BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Intern Dengan semakin besarnya skala operasional yang ada di perusahaan akan semakin kompleks. Maka untuk itu pimpinan perusahaan harus dapat mengawasi kegiatannya dengan lebih terarah. Dalam melaksanakan pengawasan di perusahaan tersebut, pimpinan perusahaan mutlak untuk menerapkan sistem pengendalian intern yang memadai. 2.1.1. Pengertian Pengendalian Intern Pengertian Sistem Pengendalian Internal telah mengalami beberapa perubahan dan dapat diartikan baik secara sempit maupun secara luas. Sistem Pengendalian Internal dalam artian sempit sama dengan dengan pengertian “Internal Check”, yaitu suatu sistem dan prosedur yang secara otomatis dapat saling memeriksa pencatatan antar bagian atau fungsi dalam organisasi dan mengutamakan ketelitian data administrative, biasanya hal ini dilakukan dengan mempekerjakan 2 orang atau lebih secara independen. Pengertian Pengendalian Intern dari American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yang dialih bahasakan oleh La Midjan & Azhar Susanto (2000 : 45) adalah Sebagai Berikut : “Meliputi sistem organisasi dan segala cara-cara serta tindakantindakan dalam suatu perusahaan yang saling dikoordinasikan dengan tujuan untuk mengamankan hartanya, mengaji ketelitian dan kebenaran data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasinya, serta mendorong ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan perusahaan”. Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian sistem pengendalian intern dalam arti luas tidak hanya mencakup bidang akuntansi saja, tetapi mencakup juga bidang diluar akuntansi seperti rencana organisasi, metodemetode dan prosedur-prosedur yang berhubungan dengan peningkatan efisiensi operasi dan mendorong ketaatan pada kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan. 8 Definisi pengendalian internal menurut Arens & Loebbecke yang dikutip oleh Hiro Tugiman (2001:26) mengemukakan : ”A system of internal control consist of policies and procedures designed to provide management with reasonable assurance that the company achieves its objectives and goals”. Terdapat paradoks melekat dalam pengendalian internal, berupa pengendalian-pengendalian seperti aturan-aturan atau prosedur-prosedur yang dipengaruhi oleh manusia secara ideal. Dari pandangan manusiawi, harus bertanggung jawab atas pengendalian diri sendiri & pengaturan diri sendiri. Ketidak konsistenan dapat terjadi dalam setiap sistem pengendalian di dalam organisasi. Tugas-tugas menajemen adalah untuk meyakinkan keefisienan operasi. Jadi, perilaku dan aktivitas-aktivitas perlu dikelola dan dikendalikan sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Sistem pengendalian internal berkaitan dengan pengendalian individu secara pribadi. Tetapi dengan meningkatkan perhatian dan penjagaan atas harta seluruh organisasi, sistem pengendalian internal benar-benar akan menjaga perhatian dan kejujuran setiap pegawai sebagai bagian organisasi. Tujnuan pengendalian internal harus dipandang secara relevan dengan individu yang menjalankan sistem pengendalian tersebut. Sistem pengendalian bertujuan melindungi kesulitan-kesulitan atau krisis-krisis dalam operasi organisasi yang sebaliknya dapat mempengaruhi mereka secara pribadi. 2.1.2. Unsur-unsur Pengendalian Intern Kebutuhan akan sistem pengendalian intern berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Suatu sistem pengendalian intern yang memadai bagi suatu perusahaan belum tentu akan berhasil dengan baik bila diterapkan di perusahaan lain, karena masing-masing perusahaan mempunyai ruang lingkup dan sifat yang berbeda. Adapun unsur-unsur pokok pengendalian intern ini, salah satunya dikemukakan oleh La Midjan & Azhar Susanto (2001 : 60) yaitu sebagai berikut : 1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi (segretion of function) dan pekerjaan yang tepat. 2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan. 3. Unsur pelaksanaan yang wajar (praktik yang sehat). 9 4. Unsur kualitas pegawai. 5. Bagian pengawasan intern (internal auditing). 1. Struktur Organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, dengan kata lain setiap petugas atau pejabat tidak boleh melaksanakan pekerjaan sendiri dari semua tahap rangkaian pekerjaan. Pemisahan fungsi merupakan dasar terciptanya sistem pengendalian intern yang mana dalam pemisahan fungsi ini mencakup beberapa fungsi-fungsi yang menggambarkan pelaksanaan tugas yang harus dipisahkan, antara lain : • Fungsi penguasaan atau operasi • Fungsi pencatatan • Fungsi penyimpanan • Fungsi pengawasan Pemisahan fungsi diatas harus benar-benar dapat diterapkan dalam aktivitas operasional perusahaan, sehingga unsure struktur organisasi dan pemisahan fungsi ini dapat diandalkan dalam mendukung terlaksananya sistem pengendalian intern. 2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan Dengan adanya sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan akan memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya perusahaan, hal ini tercipta dari adanya rasa tanggung jawab yang dimiliki karyawan perusahaan atas pemberian wewenang dari atasan. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. 3. Praktik yang sehat Dalam melaksanakan tugas dan fungsi di setiap unit organisasi karyawan haruslah benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. 10 Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak terciptanya cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Hal ini akan tergantung pada setiap sumber daya manusia yang dimilikinya dalam melaksanakan fungsi dan tugas yang diembannya. Hal yang menjamin terlaksananya praktik yang sehat adalah adanya suatu sistem yang mengatur pelaksanaan pekerjaan secara sistematis melalui peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan, yang memungkinkan pegawai melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, karena praktik yang sehat dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilandasi pada ketentuanketentuan yang telah ditetapkan perusahaan melalui mekanisme kerja yang telah ditetapkan pula. Sehingga apabila ada aktivitas yang keluar dari ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat dinilai sebagai praktik yang tidak sehat dan dapat merugikan perusahaan. 4. Kualitas pegawai Bagaimanapun baik struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya, sehingga karyawan yang jujur dan ahli dalam bidangnya akan mampu melakukan pekerjaannya secara efisien dan efektif. Pegawai yang tidak kompeten dan tidak jujur akan mengurangi keandalan dari sistem pengendalian intern karena unsur sumber daya manusia merupakan unsur pelaksanan yang sangat menentukan dalam terciptanya keandalan pengendalian intern. Salah satu cara yang dapat ditempuh agar memiliki pegawai yang bertanggung jawab dan berkualitas adalah mengembangkan pola penerimaan pegawai dengan tingkat persaingan yang tinggi, yang mengacu pada standar penerimaan pegawai yang ditetapkan. Untuk meningkatkan mutu serta kualitas sumber daya manusia yang telah ada, pihak perusahaan dapat mengirimkan sejumlah pegawainya untuk ikut serta dalam setiap seminar-seminar yang berhubungan dengan tugasnya masingmasing, yang dapat memungkinkan bertambahnya wawasan serta pengetahuan terhadap tugas yang diembannya, memberikan kesempatan pada setiap pegawai untuk meningkatkan jenjang pendidikannya pada tingkat yang lebih tinggi, 11 pembinaan ahlak dan moral pada setiap pegawai melalui berbagai kegiatan keagamaan. Sehingga diharapkan akan terbentuk sumber daya yang berkualitas dan bermoral tinggi. 5. Bagian pengawasan intern Bagian pengawas intern selain berfungsi untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan antara lain : melalui pemeriksaan fisik, mengevaluasi peraturan-peraturan yang berlaku, juga mempunyai peranan untuk menilai apakah sistem dan prosedur yang sedang berjalan masih sesuai dengan yang ditetapkan sebelumnya. Karakteristik yang harus dimiliki oleh orang-orang yang melakukan prosedur verifikasi internal adalah independensi terhadap orang-orang yang bertanggung jawab menyiapkan data, karena tanpa adanya independensi nilai pemeriksaan akan percuma. Pelaksanaan verifikasi ini akan lebih efektif bila dilaksanakan oleh staf internal auditing yang independen. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya struktur organisasi, adanya pemberian wewenang, praktik yang sehat, pegawai yang cakap, serta pengawasan intern yang memadai merupakan dasar terciptanya pengendalian intern yang baik, yang juga harus didukung oleh pelaksanaan yang sehat serta kualitas karyawan yang terlibat didalamnya yang merupakan unsur pelaksanan aktivitas perusahaan. 2.1.3. Tujuan Pengendalian Intern Dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern, perusahaan harus dapat menetapkan terlebih dahulu tujuan sistem pengendalian tersebut sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam pencapaian peningkatan efektivitas. Tujuan utama dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2001 : 164) adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) : a) Menjaga kekayaan organisasi, b) Menguji ketelitian dan keandalan data akunansi, 2. Pengendalian intern administratif (internal administrative control) : a) Mendorong efisiensi operasi perusahaan, dan b) Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen 12 1. Dalam menjaga kekayaan organisasi perusahaan dari segala kemungkinan yang akan merugikan perusahaan berupa pencurian, penyelewengan, kecurangan dan lain-lain. Baik secara fisik maupun secara administratif, misalnya kenaikan barang dalam pembelian yang dilaksanakan oleh bagian pembelian dikarenakan adanya komisi, membuat laporan penerimaan barang oleh bagian penerimaan barang, yang tidak sesuai dengan keadaan fisik barang sebenarnya. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut maka perlu dirancang berbagai metode & cara untuk mencegah pembelian & persediaan disamping prosedur yang memadai untuk mengendalikan kemungkinan kenaikan harga barang melalui pembelian. 2. Informasi yang keluar dari catatan akuntansi dalam bentuk laporan keuangan yang berisi informasi akuntansi keuangan & laporan manajemen yang berisi antara lain informasi akuntansi manajemen harus dapat dipercaya , tidak menyesatkan & dapat diuji kebenarannya. Catatan akuntansi harus terus menerus diuji (internal check) agar kebenaran data akuntansi dapat dipertahankan. Untuk dapat melaksanakan uji coba, maka perlu dipisahkan berbagai fungsi yang ada dalam system organisasi perusahaan terutama yang menyangkut suatu transaksi pembayaran utang. Catatan-catatan berbagai bagian yang menangani transaksi tersebut harus dapat saling menguji antara lain catatan petugas kas dengan catatan bagian akuntansi & catatan bagian utang. Laporan keuangan dan laporan manajemen yang diterbitkan dari catatan-catatan akuntansi yang saling diuji coba, akan menghasilkan laporan keuangan yang terkendali (built in control). 3. Dengan digunakannya berbagai metode dan prosedur untuk mengendalikan biaya yaitu dengan menyusun budget, biaya standar, akan menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan biaya dengan tujuan akhir menciptakan efisiensi. 4. Kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan dengan surat keputusan, juga merupakan alat pengendalian yang penting didalam perusahaan yang harus ditaati dan dijalankan oleh setiap karyawan. Dengan surat keputusan, pimpinan perusahaan dapat mengendalikan berbagai aktivitas perusahaan khususnya pengeluaran antara lain biaya dan penerimaan antara lain dari 13 pendapatan. Surat keputusan harus dilaksanakan dengan konsekuen. Kebijakan pimpinan yang ditetapkan kemudian yang mulai menyimpang dari surat keputusan tersebut selain akan menghilangkan kewibawaan atas surat keputusan tersebut yang secara tidak langsung juga kewibawaan pimpinan perusahaan. Apabila kebijaksanaan tersebut dilanggar maka akan memudarkan arti dan makna surat keputusan tersebut. Dalam upaya mencapai tujuan, suatu organisasi harus dapat memanfaatkan sumber daya yang ada sebaik mungkin. Menurut Arens & Loebbecke (2000:290), pengendalian internal yang efektif dapat tercipta apabila tujuan-tujuan berikut ini terpenuhi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Recorded transactions exist (existence). Existing transactions are recorded (completeness). Recorded transactions are stated at the correct amount (accuracy). Transaction are properly classified (classification). Transactions are recorded on the correct dates (timing). Recordded transactions are properly included in the master files & correctly summarized (posting & summarization). Pengendalian internal dapat berjalan secara efektif apabila suatu organisasi yang didukung oleh sumber daya yang ada dapat memenuhi semua tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut, antaran lain : setiap transaksi yang dicatat benar-benar terjadi, semua transaksi yang terjadi dicatat, setiap transaksi dinilai dengan tepat, setiap transaksi diklasifikasikan dengan tepat, setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat, serta setiap transaksi dimasukan dengan tepat ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar. 2.1.4. Pentingnya Pengendalian Intern Pengendalian intern dibutuhkan untuk mengurangi eksposur-eksposur. Organisasi tergantung pada beragam eksposur yang dapat menimbulkan efek yang buruk bagi operasi atau bahkan itu timbul terus menerus. Eksposur terdiri dari dampak keuangan potensial yang berlipat ganda karena probabilitas kemunculannya. Istilah risiko sinonim dengan probabilitas kemunculan. Jadi eksposur adalah risiko dikalikan dengan konsekuensi keuangannya. Kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti banjir atau pencurian bukanlah eksposur. Eksposur organisasi untuk jenis kejadian ini adalah kerugian 14 keuangan potensial organisasi dikalikan dengan probabilitas kemunculan kejadian ini. Eksposur tidak timbul dari kurangnya pengendalian. Pengendalian cenderung untuk mengurangi eksposur, tetapi kurangnya pengendalian jarang menyebabkan eksposur. Eksposur melekat dalam setiap organisasi dan dapat timbul karena berbagai sebab. Eksposur-eksposur umum menurut Bodnar & Hopwood (2004 : 103) antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Excessive Costs. Deficient Revenue. Loss of Assets. Inaccurate Accounting. Business Interuption. Statutory Sanctions. Competitive Disadvantage. Fraud & Embezzlement. 1. Biaya berlebihan. Biaya Berlebihan mengurangi laba. Setiap pembelanjaan yang dibuat oleh satu organisasi berpotensi berlebihan. Jumlah yang dibayarkan untuk pembelian aktiva untuk digunakan di organisasi mungkin saja berlebihan. Cek gaji mungkin saja didistribusikan kepada karyawan tidak efektif, tidak efisien atau bahkan keduanya. Produksi mungkin saja tidak efisien yang disebabkan pembelian bahan & tenaga kerja secara berlebihan, serta penggunaan biaya berlebihan untuk iklan & biaya perjalanan mungkin saja terjadi. Tagihan pajak mungkin saja dibayar diluar tenggat waktu, yang menyebabkan pembayaran denda & biaya bunga. 2. Penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan dapat mengurangi laba. Biaya piutang tak tertagih dengan kredit penjualan mungkin saja berlebihan. Penjualan barangkali dikirimkan kepada pelanggan tetapi tidak tercatat & dengan begitu tidak dapat ditagih. Jumlah yang ditagihkan kepada pelanggan mungkin saja salah atau bahkan lebih kecil daripada yang seharusnya. Tagihan mungkin saja hilang atau salah perhitungan dalam jumlah piutang. Penjualan yang dikembalikan (retur) atau dibatalkan dikarenakan keterlambatan pengiriman, kualitas barang yang tidak bisa diterima, atau barang yang dikirim tidak sesuai dengan barang 15 yang dipesan. Komisi penjualan yang berlebihan mungkin saja terjadi untuk alasan serupa. 3. Kehilangan aktiva. Aktiva mungkin saja hilang sehubungan dengan pencurian, tindakan kekerasan atau bencana alam. Suatu organisasi mempunyai pengawasan pada sebagian besar aktivanya, dari kesemuanya ada beberapa yang memiliki kemungkinan hilang. Aktiva tersebut mungkin saja hilangan tanpa disengaja. Uang tunai, bahan atau peralatan mungkin saja secara kebetulan salah meletakkan atau dirusakkan oleh karyawan yang teledor atau bahkan karyawan yang hati-hati, termasuk juga manajemen. 4. Akuntansi yang tidak akurat. Kebijakan-kebijakan Akuntansi & prosedur-prosedur mungkin saja cenderung salah, tidak sesuai atau secara signifikan berbeda dari yang dianggap sebagai secara umum bisa diterima. Kesalahan dalam pencatatan meliputi pemilihan waktu valuasi atau klasifikasi transaksi. Error didalam tata kearsipan mungkin saja tak disengaja atau disengaja. Kesalahan bisa mengakibatkan tidak akuratnya informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan & secara material menyesatkan laporan keuangan. 5. Interupsi bisnis. Interupsi dapat mengakibatkan penundaan sementara dari kegiatan operasinya atau bahkan berakhirnya operasi & akhir organisasi. Interupsi bisnis dapat muncul dari eksposur operasi yang berlebihan, dari tindakan fisik, dari kekerasan atau dari bencana alam. 6. Sanksi wajib. Sanksi menurut undang-undang meliputi hukuman apapun yang diberikan oleh pengadilan atau pihak yang mempunyai kewenangan atas satu organisasi & operasi nya. Satu organisasi harus memastikan bahwa aktivitas- aktivitasnya telah berjalan sesuai dengan hukum & peraturan yang berlaku. Pemberhentian kegiatan operasi organisasi atau bahkan tutupnya perusahaan merupakan salah satu hukuman yang dikenakan oleh pengadilan atau pejabat berwenang apabila terbukti melakukan pelanggaran. 16 7. Kerugian kompetitif. Kerugian kompatitif adalah ketidak-mampuan dari satu organisasi untuk tinggal atau tetap bertahan dalam pasar. Kerugian kompetitif dapat disebabkan oleh keputusan manajemen yang tidak efektif. 8. Penipuan dan penggelapan. Penipuan dan penggelapan dapat dilakukan oleh orang di luar perusahaan maupun orang di dalam perusahaan. Biaya berlebihan, penurunan pendapatan, kehilangan aktiva, akuntansi yang tidak akurat, interupsi bisnis, sanksi wajib dan kerugian kompetitif dapat merupakan hasil dari penipuan dan penggelapan. 2.1.5. Keterbatasan Pengendalian Intern Sistem pengendalian intern tidaklah dimaksudkan untuk meniadakan sama sekali kemungkinan terjadinya kesalahan atau penyelewengan. Tapi suatu sistem pengendalian intern dapat menjamin kelayakan sasaran manajemen dapat tercapai. Tetapi dalam kenyataannya suatu sistem pengendalian intern masih memiliki beberapa keterbatasan. Yang dimaksud dengan keterbatasan disini adalah kondisi dimana tidak tercapainya pembentukan dan pelaksanaan sistem pengendalian intern yang memadai. Keterbatasan-keterbatasan itu dikemukakan lebih mendalam oleh La Midjan & Azhar Susanto (2001 : 68) yang antara lain : 1. “Collusion” berupa kerjasama yang tidak sehat. 2. Mental, personil yang bermental tidak baik. 3. Biaya, yaitu biaya tenaga dan alat-alat yang mungkin akan memberatkan perusahaan dalam menerapkan sistem pengendalian intern. 1. Persekongkolan Suatu sistem pengendalian yang idealpun akan mengalami kerusakan apabila pihak-pihak yang seharusnya dipisahkan adalah tanggung jawab dan wewenangnya justru bekerjasama untuk memenuhi kepentingan pribadi mereka. Dengan adanya persekongkolan, pemisahan fungsi seperti yang tercantum dalam rencana dan prosedur perusahaan merupakan tulisan atau berkas sementara. Oleh 17 karena itu sistem pengendalian intern harus dibuat sedemikian rupa sehingga kesempatan untuk bersekongkol ini berkurang. 2. Faktor Manusia Elemen yang paling penting dalam sistem pengendalian intern adalah pegawai. Jika pegawai perusahaan tersebut kompeten dan dapat dipercaya, maka elemen sistem pengendalian intern lainnya tidak perlu ada. Namun jika elemen lain kuat, sementara pegawainya tidak kompeten dan tidak jujur, maka sistem pengendalian intern itu akan hancur dan tidak berguna. Disamping itu manusia pun mempunyai keterbatasan dan kelemahan alamiah, misalnya : cepat bosan, merasa tidak puas dan masalah-masalah pribadi lainnya, yang akan merusak atau mengganggu pekerjaannya. 3. Faktor Biaya Untuk menyusun suatu sistem pengendalian intern yang memadai dan layak tentunya memerlukan biaya yang besar. Pihak perusahaan tentu saja akan menghitung cost benefit dari penyusunan sistem tersebut. Oleh karena itu perusahaan yang sedang dalam tahap berkembang enggan untuk menanamkan modalnya dalam sistem pengendalian intern yang ideal. 2.2. Pendapatan Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya disebabkan oleh keadaan ekonomi atau lingkungan yang menguntungkan, serta bisa juga karena keberhasilan manajemen. Manajemen harus mampu menjalankan perusahaan sehingga perusahaan dapat menghasilkan pendapatan, karena besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dengan demikian keseimbangan pendapatan dari periode ke periode harus selalu diperhatikan. 2.2.1. Pengertian Pendapatan Didalam suatu perusahaan pendapatan merupakan jantung perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan pendapatan juga dapat mencerminkan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam melaksanakan 18 operasinya, dimana besar kecilnya pendapatan itu sendiri yang menjadi tolak ukurnya dalam menilai kinerja perusahaan tersebut. Adapun definisi pendapatan menurut IAI – Komite SAK (2002 : 23) dalam PSAK No. 23 adalah sebagai berikut : “Yang dimaksud dengan pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomis yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus kas masuk itu mengakibatkan kenaikan akuitas yang berasal dari kontribusi penanam modal”. Selain definisi diatas, ada pendapat lain yang diantaranya dikemukakan oleh Ahmed Riahi Belkaoui (2006:279) : “Pendapatan berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur oleh bahan yang dikenakan pada pelanggan, klien atau penyewa untuk barang dan jasa yang diberikan kepada mereka.” Jadi pengertian pendapatan diatas, merupakan suatu pendapatan yang dihasilkan perusahaan dari penjualan produk dan jasa kepada konsumen dan dapat disimpulkan bahwa pendapatan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban. 2. Adanya penyerahan barang dan jasa kepada pihak konsumen. 3. Adanya penentuan periode pengakuan. 2.2.2. Sumber Pendapatan Berdasarkan pengertian diatas makin jelaslah bahwa pengertian pendapatan tadi cukup jelas, jadi tidak hanya dari hasil operasi perusahaan semata tapi juga dari hasil diluar operasi perusahaan, oleh karena itu pendapatan dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis dilihat dari sumber pendapatan perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Suryo (2006:64) yang antara lain : 1. Pendapatan hasil usaha. 2. Pendapatan dari luar usaha. 1. Pendapatan hasil usaha adalah semua pendapatan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan usaha normal perusahaan tersebut. Yang merupakan hasil dari penyerahan produk dan jasa utama perusahaan kepada langganan dimana produk dan jasa ini memang untuk dijual oleh perusahaan. 19 2. Pendapatan dari luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh di luar usaha itu. Yang merupakan perolehan insidentil, maksudnya pendapatan tersebut diperoleh dari hasil kegiatan yang tidak ada hubungan langsung dengan usaha pokok dari perusahaan tersebut. 2.2.3. Pengakuan Pendapatan Telah disebutkan sebelumnya bahwa pendapatan merupakan hasil perusahaan dari penjualan produk dan jasa, pada saatnya ada pengakuan pendapatan dari hasil penjualan barang dan jasa. Pengakuan pendapatan merupakan suatu masalah yang paling sulit dan mendesak yang dihadapi profesi akutansi dan harus diketahui keadaannya, karena bias menggambarkan keadaan dari penentuan, kapan dan pada jumlah berapa pendapatan harus diakui. Pendapatan dalam satu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari bahan dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatan yang dikemukakan oleh Munawir (2002:54) adalah sebagai berikut : “Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan dapat diakui : 1. Pada saat realisasi. 2. Pada saat terjadi”. 1. Pendapatan direalisasi bila barang-barang dan jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direlisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. 2. Pada saat terjadi, antara lain : a. Pendapatan dari penjualan diakui pada saat penjualan (saat penyerahan barang). b. Pendapatan dari penjualan diakui pada saat jasa selesai dikerjakan dan dapat difakturkan. c. Pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain seperti pendapatan bunga, pendapatan sewa atau royalty, diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau sesuai dengan penggunaan aktiva tersebut. d. Pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan diakui saat penjualan. 20 Maka dari itu pendapatan direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direlisasikan bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan. 2.3. Pengelolaan Pendapatan Penjualan Pengelolaan menurut La Midjan & Azhar Susanto (2000:23) terbagi ke dalam 3 aktivitas, yang antara lain : 1. Perencanaan. 2. Pelaksanaan. 3. Pengendalian. 1. Aktivitas perencanaan terdiri atas : a. Pemilihan tujuan organisasi, memprediksi hasilnya dengan cara pencapaian tujuan yang berbeda, memutuskan bagaimana cara mencapai hasil yang diinginkan. b. Mengkomunikasikan tujuan serta cara bagaimana mencapai tujuan tersebut kepada seluruh bagian organisasi. Salah satu alat perencanaan yang paling popular adalah anggaran yang merupakan gambaran kuantitatif rencana tindakan yang diusulkan manajemen dan merupakan alat untuk mengkordinasi apa yang harus dilakukan dalam implementasi rencana tersebut. 2. Aktivitas pelaksanaan terdiri atas : a. Prosedur pembelian. b. Prosedur penjualan. 3. Aktivitas pengendalian terdiri atas : a. Tindakan yang merupakan implementasi keputusan perencanaan. b. Membuat keputusan bagaimana menilai kinerja serta umpan balik yang perlu disajikan untuk membantu pengambilan keputusan di masa depan. Pendapatan penjualan harus dikelola dengan baik, yaitu dengan adanya pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tercantum dalam struktur 21 organisasi. Karena kegiatan tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam kelangsungan operasional perusahaan. 2.3.1. Struktur Organisasi dari Fungsi Pendapatan Penjualan Dalam suatu perusahaan yang berskala besar dan sudah memiliki sistem pengendalian intern, pemisahan fungsi antar bagian akan jelas terlihat, terutama apabila bagian-bagian tersebut memiliki peran yang sangat besar bagi kelangsugan operasional perusahaan, sehingga perusahaan betul-betul akan menjamin keamanan dan mengurangi seminim mungkin tingkat penyelewengan yang akan terjadi. Salah satu bagian yang terpenting itu adalah bagian penerimaan, dimana dalam bagian penerimaan seluruh aktivitas dibatasi oleh pemisahan fungsi, yang masing-masing mempunyai tanggung jawab dan ruang lingkup kerja yang sudah ditetapkan. Menurut La Midjan & Azhar Susanto (2001:171), dalam fungsi penerimaan ini terdapat unit organisasi yang antara lain memiliki tugas dan wewenang masing-masing, yaitu : 1. Bagian Akuntansi (selaku bagian pencatatan). 2. Bagian Administrasi Persediaan Barang (selaku bagian pengkoordinasian barang persediaan). 3. Bagian Penjualan (selaku bagian yang mengkoordinasikan penjualan). 4. Bagian Kas (selaku bagian yang menerima dan mengeluarkan uang). 5. Bagian Gudang (selaku bagian yang menerima dan mengeluarkan barang). 6. Bagian Ekspedisi (selaku bagian yang menyerahkan barang baik masuk ataupun keluar). Seluruh bagian tersebut saling memiliki keterkaitan tugas antara satu bagian dengan bagian-bagian lainnya, sehingga kemungkinan adanya penyimpangan akan seminimum mungkin diatasi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya penyimpangan, hal ini tergantung dari sumber daya manusia dan sistem yang diterapkannya. 22 2.3.2. Prosedur Pendapatan Penjualan Menurut La Midjan & Azhar Susanto (2001:171), aktivitas dari fungsi penjualan yang merupakan sistem akuntansi penjualan didukung oleh beberapa prosedur, yaitu : 1. Prosedur penerimaan order atau pesanan. 2. Prosedur pengiriman barang. 3. Prosedur pencatatan akibat adanya penjualan. Prosedur-prosedur tersebut memperlihatkan berbagai kegiatan sejak timbulnya pensanan penjualan sampai dengan pengiriman barang kelangganan, termasuk kegiatan pencatatan pesanan-pesanan (order) yang diterima serta pencatatan berbagai akibat yang materil secara finansial dari penjualan. Kegiatan penjualan melibatkan berbagai bagian yaitu : bagian penjualan itu sendiri, bagian gudang, bagian pengiriman, bagian akuntansi dan bagian administrasi persediaan barang. Dalam fungsi penjualan ini, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa fungsi ini memiliki bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya saling memiliki keterkaitan, oleh karena itu prosedur penjualan ini akan dijelaskan dengan melibatkan beberapa bagian antara lain : • Bagian Akuntansi Seluruh penerimaan atas pendapatan dalam bagian akuntansi akan dicatat dan dibukukan dengan menganalisa data penjualan yang diterima dari bagian penjualan untuk dikonfirmasikan kepada bagian-bagian lainnya dengan dokumen berupa invoice untuk ditindak lanjuti oleh bagian-bagian lain tersebut. • Bagian Administrasi Persediaan Barang Bagian ini menerima informasi data penjualan untuk dianalisa dalam pemenuhan kebutuhan pesanan, berdasarkan data informasi dari bagian gudang yang kemudian sama dengan bagian diatas akan ditindak lanjuti oleh bagian lainnya. • Bagian Penjualan Suatu transaksi penjualan akan disetujui atau tidaknya harus berdasarkan keputusan bagian penjualan, selaku bagian yang berwenang atas semua itu yang data informasinya didapat dari bagian-bagian terkait seperti yang telah 23 diuraikan diatas. Dalam bagian penjualan semua transaksi akan terlihat jelas karena bagian ini merupakan control atas semua transaksi penjualan, tanpa melalui bagian ini suatu transaksi tidak dapat dipenuhi. • Bagian Gudang Pada bagian ini, semua barang baik itu yang bersifat keluar ataupun masuk harus seijin bagian menurut masuk atau keluarnya barang, apabila barang keluar sudah tentu bagian yang kompeten dalam memberikan kuasanya adalah bagian penjualan dan apabila barang akan masukpun harus seijin bagian pembelian selaku bagian yang kompeten. • Bagian Ekspedisi Bagian ekspedisi bertugas mengantarkan barang sesuai dengan yang tertera dalam invoice yang telah disahkan oleh bagian akuntansi selaku bagian yang mengeluarkan surat tersebut. Begitu pula apabila terjadi pembayaran secara langsung terhadap bagian ini, maka harus adanya konfirmasi pada bagian akuntansi untuk ditindak lanjuti, sebagai bahan penyerahan keuangan, pada bagian lain yakni bagian kas. Dengan adanya pemisahan fungsi, kemungkinan tingkat penyelewengan dapat ditekan sekecil mungkin, walaupun semua itu tergantung pada sumber daya manusianya. Walaupun sistem yang digunakan sudah memadai, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya penyelewengan, dikarenakan sistem pengendalian intern pun memiliki kelemahan-kelemahan yang tidak dapat mengantisipasi penyelewengan secara keseluruhan. 2.3.3. Pencatatan dan Pelaporan Pendapatan Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa pendapatan, tidak ada laba. Tanpa laba, tidak ada perusahaan. Oleh karena itu karyawan serta manajemen perusahaan harus dapat mengelolanya dengan baik, agar perusahaan tersebut dapat bertahan hidup (going concern). Untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut mengelola pendapatannya dengan baik salah satu caranya dengan melihat pencatatan serta pelaporan pendapatan tersebut. Menurut Kusnadi, dkk (2000:345), pencatatan pendapatan dalam laporan akuntansi harus didasarkan pada kriteria sebagai berikut : 24 1. Nilai ekonomi sudah ditambahkan oleh perubahan kepada produk yang dihasilkannya. 2. Jumlah pendapatan harus dapat diukur. 3. Pengukuran tersebut haruslah dapat diverifikasi dan secara relatif bebas dari bias. 4. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan harus dapat diukur dengan tingkat keakuratan yang cukup baik. Secara umum, laporan akuntansi dapat diperbaiki apabila dilaporkan secepat mungkin sesudah peningkatan nilai dapat diukur. Akan tetapi pengukuran- pengukuran probabilitas pendapatan akan merupakan suatu perbaikan atas laporan satu jumlah nilai (single valued amount) yang mengantarkan adanya ekuivalen tingkat kepastian. Menurut Kusnadi, dkk (2000:347), pelaporan pendapatan dapat dibuat pada saat : 1. 2. 3. 4. Selama masa produksi. Pada saat penyelesaian produksi. Pada saat penjualan. Pada saat pengumpulan. 1. Pelaporan pendapatan selama masa produksi. Penetapan harga oleh perusahaan atas dasar kontrak, kebiasaan-kebiasaan yang umum berlaku dalam dunia bisnis atau adanya harga-harga pasar pada tahapan-tahapan proses produksi. Contoh : akrual, kontrak jangka panjang dan accretion. 2. Pelaporan pendapatan pada saat penyelesaian produksi. Adanya harga yang dapat ditentukan atau adanya harga pasar yang stabil. Serta biaya-biaya pemasaran yang tidak terlalu besar. Contoh : logam-logam berharga, produk agraris dan service. 3. Pelaporan pendapatan pada saat penjualan. Harga yang pasti untuk produk. Merupakan metode yang dianggap baik dalam mengestimasikan jumlah yang tidak dapat tertagih. Estimasi keseluruhan expenses yang material. Sebagian besar barang dijual. 4. Pelaporan pendapatan pada saat pengumpulan. Tidak mungkin menilai aktiva yang diterima dengan tingkat keakuratan yang cukup baik. Hampir dapat dipastikan adanya tambahan-tambahan expenses yang material dan hal ini tidak dapat diestimasikan dengan tingkat keakuratan 25 yang cukup baik pada saat penjualan. Contoh : penjualan angsuran, pertukaran untuk aktiva tetap tanpa verifikasi nilai yang ditentukan. 2.4. Pengendalian Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Pendapatan Penjualan Setelah adanya pengakuan atas pendapatan maka yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah bagaimana pengendalian internal diterapkan dalam pendapatan penjualan yang sebenarnya harus diterima oleh perusahaan. Apabila pengendalian internal dapat diterapkan dengan baik dalam pendapatan penjualan, maka perusahaan akan mencapai tujuannya yaitu memperoleh laba. Laba tersebut sangat dibutuhkan perusahaan dalam menunjang kegiatan operasional agar dapat terus beroperasi (going concern). Dalam kaitannya dengan permasalahan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pengelolaan pendapatan penjualan, menurut La Midjan & Azhar Susanto pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan harus memenuhi unsur-unsur pengendalian internal berikut ini : 1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi (segretion of function) dan pekerjaan yang tepat. 2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan. 3. Unsur pelaksanaan yang wajar (praktik yang sehat). 4. Unsur kualitas pegawai. 5. Bagian pengawasan intern (internal auditing). 1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi. Yang merupakan dasar terciptanya suatu pengendalian internal, dimana dalam struktur organisasi harus mencakup beberapa fungsi yang harus dipisahkan dalam pelaksanaan tugasnya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain : fungsi penguasaan, fungsi pencatatan, fungsi penyimpanan, dan fungsi pengawasan. 2. Sistem pemberian wewenang & prosedur pencatatan. Dimana setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pegawai yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. 3. Unsur pelaksanaan yang wajar. Adanya suatu sistem yang mengatur pelaksanaan pekerjaan secara sistematis melalui peraturan-peraturan yang 26 ditetapkan oleh pihak perusahaan, yang memungkinkan pegawai melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, karena praktik yang sehat dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilandasi pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan melalui mekanisme kerja yang telah ditetapkan pula. Sehingga apabila ada aktivitas yang keluar dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat dinilai sebagai praktik yang tidak sehat dan dapat merugikan perusahaan. 4. Unsur kualitas pegawai. Pegawai yang kompeten dalam bidangnya akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efiisien, serta merupakan unsur penting dalam terciptanya suatu pengendalian internal yang baik. 5. Bagian pengawas intern. Bagian ini harus bersifat independent, yang mana bagian pengawas intern tidak terlibat dalam proses penyiapan data. Ini ditujukan agar bagian pengawas intern dapat menilai atas keandalan laporan keuangan, menjaga harta kekayaan perusahaan, serta menilai apakah setiap peraturan atau prosedur yang ditetapkan berjalan dengan baik atau tidak. Apabila semua unsur tersebut dapat terpenuhi oleh perusahaan, maka akan sangat membantu dalam mengelola suatu organisasi atau perusahaan terutama yang bersifat profit oriented. Menurut La Midjan & Azhar Susanto (2000:23), pengelolaan atas pendapatan penjualan dapat dikelompokan ke dalam 3 aktivitas yang antara lain : 1. Perencanaan. 2. Pelaksanaan. 3. Pengendalian. 1. Aktivitas perencanaan. Dalam aktivitas ini ditetapkan suatu tujuan perusahaan serta prosedur-prosedur yang akan diterapkan, yang mana alat perencanaan yang sering digunakan adalah anggaran. Karena manajemen dapat merencanakan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan gambaran kuantitatif sebagai dasarnya. 2. Aktivitas pelaksanaan. Merupakan hasil dari aktivitas perencanaan, dimana setiap prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan perusahaan harus dilaksanakan dengan konsekuen. Diantaranya prosedur dalam penjualan dan pembelian. 27 3. Aktivitas pengendalian. Dalam aktivitas ini perusahaan biasanya menetapkan suatu prosedur serta peraturan-peraturan sesuai dengan aktivitas perencanaan yang berfungsi sebagai alat pengendalian terutama dalam mendukung aktivitas pelaksanaan. Dimana harus ada bagian yang independen yang memegang fungsi tersebut terutama dalam penilaian kinerja perusahaan terutama dalam kepatuhan terhadap prosedur serta peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagian ini tidak boleh terlibat dalam penyiapan data, karena akan berpengaruh dalam penilaian atas keandalan laporan tersebut. Menurut Arens & Loebbecke (2000:290), agar pengendalian internal yang ada dalam suatu organisasi dapat berfungsi dengan baik terutama dalam menunjang pengelolaan kegiatannya maka organisasi tersebut harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Recorded transactions exist (existence). Existing transactions are recorded (completeness). Recorded transactions are stated at the correct amount (accuracy). Transaction are properly classified (classification). Transactions are recorded on the correct dates (timing). Recordded transactions are properly included in the master files & correctly summarized (posting & summarization). Dari Uraian-uraian diatas dapat dijabarkan lagi lebih lanjut, dimana masing-masing mempunyai indikasi sebagai pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pengelolaan pendapatan penjualan. Antara lain sebagai berikut : 1. Setiap transaksi yang dicatat benar-benar terjadi (Existence). Setiap prosedur yang dimiliki perusahaan harus memberikan pengendalian untuk mencegah penghilangan setiap transaksi dari catatan. Dimana semua transaksi yang menyangkut dengan timbulnya pendapatan dicatat pada buku besar pendapatan dengan benar. 2. Semua transaksi yang terjadi dicatat (Completeness). Semua transaksi yang menyangkut dengan timbulnya pendapatan dicatat pada buku besar pendapatan dengan benar. Semua administrasi/dokumen pendapatan diberi nomor urut. 28 3. Setiap transaksi dinilai dengan tepat (Accuracy). Struktur pengendalian internal yang memadai selalu disertai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan dalam penghitungan dan pencatatan setiap transaksi pada berbagai langkah proses pencatatan. 4. Setiap transasksi diklasifikasikan dengan tepat (Classification). Klasifikasi perkiraan yang tepat, sesuai dengan bagan perkiraan perusahaan, harus ditetapkan dalam jurnal kalau laporan keuangan hendak dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga mencakup berbagai kategori seperti divisi dan hasil produk. 5. Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (Timing). Pencatatan setiap transaksi baik sebelum atau setelah saat terjadinya, selalu menimbulkan kemungkinan adanya kelalaian untuk mencatatnya atau dicatat dengan jumlah yang tidak benar. Jika keterlambatan pencatatan terjadi pada akhir periode maka laporan keuangan akan mengandung kesalahan. 6. Setiap transaksi dimasukan dengan tepat ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (Posting & Summarization). Dalam beberapa keadaan, masing-masing transaksi diikhtisarkan (dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan sebelum dicatat ke dalam jurnal yang bersangkutan. Kemudian jurnal tersebut diposting (dibukukan) ke dalam buku besar, dan buku besar tersebut diikhtisarkan lagi dan digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Selain metode yang digunakan untuk memasukan setiap transaksi ke dalam catatan tambahan dan untuk mengikhtisarkan setiap transaksi pengendalian yang memadai selalu dibutuhkan untuk memastikan bahwa pengikhtisaran tersebut adalah benar. Uraian-uraian diatas harus benar-benar dapat dilaksanakan oleh pihak perusahaan, sehingga akan memperkecil terjadinya tingkat penyelewengan. 29