Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 PERBAIKAN KUALITAS SIGARET PADA PROSES PRODUKSI SIGARET KRETEK TANGAN DI PT WMS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA Haryang Sumaretanegara1) dan Suparno2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Cokroaminoto 12 A, Surabaya 60264, Indonesia E-mail: [email protected] 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK PT. WMS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi produk sigaret dengan merk IJO. Produk perusahaan mengalami penurunan kualitas dimana ditemukannya produk cacat seperti Tobacco Particle in Seam, Improper Cut, Wrinkled, Pack Adhesion, Pack Seam Skew, Banderole Adhesion, Banderole Skew Incompletely Filled, Loose End, dan Seam Open. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor manusia dimana produk ini diproduksi secara manual oleh manusia. Untuk memperbaiki masalah tersebut, digunakan metode Six Sigma dengan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control) yang bertujuan untuk mengurangi produk cacat pada proses produksi. Hasil dari implementasi six sigma, nilai sigma pada proses Rolling Cutting naik dari 3.51 menjadi 3.78 sigma dengan nilai VQI dari 882.03 menjadi 532.82 poin. Nilai sigma proses Packing naik dari 2.71 menjadi 2.98 sigma dengan nilai VQI dari 25.32 menjadi 15.05 poin. Nilai sigma proses Stamping naik dari 3.05 menjadi 3.06 sigma dengan nilai VQI dari 14.32 menjadi 15.4 poin. Pada tahap Control dilakukan perancangan mekanisme sistem kontrol proses salah satunya dengan membuat Bank Database untuk me-record improvement yang sudah pernah dilakukan Kata kunci: Sigaret, Six Sigma, Produk Cacat, DPMO, Sigma Quality Level, VQI PENDAHULUAN PT WMS merupakan salah satu mitra dari perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi sigaret di Pasuruan. Perusahaan ini memproduksi sigaret dengan merek IJO. Proses produksi sigaret terdiri dari 5 proses yaitu giling, gunting, Pak, banderol and slof, dan balbox. Proses giling merupakan proses pembentukan sigaret dengan bantuan alat yang dinamakan gilingan. Proses gunting merupakan proses pemotongan sisiran tembakau pada ujung sigaret dengan menggunakan alat yang dinamakan push cutter. Output dari proses gunting ini adalah sigaret. Proses Pak merupakan proses pengemasan sigaret hasil dari proses gunting untuk dikemas ke dalam Pak. Output yang dihasilkan dari proses pak berupa Pak ZB (Pak Zonder Banderol) yang artinya pak belum terbanderol. Proses Banderol merupakan proses pelekatan pita cukai/banderole untuk dilekatkan pada kemasan Pak ZB. Output dari proses ini dinamakan Pak TB (Pak Terbanderol). Proses Slof merupakan proses pengemasan Pak TB untuk dikemas ke dalam slof. Output dari proses ini dinamakan Slof. Proses Bal merupakan proses pengemasan slof untuk dikemas dengan menggunakan kertas kraft. Output dari proses ini dinamakan Bal. Proses Box merupakan proses pengemasan Bal untuk dikemas ke dalam box/master case. Output dari proses box dinamakan Box / Finish Good. ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-1 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 Metode pengendalian kualitas perusahaan selama ini dilakukan dengan pengambilan sampel di beberapa titik dan dihitung dengan menggunakan VQI (Visual Quality Index). Permasalahan yang terjadi adalah masih sering terjadi produk cacat seperti Tobacco Particle in Seam, Improper Cut, Wrinkled, Pack Adhesion, Pack Seam Skew, Banderole Adhesion, Banderole Skew, Incompletely Filled, Loose End, dan Seam Open. Permasalahan tersebut disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah metode kerja, manusia, material, alat, maupun lingkungan. Selama ini nilai VQI perusahaan sebesar 600 poin. Hal ini sangat jauh dari nilai target yang diberikan yaitu sebesar 450 poin. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka perusahaan akan mengalami kerugian dan berpotensi adanya Quality Incident / Customer Complain. Dengan adanya produk cacat tersebut diperlukan usaha peningkatan kualitas, salah satunya dengan menggunakan suatu metode yang tepat. Dalam hal ini diimplementasikan metode Six Sigma dengan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control) yang bertujuan untuk mereduksi adanya variasi yang dapat menyebabkan terjadinya produk cacat dimana produk tersebut akan dibagi ke dalam karakteristik tertentu berdasarkan jenis cacat-nya. Karakteristik Critiqal to Quality diperoleh dari brainstorming dengan pihak produksi dan quality berdasarkan kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang baik. Adapun karakteristik kualitas /CTQ dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Critiqal to Quality Sumber: Observasi dan Wawancara dengan Pihak Produksi dan Quality Performance Baseline/Kinerja Awal Six Sigma Kinerja awal dari nilai sigma dan VQI dari proses Rolling Cutting, Proses Packing, dan Proses Stamping dapat ditunjukkan pada Tabel 2 Tabel 2. Peta Kendali Jenis Cacat Pada Proses Rolling, Cutting, Packing, dan Stamping Sumber: Hasil Perhitungan Terhadap Jumlah Setiap Jenis Cacat dengan Menggunakan MINITAB ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 Tabel 3 menunjukkan kinerja awal dari nilai sigma dan VQI dari proses Rolling Cutting, Proses Packing, dan Proses Stamping Tabel 3. Nilai Sigma dan VQI Sebelum Perbaikan Proses Rolling Cutting Packing Stamping DPO 0.022353 0.113235 0.060294 DPMO 22353 113235 60294 Sebelum Perbaikan Nilai Sigma Yield Proses 3.51 97.76 2.71 88.68 3.05 93.97 VQI 882.03 25.32 14.32 Sumber: Hasil Perhitungan Terhadap Nilai Sigma dan VQI dengan Menggunakan Calculator Sigma dan Microsoft Excel Konsep Dasar Six Sigma Sigma (σ)/Standar deviasi adalah cara statistikal untuk menggambarkan seberapa banyak variasi yang terjadi dalam sekumpulan data, sekelompok item, maupun dalam sebuah proses atau tingkat variabilitas yang menyatakan performance suatu proses. Sedangkan Six Sigma dapat diartikan sebagai tingkat mutu dimana 3,4 kecacatan dihasilkan dari satu juta kesempatan terjadinya kecacatan (Breyfogle, 1999). Kapabilitas Proses Kapabilitas proses adalah kisaran dimana variasi alami suatu proses terjadi akibat penyebab umum suatu sistem, atau dengan kata lain, pencapaian suatu proses dalam kondisi stabil. (Lindsay, 2007). Penelitian ini menggunakan data atribut yang merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data atribut ini bersifat diskrit Metodologi Six Sigma DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of customer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan keinginan pelanggan. Adapun tahapan-tahapan dalam siklus DMAIC adalah sebagai berikut (Lindsay, 2007): 1. Define Merupakan langkah pertama dalam tahap perumusan yang mencakup pemilihan masalah yang harus diatasi, menemukan kesempatan untuk melakukan perbaikan, menggalang komitmen dari semua pihak yang berkepentingan, serta pemahaman proses-proses yang terlibat dan kebutuhan pelanggan melalui perspektif tingkat tinggi. 2. Measure Merupakan langkah kedua yang berfokus pada pemahaman kinerja proses yang dipilih untuk diperbaiki pada saat ini, serta pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk analisis. Pada tahap ini juga melibatkan penilai sistem pengukuran untuk menjaga validitas pengukuran serta untuk mengevaluasi kapabilitas proses yang diteliti. 3. Analyze Merupakan langkah ketiga untuk dilakukan pemeriksaan terhadap proses, fakta, dan data untuk mendapatkan pemahaman mengenai mengapa suatu permasalahan terjadi dan dimana terdapat kesempatan unttuk melakukan perbaikan. ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 4. Improve Merupakan langkah keempat yang dilakukan untuk menyaring faktor-faktor yang menjadi penyebab, menemukan dan memverifikasi akar penyebab, menemukan hubungan antar variabel, serta menentukan toleransi operasional menggunakan beragam perangkat seperti desain eksperimen dan simulasi. 5. Control Merupakan tahap terakhir dalam siklus DMAIC untuk memastikan agar perbaikan proyek terjaga melalui pemantauan tolak ukur kinerja utama dan CTQ (Critical to Quality). Peralatan yang Digunakan 1. Brainstorming Teknik Brainstorming digunakan untuk menggali masukan yang bersifat tak terbatas atau ide-ide dari setiap anggota tim, bahkan ide-ide dari anggota tim lainnya dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk memberikan solusi yang optimal untuk memecahkan suatu permasalahan. 2. Fishbone Fishbone Diagram atau sering juga disebut sebagai diagram ishikawa diagram merupakan suatu diagram / alat ide pengorganisasian khusus yang dipergunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. 3. Diagram Pareto Merupakan histogram data yang mengurutkan data dari frekuensi terbesar hingga terkecil. Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah utama untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Dengan diagram pareto 20% faktor dapat menyebabkan 80% masalah. 4. Peta Kendali Atribut (C-Chart) Digunakan untuk melacak jumlah kecacatan per unit pengukuran, menggunakan ukuran sample yang konstan. Grafik control C cocok digunakan untuk menghitung lebih dari satu kecacatan per unit sampel. 5. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan seperangkat pedoman, proses, dan format yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan resiko terhadap proyek dan tindakan yang dianjurkan. METODE Metode yang dilakukan untuk memperbaiki masalah produksi di atas adalah dengan menggunakan metode Six Sigma dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penentuan Karakteristik Kualitas / Critiqal to Quality 2. Perhitungan Performance Baseline/kinerja awal Six Sigma, yaitu dengan membuat peta kendali Atribut (Peta-C) dan menghitung Nilai Sigma dan VQI awal untuk masing-masing proses. 3. Menetukan masalah utama yang akan diteliti dengan menggunakan diagram pareto. 4. Melakukan analisa terhadap masalah Utama dengan menggunakan Fishbone diagram 5. Melakukan brainstorming untuk perbaikan terhadap masalah Utama. 6. Penentuan prioritas perbaikan untuk dilakukan implementasi dengan melihat faktor resiko dengan menggunakan FMEA 7. Pengukuran kinerja akhir setelah dilakukan perbaikan dengan membuat peta kendali atribut (peta-C) dan menghitung nilai sigma dan VQI akhir 8. Pembuatan sistem untuk mengendalikan kualitas proses jika masalah terulang kembali ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Masalah Utama Dari hasil perhitungan, maka masalah utama yang akan dilakukan perbaikan dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: Hasil Perhitungan Terhadap Jumlah Setiap Jenis Cacat dengan Menggunakan MINITAB Gambar 1. Diagram Pareto Proses Rolling Cutting, Packing, dan Stamping Berdasarkan diagram pareto pada Gambar 1, maka didapatkan masalah utama pada proses rolling cutting adalah tobacco particle in seam, improper cut, dan wrinkled. Pada proses packing adalah pack adhesion dan pack seam skew, sedangkan pada proses stamping adalah banderole adhesion dan banderole skew. Penentuan Sumber Penyebab, Solusi, dan Priortas Perbaikan dari Hasil FMEA Dari hasil perhitungan, maka sumber penyebab dari masalah Utama, solusi, dan prioritas perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Tobacco Particle In Seam Jenis Cacat Penyebab Design Goplo tidak ada penutup Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas Kepedulian pekerja terhadap kualitas kurang Tindakan Perbaikan Mengganti Goplo dengan design yang baru Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan Tobacco Particle In Tidak ada aturan membersihkan tangan selama proses Seam Tidak ada aturan untuk membersihkan ban giling secara rutin Dibentuknya program cuci tangan dengan jadwal yang mencakup keseluruhan proses untuk setiap kelompok secara bergantian Dilakukan pembuatan jadwal untuk pembersihan ban giling dengan menggunakan siaran radio dan bel secara otomatis RPN 320 280 240 240 180 Tabel 5. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Improper Cut Jenis Cacat Penyebab Tidak ada penanda tembakau yang akan dipotong pada ujungujung sigaret Alat asah pisau kurang optimal Improper Cut Tidak ada jadwal pembersihan pisau secara rutin Belum ada jadwal asah pisau secara rutin Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-5 Tindakan Perbaikan Memberikan penanda berupa warna sebagai batas untuk memudahkan pemotongan tembakau dengan menggunakan push cutter Membuat Alat untuk proses pengasahan pisau Dilakukan pembuatan jadwal untuk pembersihan pisau push cutter dengan menggunakan siaran radio/bel secara otomatis Membuat schedule maintenance untuk pengasahan pisau Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan RPN 448 392 392 392 392 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 Tabel 6. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Wrinkled Jenis Cacat Wrinkled Penyebab Tindakan Perbaikan Melakukan penambahan pelat stainless pada kotak rokok push cutter Design Push Cutter untuk memudahkan dalam pengambilan rokok oleh pekerja Training setting ban giling hanya dilakukan 1 kali saat Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua awal rekrutmen kelompok dan dilakukan assessment Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan Tidak ada jadwal pembersihan Lup dan Ban Giling Dilakukan pembuatan jadwal untuk pembersihan Lup dan Ban Giling secara rutin dengan menggunakan siaran radio/bel secara otomatis Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas Kepedulian pekerja terhadap kualitas kurang yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan RPN 320 280 280 240 240 Tabel 7. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Pack Adhesion Jenis Cacat Pack Adhesion RPN Penyebab Tindakan Perbaikan Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas 392 yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan 336 Kepedulian pekerja terhadap kualitas kurang Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua Tidak ada jadwal pelatihan secara berkala kelompok dan dilakukan assessment 245 Belum ada aturan untuk dilakukan refreshment training Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua 210 Training hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun kelompok dan dilakukan assessment 210 Tabel 8. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Pack Seam Skew Jenis Cacat Pack Seam Skew Penyebab Tindakan Perbaikan Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan Kepedulian pekerja terhadap kualitas kurang Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua Tidak ada jadwal pelatihan secara berkala kelompok dan dilakukan assessment Belum ada aturan untuk dilakukan refreshment training Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua Training hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun kelompok dan dilakukan assessment RPN 280 240 175 150 150 Tabel 9. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Banderole Adhesion Jenis Cacat Banderole Adhesion Penyebab Tindakan Perbaikan Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan Kepedulian pekerja terhadap kualitas kurang Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua Tidak ada jadwal pelatihan secara berkala kelompok dan dilakukan assessment Belum ada aturan untuk dilakukan refreshment training Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua kelompok dan dilakukan assessment Training hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun RPN 392 336 245 210 210 Tabel 10. Sumber Penyebab, Solusi, dan Prioritas Perbaikan untuk Banderole Skew Jenis Cacat Penyebab Tindakan Perbaikan Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan Membuat area untuk penempatan slof pack sehingga memudahkan Tidak ada tempat untuk meletakkan slof pack dalam proses penempelan pita cukai pada pack Dibentuknya program quality awareness dengan beberapa aktivitas Kepedulian pekerja terhadap kualitas kurang yaitu training & sosialisasi, Games, Kuis, dan penghargaan Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua Tidak ada jadwal pelatihan secara berkala kelompok dan dilakukan assessment Belum ada aturan untuk dilakukan refreshment training Membentuk program Training dengan jadwal refreshment untuk semua Training hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun kelompok dan dilakukan assessment Belum ada pemahaman mengenai pentingnya kualitas Banderole Skew RPN 280 245 240 175 150 150 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Menggunakan MINITAB, Brainstorming, dan Microsoft Exel ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-6 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 Kinerja Akhir Proyek Six Sigma Pada tahap ini dilakukan perhitungan kinerja akhir dari six sigma yaitu dengan membuat peta kendali yang dapat dilihat pada Tabel 11 dan menghitung nilai sigma dan VQI dari proses Rolling Cutting, Proses Packing, dan Proses Stamping yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 11. Peta Kendali Jenis Cacat Pada Proses Rolling, Cutting, Packing, dan Stamping Sumber: Hasil Perhitungan Terhadap Jumlah Setiap Jenis Cacat dengan Menggunakan MINITAB Tabel 12. Nilai Sigma dan VQI Sesudah Perbaikan Sumber: Hasil Perhitungan Terhadap Jumlah Setiap Jenis Cacat dengan Menggunakan MINITAB Perbandingan kinerja awal dan akhir dari nilai sigma dan VQI dari proses Rolling Cutting, Proses Packing, dan Proses Stamping dapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13 . Nilai Sigma dan VQI Sebelum dan sesudah Perbaikan Sumber: Hasil perhitungan terhadap nilai Sigma dan VQI dengan menggunakan Calculator Sigma dan Microsoft Excel ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-7 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 February 2014 KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan nilai Sigma terjadi pada ketiga proses yaitu : Proses Rolling Cutting dari 3.51 menjadi 3.78 sigma, Proses Packing dari 2.71 menjadi 2.98, dan proses stamping dari 3.05 menjadi 3.06 Sigma. 2. Penurunan nilai VQI terjadi pada 2 proses yaitu : proses rolling cutting dari 882.03 menjadi 532.82 poin dan proses packing dari 25.32 menjadi 15.05 poin. Sedangkan pada proses Stamping terjadi kenaikan dari 14.32 menjadi 15.4. Hal ini dikarenakan perbaikan untuk pembuatan meja stamping belum dilakukan oleh perusahaan. 3. Kenaikan nilai sigma dan penurunan nilai VQI berimplikasi bahwa proses pengendalian kualitas di perusahaan semakin baik dan kualitas produk yang dihasilkan akan semakin bagus 4. Adapun beberapa tindakan yang berkontribusi terhadap kenaikan nilai sigma serta penurunan nilai VQI adalah: a. Program quality awareness dan refreshment b. Program cuci tangan dan kebersihan peralatan c. Perbaikan peralatan produksi seperti penggantian goplo dengan desain baru, pemberian penanda scotlight pada holder push cutter, penambahan plat stainless pada kotak rokok push cutter, dan pembuatan area untuk penempatan slof di meja banderol. d. Pembuatan bank database untuk me-record tindakan perbaikan yang sudah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Breyfogle, Forrest W. Implementing Six Sigma : Smarter Solution Using Statistical Methods. New York : A Wiley-Interscience Publication, 1999. Evans & Lindsay. 2007. An Introduction to Six Sigma & Process Improvement. Jakarta: Salemba Empat. Gaspersz, Vincent. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, Dan HACCP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma For manufacturing and Service Industries. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama George, Michael L. 2002. Lean Six Sigma – Combining Six Sigma Quality With Lean Speed. USA: The McGraw Hill Companies Pande, Peter S., Roland R. Cavanagh & Robert P. Neuman. 2002. The Six Sigma Way Team Fieldbook – An Implementation Guide for Process Improvement Team. USA: The McGraw Hill Companies. Pande, Pete & Larry Holpp. 2003. What is Six Sigma : Berpikir Cepat Six Sigma. Yogyakarta: Andi. Rath & Strong’s. 2004. Six Sigma Advance Tools Pocket Guide. Yogyakarta: Andi S,HM. 2012. Production Management Competency : Handrolled Production Line. Surabaya: HMS. Search : www.isixsigma.com/process-sigma-calculator/ ISBN : 978-602-97491-9-9 A-7-8