BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Akuntansi merupakan ilmu yang penting dalam setiap organisasi bisnis, sebab seluruh pengambilan keputusan bisnis didasarkan pada informasi yang diperoleh dari proses akuntansi. Proses akuntansi adalah suatu proses pengumpulan dan pengolahan data perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa ekonomi yang merupakan hasil dari aktivitas ekonomi di dalam perusahaan. 2.1.1 Pengertian Akuntansi Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai akuntansi, berikut ini dikemukakan pengertian akuntansi menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) yang diterjemahkan oleh Muhammad( 2005;10) , definisi akuntansi adalah : ”Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”. Pengertian akuntansi menurut Arens(2000;7) adalah : “Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of economical events in logical manner for the purpose of providing financial information for decision”. Sedangkan menurut APB (Accounting Principle Board) Statement No.4 yang di terjemahkan oleh Muhammad (2005;10), definisi akuntansi adalah: “Akuntansi adalah suatu kegiatan atau jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih dalam beberapa alternatif”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa inti persoalan akuntansi adalah bahwa akuntansi merupakan sarana informasi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal tersebut yang membuat sebuah standar menjadi sangat penting untuk mengatur tata cara pencatatan keuangan perusahaan, yang memiliki berbagai macam transaksi yang berbeda menjadi pencatatan yang relatif seragam. Walaupun kebijakan penggunaan standar akuntansi tersebut mungkin dapat berbeda tergantung pada kebijakan yang dipakai oleh suatu perusahaan. Di dalam Islam, tujuan akuntansi lebih dititik beratkan sebagai alat pertanggungjawabkan manajemen yang diberi amanah untuk mengelola suatu organisasi atau perusahaan. 2.1.2 Akuntansi Dana Akuntansi telah dipraktekan sejak berabad-abad yang lalu, seiring dengan berkembangnya dunia usaha semakin berkembang pula ilmu akuntansi yang digunakan. Saat ini, ilmu akuntansi berkembang cukup pesat. Hal ini tergambar dari berkembangnya cabang-cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri. Misalnya: Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Sumber Daya Manusia, Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi Nirlaba, Akuntansi lingkungan, dan lain sebagainya. Khususnya mengenai Akuntansi keuangan,dapat dibagi menjadi dua bagian: 1. Akuntansi Komersial (Commercial Accounting) Jenis Akuntansi ini biasa dipergunakan untuk organisasi yang berorientasi mencari laba (profit organization),seperti perusahaan bisnis. 2. Akuntansi Dana ( Fund Accounting) Sedangkan jenis akuntansi ini digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi mencari keuntungan (non-for-profit organization) atau sering disebut organisasi nirlaba, seperti pemerintahan, yayasan- yayasan sosial, lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan, rumah sakit, perguruan tinggi, partai politik, dan lain sebagainya. Akuntansi dana (Fund Accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan organisasi nirlaba yang memisahkan dana menurut peruntukannya, sehingga masing-masing merupakan entitas akuntansi yang mampu menunjukan keseimbangan antara penggunaan dan penerimaan dana. 2.1.3 Pengertian Dana Pada awal timbulnya akuntansi dana yang dibentuk oleh organisasi nirlaba, dana mempunyai arti dana kas, namun sekarang dana mempunyai pengertian yang luas yaitu merupakan kesatuan fiskal dan kesatuan akuntansi yang terpisah. Pengertian yang lebih lengkap mengenai dana menurut Arifin Sabeni dan Imam Ghozali (2005;10) adalah: “Dana (Fund) adalah kesatuan fiskal dan kesatuan akuntansi yang berdiri sendiri dengan satu perangkat rekening yang saling berimbang (Self balancing) untuk membukukan kas dan sumber lainnya bersama-sama dengan utang, kewajiban-kewajiban, cadangan-cadangan, dan hak milik yang disisihkan dengan maksud untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu atau pencapaian tujuan tertentu sesuai dengan peraturan, restriksi, atau limitasi yang ada”. Dengan demikian, yang diartikan dengan dana berbeda dengan dana kas atau dana sumber lainnya yang bersifat sempit, sebab pengertian dana mencakup kesatuan fiskal dan kesatuan akuntansi yang berdiri sendiri. a. Terdapat sekumpulan rekening untuk mencatat mutasi kas dan atau sumber-sumber lainnya yang bersifat saling berimbang. Dengan kata lain harus ada pencatatan terhadap semua transaksi, baik harta, utang, modal, pendapatan, dan pengeluaran. b. Mempunyai tujuan pengguna tertentu. c. Ada ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembentukan dana dan penggunanya serta pembataspembatasnya. 2.1.4 Persamaan Akuntansi Dana dan Akuntansi Komersial Akuntansi dana dan akuntansi komersial mempunyai beberapa persamaan,antara lain: 1. Sama-sama memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi. 2. Mengikuti Prinsip dan Standar Akuntansi yang diterima umum: a. Prinsip konsistensi, dimana harus menggunakan metode akuntansi yang sama dari tahun ke tahun, agar laporan yang dihasilkan dapat diperbandingan. b. Prinsip obyektivitas, yaitu harus dipergunakannya bukti-bukti yang sah sehingga laporan yang dihasilkan dapat diuji dan diandalkan. c. Prinsip materialisasi, yaitu transaksi ekonomi yang cukup manfaatnya dan dikategorikan material harus dicatat dan dilaporkan. d. Prinsip pengungkapan yang memadai, dimana setiap transaksi atau kejadian ekonomi yang diungkapkan secara jelas, memadai dan teliti sehingga tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan. 3. Mengacu pada konsep dasar: a. Kesinambungan b. Periodesasi akuntansi c. Pengukuran dalam nilai mata uang. 2.1.5 Perbedaan Akuntansi Dana dan Akuntansi Komersial Perbedaan antara akuntansi dana dan akuntansi komersial diantaranya seperti tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Akuntansi Dana dan akuntansi Komersial Akuntansi Dana Akuntansi Komersial Tujuan utama adalah untuk mengukur pelaksanaan anggaran yang telah ditetapkan. Tujuan utamanya untuk mengukur tingkat keuntungan. Dapat terdiri dari lebih dari satu entitas Hanya terdiri dari satu entitas akuntansi. (beberapa jenis dana). Transaksi pengeluaran/ penerimaan neraca (real account) dilaporkan baik dalam laporan neraca maupun laporan aktivitas. Pengeluaram/penerimaan neraca (real account) tidak dilaporkan dalam laporan aktivitas. Sangat dipengaruhi oleh peraturan atau Bersifat lebih fleksibel. ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga bersifat kurang fleksibel. 2.1.6 Transparansi Laporan Keuangan Sebagaimana telah dibahas sebelumnya kewajiban melaksanakan akuntabilitas dan transparansi bagi pengelola zakat juga diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri Agama No.581 Tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 tahun 1999, serta keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Islam dan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Bahkan agar sebuah lembaga amil zakat dapat dikukuhkan oleh pemerintah, salah satu syaratnya adalah harus memiliki pembukuan yang baik. Akuntansi merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan oleh semua organisasi, baik organisasi bisnis maupun bersifat nirlaba. Dengan diterapkannya akuntansi yang baik, maka organisasi dapat dikatakan telah melaksanakan akuntabilitas dan transparansi dengan baik, karena dengan akuntansi, organisasi dapat mengetahui kinerja keuangannya dengan disusunnya laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban organisasi. Terlebih lagi jika laporan keuangan yang telah dibuat itu dipublikasikan secara luas. Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai keadaan keuangan dan pengolahan perusahaan. Transparansi mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan dan pengelolaan perusahaan. Publikasi atas laporan keuangan merupakan suatu wujud transparansi dari suatu organisasi. Setelah kewajiban akuntabilitas dipenuhi oleh organisasi maka kewajiban transparansi juga harus dipenuhi oleh organisasi. Publikasi laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi kepentingan anggota organisasi, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi. 2.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangmya setahun sekali unuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa diantara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang mencakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu sebaiknya laporan keuangan tersebut disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode tertentu. Agar laporan keuangan dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pemakai laporan keuangan, maka laporan keuangan harus disusun berdasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Di Indonesia prinsip akuntansi yang dipergunakan dewasa ini adalah Standar Akutansi Keuangan yang merupakan himpunan prinsip, prosedur, dan teknik akuntansi. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004;2)adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: a. Aktiva; b. Kewajiban; c. Ekuitas; d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; e. Arus kas. 2.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya, untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. 2. Relevan Agar bermanfaat,informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan wajar dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecendrungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 5. Dapat diuji kebenarannya (auditable) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat ditelusuri sampai ke bukti asalnya, baik dalam bentuk dokumen dasar, kwitansi, formulir, maupun fisik aktiva yang bersangkutan. Artinya semua transaksi yang terjadi dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak manajemen. 2.2.4 Publikasi Laporan Keuangan Publikasi secara umum mempunyai arti, memberitahukan mengenai sesuatu hal kepada masyarakat luas untuk diketahui dan dimengerti dengan tujuan tertentu. Dalam hal ini publikasi laporan keuangan mempunyai arti penyebarluasan laporan keuangan suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dengan penyebarluasan tersebut dapat membantu pihakpihak tersebut dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukan publikasi adalah sebagai transparansi dan pertanggungjawaban organisasi tersebut terhadap semua sumber daya yang dipinjamkan oleh para donatur, kreditur dan pihak-pihak lain kepada organisasi. 2.3 Zakat Zakat adalah salah satu rukun Islam, bahkan merupakan rukun kemasyarakatan yang paling tampak diantara sekalian rukun-rukun Islam. Sebab zakat adalah hak orang banyak yang dipikul pada pundak individu. Orang banyak berhak memperoleh demi menjamin kecukupan sekelompok orang diantara mereka. 2.3.1 Pengertian Zakat Kata zakat merupakan kata dasar dari kata zaka berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, menurut lisan Al Arab kata zakat mengandung arti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Menurut Yusuf Qardawi pengertian zakat dalam istilah fiqih adalah sebagai berikut: “Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT diserahkan kepada orang-orang yang berhak”. Sedangkan pengertian zakat menurut Muhammad (2005;132) adalah sebagai berikut : “Zakat adalah kewajiban seorang muslim yang bersifat humanis, emansipatoris, transendental, dan teleologikal, yang mengarahkan para pelakunya memiliki orientasi sosial dan pertanggungjawaban yang tinggi terhadap lingkungan dan kuasa ilahi”. Zakat sebagai rukun islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak menerimanya. 2.3.2 Karakteristik Zakat Zakat adalah kewajiban berdasarkan syariat. Islam mewajibkannya atas setiap muslim yang sampai pada nishab (batas minimal harta mulai wajib dikeluarkan). Zakat merupakan salah satu rukun islam, bahkan merupakan rukun kemasyarakatan yang paling tampak diantara sekalian rukun-rukun islam. Sebab zakat adalah hak orang banyak yang terpikul pada pundak individu. Orang banyak berhak memperolehnya demi menjamin kecukupan sekelompok orang diantara mereka. Zakat memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut : a. Zakat salah satu rukun islam b. Hasil zakat harus digunakan dan dibayarkan kepada orang-orang tertentu yang disebutkan dalam Al-Qur’an. c. Tarif zakat sudah ditentukan dari hadist dan besarnya berbeda menurut atau sesuai dengan jenis kegiatan ekonomi. d. Zakat hanya dikenakan pada pribadi muslim sebab hal ini merupakan dasar agama islam. Walaupun perusahaan bersama memiliki badan hukum yang independen sendiri dari pemegang saham, badan ini terkena zakat. e. Utang tidak termasuk perhitungan zakat, karena zakat dikenakan atas aktiva bersih. f. Kekayaan yang dikenakan zakat harus melebihi batas jumlah tertentu (nishab) yang diatur hadist. Batas ini merupakan jumlah harta yang diperlukan, dan pendapatan yang memberikan kebutuhan dasar dari pemilik dan keluarganya. g. Harta yang dikenakan zakat, dikenakan jika melebihi satu tahun. 2.3.3 Batasan-batasan (Nishab) Zakat Sebagai suatu kewajiban yang khas dalam agama islam, zakat dikeluarkan setelah mencapai batas minimal atas kewajiban yang dikeluarkan. Dengan kata lain, zakat dikeluarkan atas harta yang dimiliki oleh seseorang. Harta dalam islam dapat menggolongkan pemiliknya menjadi golongan orang-orang kaya menurut pengertian zakat, jika memenuhi dua syarat : 1. Harta itu telah sampai pada batas minimal yang diistilahkan dengan nishab. 2. Pemilik harta tetap memiliki senishab ini dalam masa satu tahun penuh, selebihnya dari kebutuhan-kebutuhannya yang asli seperti makanan, tempat tinggal dan pakaian. Macam dan jenis harta yang wajib dizakati menurut Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, harta tersebut meliputi : a. Emas, perak, dan uang; b. Perdagangan dan perusahaan; c. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; d. Hasil pertambangan; e. Hasil peternakan; f. Hasil pendapatan dan jasa; g. Rikaz Jika dikaitkan dengan perusahaan maka jenis atau macam barang atau harta tersebut dapat digambarkan dengan harta yang dimiliki perusahaan tertentu. Tentu saja hal ini perlu dilakukan pemikiran atau ijtihat yang tepat atas harta atau barang yang harus dikeluarkan zakatnya oleh suatu perusahaan tertentu. Dari ketentuan kewajiban pengeluaran zakat tersebut, maka dapat dirumuskan batasan-batasan yang harus diikuti dalam menentukan standar akuntansi zakat yaitu sebagai berikut : a. Penilaian current exchange value ( nilai tukar sekarang) atau harga pasar. Kebanyakan para ahli fiqh mendukung bahwa harta perusahaan pada saat menghitung zakat harus dinilai berdasarkan harga pasar. b. Aturan satu tahun. Untuk mengukur nilai aset, kalender bulan harus dipakai kecuali untuk zakat pertanian. Aset ini harus diberlakukan lebih dari satu tahun. c. Aturan mengenai independensi. Pengaturan ini berkaitan dengan standar yang diuraikan di atas. Zakat yang dihitung tergantung pada kekayaan akhir tahun. Piutang pendapatan yang bukan pendapatan tahun ini dan pendapatan yang dipindahkan kedepan tidak termasuk. d. Standar realisasi. Kenaikan jumlah diakui pada tahun yang bersangkutan apakah transaksi selesai atau belum. e. Yang dikenakan zakat. Nishab (batas jumlah) yang dihitung menurut ketentuan, sehingga orang yang tidak cukup dari nishabnya maka tidak berkewajiban di tagih. f. Net total (gross) memerlukan net income. Setelah satu tahun yang penuh, biaya, utang dan penggunaan keluarga harus dikurangkan dari income yang akan dikenakan zakat. g. Kekayaan dari aset. Setiap muslim yang memiliki harta atau kekayaan dalam batas waktu tertentu akan dihitung kekayaannya untuk dikenai zakat. Ketentuan-ketentuan di atas merupak ketentuan penting yang berkaitan dengan formulasi perhitungan atau penilaian atas suatu harta atau aset yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan, kemudian seseorang atau perusahaan itu mengeluarkan kewajiban untuk membayar zakat. 2.3.4 Subjek Zakat Subjek zakat disebut muzakki, yaitu orang yang berdasarkan ketentuan islam diwajibkan mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya. Zakat hanya diwajibkan kepada orang islam yang sehat akal, merdeka dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Baik itu dalam bentuk perusahaan ataupun orang pribadi yang hendak mengeluarkan zakat. 2.3.5 Jenis-jenis Zakat Zakat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Zakat Fitrah 2. Zakat Maal (harta/ kekayaan) Zakat fitrah merupakan zakat jiwa, yaitu kewajiban berzakat bagi setiap individu baik untuk orang islam yang dewasa maupun yang belum dewasa, dan diiringi dengan ibadah puasa. Zakat fitrah mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi ibadah 2. Membersihkan orang yang berpuasa dari ucapan dan perbuatan yang tidak bermanfaat 3. Memberikan kecukupan kepada orang-orang miskin pada hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah dibayarkan sesuai dengan kebutuhan pokok disuatu masyarakat, dengan ukuran yang juga disesuaikan dengan kondisi ukuran atau timbangan yang berlaku, juga dapat diukur dengan satuan uang. Zakat maal (harta) menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan menurut syara, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim). Adapun syarat-syarat kekayaan yang wajib zakat adalah sebagai berikut : 1. Milik penuh 2. Berkembang 3. Cukup Nishab 4. Lebih dari kebutuhan biasa 5. Bebas dari hutang 6. berlaku setahun Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama. 2.3.6 Fungsi Zakat Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan manusia. Zakat memiliki banyak fungsi antara lain : 1. Menolong, membantu, membina, dan membangun kaum dhuafa yang lemah dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. 2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci, dan dengki dari diri orangorang disekitarnya yang berkehidupan cukup, apalagi mewah. 3. Mensucikan diri dari dosa, memurnikan jiwa, dan mengkikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. 4. Menunjang terwujudnya sifat kemasyarakatan islam yang terdiri atas prinsip-prinsip : ummatan wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat dan kewajiban), ukhwah islamiyah (persaudaraan islam), dan takaful ijti’ma (tanggung jawab bersama). 5. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. 6. Zakat adalah ibadah amaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi dan pemerataan karunia Allah SWT. , dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan ras kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dan yang miskin, dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dan yang lemah. 7. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. 2.4 Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba tidak mempunyai motif mencari laba atau dengan kata lain motif mendapatkan keuntungan bukanlah tujuan utama organisasi jenis ini. 2.4.1 Pengertian Organisasi Nirlaba Secara umum, organisasi nirlaba adalah suatu institusi yang menjalankan operasinya tidak berorientasi mencari laba. Namun demikian, bukan berarti organisasi nirlaba tidak diperbolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan dari setiap aktivitasnya, hanya biasanya jika memperoleh keuntungan, keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya operasional atau kembali disalurkan untuk kegiatan utamanya. 2.4.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. Karakteristik yang biasanya melekat pada organisasi nirlaba adalah sebagai berikut: 1. Sumber daya organisasi berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. 2. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika suatu organisasi menghasilkan laba, maka jumlah tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik organisasi tersebut. 3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proposi pembagian sumber daya organisasi pada saat likuidasi atau pembubaran organisasi. Namun dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada beberapa untuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. 2.4.3 Jenis-jenis Dana Organisasi Nirlaba Jenis dana yang ada pada organisasi nirlaba sangat tergantung pada jenis karakteristik dari organisasi nirlaba tersebut. Namun, jika dilihat dari ada atau tidaknya pembatasan dari penyumbang, jenis dana dapat dibagi menjadi: 1.Terikat secara permanen 2. Terikat temporer 3. Tidak terikat Terikat secara permanen adalah pembatasan pengguna dana yang menetapkan oleh penyumbang agar dana dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diijinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainya yang berasal dari sumber daya tersebut. Terikat temporer adalah pembatasan pengguna dana oleh penyumbang yang menetapkan dana tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Sedangkan dana yang tidak terikat umumnya meliputi dana-dana yang disumbangkan tanpa syarat tertentu. 2.4.4 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi bisnis pada umumnya. A. Laporan Posisi Keuangan Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu, informasi. Informasi dalam laporan keuangan lainya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai: 1) Kemampuan organisasi untuk memberiakan jasa secara berkelanjutan; 2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajiban, dan kebutuhan pendanaan eksternal; Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur kedalam kelompok yang homogen, seperti: 1. Kas dan setara kas; 2. Piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa lain; 3. Persediaan; 4. Sewa, ansuransi, dan jasa lain yang dibayar dimuka; 5. Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang; 6. Tanah, gedung, peralatan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaanya. Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut: 1) Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo; 2) Menggelompokan aktiva kedalam lancar dan tidak lancar; 3) Menggunakan informasikan mengenai likuiditas aktiva atau saat jauh temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada cacatan atas laporan keuangan. Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen dan temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. a) Pembatasan permanen terhadap: 1. Aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual. 2. Aktiva yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaanya dibatas secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi. b) Pembatasan temporer terhadap: 1. Sumbangan berupa aktivitas tertentu; 2. Investasi untuk jangka waktu lama; 3. Penggunaan selama periode tertentu di masa depan; 4. Pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaanya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya. c) Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan deviden atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur, dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. B. Laporan Aktivitas Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai: 1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktivitas bersih; 2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; 3) Bagaimana pengguna sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dalam memberikan jasa dan menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan aktiva bersih selama suatu periode. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Pendapatan dan keuntungan yang menambah aktiva bersih, serta beban dan kerugian yang mengurangi aktiva bersih dikelompokan. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih yang tidak terikat, terikat temporer, terikat permanen tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konstisten dan diungkapan sebagai kebijakan akuntansi. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau penggurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika pengunaannya dibatasi. Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih dan tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. Laporan aktivitas menyediakan keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental dan peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi dan manajemen. Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut program jasa utama atau aktivitas pendukung. Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan dan hasil utama. Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program jasa. Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas manajemen dan umum, pencarian dana dan pengembangan anggota. Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan dan aktivitas administratif lainnya. Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana, pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencarian dana. C. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK No.2 Tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini: 1. Aktivitas pendanaan: (a) penerimaan kas dari para penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; (b) penerimaan dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment); (c) bunga dan deviden yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. 2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi. Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini: (a) Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau (b) Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan, atau akrual dari penerimaan dan pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan dan beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. D. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan catatan yang menjelaskan mengenai gambaran umum organisasi, ikhtisar kebijakan akuntansi, serta penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut : 1. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan; 2. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan; 3. Pengungkapan lain termasuk komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang berifat non-keuangan. 2.4.5 Bentuk Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan keuangan organisasi nirlaba terdiri dari : a. Laporan Posisi Keuangan b. Laporan Aktivitas c. Laporan Arus Kas d. Catatan atas Laporan Keuangan Berikut ini disajikan contoh bentuk laporan keuangan untuk organisasi nirlaba. Contoh ini disajikan untuk memberikan gambaran anatomis. Contoh ini dapat berbeda dari kondisi yang terdapat dalam organisasi nirlaba tertentu. Organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyediakan informasi yang paling relevan dan paling mudah dipahami dari sudut pandang penyumbang, kreditur, dan pemakai lain laporan keuangan di luar organisasi. A. Laporan Posisi Keuangan Contoh laporan posisi keuangan dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.2 Laporan Posisi Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 19X0 dan 19X1 Aktiva: Kas dan setara kas Piutang bunga Persediaan dan biaya dibayar dimuka Piutang lain-lain Investasi lancar Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan Tanah, bangunan, dan peralatan Investasi jangka panjang Jumlah Aktiva Kewajiban dan Aktiva bersih: Hutang dagang Pendapatan diterima dimuka yang dapat dikembalikan Hutang lain-lain Hutang wesel Kewajiban tahunan Hutang jangka panjang Jumlah Kewajiban Aktiva Bersih : Tidak terikat Terikat temporer Terikat permanen Jumlah Akiva Bersih Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih 19X1 19X0 Rp. XX XX XX XX XX XX Rp. XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Rp. XX Rp. XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Rp. XX XX XX XX Rp. XX XX XX XX Rp. XX Rp. XX XX Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat B. Contoh Laporan Aktivitas Ada tiga bentuk laporan aktivitas yang disajikan sebagai contoh, dimana setiap bentuk memiliki keunggulan sebagai berikut : (1) Bentuk A menyajikan informasi dalam kolom tunggal. Bentuk A ini memudahkan penyusunan laporan aktivitas komparatif. (2) Bentuk B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aktiva bersih, satu kolom untuk setiap klasifikasi dengan tambahan satu kolom untuk jumlah. Bentuk B menyajikan pembuktian dampak berakhirnya pembatasan penyumbangan aktiva tertentu terhadap reklasifikasi aktiva bersih. (3) Bentuk C menyajikan informasi dalam dua laporan dengan jumlah ringkasan dari laporan pendapatan, beban, dan perubahan terhadap aktiva bersih tidak terikat disajikan dalam laporan perubahan aktiva bersih. Pendekatan bentuk C ini menitik beratkan perhatian pada perubahan aktiva bersih tidak terikat. Untuk lebih jelasnya contoh bentuk laporan aktivitas dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2.3 Laporan Aktivitas Bentuk A Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 19X0 dan 19X1 Perubahan Aktiva bersih Tidak Terikat : Pendapatan dan penghasilan Sumbangan Jasa layanan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan investasi lain-lain Penghasilan bersih investasi jangka panjang belimdirealisasi Lain-lain Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Aktiva bersih yang berakhir pembatasannya Pemenuhan program pembatasan Pemenuhan pembatasan pemerolehan Berakhirnya pembatasan waktu Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain Beban dan Kerugian : Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban Kerugian akibat banjir Jumlah Beban dan Kerugian Kenaikan Jumlah Aktiva Bersih Tidak Terikat Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan Penurunan Aktiva Terikat Temporer Perubahan dalam aktiva bersih terikat permanen: Sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kenaikan Aktiva Bersih Terikat Permanen Kenaikan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Pada Awal Tahun Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun Rp.XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Rp. XX Rp. XX XX XX (XX) (XX) ( XX) XX XX XX XX XX XX Rp. XX Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat Tabel 2.4 Laporan Aktivitas Bentuk B Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 19X1 Pendapatan, Penghasilan, sumbangan lain Sumbangan Jasa layanan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan investasi lain Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Lain-lain Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya Pemenuhan Program Pembatasan Pemenuhan Pembatasan Pemerolehan peralatan Berakhirnya Pembatasan Waktu Jumlah Pendapatan, penghasilan dan Sumbangan Beban dan Kerugian : Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban Kerugian akibat banjir Kerugian aktuarial dari kewajiban Tahunan Jumlah Beban dan Kerugian Perubahan Aktiva bersih Aktiva Bersih Pada Awal Tahun Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun Tidak Terikat Terikat Tempo Terikat Permanen Rp. XX XX XX XX Rp. XX Rp. XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX (XX) (XX) XX (XX) XX (XX) XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Rp. XX XX XX (XX) XX Rp. XX Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat XX XX Rp.XX Tabel 2.5 Laporan Aktivitas Bentuk C ( Bagian 1 dari 2) Organisasi Nirlaba Laporan Pendapatan, Beban, dan Perubahan Aktiva Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 19X1 Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Sumbangan Jasa layanan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan investasi lain-lain Penghasilan bersih investasi jangka panjang belimdirealisasi Lain-lain Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak terikat Rp. XX XX XX XX XX XX Rp. XX Aktiva Bersih yang Dibebaskan dari Pembatasan Penyelesaian program pembatasan Penyelesaian pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya pembatasan waktu Jumlah Aktiva Bersih yang dibebaskan dari pembatasan XX XX XX XX Jumlah pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain yang tidak terikat Beban dan Kerugian : Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban Kerugian akibat banjir Jumlah Beban dan Kerugian Tidak Terikat Kenaikan Aktiva Bersih Tidak Terikat Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat XX XX XX XX XX XX XX XX XX Rp. XX Tabel 2.6 Laporan Aktivitas Bentuk C (Bagian 2 dari 2 Bagian) Organisasi Nirlaba Laporan Perubahan Aktiva Bersih Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 19X1 Aktiva Bersih Tidak Terikat Jumlah pendapatan dan penghasilan tidak terikat Aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan Jumlah beban dan kerugian yang tidak terikat Kenaikan Aktiva bersih tidak terikat Aktiva Bersih Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan Penurunan Aktiva Terikat Temporer Aktiva Bersih Terikat Permanen: Sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kenaikan Aktiva Bersih Terikat Permanen Kenaikan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Pada Awal Tahun Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat Rp. XX XX (XX) XX Rp. XX XX XX (XX) (XX) ( XX) Rp. XX XX XX XX XX XX Rp. XX C. Laporan Arus Kas Tabel 2.7 Laporan Arus Kas Metode Langsung Organisasi Nirlaba Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 19X1 Aliran Kas dari Aktivitas Operasi : Kas dari pendapatan jasa Kas dari penyumbang Kas dari piutang lain-lain Bunga dan deviden yang diterima Penerimaan lain-lain Bunga yang dibayarkan Kas yang dibayarkan pada karyawan dan supplier Hutang lain-lain yang dilunasi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi Aliran Kas dari Aktivitas Investasi : Ganti Rugi dari asuransi Pembelian peralatan Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian Investasi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan : Penerimaan dari kontribusi terbatas : Investasi dalam endowment Investasi dalam endowment berjangka Investasi bangunan Investasi perjanjian tahunan Aktivitas pendanaan lain : Bunga dan deviden terbatas untuk reinvestasi Pembayaran kewajiban tahunan Pembayaran hutang wesel Pembayaran kewajiban jangka panjang Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan Kenaikan (penurunan) bersih dalam kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun Rp. XX XX XX XX XX (XX) (XX) (XX) (XX) XX (XX) XX (XX) (XX) XX XX XX XX XX (XX) (XX) (XX) XX Rp. XX Rp. XX XX XX Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi : Perubahan dalam aktiva bersih Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih Menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi : Depresiasi Kerugian akibat banjir Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan Kenaikan piutang bunga Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka Kenaikan dalam piutang lain-lain Kenaikan dalam piutang dagang Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan Penurunan hutang lain-lain Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang Bunga dan deviden terikat untuk investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non kas Peralatan yang diterima sebagai hibah Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan XX XX XX XX (XX) XX (XX) XX (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) Rp. XX Rp. XX XX Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat Tabel 2.8 Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung Organisasi Nirlaba Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 19X1 Aliran Kas dari Aktivitas Operasi : Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi : Perubahan dalam aktiva bersih Rp. XX Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih Menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi : Depresiasi XX Kerugian akibat banjir XX Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan XX Kenaikan piutang bunga (XX) Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka XX Kenaikan dalam piutang lain-lain (XX) Kenaikan dalam piutang dagang Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan Penurunan hutang lain-lain Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang Bunga dan deviden terikat untuk investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi XX (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) Rp. XX Aliran Kas dari Aktivitas Investasi : Ganti Rugi dari asuransi Pembelian peralatan Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian Investasi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi XX (XX) XX (XX) (XX) Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan : Penerimaan dari kontribusi terbatas : Investasi dalam endowment Investasi dalam endowment berjangka Investasi bangunan Investasi perjanjian tahunan XX XX XX XX Aktivitas pendanaan lain : Bunga dan deviden terbatas untuk reinvestasi Pembayaran kewajiban tahunan Pembayaran hutang wesel Pembayaran kewajiban jangka panjang Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan Penurunan bersih dalam kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non kas Peralatan yang diterima sebagai hibah Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan Bunga yang dibayarkan Sumber : Akuntansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat XX (XX) (XX) (XX) XX (XX) (XX) XX XX Rp. XX XX Rp. XX 2.4.6 Tujuan Laporan Organisasi Nirlaba Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jenis akuntansi yang digunakan oleh organisasi nirlaba, termasuk organisasi pengelola zakat, adalah akuntansi dana. Walaupun tidak secara tegas dinyatakan di dalam PSAK No.45 tersebut. Hal ini dikarenakan organisasi nirlaba memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi bisnis. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.45 (45;3;2004) tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba tersebut menyatakan bahwa tujuan utama laporan keuangan organisasi nirlaba adalah : “Menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba”. Pada dasarnya setiap pengguna atau pembaca laporan keuangan organisasi nirlaba mempunyai kepentingan yang sama yaitu dalam rangka menilai : a. Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut. b. Cara manajemen melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja. 2.5 Organisasi Pengelola Zakat Pada zaman Rasulullah SAW, dikenal sebuah lembaga yang dikenal dengan Baitul Maal. Baitul Maal memiliki tugas dan fungsi mengelola keuangan negara. Sumber pemasukannya berasal dari dana zakat, infaq, Khataz, ijzya, ghanimah, fai dan lain-lain. Sedangkan penggunaanya adalah untuk asnaf mustahik yang telah ditentukan, untuk kepentingan da’wah, pendidikan, pertahanan, kesejahteraan sosial, pembuatan infrastruktur, dan lain sebagainya. Selama masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, lembaga Baitul Maal mengalami perubahan yang begitu besar dengan diopersikannya sistem administrasi yang dikenal dengan nama sistem Ad Diwaan. Namun saat ini pengertian Baitul Maal tidak lagi seperti pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, tetapi mengalami penyempitan, yaitu hanya sebagai lembaga yang mengelola dana-dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf atau lebih dikenal sebagai Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). 2.5.1 Pengertian Organisasi Pengelola Zakat Pengertian organisasi pengelola zakat menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan (2001;6) adalah “ Institusi yang bergerak di bidang pengelolaan zakat, infaq dan shodaqah.” Sedangkan definisi pengelola zakat menurut Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat adalah “Kegiatan pengawasan perencanaan, terhadap pengorganisasian, pengumpulan, pelaksanaan dan pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.” Keberadaan organisasi pengelola zakat di Indonesia diatur oleh beberapa Peraturan Perundang-undangan, yaitu : Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri Agama No.581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang No.38 Tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Dalam peraturan Perundang-undangan No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di atas, diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat, yaitu : 1. Badan Amil Zakat 2. Lembaga Amil Zakat Badan Amil Zakat merupakan pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Badan Amil Zakat (BAZ) memiliki tingkatan sebagai berikut : 1. Nasional, dibentuk oleh Presiden atas usul Menteri Agama. 2. Propinsi, dibentuk oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi. 3. Daerah Kabupaten/ Kota, dibentuk oleh Bupati atau Walikota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/ Kota. 4. Kecamatan, dibentuk oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. Lembaga Amil Zakat, merupakan organisasi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah. Lembaga Amil Zakat memiliki berbagai tingkatan yaitu : 1. Nasional, dikukuhkan oleh Menteri Agama. 2. Propinsi, dikukuhkan oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi. 3. Daerah Kabupaten/ Kota, dikukuhkan oleh Bupati atau Walikota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/ Kota. 4. Kecamatan, dikukuhkan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya. 2.5.2 Karakteristik Organisasi Pengelola Zakat Sebagai organisasi nirlaba, organisasi pengelola zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya, yaitu : 1. Sumber daya berasal dari para penyumbang atau donatur yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan sumber daya yang diberikan. 2. Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika suatu organisasi menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik organisasi tersebut. 3. Tidak adanya kepentingan seperti lazimnya organisasi bisnis. Namun tentunya selain itu organisasi pengelola zakat mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba bentuk lainnya, yaitu : 1. Terikat dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah. 2. Sumber dana utama adalah dana zakat, infaq, shodaqah, dan wakaf. 3. Biasanya memiliki dewan syariah dalam struktur organisasinya. 2.5.3 Prinsip-prinsip Operasionalisasi Organisasi Pengelola Zakat Prinsip-prinsip organisasi pengelola zakat adalah sebagai berikut : a. Aspek Kelembagaan Dari aspek kelembagaan sebuah organisasi pengelola zakat seharusnya memperhatikan berbagi faktor, yaitu : visi dan misi, kedudukan dan sifat kelembagaan, legalitas dan struktur organisasi, aliansi strategis. b. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia merupakan aset yang paling berharga, sehingga pemilihan siapa yang akan menjadiamil zakat harus dilakukan dengan hati-hati, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : c. 1. Perubahan Paradigma : Amil Zakat adalah sebuah profesi. 2. Kualitas Sumber Daya Manusia Sistem Pengelolaan Organisasi pengelola zakat harus memiliki sistem pengelolaan yang baik, unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah: memiliki sistem, prosedur, dan aturan yang jelas; manajemen terbuka; mempunyai aktivity plan, mempunyai lending comitte; memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan; diaudit; publikasi; perbaikan terus-menerus. 2.5.4 Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat Kebijakan akuntansi suatu organisasi zakat terkait dengan dasar yang digunakan oleh organisasi pengelola zakat tersebut dalam menyusun laporan keuangan. Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara akuntansi dana dengan akuntansi komersial. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan pengakuan dalam transaksi yang terjadi. Dibawah ini diuraikan jurnal standar untuk transaksi-transaksi tertentu (spesifik) yang digunakan dalam akuntansi organisasi pengelola zakat. Sehingga untuk transaksi lain yang sejenis dapat mengacu pada jurnal standar tersebut . Sedangkan untuk transaksi-transaksi lainnya, jurnalnya sama dengan akuntansi komersial. 1. Transaksi Pemberian Piutang Pada Pihak Ketiga Dalam berbagai aktivitas, sebuah OPZ dapat membuat program dengan pinjaman pendidikan, pinjaman modal, dan lain sebagainya. Jurnal Standar: 1) Piutang xxx Kas/Setara kas xxx 2) Penyaluran piutang xxx Pemberian piutang xxx Penjelasan: Transaksi diatas termasuk transaksi penerimaan/pengeluaran neraca, karena selain dilaporkan dineraca juga harus dilaporkan disumber dan penggunaan dana. Sehingga harus dilakukan jurnal dua kali. Pada jurnal kedua didebet akun pemberian piutang yang termasuk golongan penggunaan dana dalam laporan sumber dan pengunaan dana. Dan dikredit akun penyaluran piutang termasuk golongan penambahan didalam laporan perubahan dana termanfaatkan. 2. Transaksi pembayaran/pengembalian piutang pada pihak ketiga. Dari program pemberian pinjaman/piutang diatas, maka akan ada transaksi pembayaran piutang yang telah diberikan. Jurnal Standar: 1) Kas/setara kas xxx Piutang xxx 2) Penerimaan piutang xxx Penggembalian piutang xxx Penjelasan: Transaksi diatas termasuk transaksi pengeluaran/penerimaan neraca, dimana selain dilaporkan dineraca juga harus dilaporkan di sumber dan penggunaan dana. Sehingga harus dijurnal dua kali. Pada jurnal kedua didebet akun penerimaan piutang yang termasuk golongan pengurangan dalam laporan dana termanfaatkan. Dana kredit akun pengembalian piutang merupakan golongan sumber dana di dalam laporan sumber dan penggunaan dana. 3. Transaksi pembelian aktiva tetap Dalam menjalankan aktivitasnya biasanya terdapat pembelian aktiva tetap seperti peralatan kantor, kendaraan, gedung dan tanah. Jurnal Standar: 1) Aktiva tetap xxx Kas/Setara kas 2) Pembelian aktiva tetap Pembelian aktiva tetap xxx xxx xxx Penjelasan: Transaksi diatas termasuk transaksi pengeluaran/penerimaan neraca, dimana selain dilaporkan dineraca juga harus dilaporkan sumber dan penggunaan dana sehingga harus dilakukan jurnal dua kali. Pada jurnal kedua didebet akun aktiva tetap yang termasuk golongan penggunaan dana diluar laporan sumber dan penggunaan dana. Dan dikredit akun pembelian aktiva tetap yang termasuk golongan penambahan didalam laporan perubahaan dana termanfaatkan. 4. Transaksi penyusutan aktiva tetap Bagi lembaga yang mempunyai kewajiban untuk menyusutkan aktiva tetap yang memilikinya maka jurnalnya sebagai berikut: Jurnal Standar: Biaya penyusutan aktiva tetap xxx Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx Penjelasan: Biaya penyusutan aktiva tetap tidak dilaporkan dalam sumber dan pengguna dana, tetapi pada golongan pengurangan dalam laporan perubahan dana termanfaatkan. 5. Transaksi hibah antar dana Dikarenakan masing-masing dana dianggap entitas yang terpisah, maka sangat mungkin transaksi hibah antar dana: Jurnal Standar: Dana Zakat: Penyaluran kedana pengelola xxx Kas/setara kas xxx Dana pengelola: Kas setara kas Penerimaan dari dana zakat xxx xxx Penjelasan: Dalam contoh diatas transaksi tersebut melibatkan dua jenis yaitu dana zakat dan dana pengelola, sehingga membuat masing-masing jenis dana. Transaksi tersebut merupakan transaksi antar dana. Pada contoh diatas, pada jenis dana zakat didebet akun penyaluran ke dana pengelola yang merupakan kelompok transfer dana dan penggunaan dana. 6. Transaksi pinjaman antar dana Seperti dijelaskan diatas sangat mungkin sudah terjadi simpan antar dana. Dimana salah satu jenis dana meminjam(berhutang) kepada yang lain. Misalkan untuk menutupi kekurangan operasionalnya, dana pengelola meminjam kepada dana infak/shadaqah yang akan dikembalikan sebulan kemudian. Jurnal Standar: 1) Piutang kepada dana pengelola xxx Kas/setara kas xxx 2) Pinjaman kepada dana pengelola xxx Pemberian pinjaman kepada dana pengelola xxx Dana pengelola: 1) Kas/setara kas xxx Hutang dana dari infaq/shadaqah 2) Penerimaan pinjaman dari infaq/shadaqah xxx xxx Penerimaan pinjaman dari dana infaq/shadaqah xxx Penjelasan: Dalam contoh diatas transaksi tersebut melibatkan dua jenis dana yaitu dana infaq/shadaqah dan dana pengelolaan. Sehingga pembuat jurnal harus dilakukan masing-masing jenis dana. Transaksi diatas termasuk kategori transaksi pengeluaran/penerimaan neraca dimana selain dilaporkan neraca juga harus dilaporkan pada sumber dan penggunaan dana. Sehingga harus dilakukan jurnal dua kali. Transaksi tersebut termasuk transaksi antar dana, dehingga akan mempengaruhi akun pada golongan transfer dana. Pada jurnal kedua didana infaq/shadaqah, didebet akun pemberian pinjaman kepada pengelola yang termasuk kelompok transfer dana keluar dari golongan transfer dana didalam laporan sumber dan penggunaan dana. Dan kredit akun pemberian pinjaman kepada dana pengelola yang merupakan golongan penambahan didalam laporan dana termanfaatkan. Kemudian didana pengelola pada jurnal kedua, didebet akun penerimaan pinjaman dari merupakan golongan perubahan dana penerimaan pinjaman dari dana infaq/shadaqah pengurangan termanfaatkan. dana didalam Dan yang laporan dikredit akun infaq/shadaqah yang termasuk transfer dana masuk dari golongan transfer dana dari laporan sumber dan penggunaan dana. 7. Transaksi pembayaran/ penggembalian pinjaman antar dana Dari transaksi nomor 6 maka terjadi pembayaran/pengembalian pinjaman antar dana. Dengan transaksi contoh seperti diatas, maka akan dijurnal seperti dibawah ini. Jurnal Standar: Dana infaq/shadaqah: 1) Kas/setara kas xxx Piutang kepada dana pengelola 2) Pengembalian pinjaman dari dana pengelola xxx xxx Pengembalian pinjaman dari dana pengelola xxx Dana Pengelola: 1) hutang dari dana infaq/shadqah xxx Kas/setara kas 2) Pembayaran hutang kepada dana infaq/shadaqah Pembayaran hutang kepada dana infaq/shadaqah Penjelasan: xxx xxx xxx Dalam contoh diatas transaksi tersebut melibatkan dua jenis dana yaitu dana infaq/shadaqah dan dana pengelola. Sehingga pembuatan jurnal harus dilakukan dimasingmasing jenis dana. Transaksi diatas termasuk kategori transaksi pengeluaran/penerimaan neraca, dimana selain dilaporkan dineraca juga harus dilaporkan dilaporan sumber dana dan penggunaan dana. Sehingga harus dilakukan jurnal dua kali. Transaksi tersebut merupakan transaksi antar dana sehingga akan mempengaruhi akun pada golongan transfer dana (TD). Pada jurnal kedua pada infaq/shadaqah, didebet akun pengembalian pinjaman dari dana pengelola yang termasuk golongan pengurangan didalam laporan penggunaan dana termanfaatkan. Dan dikredit akun penggembalian piinjaman dari dana pengelola yang merupakan kelompok transfer dana masuk dari golongan transfer didalam laporan sumber dan pengguna dana. Kemudian didana pengelolaan pada jurnal kedua, didebet akun pembayaran hutang kepada dana infaq/shadaqah yang merupakan kelompok transfer dana keluar dari golongan transfer dana didalam laporan sumber dan penggunaan dana. Dan dikredit akun infaq/shadaqah yang pembayaran dana termasuk golongan utang kepada penambahan didalam perubahan dana termanfaatkan. 8. Transaksi pinjaman dari pihak ketiga Setiap jenis dana yang ada pada OPZ sangat mungkin untuk melakukan pinjaman kepada pihak ketiga. Misalnya: untuk memulai kegiatannya amil zakat (dalam hal ini dana pengelola) meminjam uang kepada seseorang yang akan digunakan sebagai modal awal. Jurnal Standar: 1) Kas/setara kas xxx Hutang pihak ketiga xxx 2) Pinjaman dari pihak ketiga xxx Penerimaan pinjaman dari pihak ketiga xxx Penjelasan: Transaksi diatas termasuk transaksi pengeluaran/penerimaan neraca, dimana selain dilaporkan dineraca juga harus dilaporkan dilaporan sumber dan penggunaan dana. Sehingga harus dilakukan jurnal dua kali. Pada jurnal kedua, didebet pinjaman dari pihak ketiga yang termasuk golongan pengurangan dari laporan perubahan dana termanfaatkan. Dan dikredit akun peneriman pinjaman dari pihak ketiga yang merupakan golongan sumber dana didalam laporan sumber dan penggunaan dana. 9. Transaksi pembayaran/ pengembalian pinjaman dari pihak ketiga Dari transaksi pada nomor 8 diatas maka akan terjadi transaksi penggembaliannya. Jurnalnya seperti dibawah ini: Jurnal Standar: 1)Hutang dari pihak ketiga xxx Kas/setara kas 2) Pembayaran hutang kepada pihak ketiga Pembayaran hutang kepada pihak ketiga xxx xxx xxx Penjelasan: Transaksi diatas termasuk transaksi pengeluaran/penerimaan neraca. Dimana selain dilaporkan dineraca juga harus dilaporkan dilaporan sumber dan pengguna dana. Sehingga harus dilakukan jurnal dua kali. Pada jurnal kedua didebet akun pembayaran hutang kepada pihak ketiga yang termasuk golongan penggunaan dana didalam laporan sumber dan penggunaan dana. Dan dikredit akun pembayaran hutang kepada pihak ketiga yang merupakan golongan penambahan didalam laporan pengguna dana termanfaatkan. 2.5.5 Laporan Keuangan Organisasi Zakat Berikut ini adalah contoh dari laporan keuangan organisasi zakat : 1. Laporan Posisi Keuangan Organisasi Pengelola Zakat “ABC” Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X1 dan 20X2 (dalam Rupiah) 20X2 20X1 XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Aktiva Tidak Lancar Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Penyertaan Piutang Ragu-ragu Jumlah Piutang tidak Lancar XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Jumlah Aktiva XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas Piutang Amil Piutang Lain-lain Biaya dibayar di muka Uang muka Jumlah Aktiva Lancar KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH Kewajiban Hutang Pajak Biaya Masih Harus Dibayar Hutang Lain-lain Dana Titipan Kewajiban Manfaat Karyawan Pasca Kerja Jumlah Kewajiban Aktiva Bersih Tidak Terikat Dana Infak Sedekah Dana Pengelola Terikat Temporer Dana Zakat Dana Solidaritas Kemanusiaan Dana Jasa Giro Terikat Permanen Dana Wakaf Dana Termanfaatkan XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Jumlah Aktiva Bersih XX XX Jumlah Kewajiban dan Ekuitas XX XX Sumber : Yayasan Dompet Dhuafa Bandung 2. Laporan Aktivitas Organisasi Pengelola Zakat “ABC” Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 20X2 (dalam Rupiah) Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain : Penerimaan Dana Infak sedekah Penerimaan Dana Pengelola Penerimaan Zakat Penerimaan Dana Solidaritas Kemanusiaan Penerimaan Jasa Giro Penerimaan Wakaf Koreksi Saldo Awal Alokasi untuk Amil Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain Tidak Terikat Terikat Terikat Temporer Permanen XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Penyaluran Dana : Penyaluran untuk Fakir Miskin Penyaluran untuk Gharimin Program untuk Mualaf Program untuk Musafir/Ibnu sabil Program untuk Fisabilillah Program Solidaritas Kemanusiaan Program Pendidikan Program Kegiatan Sosial Lain Alokasi untuk amil Beban Manajemen dan Umum Pencariaan Dana XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Jumlah Penyaluran Dana XX XX XX Perubahan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Awal Tahun Aktiva Bersih Akhir Tahun XX XX XX XX XX XX XX XX XX Sumber : Yayasan Dompet Dhuafa Bandung 3. Laporan Arus Kas Organisasi Pengelola Zakat “ABC” Laporan Arus Kas Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 (dalam Rupiah) 20X2 20X1 Aliran Kas dari Aktivitas Operasi : Penerimaan Dana Infak Sedekah XX Penerimaan Dana Pengelola XX Penerimaan Dana Zakat XX Penerimaan Dana Solidaritas Kemanusiaan XX Penerimaan Jasa Giro XX Penyaluran Dana Bantuan Keuangan dan Pangan XX Penyaluran Dana Bantuan Bea Pengobatan XX Penyaluran Dana Bantuan Bea Pendidikan XX Penyaluran Dana Program Usaha Mikro XX Penyaluran Dana untuk Gharimin XX Penyaluran Dana untuk Mualaf XX Penyaluran Dana untuk Musafir/Ibnu Sabil XX Penyaluran Dana untuk Fisabililah XX Penyaluran Dana untuk Bencana Alam XX Penyaluran Dana untuk Program Pendidikan XX Penyaluran Dana untuk Manajemen dan Umum XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX Penyaluran Dana untuk Pencarian Dana Penerimaan Piutang Pemberian Piutang Pembayaran Biaya Dibayar Di Muka Pemberian Uang Muka Pengembalian Uang Muka Pembayaran Biaya Masih Harus Dibayar Pembayaran Hutang lain-lain Penerimaan Dana Titipan Kas Bersih yang Diterima (digunakan) untuk Aktivitas Operasi Aliran Kas dari Aktivitas Investasi : Pengembalian Dana Bergulir Penyaluran dana Bergulir Pembelian Aktiva Tetap Penjualan Aktiva Tetap Penambahan Aktiva dalam Penyelesaian Kas Bersih yang diterima (digunakan) untuk Aktivitas Investasi Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan : Penerimaan Dana Wakaf Kas Bersih yang diterima (digunakan) untuk Aktivitas Pendanaan Kenaikan(penurunan) Bersih dalam Kas dan Setara Kas Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun Data Tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non kas : Aktiva tetap yang diterima sebagai hibah Penambahan aktiva tetap melalui hutang pembelian aktiva tetap Sumber : Yayasan Dompet Dhuafa Bandung XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX 2.6 Manfaat Publikasi Laporan Keuangan Yayasan Dompet Dhuafa Bandung Bagi Peningkatan Dana Zakat Zakat merupakan rukun islam yang memiliki dimensi sosial ekonomi, dengan kata lain sudah seharusnya jika zakat dapat memberikan dampak kepada masyarakat, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Hal tersebut dapat dicapai jika dana zakat dikelola secara profesional, amanah, dan transparan oleh para amil zakat yang terhimpun dalam wadah yang disebut Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Agar pengelolaan dana zakat yang dihimpun oleh organisasi pengelola zakat dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dilaksanakan pencatatan. Tujuan pencatatan atas pertanggungjawaban pengelolaan kepada dana para zakat muzakki adalah dan sebagai sarana masyarakat umum. Pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan harus dapat dipahami oleh setiap pengguna laporan keuangan. Untuk itu, organisasi pengelola zakat dalam menyusun laporan pertanggungjawaban keuangannya didasarkan pada standar akuntansi keuangan yang mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Selain itu, harus ada transparansi atau laporan keuangan dengan cara mempublikasikan laporan keuangan kepada seorang muzakki, para donatur dan masyarakat umum atas laporan keuangan yang disusun. Disamping sebagai instrumen pertanggungjawaban, Publikasi laporan keuangan diharapkan dapat mempertahankan dan menarik dana zakat dari masyarakat. Untuk memudahkan kegiatan tersebut, organisasi pengelola zakat harus memberikan laporan keuangan yang mengandung prinsip amanah dan transparan dan laporan keuangan yang mudah dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan serta dapat diuji kebenarannya.