BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividend payout ratio. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian Green and Michael (1993) Judul Penelitian Variabel Penelitian Dividen Policy and Its Relationship to Investment and Financing Policies : Empirical Evidence Using Irish Data Investment, Financing Decision, Dividend Payout Ratio Nasution (2004) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend payout ratio pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta selama periode 19992001 Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Profitability, Firm Size, Growth, Dividend Payout Ratio Anil dan Kapoor (2008) Determinants of Dividend payout ratio - A Study of Indian Information Technology Sector Return on Assets (ROA), Cash Flow, Growth dan Market to Book Value (MTBV), Dividend Payout Ratio Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa investment dan Financial Decision mempengaruhi dalam pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Irlandia. Keputusan dividen akan muncul yang akan diambil dengan mengacu pada faktor eksogen stabilitas dividen, namun pertimbangan lainnya juga dipengaruhi oleh Investment dan Financial Decision. Hasil ini mendukung argumen bahwa perusahaan Irlandia mengejar kebijakan dividen simultan Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend payout ratio. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan variabel Cash Position (CP), Firm Size dan Growth yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Profitability tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel Return on Assets (ROA) dan Cash Flow Universitas Sumatera Utara Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009) Puspita (2009) Interpendensi Kebijakan Dividen, Fianancial Leverage dan Investasi : Pengujian Pecking Order Theory Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend payout ratio pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Kebijakan Dividen, Financial Leverage dan Investasi Kadir (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Credit Agencies Go Publik Return on Investment (ROI), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Assets Turnover, Dividend Payout Ratio Imran (2011) Determinants of Dividend Payout Policy: A Case of Pakistan Engineering Sector Earning Per Share (EPS), Profitabilitas, Cash, Growth, Size, Current Ratio (CR), Dividend Payout Ratio Cash Ratio, Growth, Size, Return on Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), Dividend Payout Ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth dan Market to Book Value (MTBV) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Financial Leverage memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Investasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio, Return on Assets (ROA) dan Growth mempunyai pengaruh secara signifikan positif terhadap Dividend payout ratio (DPR). Sedangkan Size, Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel Current Ratio (CR) yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Return on Investment (ROI), Debt to Equity Ratio (DER) dan Assets Turnover mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Profitabilitas, Growth, Size dan Current Ratio (CR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Cash tidak mempunyai pengaruh yang Universitas Sumatera Utara Danica (2013) Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi Terhadap Dividend payout ratio Pada Sektor dan Subsektor Manufaktur Di BEI 2. 2. Dividen 2.2.1 Pengertian Dividen Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi dan Dividend Payout Ratio signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut: Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Firm Size dan Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan Pertumbuhan Investasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) pada subsektor industri dasar kimia dan subsektor aneka industri menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Firm Size dan Pertumbuhan Investasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutang dan Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen karena merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2002: 332). Mathur (1988: 279) menyatakan “Dividend, in the normal use of the word, refer to that portion of retained earnings that is paid to stockholders. Dividend policy refers to the policy of guidelines that management uses in establishing the portion of retained earnings that is to be paid in dividend”. Levy and Sarnat (1990: 407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid Universitas Sumatera Utara to shareholders of a corporation out of earnings”. Keown, Scott, Martin and Petty (1999: 581) menyatakan ’’A firm’s dividend policy include two basic components. First, the dividend payout ratio indicates. The amount of dividend paid relative to the company’s earnings. The second component is the stability of the devidends over time’’. Kemudian Tampubolon (2005: 183) berpendapat pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai dividen. Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga merupakan sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan. Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen setiap kuartal atau setengah tahunan melalui mengevaluasi posisi keuntungan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang, menentukan jumlah dividen yang harus dibayar dan menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen tunai. 2.2.2 Pembayaran Dividen Kebijakan dividen mencakup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Salah satu komponen penting dalam kebijakan dividen adalah dividend payout ratio yang menunjukkan jumlah dividen per saham (dividen per share) relatif terhadap pendapatan per saham (earning per share) atau jumlah dividen kas relatif terhadap laba setelah pajak (earning Universitas Sumatera Utara after tax) yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Menurut Sartono (2001: 281): ”Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa datang”. Gitosudarmo dan Basri (2002: 227) berpendapat bahwa politik dividen berpengaruh baik pada jangka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada pemegang saham maka dalam hal ini terdapat 2 (dua) pendekatan dalam membahas masalah dividen: 1. Sebagai kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh oleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Oleh karena itu pembagian dividen akan berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha ataupun paksaan terhadap pencairan dana ekstern. Apabila perusahaan memiliki suatu rencana pengembangan usaha yang cukup menggembirakan pada masa depan maka perlu dipupuk sumber dana dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu apabila atas dasar pertimbangan biaya kapital yang rendah dituntut untuk membentuk struktur kapital yang dikehendaki diperbesarnya sumber dana modal sendiri. 2. Sebagai kebijaksanaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu maka manajer dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi dari harapan hasil yang Universitas Sumatera Utara didambakan oleh seorang investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut. Menurut Tampubolon (2005: 185) ada beberapa kebijakan dividen yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy) Kebijaksanaan dividen yang stabil biasanya dilakukan korporasi yang mempunyai tingkat risiko yang rendah. Walaupun dalam satu tahun korporasi menunjukkan kerugian dan tidak memperoleh profit dividen, karena sudah menjadi suatu kebijaksanaan, maka dividen harus tetap dipertahankan untuk dibayar, demi mempertahankan atau menghilangkan konotasi negatif, baik terhadap investor yang sekarang maupun yang akan datang. 2. Rasio Konstan Pembayaran Dividen (Constant Dividend Pay Out Ratio) Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentasi yang tetap dari pendapatan akan dibayarkan sebagai dividen. Oleh karena net income selalu berbeda-beda, maka dividen yang akan dibayarkan akan berbeda pula dengan pendekatan ini. 3. Kebijaksanaan Secara Kompromi (A Compromise Policy) Kompromi adalah salah satu pendekatan yang terbaik di dalam menentukan kebijaksanaan dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan, dapat ditentukan suatu cara untuk mendapatkan jalan keluar yang sama–sama menguntungkan, baik kepada pemegang saham maupun bagi manajemen korporasi. 4. Kebijaksanaan Dividen Secara Residu (Residual Dividend Policy) Di dalam kesempatan investasi suatu korporasi yang tidak stabil, korporasi menginginkan untuk mempertimbangkan suatu kebijaksanaan yang berfluktuasi. Dengan kebijaksanaan seperti ini, jumlah penghasilan yang ditahan tergantung pada adanya kesempatan– Universitas Sumatera Utara kesempatan investasi dalam tahun tertentu. Dividen yang dibayarkan menunjukkan jumlah residu (residual amount) dari pendapatan setelah kebutuhan investasi korporasi dapat dipenuhi. Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird in the hand theory ” dan teori preferensi pajak. 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory) Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata–mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. 2. Teori ”bird in the hand theory” Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan ”bird in the hand theory” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko Universitas Sumatera Utara dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. 3. Teori Preferensi Pajak Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain maka para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan. 2. Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan harus membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen. 3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0%. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 230) ada beberapa kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu: 1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil) Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Universitas Sumatera Utara 2. Fluctuating Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Berfluktuasi) Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. 3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif. Menurut Green, Peter dan Michael Pogue (1993: 69) menyatakan ada beberapa kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu: 1. A residual dividend policy, ie the level of dividend payments is determined by investment and financing policies, such that if there is a surplus of funds after the implementation of investment and financing policies, dividend will be paid. 2. An independent dividend policy, ie the desired payment is selected and either investment or financing policies, or both are adjusted. Clearly if this is the case, dividend will be determined by exogenous factors, such as the desire for dividend stability. Universitas Sumatera Utara 3. A simultaneous dividend poliicy, ie the dividend decision is neither totally residual or totally independent, rather consideration is given to both exogenous factors and to investment and financing policies. 2.2.3 Alasan yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen Ada beberapa alasan yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain (Sundjaja dan Barlian, 2002: 339) : 1. Peraturan hukum a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal. c. Peraturan mengenai tak mampu bayar artinya perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu. 2. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Oleh karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 3. Membayar pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembayaran lainnya maka perusahaan dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau perusahaan dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan. Universitas Sumatera Utara 4. Kontrak pinjaman Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. 5. Pengembangan aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan di kemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan. 6. Tingkat pengembalian Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun tempat lain. 7. Stabilitas keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan presentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. Kemudian Levy dan Sarnat (1990: 417-418) berpendapat faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah: 1. Floatation and Transaction Costs In practice retained earnings and new issues are not perfect substitutes. This is a consideration that may favor the use of retained earnings. Another factor that may favor the use of retained earnings is the existence of transaction costs. Shareholders who want to Universitas Sumatera Utara increase their investment in the firm will prefer to forego cash dividend, thereby increasing the investment in the firm, without the need to pay commissions on share purchases. 2. Control In order to ensure control, some firms operate under a self-imposed constraint that limits the amount of external financing which can be used. Such consideration are prevalent among closely held or family-held firms. New issues of common stock dilute control, while after a point further increases in debt become undesirabel or even impossible. 3. Informational Content of Dividend In the real world, relevant information regarding a firm’s dividend can be (and probably) important purveyors of information to investors. Informational content of dividend is changes in the dividend rate that affect investors’ expectations regarding a firm’s future prospects. 4. Cash Position A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. A rapidly expanding and very profitable firm is often plagued by chronic shortages of cash. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in the future. Universitas Sumatera Utara 5. Stability of Earnings In general, the greater the risk of larger fluctuations in future earnings, the greater probability that the firm will adopt a policy of setting a relatively low dividend payout ratio. 6. Legal Constraints There may at times be a legal constraint against declaring cash dividend. Similarly, dividend can be paid only out of earnings; they are usually not permitted if they reduce the firm’s paid in capital. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat”. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Faktor likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio. 2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang Semakin besar dana untuk melunasi utang baik maupun untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 3. Tingkat ekspansi yang direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas. 4. Faktor pengawasan Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio. 5. Ketentuan–ketentuan dari Pemerintah Ketentuan–ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen. 6. Pajak kekayaan/ penghasilan dari pemegang saham Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio harus dipertimbangkan oleh manajer keuangan. Menurut Sartono (2001: 292) ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen sebagai berikut: 1. Kebutuhan dana perusahaan Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal pada masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) Universitas Sumatera Utara pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. 2. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbagan utama dalam banyak kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya. 3. Kemampuan meminjam Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dana jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen. 4. Keadaan pemegang saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. 5. Stabilitas dividen Universitas Sumatera Utara Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Halim (2007: 97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas; (b) kebutuhan pelunasan hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f) stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali perusahaan; (i) kemampuan meminjam. Keown, Scott, Martin and Petty (1999 : 482) ’’three basic views about dividend are: ” 1. Dividend policy is irrelevant 2. High dividend increase stock value, this view says dividend are more certain than capital gains, has been called the bird in the hand theory. The belief that dividend income income has a higher value to the investor than does capital gains income because dividend are more certain than capital gains 3. Low dividend increase stock value Pernyataan menurut Keown, Scott, Martin and Petty adalah bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen. Pendapat pertama yaitu ’’dividen adalah tidak relevan’’. Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu ’’dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai saham’’. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gain. Pendapat ini sesuai dengan bird in the hand theory. Pendapat ketiga yaitu ’’dividen yang rendah akan meningkatkan Universitas Sumatera Utara nilai saham’’. Pendapat tersebut berarti perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Tampubolon (2005: 186) kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan fungsi dari beberapa faktor. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut antara lain adalah: 1. Tingkat pertumbuhan korporasi (company growth rate) 2. Keterikatan dalam rapat (restrictive convenant) 3. Profitabilitas (profitability) 4. Stabilitas laba (earning stability) 5. Kontrol perbaikan (maintenance control) 6. Memahami pengungkit keuangan (degree of financial leverage) 7. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (ability to finance externally) 8. Keadaan tak terduga (uncertainity) 9. Ukuran dan umur korporasi (age and size) Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999: 586): ”Dividends are more predictable than capital gains ; management can control dividend. Investors are less certain of receiving income form capital gains than from dividend”. Karena adanya investor yang cenderung risk averse, mereka memilih untuk menerima sesuatu yang pasti, yaitu dividen. Hal ini dikenal dengan bird in the hand theory atau dengan kata lain mereka lebih memilih satu burung yang sudah pasti ditangan dibandingkan dua burung di udara. Menurut Breley, Richard A. and Stewart C. Myers (2001: 464-465): ”What does the board of directors think about when it sets the dividend? To help answer this question, John Universitas Sumatera Utara Lintner conducted a classic series of interviews with corporate managers about their dividend policies. His description of how dividend are determined can be summarized in four stylized facts” : 1. Firm have long-run target dividend payout ratio. This ratio is the fraction of earnings paid out as dividend. 2. Managers focus more on dividend changes than on absolute levels. Thus paying a $2.00 dividend is an important financial decision if last year’s dividend was $1.00, but it’s no big deal if last year’s dividend was $2.00. 3. Dividend changes follow shifts in long run, sustainable levels of earning rather than shortrun changes in earnings. Managers are unlikely to change dividend payouts in response to temporary variation in earnings. Instead, they ”smoth” dividend. 4. Managers are reluctant to make dividend change that might have to be reserved. They are particularly worried about having to rescind a dividend increase. 2. 3. Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan Perusahaan menggunakan rasio keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan setiap periode perusahaan. Rasio keuangan membantu menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta membantu mengidentifikasi penggunaan sumber daya yang dimiliki untuk memaksimalkan investasi yang dilakukan. Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Muslich (2003: 44) menyatakan bahwa informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan saat lampau, saat sekarang dan ekspetasi masa depan. Tujuan dari analisis ini untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari Universitas Sumatera Utara keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah pada masa depan dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan. Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi. 2.3.2 Cash Position Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dibandingkan dengan laba bersih setelah pajak. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen. Sutrisno (2001: 5) menyatakan bahwa posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan. Perusahaan untuk membayarkan dividennya kepada para pemegang saham memerlukan aliran kas keluar sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan maka akan semakin mampu perusahaan tersebut membayar dividen. Dividen merupakan cash outflow sehingga semakin kuatnya posisi kas suatu perusahaan maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen (Levy dan Sarnat, 1990: 417-418) Cash position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak (Stanley dan Geoffrey (1987) dalam Sutrisno (2001: 5)) : 2.3.3 Kebijakan Hutang Universitas Sumatera Utara Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang didalam perusahaan. Menurut Riyanto (2001: 267) salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas/ leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio diukur melalui perbandingan antara total hutang dengan ekuitas. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Mannes (1990: 51): “Leverage ratios are designed to assess the balance of financing obtained through debt and equity sources. These ratios can be separated into two distinct groups: those that measure the relative proportion of debt and equity financing and those that measure the firm’s ability to service its debt obligations out of current earnings. A firm’s capital structure (the total dollar amount of long term financing including debt and equity sources) which is composed of even a small proportion of debt is said to have financial leverage.” Perusahaan yang memilih pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Hal ini berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sartono, 2001: 66). Sutrisno (2001: 6) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin rendah Debt to Equity Ratio maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh Universitas Sumatera Utara kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban membayar hutang lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah sehingga Debt to Equity Ratio mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio. Perhitungan rasio Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut (Richard A. and Stewart C. Myers, 2001: 490): 2.3.4 Firm Size Firm Size merupakan simbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat ditentukan melalui log natural dari total assets tiap tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa perusahaan besar dapat lebih mudah mengakses pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan semakin mudah untuk mendapatkan modal eksternal dalam jumlah yang lebih besar terutama dari hutang (Sudarsi, 2002:80). Ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Perusahaan yang besar juga cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan Universitas Sumatera Utara usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Menurut Levy dan Sarnat (1990: 418): ”A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in the future.”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham juga akan semakin besar juga. Perhitungan firm size adalah sebagai berikut (Kurshev and Strebulaev, 2005: 26): 2.3.5 Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan yang tidak digunakan untuk membiayai kegiatan operasional. Oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Universitas Sumatera Utara Menurut Hanafi (2005: 375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Dengan kata lain semakin besar keuntungannnya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar dividen. Perhitungan rasio Return on Assets adalah sebagai berikut (Ross. Stephen A Westerfield and Jaffe, 2000: 65): 2.3.6 Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan investasi dapat diartikan sebagai kenaikan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki perusahaan dan bisa berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan investasi perusahaan akan menahan sebagian labanya dan akan diinvestasikannya kembali sehingga akan mengurangi besarnya dividen yang akan dibagikan. Menurut Jansen dan Meckling (1976: 318) kebijakan dividen dan investasi merupakan mekanisme kontrol manajemen yang dapat bersifat substitusi lebih tergantung penerapannya dari Universitas Sumatera Utara ketersediaan pendanaan internal daripada sumber pendanaan eksternal melalui investasi. Manajer lebih menyukai menggunakan modal internal untuk membiayai investasi karena modal internal dapat mengurangi keterlibatan pengawasan dari pemegang saham atau pihak ekternal terhadap keputusan yang dibuat oleh manajer. Maka dapat kita lihat bahwa semakin besar kebutuhan dana dalam waktu mendatang dalam melakukan investasi maka akan semakin kecil jumlah pembayaran dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham (Gitosudarmo dan Basri 2002: 232). Perhitungan Pertumbuhan investasi adalah sebagai berikut (Hidayat, 2010: 467): 2. 4. Kerangka Berpikir 2.4.1 Dividend Payout Ratio Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masingmasing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen. Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada dividend payout rationya yaitu merupakan persentasi laba yang dibagi dalam bentuk dividen tunai (Keown, Scott, Martin and Petty, 1999 : 479). 2.4.2 Pengaruh Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan Universitas Sumatera Utara “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Levy dan Sarnat, 1990: 417-418). Dari penelitian terdahulu dapat diambil hipotesis sebagai berikut: Cash Position berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio 2.4.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Dividend Payout Ratio Kebijakan Hutang diproksikan dengan debt to equity ratio. Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Peningkatan kewajiban akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih termasuk laba yang dibayarkan karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sartono, 2001: 66). Dari penelitian terdahulu dapat diambil hipotesis sebagai berikut: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio 2.4.4 Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang lebih mudah menuju pasar modal sementara perusahaan yang masih baru dan ukurannya kecil akan mengalami kesulitan memiliki akses ke pasar modal. Memiliki akses yang mudah di pasar modal menggambarkan fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar sehingga perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari perusahaan kecil (Kurshev and Strebulaev, 2005:26). Dari penelitian terdahulu dapat diambil hipotesis sebagai berikut: Firm Size berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio Universitas Sumatera Utara 2.4.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian laba bersih yang diperoleh perusahaan dan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya berupa bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambil dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Dengan kata lain semakin besar keuntungannnya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar dividen. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Richard A. and Stewart C. Myers, 2001: 495). Dari penelitian terdahulu dapat diambil hipotesis sebagai berikut: Return on Assets berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio 2.4.6 Pengaruh Pertumbuhan Investasi terhadap Dividend Payout Ratio Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki perusahaan dan bisa berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi ini diambil dari kelebihan laba perusahaan. Untuk melakukan investasi perusahaan akan menahan sebagian labanya dan akan diinvestasikannya kembali sehingga akan mengurangi besarnya dividen yang akan dibagikan. Maka dapat kita lihat bahwa semakin besar kebutuhan dana dalam waktu mendatang dalam melakukan investasi maka akan semakin kecil jumlah pembayaran Universitas Sumatera Utara dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Pertumbuhan investasi yang semakin besar menyebabkan pembayaran dividen kepada pemegang saham akan kecil (Green, Peter dan Michael Pogue. 1993: 69). Dari penelitian terdahulu dapat diambil hipotesis sebagai berikut: Pertumbuhan Investasi berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio Untuk menggambarkan hubungan antar variabel–variabel yang telah diuraikan dapat dilihat dalam kerangka berpikir pada Gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Cash Position Kebijakan Hutang Firm Size Dividend payout ratio Profitabilitas Pertumbuhan Investasi Universitas Sumatera Utara 2. 5. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi mempunyai pengaruh secara signifikan secara simultan dan parsial terhadap dividend payout ratio pada sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI 2. Cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi mempunyai pengaruh secara signifikan secara simultan dan parsial terhadap dividend payout ratio pada subsektor Industri Dasar Kimia yang terdaftar di BEI 3. Cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi mempunyai pengaruh secara signifikan secara simultan dan parsial terhadap dividend payout ratio pada subsektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI 4. Cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi mempunyai pengaruh secara signifikan secara simultan dan parsial terhadap dividend payout ratio pada subsektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI Universitas Sumatera Utara