BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah usus buntu yang sering digunakan masyarakat sebenarnya kurang tepat. Di Indonesia sejak jaman Belanda juga menggunakan istilah radang usus buntu (blindre darm). Apendiks disebut juga umbai cacing dan usus buntu sebenarnya adalah caecum sehingga penyakit ini diduga inflamasi dari caecum dan disebut typhlitis atau perityphlitis. Apendisitis merupakan proses peradangan dari apendiks vermiformis/umbai cacing. (Marijata, 2009; Humes et al, 2007). Apendisitis akut masih merupakan penyebab tersering akut abdomen dan salah satu dari penyebab operasi emergensi terbanyak di unit gawat darurat. Prevalensi seumur hidup untuk apendisitis akut adalah berkisar satu dari tujuh (Stephens & Mazzucco, 1999). Sedangkan insidensi kejadian apendisitis akut adalah 1,5 – 1,9 per 1000 pada populasi pria dan wanita, dan insidensi pada pria kurang lebih 1,4 kali lebih besar dibandingkan wanita (Chong et al, 2010). Penegakan diagnosis apendisitis akut tidaklah mudah dan merupakan masalah diagnostik yang membingungkan terutama pada tahap-tahap awal penyakit. Sebagian besar diagnosis apendisitis akut didasarkan pada temuan klinis yang bersumber pada anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan dikombinasikan dengan pemeriksaan laboratorium (Chong et al, 2010). Diagnosis yang tepat penting untuk mencegah perforasi dan tindakan apendektomi negatif. Pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi (USG) sangat membantu dalam menegakkan diagnosis yang akurat meskipun ada penelitian yang 1 mengatakan, modalitas tersebut dapat menunda tindakan operasi. USG bersifat noninvasif, aman, banyak tersedia dan biaya murah dibandingkan CT Scan (Chong et al, 2010). Pada banyak kasus, terutama pada golongan usia muda, orang tua dan wanita dalam masa reproduksi, manifestasi klinis dari apendisitis akut tidaklah jelas (samar-samar) dan kadang tidak pasti. Kegagalan dan keterlambatan untuk melakukan diagnosis dini terhadap apendisitis akut ini merupakan alasan utama tetap tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas (Chong et al, 2010). Disisi lain, pengambilan keputusan yang salah dalam diagnosis apendisitis akut, akan meningkatkan angka apendektomi negatif yang berkisar antara 2% 41% (Khanzada et al, 2009). Penelitian lain menyebutkan kisaran apendektomi negatif yang lebih tinggi yaitu 20%-40% (Chong et al, 2010). Banyak sistem skoring apendisitis yang dikembangkan dalam membantu para klinisi dalam penegakan diagnosis pasien-pasien dengan nyeri perut yang dicurigai sebagai apendisitis akut. Beberapa sistem skoring lebih dikhususkan untuk digunakan pada pasien anak-anak, dan beberapa sistem skoring lain dikembangkan untuk populasi campuran, baik dewasa maupun anak-anak (Thomson, 2012). Sistem skoring yang sudah sangat dikenal adalah sistem skoring Alvarado yang di publikasikan pada tahun 1986 (Skandalakis et al, 2014). Oleh karena itu, mengevaluasi hasil diagnostik ultrasonografi dengan skor Alvarado adalah penting untuk menghindari komplikasi yang berat dan tindakan apendektomi negatif sehingga kedepannya modalitas ultrasonografi dapat menyediakan temuan yang dapat diandalkan untuk membantu diagnosis apendisitis akut yang tepat. 2 B. Perumusan Masalah 1. Apendisitis akut masih merupakan penyebab tersering dari akut abdomen dan salah satu penyebab operasi emergensi terbanyak di unit gawat darurat. 2. USG apendiks diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih terhadap penegakan diagnosis. Keunggulan terbesar USG adalah tidak adanya paparan radiasi dan ketersediaan alat luas, aman, cepat, bebas nyeri serta bersifat non invasif. 3. Sistem skoring apendisitis dikembangkan dalam membantu para klinisi dalam penegakan diagnosis pasien-pasien dengan nyeri perut yang dicurigai sebagai apendisitis akut. 4. Mengevaluasi hasil diagnostik ultrasonografi dengan skor Alvarado adalah penting untuk menghindari komplikasi yang berat dan tindakan apendektomi negatif sehingga kedepannya modalitas ultrasonografi dapat menyediakan temuan yang dapat diandalkan untuk membantu diagnosis apendisitis akut yang tepat. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan pertanyaan penelitian, bagaimana perbandingan akurasi nilai diagnostik ultrasonografi dan skor Alvarado dalam mendiagnosa apendisitis akut di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi nilai diagnostik pemeriksaan ultrasonografi dan skor Alvarado pada penderita apendisitis akut 3 dengan baku emas pemeriksaan patologi anatomi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pelayanan kesehatan Diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas serta komplikasi yang disebabkan oleh apendisitis akut. 2. Bagi masyarakat Masyarakat akan mendapat informasi mengenai diagnosis apendisitis akut dengan cepat sehingga penanganan dapat sesegera mungkin. 3. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti dalam pemeriksaan ultrasonografi pada penderita apendisitis akut secara tepat dengan hasil yang akurat. 4. Bagi pendidikan Penelitian ini merupakan sarana proses pendidikan khususnya dalam melatih cara berpikir dan meneliti serta membantu evaluasi terhadap para peserta Program Pendidikan Spesialis Radiologi I FK UGM yang sedang menjalani residensi dalam melakukan ultrasonografi yang tepat dan temuan yang dapat diandalkan pada pasien dengan kecurigaan apendisitis akut yang masuk ke IGD RSUP Dr. Sardjito sehingga dapat membantu dalam penegakan 4 diagnosis yang lebih akurat. 5. Bagi pengembangan peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu data dasar untuk menjalankan penelitian selanjutnya. F. Keaslian Penelitian Dari penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, hubungan antara temuan hasil ultrasonografi dengan temuan klinis skor Alvarado pada apendisitis akut belum pernah dilakukan di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya tercantum dalam Tabel 1. Dari semua penelitian tersebut perbedaan dari penelitian yang akan di lakukan dalam hal jumlah sampel dan metode penelitian yang digunakan. 5 Tabel 1. Penelitian mengenai Apendisitis akut Peneliti Subyek Topik Hasil Stephen & Mazzuco, 1999 94 subjek Perbandingan Ultrasonografi dengan Skor Alvarado pada diagnosis apendisitis akut Ketika membandingkan USG dengan skor Alvarado pada diagnosis apendisitis akut, tidak ada salah satu secara signifikan menguntungkan. Namun, positif palsu berkurang menjadi nol ketika kedua pemeriksaan adalah positif dan USG meningkatkan akurasi diagnostik ketika skor Alvarado negatif atau samar-samar. Apendisitis akut adalah keadaan darurat perut bedah yang paling umum dengan prevalensi seumur hidup sekitar satu dari tujuh. Rahmanto (2014) 51 subyek Perbandingan Ripasa dan skor Alvarado dalam ketepatan diagnosis apendisitis akut di RSUP DR. Sardjito Yogjakarta Periode Januari 2012 November 2013 Tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna untuk nilai spesifisitas, nilai duga positif maupun angka apendetomi negatif diantara dua sistem skoring apendisitis tersebut.Skor Ripasa merupakan sistem skoring yang lebih baik karena mempunyai akurasi, sensitivitas serta nilai duga negatif (NDN) yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor Alvarado dan angka apendektomi negatif turun 1,95% di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. (tahun) Junias, (2009) 51 subyek Nasiri, etal, (2012) 75 subyek Ozkan, S et al (2014) 74 subjek Hubungan antara skor Alvarado dengan temuan operasi apendisitis di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tidak ada hubungan yang bermakna antara temuan klinis (skor Alvarado) dan temuan durante operasi (klinikohistopatologi) apendisitis akut. Nilai diagnostik ultrasonografi dengan modifikasi skor alvarado pada apendisitis akut. Ultrasonografi dan Modifikasi Alvarado Score keduanya bermanfaat dalam diagnosis apendisitis akut. Meskipun ultrasonografi tergantung pada operator, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang reasonable dalam diagnosis appendisitis akut. Cut off point 6 untuk skor MASS akan memberikan sensitivitas yang lebih besar dan diagnosis yang lebih baik untuk diagnosis apendisitis, meskipun dengan peningkatan apendiktomi negatif. Akurasi skor Alvarado, Ultrasonografi dan CT scan dalam mendiagnosis apendisitis akut di Center kami. (Erciyes University Medical School, Kayseri, Turkey). Skor Alvarado dan USG tidak cukup sendiri untuk membuat keputusan operasi pada pasien dengan diagnosis apendisitis akut yang sulit. CT Scan memiliki akurasi yang lebih tinggi dan insiden laparotomi negatif yang rendah. Pada kasus yang datang kegawat darurat, dibuat riwayat kesehatan secara rinci, pemeriksaan fisik dengan teliti dan dengan temuan laboratorium dapat membuat pertimbangan kemungkinan apendisitis perforasi atau tidak serta menghindari laparotomi negatif. CT scan tampaknya lebih efektif dan efisien menyelidiki apendisitis akut dengan diagnosis sulit. 6