Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment Oleh: Suryaning Hayati Abstract One of the major areas to achieve organizational’s goals is through human resource, on how organization builds a strong sense of organizational communication and its affecting employee’s satisfaction that can deliver employees commitment to their organization. The research were undertaken in university setting, and the purpose of the research was to observe the influence of internal communication on job satisfaction, and the influence of job satisfaction on organizational commitment. The designs of this research are survey toward employees. The number of employees being the sample of the study is 128. Data analysis used in this research was hypothesis testing used a Structural Equation Modeling method. The result of this research conclude that (a) internal communication has a positive influence on job satisfaction with coefficient alpha 0,947, and (b) job satisfaction has influence on organizational commitment with coefficient alpha 0,637. Keyword : internal communication, job satisfaction, organization commitment Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan akan pendidikan tinggi sebagai salah satu syarat utama bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang layak, menjadikan seseorang untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, baik dengan cara menambah keahlian melalui pendidikan informal, menambah pengalaman kerja, maupun melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Mutu pendidikan tersebut tidak hanya berlaku bagi mereka yang membutuhkan pendidikan, tetapi persaingan dunia pendidikan saat ini, menuntut suatu organisasi pendidikan untuk terus meningkatkan Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 121 kemampuan bersaing jika masih ingin mempertahankan keunggulan dan eksistensinya dalam persaingan organisasi sejenis lainnya. Dalam rangka mencapai keunggulan tersebut, organisasi pendidikan sebagai organisasi jasa yang menyediakan pelayanan pendidikan dan proses pembelajaran, faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh organisasi adalah Sumber Daya Manusia. SDM organisasi perguruan tinggi meliputi tenaga pengajar (dosen), baik dosen tetap maupun tidak tetap, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung yang bertanggung jawab atas pencapaian visi dan misi organisasi. Organisasi harus dapat menjamin kesejahteraan SDM sebagai komponen utama (penggerak organisasi), sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan pengembangan jangka pendek dan jangka panjang. 122 Kesejahteraan SDM dapat diindikasikan oleh sejauh mana kepuasan kerja dalam persepsi individu karyawan bersangkutan, tentang bagaimana beban pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, lingkungan pekerjaan yang mendukung karyawan untuk bekerja lebih produktif, serta sarana dan prasarana yang mendukung pekerjaan mereka agar mencapai hasil yang sesuai dengan kebutuhan manajemen organisasi. Tetapi fakta yang terjadi dewasa ini, kepuasan kerja tidak semata dikarenakan oleh tingginya jumlah penghasilan, sarana dan prasarana kerja yang memadai, fasilitas kesehatan, dan dana pensiun yang menjanjikan. Hal tersebut merupakan tangible goods, sedangkan karyawan sebagai makhluk sosial, juga memiliki kebutuhan akan interaksi komunikasi. Dengan kata lain, komunikasi internal organisasi erat kaitannya dengan kepuasan kerja. Untuk mencapai keselarasan tersebut, jelas diperlukan hubungan komunikasi internal yang baik di setiap bagian. Komunikasi internal yang baik dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman persepsi antara manajemen organisasi dengan karyawan dan membantu segala bentuk informasi yang hendak disampaikan tepat sasaran (downward communication). Berlaku sebaliknya, komunikasi internal yang baik membantu karyawan dalam menyampaikan aspirasi, saran dan keluhan kepada atasan mereka (upward communication). Komunikasi internal meliputi seluruh aspek dan proses komunikasi di dalam organisasi. Termasuk didalamnya, komunikasi secara tertulis (procedure dan policy), komunikasi tidak tertulis antar rekan kerja, dengan atasan maupun bawahan, dan komunikasi tatap muka (meeting, briefing dan gathering). Internal komunikasi dapat dikatakan sebagai hal penting dan sarana untuk mencapai tujuan organisasi. Komunikasi Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati internal yang baik akan membantu organisasi dalam menetapkan peran dan tugas formal serta tanggung jawab karyawan. Penerapan komunikasi internal yang tepat adalah proses komunikasi dua arah, dalam bentuk dialog (two-way communication) dan bukan monolog memungkinkan organisasi tersebut dalam mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan organisasi menurut persepsi karyawan akan membantu proses pengambilan keputusan. Berlaku sebaliknya, komunikasi internal membantu karyawan untuk memahami visi, nilai dan budaya organisasi. Komunikasi internal apabila diterapkan secara efektif, sangat bermanfaat pada saat organisasi mengalami krisis, bukan hanya dalam hal melaksanakan strategi penanganan krisis, tetapi lebih kepada kerjasama yang solid antar karyawan dan organisasi untuk membantu organisasi keluar dari situasi krisis. Apabila organisasi dapat memelihara open communication, komunikasi internal yang efektif akan meningkatkan hubungan yang erat di setiap level organisasi yang merupakan salah satu cara organisasi dalam mensejahterakan karyawan, dan akan berdampak pula pada keserasian antara karyawan dengan organisasi. Penelitian ini tidak membahas mengenai bagaimana manajemen organisasi mensejahterakan karyawan, kecenderungan penelitian ini fokus kepada sejauh mana komunikasi internal organisasi sebagai faktor penunjang keselarasan hubungan antara manajemen organisasi dengan karyawan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan dan pengaruhnya terhadap komitmen organisasi. Karyawan yang puas merupakan indikasi awal dari komitmen mereka terhadap organisasi, dimana karyawan tersebut akan memberikan loyalitas dan dedikasinya kepada organisasi. Merujuk kepada identifikasi permasalahan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah Internal Communication berpengaruh terhadap Job Satisfaction? dan (2) Apakah Job Satisfaction berpengaruh terhadap Organizational Commitment? Tinjauan Literatur Masing-masing variabel yang akan diteliti yaitu communication, job satisfaction dan organizational commitment. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati internal 123 1. Internal Communication Komunikasi internal merupakan keseluruhan proses komunikasi di dalam organisasi (upward dan downward communication) maupun (horizontal dan vertical communication), yang pada proses komunikasi tersebut akan diukur melalui komunikasi symmetrical dan assymetrical communication. 2. Job Satisfaction Kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya yang diukur dengan faktor sosial, karakteristik pekerjaan, status, pencapaian kerja dan motivasi ekonomi. 3. Organizational Commitment Komitmen organisasi merupakan status psikologis karyawan dalam mempersepsikan hubungan mereka terhadap organisasi dan menjadi bagian dari organisasi tersebut yang diukur melalui organizational commitment, affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. 124 Internal Communication Komunikasi internal merupakan keseluruhan proses komunikasi yang melibatkan semua level di dalam lingkungan organisasi. Lingkungan organisasi yang baik akan menjamin komunikasi internal yang baik dan berlaku sebaliknya. Apabila komunikasi internal organisasi berjalan dengan baik, maka hal tersebut akan menimbulkan hubungan yang baik antara karyawan dengan organisasi. Seiring dengan hal tersebut,Arora (2000) menyatakan bahwa: “Lingkungan organisasi yang baik memastikan komunikasi internal yang baik pula, yang akan membantu dalam proses pengambilan keputusan, menimbulkan kepercayaan, dan rasa kepemilikan karyawan terhadap organisasi. Komunikasi internal merupakan suatu proses menyampaikan informasi, akses komunikasi secara keseluruhan yang akan memberikan outcome positif terhadap karyawan dan organisasi”. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati Komunikasi internal merupakan proses menyampaikan pesan organisasi secara keseluruhan kepada karyawan, dimana manajemen organisasi menganggap karyawan adalah bagian dari organisasi itu sendiri (Smith et al, 2001), dan pesan yang dimaksud adalah tentang tujuan, misi dan visi organisasi serta positioning dan strategi jangka panjang organisasi (Riel dan Fombrun, 2006). Sementara Miller (2003) mengemukakan bahwa “Komunikasi internal merupakan bagian dari komunikasi organisasi, termasuk didalamnya pemahaman tentang keterlibatan organisasi dalam proses komunikasi dan simbol dari komunikasi internal tersebut menjadi ciri yang membedakannya dengan organisasi lainnya”. Dalam suatu penelitian tentang komunikasi internal organisasi, beberapa peneliti menyatakan bahwa komunikasi internal berpengaruh langsung kepada organisasi secara keseluruhan. Lan dan Deborah (2004) dalam penelitiannya tentang komunikasi internal dalam Uncertainty Management menyatakan bahwa: “Komunikasi internal yang efektif dalam organisasi berpengaruh positif terhadap control mutuality, trust, satisfaction, dan commitment antara publik internal dan organisasi mereka. Komunikasi internal tersebut memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap relational satisfaction dan diikuti dengan relational commitment. Komunikasi efektif sangat penting dimiliki oleh semua organisasi, terlebih penting pada perusahaan dimana terdapat keanekaragaman dan membutuhkan upaya ekstra untuk memastikan bahwa publik internal dalam organisasi tersebut berkomunikasi dengan baik”. Organisasi menjadi tidak efektif dalam upaya melakukan perubahan dalam organisasi dipengaruhi oleh komunikasi internal organisasi yang tidak berjalan dengan efektif (Burlew et al, 2000) dan disebabkan oleh rendahnya sistem komunikasi dalam organisasi mereka (Appelbaum dan Magda, 2000). Komunikasi internal pada saat proses perubahan organisasi dipengaruhi oleh fakta bahwa keperdulian organisasi yang dirasakan oleh karyawan merupakan faktor penting dalam mengembangkan reputasi berkesinambungan (Fombrun dan Riel, 2004), dimana komunikasi internal tersebut merupakan elemen Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 125 utama dalam komunikasi organisasi keseluruhan dalam rangka membangun reputasi organisasi yang mapan. Makna dari komunikasi internal meliputi informasi tentang organisasi dan fungsi komunikasi itu sendiri bagi setiap individu dalam organisasi (Riel dan Fombrun, 2006). Dalam pandangan akan pentingnya komunikasi internal sebagai bidang yang strategis dan perlu diperhatikan oleh organisai, Kitchen dan Daly (2002) mengemukakan bahwa “Komunikasi internal bukan hanya sebagai variabel yang sangat penting dalam hubungannya dengan pencapaian kesuksesan organisasi, tetapi komunikasi internal juga berfungsi sebagai pelopor kemapanan organisasi”. Untuk mendukung pernyataan tersebut, Gaines dan Ross (2003) menyatakan bahwa “Komunikasi internal memiliki 126 peranan penting dan sebagai salah satu faktor yang menentukan reputasi dari manajemen organisasi”. Sejalan dengan pernyataan tersebut, J. E. Grunig (1992) yang dikutip oleh McCown dan Nance (2008) mengemukakan bahwa “Komunikasi internal sangat erat kaitannya dengan proses organisasi secara keseluruhan, termasuk didalamnya struktur organisasi, lingkungan organisasi, power dan budaya organisasi, yang oleh karenanya, organisasi tidak akan dapat berdiri tanpa komunikasi”. Pincus, Rayfield dan Cozzens (1991) dalam McCown dan Nance (2008) mengemukakan, “Pimpinan organisasi memiliki kepercayaan yang kuat akan nilai dari efektivitas komunikasi internal berpengaruh terhadap karyawan dan organisasi, dan komunikasi internal tersebut berperan sebagai saluran komunikasi langsung antara organisasi dengan karyawan”. Job Satisfaction Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan kerja seseorang. Dalam arti, seseorang memiliki tanggung jawab kerja sesuai dengan potensi dan keahlian yang dimiliki, seseorang merasa senang dan sukarela dalam menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya dan merasa bahwa pekerjaannya itu bermanfaat bagi organisasi. Kepuasan kerja menurut Weiss (2002) adalah “Suatu keadaan menyenangkan atau perasaan emosional positif mengenai penilaian dari pekerjaan seseorang atau pengalaman dari suatu pekerjaan, affective reaction terhadap suatu pekerjaan, dan sikap terhadap pekerjaan tersebut”. Sementara Ford (2003) Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu status emosional positif atau perasaan menyenangkan yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari penilaian kerja mereka atau pengalaman dari pekerjaan mereka saat ini. Untuk memahami lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, Luthans (2002), Byron (2005) dan Tella (2007) menyimpulkan dimensi penting dari kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi dan kondisi kerja. Kedua, kepuasan kerja seringkali diukur oleh hasil kerja dicapai sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan itu sendiri. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan serangkaian perilaku yang merupakan karakteristik penting terhadap pekerjaan dan respon efektif karyawan, meliputi pekerjaan itu sendiri, gaji, peluang untuk mendapatkan promosi, serta hubungan dengan atasan dan rekan kerja (Kinicki, 2002). Menurut Daley (2003), kepuasan kerja dibagi menjadi dua aspek, yaitu: (1) Internal-role working conditions, fokus kepada sikap spesifik terhadap pekerjaan itu sendiri, meliputi sumber daya yang tersedia, pertimbangan ekonomi, pelatihan, eksistensi atas keluhan dan sistem disiplin, gaji, rasa aman, dan manfaat dari pekerjaan; (2) External-role interpersonal relations, dipengaruhi oleh isu lingkungan dan sistem organisasi, meliputi keseluruhan komunikasi organisasi (employee communications, management communications, supervisory communications), perhatian manajemen organisasi terhadap karyawan, pencapaian prestasi dan karier. Dari keseluruhan teori diatas, maka dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan emosional dan sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan pencapaian kerja mereka (Weiss, 2002; Ford, 2003), tanggung jawab kerja yang dibebankan kepada mereka (Davis dan Newstrom, 2003), perceived autonomy dimana karyawan merasa senang dengan pekerjaan (Nguyen, Taylor dan Bradley, 2003), lingkungan organisasi (Faragher et al, 2005), dan working condition (Choi, 2006) tempat mereka bekerja. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap sense of belonging karyawan terhadap organisasi (Garza, 2000; Serrano dan Vieira, 2005), kesuksesan organisasi (Hass: 2002) produktivitas kerja (Flores, Rodríguez dan Pérez, 2003; Flores, 2008), turnover (Nguyen, Taylor dan Bradley, 2003) komitmen organisasi (Saks dan Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 127 Ashforth, 2000; Yoon dan Thye, 2002; Cherry, Ordonez, dan Gilliland, 2003; Bradley, 2006), service quality improvement (Snipes et al: 2005) keputusan untuk tetap bekerja atau keluar dari organisasi (Gazioglu dan Tansel, 2002; Yoon dan Thye, 2002; Llorente dan Macías, 2003; Tella, 2007). Dari keseluruhan dampak positif dari kepuasan kerja, penelitian ini fokus kepada pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Organizational Commitment 128 Komitmen organisasi merupakan perilaku yang mencerminkan kesetiaan karyawan kepada organisasi, dan proses berkelanjutan dimana karyawan ikut andil dan menaruh perhatian serius dalam upaya membangun dan mensukseskan organisasi. Komitmen organisasi (Gautam, van Dick, Wagner, Upadhyay dan Davis, 2004) adalah suatu status psikologis yang mengkategorikan hubungan karyawan dengan organisasi dan kelangsungan hidup organisasi secara keseluruhan. Meyer, Allen dan Gellatly (1990) dalam Yoon (2005) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai keterikatan individu sebagai anggota organisasi. Terdapat tiga komponen komitmen organisasi, yaitu: (1) Instrumental Commitment (IC), didasari oleh keterikatan atas manfaat yang dirasakan karyawan terhadap organisasi. Karyawan dengan IC akan tetap tinggal di dalam organisasi karena “they need to”, (2) Affective Commitment (AC) didasari oleh keterikatan perasaan emosional karyawan terhadap organisasi. Karyawan yang memiliki AC tetap tinggal di dalam organisasi karena “they want to”, dan (3) Normative Commitment didasari oleh keterikatan nilai moral dalam pandangan karyawan terhadap organisasi. Karyawan dengan NC adalah karena “they feel they ought to”. Komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan tidak terjadi dengan sendirinya, Cohen (2003) mengidentifikasi tiga proses dimana karyawan dapat menyatakan bahwa mereka commited pada organisasi, yaitu: (1) Identification, merupakan langkah awal dimana seseorang merangkum tujuan dan nilai komitmen ke dalam satu kesatuan, (2) Affiliation, merupakan tingkat dimana seseorang merasa bahwa mereka adalah bagian dari organisasi, dan (3) Moral involvement, adalah langkah akhir dimana seseorang merasa bahwa mereka merupakan satu kesatuan dari tujuan dan nilai komitmen yang mereka miliki terhadap organisasi. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati Grunig dan Huang (2000) mengadaptasi dua dari tiga instrumen komitmen organisasi (Meyer dan Allen, 1984), affective dan continuance commitment dalam studi mereka tentang Organization-public relationship. Penelitian tersebut menunjukkan continuance commitment memiliki kecenderungan berpengaruh positif terhadap organizational setting, dimana continuance commitment itu sendiri didefinisikan sebagai tingkat dimana karyawan merasa committed dengan organisasi didasari oleh cost yang mereka rasa berhubungan dengan keputusan untuk tetap tinggal atau keluar dari organisasi, sedangkan affecttive commitment merupakan orientasi emosional terhadap organisasi. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ford (2003) menunjukkan hasil yang berbeda, diantara ketiga instrumen komitmen organisasi (affective, continuance dan normative commitment) yang diadopsi dari Meyer dan Allen (1991), penelitian tersebut menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki affective commitment lebih tinggi terhadap organisasi, memiliki hubungan signifikan yang lebih tinggi terhadap kontribusi mereka terhadap organisasi, dan terhadap pencapaian kerja mereka secara keseluruhan. Affective commitment itu sendiri didefinisikan sebagai perasaan emosional karyawan atas keterikatan dan keterlibatan mereka terhadap organisasi. Banyak penelitian tentang komitmen organisasi untuk meneliti faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi. Liden et al. (2000) menemukan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh hubungan komunikasi organisasi, dimana komunikasi antara pimpinan organisasi dengan karyawan atau sebaliknya (upward dan downward communication) memiliki hubungan paling kuat terhadap komitmen organisasi dibandingkan dengan komunikasi horizontal (Postmes, Tanis, dan de Wit, 2001). Hal serupa juga dinyatakan oleh Adrian, Ticehurst, and Downs (2001), bahwa hubungan komunikasi dengan top management dan supervisor merupakan prediktor paling kuat terhadap komitmen organisasi yang juga mempengaruhi kepuasan akan hubungan komunikasi itu sendiri secara keseluruhan. Selain itu, komitmen organisasi juga dipengaruhi oleh dukungan pimpinan terhadap pekerjaan (Duffy, Ganster dan Pagon, 2002), penerapan self-managed team dalam organisasi (Davis dan Newstrom, 2003), kepuasan kerja (Hass, 2002; Brown, 2003; Wood, 2004), dan social prestige seperti tanggung jawab karyawan terhadap lingkungan kerja, serta kualitas produk dan jasa (Carmeli, 2005). Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 129 Rancangan Operasional Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Kim (2004) tentang internal communication, Wood (2004) tentang job satisfaction dan Bretzer (2007) tentang job satisfaction dan organizational commitment. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabelnya, oleh karena itu penelitian ini merupakan suatu correlational research. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hypothesis testing yang bertujuan untuk menguji hipotesis umumnya menjelaskan karakteristik hubunganhubungan tertentu antar kelompok atau independensi dari dua faktor atau lebih dalam suatu situasi. Jenis hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional karena peneliti tertarik dalam menjelaskan variabel-variabel penting yang berhubungan dengan masalah yaitu apakah internal communication berpengaruh terhadap job satisfaction, dan apakah job satisfaction berpengaruh terhadap organizational commitment. 130 Variabel dan Pengukuran Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang hendak diteliti. Variabel tersebut terbagi menjadi independent variable yaitu internal communication, intervening variable yaitu job satisfaction, dependent variable yaitu organizational commitment. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari penelitian yang dipergunakan oleh Kim (2004) yang dalam penelitiannya tentang struktur organisasi dan komunikasi internal menggunakan IABC questionnaire yang diadopsi dari L. Grunig (2002), Cohen (2007) yang mengadopsi Organizational Commitment Questionnaire (Meyer dan Allen, 1991), dan Bretzer (2007) dalam penelitian mereka, namun tetap dilakukan beberapa modifikasi guna lebih menyesuaikan diri dengan kondisi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif statistik dan multivariate analysis. Analisa deskriptif statistik ditinjau dari nilai rata-rata dan standar deviasi dari setiap variabel maupun sub variabel dan indikatornya, sedangkan teknik multivariate analysis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling, karena menganalisa banyak variabel dalam serangkaian hubungan Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati dan memungkinkan pengujian hubungan antara variabel (measured variable) dan latent constructs untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model Hair et. al (2006, p. 710). Untuk mengukur aspek komunikasi internal, penelitian ini mengadopsi item pernyataan dari penelitian yang dilakukan oleh Kim (2004), yang dalam penelitian tersebut, komunikasi internal terbagi dalam dua jenis, symmetrical communication dan asymmetrical communication. Kepuasan kerja akan diukur dengan mengajukan delapan item pernyataan yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Bretzer (2007), dimana terdapat lima indikator yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: (1) Social, (2) Job Character, (3) Status, (4) Performance/Status, dan (5) Economic Motivation/Status. Komitmen Organisasi akan diukur dengan mengajukan item pernyataan yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Cohen (2007), yaitu (1) Affective Commitment, (2) Continuance Commitment, dan (3) Normative Commitment. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data pada Hipotesa pertama, menunjukkan bahwa p_value untuk hipotesa pertama sebesar 0,000 < alpha 0,05. Dengan demikian H01 ditolak dan Ha1 didukung, yang artinya ada pengaruh komunikasi internal terhadap kepuasan kerja. Adapun nilai koefisien sebesar 0,947 dengan arah positif. Artinya, semakin baik komunikasi internal organisasi, maka kepuasan kerja semakin tinggi. Sedangkan p_value untuk hipotesa kedua sebesar 0,000 < alpha 0,05. Dengan demikian H02 ditolak dan Ha2 dapat didukung, yang artinya ada pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Adapun nilai koefisien sebesar 0,637 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi komitmen karyawan terhadap organisasi. Analisis hasil untuk mengetahui pengaruh masing-masing sub variabel maupun indikator terhadap variabelnya, penelitian ini menggunakan uji regresi dengan bantuan software Amos version 7.0 dengan membandingkan besarnya p_value dengan tingkat signifikansi alpha sebesar 0,05. Apabila nilai p_value < α (0,05) maka sub variabel maupun indikator memiliki hubungan signifikan terhadap variabelnya. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 131 Variabel komunikasi internal, dipengaruhi oleh symmetrical communication dengan arah positif dengan nilai koefisien sebesar 0,741 , sedangkan asymmetrical communication berpengaruh negatif terhadap komunikasi internal organisasi (α = -0,417). Pada variabel kepuasan kerja, semua indikator mempunyai pengaruh dengan arah positif terhadap variabel tersebut. Nilai paling besar yang mempengaruhi variabel kepuasan kerja adalah faktor status (α = 0,840), dan indikator kedua yang paling mempengaruhi kepuasan kerja adalah performance dengan nilai koefisien sebesar 0,815. Faktor karakteristik pekerjaan dan faktor sosial mempengaruhi kepuasan kerja dengan nilai koefisien masing-masing sebesar 0,764 dan 0,736. Sedangkan nilai koefisien terkecil adalah faktor motivasi ekonomi dengan nilai koefisien sebesar 0,596. 132 Variabel ketiga yaitu komitmen organisasi, nilai komitmen paling besar yang dimiliki karyawan adalah komitmen afektif, dengan nilai koefisien sebesar 0,880 diikuti oleh komitmen normatif dengan nilai koefisien sebesar 0,693. Sedangkan nilai komitmen karyawan yang paling rendah adalah komitmen berkelanjutan (α = 0,490). Kesimpulan Komunikasi internal memainkan peranan penting yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Karyawan menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap komunikasi yang terjalin di dalam organisasi tempat mereka bekerja. Symmetrical communication berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan asymmetrical communication berpengaruh negatif, yang artinya adalah semakin tinggi persepsi karyawan terhadap symmetrical communication dalam organisasi, semakin tinggi kepuasan kerja mereka, dan semakin tinggi persepsi karyawan terhadap asymmetrical communication dalam organisasi, maka akan semakin rendah tingkat kepuasan kerja karyawan. Pengujian hipotesis memberikan hasil yang signifikan bahwa komunikasi internal organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal tersebut mencerminkan bahwa semakin baik komunikasi internal yang terjalin di dalam organisasi, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati Kepuasan kerja merupakan faktor penting yang dapat menentukan persepsi karyawan terhadap komitmen mereka kepada organisasinya. Indikator utama yang menentukan kepuasan kerja karyawan adalah faktor status, dimana karyawan merasa memiliki kesempatan untuk berkembang bersama organisasi tempat mereka bekerja. Indikator kedua yang menentukan adalah pencapaian kerja, dimana karyawan merasa bahwa organisasi memberikan penghargaan baik formal maupun informal terhadap prestasi dalam pekerjaan mereka. Indikator karakteristik pekerjaan dan faktor sosial merupakan faktor pendukung dalam kepuasan kerja karyawan. Dalam hal tersebut, karyawan merasa bahwa mereka memiliki kesempatan yang baik untuk mengembangkan kompetensi dalam pekerjaan mereka, dan pada faktor sosial karyawan merasa bahwa mereka memiliki rekan kerja yang menaruh perhatian terhadap kerjasama tim, selain itu mereka merasa pimpinan organisasi menjalin hubungan baik dengan semua karyawan. Faktor motivasi ekonomi menempati urutan terakhir. Pada faktor ini, persepsi karyawan terhadap penghasilan dan jaminan sosial cenderung rendah dibandingkan faktor lain yang menentukan kepuasan kerja. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi, yang artinya adalah semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan, akan semakin tinggi nilai komitmen mereka terhadap organisasi. Nilai komitmen tertinggi yang dimiliki karyawan terhadap organisasi adalah komitmen afektif, yang mencerminkan bahwa organisasi ini sangat berarti bagi mereka, rasa memiliki yang kuat terhadap organisasi, dan kesediaan mereka untuk tetap berkarir dan berkembang bersama organisasi. Nilai komitmen tertinggi kedua adalah komitmen normatif, yang dalam komitmen tersebut mencerminkan kesetiaan dan tanggung jawab moral karyawan terhadap organisasi serta kesediaan karyawan untuk tetap mengabdi kepada organisasi. Komitmen terakhir yaitu komitmen berkelanjutan yang mencerminkan keharusan mereka untuk tetap bekerja di dalam organisasi yang didasari oleh pertimbangan bahwa akan sulit bagi mereka mendapatkan pekerjaan lain, maupun manfaat yang mereka peroleh dari organisasi tempat mereka bekerja saat ini tidak dapat dipenuhi oleh organisasi lain. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 133 Implikasi Manajerial Tingkat responsif karyawan terhadap komunikasi internal organisasi yang mempengaruhi kepuasan kerja mereka sangat tinggi. Hal tersebut dapat dijadikan evaluasi bagi manajemen organisasi untuk tetap menjaga hubungan komunikasi internal yang baik dengan karyawan, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengutarakan saran dan pendapat berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi, manajemen organisasi menempatkan peranan komunikasi internal sebagai sarana untuk menyampaikan informasi terkait perubahan manajemen, dan untuk lebih memahami permasalahan karyawan. 134 Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah kesempatan mereka untuk berkembang bersama organisasi dan penghargaan organisasi terhadap prestasi kerja mereka, dimana persepsi mereka terhadap kedua hal tersebut sangat tinggi, maka manajemen organisasi dapat terus memberikan kesempatan dan dukungan kepada karyawan untuk terus meningkatkan kinerja mereka. Faktor lainnya adalah karakteristik pekerjaan, hubungan sosial, dan motivasi ekonomi, dapat dijadikan evaluasi dan dilakukan pembenahan apabila ditemukan masalah di area tersebut. Peranan komitmen karyawan terhadap organisasi sangatlah penting. Dalam hal ini, komitmen karyawan sudah sangat baik, ditunjukkan oleh komitmen afektif dan normatif karyawan yang sangat tinggi, yang dapat dijadikan acuan bagi organisasi untuk tetap mempertahankan kondisi ini untuk terus berkembang dan mencapai tujuan organisasi. Daftar Pustaka Adrian, A. D., Ticehurst, G. W., & Downs, C. W. (2001). “Communicating for Commitment”. Paper presented at the annual conference of the International Communication Association, Washington, DC. Appelbaum, S. H. and Magda, D. (2000). “The Realistic Downsizing Preview: A Management Intervention in The Prevention of Survivor Syndrome” (part I). Career Development International Bradford, 5 (7), pp. 333350. Byron, Lynne, A. (2005). “Communication Apprehension in The Workplace and its Effects on Employee Job Satisfaction”. Journal of International Communication Association. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati Bretzer, Noren, Y. (2007). “What Decides The Job Satisfaction of Chief Environmental Inspectors, and What Difference Does it Make?”. Journal of the American Political Science Association. Cutlip, S.M., Center, A.H. and Broom, G.M. (2000). “Effective Public Relations”, 8th ed., Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ. Deborah & Lan. (2004). “Anxiety and Uncertainty Management in an Intercultural Setting: The Impact on Organization-Public Relationships”. Journal of International Communication Association. Fombrun, C.J. & Van Riel, C.B.M. (2004). “Fame & Fortune: How Successful Companies Build Winning Reputations”. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Ford, Zabava. S. (2003). “Organizational Communication Relationship as Predictor of Psychological Job Outcomes of Customer Service Providers”. Journal of International Communication Association. Gautam, Thanswor., van Dick, Rolf., Wagner, Ulrich., Upadhyay, Narottam., and Davis, Ann, J. (2004). “Organizational Citizenship Behavior and Organizational Commitment in Nepal”. Aston Academy for Research in Management. Birmingham. Grunig, J. E. (Ed.) (1992). “Excellence in Public Relations and Communication Management”. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum. Grunig, J. E. (1992). “Symmetrical Systems of Internal Communication”. In J. E. Grunig (Ed.), Excellence in public relations and communication management (pp. 531-575). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Grunig, J. E. (1992). “What is Excellence in Management?”. In J.E. Grunig (ed.) Excellence in Public Relations and Communication Management. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, pp. 219–250. Grunig, J. E. (1996). “Public Relations in Strategic Management and Strategic Management of Public Relations: Theory and evidence from the IABC Excellence Project”. Paper presented to the conference on Strategic Planning in Public Relations, December 17-18, 1996, Department of Mass Communication, Faculty of Humanities and Social Sciences, United Arab Emirates University, Al Ain, United Arab Emirates. Grunig, J. E. (2000). “Collaboration, Collectivism, and Societal Corporatism as Core Professional Values in Public Relations. Journal of Public Relations Research, 12, 23-48. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati 135 Grunig, J. E., & Huang, Y. H. (2000). “From Organizational Effectiveness to Relationship Indicators: Antecedents of Relationships, Public Relations Strategies, and Relationship Outcomes”. In J. A. Ledingham and S. D. Bruning (Eds.), Public relations as relationship management: A relational approach to the study and practice of public relations (pp. 23-54). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Grunig, J. (2001). “Two-way symmetrical public relations: Past, Present, and Future”. In R. Heath (Ed.), Handbook of Public Relations (pp. 11-30). Thousand Oaks: Sage. Roper, J. (2005). Symmetrical communication: Excellent public relations or a strategy for hegemony? Journal of Public Relations Research, 17 (1), 69-86. Grunig, L. A., Grunig, J. E., & Dozier, D. M. (2002). “Excellent Public Relations and Effective Organizations: A study of Communication Management in Three Countries”. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. 136 Hair, Joseph, F, Jr., Black, William, C., Babin, Barry, J., Anderson, Rolph, E., Tatham, Ronald, L. (2006). Multivariate Data Analysis. 6th Edition. Pearson Prentice Hall. Kim, Hyo-Sook. (2004). “Organizational Structure and Internal Communication as Antecedents of Employee-Organization Relationships: A Multilevel Analysis”. Journal of International Communication Association. Kitchen, P. J. & Daly, F. (2002). “Internal Communication During Change Management”. Corporate Communications, 7, 46-53. Miller, K. (2003). “Organizational Communication: Approaches and Processes”. 3rd Ed, Wadsworth, Belmont, CA. Smith, A., Pruyn, A. and van Riel, C. B. M., 2001. The impact of employee communication and perceived external prestige on organizational identification, Academy of Management Journal, 49 (5), 10511062. Weiss, H. M. (2002). “Deconstructing Job Satisfaction: Separating Evaluations, Beliefs and Affective Experiences”. Human Resources Management Review, 12: 173-194. Yoon, J. & Thye S.R. (2002). “A Dual Process Model of Organizational Commitment: Job Satisfaction and Organizational Support”. Work & Occupation, 29, 97-124. Yoon, J. (2005). “The Relational Cohesion Model of Organizational Commitment”. Research Paper. School of Business Administration. Pengaruh Internal Communication dan Job Satisfaction terhadap Organizational Commitment - Suryaning Hayati