BAB I PENDAHULUAN Stroke adalah keadaan darurat medis dan dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang permanen, komplikasi, dan kematian. Ini adalah penyebab utama kecacatan orang dewasa di Amerika Serikat dan Eropa dan penyebab utama kedua kematian di seluruh dunia.1 Di negara berkembang dimana jumlah penduduknya adalah lebih dari 2/3 penduduk dunia, insiden stroke makin menonjol. Di Indonesia, walaupun belum diketahui angka kejadian yang pasti, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyakit yang umum dinegara kita dan merupakan penyebab kematian yang terbesar dan kecacatan jangka panjang. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi akibat gangguan ini.1 Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan pengobatan dari semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam tingkat kematian dalam beberapa dekade terakhir.2 Stroke sebelumnya dikenal medis sebagai kecelakaan serebrovaskular atau cerebrovascular disease (CVD), adalah kerusakan yang cepat dari fungsi otak akibat gangguan pada suplai darah yang menuju ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh iskemia yang disebabkan oleh penyumbatan (trombosis, emboli arteri), atau perdarahan (kebocoran darah).3 Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.2 Menurut WHO, rehabilitasi ialah semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi dampak disabilitas/handicap, agar memungkinkan penyandang cacat berintegrasi dengan masyarakat. Prinsip rehabilitasi medik pada stroke ialah mengusahakan agar sedapat mungkin pasien tidak bergantung pada orang lain.3 1 Tujuan rehabilitasi stroke adalah lebih ke arah meningkatkan kemampuan fungsionalnya daripada ke arah memperbaiki defisit neurologisnya.3 Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari berbagai disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya. Tim rehabilitasi medik terdiri dari dokter, fisioterapis, terapi okupasi, ortotis prostetis, ahli bina wicara, psikolog, pekerja sosial medik, dan perawat rehabilitasi.3 2 BAB II STROKE 1. Definisi Stroke menurut WHO didefiniskan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.2 2. Epidemiologi Stroke merupakan masalah neurologis serius yang utama di Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat. Menurut berbagai literatur, insidens stroke hemoragik antara 15%-30% dan stroke non hemoragik antara 70%-80%, tetapi untuk negara-negara berkembang atau Asia, kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan stroke non hemoragik 70%, terdiri dari trombosis serebri 60%, emboli serebri 5%, dan lainlain 35%.2 3 Insidens stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun, resiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade. Menurut Schultz, penderita yang berumur antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan intrakranial. Kejadian stroke lebih banyak pada laki-laki dengan perbandingan 1,3:1, kecuali pada usia lanjut dimana rasionya sudah tidak jauh berbeda. 3. Etiologi Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Stroke Hemoragik Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Pembuluh darah yang pecah menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Stroke hemoragik terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage (SAH), dan cerebral venous thrombosis.3 2. Stroke Non Hemoragik Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun trombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP, juga dikenal sebagai Bamford atau Klasifikasi Oxford) membaginya berdasarkan 4 gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior circulation infarct (TACI), partial anterior circulation infarct (PACI), lacunar infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).3 Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu: 1. TIA (Trans Ischemic Attack) Yaitu gangguan neurologi sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. 2. RIND (Reversible Ischemic Neurologis Deficit) Gangguan neurologi setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu. 3. Stroke in Volution (Progressive Stroke) Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari. 4. Stroke Komplit Gangguan neurologi yang timbul bersifat menetap atau permanent.3 4. Faktor Resiko Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu: 1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:4 Umur, jenis kelamin, dan ras Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak. Pria lebih cenderung terkena stroke dibanding wanita pada segala umur. Namun wanita dua kali lebih mungkin menderita stroke fatal daripada pria. Perbedaan ras terdapat pada insiden stroke. Orang Jepang dan Cina mempunyai angka stroke tertinggi di dunia. 5 Faktor genetik Adanya riwayat keluarga yang menderita stroke dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke pada anak-cucunya, faktor genetik yang menentukan dalam timbulnya stroke masih belum jelas. 2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:5 Hipertensi Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya trombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral. Kelainan jantung / penyakit jantung Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Di samping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah. Diabetes mellitus (DM) Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan mikrovaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral. Polisitemia Pada polisitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun. Peningkatan kolesterol (lipid total) Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak. Obesitas Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh darah otak. 6 Merokok Merokok akan menimbulkan plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis. Kurang aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak. 5. Manifestasi Klinik Stroke hemoragik biasanya bermanifestasi sebagai :7 Kelumpuhan wajah dan anggota gerak yang mendadak. Serangan pada saat aktif disertai nyeri kepala yang hebat. Gangguan sensibilitas daerah yang mengalami kelumpuhan. Ataksia, disartria. Mual, muntah yang nyata. Gangguan penglihatan. Gangguan kesadaran, kejang. Kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan meningeal. Gejala klinis yang biasanya ditemui pada stroke non hemoragik :7 Kelumpuhan wajah dan anggota gerak. Terjadi pada saat santai atau terjadi pada pagi hari. Gangguan sensibilitas daerah yang lumpuh Disartria Adanya riwayat TIA sebelumnya. Tidak biasanya ditemukan nyeri kepala, muntah, kejang dan kesadaran yang menurun. Tidak ditemui adanya tanda rangsangan meningeal. 7 6. Diagnosis Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan radiologis.8 Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.9 7. Evaluasi Penderita Stroke dari Segi Rehabilitasi Medik Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut. Pemeriksaan penderita meliputi empat bidang evaluasi:9 1. Evaluasi neuromuskuloskeletal Evaluasi ini mencakup evaluasi neurologi secara umum dengan perhatian khusus pada: Tingkat kesadaran Fungsi mental termasuk intelektual. Kemampuan bicara. Nervus kranialis. Pemeriksaan sensorik. Pemeriksaan fungsi persepsi. Pemeriksaan motorik Pemeriksaan gerak sendi. Pemeriksaan fungsi vegetatif. 8 2. Evaluasi medik umum Mencakup sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem endokrin serta sistem saluran urogenital. 3. Evaluasi kemampuan fungsional Meliputi aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS) seperti makan dan minum, mencuci, kebersihan diri, transfer dan ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas tersebut ditentukan derajat kemandiriaan dan ketergantungan penderita juga kebutuhan alat bantu. 4. Evaluasi psikososial-vokasional Mencakup faktor psikologis, vokasional dan aktifitas rekreasi, hubungan dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan Evaluasi psikososial dapat dilakukan dengan menyuruh penderita mengerjakan suatu hal sederhana yang dapat dipakai untuk penilaian tentang kemampuan mengeluarkan pendapat, kemampuan daya ingat dan orientasi. 8. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke 10 Fase awal Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional. Fase lanjutan Tujuannya adalah unyuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi : 9 a. Fisioterapi 1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 kebawah) 2) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot. 3) Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantuatau aktif tergantung dari kekuatan otot. 4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot. 5) Latihan fasilitasi / redukasi otot 6) Latihan mobilisasi. b. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS) Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan. c. Terapi Bicara Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara: 1) Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan. 2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-kata. 3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-kata. 4) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga. d. Ortotik Prostetik Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain: arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO). 10 e. Psikologi Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi. f. Sosial Medik dan Vokasional Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita. 9. Prognosis 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis yaitu :10 a. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu. b. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya : 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap. 11 BAB III LAPORAN KASUS 1. Identitas Penderita Nama : Tn. T. R Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 48 tahun Alamat : Kleak Malalayang lingkungan II Agama : Kristen Katolik Pendidikan : SMA Pekerjaan : Tukang ojek Tanggal MRS : 27 Februari 2013 Tanggal pemeriksaan : 04 Maret 2013 2. Anamnesis Keluhan utama : Kelemahan anggota gerak kiri Riwayat penyakit sekarang: Kelemahan anggota gerak kiri dialami penderita sejak 6 hari yang lalu. Kelemahan dirasakan secara tiba-tiba saat penderita bangun tidur di pagi hari. Kelemahan ini dirasakan pada lengan dan tungkai kiri, sehingga penderita sulit bergerak dan berjalan. Kelemahan ini disertai dengan mulut mencong ke kiri dan bicara pelo. Riwayat tersedak saat makan dan minum tidak ada. Mual dan muntah ada 1x isi cairan dan sisa makanan, sakit kepala ada terasa seperti diperas di bagian belakang kepala. Tidak ada penerunan kesadaran. Tidak ada demam, kejang, ataupun riwayat trauma kepala. Saat ini dalam melakukan aktivitas seharihari penderita dibantu keluarga. BAB dan BAK biasa. Riwayat Penyakit Dahulu: Penyakit hipertensi (+), diketahui sejak 5 tahun lalu, tidak terkontrol (minum captopril 12,5 mg tidak teratur) Penyakit kolesterol (+), diketahui saat penderita masuk rumah sakit Penyakit paru, penyakit jantung, DM, hati, ginjal tidak ada 12 Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu penderita pernah mengalami keluhan serupa (stroke pada tahun 2008) Riwayat Kebiasaan: Merokok (-) Minum alkohol (+) Makan makanan berlemak (+) Riwayat Sosial Ekonomi: Penderita sekarang bekerja sebagai tukang ojek. Penderita tinggal dengan istri dan 1 orang anak. Penderita tinggal di rumah permanen milik pribadi, satu lantai, permanen, dinding tembok, lantai ubin, 1 kamar mandi dan 1 wc jongkok. Biaya pengobatan rumah sakit dibantu anaknya dan menggunakan program Jamkesmas 3. Pemeriksaan Fisik Status Generalis: Keadaan umum : Cukup Kesadaran : Compos mentis Tanda vital : Tekanan darah = 150/80 mmHg Pernapasan = 24x/mnt Frekuensi nadi = 72x/mnt, regular, isi cukup Suhu badan = 36,5 oC Kulit : Sawo matang Kepala : Bentuk bulat, simetris Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm. RC +/+ ; RCTL +/+ Hidung : sekret (-) Telinga : sekret (-) Mulut : caries (-), lidah beslag (-), tonsil T1-T1, hiperemis (-), bicara pelo (+) 13 Leher : Trakea letak di tengah, Pembesaran kelenjar getah bening (-) Thoraks : Simetris kiri = kanan, retraksi (-) Jantung : S1-S2 normal, bising (-) Paru-paru : suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing-/- Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tak teraba Ekstremitas : Akral hangat, udema -/- Status Neurologis Kesadaran : Glasgow Coma Scale (GCS) E4M6V5 Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-), laseque (-), kernig (-) Nervus kranialis : Paresis N. VII Sentral Sinistra Paresis N. XII Sentral Sinistra Status Motorik, Sensorik, dan Sensibilitas Ekstremitas superior No Ekstremitas Inferior Pemeriksaan Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra 1 Gerakan Normal Menurun Normal Menurun 2 Kekuatan Otot 5/5/5/5 1/1/1/1 5/5/5/5 1/1/1/1 3 Tonus otot Normal Meningkat Normal Meningkat 4 Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Normal Meningkat Normal Meningkat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5 6 Refleks Fisiologi Refleks Patologi 7 Sensibilitas Normal Normal Normal Normal 8 Proprioseptik Normal Normal Normal Normal 9 Protopatik Normal Normal Normal Normal 14 Indeks Barthel : Aktivitas Bladder Bowel / BAB Tingkat Kemandirian (N) Nilai Kontinensia, tanpa memakai alat Bantu 10 10 Kadang-kadang ngompol 5 Inkontinensia urin 0 Kontinensia, supositoria memakai alat Bantu 10 Dibantu 5 Mandiri 0 Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak 10 10 mengotori baju), boleh berpegangan pada dinding, benda, Toileting memakai bad pan. Dibantu hanya salah satu kegiatan diatas Kebersihan diri Dibantu 5 5 Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, menyisir 5 5 hias, gosok gigi, termasuk persiapan alat-alat tersebut Dibantu 0 Tanpa dibantu 10 Dibantu 5 Tanpa dibantu 10 Memakai alat-alat makan dibantu sebagian 5 Dibantu 0 Tanpa dibantu berpindah 15 Bantuan minor secara fisik atau verbal 10 Transfer / Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa 5 berpindah dibantu Berpakaian Makan Tidak dapat duduk / berpindah 15 0 5 5 5 Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu 10 kecuali rolling walker, berjalan tanpa dibantu Mobilitas Naik turun tangga Mandi Menguasai alat bantunya, memakai kursi roda dengan dibantu 5 Immobile 0 Tanpa dibantu 10 Dibantu secara fisik / verbal 5 Tidak dapat 0 Tanpa dibantu 5 Dibantu 0 0 100 55 Total 5 5 Referensi: 0-20 : Ketergantungan total 25-45 : Ketergantungan berat 50-75 : Ketergantungan sedang 80-95 : Ketergantungan ringan 100 : Mandiri Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) : Item Tes Nilai Max Nilai ORIENTASI 1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 5 2 Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung), (ruang) 5 5 3 3 REGISTRASI 3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang, meja) responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan 16 ATENSI DAN KALKULASI 4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai) 5 3 3 3 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 30 28 MENGINGAT KEMBALI (RECALL) 5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas BAHASA 6 7 8 9 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan) Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan atau tetapi” Responden diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai” Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya: “Pejamkanlah mata Anda” 10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 11 Responden diminta menyalin gambar Skor Total Penilaian : < 24 terdapat gangguan kognitif > 24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif 5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium (27 Februari 2013) : Hb : 16,1 g/dL Leukosit : 6.600/mm3 Trombosit : 264.000/mm3 Hct : 44,7% 17 Ureum : 24 mg% Kreatinin : 0,7mg% GDP : 125mg% Uric Acid : 6,0 mg/dL SGOT/PT : 43/25 U/L Total Chol : 209 mg/dL HDL Chol : 52 mg/dL Natrium serum :148 mEq/L Kalium serum : 3,5 mEq/L Chlorida serum : 99 mEq/L EKG (27 Februari 2013) : Biatrial enlagement Brain CT Scan (1 Maret 2013) : Intra cranial hemoragik capsula interna Dextra 18 X-foto thorax (28 Februari 2013) : Dalam batas normal 5. Resume Seorang laki-laki, umur 46 tahun, dengan kelemahan anggota gerak kiri, bicara pelo (+), mulut mencong ke kiri (+), sakit kepala (+) muntah (+). Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sedang, kesadaran kompos mentis, GCS : E4M6V5. Tekanan darah 150/80mmHg, Nadi : 72x/m, Respirasi : 24x/m, Sb : 36,5C. Pada pemeriksaan nervus kranialis : paresis nervus VII sentral sinistra dan paresis nervus XII sentral sinistra. Pada pemeriksaan motorik ekstermitas sinistra : gerakan menurun, tonus otot menurun, kekuatan otot 1/1/1/1 (ekstermitas superior) , dan 1/1/1/1 (ekstermitas inferior). Refleks fisiologis meningkat. 19 6. Diagnosis Diagnosis Klinis : Hemiparesis sinistra + paresis nervus VII sentral sinistra + paresis nervus XII sentral sinistra. Diagnosis Topik : Intra cranial hemoragik capsula interna dextra Diagnosis Etiologi : Stroke Hemoragik Diagnosis Fungsional : Disabilitas sedang (toileting, berpakaian, makan, transfer, mobilitas, naik turun tangga, mandi) 7. Problem Rehabilitasi 1. Kelemahan anggota gerak kiri 2. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari / AKS (toileting, berpakaian, makan, transfer, mobilitas, naik turun tangga, mandi) 3. Gangguan mobilisasi 4. Gangguan transfer dan ambulasi 5. Gangguan bicara (bicara pelo) 6. Cemas dengan penyakitnya 8. Program Rehabilitasi Medik a. Fisioterapi Evaluasi : - Kontak, pengertian, dan komunikasi baik - Kelemahan anggota gerak kiri : Kekuatan otot anggota gerak atas (1/1/1/1) Kekuatan otot anggota gerak bawah (1/1/1/1) - Gangguan mobilisasi - Gangguan transfer dan ambulansi Program : - Breathing exercise aktif - Proper bed position - Alih baring tiap 2 jam - Latihan lingkup gerak sendi (LGS) pasif pada ekstermitas sinistra 20 b. Okupasi Terapi Evaluasi : - Kontak, pengertian dan komunikasi baik - Disabilitas sedang (toileting, berpakaian, makan, transfer, mobilitas, naik turun tangga, mandi) Program : - Saat ini belum dapat dilakukan c. Terapi Wicara Evaluasi : - Kontak dan pengertian baik - Bicara pelo (+) Program : - Untuk saat ini belum dapat dilakukan d. Orthotik Prostetik Evaluasi : - Kelemahan anggota gerak kiri ▪ Kekuatan otot anggota gerak atas (1/1/1/1) ▪ Kekuatan otot anggota gerak bawah (1/1/1/1) Program : - Rencana penggunaan tripod e. Psikologi Evaluasi : - Kontak, pengertian dan komunikasi baik - Cemas dengan penyakit yang dideritanya Program : - Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa proses rehabilitasi memerlukan waktu yang agak lama sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketaatan dalam menjalankan program di rehabilitasi medik. - Memberikan dukungan mental agar penderita tidak cemas dengan penyakitnya dan rajin melakukan latihan di rumah seperti yang telah diajarkan dan dianjurkan f. Sosial Medik Evaluasi : - Penderita adalah seorang tukang ojek, biaya pengobatan dibantu oleh anaknya dan menggunakan Jamkesmas. Program : - Rencana home visite - Modifikasi lingkungan tempat tinggal 21 - Mengajak penderita untuk berbicara dan bersosialisasi dengan masyarakat - Edukasi mengenai penyakit yang diderita untuk mencegah stroke berulang. 9. Prognosis Quo ad vitam : Dubia ad bonam Quo ad sanationam : Dubia ad bonam Quo ad functionam : Dubia ad bonam 22 DAFTAR PUSTAKA 1. Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam Siwi R, Supit W, et all eds. Stroke Up Date. Perdossi. Manado, 2001 : 1-7 2. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro Klinis Dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat, 1995 ; 269 – 302 3. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A First Large Prospective Hospital Based Study of Acute Stroke in 28 Hospitals in Indonesia. Jakarta ; 1996 4. Walelang TH. Faktor Resiko dan Pencegahan Stroke. Poceeding symposium stroke up date. Manado. Perdosi, 2001. 5. Amarenco, P., Bogousslavsky, J., Caplan, L.R., Donnan, G.A., Hennerici, M.G. Classification of stroke subtypes. Department of Neurology and Stroke Center, INSERM U-698 and Paris-Diderot University, Bichat University Hospital;. Diakses pada 4 Maret 2013. 6. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke. Dalam : Siwi R, Supit W. Et all eds. Stroke Up Date. Bagian Neurologi / SMF FK UNSRAT / RSUP Manado. Perdossi. Manado, 2002 ; 1-5 7. Kotambunan RC. Diagnosis Stroke. Bagian Neurologi FK UNSRAT / SMF RSUP Manado. Manado, 1995 ; 1-12 8. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology, 3 th ed. Appleton and Lange. Stanford ; 1996 : 255-87. 9. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik Pada Stroke. Proceeding symposium stroke up date. Manado. Perdosi, 2001. 10. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after Sroke. In : Basic Clinical Rehabilitation Medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8 23