1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi

advertisement
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data
Data dan informasi yang mendukung proyek tugas akhir ini, diambil dari beberapa
sumber, antara lain :
2.1.1
Literatur buku & internet
Data berupa wawancara dari narasumber terdekat dan melalui internet dan hasil
polling survey.
2.1.2
Wawancara
Data melalui wawancara dari narasumber, yaitu orang yang pernah melakukan
aborsi.
2.2
Data Umum
2.2.1
Animasi
Animasi adalah tayangan gambar sequence 2D maupun 3D yang disusun
sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah ilusi gerak. Efek yang dihasilkan adalah
sebuah ilusi dari pergerakan berdasarkan gambaran yang tertangkap oleh penglihatan,
dan dapat dibuat serta didemonstrasikan dengan berbagai macam cara. Cara yang
paling sering untuk menampilkan sebuah animasi adalah melalui layar lebar ataupun
video, walaupun masih ada cara lainnya. Dunia animasi berakar dari dunia gambar,
yang kemudian gambar tersebut dibuat dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi
terlihat hidup sehingga memiliki makna visual (desain komunikasi visual).
2.2.2
Animasi di Indonesia
Animasi di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing, perkembangan animasi di
Indonesia bisa dibilang cukup pesat, ini terbukti dengan adanya forum animasi
Indonesia (Ainaki) dan website Indonesian CG Community (IndoCG), tetapi ada
beberapa hal yang berpotensi menghalangi perkembangan animasi di Indonesia seperti
kurangnya dukungan dari pemerintah untuk animasi di Indonesia, banyak yang salah
menanggapi bahwa animasi itu untuk anak-anak, namun pada kenyataannya animasi
itu tidak hanya untuk anak-anak saja. Dua film Animasi Indonesia yang dibuat oleh
3
4
Studio Kasatmata dan Infinite Frameworks yaitu berjudul Homeland dan Sing to the
dawn.
2.3
Proses terjadinya kehamilan
Gambar 2.1
Proses sperma bertemu indung telur
Proses Terjadinya kehamilan ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual
dengan seorang laki-laki maka bisa jadi perempuan tersebut akan hamil (Terjadinya kehamilan).
Kehamilan terjadi ketika sel sperma yang masuk ke dalam rahim seorang perempuan membuahi
sel telur yang telah matang. seorang laki-laki rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan
setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel
sperma. Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan
sel sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim,
saling berebut untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim.
Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair,
sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke
ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi tuba falopii
mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi). Jika
perempuan tersebut berada dalam masa subur, atau dengan kata lain terdapat sel telur yang
matang, maka terjadilah pembuahan.Pada proses pembuahan, hanya bagian kepala sperma yang
menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel telur.Bagian ekor yang merupakan alat gerak
sperma akan melepaskan diri. Sel telur yang telah dibuahi akan mengalami pengerasan bagian
luarnya. Ini menyebabkan sel telur hanya dapat dibuahi oleh satu sperma.
Inti sel telur yang sudah dibuahi akan mengalami pembelahan menjadi dua bagian setelah 30 jam.
20 jam kemudian inti sel telur ini akan kembali membelah menjadi empat bagian. Tiga sampai
empat hari setelah pembuahan, sel akan sampai di bagian uterus.Dalam jangka waktu satu minggu
setelah perubahan, akan dihasilkan suatu massa sel yang berbentuk ola sebesar pentol jarum, yang
5
disebut (blastocyt). Dalam proses selanjutnya, yaitu sekitar 5 hari berikutnya, blastosis akan
menempel dan terimplantasi kedalam endometrium.
Selama dua hingga empat minggu pertam perkembangan, blastosis medapatkan nutrien
dari endometrium. Pada masa perkembangan ini, akan berbentuk plasenta. Plasenta merupakan
organ berbentuk cakram yang mengandung pembuluh darah maternal (ibu) dan embrio. Melewati
plasenta inilah, embrio akan mendapatkan nutrisi dari maternal. Melalui lasenta ini juga terjadi
pertukaran gas-gas respirasi dan pembuangan limbah metabolisme embrio. Darah dari embrio
mengalir ke plasenta melalui arteri tali pusar dan kembali melalui vena pusat dan melewati hati
embrio.
( http://bidanku.com/index.php?/terjadinya-kehamilan)
2.4
Fase kehamilan minggu per perminggu
Gambar 2.2
Rahim
Mengetahui diri Anda mengandung tentu sangat menggembirakan. Selama 9 bulan ke
depan, Anda akan menjalani ‘kehidupan baru’ yang sangat menarik. Apa saja yang terjadi di
dalam rahim Anda selama itu? Bagaimana proses pertumbuhan janin Anda dalam tiap fase?
Panduan pertumbuhan janin berikut ini akan membantu persiapan Anda menyambut si kecil hadir
dalam kehidupan Anda
0 - 4 Minggu
Pada minggu-minggu awal ini, janin Anda memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm.
Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang
yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk.
4 - 8 Minggu
6
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak, dan semua
organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.
8 - 12 Minggu
memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk. Kepalanya
berukuran lebih besar daripada badannya, sehingga dapat menampung otak yang terus
berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di
dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapat melakukan aktifitas seperti menendang
dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah terbentuk
12 - 16 Minggu
Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat
ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis
dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh
kasar dan berwarna.
16 - 20 Minggu
Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul di belakang gigi
susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan
terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera
pengecap mulai berkembang dan bisa membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jarinya mulai
nampak.
20 - 24 Minggu
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut mulai
bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulaiaktif. Ia dapat mendengar sekarang,
baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat mengenali suara ibunya dan detak
jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini
merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya.
24 - 28 Minggu
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut mulai
bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulaiaktif. Ia dapat mendengar sekarang,
baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat mengenali suara ibunya dan detak
jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini
merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya.
7
28 - 32 Minggu
Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun
matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya
sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke
dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
36 Minggu
Kepalanya telah berada pada rongga panggul, seolah-olah "mempersiapkan diri" bagi
kelahirannya ke dunia. Ia kerap berlatih bernaPas, mengisap, dan menelan. Rambut-rambut halus
di sekujur tubuhnya telah menghilang. Ususnya terisi mekonium (tinja pada bayi baru lahir) yang
biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah ia lahir. Saat ini persalinan sudah amat dekat dan bisa
terjadi kapan saja.
(http://mamawoel.blogspot.com/2009/02/fase-kehamilan-minggu-per-minggu.html)
2.5
Definisi aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk bertumbuh.
Dalam dunia kedokteran, aborsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si
pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah
tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
(http://www.aborsi.org/definisi.htm)
8
2.6
Tindakan aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri
2. Aborsi dilakukan orang lain.
Aborsi dilakukan sendiri
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan
janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan
janin.
Aborsi dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga
beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam
5 tahapan, yaitu:
1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa.
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah
kosong, atau dibakar di tungku.
Gambar 2.3
Penarikan janin
Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan
obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam
kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang
diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.
(http://www.aborsi.org/tindakan.htm)
9
2.7
Alat-alat untuk menggugurkan janin
Currette
Gambar 2.4.1
Currette
Curette : Bentuknya seperti sendok di ujungnya dan salah satu ujungnya sebagai pegangan.
Dipakai untuk menghancurkan dinding ari-ari sang ibu dan meraih janinya.
Canulla
Gambar 2.4.2
Canulla
Canulla : Bentuknya seperti cekungan tube plastik yang dilengkapi dengan alat penyedot. Dipakai
untuk membunuh janin dan menyedotnya keluar dari rahim.
10
Forceps
Gambar 2.4.3
Forceps
Forceps : Bentuknya mirip dengan gunting, tapi lebih berfungsi sebagai catut . Digunakan untuk
meraih, menarik dan memindahkan bayi. Alat ini biasanya dipakai untuk meremukan tulang bayi
agar mudah keluar dari perut ibunya.
Syringe with spinal needle
Gambar 2.4.4
Alat suntik
11
Syringe with spinal needle : Dalam prosedur aborsi, cairan ini untuk mengeringkan amniotic fluid
dari uterus ibunya, tapi lebih sering dipakai untuk menyuntikan potassium chloride atau bahan
kimia mematikan yang lain di jantung bayi. tujuannya agar bayi tidak lahir hidup dan lebih
gampang untuk menariknya keluar.
(http://diary-osi.com/pil-aborsimakanan-dan-alat-menggugurkan-kandunganjanin)
2.8
Cara melakukan aborsi
Banyak sekali cara ilegal yang dapat dilakukan untuk melakukan kehamilan, namun
secara medis umumnya dokter melakukan tata cara aborsi sesuai dengan usia kehamilan. Pada
usia kehamilan 49 hari, aborsi dapat dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan. Setelah 50
hari, aborsi hanya bisa dilakukan dengan dilatasi, kuretase, atau menggunakan alat pengisap
(induksi). Menginjak bulan keempat kehamilan, metode kuret tidak bisa lagi dilakukan sehingga
harus melalui induksi atau bahkan histerektomi (pada kasus tertentu).
Aborsi pada awal kehamilan merupakan operasi kecil yang dapat dilakukan di klinik atau rumah
sakit dengan cukup singkat. Aborsi yang dilakukan oleh orang yang tidak memenuhi syarat atau
tidak steril, berisiko bagi pasien mengalami infeksi, perdarahan, infertilitas masa depan atau
bahkan kematian.
Kecuali alasan medis, Indonesia termasuk salah satu negara yang tidak mengijinkan
pengguguran kandungan dengan teknik apapun. Hal ini memang banyak dilatar belakangi oleh
pendapat agama tenang cara menggugurkan kandungan baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha maupun kepercayaan yang lain. Terlepas dari pada itu di negara lain seperti Amerika
ternyata terdapat satu buah kubu yang mendukung pengguguran kandungan dan satu buah kubu
lain yang menentang cara menggugurkan kandungan. Kubu yang mendukung pengguguran
kandungan beralasan bahwa semua kehidupan ini berdasarkan atas azas pilihan (choice), karena
itu seorang ibu berhak memilih apa yang baik untuk dirinya. Sedangkan kubu yang menentang
cara pengguguran kandungan lebih condong pada agama dimana semua berhak untuk hidup
termasuk janin di dalam kandungan.
Pengguguran kandungan sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Metode pengguguran
kandungan tersebut dibagi sesuai dengan umur kandungan itu sendiri sehingga tata cara
pengguguran kandungannya pun berbeda-beda. Berikut adalah :
cara menggugurkan kandungan yang dilaksanakan dengan tindakan medis tertentu :

Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik ini hanya diperkenankan secara medis untuk usia
kehamilan trisemester I. Sesuai dengan namanya, teknik yang digunakan untuk menggugurkan
12
kandungan adalah dengan cara menyedot janin di dalam rahim. Teknik pengguguran kandungan
yang banyak dilakukan di kehamilan muda ini menggunakan mesin penyedot bertenaga kuat
dengan ujung tajam.
menggugurkan kandungan, ujung mesing penyedot tersebut dimasukkan ke dalam rahim lewat
mulut rahim yang sebelumnya telah dimekarkan. Setelah alat tersebut masuk ke dalam rahim
mesin kemudian dinyalakan dan tersedotlah bagian-bagian janin ke dalam mesin tersebut. Dalam
teknik menggugurkan kandungan ini tubuh bayi menjadi berantakan dan ari-ari (plasenta) akan
tertarik dari dinding rahim.
Setelah proses pengguguran kandungan dilakukan didapat hasil penyedotan yang berupa darah,
cairan ketuban, bagian plasenta dan tubuh janin dalam wadah berupa botol yang terhubung
dengan mesin penyedot.
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik ini bukanlah suatu hal yang tidak beresiko. Bila
tidak hati-hati, ujung alat hisap dapat salah menghisap dinding rahim dan mengakibatkan
robeknya dinding rahim. Pada kasus yang fatal bisa terjadi pendarahan yang sangat hebat dan
dapat berakhir dengan operasi pengangkatan rahim. Selain resiko tersebut pada teknik
menggugurkan kandungan dengan cara penyedotan bisa saja terjadi komplikasi paska aborsi
seperti peradangan atau infeksi yang disebabkan adanya bagian janin/sisa plasenta yang tertinggal
dalam rahim pada proses penyedotan.

Metode Racun Garam (Saline Salt Poisoned)
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik ini hanya diperkenankan secara medis
untuk usia kehamilan 16 minggu. Berbeda dengan teknik menggugurkan kandungan yang lain,
teknik ini menggunakan cairan yang bersifat racun untuk menggugurkan kandungan.
Secara teknis proses pengguguran kandungan terjadi dengan cara meracuni air ketuban.
Berhubung cara ini menggunakan cairan untuk meracuni air ketuban tentunya cara ini hanya
dapat dilakukan setelah terbentuk ketuban yang cukup untuk melingkupi janin. Sebelum
memasukkan racun garam (saline) tenaga medis akan mengambil cairan ketuban hingga 250 ml
lalu menggantinya dengan larutan konsentrasi garam yang bersifat racun tadi.
Janin yang dikala itu sudah belajar untuk bernafas kemudian menelan konsentrat racun tersebut
dan terjadilah proses keracunan yang diakhiri dengan aborsi. Sesaat setelah cairan tersebut
disuntikkan kulit janin akan terbakar dan kemudian dalam 1 jam janin mati di dalam kandungan.
Setelah 35 jam dari waktu awal penyuntikan, ibu akan melahirkan janin yang telah mati tersebut
dengan kulit hitam terbakar.
13
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik suntikan garam ini juga memberikan efek
samping pada wanita pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang
tak terkendali diseluruh tubuh). Resiko pengguguran kandungan ini adalah timbulnya pendarahan
hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau
kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.

Metode Dilatasi dan Evakuasi (D&E)
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik pemotongan dan pengangkatan ini hanya
diperkenankan secara medis untuk usia kehamilan maksimum 24 minggu. Hampir sama dengan
menggugurkan kandungan menggunakan teknik D&C, pada teknik ini digunakan tang
penjepit/forsep dengan ujung tajam untuk merobek janin dan menjepit bagian tubuh janin.
Secara teknis tenaga medis yang melakukan pengguguran kandungan akan memasukkan tang
tersebut ke dalam rahim dan merobek tubuh janin menggunakan ujungnya yang tajam. Setelah itu
tubuh janin tersebut akan dijepit dan dikeluarkan secara berulang ulang sampai rahim menjadi
bersih.
Berhubung pada usia kehamilan ini tulang dan tengkorak janin sudah mulai mengeras,
resiko robeknya dinding rahim sewaktu pengeluaran tulang tersebut menjadi besar dan
mengakibatkan luka pada dinding rahim. Sama seperti cara menggugurkan kandungan lainnya,
resiko yang ada bila menggugurkan kandungan dengan teknik ini adalah terjadinya infeksi pada
rahim yang berakhir pada operasi pengangkatan rahim.

Suntikan Methotrexate (MTX)
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik ini hanya diperkenankan secara medis
untuk usia kehamilan trisemester I. Sesuai dengan namanya, proses pengguguran kandungan
dilakukan dengan menyuntikkan obat MTX kedalam ibu hamil.
Secara teknis prosedur pengguguran kandungan dengan metode suntikan methotrexate ini
sama dengan RU 486, bedanya obat ini disuntikkan langsung ke dalam tubuh ibu. Setelah
disuntikkan dalam tubuh, MTX akan menetralisir asam folat yang penting untuk pertumbuhan
janin. Obat ini juga menekan pertumbuhan plasenta sehingga plasenta tidak bisa lagi berfungsi
sebagai pemasok makanan ke janin. Selain dari pada itu MTX juga akan menekan produksi
hormon HCG dan Progrsteron sehingga memicu terjadinya keguguran.
Berbeda dengan pengguanaan PIL RU 486, cara menggugurkan kandungan dengan teknik
ini bisa memakan waktu hingga maksimal 42 hari tergantung tingkat kekebalan tubuh ibu hamil.
Catatan medis menyatakan pernah terjadi suatu kasus dimana wanita mengalami pendarahan
14
secara terus menerus dalam 42 hari tersebut dan janin memang dapat keluar/gugur kapan saja.
Setelah 42 hari tersebut ibu hamil akan diminta berkunjung kembali ke klinik aborsi untuk
diperiksa apakah telah terjadi abortus sempurna atau belum.
Bila diperlukan, akan diambil tindakan medis berupa operasi untuk mengeluarkan janin
dari dalam kandungan. Sebetulnya penggunaan MTX di beberapa negara jarang dipakai untuk
tujuan pengguguran kandungan. Ini disebabkan karena MTX lebih bersifat racun dan efek
sampingnya sangat sulit untuk diprediksi.
Efek samping penggunaan MTX antara lain adalah sakit kepala, rasa sakit, diare,
penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang,
kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. MTX sendiri memang semula
digunakan untuk menekan pertumbuhan kanker bukan digunakan untuk melakukan pengguguran
kandungan.

Menggunakan Pil Roussell-Uclaf (RU-486)
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik ini hanya diperkenankan secara medis
untuk usia kehamilan trisemester I. Sesuai dengan namanya, proses pengguguran kandungan
dilakukan dengan mengkonsumsi PIL RU 486 yang juga dikenal dengan nama pasar Pil Aborsi
Perancis.
Secara teknis pil ini menggunakan 2 hormon sintetis (mifepristone dan misoprostol) yang
secara kimiawi akan memicu induksi di usia kehamilan 5-9 minggu. Cara menggugurkan
kandungan dengan PIL RU 486 ini adalah pemblokiran hormon progesterone sehingga tidak ada
nutrisi yang masuk ke plasenta dan janin. Dengan demikian janin tidak mendapat makanan dan
tidak berkembang dengan baik.
Selang beberapa waktu setelah meminum PIL RU 486 tersebut biasanya wanita akan
diberikan suntikan hormon prostaglanding yang memicu kontraksi rahim sehingga janin terlepas
dari rahim. Setelah janin terlepas dari rahim wanita akan diperiksa lagi untuk mengetahui apakah
aborsi/pengguguran kandungan telah terlaksana dengan sempurna atau belum. Jika aborsi belum
terjadi dengan sempurna, maka dilakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan janin/sisa janin
dan plasenta dari rahim,
Menurut catatan statistik, teknik menggugurkan kandungan dengan penggunakan PIL RU
486 (Pil Aborsi Perancis) dapat mengakibatkan seorang wanita mengalami pendarahan hebat,
pusing-pusing, mual muntah hingga berakibat pada kematian. Beberapa kasus lain tercatat bahwa
penggunaan pil tersebut dapat mengakibatkan serangan jantung.
Teknik menggugurkan kandungan dengan Pil Aborsi Perancis ini ternyata tidak saja
mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung tetapi dapat mempengaruhi kehamilan (yang
15
diinginkan) berikutnya. Seorang ibu dapat mengalami keguguran spontan sampai dengan
ancaman memiliki bayi cacat akibat rusaknya system hormon ibu.

Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan
Cara menggugurkan kandungan dengan teknik ini hanya diperkenankan secara medis
untuk usia kehamilan trisemester I. Sesuai dengan namanya, teknik yang digunakan untuk
menggugurkan kandungan adalah dengan cara melakukan pemotongan dan kerokan pada rahim
untuk mengangkat bagian janin dan plasenta.
Secara teknis untuk menggugurkan kandungan dengan cara ini digunakan pisau baja yang
tajam untuk memotong. Sebelum dilakukan proses pengguguran kandungan, mulut rahim akan
dibuka dan dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau tersebut. Setelah pisau dapat
masuk kedalam rahim, ahli medis akan melakukan pemotongan pada tubuh janin menjadi bagianbagian kecil.
Setelah tubuh janin terpotong kecil-kecil selanjutnya plasenta akan dikerol dari dinding
rahim sampai bersih. Biasanya proses pengguguran kandungan dengan teknik ini akan
mengeluarkan lebih banyak darah karena adanya proses pemotongan tersebut. Kemungkinan
terjadinya komplikasi paska aborsi juga lebih tinggi karena perobekan dinding rahim sering
mengikuti aborsi dengan cara ini. Komplikasi sering terjadi hingga menjurus ke masalah kantung
kencing .
2.9
Pelaku aborsi
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapi
gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan.
Seperti tertulis dalam buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes, Phd :
Para wanita pelaku aborsi adalah:
Wanita Muda
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah
25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun.
Usia
Jumlah
%
Dibawah 15tahun 14.200
0.9%
15-17 tahun
154.500
9.9%
18-19 tahun
224.000
14.4%
16
20-24 tahun
527.700
33.9%
25-29 tahun
334.900
21.5%
30-34 tahun
188.500
12.1%
35-39 tahun
90.400
5.8%
40 tahun keatas
23.800
1.5%
Tabel 2.1
Wanita pelaku aborsi
Belum Menikah
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi,
para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh
anaknya sendiri.
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa
diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga.
Waktu Aborsi
Proses aborsi dilakukan pada berbagai tahap kehamilan. Menurut data statistik yang ada
di Amerika, aborsi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi pada berbagai usia janin.
Usia Janin
Kasus Aborsi
13-15 minggu
90.000 kasus
16-20 minggu
60.000 kasus
21-26 minggu
15.000 kasus
Setelah 26 minggu 600 kasus
Tabel 2.2
Waktu pelaku melakukan aborsi
(http://www.aborsi.org/pelaku.htm)
2.10
Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang”.
17
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik.
2. Resiko gangguan psikologis.
2.10.1 Resiko Aborsi dalam kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of
Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1
Kematian mendadak karena pendarahan hebat2. Kematian mendadak karena
pembiusan yang gagal.
2
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
3
Rahim amoxicillin without prescription yang sobek (Uterine Perforation).
4
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
5
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
6
Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
7
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
8
Kanker hati (Liver Cancer).
9
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat.
10 pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
12 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
2.10.2 Resiko Aborsi dalam kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review
(1994).
18
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
(http://www.aborsi.org/resiko.htm)
2.11
Hukum dan Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”
Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah:
Pasal 229
Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak
tiga ribu rupiah (Ayat 1).
Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga (Ayat 2).
Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut
haknya untuk melakukan pencarian itu (Ayat 3).
19
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 348
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan (Ayat 1).
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama
tujuh tahun (Ayat 2).
Pasal 349
Seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
(http://www.aborsi.org/hukum-aborsi.htm)
2.12
Tingkat Aborsi di Indonesia
20
Usia
Jumlah
%
Dibawah 15tahun 14.200
0.9%
15-17 tahun
154.500
9.9%
18-19 tahun
224.000
14.4%
20-24 tahun
527.700
33.9%
25-29 tahun
334.900
21.5%
30-34 tahun
188.500
12.1%
35-39 tahun
90.400
5.8%
40 tahun keatas
23.800
1.5%
Tabel 2.3
Tingkat aborsi di Indonesia
World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak
aman (unsafe abortion) di dunia, 9,5 % (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya
terjadi di negara berkembang. Sekitar 13 % dari total perempuan yang melakukan aborsi tidak
aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia
diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding dengan aborsi. Diwilayah Asia Tenggara, WHO
memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi
di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja.
(Medical-Journal, Soetjiningsih, 2004)
Menurut Parawansa (2000), menyatakan bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukan
oleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belum
menikah. Menurut Azwar,A (2000) menyatakan bahwa jumlah aborsi pertahun di Indonesia
sekitar 2,3 juta. Setahun kemudian terjadi kenaikan cukup besar. Menurut Nugraha,B,D, bahwa
tiap tahun jumlah wanita yang melakukan aborsi sebanyak 2,5 juta. Menurut seminar yang
diadakan tanggal 6 Agustus 2001 di Jakarta Utomo,B, melaporkan hasil penelitian yang dilakukan
di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia
terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran hidup. Ia juga menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi
adalah aborsi yang disengaja, ada 78 % wanita diperkotaan dan 40 % di pedesaan yang
melakukan aborsi dengan sengaja. (Kusmaryanto, 2002).
Laporan yang disinyalir melaui Kapanlagi (25/08/2005) Tingkat aborsi (pengguguran
kandungan) di kalangan remaja di tanah air hingga tidak berbeda dengan angka-angka yang
disebutkan diatas, dimana diperkirakan dari hasil suvey dan penelitian pada tahun 2005 masih
cukup tinggi hingga mencapai 30%. Atau mencapai dua juta orang/tahun, dan 30% diantaranya
atau 600 ribu orang dari kalangan remaja.
21
Tingginya tingkat aborsi yang dilakukan kalangan remaja terjadi akibat perilaku
hubungan seksual sebelum menikah, bahkan banyak juga remaja yang terjangkit berbagai jenis
penyakit menular seksual (PSM).
Bahkan menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta, dr Titik Kuntari MPH. Menuturkan kepada inilah.com (30/06/2009). Angka kejadian
aborsi di Indonesia berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun, atau 43 aborsi untuk setiap 100 kehamilan.
Fakta ini berasal dari “Sekitar 30% di antara kasus aborsi itu dilakukan oleh penduduk usia 1524,” katanya di Yogyakarta.
Perkiraan yang sama ternyata tidak berbeda dengan hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SKDI) 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia
sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh mereka di usia
15-24 tahun. (Yulia,Majalah KARTINI,edisi April 2006).
Apabila disimpulkan dengan kenaikan 100,000 kasus aborsi pertahun saja, maka denga
menggunakan data WHO ada tahun 2004 dimana kasus aborsi telah mencapai 2,5 juta kasus.
Maka di tahun 2010 kasus aborsi dapat diperkirakan telah mencapai 3,1 Juta kasus. Ini angka
fantastis. Dan apabila 30% dari pelaku aborsi adalah terjadi dikalangan remaja maka kasusnya
dapat mencapai 930.000 kasus pertahun. Dan mungkin saja akan berkembang terus apabila tidak
segera dicegah. Apalagi dampak kematian dari aborsi tidak aman) tersebut akan turut meningkat.
(http://www.inilah.com/read/detail/121566/aborsi-di-indonesia-26-juta-pertahun/)
2.13
Faktor Pendukung
Masih terlalu sedikit tema Aborsi ini di jadikan untuk iklan layanan masyarakat. Masih
kurang pedulinya masyarakat terhadap korban aborsi, dan tema aborsi ini juga dapat memberikan
inspirasi pada masyarakat khususnya kaum wanita untuk tidak melakukan aborsi.
2.14
Faktor Penghambat
Sulitnya mencari data yang jelas untuk menguatkan tema ini dan juga sulitnya mencari
narasumber atau pelaku aborsi yang mau mengungkapkan fakta berupa cerita atau data dengan
jelas.
2.15
Target Audience
22
Target Primer :
Target dari proyek ini di khususkan pada profesional muda usia 19 - 25 tahun yang sudah bisa
active secara seksual maupun tidak.
Download