BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan proses berpikir manusia. Namun, tidak semua bahasa mengalami perkembangan yang sama karena perbedaan dalam kemampuan berpikir dari masyarakat yang menjadi pengguna bahasa itu. Ada bahasa yang yang berkembang dengan cepat, tetapi ada bahasa yang berkembang dengan lambat. Salah satu penggunaan bahasa yang bersumber dari proses berpikir penutur bahasa disebut metafora. Dalam metafora, penutur bahasa melakukan “penyimpangan” terhadap kaidah makna karena bertujuan untuk menyampaikan gagasan secara khusus. Artinya, penutur bahasa memperluas gagasan dari bahasa yang digunakannya untuk menyampaikan makna tertentu. Metafora berfungsi untuk memperindah dan memperhalus suatu bahasa yang berperan dalam mengungkapkan suatu teks bacaan ataupun yang telah didengarkan terhadap sesuatu yang dipahami secara tidak langsung dan mengacu pada makna yang diciptakan. Hal ini didasarkan asumsi penutur bahasa bahwa ekspresi dalam makna harfiah sulit dipahami dengan baik, kecuali menggunakan ekspresi metaforis. Penulis terkadang mengungkapkan metafora secara kreatif, pemakaian metafora tersebut bertujuan untuk menarik perhatian dan minat pembaca. Misalnya, ekspresi metaforis seperti mendidih darahnya, hancur hatinya, atau waktu adalah uang dalam bahasa Indonesia sering terdengar dan lazim digunakan. Ekspresi di atas secara harfiah mengandung makna ‘marah’, ‘sedih’, dan ‘komoditas berharga’. Penggunaan metafora dalam bahasa pada dasarnya adalah untuk menyampaikan konsepkonsep abstrak. Dengan menggunakan metafora, konsep-konsep abstrak lebih mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Misalnya, medis, khususnya penyakit, banyak ungkapan metaforis yang digunakan dalam berbagai media cetak seperti terserang penyakit, penyakit berbahaya, serangan jantung, ancaman kanker, atau menghindari penyakit . Penelitian tentang metafora penyakit dalam bahasa Indonesia penting untuk dilakukan. Adapun alasan yang mendasar adalah penelitian ini mengungkapkan makna penyakit dalam pikiran penutur bahasa Indonesia. Dalam media cetak ataupun elektronik sering dijumpai pelanggaran bahasa terhadap aturan pemakaiannya, misalnya teks-teks surat kabar ataupun majalah sering menggunakan ekspresi metafora yang bertujuan menarik perhatian dan minat para pembaca. Jika pemakaian penyakit hanya dipahami sebagai konsep penyakit yang digunakan secara universal dapat diartikan bahwa ekspresi metaforis untuk konsep penyakit akan ditemukan pada semua bahasa walaupun pengunaaan penutur dalam mengkonseptualisasikan kata yang dihubungkan sebagai penyakit itu berbeda-beda. Berhubungan dengan metafora yang merupakan konseptualisasi pengalaman manusia yang bersumber dari bahasa alami, penelitian ini menyampaikan konsepsi dan persepsi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat MPBI). Contoh ekspresi metafora penyakit diungkapkan secara langsung, serta pemakaian metafora pada surat kabar dan majalah adalah sebagai berikut. (1) ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) adalah penyakit yang menyerang saraf motorik. (Analisa,1 September 2014 hlm.27). (2) Serangan kanker payudara lebih sering ditemukan pada kelompok pengguna hormon [...] (Medical Update 2008 hlm.38). Contoh di atas menunjukkan konsep ekspresi metaforis dalam bahasa Indonesia. Dengan penggunaan metafora, pada kalimat (1) dan (2) terlihat lebih jelas. Pada kalimat (1), ekspresi metafora penyakit diungkapkan secara langsung dengan menggunakan kata penyakit. Pada kalimat (2) metafora penyakit diungkapkan melalui pemakaian kata kanker payudara yang juga merupaka bagian dari penyakit . Dalam kalimat (1) terlihat jelas bahwa kata penyakit tetap bermakna sebagai penyakit yang dipahami secara umum, sedangkan pada kalimat ekspresi penyakit diungkapkan dengan kanker payudara merupakan ekspresi figuratif yang bermakna penyakit yang ada dalam tubuh. Dalam hal ini penyakit dimaknai sebagai MUSUH. Tidak mudah menafsirkan suatu ungkapan sebagai penyakit. Misalnya: (3)Sedangkan pengobatan virus lebih bersifat mendukung hingga tubuh bisa melawan virus tersebut. (Anakku, 2014:46). (4)Pasalnya setiap musim hujan kita kerap diserang pilek dan masuk angin. (Analisa, 22 September 2014). Ungkapan melawan virus dan diserang pilek tidak ditafsirkan sebagai penyakit melainkan tetap diartikan sebagai virus, ataupun pilek yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada kedua contoh diatas terdapat pemakaian metafora yang bertujuan untuk menarik perhatian dan sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu pembaca mengenai informasi atau berita tersebut. Hal ini yang membuat peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian metafora kata penyakit yang ditemukan pada majalah dan surat kabar. Dalam hal ini terlihat bahwa kajian semantik metafora kata penyakit dalam bahasa Indonesia belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini akan diperhatikan bahwa semantik metafora kata penyakit dalam bahasa Indonesia meliputi kategorisasi dan makna yang ada. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah dilandaskan atas asumsi bahwa metafora telah banyak digunakan dalam berbagai penggunaan bahasa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kategorisasi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimanakah pemetaan konseptual metafora penyakit dalam bahasa Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai tujuan yang memberikan arah dan beberapa pengertian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan kategorisasi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan pemetaan ranah sumber dan ranah sasaran pada metafora penyakit dalam bahasa Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu secara teoritis dan secara praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis: (1) Memberikan informasi tentang metafora yang digunakan dalam teks majalah dan surat kabar. (2) Memberikan manfaat bagi perkembangan teori linguistik serta gambaran tentang makna metafora penyakit secara konseptual. 1.4.2 Manfaat Praktis: (1) Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya metafora konseptual. tentang