Pementasan Teater EGO FEB UB - Prasetya Online

advertisement
Pementasan Teater EGO FEB UB
Dikirim oleh humas3 pada 30 Desember 2011 | Komentar : 1 | Dilihat : 5738
Salah satu adegan dalam
pementasan cerita Batu Is My
Inspiration
Teater Economic Goes to Opera (EGO) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) pada Rabu (21/12)
mementaskan teater bertemakan kekayaan alam adalah insprasiku di Basement Gedung E.
Pementasan teater berdasarkan naskah berjudul Batu Is My Inspiration yang bergenre semi humor ini diawali dengan penampilan
seorang pria bernama Bambang
yang sedang jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Sri yang tinggal di dusun tetangga dan Bambang berhasil mengirimkan
surat cinta misterius kepada Sri.
Di suatu petang, Sri duduk dengan memegang selembar surat dan bunga ditangannya sembari tersipu malu membaca surat dari
pria misterius yang tidak lain adalah Bambang. Saat mereka bertemu, Sri terkejut karena Bambang ternyata buruk rupa tidak
seperti yang diceritakannya dalam surat. Walaupun begitu Bambang tetap menahan dan mengungkapkan cintanya. Seketika itu
Sri hendak pergi namun Bambang masih menahannya. Anak-anak kecil yang berada disitu mengusik Bambang sehingga Sri bisa
kabur.
Bambang kecewa dan putus asa, disaat itulah anak-anak kecil yang menggunya tadi berusaha menghiburnya dengan membuat
alunan musik yang tercipta dari gesekan batu-batu. Dan tak lama kemudianpun salah seorang anak gadis dari gerombolan itu
berusaha mencari Sri dan membawanya ke Bambang. Dengan keindahan musik yang dihasilkan dari batu itu akhirnya Sri
menerima cinta Bambang.
“Cerita yang sangat ringan, namun disinilah kemudahan yang seringkali teater EGO ciptakan untuk tujuan sebuah keefektifan
sebuah komunikasi kesenian yang menarik,” ungkap Silvy Ketua EGO kepadaPRASETYA Online.
Silvy menambahkan pementasan cerita ini
tidak terlalu banyak menggunakan dialog namun lebih ditekankan pada penguatan energi panggung seperti ekspresi, gesture, dan
alur sehingga membuat pementasan ini semakin menarik.
Secara singkat cerita ini merupakan gambaran tentang sumber daya alam yang seringkali dianggap sebagai barang yang tidak
berharga. Namun, ternyata menjadi berharga ketika sebuah batu bisa menciptakan suara musik yang sederhana namun menarik
untuk didengarkan.
“Murah dan bernilai tinggi, Itulah pesan moral yang ingin kita sampaikan pada pementasan cerita ini,” pungkas Silvy yang juga
bertindak sebagai sutradara. [Slv/Arr]
Artikel terkait
Prof Anwar Nasution : Melipatgandakan Kemakmuran Di Indonesia Melalui Integrasi Lokal dan Global
Guru Besar FEB UB Prof. Muhammad Syafii Idrus Meninggal Dunia
Re-Akreditasi PS Ekonomi Pembangunan JIE FEB UB Terakreditasi A tanpa Visitasi
Maba FEB UB Dapat Kuliah Perdana Dari Gubes Universitas di Australia
LPPM UB Sosialisasikan Penyusunan Proposal Penelitian Balitbangtan Kementerian Pertanian
Download