The research was conducted from November to

advertisement
Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing
Thyroxine (T4) Hormones
By
Ridho Hidayat1),Mulyadi2),Usman M Tang2)
Fisheries and Marine Science faculty
Riau University
ABSTRACT
The research was conducted from November to Desember 2012 in experimental pond
Fishery and Science Faculty of Riau University. The aim of this research was to investigate the
dose of Thyroxine (T4) hormone in the pellet food on the growth of selais fish (Ompok
hypopthalmus). The research method used was experimental method and RAL with four
treatments and three replications. The treatments in this study were P1 (control ), P2 (2 ppm
Thyroxine hormone / kg of fish meal ), P3 (4 ppm Thyroxine hormone / kg of fish meal), and P4
(6 ppm Thyroxine hormone / kg of fish meal).
The result showed that the growth of selais using 4 ppm Thyroxine hormone / kg of fish
meal, with absolute growth weight of 8,99 g, absolute growth length 7,77 cm, daily growth rate
5,82% and production of 291g.
Key word :Thyroxine (T4), Enlargement, Selais (Ompok hypopthalmus)
1. Faculty of Riau University A Student of the Fisheries and Marine Science
2. Faculty of Riau University A Lecturer of the Fisheries and Marine Science
PENDAHULUAN
Ikan selais (Ompok hypopthalmus)
merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang berpotensi untuk dikembangkan dan
dibudidayakan diperairan umum dan kolam.
Suatu cara yang dapat dilakukan agar
kebutuhan masyarakat terhadap ikan selais
tetap dapat terpenuhi dan kelestariannya dari
alam dapat terjaga maka perlu ditemukan
teknologi budidaya dengan cara memelihara
benih pada wadah terkontrol dengan
pemberian hormon pada pakan, sehingga
laju pertumbuhan pada pemeliharaan dapat
tercapai dengan baik. Salah satu teknologi
yang digunakan untuk memacu pertumbuhan
ikan adalah penggunaan hormon, hormon
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hormon tiroksin (T4)
Fungsi hormon tiroid (T3/T4) dapat
dibagi menjadi 2 kategori yaitu efeknya
terhadap metabolisme
dan terhadap
pertumbuhan serta diferensiasi dari berbagai
struktur organ (Mattheij dan Der lende
dalam Lukistyowati, 1992) dosis hormon
tiroksin yang aman untuk dikonsumsi
manusia umumnya 0,05-0,2 mg/hari.
Ketersediaan pakan merupakan
faktor yang sangat perlu diperhatikan karena
akan menentukan pertumbuhan ikan.
Intensifikasi
dalam
budidaya
ikan
menyebabkan peranan pakan sangat penting,
hal ini disebabkan karena pakan merupakan
biaya yang paling dominan dalam budidaya
ikan yaitu 40 – 70 % dari biaya produksi
(Adelina, Boer dan Suharman, 2005).
Faktor makanan mempunyai peranan
penting dalam pertumbuhan individu, untuk
pertumbuhan yang optimal diperlukan
jumlah dan mutu makanan yang tersedia
dalam keadaan cukup serta sesuai dengan
kondisi perairan (Asmawi, 1983).
Dalam usaha budidaya faktor
makanan sangat memegang peranan penting
untuk pertumbuhan suatu organisme. Dalam
penyediaan pakan yang harus diperhatikan
adalah jumlah dan kualitas pakan tersebut.
Namun untuk keberhasilan pembesaran,
teknologi budidaya dari ikan ini perlu
dipelajari karena merupakan informasi yang
sangat erat kaitannya dengan produksi ikan
konsumsi.
Maka dari uraian diatas diperlukan
teknik budidaya untuk laju pertumbuhannya
agar lama waktu proses produksi dapat
dipersingkat. Salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk memicu pertumbuhan ikan
selais adalah dengan menggunakan hormon
Tiroksin (T4).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dosis pemberian hormon
Tiroksin (T4) pada pakan pellet yang tepat
terhadap pertumbuhan ikan selais (Ompok
hypopthalmus).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan November sampai bulan Desember
2012 bertempat di Kolam Percobaan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau, Pekanbaru.
Benih ikan selais yang di pelihara
berasal dari hasil pembenihan di UR, dengan
ukuran berat 0,64 g sampai 0,72 g dan
panjang antara 5 cm sampai dengan 6 cm
sebanyak 360 ekor, benih ikan yang ditebar
adalah 30 ekor/keramba.
Wadah yang di gunakan dalam
penelitian ini berupa keramba kayu yang
berukuran 1m x1m x1m sebanyak 12 unit
yang di lengkapi jaring dengan ketinggian
air ± 75 cm, yang ditempatkan di kolam
percobaan Universitas Riau. Pakan uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pakan
buatan dengan merk dagang FF-999
(Dengan komposisi protein 38%, lemak 4%,
serat kasar 6% dan kadar air 12%) yang
dicampur dengan hormon Tiroksin (T4).
Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode eksperimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), satu faktor dengan tiga taraf
perlakuan. Perlakuan dalam penelitian ini
yaitu:
P1
:Kontrol
P2
:2 ppm Hormon Tiroksin / kg pakan
P3
:4 ppm Hormon Tiroksin / kg pakan
P4
:6 ppm Hormon Tiroksin / kg pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan selama 45 hari dan pengamatan
yang dilakukan setiap 15 hari, diperoleh
seluruh data dari benih ikan selais (Ompok
hypopthalmus) pada setiap perlakuan dari
masing-masing parameter yang diukur yaitu
pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan
panjang mutlak, laju pertumbuhan harian,
hasil produksi dan kualitas air.
Laju Pertumbuhan Benih IkanSelais
Berdasarkan
pengukuran
yang
dilakukan sebanyak 4 kali selama 45 hari
penelitian diperoleh bobot rata-rata ikan
selais dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Bobot Rata-Rata Ikan Selais
(Ompok hypopthalmus) Selama Penelitian.
Perlakuan
Kontrol
2 ppm
4 ppm
6 ppm
Pengamtan hari ke-(g)
0
15
30
45
0,72 3,60 5,85 7,21
0,64 3,32 6,16 7,95
0,70 3,77 6,17 9,69
0,71 3,34 6,12 8,96
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa bobot
rata-rata individu ikan selaismengalami
peningkatan disetiap perlakuan.Pada akhir
penelitian pakan dengan penggunaan
hormon tiroksin T4 menghasilkan bobot
rata-rata
ikan
lebih
tinggi
dibandingkanperlakuan P1 (kontrol) pakan
tanpa
penambahan
hormon
tiroksin
T4.Diakhir penelitian pemberian pakan yang
mengandung
hormon
tiroksin
pada
perlakuan 6 ppm menghasilkan bobot ratarata
individu
tertinggi
yaitu
9,69
g,selanjutnya diikuti dengan perlakuan 4
ppm sebesar 8,96 g dan pada perlakuan 2
ppmsebesar 7,95 g. Pertumbuhan terendah
terdapat pada perlakuan P1 (kontrol) yaitu
7,21 g. Untuk lebih jelasnya perubahan
bobot rata-rata individu ikan selais pada
setiap perlakuan dapat dilihat pada pada
Gambar 1.
10,00
P1
8,00
P2
6,00
P3
4,00
P4
2,00
0,00
0
15
30
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa
pada hari ke-15 dan hari ke-30 pertumbuhan
ikan pada setiap perlakuan masih relatif
sama walaupun pada perlakuan P3 sudah
terlihat
pertumbuhan
yang
lebih
tinggi.Nacario
(1983)
mengemukakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kerja hormon adalah lama waktu
pemberiannya.Hal ini dapat dilihat pada
akhir penelitianpada perlakuan P2, P3, dan
P4 pertumbuhan bobot rata-rata ikan
semakin terlihat.Hal ini menunjukkan bahwa
pakan dengan campuran hormon tiroksin
(T4) pada dosis yang berbeda memberikan
pengaruh terhadap bobot rata-rata ikan
selais.
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Berdasarkan
pengukuran
yang
dilakukan sebanyak 4 kali selama 45 hari
penelitian diperoleh bobot mutlak ikan selais
dapat dilihat pada Tabel 2.
Pertumbuhan Bobot Mutlak (g)
1
6,61
2
7,07
3
5,78
Jumlah
19,46
Rata-rata (Std. Dev) 6,49±0,65a
2 ppm
8
6
8,99
4 ppm
8,25
7,32
6,49
4
2
0
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 1.Bobot Rata-Rata Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Selama Penelitian
Kontrol
10
45
Waktu pengamatan hari Ke-
Ulangan
Pertumbuhan bobot mutlak
(g)
bobot rata-rata individu (g)
12,00
6 ppm
8,10
7,81
7,80
7,81
10,15
9,83
6,04
9,00
7,13
21,95
26,96
24,76
a
a
7,32±1,11 8,99±1,17 8,25±1,40a
Pada Tabel 2. Pertumbuhan bobot
mutlak rata-rata tertinggi terdapat pada
perlakuan 4 ppm yaitu 8,99 g, selanjutnya
diikuti dengan perlakuan 6 ppm sebesar 8,25
g, dan perlakuan 2 ppm sebesar 7,32 g,
pertumbuhan terendah terdapat pada P1
(kontrol) yaitu 6,49 g. Untuk lebih jelasnya,
perbedaan rata-rata pertumbuhan bobot
mutlak ikan selais (Ompok hypopthalmus)
pada masing-masing perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Selais (Ompok
hypopthalmus) Selama Penelitian
Pada Gambar 2 dapat dilihat
pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada
perlakuan P3. Hal ini diduga ikan selais
dengan pemberian pakan yang mengandung
hormon tiroksin (T4) dengan dosis 4ppm/kg
pakan merupakan dosis yang tepat sehingga
menunjukkan pertumbuhan bobot yang
tinggi pada ikan selais, sedangkan
pemberian pakan yang mengandung hormon
tiroksin (T4) pada perlakuan P4 terlihat lebih
rendah dibandingkan P3. Hal ini diduga
karena pemberian pakan yang mengandung
hormon tiroksin (T4) pada perlakuan P4
menyebabkan kelebihan konsentrasi tiroksin
dalam
tubuh
ikan
uji.
Menurut
Djojosoebagio (1996), kelebihan konsentrasi
tiroksin dalam tubuh dapat menyebabkan
abnormalitas pada metabolisme tubuh.
Setelah dilakukan uji analisis variansi
(ANAVA), menunjukkan bahwa pemberian
pakan yang mengandung hormon tiroksin
(T4)pada ikan selais selama 45 hari
penelitian tidak memberi pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak
ikan selais yaitu P > 0,05
Pertumbuhan
Selais
Panjang
Mutlak
Ikan
Pertumbuhan panjang mutlak ikan
selaispada masing-masing perlakuan selama
penelitian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan panjang mutlak ikan
selaispada masing-masing perlakuan
selama penelitian
Ulangan
Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Kontrol
2 ppm
4 ppm
6 ppm
6,14
7,56
7,40
7,36
6,84
6,86
8,30
8,36
5,92
6,06
7,62
6,78
18,90
20,50
23,32
22,50
1
2
3
Jumlah
Rata-rata (Std.Dev) 6,30±0,48a
6,83±0,74a 7,77±0,47a 7,50±0,80a
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang mutlak rata-rata
individu ikan selais selama penelitian
mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda
Panjang mutlak (cm)
Untuk lebih jelasnya pengaruh dari
hormon tiroksin (T4) terhadap panjang
mutlak dapat dilihat dari Gambar 3.
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
7,77
6,30
P1
6,83
P2
P3
7,50
P4
Perlakuan
Gambar 3.Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan
Selais (Ompok hypopthalmus) Selama
Penelitian
Pada Gambar 3 dapat dilihat
perbedaan pertumbuhan panjang ikan
selaispada masing-masing perlakuan dimana
perlakuan P3 sebesar 7,77 cm merupakan
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi,
kemudian diikuti oleh perlakuan P4 sebesar
7,50 cm lebih rendah dibandingkan P3, hal
ini diduga disebabkan karena pada perlakuan
P3 ikan uji dapat memanfaatkan pakan yang
mengandung hormon tiroksin dengan baik
untuk
pertumbuhan.
Sesuai
dengan
penyataan Effendie (1992) pertumbuhan
merupakan perubahan bentuk ikan, baik
panjang maupun berat sesuai dengan
perubahan waktu. Menurut Mattheij dan
Van Der Lende dalam Lukistyowati (1992)
pemberian hormon tiroksin dalam jumlah
yang banyak akan mengakibatkan balance
negatif yang mengakibatkan penurunan
proses pertumbuhan. Wilburn dan Owen
(1964) menyatakan bahwa pertumbuhan
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
pakan, umur dan lingkungan.
Dari
hasil
Analisis
Variansi
(ANOVA), menunjukkan pemberian hormon
tiroksin melalui pakan tidak berbeda nyata
terhadap pertambahan panjang mutlak ikan
ujiyaitu (P>0,05).
Halver (1972) mengemukakan bahwa
kecepatan pertumbuhan ikan tergantung
pada jumlah pakan yang diberikan, ruang,
suhu, kedalaman air dan faktor-faktor lain.
Pakan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama
digunakan untuk memelihara tubuh dan
untuk memperbaiki alat-alat tubuh yang
rusak, setelah itu kelebihan pakan yang ada
digunakan untuk pertumbuhan. Dari
penjelasan tersebut pakan dengan pemberian
hormon tiroksin pada penelitian ini dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh ikan
sehingga didapat hasil laju pertumbuhan
ikan yang ada pada Tabel 4.
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Selais.
Rata-rata pertumbuhan bobot harian
individu ikan selaispada masing-masing
perlakuan selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Harian Individu Ikan
SelaisPada
Masing-Masing
Perlakuan
Selama Penelitian.
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rata-rata(%)
Kontrol
5,05
5,06
5,25
15,36
5,12±0,11a
LPH (%)
2 ppm
4 ppm
6,20
5,41
5,64
6,25
5,00
5,81
16,85
17,47
a
5,61±0,60
5,82±0,42a
6 ppm
5,58
5,91
5,39
16,88
5,63±0,26a
Pada Tabel 4. Laju pertumbuhan
harian individu ikan selais pada masingmasing perlakuan mengalami peningkatan
selama penelitian. Dapat dilihat rata-rata
pertumbuhan harian ikan selais yang
tertinggi terdapat pada perlakuan 4 ppm
sebesar 5,82% kemudian diikuti dengan 6
ppm sebesar 5,63 %, 2 ppm sebesar 5,61%
dan yang terendah adalah perlakuan P1
(kontrol) sebesar 5,12%. Untuk lebih
jelasnya pengaruh dari hormon tiroksin
terhadap laju pertumbuhan harian dapat
dilihat dari Gambar 4.
Pertumbuhan harian
(%)
setiap perlakuan. Pertumbuhan panjang yang
terbaik terdapat pada perlakuan 4 ppm
sebesar 7,77 cm, kemudian diikuti perlakuan
6 ppm sebesar 7,50 cm, 2 ppm sebesar 6,83
cm dan pertumbuhan panjang mutlak
terendah diperoleh pada perlakuan kontrol
sebesar 6,30 cm.
6,00
5,80
5,60
5,40
5,20
5,00
4,80
4,60
5,82
5,62
5,63
5,12
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 4. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Selais (Ompok
hypopthalmus) Selama Penelitian
Pada Gambar 4. dapat dilihat
perbedaan pertumbuhan pada masingmasing perlakuan terutama pada pemberian
hormon tiroksin dengan dosis 4ppm/kg
pakan yang menunjukkan pertumbuhan
bobot yang tertinggi. Hal ini diduga ikan
selais yang diberi hormon tiroksin dengan
dosis 4 ppm/kg pakan tersebut merupakan
dosis yang tepat sehingga menunjukkan
pertumbuhan harian ikan uji tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P1 tanpa
pemberian hormon tiroksin (kontrol) hal ini
disebabkan karena ikan uji mampu
memanfaatkan makanannya sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan harian. Menurut
Hckling dalam Syurflayman (1994) laju
pertumbuhan
rata-rata
bobot
harian
dipengaruhi oleh makanan, suhu lingkungan,
umur ikan dan zat-zat hara yang terdapat
pada perairan.
Menurut Hoar dan Randall (1969)
hormon tiroksin juga berfungsi
untuk
meningkatkan metabolisme tubuh secara
umum dan pertumbuhan, Diperkuat oleh
Lagler et al., dalam Lukistiyowati (1992)
yang menyatakan bahwa fungsi dari hormon
tiroid yaitu efeknya terhadap pertumbuhan
serta diferensiasi dari berbagai struktur
organ dan efeknya terhadap metabolisme.
Zonneveld et al., (1991) mengemukakan
bahwa
hampir
semua
kasus
laju
pertumbuhan, ukuran dan umuran ikan
saling berhubungan.
Hasil analisis variansi (ANAVA)
menunjukkan bahwa pemberian pakan yang
mengandung hormon tiroksin terhadap
pertumbuhan harian ikan selais selama 45
hari belum memperlihatkan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan harian ikan
selais dimana P > 0,05.
Produksi
Data produksi ikan selais pada
masing-masing perlakuan selama penelitian
dapat dinyatakan sebagai selisih antara
biomassa ikan saat panen dan biomassa saat
ditanam. Produksi ikan selais dari masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Produksi ikan selais pada setiap perlakuan
pada akhir penelitian.
Ulangan
Produksi (g)
Kontrol
2 ppm
4 ppm
6 ppm
1
221
259
257
255
2
236
254
324
317
3
191
203
291
235
Jumlah
649
716
872
806
a
a
a
Rata-rata (Std. Dev) 216±0,02 239±0,03 291±0,03 269±0,04a
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa
produksi ikan selais dengan pemberian
hormon tiroksin ke dalam pakan lebih baik
di bandingkan perlakuan P1 (kontrol). Hasil
produksi menunjukkan produksi tertinggi
terdapat pada perlakuan 4 ppm sebesar 291g,
kemudian diikuti dengan 6 ppm sebesar 269
g, 2 ppm sebesar 239 g dan produksi
terendah
terdapat
pada
perlakuan
P1(kontrol) sebesar 216 g. Pada penelitian
ini produksi tertinggi terjadi pada perlakuan
4 ppm, hal ini diduga disebabkan oleh
penambahan hormon tiroksin dengan dosis
yang tepat pada pakan selain dapat
memperbaiki sistem metabolisme juga dapat
meningkatkan kualitas pakan sehingga dapat
memicu laju pertumbuhan dan hasil produksi
yang lebih baik. Haryati (2005) menyatakan
bahwa pakan merupakan faktor pembatas
produksi dalam suatu kegiatan budidaya
terutama budidaya ikan secara intensif,
setelah faktor kunci yang lain terpenuhi.
Hasil analisis variansi (ANAVA)
menunjukkan bahwa pemberian pakan yang
mengandung hormon tiroksin terhadap hasil
produksi ikan selais selama 45 hari belum
memperlihatkan pengaruh yang nyata
terhadap produksi ikan selais dimana P >
0,05.
Kualitas Air
Parameter fisika kimia air yang
diukur pada penelitian ini adalah suhu, pH,
dan oksigen terlarut (DO), pengukuran
kualitas
airdilakukan3 kali selama
penelitian. Hasil pengukuran fisika kimia air
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air
Selama Penelitian.
Perlakuan
Suhu (°c)
DO (ppm)
pH
Awal
27-29
3,5-3,8
5-6
Kisaran Parameter
Pertengah
Akhir
an
28-30
27-30
3,6-4,1
3,4-3,9
5-6
5-6
Dari Tabel 6. Dapat diketahui bahwa
suhu selama penelitian berkisar antara 2730ºC, suhu ini masih berada pada kisaran
aman untuk pembesaran ikan, Tang (2004)
menyatakan suhu yang baik untuk budi daya
ikan adalah antara 27-32 0C. pH air berkisar
antara 5-6, hasil dari pengukuran derajat
keasaman selama penelitian ini tergolong
baik, karena menurut Boyd (1979)
menyatakan kisaran derajat keasaman (pH)
yang baik untuk kehidupan ikan berkisar
antara 5,4-8,6.
Kandungan oksigen terlarut (DO)
selama penelitian berkisar antara 3,4-4,1
ppm, dimana kandungan oksigen terlarut
selama penelitian tergolong rendah, karena
Menurut Syafriadiman et al (2005) DO yang
paling ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan organisme akuatik yang
dipelihara adalah lebih dari 5 ppm. Kualitas
air merupakan salah satu faktor yang
mendukung pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan. Ikan memerlukan air untuk
seluruh kebutuhan hidupnya, baik untuk
bergerak, makan, tumbuh dan berkembang
biak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pembesaran ikan selais (Ompok
hypopthalmus) dengan pemberian pakan
yang mengandung hormon tiroksin (T4)
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
laju
pertumbuhan
bobot
mutlak,
pertumbuhan
panjang
mutlak,
laju
pertumbuhan harian. Hasil terbaik pada
penelitian ini yaitu padat perlakuan P3 (4
ppm hormon tiroksin / kg pakan) laju
pertumbuhan bobot mutlak ikan selais 8,99
g, panjang mutlak 7,77 cm, laju
pertumbuhan harian 5,82 % dan produksi
sebesar 291 g.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang penggunaan hormon tiroksin (T4)
pada pakan terhadap pertumbuhan pada ikan
budidaya lainnya dengan waktu yang lebih
lama agar pertumbuhan ikan dapat terlihat,
terutama pada ikan yang mengandung nilai
ekonomis tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, Boer, I., dan Suharman, 2004. Diktat
dan Penuntun Praktikum Analisa
Formulasi Pakan.Fakultas Perikanan
dan
Ilmu
Kelautan
Universitas
Riau.Pekanbaru 2006.60 hal.
Asmawi, S., 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam
Keramba. Gramedia. Jakarta. 82 hal.
Boyd, C.E. 1979. Water Quality Management
In Fish Pond Cultute Aquaculture
Experiment Station. Auburn University.
Alabama.
Effendie, M.I. 1992. Metode Biologi
Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor.
Haryati,2005.http://nurhasan78.wordpress.com
/2012/09/11/azolla-subtitusi-kedelai/
diakses 11.36 06-01-13
Hoar, W. S., D. J. Randall and E. M.
Donaldson. 1983. Fish physiology.
Volume IX.reproduction. Part B.
Bihaviour and Fertility Control.
Academic Press Inc london.
Lukistiyowati.I., 1992.Pengaruh T3 dan
Hormon-hormon (Gonadtropin dan
Steroid Sex) terhadap Pendewasaan
Ikan Mas (Cyprinus carpio L).Bahan
Kuliah
Fisologi
ikan.
Fakultas
Perikanan. Universitas Riau Pekanbaru.
21 halaman. (tidak diterbitkan).
Nacario, J. 1983. The effect of thyoxine on the
larvae and fry ofSarotherodon niloticus
L. (Tilapia niloticus). Aquaculture,
34:73-83.
Syafriadiman, Pamukas, N. A., Saberina, H.
2005. Prinsip Dasar Pengelolaan
Kualitas Air. Mina Mandiri press.
Pekanbaru. 131 halaman.
Tang, U.M. 2004. Pengantar Perikanan dan
Ilmu Kelautan I. Bab III Budidaya
Perairan I. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Faperika Press. hal 25.
Wilbur, K.M and Owen, G. 1964. Growth
Pages 211-237 in : K.m Wilbur and
C.M. Yonge (eds). Physiology of
mollusca.Academic Press. New York.
Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon.
1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan.
Deterjemah oleh M. Sutjati.Gramedia.
Pustaka Umum. Jakarta. 318 hal.
Download