BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif
dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif
cepat membesar. Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang
terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui
stadium yang berbeda-beda (Oemiati, R., Rahajeng, E., & Kristanto, A, 2011).
Kanker payudara merupakan salah satu dari jenis kanker dengan
prevalensi yang cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun
wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Menurut WHO 8-9%
wanita akan mengalami kanker payudara. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya.
Pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada
wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada
wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anggraeni & Ekowati, 2010). Pada
tahun 2007 di Eropa angka kejadian kanker payudara sebanyak 28.9% dari
seluruh kejadian kanker dan 7.8% meninggal karenanya (Reich, M., Lesur, A., &
Chevallier, C, 2007).
1
2
Di Indonesia berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di
seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%)
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah penderita
kanker payudara pada perempuan berdasarkan data dari Yayasan Kanker
Indonesia ada sebanyak 4604 orang (18,58%) dan 52 orang (0,21%) kanker
payudara pada laki-laki. Berdasarkan hasil studi kolaborasi antara Indonesia dan
Jepang tentang epidemiologi kanker payudara yaitu stadium I sebanyak 2%,
stadium II sebanyak 16%, stadium IIIa sebanyak 23%, stadium IIIb sebanyak 40%
dan stadium IV sebanyak 19%. Kenyataan yang terjadi sebagian besar penderita
kanker payudara berobat ke Rumah Sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut
yaitu lebih dari 50% (Oemiati et al, 2011).
Jumlah penderita kanker payudara di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012
berdasarkan data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan terdapat 1.305
orang (Sinaga, Janno, 2013). Sedangkan jumlah penderita kanker payudara dari
tahun 2006-2010 di RSUD Dr.Pirngadi Medan yaitu tahun 2006 terdapat 74
orang, tahun 2007 terdapat 100 orang, tahun 2008 terdapat 99 orang, tahun 2009
terdapat 50 orang dan tahun 2010 terdapat 56 orang (Lumban Gaol, Nourma,
2010).
Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker
payudara adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan pembedahan
yang dikombinasi dengan terapi radiasi. Mastektomi adalah operasi pengangkatan
jaringan payudara. Lingkup reseksinya mencakup seluruh payudara, kulit, otot
3
pektoralis mayor dan minor, nodus limfe aksilaris termasuk mammari internal
atau supraklavikular tergantung pada tipe pembedahan atau mastektomi yang
dilakukan (Andrews, Gilly, 2010).
Wanita yang mengalami mastektomi akan kehilangan payudara yang
merupakan simbol seksualitas wanita (Potter & Perry, 2005). Kehilangan
payudara akibat mastektomi inilah yang akan mengubah citra tubuh dan fungsi
psikoseksual wanita, hal ini dinyatakan oleh Dean et al dalam Watson (1991).
Perubahan citra tubuh pada wanita yang mengalami mastektomi umumnya
negatif. Citra tubuh yang negatif memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami
depresi, cemas dan bunuh diri (Lisnawati, 2010).
Depresi adalah suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan
dengan alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan
pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia yaitu hilangnya
kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari dan menyenangkan, kelelahan,
rasa putus asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Saddock,
2010).
Miller dalam Anggraeni & Ekowati (2010), sebanyak 16% - 25% pasien
menderita kanker payudara sekaligus mengalami depresi. Penelitian yang
dilakukan Rebar dalam Anggraeni & Ekowati (2010), setelah pasien terdiagnosa
kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan
depresi.
4
Gangguan
psikologis
berhubungan dengan
yang
dialami
penderita
kanker
payudara
depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta
dukungan emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat
depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah.
Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan
kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan
feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan
terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani
pengobatan (Reich et al, 2007).
Menurut Kim et al (2011) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya
depresi yaitu citra tubuh, harga diri dan hubungan interpersonal. Fakta ini juga
didukung oleh penelitian Colegrave cit Rahman dalam Anggraeni & Ekowati
(2010) mengenai peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita - wanita
dengan kasus kanker payudara bahkan sampai pada fase klinis–patologis. Dalam
situasi yang demikian seseorang membutuhkan dukungan sosial dari orang - orang
yang berarti dalam hidupnya.
Handayani (2009) mengemukakan bahwa wanita yang menderita kanker
payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara (mastektomi),
memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada wanita penderita
kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar
dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan dampak pada
penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap
keharmonisan hubungan suami dan istri (Anggraeni & Ekowati, 2010).
5
Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan
internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang
dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi
kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih
menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang
didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan
memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010).
Selain itu istri sering mengalami depresi karena kurangnya dukungan dari suami
dan kritik yang selalu diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita
kanker payudara (Pistrang & Barker, 1998).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa
dukungan suami yang diterima oleh responden masih kurang terutama dalam hal
mengingatkan responden untuk mematuhi anjuran dokter dan perawat, tidak
pernah mendampingi responden selama dirumah sakit dan menjalani pengobatan,
tidak pernah mencari informasi tentang kelompok-kelompok yang terdiri dari
orang-orang yang memiliki masalah yang sama dengan responden dan jarang
membesarkan hati responden atas kekurangan yang dialami.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska
mastektomi.
6
1.2. Permasalahan
Masalah dalam penelitan ini adalah menguji hubungan dukungan suami
dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1
Mendeskripsikan bagaimana dukungan suami pada pasien kanker
payudara paska mastektomi.
1.3.2
Mendeskripsikan bagaimana tingkat depresi pasien kanker payudara paska
mastektomi.
1.3.3
Menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker
payudara paska mastektomi.
1.4. Hipotesis
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif
(Ha) yaitu ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat
depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau bahan
pustaka tentang dukungan suami yang berhubungan dengan tingkat depresi pasien
kanker payudara paska mastektomi.
7
1.5.2. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi
perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi
tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi dengan memfasilitasi
keluarga khususnya suami dalam memberikan dukungan bagi istrinya yang
menderita kanker payudara.
1.5.3. Bagi Peneliti
Proses penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan menjadi salah satu wadah
bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat selama di
perkuliahan.
1.5.4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti selanjutnya dalam meneliti bidang yang sama.
1.5.5. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi responden bahwa dengan
dukungan yang besar dari keluarga khususnya suami dapat membantu proses
pemulihan dan mempercepat proses penyembuhan.
Download