(Agency Theory) Teori ini dikemukaka

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada
tahun 1976. Teori agensi menjelaskan suatu hubungan keagenan antara pihak
principal yang memberi mandat dan pihak agen yang diberi mandat oleh principal.
Dalam suatu perusahaan, yang menjadi pihak principal adalah pemilik perusahaan
atau pemegang saham, sedangkan yang menjadi pihak agen adalah manajemen
perusahaan.
Menurut
pendekatan
teori
agensi,
struktur
modal perusahaan
disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik yang mungkin terjadi antara
pemilik dan manajer perusahaan.
Menurut Brigham & Houston (2006 : 26-31) para manajer diberi kekuasaan
oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana
hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan
(agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau
lebih individu, yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain,
yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan
kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Dalam hubungan keagenan, terdapat dua masalah utama yang sering muncul,
yaitu
terjadinya
informasi
asimetris (asymmetric information) dan terjadinya
konflik kepentingan. Informasi asimetris terjadi ketika manajemen memiliki lebih
banyak informasi mengenai perusahaan
sedangkan
dibanding
pemilik
perusahaan,
konflik kepentingan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
antara pemilik dan manajemen perusahaan.
Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajemen untuk
mengelola
perusahaan
miliknya
agar
nilai
perusahaan meningkat. Dengan
meningkatnya nilai perusahaan, maka kekayaan pemegang saham pun meningkat.
Inilah yang menjadi tujuan atau kepentingan utama dari pemegang saham. Namun
dalam menjalankan wewenang yang diberikan oleh pemilik, manajemen seringkali
tidak sepenuhnya bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan.
Manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri
dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Hal inilah yang memicu
terjadinya konflik kepentingan.
Secara umum manajemen sebagai pihak internal perusahaan mengetahui lebih
banyak informasi tentang perusahaan dibandingkan dengan
saham.
Perbedaan
ini
para
pemegang
menimbulkan asymmetric information yang dapat
merugikan pemegang saham karena dapat memperluas kesempatan manajemen
untuk bertindak demi keuntungan pribadinya. Oleh karena itu diperlukan sebuah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
sistem pengawasan yang baik terhadap manajemen perusahaan agar bertindak sesuai
kepentingan pemilik perusahaan.
Salah satu mekanisme untuk mengatasi konflik agensi adalah corporate
governance. Corporate governance merupakan suatu sistem untuk
mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan. Tujuan dilaksanakannya corporate governance
ini adalah agar
manajer bertindak sesuai dengan kepentingan para pemegang
saham. Dalam upaya mengatasi berbagai masalah keagenan tersebut di atas,
perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost) yang ditimbulkan.
2.
Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)
Pada tahun 1958, Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller
mempublikasikan artikel keuangan “The Cost of capital, Corporation Finance, and
The Theory of Invesment”. Modigliani dan Miller (MM)
membuktikan dengan
menggunakan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai suatu
perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh strutur modalnya. Atau dengan kata
lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara perusahaan
mendanai operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga struktur modal adalah
sesuatu yang tidak relevan. Hasil penelitian ini patut dipertanyakan karena asumsi
yang digunakan tidak realistis, antara lain (Brigham dan Houston, 2007) :
a) Tidak ada biaya pialang.
b) Tidak ada pajak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
c) Tidak ada biaya kebangkrutan.
d) Investor dapat meminjam dengan tingkat yang sama seperti perusahaan.
e) Seluruh investor memiliki informasi yang sama seperti manajemen tentang
peluang investasi perusahaan di masa depan.
f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang.
Makalah awal MM mendapat kritikan yang keras, shingga mereka kemudian
menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 dimana mereka melonggarkan asumsi
tidak adanya pajak peusahaan. Di sini mereka mengakui bahwa Peraturan Perpajakan
memperkenankan perusahaan untuk mengurangi pembayaran bunga sebagai suatu
beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham bukan sebagai pengurang
pajak. Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan untuk menggunakan utang
dalam struktur modalnya. Dan memang, MM menunjukkan bahwa jika seluruh
asumsi mereka berlaku, perbedaan perlakuan ini akan mengarah pada suatu struktur
modal yang 100 persen terdiri atas utang.
Hasil karya MM tahun 1963 beberapa tahun kemudian dimodifikasi oleh
Merton Miller (kali ini tanpa Modigliani), ketika ia memasukkan dampak pajak
pribadi. Miller mencatat bahwa obligasi membayarkan bunga, yang dikenakan pajak
sebagai penghasilan pribadi dengan tarif maksimal sampai 35 persen, sementara
penghasilan daru saham sebagian berasal dari dividen dan sebagian dari keuntungan
modal. Selain itu, keuntungan modal jangka panjang dikenakan pajak dengan tarif
maksimum 15 persen, dan pajak ini dapat ditangguhkan sampai saham terjual dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
keuntungannya direalisasikan. Jika saham dimiliki sampai pemiliknya meninggal
dunia, maka tidak ada pajak atas keuntungan modal yang harus dibayar. Jadi, jika
dbandingkan, pengembalian atas saham biasa dikenakan pajak dengan tarif efektif
yang lebih rendah dibandingkan pengembalian atas utang.
Hasil studi MM yang tidak relevan juga bergantung pada asumsi bahwa
perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga biaya kebangkrutan adalah tidak relevan.
Namun, pada praktiknya kebangkrutan memang ada, dan bisa jadi membutuhkan
biaya yang mahal. Perusahaan yang bangkrut akan menanggung
beban
hukum
dan akuntansi yang sangat tinggi, dan perusahaan tersebut juga akan sulit
mempertahankan pelanggan, pemasok, dan karyawannya. Selain itu, kebangkrutan
sering kali memaksa suatu perusahaan untuk melikuidasi aset dengan nilai yang lebih
rendah dibandingkan nilai yang seharusnya jika perusahaan terus beroperasi. Aset
seperti pabrik dan peralatannya sering kali tidak likuid karena aset tersebut diatur
sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan dan juga karena sulit untuk
dibongkar dan dipindahkan (Brigham dan Houston, 2007).
3.
Struktur Modal
Modal merupakan komponen yang penting bagi perusahaan. Menurut Riyanto
(2010) terdapat dua jenis modal yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri
adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam
perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu. Modal sendiri tertanam di dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu. Modal sendiri terdiri dari modal saham,
cadangan, dan laba ditahan. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal
tersebut merupakan utang yang harus dibayarkan kembali. Modal asing terdiri dari
utang jangka pendek, utang jangka menengah, dan utang jangka panjang.
Masalah yang timbul dalam keputusan pendanaan atau permodalan perusahaan
adalah menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Menurut Riyanto
(2010) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan
perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. perimbangan antara
utang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan definisi yang telah
disebutkan, dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah bauran atau proporsi
pendanaan perusahaan yang berasal dari utang dan ekuitas. Penentuan mengenai
struktur modal perusahaan akan melibatkan pertukaran antara risiko dan
pengembalian.
Keputusan
dalam
pendanaan
perusahaan
tentunya
membutuhkan
pertimbangan dari perusahaan guna tercapainya keseimbangan yang optimal dalam
menentukan struktur modal. Pemegang saham perusahaan tentunya menginginkan
perusahaan memilih struktur modal yang optimal bagi perusahaannya. Struktur modal
optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal perusahaan
dan memaksimalkan nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007). Dengan
demikian, apabila struktur modal yang optimal dapat tercapai, diharapkan dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
memaksimalkan
kemakmuran
para
pemilik
dan
pemegang
saham,
serta
memaksimalkan nilai perusahaan.
4.
Corporate Governance
a. Definisi Corporate Governance
Berikut ini adalah definisi corporate governance menurut berbagai pihak :
1. Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance)
Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan
dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan
harapan
para
pemangku kepentingan (stakeholders). Selain itu IICG
mendefinisikan good corporate governance sebagai struktur, sistem, dan proses
yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai
tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang,
dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan moral, etika,
budaya dan aturan berlaku lainnya.
2. Menurut FCGI (Forum Corporate Governance in Indonesia)
Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan utama dari
diterapkannya corporate governance adalah untuk memberikan nilai tambah bagi
para pemangku kepentingan (stakeholders). Corporate Governance juga dapat
digunakan untuk menjelaskan peran dan perilaku dari dewan direksi, dewan
komisaris, para pengelola perusahaan dan para pemegang saham.
b. Asas Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), setiap perusahaan
harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di
semua
jajaran
responsibilitas,
perusahaan.
Asas
independensi
GCG
yaitu transparansi,
akuntabilitas,
serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk
mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan
pemangku kepentingan (stakeholders).
1. Transparansi (Transparency)
Untuk
menjaga
obyektivitas
dalam
menjalankan
bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
mengambil
inisiatif
Perusahaan
harus
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus
dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan
harus
mematuhi
peraturan
perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam
memperhatikan
melaksanakan
kepentingan
kegiatannya,
pemegang
perusahaan
saham
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
harus
senantiasa
pemangku kepentingan
21
c. Manfaat Corporate Governance
Manfaat dan tujuan diterapkannya corporate governance dalam perusahaan di
Indonesia sangatlah beragam. Manfaat dan tujuan dari penerapan prinsip-prinsip good
corporate governance tersebut dapat dilihat pada Corporate Governance Perception
Index (2013) yang dikeluarkan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance.
Manfaat dan tujuan corporate governance, antara lain:
1. Mempertahankan kesinambungan perusahaan.
2.
Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar terhadap perusahaan.
3. Mengurangi agency cost dan cost of capital perusahaan.
4. Meningkatkan kinerja, efisiensi, dan pelayanan kepada para pemangku
kepentingan.
5.
Melindungi organ perusahaan dari intervensi politik.
6. Membantu terwujudnya good corporate citizenship.
Corporate governance yang dilakukan bertujuan untuk menumbuhkan tata kelola
perusahaan yang baik serta memberi nilai tambah pada para pemegang saham
(stakeholder). Dengan melakukan good corporate governance perusahaan dapat
diarahkan, dikendalikan, dikelola, dan diawasi dengan baik, sehingga hubungan
antara perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) seperti
pemegang saham, pengurus atau pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
berjalan dengan baik. lainnya dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian masalahmasalah agensi yang timbul akibat adanya hubungan agensi dapat diminimalkan dan
biaya agensi yang dikeluarkan dapat ditekan. Dengan mengaplikasikan corporate
governance, kebutuhan modal dalam perusahaan diharapkan dapat terpenuhi dengan
baik dan dapat mencapai tingkat struktur modal yang optimal.
5.
CGPI (Corporate Governance Perception Index)
Merupakan program riset dan pemeringkatan penerapan
GCG pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang mendorong
perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance (CG)
melalui perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan
melaksanakan evaluasi dan benchmarking (IICG, 2001).
Program penelitian CGPI ini sudah berlangsung sejak 2001. Dalam pemeringkatan
CGPI ini nantinya di setiap akhir tahun akan diberikan suatu bentuk apresiasi
penghargaan terhadap inisiatif dari upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang
sesuai dengan corporate governance melalui CGPI (Bella, 2014).
6.
Rating Obligasi
Obligasi (bond) adalah suatu instrumen uang jangka panjang atau disebut juga
kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan
pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi tersebut ( Brigham
& Houston, 2006).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Peringkat kredit obligasi merupakan cerminan kombinasi penilaian atas
kelayakan kredit penerbit obligasi dan kualitas efek yang dinilai (Subramanyam dan
Wild, 2010). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran
pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang
diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi,
2006). Pemeringkatan
rating
dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar
bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar
kredit. Semakin tinggi tingkat
rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya
kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung et al., 2009).
Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan menimbulkan tingkat kredibilitas yang
baik pula sehingga berdampak positif pada peringkat obligasi yang diberikan.
Terdapat dua lembaga pemeringkat obligasi yaitu PT Pefindo (Pemeringkat
Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh PT Pefindo mulai dari yang tertinggi sampai terendah yaitu, idAAA,
idAA, idA, idBBB, idBB, idB, idCCC, idSD, dan idD. Peringkat dari idAA hingga
idB dapat dimodifikasi dengan penambahan plus (+) atau minus (-). Tanda plus (+)
ataupun minus (-) digunakan untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori
peringkat (www.pefindo.com).
Galil (2003) dalam Zuhrotun dan Baridwan (2005) peringkat obligasi adalah
pendapat mengenai kelayakan kredit dari obligator mengenai sekuritas hutang
tertentu. Kualitas dan kelayakan kredit merupakan petunjuk atas kemampuan penerbit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
untuk membayarkan pokok hutang dan bunga tepat pada waktu sesuai yang telah
dijanjikan.
Pemeringkatan
obligasi
perlu
dilakukan
untuk
memperkirakan
kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok hutang
berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi
peringkat obligasi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit
obligasi untuk membayar hutangnya (Manurung et al., 2009 dalam Adhi Prasetyo
2010).
7.
Kajian Riset Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh penelitian Bella (2014) menunjukkan hasil
Good Corporate Governance Indeks berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap Struktur Modal, dan Peringkat Obligasi berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap struktur modal, hasil ini diperoleh dari pengujian yang dilakukan
secara simultan dan parsial pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Asba (2009) dan Fitriana (2009) yang
menunjukkan bahwa CGPI mempengaruhi nilai perusahaan secara positif. Namun
bertentangan dengan penelitian Asba (2009) dan Fitriana (2009) tersebut, Darmawati
Khomsiyah & Rahayu (2004) dan Sari & Sedianingsih (2014) yang menemukan
bahwa CGPI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Bella(2014)
pengaruh
Corporate
Governance
Perception
Index dan Rating Obligasi
terhadap
Investment
Opprtunity dan Struktur
Modal perusahaan.
Gunarsih et, al.
(2015)
Prediksi peringkat obligasi
dengan
Corporate
Gocernance Perception
Index
(CGPI)
dan
karakteristik obligasi
Independen
Corporate Governance
Perception Index dan
Rating Obligasi
Peringkat obligasi ,
Corporate Governance
Perception
Index
(CGPI)
dan
karakteristik obligasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dependen
Investment
opportunity
dan Struktur
modal
perusahaan.
Keterangan
menunjukkan
hasil
Good
Corporate
Governance
Indeks
berpengaruh
positif
tetapi tidak signifikan
terhadap
Struktur
Modal, dan Peringkat
Obligasi berpengaruh
negatif tetapi tidak
signifikan
terhadap
struktur modal.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
skor CGPI, obligasi
subordinasi dan jenis
industri tidak signifikan
sedangkan signifikan
jika obligasi tidak jatuh
tempo. Arah positif
dari hubungan antara
skor CGPI ke peringkat
obligasi menyarankan
bahwa semakin tinggi
skor, semakin tinggi
rating. Tanda negative
yang
tersubordinasi
obligasi menyarankan
bahwa
obligasi
subordinasi memiliki
rating lebih rendah dari
obligasi
non
subordinasi.
Yang
terakhir variabel yang
signifikan, yaitu jenis
indutsri menunjukkan
bahwa
industry
keuangan dan utilitas
memiliki
peringkat
obligasi yang tinggi dari
26
industry lain.
Nugroho (2013)
Pengaruh
corporate
governance
terhadap
struktur
modal
perusahaan manufaktur
yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2011
Corporate governance
Struktur
modal
Kurniawan
(2014)
Pengaruh
Corporate
governance
terhadap
struktur
modal
perusahaan manufaktur
yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2012
Corporate governance
Struktur
modal
Rahadian
(2014)
Pengaruh good corporate
governance
terhadap
struktur
modal
perusahaan manufaktur
yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2012
Good
Corporate
Governance
Struktur
Modal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
ukuran dewan direksi,
kepemilikan
manajerial,
dan
remunerasi
tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
struktur
modal.
Komisaris
independen
berpengaruh negative
dan signifikan terhadap
struktur
modal.
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif
dan signifikan terhadap
struktur modal.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
kepemilikan
manajerial,
ukuran
komite
audit,
berpengaruh negative
dan signifikan terhadap
struktur
modal.
Namun, ukuran dewan
komisaris
dan
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
struktur
modal.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
konsentrasi
kepemilikan
dan
kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan
positif dan signifikan
terhadap
struktur
modal. Ukuran dewan
direksi,
komisaris
independen
dan
remunerasi
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
27
struktur modal.
Iryanti et, al.
(2015)
Pengaruh cgpi dengan
nilai perusahaan
CGPI
sumber : data diatas
Nilai
perusahaan
yang
menemukan
bahwa CGPI tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
nilai perusahaan.
B. Rerangka Pemikiran
Rerangka pemikiran menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti
serta hubungan logis antar variabel-variabel dalam penelitian. Kerangka utama
dalam penelitian ini adalah corporate governance perception index dan rating
obligasi sebagai variabel independen dan struktur modal sebagai variabel dependen .
Indeks CGPI
Struktur Modal
Rating
Obligasi
Sumber : Desvita (2014)
Gambar 2.1
Model Konseptual Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
1. Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap Struktur Modal
CGPI merupakan sebuah bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk
penilaian yang dihasilkan dalam bentuk pemeringkatan yang dibuat berdasarkan
penerapan good corporate governance pada perusahaan yang ada di Indonesia.
Penilaian ini dilakukan melalui sebuah riset yang dibuat untuk menilai penerapan
konsep corporate governance yang ada disebuah perusahaan melalui perbaikan yang
berkesinambungan dan evaluasi melalui benchmarking (IICG, 2001).
Program peneltian CGPI ini sudah berlangsung sejak 2001. Dalam pemeringkatan
CGPI ini nantinya di setiap akhir tahun akan diberikan suatu bentuk apresiasi
penghargaan terhadap inisiatif dari upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang
sesuai dengan corporate governance melalui CGPI Awards. Penelitian yang
dilakukan Bella (2014) menyimpulkan bahwa Good Corporate Governance Indeks
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Struktur Modal.
2. Pengaruh Rating Obligasi terhadap Struktur Modal
Peringkat kredit obligasi merupakan cerminan kombinasi penilaian atas
kelayakan kredit penerbit obligasi dan kualitas efek yang dinilai (Subramanyam dan
Wild, 2010). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran
pokok dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang
diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi,
2006). Pemeringkatan
rating
dilakukan untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar
bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
kredit. Semakin tinggi tingkat
rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya
kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung et al., 2009).
Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan menimbulkan tingkat kredibilitas yang
baik pula sehingga berdampak positif pada peringkat obligasi yang diberikan.
Galil (2003) dalam Zuhrotun dan Baridwan (2005) peringkat obligasi adalah
pendapat mengenai kelayakan kredit dari obligator mengenai sekuritas hutang
tertentu. Kualitas dan kelayakan kredit merupakan petunjuk atas kemampuan penerbit
utuk membayarkan pokok hutang dan bunga tepat pada waktu sesuai yang telah
dijanjikan.
Pemeringkatan
obligasi
perlu
dilakukan
untuk
memperkirakan
kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan pokok hutang
berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit. Semakin tinggi
peringkat obligasi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya kemampuan penerbit
obligasi untuk membayar hutangnya (Manurung et al., 2009 dalam Adhi Prasetyo
2010). Penelitian yang dilakukan Desvita (2014) menyimpulkan bahwa Peringkat
Obligasi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal.
3. Terdapat beda pengaruh Corporate Governance Perception Index dan Rating
Obligasi terhadap Struktur Modal pada perusahaan keuangan dan non
keuangan.
CGPI merupakan sebuah bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk penilaian
yang dihasilkan dalam bentuk pemeringkatan yang dibuat berdasarkan penerapan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
good corporate governance pada perusahaan yang ada di Indonesia, sedangkan
Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan
bunga utang obligasi yang
mencerminkan skala risiko dari obligasi yang
diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006).
Penelitian yang dilakukan Bella (2014) menyimpulkan bahwa CGPI berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap DER, artinya tinggi rendahnya CGPI
dipengaruhi oleh DER. Sedangkan Rating Obligasi berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap DER, artinya semakin tinggi rating obligasi maka akan
menurunkan nilai DER.
C. HIPOTESIS
Berdasarkan teori yang digunakan dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya, pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini. Terdapat tiga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini,
antara lain :
H1 : Corporate Governance Perception Index berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal.
H2 : Rating Obligasi berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
H3: Terdapat beda pengaruh signifikan CGPI dan Rating Obligasi terhadap Struktur
Modal pada perusahaan keuangan dan non keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download