21 TINJAUAN PUSTAKAAN 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pengertian Pertumbuhan dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dari jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:423). Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto rill atau pendapatan nasional rill. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output rill. Output total rill suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang waktu. Ini berarti perekonomian statis atau mengalami penurunan (stagnasi). Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan, statis maupun stagnasi pendapatan nasional rill. Penurunan merupakan pertumbuhan negatif, sedangkan pertumbuhan merupakan pertumbuhan positif (Faried Wijaya, 1990:262). Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu: proses, output per kapita dan prespektif waktu jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu (Boediono, 1999:1). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi Universitas Sumatera Utara 22 proses kenaikan output per kapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk dilain pihak (Boediono, 1999:1). Aspek yang ketiga dari defenisi pertumbuhan ekonomi adalah prespektif waktu jangka panjang. Kenaikan output per kapita selama satu atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan penurunan output per kapita bukan pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengalami kenaikan output per kapita (Boediono, 1999:2). 2.1.1 Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan ekonomi tergantung bagaimana mengklasifikasikanya. Salah satu untuk mengklasifikasikanya menjadi faktor-faktor fisik dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhi sumber-sumber tersebut. Meskipun dipunyai sumber dominan untuk pertumbuhan yang kwantitasnya cukup banyak serta dengan kwalitas cukup tinggi bila manajemen penggunaanya tidak menunjang maka laju pertumbuhan ekonominya rendah (Faried Wijaya, 1990:264). Faktor pertumbuhan berupa faktor-faktor fisik sumber-sumber daya alami, kwantitas dan kwalitas sumber daya manusia, jumlah barang-barang kapital dan teknologi. Tersedianya lebih banyak dan lebih baik sumber-sumber alami dan manusia, barang kapital, serta tingkat pengetahuan teknologi yang lebih tinggi memungkinkan perekonomian memproduksi jumlah output lebih besar (Faried Wijaya, 1990:264). Faktor manajemen penggunaan sumber-sumber dalam pertumbuhan ekonomi merupakan aspek permintaan dan aspek alokasi sumber daya. Aspek permintaan Universitas Sumatera Utara 23 berarti agar sumber-sumber daya yang ada dan terus bertambah dapat digunakan sepenuhnya, maka diperlukan pertumbuhan tingkat permintaan agregatif yang mencukupi. Menggunakan semua sumber daya dan kapital serta teknologi yang ada saja tidaklah cukup. Sumber-sumber tersebut haruslah digunakan sedemikian rupa sehingga dapat diproduksi jumlah output maksimum dengan menggunakan sumber daya tersebut (Faried Wijaya, 1990:264). 2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi (Boediono, 1999:2). Satu hal yang perlu ditekankan sejak awal adalah bahwa didalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai saat ini (dan masa mendatang) tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh dan lengkap dan yang merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berbagai ekonom besar, sejak lahirnyailmu ekonomi mempunyai pandangan atau presepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian. Sering sekali pandangan atau presepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup. Sering sekali pula teori pertumbuhan seorang ekonom dipengaruhi oleh idiologi yan dianut oleh Universitas Sumatera Utara 24 ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan kecendrungan idiologisnya. Ini semua perlu dipahami oleh setiap orang yang mempelajari teori pertumbuhan (ilmu ekonomi umumnya). Jangan sampai berpendapat bahwa teori yang kebetulan dipelajari adalah satu-satunya kebenaran yang tidak dapat dibantah. Semangkin banyak teori yang dipelajari, semangkin luas pandangan, dan semangkin mudah menghindari perangkap fanatisme intelektual tersebut (Boediono, 1999:2) 2.1.2.1 Teori-Teori Klasik 1. Adam Smith Adam Smith (1723-1790) yang terkenal dengan teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Tetapi didalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations (1776) secara singkat sering disebut sebagai Wealth of Nations, bisa dilihat bahwa tema pokoknya adalah mengenai bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Dalam buku tersebut Smith, mungkin orang yang pertama yang mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Oleh sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis (Boediono, 1999:7). Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Pertumbuhan output (GDP) total 2. Pertumbuhan penduduk Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu : 1. Sumber-sumber alam yang tersedia atau faktor produksi tanah Universitas Sumatera Utara 25 2. Sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk) 3. Stok barang kapital yang ada Menurut Smith, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, yang memegang peranan dalam proses produksi adalah dua unsur produksi yang lain, yaitu jumlah penduduk dan stok kapital yang ada. Dua unsur lain inilah yang menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksploitir), dan pada tahap ini sumber-sumber lama akan membatasi output. Unsur sumber alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertubuhan output dan prtumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai (Boediono, 1999:8). Unsur yang kedua adalah sumber-sumber manusiawi atau jumlah penduduk. Dalam proses pertumbuhan output unsur ini dianggap peranan yang pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat tersebut. Apabila stok kapital yang tersedia membutuhkan, misalnya: satu juta orang untuk menggunakanya, dan apabila jumlah tenaga kerja yang tersedia adalah sembilan ratus ribu orang, maka jumlah penduduk akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja yang tersedia akhirnya menjadi 1 juta orang. Pada tahap ini, bisa dianggap bahwa berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia lewat Universitas Sumatera Utara 26 proses pertumbuhan (atau penurunan) penduduk. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses pertumbuhan itu sendiri. Dalam model Smith tinggallah unsur produksi yang ketiga, yaitu stik kapital, yang secara aktif menentukan tingkat output. Smith memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap pertumbuhan dimana sumbersumber alam mulai membatasi) (Boediono, 1999:9). 2. David Ricardo David Ricardo (1772-1823) mengembangkan teori pertumbuhan klasik lebih lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekan lagi disini bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu berbeda dengan Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya masih tetap bahwa dalam perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai posisi stationer. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber-sumber alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1999:17). Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo mengenai sewa tanah) dalam penjabaran Universitas Sumatera Utara 27 mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian diantara sektor-sektor lain dalam proses pertumbuhan (Boediono, 1999:17). Model perekonomian Ricardo ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut : 1. Tanah terbatas jumlahnya. 2. Tenaga kerja (penduduk) yang meningkat (atau menurun) sesuai dengan apakah tingkat upah diatas atau tingkat upah minimal yang oleh Ricardo disebut tingkat upah alamiah (natural wage). 3. Akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik kapital berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan invesatasi. 4. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi. 5. Sektor pertanian dominan. Dengan terbatasnya tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menghasilkan produk marginal (marginal product) yang semangkin menurun. Ini tidak lain adalah hukum produk marginal yang makin menurun atau lebih terkenal dengan nama the Law of Diminishing Return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah alamiah, maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja, dan selanjutnya menekan kebawah tingkat upah. Proses ini akan berhenti apabila tingkat upah turun pada tingkat upah alamiah. Apabila, misalnya tingkat upah ternyata turun dibawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Tingkat upah akan naik kembali pada tingkat alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi faktor produksi tanah dan faktor produksi tenaga kerja, ada satu kekuatan dinamis Universitas Sumatera Utara 28 yang selalu menarik perekonomian ke arah upah tingkat minimu, yaitu bekerjanya The Law of Diminishing Return (Boediono, 1999:18). The Law of Diminishing Return berbunyi: “ Apabila salah satu input tetap, sedang input-input lain ditambah penggunaanya (variabel) maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula-mula menaik, akan tetapi kemudian seterusnya menurun, apabila input variabel tersebut terus ditambah” (Boediono, 1999 : 18). 3. Arthur Lewis Salah satu perumusan yang terkenal dari teori klasik dalam konteks permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara bekembang diungkapkan oleh ekonom zaman modern Arthur Lewis. Model pertumbuhan dengan suplay tenaga kerja yang tak terbatas merupakan model pertumbuhan Arthur Lewis (Boediono, 1999:35). Pokok permasalahan yang dikaji oleh Lewis adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam perekonomian dua sektor : 1. Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah. 2. Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi kapital. Proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan dengan kapital. Lewis memberikan teori mengenai proses pertemuan kedua fakor produksi ini dan proses pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan. Pada saat sektor modern mempunyai sejumlah stok barang kapital tertentu. Sektor ini menggunakan tenaga kerja yang akan diberi upah sesuai dengan Universitas Sumatera Utara 29 marginal produknya. Dengan stok kapital tertentu tersebut, maka bisa digambarkan marginal produk bagi tenaga kerja yang dipekerjakan pada sektor ini (Boediono, 1999:35). Ciri-ciri utama dari sektor tradisional yaitu produktivitasnya yang rendah dan tenaga kerja yang melimpah. Ini berarti bahwa tingkat upah di sektor ini berada pada tingkat subsistensi (ini sejalan dengan teori-teori klasik Smith, Malthus dan Ricardo), dan pada tingkat upah ini suplai tenaga kerja yang bersedia untuk berkerja melimpah (artinya apabila ada seorang pengusaha yang bersedia memperkerjakan buruh dengan tingkat upah subsitensi ini, maka bisa memperoleh jumlah buruh berapapun yang diperlukan) (Boediono, 1999:37). 2.1.2.2 Teori-Teori Modern 1. Harrod – Domar Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investai dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam prespektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat roses multipier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini, investasi menambah stok kapital misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya (Boediono, 1999:59). Universitas Sumatera Utara 30 Hubungan antara stok kapital dengan penawaran agregat adalah setiap penambahan stok kapital masyarakat meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud adalah output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas pabrik) yang ada (Boediono, 1999:60). Laju pertumbuhan natural dalam sistem Harrod yang sederhana adalah persentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun, sebagai kondisi (syarat) pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus juga tumbuh dengan laju pertumbuhan natural yang sama (Boediono, 1999:68). 2. Solow – Swan Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri – sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1999 : 81). Kerangka umum dari model Solow – Swan mirip dengan model Harrod – Domar, tetapi model Solow – Swan lebih luwes karena, 1. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted of growth dalam model Harrod – Domar. 2. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah – masalah distribusi pendapatan. Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah di manipulasi secara aljabar (Boediono, 1999:81). Universitas Sumatera Utara 31 Ada empat anggapan yang melandasi model Neo Klasik: 1. Tenaga kerja (penduduk), tumbuh dengan laju tertentu. 2. Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode 3. Adanya kecendrungan untuk menabung propersity to save oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output. 4. Semua tabungan masyarakat di investasikan (Boediono, 1999:83). Untuk keseimbangan jangka panjang Solow mengatakan bahwa posisi long run equilibrium akan tercapai apabila kapital per kapita, mencapai suatu tingkat yang stabil, artinya tidak lagi berubah nilainya. Apabila kapital konstan, maka long run equilibrium tercapai. Hal ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang pertama (Boediono, 1999:88). Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh sesuai dengan asusmsi. Difinisi output per kapita adalah output total tumbuh dengan laju jumlah penduduk per tahun (Boediono, 1999:90). Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut. Posisi keseimbangan model Solow – Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa apabila kebetulan perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjang (Boediono, 1999:91). Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan (investasi). Tingkat tabungan (investasi) per kapita pada posisi keseimbangan Universitas Sumatera Utara 32 adalah konstan. Apa yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi per kapita juga konstan pada posisi equilibrium (Boediono, 1999:93). Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam faktor produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi antara para pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja (Boediono, 1999:93). 3. Schumpeter Joseph Schumpeter hidup di zaman modern (1883 – 1950 ). Dari segi teori Schumpeter bisa digolongkan dalam kelompok teori pertumbuhan Klasik. Namun dari segi kesimpulanya khususnya mengenai prospek perbaikan hidup masyarakat banyak dalam perekonomian kapitalis. Berbeda dengan ekonom – ekonom Klasik sebelumnya, ia optimis bahwa dalam jangka panjang tingkat hidup orang banyak bisa ditingkatkan terus sesuai dengan kemajuan teknologi yang bisa dicapai masyarakat tersebut. Sejalan juga dengan para ekonom modern, Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber daya alam dalam pertumbuhan ekonomi. Bagi Schumpeter, masalah penduduk tidak dianggap sebagai aspek sentral dari proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1999:47). Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang diberi nama inovasi, dan para pelakunya adalah para wiraswata atau inovator atau entrepreuner. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterangkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreuner (Boediono, 1999:47). Universitas Sumatera Utara 33 Gambaran umum dari proses kemajuan ekonomi menurut Schumpeter adalah membedakan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pengertian perkembangan ekonomi. Keduanya adalah sumber dari peningkatan output masyarakat, tetapi masing – masing mempunyai sifat yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semangkin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara – cara atau teknologi produksi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi adalah satu sumber kenaikan output, sedangkan perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswata. Inovasi berarti perbaikan teknologi dalam arti luas mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebagainya. Tetapi yang penting adalah bahwa inovasi menyangkut perbaikan kwalitatif dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari kreaivitas para wiraswastanya (Boediono, 1999:48). Perkembangan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Dengan adanya lingkungan yang menunjang kreativitas, maka akan timbul beberapa wiraswata yang menjadi pioner dalam mencoba menerapkan ide – ide baru dalam kehidupan ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah dan sebagainya). Mungkin tidak semua pioner usaha akan berhasil tetapi mereka yang berhasil dikatakan telah melakukan inovasi (Boediono, 1999:50). Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yang pertama adalah diperkenalkanya teknologi baru, yang kedua adalah inovasi menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi Universitas Sumatera Utara 34 kapital. Yang ketiga adalah inovas pada tahap – tahap selanjutnya akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi yaitu adanya pengusaha baru yang meniru teknologi baru tersebut. Proses imitasi ini akan diikuti oleh investasi (akumulasi kapital) oleh para imitator tersebut. Proses imitasi ini mempunyai pengaruh berupa: 1. Menurunya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator. 2. Penyebaran teknologi baru didalam masyarakat (teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli para inovatornya). Semua proses ini meningkatkan output masyarakat dan secara total merupakan proses perkembangan ekonomi. Keuntungan yang diperoleh dari adanya inovasi akan turun dan hilang akibat disaingi oleh para penirunya. Jadi inovasi dan keuntungan yang diperoleh darinya merupakan motor penggerak dinamika masyarakat kapitalis atau perekonomian pasar (Boediono, 1999:51). 2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu dasar yang digunakan untuk tingkat perekonomian suatu wilayah adalah dengan menggunakan besaran nilai PDRB. Apabila ditinjau dari segi pendapatan, PDRB merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi di dalam jangka waktu tertentu. PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit – unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Nilai PDRB disajikan atas dasar harga berlaku (sesuai dengan harga pasar transaksi pada tahun perhitungan) dan atas dasar harga konstan (harga dasar pada tahun tertentu) (Tarigan, 2005:13). Universitas Sumatera Utara 35 Hasil perhitungan atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit – unit produksi dalam periode tertentu, biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Pada perhiungan atas dasar harga berlaku belum menghilangkan faktor produksi, yang artinya masih memuat akibat terjadinya inflasi / deflasi sehingga tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill. Perhitungan atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga pasar pada tahun dasar tertentu, dan pada perhitungan atas dasar harga konstan ini faktor inflasi dihilangkan, yang artinya perubahan besarnya PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi / deflasi. Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu: 1. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. 2. Sektor pertambangan dan penggalian. 3. Sektor industri pengolahan. 4. Sektor listrik, gas, dan air bersih. 5. Sektor bangunan / konstruksi. 6. Sektor transportasi dan komunikasi. 7. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. 9. Sektor jasa. Untuk mengukur pendapatan masyarakat dan hasil kegiatan ekonomi di suatu wilayah (regional) konsep pendekatan yang dipakai adalah PDRB. Adapun konsep dasar PDRB dijelaskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 36 1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas dasar Harga Pasar PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi di suatu wilayah tertentu. Nilai tambah bruto atau netto terdiri dari upah, gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan, dan pajak tak langsung netto. Dapat dikatakan bahwa PDRB Atas Dasar Harga Pasar merupakan penjualan nilai tambah bruto dan seluruh kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Tarigan, 2005:18). 2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar PDRN atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung dikurangi dengan subsidi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, pajak tontonan, biaya ekspor dan impor, dan lain – lain. Kecuali pajak pendapatan dan perorangan. Pajak tak langsung umumnya dibedakan pada harga jual maupun biaya produk masing – masing unit produksi, sehingga langsung menaikkan yang berakibat pada kenaikan harga barang. Subsidi merupakan dana yang diberikan pemerintah pada unit – unit produksi, sehingga langsung berakibat kenaikan harga barang dan jasa yang menyangkut pada kepentingan umum, seperti subsidi BBM, subsidi beras, angkutan, dan sebagainya. Jadi pajak tak langsung berpengaruh positif menaikkan harga (Tarigan, 2005:19) 3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain – lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak Universitas Sumatera Utara 37 perseroan. PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dari faktor – faktor produksi berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul dalam suatu wilayah (Tarigan, 2005:19) 4. Pendapatan Regional Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang mengalir masuk. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto ( Pendapatan regional), yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar – benar diterima (income receipt) oleh penduduk yang tinggal di daerah tersebut (Tarigan, 2005:19). 2.3 Ekspor Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainya (Samuelson dalam kutipan Nordhaus, 1994). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (M.L.Jhingan, 1975:448). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara Universitas Sumatera Utara 38 meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber – sumber daya yang langka dan pasar – pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negara – negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (M.P.Todaro dan stephen C). 2.3.1 Teori Ekspor Base Menurut teori Export base, ekspor sangat mendukung perkembangan ekonomi suatu daerah. Teori basis ekspor merupakan bentuk model pendapatan regional yang mendukung pertumbuhan yang paling sederhana. Teori ini sebenarnya menyederhanakan suatu sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah selebihnya. Pentingnya teori ini terletak pada kenyataan bahwa ia memberikan kerangka teolitik bagi banyak studi multiflier regional. Asumsi pokok dari teori ini adalah bahwa ekspor adalah satu – satunya unsur otonom dalam pengeluaran. Semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan, dan fungsi pengeluaran. Semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan, dan fungsi pengeluaran dan impor, kedua – duanya tidak mempunyai nilai intersep tetapi bertolak dari titik nol. Jadi berkenaan dengan daerah I dapat dituliskan Yi = (Ei – Mi) + Xi Yi = Pendapatan Ei = Pengeluaran untuk barang / jasa domestik Xi = Ekspor (Tarigan, 2005:56) Universitas Sumatera Utara 39 Kebanyakan usaha – usaha untuk menaksir multiflier employment regional berdasarkan pada cara – cara pendekatan basis ekspor. Jenis dan model pendapatan peranan dalam analisa fluktuasi regional. Fluktuasi regional ini menarik perhatian kita pada pentingnya ekspor yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi antar daerah. Dengan semangkin luasnya skala perekonomian, maka kegiatan ekspor menjadi sangat penting. Secara singkat menurut model basis ekspor, pertumbuhan suatu daerah adalah tergantung dari pertumbuhan industri – industri ekspornya dan kenaikan permintaan yang bersifat ekstrim bagi daerah yang bersangkutan adalah penentu pokok dari pertumbuhan regional. Bertambah luasnya basis ekspor suatu daerah akan cenderung menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi. 2.3.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Ekspor Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor adalah : 1. Harga internasional, semangkin besar selisih antara harga dipasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. 2. Nilai tukar uang (Exchange Rate). Semangkin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami apresiasi) maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya, semangkin rendah nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami depresiasi), harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi lebih murah. Kuota ekspor – ekspor yaitu kebijaksanaan perdagangan internasional berupa pembatasan kuota (jumlah) barang ekspor. Universitas Sumatera Utara 40 3. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komodii tersebut. Sedangkan kebijakan non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor (Soekarwati, 1999:1228). 2.3.3 Manfaat dan Peranan Ekspor Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari kebijakan ekspor antara lain : 1. Keuntungan komperatif (Comperative Advantage), didasakan pada hukum keuntungan komperatif, yaitu suatu negara akan mengekspor hasil produksi yang darinya terdapat keuntungan lebih besar dan mengimpor barang – barang yang darinya terdapat keuntungan yang lebih kecil. 2. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kebijakan perekonomian (leading sektor). 3. Ekspor merupakan sumber devisa bagi negara bila ekspor naik akan mengakibatkan penerimaan dalam negri meningkat. 4. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibat permintaan barang – barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong industri – industri dalam negeri mencari inovasi dan efesiensi yang menaikkan produktifitas. 5. Perluasan kebijakan ekspor mempermudah pembangunan karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang – barang itu akan Universitas Sumatera Utara 41 dijual di dalam negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi yang belum memadai (Djamin, 1994:5). 2.3.4 Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian Badikenita “ Analisis Kausalitas Antara Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Negara – Negara ASEAN ”. Pertumbuhan ekonomi dan ekspor mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam perekonomian suatu negara. Peranan ekspor di negara – negara berkembang dapat dikatakan sebagai motor penggerak negara tersebut. Demikian juga negara – negara yang tergabung dalam ASEAN yang umumnya adalah negara – negara berkembang. Sehingga menarik untuk mengkaji kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara – negara ASEAN. Peneltian ini menggunakan model Granger Causality Test untuk menganalisa kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara – negara ASEAN. Lima negara yang menjadi objek penelitian adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Philipina. Masalah yang akan dianalisis adalah bagaimana kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara – negara tersebut dan manfaat The export led growth hypotesis berlaku di negara – negara tersebut. Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara – negara ASEAN. Penelitian ini menggunakan data time series selama kurun 1960 – 2002 dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber, yaitu Asian Development Bank (ADB), World Development Indicators (WDI), International Monetary Fund (IMF), dan sumber – sumber lainnya yaitu jurnal dan hasil Universitas Sumatera Utara 42 penelitian. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa di empat negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Philipina, terdapat kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia dan Malaysia, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor, di Thailand dan Philipina, ekspor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara itu di Singapura tidak terdapat kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi pada derajat integrasi i,I (1). Hasil penelitian Yuni Priadi Utomo mengenai “Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor”. Sejak Industrialisasi Indonesia masih bersifat substitusi impor pada periode 1970-an, hingga Indonesia mulai beralih ke strategi promosi ekspor karena krisis harga minyak yang mencapai titik terendah pada agustus 1986, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (Export led growth). Dipilihnya strategi industrialisasi promosi ekspor pada hakekatnya dilandasi keyakinan bahwa ekspor akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Export led growth atau export as an engine of growth), padahal dari hasil berbagai penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian empiris mengenai apakah mekanisme export led growth memang telah terjadi di Indonesia. Apabila mekanisme export Universitas Sumatera Utara 43 led growth ternyata tidak terbukti, berarti peralihan strategi industrialisasi tersebut adalah sia – sia. Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati hubungan antara ekspor dan pendapatan nasional di Indonesia. Ingin diteliti apakah di Indonesia telah terjadi mekanisme ekspor mendorong pertumbuhan ataukah pertumbuhan mendorong ekspor. Hasil analisi tersebut memperlihatkan bahwa mekanisme Export led growth ataupun Growth led export ternyata tidak terjadi di Indonesia. Ekspor tampaknya tidak pernah menjadi motor penggerak dari petumbuhan ekonomi Indonesia. Dari penelitian Prabowo Sutanto (2004) tentang “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1986-2002”. Dengan menggunakan model analisis data time series atau runtut waktu kuantitaf yaitu melalui metode regresi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mengarah pada tujuan penelitian. Dengan bentuk umum dari fungsi Produk Domestik Bruto (PDB riil) sebagai berikut: PDB Rill = f (L, I, EX, S) Dengan model regresi yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : Ln Y = Ln α0 + α1 Ln X1 + α2 Ln X2 + α3 Ln X3 + α4 Ln X4 Dimana: Y = PDB rill (Juta rupiah) X1 = Jumlah Angkatan Kerja (Jiwa) X2 = Nilai Investasi asing (Juta U$) X3 = Nilai Ekspor X4 = Tabungan Domestik (Juta Rupiah) Universitas Sumatera Utara 44 Dalam penelitian yang dilakukan oleh “Prabowo Sutanto” tersebut penulis mengatakan yang mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, ialah jumlah angkatan kerja, investasi asing, nilai eksport, dan tingkat tabungan domestik. Alat analisis yang digunakan oleh peneliti meliputi analisis regresi, pengujian statistik (pengujian secara parsial, pengujian secara serempak, uji ketepatan model), pengujian asumsi klasik ( uji autokorelasi, uji heterokedasitas, uji multikolerasi). Adapun hasil penelitian melalui pengujian statistik diperoleh adalah : 1. Variabel angkatan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap petumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.000000136%. 2. Variabel Investasi Asing berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.000235%. 3. Variabel nilai eksport berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.0000814%. 4. Variabel tabungan domestik berpengaruh positif secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.187876%. Universitas Sumatera Utara