BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teori Pada bab 2, akan dibahas dan dijelaskan teori-teori dan studi pustaka menjadi acuan untuk melandasi penelitian ini. 2.1.1. Manajemen 2.1.1.1. Pengertian Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2007). Menurut Terry (1960) dalam Nawawi (2008), mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain. Lalu manajemen melibatkan aktivitasaktivitas koordinasi dan pengawan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif, (Robbins dan Coulter, 2010) Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya secara efieien dan efektif. 2.1.1.2. Fungsi Manajemen Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010): 1. Fungsi Perencanaan/Planning : suatu kegiatan menentukan tujuan, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan 2. Fungsi Pengorganisasian/Organizing : bertanggung jawab untuk mengatur dan penataan kerja untuk mencapai tujuan organisasi 3. Fungsi Pengarahan/Directing/Leading : memotivasi bawahan, membantu menyelesaikan konflik kelompok kerja, mempengaruhi individu atau tim saat bekerja, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau 9 10 penawaran dengan cara apapun yang berkaitan dengan masalah perilaku karyawan 4. Fungsi Pengendalian/Controling : setelah tujuan dan rencana yang ditetapkan, tugas dan pengaturan struktural diletakkan di tempat, dan orang-orang dipekerjakan, dilatih dan termotivasi, harus ada beberapa evaluasi apakah semuanya berjalan seperti yang direncanakan dan memberikan tindakanperubahan atau perbaikan jika diperlukan. 2.1.2. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Simamora (2006) dalam Supatmi et.al (2013) manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja. Lalu menurut Dessler (2010) dalam Supatmi et.al (2013) manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai kebijakan dan praktik menentukan aspek “manusia” atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian. Mondy dalam Supatmi et.al (2013) mengatakan manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan para individu untuk mencapai tujuantujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2007), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan beberapa pengertian menurut ahli, bahwa manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur kebijakan dan praktif menentukan pendayagunaan, pengembangan, penliatian, pemberian balas jasa dan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. 2.1.2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2007) manajemen sumber daya manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, 11 pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian. 1. Perencanaan : merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. 2. Pengorganisasian : kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawn dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam organisasi. 3. Pengarahan : kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 4. Pengendalian : kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan renncana. 5. Pengadaan : Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 6. Pengembangan : Proses peningkatan keterampilan, teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun yang akan datang. 7. Kompensasi : Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawannya sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. 8. Integrasi : Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. 9. Pemeliharaan : Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tetap mau bekerja sama sampai pensiun. 10. Kedisiplinan : Keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanpraturan perusahaan dan norma-norma sosial. 11. Pemberhentian : Putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, 12 keinginan perusahaan, kontrak kerja yang berakhir, penisun dan sebab-sebab lainnya. 2.1.3. Kepemimpinan 2.1.3.1. Pengertian Kepemimpinan Siagian (1995) dalam Lewa dan Subowo (2005) kepemimpinan merupakan ketrampilan dan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan kesadaran bersedia mengikuti kehendak kehendak pemimpin tersebut. Dan Soekarso et.al (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dalam hubungan interpersonal, penetapan keputusan dan pencapaian tujuan. Lalu proses mempengaruhi perilaku orang lain kearah pencapaian tujuan. Kepemimpinan menurut Terry (1983) dalam Lewa dan Subowo (2005) adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang untuk diajak kearah mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada kemampuannya mempengaruhi pihak lain. Lalu Kepemimpinan yang didefinisikan oleh Koontz & O’Donnellc (1976) dalam Soekarso et.al (2010) adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan semangat keyakinan. Hasibuan (2007) sendiri mengartikan kepemimpinan sebagai cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Kepemimpinan itu keterampilan dan kemampuan seseorang dengan aktifitas proses pengaruh sosial dalam hubungan interpersonal untuk membujuk bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan semangat keyakinan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif. 2.1.3.2. Kepemimpinan Transformasional 2.1.3.2.1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional Burns (1978) dalam Yukl (2010) menjelaskan kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses dimana para pemimpin dan pengikut saling menaikan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang 13 lebih tinggi, serta para pemimpin tersebut mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan berdasarkan atas emosi, seperi misalnya keserakahan, kecemburan atau kebencian. Kemudian Bass (1985) dalam Yukl (2010) menjelaskan pemimpin yang transformasional, mengubah dan memotivasi para pengikut dengan 1) membuat pengikut lebih menyadari pentingnya hasil tugas; 2) membujuk pengikut untuk mementingkan kepentingan tim atau organisasi dibanding dengan kepentingan pribadi, dan 3) mengaktifkan kebutuhan pengikut yang lebih tinggi. Dan Yukl (2010) sendiri mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional sering didefinisikan melalui dampaknya terhadap bagaimana pemimpin memperkuat sikap saling kerjasama dan mempercayai, kemanjuran diri secara kolektif, dan pembelajaran tim. Menurut Butler (1999) dalam Sundi (2013), pemimpin transformasional mendorong bawahan untuk memiliki visi, misi dan organisasi, mendorong dan memotivasi untuk menunjukkan performa maksimal, merangsang bawahan untuk bertindak secara kritis dan untuk memecahkan masalah dalam cara-cara baru dan memperlakukan karyawan secara individual. Kepemimpinan transformasional merupakan kemampuan untuk memberikan inspirasi dan memotivasi para pengikutnya untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar daripada yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal. Kepemimpinan transformasional meliputi pengembangan hubungan yang lebih dekat antara pemimpin dengan pengikutnya, bukan hanya sekedar perjanjian tetapi lebih didasarkan kepada kepercayaan dan komitmen (Jung dan Avolio (1999) dalam Mondiani, 2012). Berdasarkan definisi para ahli maka dapat diambil kesimpulan bahwa Kepemimpinan transformasional merupakan proses dimana para pemimpin dan pengikut saling menaikan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi dengan kemampuan untuk memberikan inspirasi dan memotivasi para pengikutnya, supaya membuat pengikut lebih menyadari pentingnya hasil tugas; mementingkan kepentingan tim 14 atau organisasi dan mengaktifkan kebutuhan pengikut yang lebih tinggi, serta dampaknya terhadap bagaimana pemimpin memperkuat bertindak secara kritis dan untuk memecahkan masalah dalam cara-cara baru dan memperlakukan karyawan secara individual. 2.1.3.2.2. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Ada beberapa karakteristik Kepemimpinan Transfornasional menurut Soekarso et.al (2010), antara lain 1. Karisma : memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggan, memperoleh respek dan kepercayaan 2. Inspirasi : mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang-lambang untuk memfokuskan upaya, mengungkapkan maksud-maksud penting dalam cara yang sederhana 3. Rangsangan Intelektual : menggalakkan kecerdasan, rasionalitas dan pemecahan masalah yang teliti 4. Pertimbangan yang diindividualkan : Memberikan perhatian pribadi, memperlakukan tiap karyawan secara individual, melatih dan menasehati. Tidak berbeda dengan Soekarso, Bass dan Avolio dalam Yukl (2010) menambahkan perilaku-perilaku transformasional 1. Pengaruh idealisme : sebuah proses yang pada dasarnya seseorang pemimpin memmpengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut. 2. Motivasi inspirasional : sejauh mana pemimpin memfokuskan usahausaha bawahan dan memodelkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan tujuan. 3. Stimulasi Intelektual : proses yang pada dasarnya para pemimpin meningkatkan kesadaran para pengikut terhadap masalah-masalah dan pempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah-masalah dari sebuiah perspektif yang baru 4. Perhatian yang diindividualisasi : memberikan dukungan, membesarkan hati dan memberi pengalaman-pengalaman tentang pengembangan kepada para pengikut 15 2.1.4. Pelatihan 2.1.4.1. Pengertian Pelatihan Berdasarkan pendapat Sikula (1981) dalam Hasibuan (2007) dikemukakan bahwa pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas. Flippo (1995) dalam Suwanto dan Priansa (2013) mengatakan pelatihan merupakan suatu usaha peningkatan Knowledge dan Skills seorang karyawan untuk menerapkan aktivitas kerja tertentu. Sementara Dessler (2003) dalam Suwanto dan Priansa (2013) mendefinisikan pelatihan merupakan proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang butuhkan untuk menjalankan pekerjaan. Selanjutnya menurut Milkovich and Boudreau (1997) dalam Suwanto dan Priansa (2013) menjelaskan bahwa pelatihan ialah proses yang sistematis dari perubahan perilaku, pengetahuan dan motivasi pekerja dalam kehadiran untuk memperbaiki kesesuaian antara karakteristik karyawan dengan standar pekerjaan. Suwatno dan Priansa (2013) mendefinisikan pelatihan berarti suatu perubahan yang sistematis dari Knowledge, Skill, Attitude dan Behaviour yang terus mengalami peningkatan yang dimiliki oleh setiap karyawan dengan itu dapat mewujudkan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam pemenuhan standar SDM yang diinginkan. Mangkunegara (2009) dalam Supatmi et.al (2013) menjelaskan Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan teroganisasi, pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas. Pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorentasi pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung lama dan biasanya menjawab why. Latihan berorientasi pada praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya menjawab how (Bella dalam Hasibuan, 2007) Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pelatihan adalah suatu proses jangka pendek dengan perubahan perilaku, pengetahuan 16 dan motivasi pekerja guna peningkatan Knowledge dan Skills teknis maupun manajerial seorang karyawan baru atau yang ada sekarang untuk mewujudkan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam pemenuhan standar SDM yang diinginkan. 2.1.4.2. Tujuan & Manfaat Pelatihan Menurut Sikula (1981) dalam Suwanto dan Priansa (2013) pelatihan memiliki tujuan berupa ; 1. Productivity : dengan pelatihan akan dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah laku. 2. Quality : pelatihan tidak hanya dapat memperbaiki kualitas darii tenaga kerja namun diharapkan akan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja. 3. Human Resource Planning : pelatihan akan memudahkan seorang pekerja untuk mengisi kekosongan jabatan dalam suatu perusahaan, sehingga perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan sebaik-baiknya. 4. Morale : pelatihan akan dapat meningkatkan presati kerja dari karyawan sehingga akan dapat menimbulkan peningkatan upah karyawan, hal itu akan dapat meingkatkan moril kerja karyawan untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya 5. Indirect Compensation : Pemberian kesempatan pada karyawan untuk mengikuti pelatihan dapat diartikan sebagai pemberian balas jasa atas prestasi yang telah dicapai pada waktu yang lalu. 6. Health and Safety : langkah terbaik dalam rangka mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu perusahaan. 7. Obsolance Prevention : pelatihan akan mendorong inisatif dan krativitas tenaga kerja, langkah ini diharapkan dapat mencegah tenaga kerja dari sifat kadarluarsa. 8. Personal Growth : kesempatan bagi seorang tenaga kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan kampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja termasuk meingkatkan pengembangan pribadinya. Manfaat pelatihan menurut Wether dan Davis (2004) dalam Suwanto dan Priansa (2013) bahwa pelatihan mampu meningkatkan jenjang karir seseorang dan membantu pengembangan untuk penyelesaian-penyelesaian tanggung jawabnya dimasa yang akan datang. Sedangkan Simamora (2004) 17 dalam Suwanto dan Priansa (2013) memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang dilaksanakan perusahaan, yaitu: a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas b) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima c) Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih sumber daya menguntungkan d) Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan manusia e) Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja f) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi. 2.1.4.3. Metode Pelatihan Robbins dan Coulter (2010) mengatakan meskipun pelatihan bisa dilakukan dengan cara tradisional, semakin banyak organisasi yang kini bersandar pada metode pelatihan berbasis teknologi karena kemampuan, aksesibilitas dan biayanya dalam menyampikan informasi. 2.1.4.3.1. Metode Tradisional A. On-The-Jobs : pelatihan dengan cara pekerja atau calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah bimbingan dan pengawasan dari pegawai yang telah berpengalaman atau seorang supervisor B. Job rotation : memindahkan karyawan pada berbagai jabatan, ditempat yang baru dan tugas yang baru. C. Mentoring and coaching : karyawan yang pengalaman pekerjanya tinggi akan menyediakan informasi , dukungan , dan dorongan untuk karyawan baru: disebut juga magang di industri tertentu D. Experiential exercises : karyawan berpartisipasi dan berperan dalam setiap aktivasi simulasi atau jenis pelatihan tatap muka lainnya E. Workbooks/manuals : karyawan mengacu pada workbook pelatihan dan manual untuk informasi . F. Classroom lectures : karyawan hadir dalam kuliah yang dirancang untuk menyampaikan informasi tertentu . 18 2.1.4.3.2. Metode berbasis Teknologi A. Cd-rom/dvd/videotapes/audiotapes/podcasts mendengarkan atau menonton media : yang karyawan dipilih untuk menyampaikan informasi atau menunjukkan teknik-teknik tertentu. B. Video conferencing / teleconferencing / satellite tv : karyawan mendengarkan atau berpartisipasi sebagai informasi yang disampaikan atau teknik yang ditunjukkan C. E-learning : pembelajaran berbasis internet di mana karyawan berpartisipasi dalam simulasi multimedia atau modul interaktif lainnya 2.1.4.4. Komponen Pelatihan Konsep pelatihan menurut Mangkunegara (2006) dalam Supatmi et.al (2013) dapat diukur atau diwakili a) Materi b) Pelatih c) Metode pelatihan d) Peserta 2.1.5. Kompensasi 2.1.5.1. Pengertian Kompensasi Menurut Rivai (2009) dalam Supatmi et.al (2013) Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa karyawan pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Lalu Sigit (2003) dalam Lewa dan Subowo (2005) berpendapat bahwa kompensasi adalah segala bentuk imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya atas pengorbanan karyawan yang bersangkutan. Pengorbanan karyawan tersebut dapat berupa kerja, jasa kinerja, biaya, maupun jerih payah yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hasibuan (2007) mengatakan kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung 19 atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Menurut Suwatno dan Priansa (2013) kompensasi terdiri dari gaji dan upah, dapat pula berbentuk fasilitas perumahan, fasilitas kendaran, pakaian seragam, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, tunjangan pangan dan masih banyak lagi yang lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta cenderung diterima oleh karyawan secara tetap. Mathis dan Jackson (2009) mendefinisikan kompensasi adalah faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan organisasi lainnya Berdasarkan penjelasan menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja serta pengganti kontribusi jasa karyawan atas pengorbanan karyawan yang bersangkutan, dengan berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung dan dapat pula berbentuk fasilitas perumahan, fasilitas kendaran, pakaian seragam, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, tunjangan pangan dan masuh banyak lagi yang lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta cenderung diterima oleh karyawan secara tetap 2.1.5.2. Jenis Kompensasi Simamora (2006) dalam Supatmi et.al (2013) menjelaskan komponenkomponen dan keseluruhan program kompensasi dapat dibagi dalam bentukbentuk : Kompensasi finansial yaitu kompensasi langsung (direct compensation) dan kompensasi tidak langsung (indirect financial compensation). Menurut Hasibuan (2007) kompensasi langsung berupa gaji, upah dan upah insentif a) Gaji : balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya, gaji akan tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja. b) Upah : balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya. c) Upah insentif : tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas presati standar. Upah insentif ini 20 merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi. Kompensasi tidak langsung dapat berupa tunjangan atau jaminan keamanan dan kesehatan. Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa ada kaitannya dengan prestasi, seperti upah dan gaji. 2.1.5.3. Tujuan Kompensasi Tujuan kompensasi menurut Hasibuan (2007) adalah sebagai berikut: 1. Ikatan Kerja Sama 5. Stabilitas Karyawan 2. Kepuasan Kerja 6. Disiplin 3. Pengadaan Efektif 7. Pengaruh Sekrikat Buruh 4. Motivasi 8. Pengaruh Pemerintah 2.1.5.4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kompensasi Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi menurut Hasibuan (2007), antara lain sebagai berikut a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja. Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. b. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan. Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. c. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan. Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin besar. d. Produktivitas Kerja Karyawan. Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan semakin besar. e. Pemerintah dengan Undang-undang dan Keppres. Pemerintah dengan undang-undang dan keppres menetapkan besarnya batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa bagi karyawan. f. Biaya Hidup/Cost of Living. Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah semakin besar. g. Posisi Jabatan Karyawan. Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/kompensasi lebih besar. 21 h. Pendidikan dan Pengalaman Kerja. Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/ balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik. i. Kondisi Perekonomian Nasional. Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju (depresi) maka tingkat upah rendah, karena terdapat banyak penganggur (disqueshed unemployment). j. Jenis dan Sifat Pekerjaan. Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko (finansial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. 2.1.6. Kinerja dan Kinerja Karyawan 2.1.6.1. Pengertian Kinerja dan Kinerja Karyawan Mangkunegara (2005) dalam Supatmi et.al (2013) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Rivai (2005) dalam Wiratama dan Sintaasih (2013) Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti: standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Timpe (1992) dalam Lewa dan Subowo (2005), kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktifitas. Kinerja menurut Meiner (1965) dalam Lewa dan Subowo (2005), adalah sebagai kesuksesan yang dapat dicapai individu didalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran kesuksesan yang dicapai individu tidak dapat disamakan dengan individu yang lain. Kesuksesan yang dicapat individu adalah berdasarkan ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Sedangkan Beyley (1982) dalam Lewa dan Subowo (2005), berpendapat bahwa kinerja berkaitan 22 erat dengan tujuan atau sebagai suatu hasil dari perilaku kerja individu, hasil yang diharapkan dapat merupakan tuntutan dari individu itu sendiri. Wirawan (2009) dalam Wiratama dan Sintaasih (2013) menambahkan bahwa kinerja merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu dan kinerja karyawan merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor yaitu faktor internal karyawan (meliputi disiplin kerja, motivasi kerja, pengetahuan dan keterampilan), lingkungan internal organisasi (meliputi kepemimpinan, strategi organisasi, visi dan misi, struktur organisasi, pendidikan dan pelatihan, dan kebijakan organisasi), dan faktor lingkungan eksternal organisasi. Berdasarkan definisi yang dijelaskan dari diatas bawah dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah perilaku orang-orang didalam organisasi yang telah ditentukan, diidentifikasikan dan diarahkan tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu untuk mengerjakan pekerjaan yang telah diberikannya secara efiesien dan efektif 2.1.6.2. Elemen Kinerja Karyawan Mathis dan Jackson (2009) kinerja (performance) adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut : a. Kualitas Kerja : kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil dengan tidak mengakibatkan volume pekerjaan b. Kuantitas kerja : Volume kerja yang dihasilkan pada kondisi normal. c. Ketepatan waktu : Kemampuan dalam menyelesaikan satu pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. d. Kehadiran : Keberadaan seseorang pada suatu acara atau jadwal yang telah ditetapkan. e. Kerjasama : Kemampuan dalam hubungan sesame karyawan selama menangani pekerjaan. 2.1.6.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Timpe (1992) dalam Lewa dan Subowo (2005) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu: • Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat seseorang, meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan 23 atau motivasi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel personal lainnya. • Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan-tindakan rekan kerja, jenis latihan dan pengawasan. McCormick dan Tiffin (1994) dalam Mondiani (2012) berpendapat terdapat dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu: • Variabel individu, terdiri dari pengalaman, pendidikan, jenis kelamin, umur, motivasi, keadaan fisik, kepribadian dan sikap; • Variabel situasional: dibagi dua, yaitu o faktor fisik dan pekerjaan yang meliputi metode kerja, pengaturan dan kondisi, perlengkapan kerja, pengaturan ruang kerja, kebisingan, penyinaran dan temperatur o faktor sosial dari organisasi yang meliputi kebijakan, jenis latihan dan pengalaman, system upah dan lingkungan sosial. 2.2. Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang mungkin berhubungan dengan penelitian ini 1. Penelitian yang dilakukan oleh Zubair Aslam Marwat, Muhammad Arif & Khadim Jan dalam Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business, Vol 1, No 7. November 2009 yang berjudul “Impact of selection, training, performance appraisal and compensation on employee performance” menemukan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara kompensasi dan pelatihan (0,78) dengan rata-rata (3,58) menunjukkan bahwa sebagian besar orang memiliki idealis terhadap kompensasi sebagai faktor penting yang secara langsung berkorelasi dengan kinerja karyawan. Semua variabel yang memiliki korelasi positif dengan kinerja karyawan. Korelasi kompensasi dengan variabel dependen adalah (0.67), Pelatihan adalah (0.66), Seleksi adalah (0.62) dan penilaian kinerja adalah (0,47). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sundi K dalam International Journal of Business and Management Invention Volume 2 Issue 12, December. 2013, PP.50-55 yang berjudul” Effect of Transformational Leadership and 24 Transactional Leadership on Employee Performance of Konawe Education Department at Southeast Sulawesi Province” dalam penelitian ini menguji empat variabel ada kepemimpinan transformasional yaitu (X1) dan kepemimpinan transaksional (X2) dan sebagai variabel independen, motivasi kerja (Y1) sebagai variabel intervening, dan kinerja karyawan (Y2) sebagai variabel dependen. Keempat variabel yang diuji secara parsial/efek langsung dan efek simultan antara variabel. Hasil uji parsial adalah sebagai berikut (a) pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja adalah 0.646. (b) Pengaruh kepemimpinan transaksional terhadap kinerja adalah 0,173, (c) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja adalah 0,698. Hasil uji simultan adalah sebagai berikut: (a) pengaruh kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap motivasi kerja sama dengan 0,484 dan (b) pengaruh kepemimpinan transformasional, transaksional dan motivasi bekerja pada nilai kinerja 0,628. Dengan hasil tes ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan Dinas Pendidikan Konawe. Koefisien jalur positif, yang berarti bahwa kepemimpinan transformasional lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan kinerja karyawan. Perubahan arah perbaikan kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan meningkatkan kinerja Dinas Pendidikan Konawe 3. Penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Jaka Alit Wiratama dan Desak Ketut Sintaasih dalam Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2, Agustus 2013 yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan, Diklat, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung” menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan secara simultan variabel kepemimpinan(0,296), diklat(0,223), dan disiplin kerja(0,507) terhadap kinerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. Dimana Nilai variabel disiplin kerja lebih besar dibandingkan variabel lainnya yaitu sebesar 0,507, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel disiplin kerja berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan pada PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dibandingkan dengan variabel lain. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Tria Mondiani didalam Jurnal Administrasi Bisnis, Volume I, Nomor 1, September 2012 yang berjudul “Pengaruh 25 Kepemimpinan Transformasional Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (PERSERO) UPJ Semarang” menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh positif terhadap variabel kinerja karyawan. Nilai koefisien determinasinya adalah 0,145 atau 14,5% yang berarti bahwa pengaruh yang diberikan variabel kepemimpinan transformasional terhadap variabel kinerja karyawan adalah sebesar 14,5% sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,5% merupakan pengaruh dari variabel lain selain kepemimpinan transformasional. Kompensasi mempunyai pengaruh positif terhadap variabel kinerja karyawan. Nilai koefisien determinasinya adalah sebesar 0,149 atau 14,9% yang berarti bahwa pengaruh yang diberikan kompensasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 14,9% sedangkan sisanya 85,1% merupakan pengaruh variabel lain selain kompensasi. Kepemimpinan transformasional dan kompensasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Nilai koefisien determinasinya adalah sebesar 0,297 atau 29,7% yang berarti bahwa kontribusi yang diberikan oleh kepemimpinan transformasional dan kompensasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 29,7% sedangkan sisanya yaitu sebesar 70,3% merupakan pengaruh dari variabel lain selain kepemimpinan transformasional dan kompensasi. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Mamik Eko Supatmi, Umar Nimran, Hamidah Nayati Utami, dalam Jurnal Profit, Volume 7 No.1(2013) yang berjudul “Pengaruh Pelatihan, Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Dan Kinerja Karyawan” menjelaskan bahwa 1.Pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja(0,170). 2.Pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan(0,234). 3.Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan(0,681). 4.Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan(0,389). 5.Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan(0,274). 6. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Idham Iip K Lewa dan Subowo dalam jurnal SINERGI, Edisi Khusus on Human Resources, 2005 Hal. 129 – 140 yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu, Jawa Bagian Barat, Cirebon” menyatakan bahwa (A)Hasil dari analisis regresi berganda adalah persamaan model regresi, yaitu 26 Y =2,559 + 0,229 X1, + 0,485 X2 + 0,597 X3. Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa semua variabel independen mempunyai arah dan pengaruh yang positif terhadap variabel dependen. Artinya dengan setiap usaha penambahan variabel independen akan meningkatkan kinerja karyawan. (B) Dari hasil analisis korelasi berganda, dapat disimpulkan bahwa secara bersama- sama variabel kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan kompensasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat, Cirebon. (C) Dari ketiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan kompensasi ternyata variabel kompensasi mempunyai pengaruh yang lebih. 2.3. Kerangka Pemikiran Sumber : Peneliti (2014) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Awal Dari variable-varibel yang ada, maka akan dilakukan penelitian eksperimental kerangka pemikiran dengan menjadikan variable tertentu menjadi intermediasi maupun moderate. Menurut Noor (2014) Penelitian eksperimental itu menggambarkan bagaimana vairabel independen dapat diimplementasikan dengan kelompok yang terpisah dari peserta dalam setiap kondisi (desain kelompok independen) atau dengan setiap peserta mengalami semua kondisi. Kemudian dari hasil eksperimental yang telah dilakukan untuk pengujian dari penelitan tersebut maka didapatkan hasil yang terbaik menjadi 27 Sumber : Peneliti (2014) Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Model Fit Dengan kerangka pemikiran model fit, maka dapat menentukan tujuan yang ingin dibahas dalam penelitian ini, yaitu; T-1 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan T-2 : Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan T-3 : Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan T-4 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan T-5 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kompensasi T-6 : Pengaruh Pelatihan terhadap Kompensasi T-7 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Pelatihan terhadap Kompensasi T-8 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi T-9 : Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi 2.4. Hipotesa Pengertian Hipotesis Penelitian menurut Sugiyono (2012), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan dan dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric. Hipotesis 28 dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis dirumuskan dan dievaluasi harus diuji melalui pengumpulan data lalu diolah. Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari sembilan hipotesis yang dijelaskan berikut ini : 2.4.1. Hipotesis 1 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan Ho = tidak ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan Ha = ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan 2.4.2. Hipotesis 2 : Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan Ho = tidak ada pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan Ha = ada pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan 2.4.3. Hipotesis 3 : Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Ho = tidak ada pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Ha = ada pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan 2.4.4. Hipotesis 4 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Ho = tidak ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Ha = ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan 2.4.5. Hipotesis 5 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kompensasi Ho = tidak ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kompensasi Ha = ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kompensasi 2.4.6. Hipotesis 6 : Pengaruh Pelatihan terhadap Kompensasi Ho = tidak ada pengaruh Pelatihan terhadap Kompensasi Ha = ada pengaruh Pelatihan terhadap Kompensasi 29 2.4.7. Hipotesis 7 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Pelatihan terhadap Kompensasi Ho = tidak ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Pelatihan terhadap Kompensasi Ha = ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Pelatihan terhadap Kompensasi 2.4.8. Hipotesis 8 : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi Ho = tidak ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi Ha = ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi 2.4.9. Hipotesis 9 : Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi Ho = tidak ada pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi Ha = ada pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan melalui Kompensasi