TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril.) Klasifikasi kedelai adalah kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Polypetales, Leguminosae, genus Glycine, spesies Glycine max (L.) Merrill family (Steenis, 2005). Akar kedelai mulai muncul di sekitar mesofil. Kemudian akar muncul ke dalam tanah, sedangkan kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan dari hipokotil. Akar tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang. Untuk memperluas permukaan kontaknya dalam menyerap unsur hara, akar juga membentuk bulu-bulu akar. Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar. Pada akar terdapat bintil-bintil akar yang berkoloni dari bakteri Rhizhobium japonicum yang terbentuk di akar, yang dapat mengikat N, bersimbiosa dengan tanaman (Irwan, 2006). Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan perkembangan pesat dari populasi bakteri yang menyebabkan akar rambut melengkung sebelum bakteri menginfeksi ke dalamnya. Gejala ini tidak tampak apabila infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hardiatmi, 2009). Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Hipokotil adalah bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan epikotil Universitas Sumatera Utara adalah bagian batang yang berada di atas keping biji. Sistem pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga (Prihatman, 2000). Kedelai dapat berbunga ketika memasuki stadia reproduktif yaitu 5-7 minggu bergantung pada varietas. Bunga kedelai umumnya muncul pada ketiak tangkai daun. Jumlah bunga yang ada pada setiap tangkai daun beragam, antara 2-25 bunga. Penyerbukan bunga berlangsung secara sendiri dengan tepung sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga kedelai mekar (Hardiatmi, 2009). Polong pertama kali muncul sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Polong berwarna hijau. Panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong terbentuk pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 1-10 polong dalam setiap kelompok. Dalam satu polong berisi 1-4 biji. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar bulat agak pipih. Polong pertama kali muncul sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Polong berwarna hijau, Panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm (Prihatman, 2000). Daun kedelai berwarna hijau, mempunyai dua bentuk daun, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat masih kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga yang tumbuh setelah masa perkecambahan. Daun berbentuk bulat (oval), yang mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar Universitas Sumatera Utara 0,0025 mm. kepadatan bulu berkisar 3-20 buah/mm. pada varietas Anjasmoro kepadatan bulu jarang (Hardiatmi, 2009). Syarat Tumbuh Iklim Kedelai dapat tumbuh dengan curah hujan yang merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Pada fase perkecambahan air merupakan hal terpenting. Kebutuhan air akan bertambah sesuai dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian polong. Pada umumnya kebutuhan air tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai, dan curah hujan dalam hitungan pertahunnya adalah sekitar 1.500-2.500 mm/tahun (Prihatman, 2000). Tanaman menghendaki suhu tanah yang optimal sekitar 300C untuk mendukung proses perkecambahannya. Disamping suhu tanah kedelai menghendaki suhu lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan bunga yaitu 25-28°C. Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat berkisar 20-300 m dpl. Umur berbunga tanaman kedelai yang ditanam pada dataran tinggi mundur 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (Hardiatmi, 2009). Kedelai termasuk tanaman berhari pendek, artinya kedelai tidak mampu berbunga jika panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam per hari. Oleh sebab itu pada daerah topik yang panjang hari 12 jam kedelai akan mengalami penurunan produksi karena masa berbunganya menjadi pendek (Irwan, 2006). Universitas Sumatera Utara Tanah Tanaman kedelai dapat tumbuh baik jika dreanase dan aerase tanah baik, untuk dapat tumbuh subur kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, serta kaya akan bahan organik. Bahan organik yang cukup akan memperbaiki dan menjadi bahan makanan bagi organisme dalam tanah (Irwan, 2006). Keasaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman tanah mempengaruhi pada jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman, kondisi keasaman yang baik adalah 6-7 pada kondisi ini semua unsur hara paling banyak tersedia sehingga penyerapan unsur hara menjadi efektif. Jika pH 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai dapat keracunan alumunium (Kusfebriani, 2010). Tanah yang dapat ditanami kedelai memiliki air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan draenase dan aerase sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumusol, latosol dan Andosol (Kartasapoetra, 1998). Varietas Kedelai Toleran Cekaman Salinitas Cekaman salinitas merupakan cekaman abiotik yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman. Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan keracunan ion Na2+, Cl-, cekaman osmotik, kekurangan hara dan cekaman oksidatif. Cekaman salinitas menunjukkan dengan semakin meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Selain Universitas Sumatera Utara menunjukkan gangguan pertumbuhan, respon genotipe kedelai sensitif pada kondisi salin juga terjadi pengurangan laju fotosintesis. Penurunan laju fotosintesis mungkin diakibatkan penutupan stomata yang disebabkan cekaman osmotik atau gangguan induksi garam pada organ-organ fotosintesis. Produktivitas kedelai pada umumnya paralel dengan kualitas lingkungan tumbuhnya dan daya hasil kedelai ditentukan oleh beberapa sifat kuantitatif yang saling dinamik (Rosmayati et al, 2015). Beberapa tanaman mengembangkan mekanisme untuk mengatasi cekaman salinitas di samping itu ada pula yang menjadi teradaptasi. Mayoritas tanaman budidaya rentan dan tidak dapat bertahan pada kondisi salinitas tinggi, atau sekalipun dapat bertahan tetapi dengan hasil panen yang berkurang. Studi mengenai respon tanaman terhadap salinitas penting dalam usaha teknik penapisan tanaman yang efektif. Varietas kedelai menunjukkan spektrum luas dalam kemampuannya mentoleransi garam. Penapisan genotipe kedelai telah dilakukan untuk mengidentifikasi sifat genetik yang menunjukkan toleransi tinggi terhadap cekaman garam. Saat ini, pemuliaan merupakan strategi utama untuk meningkatkan toleransi garam pada kedelai (Phang et al, 2008). Konsentrasi garam yang tinggi dapat mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh suatu tanaman. Akibat dari peristiwa ini tanaman mengalami kekeringan fisiologis yang dapat berlanjut fatal dengan terjadinya plasmolisis selsel akar dan jaringan yang lain karena larutan tanah menjadi cairan hipertonik selama waktu yang lama (Azizah, 2008). Kedelai diklasifikasikan sebagai tanaman yang cukup toleran salinitas tergantung dari perbedaan varietas. Penelitian Rahmawati dan Rosmayati (2010) Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa dari 20 varietas yang ditanam pada tanah salin, hanya 5 varietas yang mampu menyelesaikan siklus hidupnya sampai fase generatif dan menghasilkan biji, sedangkan 15 varietas lainnya hanya mampu bertahan sampai pada fase vegetatif saja. Kelima varietas tersebut adalah Grobogan, Anjasmoro, Bromo, Cikuray dan Detam 2. Phang et al (2008) mengemukakan bahwa mekanisme toleransi garam pada kedelai dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori utama, yaitu : 1. Pemeliharaan ion homeostatis, 2. Penyesuaian sebagai respon terhadap cekaman osmotik, 3. Pemulihan keseimbangan oksidatif, dan 4. Adaptasi struktural dan metabolik lain. Antioksidan Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain vitamin, polipenol, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas (Susanto et al, 2009). Antioksidan berfungsi membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas serta meredam dampak negatifnya. Antioksidan merupakan komponen yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang diakibatkan oleh reaktif oksigen spesies seperti oksigen singlet, superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, dan peroksi nitrit. Radikal bebas sebetulnya sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses fisiologi dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Universitas Sumatera Utara Namun radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh karena dapat merusak makromolekul dalam sel seperti protein dan DNA (deoxyribo nucleic acid). Kerusakan makromolekul selanjutnya dapat mengakibatkan kematian sel (Julyasih et al, 2009). Antioksidan memiliki efek sinergis terhadap pertumbuhan berbagai spesies tanaman. Senyawa ini memiliki efek menguntungkan dalam menangkap radikal bebas atau aktif oksigen yang dihasilkan selama proses fotosintesis dan respirasi. Aplikasi eksogen antioksidan dalam bentuk vitamin telah mendapatkan perhatian sebagai pendekatan yang mungkin untuk memperbaiki dampak buruk dari stres salinitas pada tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, pengembangan dan hasil (kuantitas dan kualitas). Vitamin dapat dianggap senyawa bio-regulator alami dan keselamatan yang relatif dalam konsentrasi rendah diberikan pengaruh yang mendalam pada banyak proses fisiologis (Sadak dan Mona, 2014). Upaya peningkatan kandungan antioksidan dapat dilakukan dengan aplikasi antioksidan esksogenous. Beberapa jenis antioksidan yang dapat digunakan adalah asam askorbat, α-tokoferol dan asam salisilat (Ardiansyah, 2013; Lamid, 1995; Salehi et al, 2011). Asam Askorbat Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai antioksidan terlarut air paling dikenal, vitamin C juga secara efektif memungut formasi ROS dan radikal bebas (Susanto et al, 2009). Universitas Sumatera Utara Salah satu upaya untuk meningkatkan toleransi terhadap stres oksidatif adalah dengan aplikasi asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat adalah molekul yang berukuran kecil, larut dalam air, merupakan antioksidan yang bertindak sebagai substrat utama dalam jalur siklik detoksifikasi enzimatik hidrogen peroksida. Asam askorbat adalah zat pertama dalam detoksifikasi dan menetralkan radikal superoksida. Asam askorbat juga berperan penting dalam fotoproteksi, regulasi fotosintesis, serta proses pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel dan ekspansi dinding sel (Ardiansyah, 2013). Vitamin C diperolehi dari buah beri, buah-buahan sitrus, dan sayuran hijau. Sumber yang baik termasuk asparagus, avocado, black currants, bunga kubis, anggur, kubis, lemon, biji sawi hijau, bawang, nenas, bayam, strawberri, tomat, dan selada air (Susanto et al, 2009). Asam askorbat merupakan produk alami dari tanaman yang memiliki fungsi penting sebagai antioksidan dan enzim serta tampaknya memiliki peran penting mengurangi kofaktor. Ini berpartisipasi dalam berbagai proses. Asam askorbat dikaitkan dengan kloroplas stres oksidatif fotosintesis. Selain itu, asam askorbat memiliki sejumlah peran lainnya dalam pembelahan sel dan modifikasi protein. Salah satu pendekatan untuk mendorong toleransi stres oksidatif akan ke bertindak sebagai substrat utama dalam jalur siklik detoksifikasi enzimatik hidrogen peroksida (Salama et al, 2014). Asam Salisilat Asam salisilat juga juga berperan sebagai antioksidan potensial nonenzimatik serta zat pengatur tumbuh tanaman yang berperan penting dalam mengatur berbagai proses fisiologis tanaman termasuk fotosintesis. Asam salisilat Universitas Sumatera Utara diketahui dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan seperti peroksidase (POD), SOD dan CAT, jika diaplikasikan secara eksogen yaitu dengan penyemprotan pada tanaman tomat yang mengalami cekaman salinitas (Lestari, 2011). Peningkatan toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas dengan aplikasi asam salisilat eksogenous tergantung dari genotipa tanaman dan konsentrasi asam salisilat yang digunakan sehingga perlu penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut (Li et al, 2014). Asam salisilat adalah molekul pilihan pada tanaman dan menginduksi toleransi tanaman terhadap berbagai cekaman biotik dan abiotik. Asam salisilat juga memainkan peran penting dalam regulasi beberapa proses fisiologis pada tanaman seperti efek pada pertumbuhan dan perkembangan, penyerapan ion dan transportasi dan permeabilitas membran. Asam salisilat eksogenous mengubah aktivitas enzim antioksidan dan meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres abiotik dengan menurunkan generasi ROS. Telah ditemukan bahwa asam salisilat memiliki efek yang berbeda pada adaptasi stres dan pengembangan kerusakan tanaman yang bergantung pada spesies tanaman, konsentrasi, metode dan waktu aplikasi asam salisilat. Selanjutnya, asam salisilat adalah antioksidan nonenzimatik potensial dan molekul penting untuk memodifikasi respon tanaman terhadap stres lingkungan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengaplikasian asam salisilat eksogenous dapat memperbaiki efek merusak dari stres kekeringan pada spesies yang berbeda (Arfan et al., 2007). Asam salisilat telah memperoleh perhatian khusus karena menginduksi efek pelindung pada tanaman di bawah cekaman salinitas (Qados, 2015). Universitas Sumatera Utara Asam salisilat adalah regulator pertumbuhan yang meningkatkan pertumbuhan tanaman di bawah tekanan dan kondisi stres. Asam salisilat bertindak sebagai antioksidan potensial non-enzimatik serta pengatur tumbuh, yang memainkan peran penting dalam mengatur sejumlah proses fisiologis tanaman termasuk fotosintesis. Beberapa laporan sebelumnya menunjukkan bahwa eksogen asam salisilat bisa memperbaiki kerusakan akibat logam berat pada beras (Mishra & Choudhuri, 1999), cekaman kekeringan dalam gandum (Waseem et al, 2006), dan stres garam dalam gandum (Arfan et al., 2007). Pengamatan ini menunjukkan bahwa asam salisilat menjadi oksidan dapat dikaitkan dengan stres oksidatif. Kedua mitokondria dan kloroplas melalui sistem transpor elektron masing-masing dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS), seperti superoksida (O), hidrogen peroksida (H21O) (Mittler, 2002). Namun, ROS yang memulung oleh sistem pertahanan antioksidan tanaman, yang terdiri dari kedua enzimatik dan non-enzimatik komponen (Ashraf, 2009). tekanan lingkungan, seperti stres garam, dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pertahanan antioksidan dan kadar ROS, mengakibatkan stres oksidatif (Foyer & Noctor, 2003). Garam diinduksi produksi yang tinggi dari ROS dapat menyebabkan kerusakan mitokondria dan kloroplas (Apel & Hirt, 2004; Smirnoff, 2005). Selain itu, dari sejumlah penelitian terbukti bahwa efisiensi sistem antioksidan berkorelasi dengan toleransi terhadap stres garam (Athar et al, 2008;. Munns & Tester, 2008). Penelitian lain telah menunjukkan bahwa asam salisilat dapat mengatur kegiatan enzim antioksidan dan meningkatkan toleransi tanaman terhadap stres abiotik (Noreen et al, 2009). Universitas Sumatera Utara Alfa Tokoferol Pada tanaman, tokoferol diyakini berfungsi untuk melindungi membran kloroplas dari foto-oksidasi dan membantu untuk menyediakan kondisi yang optimal untuk proses fotosintesis. Laju fotosintesis dan kandungan klorofil adalah tolok ukur pertumbuhan yang berkaitan dengan produksi tanaman. Klorofil adalah pigmen yang terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi dalam proses fotosintesis. Pigmen-pigmen tersebut terdapat sebagai unit-unit fotosistem di dalam membran tilakoid, masingmasing terdiri atas klorofil a sebagai pusat reaksi, dikelilingi oleh molekulmolekul antena pigmen yang akan meneruskan tenaga rangsangannya ke pusat reaksi (Proklamasiningsih et al, 2012). Fungsi tokoferol terkait dengan fungsinya sebagai antioksidan yang paling menonjol di antaranya adalah perlindungan asam lemak tak jenuh ganda dari lipid peroksidasi dengan pendinginan dan pembilasan berbagai radikal oksigen reaktif (ROS) termasuk oksigen singlet, radikal superoksida dan radikal alkil peroksi. Pada tanaman, konsentrasi tokoferol bervariasi dalam jaringan yang berbeda dan berfluktuasi selama fase perkembangan dan pada tanggap terhadap cekaman abiotik (Hussein et al, 2007). Selain tokoferol, tokotrienol juga merupakan nama lain dari vitamin E. Tokoferol dan tokotrienol dikenal mempunyai aktifitas biologis vitamin E. Di antara jenis-jenis senyawa yang mengandung aktifitas vitamin E, alfa tokoferol mempunyai biopotensi yang terbesar dan menunjukkan aktivitas biologis vitamin E yang asli. Fungsi terpenting vitamin E adalah sebagai antioksidan (Lamid, 1995). Universitas Sumatera Utara Alfa tokoferol (vitamin E) adalah antioksidan lipofilik disintesis oleh semua tanaman; tingkat yang berbeda-beda dalam jaringan yang berbeda dan berfluktuasi selama pengembangan dan dalam menanggapi cekaman abiotik. Berinteraksi dengan kelompok asil tak jenuh ganda lipid, menstabilkan membran, membersihkan berbagai ROS sehingga melindungi asam lemak tak jenuh ganda dari lipid peroksidasi dan memodulasi sinyal transduksi. Bekerjasama dengan siklus xanthophylls, vitamin E memenuhi setidaknya dua fungsi yang berbeda dalam kloroplas pada dua situs utama produksi oksigen singlet: itu mempertahankan PS-II dari fotoinaktivasi dan melindungi membran lipid dari fotooksidasi. Kadar Tokoferol berbeda-beda dalam menanggapi kendala lingkungan, tergantung pada besarnya stres dan sensitivitas spesies stres. Perubahan dalam tingkat tokoferol hasil dari ekspresi yang berubah dari gen yang berhubungan dengan jalur, degradasi, dan daur ulang, serta secara umum diasumsikan bahwa peningkatan tokoferol memberikan kontribusi untuk menanam toleransi. Tanaman yang diaplikasikan tokoferol menunjukkan diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). Universitas Sumatera Utara