualitas/ Quality Kualitas atau Quality lebih menekankan pada aspek kepuasan pelanggan yang fokus utamanya adalah customer utility. Crosby (1979) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Servise, Quality & Satisfaction7 menyatakan bahwa “Quality is Free”. Biaya yang diwujudkan produk berkualitas jauh lebih kecil dibanding biaya yang timbulkan apabila perusahaan gagal memenuhi standar kualitas. Penekanan biaya yang dikarenakan kemampuan mewujudkan proses dan produk berkualitas akan menghasilkan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan bisnis. Secara ringkas, manfaat kualitas meliputi: a) Loyalitas pelanggan lebih besar b) Pangsa pasar lebih besar c) Harga saham lebih tinggi d) Harga Jual produk/ jasa lebih tinggi e) Produktifitas lebih besar Semua manfaat kualitas di atas akan berkontribusi pada peningkatan daya saing bagi perusahaan dalam pemenuhan kualitas yang bersifat customer-driven. 7 Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, op.cit. , 17 20 2.4.3. Service Quality (ServQual) Salah satu implementasi operasional layanan sehari-hari, dikenal dengan konsep service quality (Serqual). Konsep ini diperkenalkan oleh A. Parasuraman, Leonard L. Berry, dan Valarie A. Zeithaml untuk menganalisis sejauh mana tingkat layanan yang telah diberikan kepada pelanggan. Service Quality adalah salah satu konsep layanan perusahaan yang dapat diandalkan untuk bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Service Quality (ServQual) terdiri dari lima elemen, yaitu Reliabity, Assurance, Tangible, Empathy, dan Responsiveness yang biasa disingkat RATER8. Dalam risetnya, mereka bertiga menemukan bahwa dimensi Reliability dianggap sebagai elemen yang paling penting oleh pelanggan, disusul Tangible, Empathy, dan Responsiveness. Jika kelima elemen tersebutterpenuhi, maka pelanggan akan merasa puas. Inilah dasar dari konsep customer satisfaction.9 Berdasarkan pemahaman konsep RATER, maka ada tiga hal yangpenting yang terkait dengan pengaruh layanan terhadap dampaknya, yaitu: pertama, RATER penting bagi perusahaan untuk menciptakan value, tapi tidakcukup jika hanya memiliki layanan standar namun harus memiliki diferensiasi. Inilah yang disebut branded service, dimana layanan memiliki keunikan dandiferensiasi dibanding pesaing. Kedua, tidak semua dimensi 8 Fandi Tjiptono dan Gregorius Chandra. Service, Quality & Satifaction. Jakarta, Penerbit Andi, 2005,132 9 Kartajaya, Hermawan., Service Operation, Jakarta : ESENSI, 2009 21 layanan penting, sehingga perusahaan harus mengidentifikasi mana yang penting dan dapatditerima oleh pelanggan. Ketiga, selain itu dimensi layanan di perusahaan yang satu akan berbeda tingkat performance dan dampaknya. a. Dimensi Reliability Merupakan dimensi yang menggambarkan kemampuan perusahaan memberikan layanan secara akurat kepada pelanggan. b. Dimensi Tangible Merupakan dimensi yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat tangible dan mempengaruhi kualitas layanan kepada pelanggan seperti kerapihan tempat kerja, kelangkapan fasilitas bagi pelanggan dan penampilan fisik staf. c. Dimensi Assurance Merupakan dimensi yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan di mata pelanggan melalui keramahan dan pengetahuan staf dalam melayani. d. Dimensi Empathy Merupakan dimensi yang menggambarkan perhatian perusahaan kepada pelanggannya. e. Dimensi Responsiveness Merupakan dimensi yang menggambarkan bentuk tindakan yang responsive dan tepat waktu kepada pelanggan. Untuk mengevaluasi dimensi responsiveness, ada beberapa hal yang harus dievaluasi oleh perusahaan, 22 seperti keingintahuan terhadap kesulitan yang dihadapi pelanggan, kesanggupan, dan jenis bantuan yang diberikan kepada pelanggan 2.5. Pelanggan Dalam hal kepuasan pelanggan, peranan setiap individu sangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang terbentuk. Kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Peter dan Austin (1985) dalam Engel, Blackwell dan Minardi (1990) dikutip dalam Ujang Sumarwan10 menyatakan bahwa “ Dalam sektor swasta atau publik, dalam perusahaan besar atau kecil, kami mengamati bahwa hanya ada dua cara menciptakan dan mempertahankan prestasi unggul dalam waktu yang lama. Pertama, beri perhatian luar biasa kepada pelanggan anda lewat pelayanan yang unggul dan kualitas yang unggul. Kedua, teruslah berinovasi, itu saja..”. Schiffman dan Kanuk11 dalam buku Consumer Behaviour mendefenisikan perilaku pelanggan sebagai berikut Perilaku pelanggan diartikan kepada perilaku yang ditampilkan pelanggan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta mengkonsumsi produk dan jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. 10 Ujang Sumarwan, Perilaku Pelanggan Teori dan Penerapanya dalam Pemasaran. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004,24 11 L.G. Schiffman & L.L. Kanuk. Consumer Behaviour 5th Ed. New Jersey: Prentise Hall, 1994, 7 23 2.6. Harapan Pelanggan Pelanggan menciptakan harapan-harapan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut, dan iklan. Pelanggan membandingkan jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dipersiapkan berada di bawah jasa yang diharapkan, pelanggan akan kecewa. Jikan presepsi jasa memenuhi atau melebihi harapan mereka, mereka akan cenderung menggunakan penyedia tersebut lagi. Perusahaan yang sukses menambah manfaat pada tawaran merekayang tidak hanya memuaskan pelanggan melainkan juga mengejutkan dan menyenangkan mereka. Menyenangkan pelanggan adalah masalah bagaimana melampaui harapan pelanggan. Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality & Satisfaction,12 Olson & Dover yang dikutip dalam Zaitamal, et al. 1993 menyatakan bahwa harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang di jadikan acuan dalam menilai kerja produk bersangkutan. Harapan pelanggan bersifat dinamis dan berkembang dari waktu ke waktu , seiring dengan semakin berkembangnya informasi mereka terima juga bertambahnya pengalaman. 2.7. Kepuasan Pelanggan Saat ini pelanggan menghadapi banyak pilihan dalam memilih suatu produk yang dapat mereka beli. Pelanggan akan membeli dari perusahaan 12 Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, op.cit, 122 24 yang mereka anggap menawarkan nilai bagi pelanggan (customer delivered value) yang tertinggi, yaitu selisih antara total customer value (total manfaat yang diharapkan diperoleh pelanggan dari produk) dan total customer cost (total pengorbanan yang diperkirakan pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi,memperoleh dan menggunakan produk tersebut). Ada dua alternatif apabila perusahaan kalah bersaing dalam memberikan nilai yaitu alternatif pertama, meningkatkan total nilai pelanggan dengan cara meningkatkan nilai produk, pelayanan karyawan dan image perusahaan. Alternatif kedua pengurangan biaya/pengorbanan pelanggan dengan cara menurunkan harganya, menyederhanakan proses pemesan dan penyerahan serta mengurangi resiko pembeli dengan menawarkan garansi. Secara umum kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai tingkat perasaan pelanggan setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang konsumen yang merasa puas terhadap nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa, kemungkinan besar akan menjadi pelanggan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kotler (2000) menyebutkan bahwa, “Customer satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation to his or her expectations”. Mowen dan Minor 13 mengartikan kepuasan pelanggan sebagai “the overrall attitude consumers have toward a good or service after they have acquared and used it. It is a postchoice evaluative judgement resulting from a specific purchase selection and the experience of using/ consume it”. 13 Handi Irawan, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2002, 2. 25 Sementara Engel (1996:210) mendefinisikan “Kepuasan adalah sebagai evaluasi purna beli. Bahwa suatu alternatif yang dipilih tersebut setidaknya memenuhi atau melebihi harapan, jadi alternatif tersebut setidaknya bekerja memenuhi atau melebihi harapan, sedangkan ketidak puasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif” Gambar 2.3 Konsep Kepuasan Pelanggan Kebutuhan dan keinginan pelanggan Tujuan perusahaan Produk Nilai produk bagi pelanggan Tingkat kepuasan pelanggan Dari Gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat kepuasan pelanggan dibentuk dari harapan dan kinerja atau nilai atau hasil yang dirasakannya. Umumnya harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang akan dijadikan standar acuan untuk menilai kinerja produk tersebut. Harapan pelanggan dibentuk melalui pengalaman pada masa lampaunya, informasi dari kenalan dan iklan. 26 Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen terhadap apa yang diterima atau dirasakannya setelah mengkonsumsi produk yang dibelinya. Konsumen ingin membeli suatu produk dengan harapan akan memberikan manfaat pada saat digunakan yang dibagi atas tiga kategori yaitu kinerja atau manfaat produk yang telah dibeli dan dipakainya, diperbandingkan denganharapan, dan hasil penilaiannya, yang dibagi atas tiga kategori yaitu : a. Diskonfirmasi positif Dimana kinerja melebihi harapan yang menghasilkan respon kepuasan yang tinggi dan akan kembali untuk membeli lagi. b. Diskonfirmasi sederhana Dimana kinerja sesuai dengan harapan yang menyiratkan suatu respon netral dan mempengaruhi keinginan untuk membeli lagi. c. Diskonfirmasi negatif Dimana kinerja lebih rendah dari harapan sehingga tidak ada keinginan kembali untuk membeli lagi. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja tidak memenuhi harapan maka pelanggan akan merasa kecewa, bila kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan puas dan bila kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan sangat puas. Ini juga sesuai dengan pola prilaku pembelian konsumen yang dinyatakan oleh Kotler (2000) sebagai The Mental Purchasing Process 27 dimana konsumen akan merasa puas apabila apa yang dirasakannya sama dengan yang diharapkan dan konsumen akan menjadi loyal apabila apa yang dirasakan melebihi apa yang diharapkannya. Menurut Irawan (2002:6) ada lima faktor pendorong kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Mutu Produk 2. Harga 3. Service Quality 4. Emotional Factor 5. Kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa 2.8. Pengukuran Kepuasan Pelanggan Ada beberapa alasan dari Gerson (2001:60) mengapa pengukuran kepuasan pelanggan sangat penting bagi penyedia jasa, yaitu : 1. Untuk menentukan harapan pelanggan. Mengukur kepuasan pelanggan tidak hanya untuk menetukan bagaimanapelanggan menikmati produk yang mereka gunakan dan pelayanan yangmereka terima, tetapi juga harus mengidentifikasi apa yang diharapkanpelanggan dari proses penjualan dan pelayanan yang diberikan. 2. Untuk menutup kesenjangan antara penyedia jasa dengan pelanggan dalam penyampaian jasa yang dapat mempengaruhi penilaian pelanggan atas kualita jasa. 28 3. Untuk memeriksa apakah peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan harapan atau tidak. Mengukur danmendefinisikan kualitas jasa lebih sulit dibandingkan kualitas suatu barangkarena sifat dari jasa yang tidak berwujud (intangible). Beberapa cara untuk mengamati dan mengukur kepuasan pelanggan menurut Kotler (2000), yaitu: 1. Complaint and Suggestion System (Sistem Keluh dan Saran) Banyak perusahaan yang berhubungan dengan langganan membuka kotak saran dan menerima keluhan-keluhan yang dialami oleh langganan.Ada juga yang memberikan amplop yang telah ditulis alamat perusahaan untuk digunakan menyampaikan saran, keluhan, serta kritik.Saran-saran tersebut dapat juga disampaikan melalui kartu komentar, customer hot line, dan lainlain.Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan masukan kepada perusahaan, yang memungkinkan perusahaan mengantisipasi dan tanggapan terhadap kritik dan saran yang disampaikan para langganan. 2. Customer Satisfaction Survey (Survei Kepuasan Pelanggan) Tingkat keluhan yang disampaikan oleh konsumen tidak bisa disimpulkan secara umum untuk mengukur kepuasan pelanggan pada umumnya. Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan melalui survei baik melalui surat pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan signal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian kepada para pelanggannya. Pengukuran 29 kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: a. Directely Reported Satisfaction(Melaporkan Kepuasan Secara Langsung) Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan seperti “ungkapkan seberapa puas saudara terhadap pelayanan sebuah perusahaan pada skala berikut: sangat puas, puas, netral, tidak puas, sangat tidak puas” b. Problem Analysis (Analisis Masalah) Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok.Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan; kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan. c. Importance Performance Analysis(Analisis Kinerja) Cara ini diungkapkan oleh Martilla dan James dalam artikel mereka yang dimuat di Jurnal of Marketing bulan Januari 1977 yang berjudul “Importance performance analysis”.Dalam teknik ini, responden diminta untuk merangking berbagai elemen yang diteliti dalam penelitian tersebut.Selain itu responden diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen atau atribut tersebut. 3. Ghost Shoping(Pembeli Bayangan) Dalam hal ini perusahaan menggunakan orang-orang tertentu sebagai pembeli ke perusahaan lain atau perusahaan sendiri. Pembeli-pembeli misteri 30 ini melaporkan keunggulan dan kelemahan pelayanan-pelayanan yang melayaninya.Juga melaporkan segala sesuatu yang bermanfaat sebagai bahan pengambilan keputusan oleh manajemen. Bukan saja orang-orang lain yang disewa untuk jadi pembeli bayangan tetapi juga manajemen sendiri harus turun ke lapangan, seperti belanja ke toko saingan dimana ia tidak dikenal. Pengalaman manajer ini sangat penting karena data dan informasi yang ia peroleh langsung ia alami sendiri. 4. Lost Customer Analysis (Analisis Kehilangan Pelanggan) Perusahaan-perusahaan yang kehilangan pelanggan mencoba menghubungi pelanggan tersebut. Mereka dibujuk untuk mengungkapkan mengapa mereka berhenti ataupindah ke perusahaan lain. Dari kontak semacam ini akan diperoleh informasi dan akan memperbaiki kinerja perusahaan sendiri agar tidak ada lagi pelanggan yang lari dengan cara meningkatkan kepuasan pelanggan.