BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976. Teori agensi menjelaskan suatu hubungan keagenan antara pihak principal yang memberi mandat dan pihak agen yang diberi mandat oleh principal. Dalam suatu perusahaan, yang menjadi pihak principal adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham, sedangkan yang menjadi pihak agen adalah manajemen perusahaan. Menurut pendekatan teori agensi, struktur modal perusahaan disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik yang mungkin terjadi antara pemilik dan manajer perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2006 : 26-31) para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Dalam hubungan keagenan, terdapat dua masalah utama yang sering muncul, yaitu terjadinya informasi asimetris (asymmetric information) dan terjadinya konflik kepentingan. Informasi asimetris terjadi ketika manajemen memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan sedangkan dibanding pemilik perusahaan, konflik kepentingan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen perusahaan. Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengelola perusahaan miliknya agar nilai perusahaan meningkat. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kekayaan pemegang saham pun meningkat. Inilah yang menjadi tujuan atau kepentingan utama dari pemegang saham. Namun dalam menjalankan wewenang yang diberikan oleh pemilik, manajemen seringkali tidak sepenuhnya bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Hal inilah yang memicu terjadinya konflik kepentingan. Secara umum manajemen sebagai pihak internal perusahaan mengetahui lebih banyak informasi tentang perusahaan dibandingkan dengan saham. Perbedaan ini para pemegang menimbulkan asymmetric information yang dapat merugikan pemegang saham karena dapat memperluas kesempatan manajemen untuk bertindak demi keuntungan pribadinya. Oleh karena itu diperlukan sebuah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 sistem pengawasan yang baik terhadap manajemen perusahaan agar bertindak sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Salah satu mekanisme untuk mengatasi konflik agensi adalah corporate governance. Corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan dilaksanakannya corporate governance ini adalah agar manajer bertindak sesuai dengan kepentingan para pemegang saham. Dalam upaya mengatasi berbagai masalah keagenan tersebut di atas, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost) yang ditimbulkan. 2. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory) Pada tahun 1958, Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller mempublikasikan artikel keuangan “The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”. Modigliani dan Miller (MM) membuktikan dengan menggunakan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh strutur modalnya. Atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara perusahaan mendanai operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan. Hasil penelitian ini patut dipertanyakan karena asumsi yang digunakan tidak realistis, antara lain (Brigham dan Houston, 2007) : a) Tidak ada biaya pialang. b) Tidak ada pajak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 c) Tidak ada biaya kebangkrutan. d) Investor dapat meminjam dengan tingkat yang sama seperti perusahaan. e) Seluruh investor memiliki informasi yang sama seperti manajemen tentang peluang investasi perusahaan di masa depan. f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang. Makalah awal MM mendapat kritikan yang keras, shingga mereka kemudian menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 dimana mereka melonggarkan asumsi tidak adanya pajak peusahaan. Di sini mereka mengakui bahwa Peraturan Perpajakan memperkenankan perusahaan untuk mengurangi pembayaran bunga sebagai suatu beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham bukan sebagai pengurang pajak. Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan untuk menggunakan utang dalam struktur modalnya. Dan memang, MM menunjukkan bahwa jika seluruh asumsi mereka berlaku, perbedaan perlakuan ini akan mengarah pada suatu struktur modal yang 100 persen terdiri atas utang. Hasil karya MM tahun 1963 beberapa tahun kemudian dimodifikasi oleh Merton Miller (kali ini tanpa Modigliani), ketika ia memasukkan dampak pajak pribadi. Miller mencatat bahwa obligasi membayarkan bunga, yang dikenakan pajak sebagai penghasilan pribadi dengan tarif maksimal sampai 35 persen, sementara penghasilan daru saham sebagian berasal dari dividen dan sebagian dari keuntungan modal. Selain itu, keuntungan modal jangka panjang dikenakan pajak dengan tarif maksimum 15 persen, dan pajak ini dapat ditangguhkan sampai saham terjual dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 keuntungannya direalisasikan. Jika saham dimiliki sampai pemiliknya meninggal dunia, maka tidak ada pajak atas keuntungan modal yang harus dibayar. Jadi, jika dbandingkan, pengembalian atas saham biasa dikenakan pajak dengan tarif efektif yang lebih rendah dibandingkan pengembalian atas utang. Hasil studi MM yang tidak relevan juga bergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga biaya kebangkrutan adalah tidak relevan. Namun, pada praktiknya kebangkrutan memang ada, dan bisa jadi membutuhkan biaya yang mahal. Perusahaan yang bangkrut akan menanggung beban hukum dan akuntansi yang sangat tinggi, dan perusahaan tersebut juga akan sulit mempertahankan pelanggan, pemasok, dan karyawannya. Selain itu, kebangkrutan sering kali memaksa suatu perusahaan untuk melikuidasi aset dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan nilai yang seharusnya jika perusahaan terus beroperasi. Aset seperti pabrik dan peralatannya sering kali tidak likuid karena aset tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan dan juga karena sulit untuk dibongkar dan dipindahkan (Brigham dan Houston, 2007). 3. Struktur Modal Modal merupakan komponen yang penting bagi perusahaan. Menurut Riyanto (2010) terdapat dua jenis modal yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu. Modal sendiri tertanam di dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu. Modal sendiri terdiri dari modal saham, cadangan, dan laba ditahan. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang harus dibayarkan kembali. Modal asing terdiri dari utang jangka pendek, utang jangka menengah, dan utang jangka panjang. Masalah yang timbul dalam keputusan pendanaan atau permodalan perusahaan adalah menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Menurut Riyanto (2010) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan perusahaan yang berasal dari utang dan ekuitas. Penentuan mengenai struktur modal perusahaan akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian. Keputusan dalam pendanaan perusahaan tentunya membutuhkan pertimbangan dari perusahaan guna tercapainya keseimbangan yang optimal dalam menentukan struktur modal. Pemegang saham perusahaan tentunya menginginkan perusahaan memilih struktur modal yang optimal bagi perusahaannya. Struktur modal optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal perusahaan dan memaksimalkan nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007). Dengan demikian, apabila struktur modal yang optimal dapat tercapai, diharapkan dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 memaksimalkan kemakmuran para pemilik dan pemegang saham, serta memaksimalkan nilai perusahaan. 4. Corporate Governance a. Definisi Corporate Governance Berikut ini adalah definisi corporate governance menurut berbagai pihak : 1. Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance) Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Selain itu IICG mendefinisikan good corporate governance sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya. 2. Menurut FCGI (Forum Corporate Governance in Indonesia) Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan utama dari diterapkannya corporate governance adalah untuk memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan (stakeholders). Corporate Governance juga dapat digunakan untuk menjelaskan peran dan perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, para pengelola perusahaan dan para pemegang saham. b. Asas Corporate Governance Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran responsibilitas, perusahaan. Asas independensi GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders). 1. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. mengambil inisiatif Perusahaan harus untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam memperhatikan melaksanakan kepentingan kegiatannya, pemegang perusahaan saham lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan harus senantiasa pemangku kepentingan 21 c. Manfaat Corporate Governance Manfaat dan tujuan diterapkannya corporate governance dalam perusahaan di Indonesia sangatlah beragam. Manfaat dan tujuan dari penerapan prinsip-prinsip good corporate governance tersebut dapat dilihat pada Corporate Governance Perception Index (2013) yang dikeluarkan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance. Manfaat dan tujuan corporate governance, antara lain: 1. Mempertahankan kesinambungan perusahaan. 2. Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar terhadap perusahaan. 3. Mengurangi agency cost dan cost of capital perusahaan. 4. Meningkatkan kinerja, efisiensi, dan pelayanan kepada para pemangku kepentingan. 5. Melindungi organ perusahaan dari intervensi politik. 6. Membantu terwujudnya good corporate citizenship. Corporate governance yang dilakukan bertujuan untuk menumbuhkan tata kelola perusahaan yang baik serta memberi nilai tambah pada para pemegang saham (stakeholder). Dengan melakukan good corporate governance perusahaan dapat diarahkan, dikendalikan, dikelola, dan diawasi dengan baik, sehingga hubungan antara perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus atau pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 berjalan dengan baik. lainnya dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian masalahmasalah agensi yang timbul akibat adanya hubungan agensi dapat diminimalkan dan biaya agensi yang dikeluarkan dapat ditekan. Dengan mengaplikasikan corporate governance, kebutuhan modal dalam perusahaan diharapkan dapat terpenuhi dengan baik dan dapat mencapai tingkat struktur modal yang optimal. 5. CGPI (Corporate Governance Perception Index) Merupakan program riset dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance (CG) melalui perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking (IICG, 2001). Program penelitian CGPI ini sudah berlangsung sejak 2001. Dalam pemeringkatan CGPI ini nantinya di setiap akhir tahun akan diberikan suatu bentuk apresiasi penghargaan terhadap inisiatif dari upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang sesuai dengan corporate governance melalui CGPI (Bella, 2014). 6. Rating Obligasi Obligasi (bond) adalah suatu instrumen uang jangka panjang atau disebut juga kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi tersebut ( Brigham & Houston, 2006). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Peringkat kredit obligasi merupakan cerminan kombinasi penilaian atas kelayakan kredit penerbit obligasi dan kualitas efek yang dinilai (Subramanyam dan Wild, 2010). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Pemeringkatan rating dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung et al., 2009). Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan menimbulkan tingkat kredibilitas yang baik pula sehingga berdampak positif pada peringkat obligasi yang diberikan. Terdapat dua lembaga pemeringkat obligasi yaitu PT Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo mulai dari yang tertinggi sampai terendah yaitu, idAAA, idAA, idA, idBBB, idBB, idB, idCCC, idSD, dan idD. Peringkat dari idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan penambahan plus (+) atau minus (-). Tanda plus (+) ataupun minus (-) digunakan untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori peringkat (www.pefindo.com). Galil (2003) dalam Zuhrotun dan Baridwan (2005) peringkat obligasi adalah pendapat mengenai kelayakan kredit dari obligator mengenai sekuritas hutang tertentu. Kualitas dan kelayakan kredit merupakan petunjuk atas kemampuan penerbit http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 untuk membayarkan pokok hutang dan bunga tepat pada waktu sesuai yang telah dijanjikan. Pemeringkatan obligasi perlu dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok hutang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi peringkat obligasi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar hutangnya (Manurung et al., 2009 dalam Adhi Prasetyo 2010). 7. Kajian Riset Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh penelitian Bella (2014) menunjukkan hasil Good Corporate Governance Indeks berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Struktur Modal, dan Peringkat Obligasi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal, hasil ini diperoleh dari pengujian yang dilakukan secara simultan dan parsial pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Asba (2009) dan Fitriana (2009) yang menunjukkan bahwa CGPI mempengaruhi nilai perusahaan secara positif. Namun bertentangan dengan penelitian Asba (2009) dan Fitriana (2009) tersebut, Darmawati Khomsiyah & Rahayu (2004) dan Sari & Sedianingsih (2014) yang menemukan bahwa CGPI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Bella(2014) pengaruh Corporate Governance Perception Index dan Rating Obligasi terhadap Investment Opprtunity dan Struktur Modal perusahaan. Gunarsih et, al. (2015) Prediksi peringkat obligasi dengan Corporate Gocernance Perception Index (CGPI) dan karakteristik obligasi Independen Corporate Governance Perception Index dan Rating Obligasi Peringkat obligasi , Corporate Governance Perception Index (CGPI) dan karakteristik obligasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dependen Investment opportunity dan Struktur modal perusahaan. Keterangan menunjukkan hasil Good Corporate Governance Indeks berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Struktur Modal, dan Peringkat Obligasi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor CGPI, obligasi subordinasi dan jenis industri tidak signifikan sedangkan signifikan jika obligasi tidak jatuh tempo. Arah positif dari hubungan antara skor CGPI ke peringkat obligasi menyarankan bahwa semakin tinggi skor, semakin tinggi rating. Tanda negative yang tersubordinasi obligasi menyarankan bahwa obligasi subordinasi memiliki rating lebih rendah dari obligasi non subordinasi. Yang terakhir variabel yang signifikan, yaitu jenis indutsri menunjukkan bahwa industry keuangan dan utilitas memiliki peringkat obligasi yang tinggi dari 26 industry lain. Nugroho (2013) Pengaruh corporate governance terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011 Corporate governance Struktur modal Kurniawan (2014) Pengaruh Corporate governance terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 Corporate governance Struktur modal Rahadian (2014) Pengaruh good corporate governance terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 Good Corporate Governance Struktur Modal http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan remunerasi tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Komisaris independen berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal. Namun, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif dan signifikan terhadap struktur modal. Ukuran dewan direksi, komisaris independen dan remunerasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap 27 struktur modal. Iryanti et, al. (2015) Pengaruh cgpi dengan nilai perusahaan CGPI sumber : data diatas Nilai perusahaan yang menemukan bahwa CGPI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. B. Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti serta hubungan logis antar variabel-variabel dalam penelitian. Kerangka utama dalam penelitian ini adalah corporate governance perception index dan rating obligasi sebagai variabel independen dan struktur modal sebagai variabel dependen . Indeks CGPI Struktur Modal Rating Obligasi Sumber : Desvita (2014) Gambar 2.1 Model Konseptual Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 1. Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap Struktur Modal CGPI merupakan sebuah bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk pemeringkatan yang dibuat berdasarkan penerapan good corporate governance pada perusahaan yang ada di Indonesia. Penilaian ini dilakukan melalui sebuah riset yang dibuat untuk menilai penerapan konsep corporate governance yang ada disebuah perusahaan melalui perbaikan yang berkesinambungan dan evaluasi melalui benchmarking (IICG, 2001). Program peneltian CGPI ini sudah berlangsung sejak 2001. Dalam pemeringkatan CGPI ini nantinya di setiap akhir tahun akan diberikan suatu bentuk apresiasi penghargaan terhadap inisiatif dari upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang sesuai dengan corporate governance melalui CGPI Awards. Penelitian yang dilakukan Bella (2014) menyimpulkan bahwa Good Corporate Governance Indeks berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Struktur Modal. 2. Pengaruh Rating Obligasi terhadap Struktur Modal Peringkat kredit obligasi merupakan cerminan kombinasi penilaian atas kelayakan kredit penerbit obligasi dan kualitas efek yang dinilai (Subramanyam dan Wild, 2010). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Pemeringkatan rating dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 kredit. Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung et al., 2009). Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan menimbulkan tingkat kredibilitas yang baik pula sehingga berdampak positif pada peringkat obligasi yang diberikan. Galil (2003) dalam Zuhrotun dan Baridwan (2005) peringkat obligasi adalah pendapat mengenai kelayakan kredit dari obligator mengenai sekuritas hutang tertentu. Kualitas dan kelayakan kredit merupakan petunjuk atas kemampuan penerbit utuk membayarkan pokok hutang dan bunga tepat pada waktu sesuai yang telah dijanjikan. Pemeringkatan obligasi perlu dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok hutang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi peringkat obligasi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar hutangnya (Manurung et al., 2009 dalam Adhi Prasetyo 2010). Penelitian yang dilakukan Desvita (2014) menyimpulkan bahwa Peringkat Obligasi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal. 3. Terdapat beda pengaruh Corporate Governance Perception Index dan Rating Obligasi terhadap Struktur Modal pada perusahaan keuangan dan non keuangan. CGPI merupakan sebuah bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk pemeringkatan yang dibuat berdasarkan penerapan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 good corporate governance pada perusahaan yang ada di Indonesia, sedangkan Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Penelitian yang dilakukan Bella (2014) menyimpulkan bahwa CGPI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap DER, artinya tinggi rendahnya CGPI dipengaruhi oleh DER. Sedangkan Rating Obligasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DER, artinya semakin tinggi rating obligasi maka akan menurunkan nilai DER. C. HIPOTESIS Berdasarkan teori yang digunakan dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini. Terdapat tiga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, antara lain : H1 : Corporate Governance Perception Index berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H2 : Rating Obligasi berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H3: Terdapat beda pengaruh signifikan CGPI dan Rating Obligasi terhadap Struktur Modal pada perusahaan keuangan dan non keuangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/