III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi yang baik bagi perkembangan usaha sayuran organik. Selain menganalisis mengenai kelayakan usaha sayuran organik yang akan dikembangkan, penelitian ini juga memberikan strategi pengembangan rantai pasok sayuran organik yang akan membantu meningkatkan pengembangan usaha sayuran organik di Kabupaten Bogor. Penelitian ini bersumber dari Riset Strategik Nasional dengan judul “Strategi Produksi Pangan Organik Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Petani” yang merupakan pembiayaan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) selama 2 (dua) tahun. Tahapan awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik produk sayuran organik yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan jaringan rantai pasok yang sudah ada. Setelah itu melakukan analisis kelayakan usaha dengan menggunakan pendekatan kelayakan sederhana, sehingga dapat diketahui, apakah usaha tersebut layak, atau tidak untuk dilakukan. Tahapan ketiga yang dilakukan adalah menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan proses produksi sayuran organik. Faktor-faktor ini dijabarkan melalui matriks IFE dan EFE, kemudian di analisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Petani/Poktan/Gapoktan dalam menjalani usaha sayuran organik. Tahap keempat adalah memberikan keputusan alternatif strategi bagi petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani. Rincian tahapan kajian ini berdasarkan target keluaran (output) dijabarkan dalam Lampiran 1. Setelah mengetahui alternatif-alternatif strategi bagi usaha sayuran organik, penelitian ini menganalisis dan mengidentifikasi mengenai kelembagaan rantai pasok sayuran organik. Menurut Setiawan (2009) bahwa observasi terhadap supply chain yang ada dilakukan untuk 30 mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang sering muncul dalam SCM dan nilai tambah pada masing-masing pelaku rantai pasok sayuran. Komponen-komponen dari rantai pasok sayuran dataran tinggi terdiri dari pasokan yang berasal dari produksi internal, atau sendiri, mitra beli, atau mitra tani (Hadiguna, 2007), seperti dimuat pada Gambar 4. Produk Sendiri Mitra Tani Mitra Beli Penyimpanan persediaan Pemrosesan Pelanggan/ pasar Informasi Gambar 4. Sistem rantai pasok produk hortikultura (Hadiguna, 2007) Pemilihan strategi pengembangan rantai pasok sayuran organik akan melibatkan para ahli yang terkait dengan rantai pasok. Unsur dalam perancangan keputusan terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Para ahli yang terlibat adalah instansi atau orang-orang yang telah ditentukan, yaitu pemasok (kelompok tani/gapoktan), Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Bogor, pimpinan perusahaan (produsen), praktisi akademisi, dan pelanggan. Dari hasil penilaian tersebut, nantinya dapat diketahui strategi pengembangan rantai pasok yang efisien dan optimal dalam mengembangkan usaha sayuran organik di Kabupaten Bogor. Kerangka pemikiran dimuat pada Gambar 5. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada salah satu sentra penghasil produk sayuran organik di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Megamendung. Penelitian telah dilakukan selama empat (4) bulan dari bulan Juni-September 2012. 31 Produk Sayuran Organik Identifikasi Karakteristik Produk Sayuran Organik Analisis Kelayakan Sederhana ( R/C ratio dan BEP ) Kondisi Rantai Pasok Sayuran Organik (Analisis Deskriptif) Faktor Internal (IFE) Analisis Nilai Tambah Produk Sayuran Organik (Analisis Deskriptif) Faktor Eksternal (EFE) Perumusan Strategi Pengembangan SCM (Analisis SWOT) Pemilihan Strategi Pengembangan SCM (QSPM) Strategi Pengembangan SCM Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data terhadap populasi dilakukan melalui teknik purposive sampling, melibatkan tenaga ahli, petani dan masyarakat pengguna bahan sayuran organik. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan dilakukan melalui beberapa cara berikut : 32 1 Observasi lapangan. Data ini diperoleh dari pengamatan langsung, yaitu melihat dan mengikuti kegiatan para petani (produsen), prosesor, distributor, hingga konsumen. 2 Wawancara. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasiinformasi mengenai proses produksi sayuran organik dan rantai pasokan. 3 Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh pendalaman informasi terhadap strategi pengembangan SCM. 4 Opini Pakar. Data ini diperoleh berdasarkan kuesioner (Lampiran 2Lampiran 6 ) yang disusun sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis QSPM dilakukan terhadap beberapa pilihan strategi untuk mendapatkan hasil pilihan strategi, maka perlu mempertimbangkan pendapat para ahli. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka (library research) dan informasiinformasi dari instansi terkait. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Identifikasi Karakteristik Produk Sayuran Organik Identifikasi karakteristik produk sayuran organik dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran umum dan mendalam mengenai karakteristik produk sayuran organik yang ada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, serta mengetahui produk sayuran organik apakah sesuai dengan keinginan konsumen. 3.4.2 Analisis Kelayakan Sederhana a. Analisis Pulang Pokok (Break Event Point, atau BEP) Analisis BEP dilakukan dengan menghitung pendapatan petani. Pendapatan dibedakan menjadi dua (2) yakni pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya tunai usahatani (Lampiran 7). Perhitungan pendapatan atas biaya tunai secara umum adalah : 33 Y = TR – BT TR = P × Q Dimana : TR = Total penerimaan (revenue) usahatani, dalam Rp; Y = Pendapatan tunai, atau keuntungan tunai usahatani (Kg) BT = Biaya tunai P = Harga jual, dalam Rp/Kg Q = Jumlah Pendapatan total memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai biaya usahatani, yaitu : YT = TR - BT Dimana : YT = Pendapatan total atau keuntungan total usahatani BT = Biaya total termasuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan, yaitu : 1) Bila biaya usahatani (cost ) lebih besar dari penerimaan, maka usahatani dikatakan rugi. 2) Bila Biaya usahatani sama dengan penerimaan, maka usahatani dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Dengan kata lain keadaan ini disebut titik impas ( Break Even Point ). Biaya usahatani lebih kecil dari penerimaan, maka usahatani dikatakan untung. b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya /Return Cost Ratio (R/C ratio) Perhitungan R/C rasio dapat dirumuskan sebagai berikut : Rasio R/C atas biaya tunai = Total Penerimaan (TR) Total Biaya Tunai Rasio R/C atas biaya total = Total Penerimaan (TR) Total Biaya Total 34 Jika Nilai R/C > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau dapat dikatakan kegiatan usahatani tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai R/C < 1, berarti kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan. Jika R/C = 1, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada kondisi keuntungan normal. 3.4.3 Analisis Rantai Pasok Kondisi umum dan model rantai pasok dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, melalui berbagai literatur, pendapat pakar dan nara sumber. Output dari analisis ini adalah gambaran umum kondisi obyektif rantai pasok sayuran organik di Megamendung. Dalam mengidentifikasi performa rantai pasok komoditas berbasis sayuran organik menggunakan metode deskriptif yang dicanangkan oleh Asian Productivity Organization (APO), Jepang. Metode Pengembangan tersebut mengikuti kerangka proses berikut : a. Struktur Rantai (Network Structure) 1) Anggota rantai dan aliran komoditas Dijelaskan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat didalam rantai pasokan dan peranannya. Aliran komoditas terkait dengan mutu mulai dari hulu sampai hilir, serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijelaskan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan, serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak. 2) Entitas Rantai pasokan Entitas rantai didalam terjadinya pasokan dijelaskan rantai pasokan berbagai proses yang sebagai mampu unsur-unsur menstimulasi bisnis. Unsur-unsur tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder rantai pasokan dan situasi persaingan. 35 3) Mitra-Petani Dijelaskan mengenai hubungan kerjasama pada Petani. Profil Petani seperti kesepakatan mutu dalam kegiatan perawatan lahan pertanian, produktivitas pertanian, kegiatan pertanian, kegiatan pasca panen, juga disertakan dengan lengkap. b. Sasaran Rantai (Chain objective) 1) Sasaran pasar Dijelaskan mengenai bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Tujuan pasar dideskripsikan dengan jelas, serta siapa pelanggannya, apa yang diinginkan dan yang dibutuhkan dari produk terkait dengan mutu. 2) Sasaran pengembangan Dijelaskan sebagai target, atau obyek dalam rantai pasokan yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat didalamnya. 3) Pengembangan kemitraan Dijelaskan mengenai upaya yang dilakukan oleh anggota rantai pasokan untuk mengembangkan hubungan kerjasama kemitraan. c. Manajemen rantai 1) Struktur manajemen Dijelaskan konfigurasi hubungan didalam rantai pasokan. Tujuannya adalah mengetahui pihak yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama didalam rantai pasokan. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah yang melakukan sebagian besar aktivitas didalam rantai pasokan. 2) Pemilihan mitra Dijelaskan mengenai bagaimana proses kemitraan terjalin dan kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan kerjasama melalui implementasi di lapangan. mitra 36 3) Kesepakatan kontraktual Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual dalam menjalin kerjasama, yang menjadi faktor penentu adalah kinerja mitra dan mutu komoditas, atau produk. Seluruh kegiatan kontraktual dievaluasi setiap akhir tahun untuk dipertimbangkan, apakah kerjasama akan diteruskan, atau dihentikan. d. Sumber Daya Rantai Melakukan penilaian potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat mendukung upaya pengembangan rantai pasokan. Aspek pembahasan meliputi sumber daya fisik, teknologi dan sumber daya manusia (SDM). 3.4.4 Analisis Strategi Analisa data yang dilakukan meliputi data internal dan ekstrnal yang menjadi faktor kunci dan terkait dengan proses produksi sayuran organik, serta rantai nilai tambah. Data dianalisis dengan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM : a. Tahap I : TAHAP INPUT Matriks IFE dan EFE dikembangkan atas lima langkah (David, 2010) : 1) Buat daftar faktor-faktor eksternal dan internal utama sebagaimana yang disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukan 10-20 faktor, termasuk peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang memengaruhi perusahaan dan industrinya. 2) Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan nyata relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. 3) Berilah peringkat 1-4 pada setiap faktor eksternal dan internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, di mana 4 = responnya sangat bagus, 3 = responnya di atas rataan, 2 = responnya rataan 37 dan 1 = responnya di bawah rataan. Ancaman dan kelemahan menerima nilai 1 dan 2, sedangkan peluang dan kekuatan menerima nilai 3 dan 4. 4) Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot. 5) Jumlahkan skor rataan untuk setiap peubah guna menentukan skor bobot total untuk organisasi. Dalam matriks EFE, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Rataan skor bobot 2,5. Skor bobot 3-4 mengindikasikan bahwa sebuah organisasi merespon secara sangat baik peluang, atau skor 1-2 untuk ancaman yang ada di industrinya. Skor total 1,0 menandakan bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul. Dalam matriks IFE, skor bobot total di bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor nyata berada di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal kuat. Model matriks EFE dan IFE ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks EFE dan Matriks IFE Faktor Internal/Eksternal Utama Kekuatan/Peluang 1. ............ 2. ............. n. ............. Kelemahan/ Ancaman 1. ............ 2. ............ n. ............ Total Bobot (a) Peringkat (b) Nilai Tertimbang (a x b) 38 b. Tahap II : TAHAP PENCOCOKAN 1) Matriks SWOT Matriks SWOT menurut David (2010) terdiri dari sembilan (9) sel, terdapat empat (4) sel faktor utama, empat (4) sel strategi dan satu (1) sel yang dibiarkan kosong (sel kiri atas). Keempat sel strategi, yang diberi nama SO, WO, ST dan W, dikembangkan setelah melengkapi keempat (4) sel faktor utama, yang diberi nama S, W, O, dan T. Terdapat delapan (8) langkah dalam membentuk sebuah matriks SWOT (Tabel 4) : i. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan ii. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan iii. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan iv. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan v. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi SO. vi. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WO. vii. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi ST. viii. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WT. 39 Tabel 4. Matriks SWOT IFE Kekuatan (S) Kelemahan (W) STRATEGI SO STRATEGI WO EFE Peluang (O) Menciptakan strategi Menciptakan strategi yang menggunakan meminimalkan kelemahan kekuatan untuk untuk memanfaatkan memanfaatkan peluang peluang STRATEGI ST Ancaman (T) STRATEGI WT Menciptakan strategi Menciptakan strategi yang yang menggunakan meminimalkan kelemahan kekuatan untuk dan menghindari ancaman mengatasi ancaman Sumber : Rangkuti, 2005 2) Matriks Internal Eksternal (IE) Menurut David (2010), Matriks IE terdiri atas dua (2) dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0–1,99 menunjukkan posisi internal adalah lemah; skor 2,0–2,99 posisinya dianggap sedang dan skor 3,0–4,0 adalah posisi kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0–1,99 adalah posisi rendah; skor 2,0-2,99 dianggap posisi sedang dan skor 3,0–4,0 adalah posisi tinggi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 6. 40 Skor Bobot Total EFE Skor Bobot Total IFE Kuat Menengah Lemah I II III IV V VI VII VIII IX Tinggi 3,0 Menengah 2,0 Lemah 1,0 Gambar 6. Matriks IE Diagram pada Gambar 6, mengidentifikasikan 9 (sembilan) sel strategi perusahaan dalam matriks IE, tetapi pada prinsipnya 9 (kesembilan) sel itu dapat dikelompokkan menjadi stategi utama, yaitu : a. Strategi tumbuh dan bina (growth and build), yang berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk), atau strategi integratif (integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal). b. Strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain), yang berada pada sel III, V dan VII. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan 2 (dua) strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe-tipe divisi ini. c. Strategi panen atau divestasi (harvest or divest), yang berada pada sel VI, VIII, IX. Strategi yang umum dipakai adalah strategi divestasi dan strategi likuidasi. Organisasi yang sukses dapat mencapai portofolio bisnis, yang diposisikan berada dalam atau disekitar sel I dalam matrik IE. Nilai-nilai IFE dikelompokan dalam kuat (3,0–4,0), sedang (2,0–2,99), dan lemah ((1,00–1,99). Sedangkan nilai EFE dapat dikelompokan dalam tinggi (3,0–4,0), sedang (2,0–2,99) dan rendah (1,00–1,99) 3) Tahap III : TAHAP KEPUTUSAN Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif (QSPM) 41 Matriks QSPM terdiri atas empat komponen, antara lain (1) bobot, yang diberikan sama pada matriks EFE dan IFE, (2) nilai daya tarik, (3) total nilai daya tarik dan (4) jumlah total nilai daya tarik. Ada enam (6) langkah yang diperlukan untuk mengembangkan matriks QSPM (David, 2010), yaitu : i Menyusun daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil langsung dari Matriks IFE dan EFE. ii Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam Matriks IFE dan EFE. iii Cermatilah matriks-matriks Tahap 2 (pencocokan) dan mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. iv Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS). Kisaran skor daya tarik adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya sedang dan 4 = daya tariknya tinggi. v Hitunglah Skor Daya Tarik Total (TAS). Semakin tinggi skor daya tarik totalnya, semakin menarik pula strategi alternatif tersebut. vi Hitunglah Jumlah Keseluruhan Daya tarik Total (STAS). Jumlahkan skor daya tarik di setiap kolom strategi dari QSPM. Secara rinci dapat dianalisa dengan Tabel 5. Tabel 5. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) Faktor –faktor Utama Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Jumlah total Bobot (a) Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS (b) (a x b) (c) (a x c)