Modul Pengantar Ilmu Komunikasi [TM10].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
NON VERBAL
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Advertising and
Marketing
Communication
Modul
09
Abstract
Pokok bahasan ini akan memberikan
pemahaman kepada mahasiswa mengenai
komunikasi non verbal termasuk fungsi dan
jenis komunikasi non verbal dalam
kehidupan manusia
Kode MK
Disusun Oleh
85001
Kelas :
B11436AA
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Kompetensi
Setelah
mengikuti
perkuliahan
ini,
Mahasiswa diharapkan dapat memahami
tentang komunikasi non verbal termasuk
fungsi dan jenis komunikasi non verbal
dalam kehidupan manusia
Definisi dan Gambaran Umum
P
engertian komunikasi non verbal adalah semacam “elusive” atau
sesuatu yang sulit dipahami karena komunikasi non verbal
menyangkut “rasa” atau “emosi”. Jenis dan jumlah tindakan non
verbal sangat beraneka ragam dan banyak, tetapi dalam kehidupan sehari-hari
perilaku non verbal ini sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan
yang ada.
Banyak pengertian dari komunikasi non verbal yang disampaikan dari
para ahli, seperti Frank E.X. Dance dan Carl E.Larson (1976), Judee K. Burgoon
dan Thomas J. Saine (1978) hingga Ronald B. Alder dan Neil Towne (1987). Dari
banyak difinisi yang disampaikan para ahli ini dapat diambil suatu definisi yang
diharapkan akan mempermudah kita memahami apa itu komunikasi non verbal.
Komunikasi
non-verbal secara umum dapat diartikan sebagai
pesan-pesan yang diekspresikan secara sengaja maupun tidak sengaja
melalui gerakan/tindakan/perilaku atau suara-suara atau vokal yang
berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa.
Disamping definisi perlu diketahui juga gambaran umum komunikasi non
verbal. Joseph A. Devito memberikan gambaran umum sebagai berikut :
a. Komunikasi non verbal berada dalam konteks
Suatu perilaku non verbal yang sama mungkin memiliki makna yang berbeda
ketika muncul dalam konteks yang berlainan. Misalnya kedipan mata disuatu
saat dapat diartikan sebagai tertarik pada seseorang, namun pada konteks
yang berlainana dapat diartikan sikap berbohong. Makna yang diberikan atas
perilaku non verbal biasanya juga tergantung pada pesan verbal yang
menyertainya.
b. Perilaku non verbal adalah perilaku yang normal
Gerakan wajah, mimik muka, keringat, gerakan otot tubuh dan sebagainya
merupakan perilaku non verbal yang normal terjadi.
‘13
2
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Tindakan non verbal saling terintegrasi
Seluruh
tubuh
secara
normal
akan
bekerja
bersama-sama
saat
mengkomunikasikan makna-makna tertentu. Misalnya menyampaikan rasa
marahnya tidak akan hanya wajahnya yang merah, menahan marah sedang
tangan tidak menunjukkan gerakan marah. Yang terjadi jika dalam kondisi
marah akan dinampakkan dalam tindakan non verbal yang terintegrasi
(bersama-sama) dalam sekujur tubuhnya.
Demikian pula jika ada pesan verbal yang disampaikan yang menyertainya
akan terintegrasi dengan tindakan non verbalnya. Seperti contoh marah diatas
maka pesan verbal yang keluar juga pesan marah.
d. Pesan komunikasi non verbal bermakna rangkap
Pada saat seseorang menyampaikan pesan secara verbal dan non verbal
sedang keduanya tidak terintegrasi (berlainan makna) maka biasanya pesan
non verbal yang lebih dipercayai. Misalnya seseorang menyampaikan dia tak
berbohong, namun matanya selalu berputar dan tak berani menatap lawan
bicara bisa jadi dia sedang berbohong.
e. Komunikasi non verbal sangat menentukan
Pada dasarnya semua pesan (verbal maupun non verbal) didorong oleh halhal tertentu. Tindakan kita itu ditentukan oleh keinginan-keinginan tertentu.
Yang harus diperhatikan, untuk mencari signifikasi perilaku non verbal
dengan dorongan-dorongan di dalam diri tidaklah mudah. Kita semata-mata
melihat perilaku non verbal, lalu menginterpretasikan perilaku tersebut.
f.
Perilaku non verbal sangat terpercaya
Disebabkan banyak alasan, tidaklah semua perilaku non verbal jelas bagi
kita. Kita akan menginterpretasikan setelah ada konteks yang mengikuti dan
kemudian menginterpretasikan. Tetapi kita akan cepat percaya terhadap
perilaku non verbal apabila perilaku ini bertolak belakang dengan pesan
verbal yang mengikutinya (seperti contoh diatas)
g. Perilaku non verbal selalu dikomunikasikan.
Semua gerakan yang kita lakukan dalam hubungannya denga orang lain
selalu dikomunikasikan, diterima dan diinterpretasikan. Perilaku orang
‘13
3
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
disadari atau tidak memberikan informasi tertentu pada orang lain, termasuk
didalamnya terdapat perilaku non verbal yang selalu dikomunikasikan.
h. Komunikasi non verbal berada dalam satu aturan.
Dalam komunikasi verbal terdapat aturan-aturan bahasa yang mudah
dikenali, sedangkan dalam komunikasi non verbal selain tidak mudah dikenali
juga sangat bervariasi aturan-aturannya. Aturannya didasarkan pada nilainilai atau aturan-aturan masyarakat, seperti misalnya cara duduk, cara
berjalan, cara bicara, cara makan dll.
i.
Perilaku non verbal adalah metakomunikasi
Meta komunikasi adalah komunikasi yang berkaitan dengan komunikasi
lainnya. Fungsi metakomunikasi dari perilaku non verbal adalah untuk
memperkuat atau memperjelas perilaku verbal atau non verbal lainnya.
Misalnya
seorang
dosen
yang
berbicara
dikelas
tidak
hanya
mengkomunikasikan pesan verbalnya semata. Mahasiswa akan menerima
pesan lain dari perilaku non verbal dosen tersebut seperti cara bicara,
pakaian, cara duduk, dll.
Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Meskipun secara teoritis komunikasi non verbal dapat dipisahkan dari
komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin.
Rangsangan verbal dan non verbal hampir selalu berlangsung bersama-sama,
dan diinterpretasikan bersama-sama pula oleh penerima pesan Seperti yang
dijelaskan dalam gambaran umum diatas.
Tidak ada struktur yang pasti, tetap dan dapat diramalkan mengenai
hubungan antara komunikasi verbal dan non verbal. Keduanya dapat
berlangsung spontan, serempak dan non sekuensial. Namun berdasarkan kajian
teoritis mengenai komunikasi verbal dan non verbal maka bisa dijelaskan
beberapa perbedaan antara komunikasi verbal dan non verbal yang dapat
dibedakan ke dalam empat cara:
‘13
4
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Maksud atau tujuan pesan
Suatu pesan verbal memiliki maksud atau tujuan yang jelas. Maksud atau
tujuan suatu pesan verbal baik dalam bentuk kata-kata maupun tulisan.
Sedangkan pembentukan makna dari perilaku non verbal tidak ditentukan oleh
maksud atau tujuan dari gerakan-gerakan non verbalnya. Persepsi seseorang
terhadap tindakan-tindakan non verbal dari orang lain sudah dibenarkan dalam
memberikan makna pesan non verbal itu. Tentunya suatu makna dari pesanpesan non verbal bersifat relatif dan berbeda-beda. Hal ini bisa dimengerti,
karena persepsi dan kepekaan interpretasi setiap orang tidak akan sama.
b. Perbedaan Simbolik
Dalam kehidupan sehari-hari adalah wajar apabila kita memilih warnawarna tertentu di dalam berpakaian, selalu menyisir rambut ke sebelah kanan,
memakai kaos sportif, dan lain-lain. Tindakan-tindakan tersebut didasarkan oleh
motof-motif atau kebutuhan-kebutuhan tertentu. Namun, segala hal yang kita
lakukan itu dapat diartikan secara berbeda oleh orang lain. Bisa jadi kita
dianggap “sok bergaya” .
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara komunikasi
verbal dan non verbal adalah:
1. arti dari pesan verbal bersifat eksplisit sedangkan arti dari pesan non
verbal bersifat implisit.
2. arti dari pesan verbal berkaitan dengan keadaan yang spesifik,
sedangkan arti dari pesan non verbal berkenaan dengan rasa atau emosi.
3. arti dari pesan verbal bersifat menengahi (mediated) atau alternatif,
sedangkan arti dari pesan non verbal bersifat normatif.
c. Mekanisme proses
Perbedaan antara komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan
bagaimana pros4es informasi terjadi di dalam tubuh manusia. Seluruh informasi
termasuk komunikasi diproses oleh otak. Otak menginterpretasikan informasi ini
‘13
5
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melalui pikiran. Di dalam pikiran terjadi pengontrolan terhadap segala perilaku
manusia, baik perilaku psikologis dan atau gerak refleksi maupun perilaku
sosiologis seperti belajar dan lain-lain. Cara-cara otak memproses informasi
berbeda antara komunikasi verbal dan non verbal.
Perbedaan utama dari proses informasi di dalam otak adalah: pada
belahan otak kiri memproses informasi yang bersifat diskontinyu dan arbitrari
(berubah-ubah) dan bagian otak kanan memproses segala informasi yang
bersifat kontinyu dan alamiah. Informasi yang bersifat diskontinyu dan arbitrary
dikenal sebagai informasi digital (angka-angka). Sedangkan informasi yang
bersifat kontinyu dan alamiah disebut sebagai analogikal. Informasi digital ini
mencerminkan simbol-simbol yang ada di dalam bahasa. Sedangkan proses
analogi berkaitan dengan unit-unit yang menggambarkan emosi dan rasa.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu, pesan-pesan verbal dan non
verbal akan berbeda pada struktur pesannya. Artinya, aturan-aturan di dalam
komunikasi non verbal adalah kurang berstruktur, lebih sederhana, dan
diekspresikan di dalam gambaran. Komunikasi non verbal juga akan tampak
jelas pengertiannya apabila dihubungkan dengan konteks di mana interaksi
terjadi. Lain halnya dengan komunikasi verbal, teratur di dalam tata bahasa dan
hubungan-hubungan kalimatnya. Komunikasi verbal juga dapat menciptakan
konteks di mana hubungan itu terjadi.
d. Pertimbangan perilaku
Komunikasi non verbal di dalam proses komunikasi merupakan suatu
bentuk dari perilaku manusia. Komunikasi non verbal bukanlah sebagai jumlah
yang dapat dihitung. Sebagai perilaku, komunikasi non verbal terjadi oleh adanya
informasi yang tersebar dalam kehidupan manusia. Keberadaan informasi bisa
disadari ataupun tidak disadari. Kita dapat menyadari warna suatu halaman
buku, tetapi tidak akan menyadari bau yang halus. Informasi ini akan menuntun
perilaku kita berdasarkan bentuk fisik kita sendiri (secara alamiah atau yang
dibentuk) dan mental (yang diterima dan dipengaruhi oleh masa lalu atau masa
datang). Informasi menuntun perilaku seseorang baik aksi maupun reaksi
terhadap sesuatu.
‘13
6
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi dan Jenis Komunikasi Non Verbal
Hasil
penelitian menunjukkan, diperkirakan gerak dan mimik wajah
manusia mampu menghasilkan lebih dari 20.000 ekspresi yang berlainan. Di
samping itu, ada 7.777 isyarat/gestura yang berbeda dan sejumlah 1.000 sikap
yang berbeda pula.
Dari jenis dan jumlah yang digambarkan, pembagian tentang komunikasi
no verbal yang diberikan oleh patra ahli juga bervariasi. Namun, untuk modul ini
akan dijelaskan secara rinci beberapa diantaranya:
a. Komunikasi Tubuh
Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi empat: gestura/isyarat,
ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan.
Komunikasi gestura; yaitu isyarat atau tanda yang berdasarkan
keaslian, fungsi, dan bentuk perilakunya, terdiri dari:
1. Emblems. Adalah tanda-tanda yang akan mengganti kata-kata atau frasefrase secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan lingkaran dan ibu jari,
tanda perdamaian dengan membentuk huruf “V” dengan jari, ajakan dengan
melambaikan tangan, dan sebagainya.
2. Illustrator. Ini berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan suatu
pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan bola dunia kita
memberikan
ilustrasi
dengan
tangan
yang
membentuk
lingkaran,
menggambarkan panjangnya Kereta Api Parahyangan dengan merentangkan
kedua tangan, dan lain-lain.
3. Affect Display (Penampilan afeksi). Adalah gerakan-gerakan wajah yang
mengekspresikan makna-makna emosi: marah, ketakutan, bahagia, hasrat
atau kelelahan.
4. Regulator. Adalah jenis perilaku non verbal yang bersifat mengatur (monitor,
menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan dengan orang lain. Seperti, di
dalam percakapan kita tidak pasif, menatap mata, menggelengkan atau
menganggukkan kepala, mengatupkan bibir.
‘13
7
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Adaptor. Adalah perilaku non verbal yang dilakukan untuk menciptakan rasa
nyaman dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya merokok pada saat
menghadapi ujian, menggaruk kulit yang gatal, membetulkan letak kacamata,
dan lain-lain. Perilaku ini bisa disadari atau tidak disadari.
Komunikasi
dikomunikasikan
wajah;
dalam
yaitu
hubungan
gerakan-gerakan
antarpribadi,
wajah
terutama
yang
dalam
akan
hal
mengekspresikan emosi. Secara umum ada delapan (8) kategori komunikasi
wajah ini: bahagia, terkejut, ketakutan, marah, sedih, muak, jijik, dan rasa tertarik.
Komunikasi mata, dalam hal ini ada tiga hal yang penting dalam
komunikasi mata, yaitu :
1. Fungsi kontak mata
Komunikasi kontak mata memiliki empat fungsi: pertama, memonitor umpan
balik (feedback) dalam percakapan. Kedua, tanda untuk kembali pada
percakapan. Ketiga, sebagai tanda hakikat suatu hubungan. Memejamkan
mata atau memelototkan mata menunjukkan hakikat suatu hubungan.
Keempat, tanda sebagai kedekatan fisik. Ketika seorang wanita ingin
melakukan sesuatu, ia meminta persetujuan pasangannya. Sang pria akan
memejamkan mata sekejap yang berarti setuju dan juga mendukung secara
penuh.
2. Fungsi menghindari
Seseorang menghindari tatapan mata dapat berarti dia tidak tertarik atau bisa
juga untuk menjaga jarak personalitasnya.
3. Melebarkan mata
Bagi wanita, mata yang lebar adalah simbol kecantikan, tetapi bisa juga,
orang memelototkan mata karena dia kagum atau takjub terhadap sesuatu.
Atau bisa juga karena seseorang sedang marah.
‘13
8
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komunikasi sentuhan, yaitu bahwa sentuhan manusia merupakan jenis
komunikasi non verbal yang paling primitif. Bahasa sentuhan memiliki sejumlah
fungsi dalam proses komunikasi, yaitu: ungkapan seksual; menghibur atau
memberi dukungan; kekuasaan dan dominasi.
b. Komunikasi ruang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat dua orang berbicara dengan
jarak yang jauh. Ada pula yang bercakap-cakap dengan berpegangan tangan.
Ada lagi orang yang tidak senang didekati, tidak senang orang lain masuk
kamarnya, atau duduk dimejanya. Semua itu adalah aspek-aspek dari
komunikasi ruang.
Menurut Edward T. Hall (1963) manusia memiliki empat jarak yang dapat
menggambarkan empat hubungan manusia:
Pertama, jarak intim, yang berjarak dari fase sentuhan sampai 45 cm.
Kedua, jarak personal. Jarak ini merupakan batas pribadi seseorang yang tidak
bisa disentuh orang lain. Berjarak antara 75-120 cm.
Ketiga, jarak sosial. Yakni jarak didalam hubungan sosial kita dengan orang
lain. Jarak 120-210 cm merupakan jarak yang berhubungan dengan urusan
pekerjaan yang bersifat impersonal. Dan jarak 210-360 cm adalkah jarak untuk
urusan pekerjaan yang bersifat leboh formal.
Keempat, jarak publik. Pada jarak 360-450 cm orang bisa mengambil sikap
mempertahankan diri dari ketakutan terhadap orang lain. Sedangkan jarak 450750 cm merupakan jarak yang membatasi kita dengan suatu kelompok besar
orang-orang. Seperti jarak antara panggung pertunjukkan dengan penontonnya.
c. Paralanguage
Paralanguage dapat didefinisikan sebagai suara-suara atau vokal non
verbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan. Paralanguege mencakup
kecepatan berbicara; volume; ritme; resonansi; bentuk-bentuk vokal seperti
‘13
9
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tertawa, pekikan, rintihan, semburan, rengekan, suara-suara “uh-uh, shh”; dan
tinggi rendah suara.
Dalam hal ini, ada dua hal yang berkaitan dengan paralanguage:
1. Paralanguage dan persepsi
Orang
sering
cepat
menilai
orang
lain
berdasarkan
suara-suara
paralanguage. Ketika mendengar pidato yang bersuara rendah, dinilai bahwa
orang yang berpidato merasa “inferior” atau rendah diri dengan apa yang
disampaikannya. Di pihak lain, orang yang berbicara keras, dinilai sebagai
orang yang mempunyai “ego” tinggi.
2. Paralanguage dan percakapan
Suara-suara paralanguage dapat menjaga dan mengubah peran-peran
pembicara dan pendengar di dalam percakapan. Contohnya, apabila
seseorang
ingin
berbicara
terus
menerus,
diselang
dengan
suara
“mmm....nn...”. sedangkan, apabila memberi kesempatan berbicara pada
yang lain akan bersuara “yah” atau yang lainnya.
d. Komunikasi Temporal (waktu)
Ada dua hal penting yang berkaitan dengan penggunaan waktu di dalam
proses komunikasi:
1. Menunjukkan status
Penggunaan waktu akan menunjukkan status seseorang dalam beberapa
segi kehidupan. Misalkan, seorang mahasiswa akan berusaha “on time”
apabila dia mempunyai janji dengan dosennya. Sebaliknya, tidak demikian
dengan dosennya, apabila dia membuat janji dengan mahasiswanya.
2. Waktu dan kesesuaian
Artinya penggunaan waktu dalam proses komunikasi berkaitan dengan
kesesuaian dari kegiatan yang dilakukan. Contohnya, seorang dosen yang
sibuk akan menyempatkan hari-hari tertentu untuk konsultasi dengan
mahasiswa, karena waktu-waktu yang lain harus digunakan untuk kegiatan-
‘13
10
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kegiatan lain yang penting. Seorang dokter mempunyai ham-jam praktek
tertentu, karena waktu-waktu yang lain dia harus menengok pasienpasiennya di rumah sakit. Tetapi, seorang dosen akan memberi toleransi
waktu lain untuk konsultasi bagi mahasiswa tertentu yang sudah saatnya
mengikuti ujian sidang kelulusan kesarjanaannya. Juga, para dokter akan
menerima telepon di luar jam kerjanya apabila harus menghadapi keadaan
darurat yang menyangkut nyawa orang lain.
e. Warna
Warna
memberi
arti
terhadap
suatu
objek.
Warna
juga
untuk
menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, bahkan keyakinan
agama. Hampir semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal
ini bisa dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta upacara-upacara
ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-warni.
Fungsi Komunikasi Non-Verbal
Beberapa fungsi dari komunikasi non verbal antara lain:
a. Repetisi atau pengulangan
Perilaku-perilaku non verbal mungkin merupakan pengulangan untuk
memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang
menanyakan agar ditunjukkan letak kampus Universitas Mercu Buana; kita akan
memberikan
penjelasan
dengan
kata-kata
“Setelah
bapak
menemukan
perempatan jalan di depan, bapak belok ke arah utara”. Sesaat kemudian kita
masih perlu menegaskan atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan
menunjukkan jari ke mana arah utara tersebut. Bahkan sering kita masih
menambahkan dengan memberikan gambaran dengan peragaan-peragaan non
verbal yang lain.
Untuk hal yang sama, fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk
pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya
‘13
11
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti
“ya”, menggelengkan kepala berarti “tidak”, melambaikan tangan berarti “halo
atau selamat tinggal”.
b. Kontradiksi atau berlawanan
Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
berlawanan. Tindakan-tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau
bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap-sikap ini akan
menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Contohnya, ketika wajah
seseorang merah padam dan sikap menahan emosi, seorang teman bertanya,
“Marah ya?” Namun, dia akan bilang “Tidak, saya tidak marah”. Jelas bahwa
sikap dan ucapan orang tersebut bertentangan.
Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau
bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang bermakna rangkap.
Misalnya, mungkin orang menutupi rasa grogi di saat bicara di depan orang
banyak dengan duduk terpaku, atau ketika seseorang menunjukkan sikap atraktif
karena ingin akrab dengan orang lain, padahal biasanya dia tidak bersikap
seperti itu. Namun perlu diingat pesan-pesan ganda yang kita tampilkan dengan
halus
mempunyai
akibat
yang
besar
apabila
orang
lain
melihat
ketidakkonsistenan antara tindakan dan ucapan. Orang akan lebih percaya pada
perilaku non verbal dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi yang
bermakna ganda.
c. Substitusi atau pengganti
Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang
dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan sesuatu, kita
hanya “angkat bahu” untuk mengatakan tidak tahu. Dalam hal ini sering tidak
disadari tindakan-tindakan non verbal ini. Seperti, tersenyum, menarik napas
panjang, atau mengerutkan kening.
d. Komplemen atau pelengkap
Tindakan-tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan
verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan verbal.
Misalkan, kita baru pulang dari pendakian gunung dan merasa bangga telah
mencapai puncak serta kembali dengan selamat. Perasaan bangga itu kita
‘13
12
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ungkapkan kepada seorang teman. Umpamanya tentang bagaimana sulitnya
medan yang berbukit-bukit dengan peragaan gerakan-gerakan tangan, luas dan
indahnya puncak gunung dengan merentangkan tangan, atau curamnya
kemiringan bukit-bukit dengan gerakan tangan dan tubuh yang dimiringkan.
e. Regulasi atau pengatur
Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur
pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa sikap-sikap untuk
menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju. Contohnya, ketika dua orang
berbicara, yang lain mengangguk atau menggelengkan kepala. Hal itu dapat
membuat percakapan berlangsung dengan baik. Sedangkan, apabila orang yang
mendengar selalu menggelengkan kepala, percakapan tidak akan berlangsung
dengan baik.
f.
Aksentuasi atau penekanan
Tanda-tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan
pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan menunjukkan jari
atau intonasi suara yang tinggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan
tanda-tanda italik (kursif atau garis miring) dalam bahasa verbal.
‘13
13
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
‘13

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
14
Pengantar Ilmu Komunikasi
Endri Listiani, S.IP. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download