BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Setiap orang saling membutuhkan dalam berbagai hal. Dalam hidup, manusia melakukan interaksi sosial baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Tidak hanya lingkungan yang dikelola dengan baik, namun kehidupan sosial pun dikelola dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan pemimpin yang mampu mengelola semuanya dengan baik. Pemimpin yang dapat mengerti apa yang harus dilakukan dan dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul. Dalam era ini berbeda dengan era sebelumnya. Kehadiran era globalisasi mendorong manusia harus berpikir kreatif dan mampu bersaing dengan orang lain dalam mencapai tujuan agar dapat menjadi pemenang. Dalam menjalani peradaban era globalisasi itu, ada yang benar-benar siap menghadapinya secara realistis, intelektual. Orang yang berpikir realistis akan berpikir yaitu dengan menjalani kehidupan ini secara baik dan memiliki persepsi bahwa era globalisasi ini adalah sebuah perjalanan hidup yang harus dijalani secara merupakan normal. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi. Globalisasi tidak sepenuhnya baru, melainkan intensitas tantangan yang ditimbulkan 1 hanyalah yang dirasakan semakin berat dan harus dicermati, lebih dari sekedar diucapkan untuk tidak disebut kurang berpikir kekinian. Sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu organisasi sebaliknya tidak terlalu banyak menuntut karyawan tanpa memberikan timbal balik yang memadai sebab kurangnya perhatian dapat menurunkan motivasi kerja karyawan. Motivasi kerja menjadi masalah yang penting dan menarik untuk diteliti karena terbukti besar sekali peranannya untuk kepentingan karyawan sendiri maupun kepentingan organisasi. Banyak faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi motivasi kerja. Zainun (1996) menyatakan bahwa hubungan yang harmonis antara pimpinan dan karyawan terutama antara pimpinan kerja yang sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan dengan para pekerja bawahnya dalam bentuk perhatian pimpinan terhadap tugas atau pekerjaan karyawan akan memberikan dorongan dan semangat bagi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan, akan dapat menciptakan suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota-anggota lain, menciptakan rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan bersama mereka, dapat menciptakan tingkat kepuasaan ekonomi dan tingkat kepuasaan lainnya. Mangkunegara (2011) berpendapat motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Nawawi (2006) mendefinisikan motivasi sebagai satu keadaan yang 2 mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika suatu perusahaan mengalami perkembangan, maka sumber daya manusia akan mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan akan menjadi tolak ukur. Dimana karyawan merupakan salah satu alat produktivitas untuk melaksanakan tujuan perusahaan, sebab tanpa adanya karyawan, perusahaan tidak dapat mencapai tujuan dengan baik. Agar mecapai sumber daya manusia yang berkualitas, kmotivasi kerja karyawan sangat penting karena dapat menjadi pendorong seseorang dalam bekerja agar mencapai suatu tujuan bersama yang ditentukan oleh perusahaan. Mengingat pentingnya karyawan yang didukung oleh peranan kepemimpinan, dimana harus mampu melihat, mengamati, memahami keadaan atau situasi tempat kerjanya, dalam artian bagaimana para bawahannya, situasi penugasannya dan juga gaya kepemimpinan yang diterapkan untuk mengintegerasikan tujuan perusahaan dengan tujuan individu, sehingga kepemimpinan merupakan sumber daya kunci dalam organisasi manapun. Pemimpin yang efektif akan menjadi penentu bagi hidup mati dan maju mundurnya sebuah perusahaan atau organisasi. Kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan 3 wewenang dan kepemimpinannnya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannnya dalam mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2009). Dalam melaksanakan tugasnya setiap pemimpin memiliki gaya tersendiri dalam proses mempengaruhi dan menggerakan bawahannya dalam menyelesaikan tugas-tugas. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang bervariasi sesuai dengan masalah yang dihadapi, tetapi tidak semua pemimpin dapat menerapkan beberapa gaya kepemimpinan sesuai dengan masalah yang terjadi. Oleh karena itu, karyawan membutuhkan pemimpin yang mampu memotivasi dan memberikan teladan yang baik sehingga dapat meningkatkan kinerja. Seperti yang dikemukakan oleh Siagian (2004) menyatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instasi. Untuk mengakoordinir kepentungan dirinya dalam suatu instansi dibutuhkan pemimpin dengan gaya kepemimpinannnya. Kepemimpinan masih menjadi isu yang cukup menarik untuk dibahas. Karena keberhasilan suatu organisasi ditentukan dengan kualitas seorang pemimpin. Salah satu model kepemimpinan yang menjadi terobosan baru yaitu kepemimpinan transformasional. Menurut Burns (dalam Gardner dan Stough, 2002). Kepemimpinan transformasional dalam arti lain adalah proses memotivasi bawahan dengan cara yang menarik untuk meningkatkan tujuan dan nilai moral. Kepemimpinan transformasional juga didefinisikan dan diartikan sebagai suatu pandangan untuk organisasi dan 4 kemudian memberikan inspirasi kepada bawahan untuk ikut berperan dalam membangkitkan pandangan tersebut. Seperti yang terlampir dalam artikel kompas.com. "Leadership inilah yang memungkinkan kita bisa mempercepat proses pembangunan Indonesia. Kalau bisa ini dijadikan model, bisa kita percepat," ujar Hatta dalam sambutannya saat peletakan batu pertama Rusunawa Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (2/7/2013). Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menjelaskan, Indonesia memiliki sekitar 112 juta pekerja yang kesejahteraannya perlu ditingkatkan. Dari jumlah itu ada 20 juta orang berada di Jabodetabek, dan lebih spesifik ada 2,2 juta buruh di DKI Jakarta. Pada masa-masa sekarang banyak sekali kasus mengenai kepemimpinan transformasional yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan di dalam suatu perusahaan. Misalnya terjadi pada perusahaan MENAMCO (Megah Jaya Namkyung Corporation). Perusahaan tersebut menggunakan kepemimpinan Transformasional dalam menjalankan perusahaan tersebut. Hasilnya bahwa ada hubungan yang positif antara kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja karyawan. Hal tersebut dipaparkan dalam penelitian Ivan (2007). Hal lain dijelaskan dalam penelitian Iis (2011) bahwa kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang positif dan sangat kuat dalam memotivasi kerja karyawan. 5 Hal ini membuktikan bahwa masih dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mengarahkan dan mendorong karyawannya agar mampu bekerja dengan baik dan mencapai tujuan bersama dengan memotivasi karyawannya. Menjadi pemimpin yang dapat menjadi tauladan bagi karyawannya, memberikan perhatian dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh karyawan. Yulk (2005) mengemukakan bahwa leadership (kepemimpinan) adalah proses dimana individu mempengaruhi anggota kelompok yang lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Munandar (2004) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional ditandai adanya keinginan pemimpin/manajer untuk mengubah perilaku pengikutnya/bawahannya menjadi seseorang yang merasa mampu bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu. Proses mentransformasikan potensi manusia menjadi manusia yang unggul adalah tugas tenaga pengembangnya. Bukan sekedar SDM yang unggul yang dibutuhkan saat ini, melainkan SDM yang menjadi pemenang (to the winner) dan menjadi juara (to the champion) di medan kompetisi. Salah satu ciri manusia berkualitas adalah memiliki daya suai yang tinggi terhadap perubahan, lebih dari sekadar bernafsu untuk membangun perubahan, apalagi menguasai keadaan sematamata. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memotivasi karyawan dalam kinerja agar tercapai tujuan perusahaan secara optimal (Armstrong, 2003). Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai kepemimpinan transformasional dapat disimpulkan bahwa model kepemimpinan transformasional 6 berhubungan erat dengan perubahan tingkah laku karyawannya dengan mengutamakan kemajuan organisasi. Dalam hal ini, pemimpin mampu memberi inspirasi dan memotivasi karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan visi, misi yang disepakati. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti sudah melakukan wawancara kepada karyawan. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan pemimpin yang dianggap mewakili dari salah satu karakteristik kepemimpinan transformnasional. Hasil wawancara didaptkan fakta bahwa dalam memimpin, pemimpin PT. Bahtera Wiraniaga INternusa Jakarta Timur dianggap sebagai pemimpin yang dikagumi, artinya pemimpin memiliki karisma yang membuat karyawan kagum. Memiliki wawasan yang luas sehingga seringkali timbul ide baru selama kepemimpinanannya dalam memecahkan masalah yang ada di perusahaan. PT. Bahtera Wiraniaga Internusa adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang makanan instan dalam kemasan kaleng. Perusahaan tersebut sudah berdiri kurang lebih selama 19 tahun. Dalam melaksanakan operasionalnya PT. Bahtera Wiraniaga Internusa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Keberhasilan pelayanan terbaik yang diberikan oleh PT. Bahtera Wiraniaga Internusa sangat ditentukan oleh motivasi para karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh pemimpin. Penelitian ini penting karena sumber daya manusia merupakan faktor utama yang memegang kendala suatu perusahaan. sehingga organisasi perlu menjaga 7 kestabilan motivasi kerja dari sumber daya manusia yang ada agar aktivitas yang ada, perusahaan tersebut dapat berjalan dengan lancer dan tujuan dapat tercapai. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai motivasi kerja dalam hal ini dengan kaitannya dengan kepemimpinan transformasional dengan judul Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dengan Motivasi Kerja Di Karyawan PT. Bahtera Wiraniaga Internusa Jakarta Timur. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah ‘Hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja karyawan’ . 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT. Bahtera Wiraniaga Internusa di Jakarta Timur. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan yang berguna bagi psikologi khususnya psikologi industry dan organisasi yaitu tentang hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja karyawan. 8 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan mengenai kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja untuk perkembangan dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. b. Pimpinan Mengenai kepemimpinan transformasional yang lebih efektif dalam mengelola sumber daya manusia yang berkualitas sehingga jalannya perusahaan diharapkan semakin maju dan semakin baik kedepannya, terutama yang berkaitan dengan motivasi kerja karyawan dalam upaya menghasilkan kinerja yang lebih baik. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan, di sini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian secara teoritis dan praktis serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, bab ini berisi uraian mengenai pengertian motivasi, motivasi kerja, teori motivasi kerja, prinsip-prinsip dalam motivasi kerja dan membahas mengenai pengertian kepemimpinan, pengertian kepemimpinan 9 transformasional, aspek-aspek dalam kepemimpinan transformasional, hubungan antara kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja, kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian, membahas tentang objek penelitian, metode penelitian yang digunakan seperti operasionalisasi variabel, populasi dan sampel, teknik dan alat pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data serta tempat dan waktu penelitian. BAB IV Analisis dan pembahasan, meliputi gambaran subjek, uji nilai harapan dan perolehan, tingkat kategorisasi kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja, uji normalitas, uji hipotesis serta pembahasan mengenai hasil penelitian. BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran 10