ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN HEDGING (Studi Kasus Pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang Terdaftar di BEI Pada periode 2011-2015) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Persyaratan meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh LUTFI WIJAYA NIM: 1112081000037 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M i ii iii iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Lutfi Wijaya 2. Nama Panggilan : Lutfi 3. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Agustus 1994 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Agama : Islam 6. Alamat : Jl. Sengon No.10 Rt.001 Rw.003 Cinere, Depok, Jawa Barat 7. Status : Belum Menikah 8. Kewarganegaraan : Indonesia 9. Telepon : 087777939936 10. Email : [email protected] II. PENDIDIKAN 1. SD (2000-2006) : SDN Gandaria Selatan 01 Pagi 2. SMP (2006-2009) : SMPN 85 Jakarta 3. SMA (2009-2012) : SMAN 66 Jakarta 4. S1 (2012-2017) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Karang Taruna IRC 03 2. Anggota Ekstrakurikuler Rohis SMAN 66 Jakarta 3. Anggota Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 66 Jakarta 4. Anggota PMII Komfeis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Anggota Departemen Olahraga HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2013 – 2014 6. Kordinator Divisi Agama HMJ HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014 – 2015 v ABSTRACT Hedging is an alternative of risk management that aims to protect the assets of company from losses caused by the risk. This study’s purpose is to analyze the influence of independent variables which include Debt to Equity, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, and Institutional Ownership on hedging decision using derivative instruments at infrastructure, utility, and transportation companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2011-2015. Sample selection method used in this research is purposive sampling method with the provision of the company that publishes full financial statements in which 25 companies were included in the infrastructure, utility, and transportation companies as sample. This research used logistic regressions analysis technique, to find sets of variables that affect the probability the use of derivative instruments as hedging activities. The results of this study found that Debt to Equity, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, and Institutional Ownership have significant effect on Hedging Decision using derivative instruments. From the results of logistic regression found that the variable Debt to Equity, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, and Institutional Ownership for the different effect of companies to infrastructure, utility, and transportation companies can explain Hedging Decision using derivative instruments by 54,2%, and the rest is explained by other variables outside the model. Keywords : Derivative Instrument, Hedging, Debt to Equty, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, Institutional Ownership vi ABSTRAK Hedging merupakan salah satu cara manajemen risiko untuk melindungi aset yang dimiliki oleh perusahaan dari kerugian yang diakibatkan oleh risiko yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variable-variabel independen yang meliputi Debt to Equity, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, dan Institutional Ownership terhadap pengambilan keputusan Hedging dengan instrument derivatif pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling dengan ketentuan perusahaan yang menerbitkan laporan secara lengkap, dimana 25 perusahaan yang termasuk dalam perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang menjadi sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik, untuk mengetahui rangkaian variabel yang mempengaruhi probabilitas penggunaan instrumen derivatif sebagai aktivitas hedging. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Debt to Equity, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, dan Institutional Ownership berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging menggunakan instrumen derivatif. Dari hasil regresi logistik menemukan bahwa variabel Debt to Equity, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, dan Institutional Ownership untuk perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dapat menjelaskan keputusan hedging sebesar 54,2% dan sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model. Kata kunci : Instrumen Derivatif, Hedging, Debt to Equty, Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, Institutional Ownership vii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan besar Rasulullah SAW yang telah memberi suri tauladan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN HEDGING (Studi Kasus Pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang Terdaftar di BEI Pada periode 2011-2015). Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat – syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proses sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, adapun pihak-pihak tersebut antara lain yaitu: 1. Kedua orang tua tercinta, bapak Wagiman dan ibu Sri Ningsih yang selalu menasehati, mendoakan dan menjadi inspirasi untuk penulis. Yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan kasih sayang, serta selalu memberikan semangan dan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua kakak tercinta, Rachmad Wijaya dan Fitri Wijayanti yang telah mendoakan dan memberikan dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi danBisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. viii 4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga akhir. 5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan tak henti memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan. 6. Bapak Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc selaku dosen pembimbing II dengan kesabarannya yang telah meluangkan waktu, membimbing dan terus memberikan motivasi dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis. 7. Bapak Drs. Mohammad Faisal Badroen, MBA selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis selama masa perkuliahan. 8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis. Insha Allah ilmu yang diberikan dapat bermanfaat. 9. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalan proses penyelesaian skripsi ini. 10. Anak SURAM Jamet, Obuy, Dadang, Kuproy, Rivan, Bembeng, Aji yang telah menemani dari masa SMA hingga sekarang ini selalu mengisi waktu penulis disetiap kesempatan. 11. Sahabatzone Dadut, Hedra, Abdi, Dewi, Shefa, Yayah, Santi, dan Dini sudah menjadi teman baik yang telah mengisi waktu penulis dimasa perkuliahan hingga kini. 12. Sinta, Ica, Nisa, Asri, Yulvie, Oji, Alif yang sejak awal perkuliahan sudah menjadi teman baik, tempat berbagi suka dan duka. 13. Rekan Manajemen Keuangan 2012 yang selalu ada setiap saat untuk mengingatkan tugas, mengerjakan tugas dan pertemanan yang indah. ix 14. Sahabat/i Manajemen 2012 seperjuangan, yang selama ini bersedia bertukar pikiran, saling menasehati dan memberikan motivasi. Sukses untuk kita semua 15. Teman penyemangat dari SMA, Jamet, Mila, Retno, Hoki, Asri yang selalu mendukung segala upaya yang dilakukan oleh penulis. 16. Teman rumah Acim, Pebong, Fadhil, Jiun, Midut dan lainnya yang tidak bisa disebutkan semua, terima kasih telah menjadi pengisi dan pemberi warna hidup dari kecil hingga kini. Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat pahala yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca. Jakarta, 1 Februari 2017 (Lutfi Wijaya) x DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v ABSTRACT ..................................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR.................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 15 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 15 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori..................................................................................... 17 xi 1. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko ..................................... 17 2. Forex Exposure .............................................................................. 19 a. Transaction Exposure............................................................... 19 b. Economic/ Operating Exposure ............................................... 20 c. Translation/ Accounting Exposure........................................... 20 3. Pengertian Hedging dan Instrumen Derivatif ................................ 21 a. Forward Contract ..................................................................... 22 b. Future Contract......................................................................... 22 c. Option Contract........................................................................ 23 d. Swap......................................................................................... 24 4. Debt to Equity Ratio(DER)............................................................ 24 5. Growth Opportunity ....................................................................... 25 6. Firm Size ........................................................................................ 26 7. Liquidity......................................................................................... 27 8. Institutional Ownership.................................................................. 27 B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 28 C. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Masalah ....................... 40 1. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Keputusan Hedging ..... 40 2. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Keputusan Hedging...... 41 3. Pengaruh Firm Size Terhadap Keputusan Hedging ....................... 42 4. Pengaruh Liquidity Terhadap Keputusan Hedging........................ 42 5. Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Keputusan Hedging. 43 D. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 44 xii BAB III METODOLOGI PENELIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 46 B. Metode Penentuan Sampel................................................................... 46 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 49 D. Metode Analisis Data........................................................................... 49 1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 49 2. Analisis Regresi Logistik ............................................................... 50 a. Operasional Variabel................................................................ 55 1) Variabel Independen .......................................................... 55 a) Debt to Equity Ratio .................................................... 55 b) Growth Opportunity ..................................................... 56 c) Firm Size ...................................................................... 57 d) Liquidity....................................................................... 57 e) Institutional Ownership................................................ 57 2) Variabel Dependen............................................................. 58 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 60 B. Pengujian dan Pembahasan .................................................................. 64 1. Deskriptif Variabel Penelitian........................................................ 64 2. Analisis Regresi Logistik ............................................................... 73 a. Uji Koefisien Determinasi (R2 McFadden) ............................. 76 xiii b. Uji Likelihood Ratio (Uji LR).................................................. 77 c. Uji Statistik Z ........................................................................... 78 d. Persamaan Regresi Logistik..................................................... 81 C. Interpretasi .......................................................................................... 82 BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 86 B. Implikasi ............................................................................................. 87 C. Saran..................................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89 LAMPIRAN ................................................................................................... 92 xiv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 38 Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 48 Tabel 4.1 Daftar Perusahaan 62 Tabel 4.2 Debt to Equity Ratio 65 Tabel 4.3 Firm Size 66 Tabel 4.4 Growth Opportunity 68 Tabel 4.5 Liquidity 70 Tabel 4.6 Institutional Ownership 72 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas 75 Tabel 4.8 Uji Koefisien Feterminasi ( McFadden) 76 Tabel 4.9 Uji Likehood Ratio (Uji LR) 77 Tabel 4.10 Uji Z 78 Tabel 4.11 Hasil Estimasi Model Logit 81 xv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (USD) 5 Gambar 1.2 Fluktuasi Tingkat Suku Bunga 7 Gambar 1.3 Fluktuasi Tingkat Inflasi 10 Gambar 1.4 Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia 12 Gambar 2.1 Kerangka Teoritis 44 Gambar 4.1 Debt to Equity Ratio 64 Gambar 4.2 Firm Size 66 Gambar 4.3 Growth Opportunity 68 Gambar 4.4 Liquidity 70 Gambar 4.5 Institutional Ownership 72 xvi DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 92 Lampiran 2 Rincian Data Perusahaan 94 Lampiran 3 Hasil Estimasi Logit 98 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap aktivitas bisnis usaha yang dilakukan oleh perorangan atau pun perusahaan pasti tidak akan pernah terlepas dari risiko baik secara keseluruhan atau pun pada tiap lini pada bisnis usaha tersebut. Risiko adalah suatu hal yang tidak pasti yang sering kita jumpai dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia risiko diartikan sebagai suatu akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko sudah lekat dengan ketidakpastian yang bila terjadi maka akan berdampak pada hasil yang merugikan atau tidak diinginkan. Dari hal yang kecil hingga hal besar mempunyai risiko dengan porsinya sendiri. Untuk menangani atau memperkecil bahkan menghilangkan risiko kita harus dapat menganinya dengan baik, caranya melalui manajemen risiko agar dapat dikelola dengan baik dan maksimal. Ghozali (2007) mengemukakan dalam bukunya bahwa manajemen risiko adalah desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengendalikan risiko. Menurut Djojosoedarso (2003) manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Risiko terdiri dari dua komponen yaitu ketidakpastian dan eksposur. Tanpa salah satu hal ini tidak bisa dikatakan adanya risiko (Ghozali, 2007). Eksposur adalah objek yang rentan terhadap risiko dan berdampak pada kinerja perusahaan 1 apabila risiko yang diprediksikan benar-benar terjadi. Eksposur yang paling umum berkaitan dengan ukuran keuangan, misalnya harga saham, laba, pertumbuhan penjualan, dan sebagainya (Putro, 2012). Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan (Wikipedia). Salah satu cara untuk meminimalisir risiko finansial adalah dengan metode hedging atau lindung nilai seperti yang sudah disebutkan Djojosoedarso (1999) sebagai salah satu cara untuk menanggulangi risiko. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013 tentang “Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank” menyebutkan bahwa lindung nilai adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan. Lindung nilai atau dalam bahasa Inggris disebut hedge dalam dunia keuangan dapat diartikan sebagai suatu investasi yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu investasi lain. Lindung nilai adalah suatu strategi yang diciptakan untuk mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap dimungkinkannya memperoleh keuntungan dari invetasi tersebut. Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Seseorang yang melakukan aktivitas hedging atau hedge disebut sebagai hedger. Sebelum melakukan hedging, hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger 2 memegang sejumlah aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portfolio hedging (Sunaryo, 2009). Penurunan risiko dibarengi dengan penurunan keuntungan, implikasinya adalah apabila posisi aset awal memberikan keuntungan, posisi instrumen hedging mengalami kerugian atau disebut sebagai biaya hedging, akibatnya keuntungan dari posisi aset awal menutup kerugian dari posisi instrumen hedging (Sunaryo, 2009). Misalnya suatu perusahaan atau seorang hedger melakukan hedging pada perusahaan yang ditanganinya, perusahaan tersebut mempunyai risiko sebesar 50. Setelah perusahaan tersebut melakukan hedging sedemikian rupa, aktivitas hegding tersebut pun berhasil mengurangi risiko sebesar 40. Sehingga risiko yang dimiliki hedger tersebut menjadi lebih kecil yaitu sebesar 10. Dengan melakukan hedging maka perusahaan atau hedger tersebut mempunyai biaya-biaya yang harus dibayarkan karena melakukan aktivitas hedging yang dilalui dengan perjanjian-perjanjian kepada pihak lain atau yang disebut juga biaya hedging. Aktivitas hedging dapat dilakukan dengan menggunakan instrument derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Ross (2008) mengatakan bahwa derivatif adalah instrumen finansial yang imbalan dan nilainya berasal dari, atau tergantung pada sesuatu yang lain yang dikenal dengan sebutan underlying. Perusahaan menggunakan instrumen derivatif dalam aktifitas hedging, karena derivatif merupakan alat untuk merubah atau bahkan dapat meningkatkan eksposur keuangan perusahaan. 3 Penggunaan isntrumen derivatif yang paling umum yang biasa digunakan adalah kontrak swap, kontrak opsi, kontrak forward dan juga kontrak future. Banyak faktor uang mempengaruhi suatu perusahaan atau hedger untuk melakukan hedging, faktor tersebut berasal dari eksternal maupun internal perusahaan. Perlu diketahui bahwa underlying instruments dalam derivatif tidak terbatas pada aktiva finansial saja, seperti saham, warrants, dan obligasi, tetapi bisa terdapat pada komoditas, logam berharga, indeks saham, tingkat suku bunga, dan kurs nilai tukar (Utomo, 2000). Hedging dengan instrumen derivatif valuta asing sangat bermanfaat bagi perusahaan yang melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang asing. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan kebangkrutan, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kredit dari kreditor dengan lebih mudah, menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok, dan juga memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah (karena risiko yang dirasakan oleh pemberi pinjaman lebih rendah). Hedging juga dapat memungkinkan perusahaan untuk meramalkan pengeluaran dan penerimaan kas di masa depan dengan lebih akurat, sehingga dapat mempertinggi kualitas dari keputusan penganggaran kas. Ada beberapa acuan pokok dari eksternal perusahaan untuk melakukan kegiatan hedging atau produk underlying agar menjadikan instrument tersebut sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk melakukan hedging, beberapa diantaranya adalah nilai tukar, BI rate, inflasi dan juga harga minyak dunia. 4 Gambar 1.1 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (USD) Tahun Amatan 2011-2015 Gambar 1.1 diatas menunjukan grafik pergerakan mata uang rupiah terhadap mata uang dollar(USD) pada periode 2011 sampai dengan 2015. Nilai tukar (Kurs) adalah jumlah unit dari satu mata uang yang dapat dibeli dengan satu unit mata uang lainnya (Horne and Wachowicz, 2007). Fluktuasi nilai tukar rupiah dapat mempengaruhi perusahaan secara langsung dan tidak langsung. Yang terkena dampak langsung adalah perusahaan multinasional yang melakukan transasksi keluar negeri maupun diluar negeri sehingga merubah segala transaksi yang dilakukannya dengan menggunakan valuta asing, untuk meminimalisir risiko tersebut salah satu cara mengakalinya dengan melakukan hedging. Begitu pun juga dengan yang secara tidak langsung yaitu dengan dampak harga-harga barang yang 5 menjadi berubah-ubah, ini bisa dikatakan juga dampak inflasi bila harga barang terus melambung tinggi akibat melemahnya rupiah yang mempengaruhi hargaharga segala barang kebutuhan. Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, nilai tukar Rupiah cenderung mengalami depresiasi atau melemah terhadap nilai Dollar (USD) yang menyebakan tingginya risiko mata uang rupiah , sehingga terjadi kenaikan nilai utang dan piutang setelah dilakukan konversi. Dari sisi hutang tentu saja depresiasi nilai tukar Rupiah akan merugikan perusahaan karena nilai hutang mengalami kenaikan tetapi dari sisi piutang akan menguntungkan perusahaan karena nilai pengembalian piutang meningkat setelah dikonversi ke mata uang Rupiah. Bila dilihat dari awal 2011 hingga akhir tahun 2015 Rupiah terus melemah, pada awal Januari 2011 rupiah pada kisaran Rp.9.021,- per USD hingga yang terbesar Rp.9.133,- per USD. Bila dibandingkan dengan akhir tahun yaitu Desember 2015 pada kisaran Rp.13.683,- per USD hingga yang terbesar Rp.14.146,- per USD. Pada tahun 2011, Rupiah mengalami fluktuasi yang tidak begitu signifikan. Pada awal pembukaan tahun yaitu januari, Rupiah mengalami penguatan hingga pada pertengahan tahun 2011. Tetapi pada akhir 2011 rupiah mengalami depresiasi tetapi tidak begitu signifikan yang tidak begitu mengancam risikonya. Puncak tertinggi pelemahan Rupiah pada tahun 2011 mencapai Rp.9.475,- per USD dan yang terendah adalah Rp.8.550,- per USD. Ini adalah tahun periode paling stabil diantara tahun periode 2011 hingga tahun periode 2015. 6 Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (USD) yang paling tinggi atau cukup besar jarak yang terjadi yaitu antara tahun 2012 hingga tahun 2013, dimana nilai Rupiah sebesar Rp.9.718,- per USD dan pada tahun 2013 melambung tinggi pada angka Rp.12.250,- per USD. Apabila suatu perusahaan ingin mengimpor barang atau melakukan transaksi atau aktivitas hedging dengan menggunakan kurs Dolar (USD) untuk membeli suatu barang atau jasa yang melakukan pembayaran dengan kurs saat tahun 2012, dan perjanjian pemberian barang atau jasanya dilakukan pada akhir tahun 2013 maka perusahaan tersebut diuntungkan dengan adanya perjanjian tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan adanya selisih yang cukup besar diantara kurs Rupiah terhadap Dollar (USD) disaat periode tersebut. Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Tahun Amatan 2011-2015 BI RATE 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Sumber : www.bi.go.id, data diolah Gambar 1.2 7 Pada gambar 1.2 halaman 7 tersebut adalah grafik yang menunjukan fluktuasi nilai Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter (bi.go.id). Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Fluktuasi dari nilai Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia atau yang biasa disebut BI Rate merupakan salah satu acuan suatu perusahaan melakukan aktivitas hedging. Karena BI Rate merupakan sebuah risiko yang harus diperhitungkan oleh suatu perusahaan jika ingin menganalisis peta risiko perusahaan. BI Rate mempengaruhi secara langsung tingkat suku bunga pinjaman. Seperti pada gambar 1.2 halaman 7, data yang disajikan menunjukan bahwa pada tahun 2012 merupakan titik terendah BI Rate yang sangat stabil yaitu sebesar 5.75% dan begitu terus hingga pada awal 2013. Dan kemudian setelah it uterus menunjukan peningkatan yang cukup signifikan hingga pada titik puncaknya pada 8 akhir tahun 2014 bulan November hingga awal tahun 2015 bulan Januari BI Rate berada dalam posisi tertinggi yaitu sebesar 7.75%. Dengan perubahan yang cukup signifikan dalam hitungan beberapa tahun ini akan menyulitkan beberapa perusahaan dengan kondisi tersebut yang menyangkut dengan suku bunga pinjaman yang ikut tidak stabil yang mengikuti pola tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia. Apabila perusahaan melakukan peminjaman kepada suatu bank pada periode akhir 2014 hingga awal 2015, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan efek yang cukup besar karena pengembalian yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut ikut membesar seiring kenaikan tingkat suku bunga tersebut. Karena pada umumnya tingkat suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh bank lebih besar dibandingkan dengan BI rate. Semakin tinggi pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan maka akan secara otomatis tingkat pengembalian yang dilakukan oleh perusahaan tersebut semakin membesar, sehingga perusahaan akan berpotensi untuk mengalami gagal bayar akibat dari ketidakmampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajibannya karena risiko yang harus ditanggung semakin meningkat. Tetapi untuk mengurangi risiko bila mana BI Rate mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, biasanya disiasati oleh perusahaan untuk melakukan pinjaman pada bank luar negeri karena ada kemungkinan tingkat suku bunga pada bank luar negeri jauh lebih stabil dan juga lebih rendah. Hal ini menguntungkan perusahaan 9 tersebut untuk menghindari risiko tetapi tidak mengembangkan perekonomian Indonesia karena transaksi yang dilakukan menggunakan kurs asing. Gambar 1.3 Fluktuasi Tingkat Inflasi Tahun Amatan 2011-2015 Sumber : www.bi.go.id Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya, kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi 10 masyarakat (bi.go.id). Hal ini merupakan salah satu indikator yang juga harus diamati oleh perusahaan untuk mengatur strategi dengan melihat pemetaan risiko yang sedemikian rupa. Bila harga semua kebutuhan naik maka secara otomatis segala kebutuhan dan juga bahan-bahan produksi yang digunakan akan turut melambung harganya. Dan juga kebutuhan perusahaan hingga beban-beban yang ditanggung oleh perusahaan akan meningkat pula. Pada gambar 1.3 halaman 10 diatas menunjukan bahwa inflasi pada tahun observasi 2011 sampai dengan 2015 sangat tidak stabil atau berfluktuasi. Sehingga membuat risiko yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan mengalami peningkatan yang sinifikan. Sebagai contoh perusahaan yang bergerak dibidang transportasi, mereka menjalankan atau mengoprasionalkan transportasinya dengan bahan bakar dan juga membutuhkan spare part untuk melakukan peremajaan dan pemeliharaan. Bila mana terjadi inflasi yang cukup signifikan perubahannya maka akan terus membebani perusahaan tersebut, dan kemungkinan terbesar adalah meningkatkan harga jasa yang disediakan oleh perusahaan tersebut. Peningkatan harga jasa tersebut berdampak pada tingkat permintaan pada perusahaan tersebut menurun sehingga perusahaan akan menghadapi risiko yang cukup pelik. Apabila perusahaan tersebut menerapkan instrument derivatif untuk melakukan aktivitas hedging, perusahaan akan sangat mungkin menghindari risiko tersebut dengan cara menetapkan harga transaksi yang dilakukan pada waktu dan jangka waktu tertentu dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 11 Gambar 1.4 Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Tahun Amatan 2011-2015 Harga Minyak Mentah Dunia Dalam Dollar (USD) 120 100 80 60 40 20 0 2011 2012 2013 2014 2015 Oil Sumber : www.oil-price.net, data diolah Pada gambar 1.4 diatas menggambarkan bahwa harga minyak mentah dunia dalam kurun waktu 2011 hingga 2015 cukup stabil pada 3 tahun pertama dan mengalami penurunan atau anjlok harganya yang pada tahun 2014 ditutup dengan harga $60.55 per barrel dan kondisi penurunan semakin drastis pada penutupan tahun 2015 yaitu sebesar $37.73 per barrel, kondisi ini bisa menguntungkan maupun merugikan. Contohnya bagi perusahaan transportasi, kondisi ini sangat menguntungkan karena mengurangi biaya operasional yang harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan dari penurunan harga minyak mentah dunia yang terus menurun. Tetapi tidak begitu dengan perusahaan 12 yang bergerak pada bidang energi, mereka mengalami kerugian bila mana nilai jual minyak mentah dunia terus menurun. Kondisi harga minyak mentah dunia sangat berfluktuatif itu dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, pada saat pada tahun 2014 hingga tahun 2015 mengakibatkan penurunan pendapatan yang disebabkan oleh tingginya penawaran dan bila dibandingkan dengan permintaan yang jauh lebih sedikit. Selain didorong oleh faktor-faktor dari eksternal, perusahaan juga terdorong melakukan hedging oleh faktor-faktor dari internal perusahaan itu sendiri. Terdapat beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang mempengaruhi perusahaan melakukan aktivitas hedging dengan menggunakan instrument derivatif. Pada penelitian Putro (2012), Klimczak (2008) dan Damanik (2015) terdapat pengaruh yang positif dari rasio hutang terhadap aktivitas hedging. Sedangkan didalam penelitian Sprcic dan Sevic (2012) bahwa tidak terdapat pengaruh antara rasio hutang dengan aktivitas hedging. Sprcic dan Sevic (2012) juga menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang pesat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pengambilan keputusan hedging dan itu juga sejalan dengan hasil penelitian Putro (2012) dalam penelitiannya yang meneliti tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap aktivitas hedging. Penelitian yang dilakukan juga oleh Sprcic dan Sevic (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan (firm size) memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas hedging. Karena bisa jadi perusahaan tersebut ingin melindungin perusahaan tersebut yang semakin bertambah risikonya. 13 Lalu penelitian yang dilakukan oleh Judge (2005) faktor lain yang menjelaskan tentang keputusan hedging adalah tingkat likuiditas. Namun berbeda dengan penelitian Spano (2004) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas memiliki hasil negatif terhadap aktivitas hedging. Tai et al (2014) juga melakukan penelitian terhadap hedging dan menunjukan bahwa kepemilikan institusional turut mempengaruhi perusahaan dalam mengambil keputusan hedging. Karena biasanya bila yang memiliki atau pemegang saham perusahaan adalah sebuah korporasi akan lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan. Dalam penelitian ini akan mengambil data laporan keuangan pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015, hal ini berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan transportasi yang menggunakan mata uang asing dalam transaksi perusahaan sehingga memiliki risiko valuta asing. Berdasarkan research gap dan fenomena gap tersebut peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul penelitian “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN HEDGING (Studi Kasus Pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang Terdaftar di BEI Pada periode 2011-2015)”. 14 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran yang dikemukan sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap keputusan Hedging? 2. Bagaimana pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity) terhadap keputusan Hedging? 3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan (firm size) terhadap keputusan Hedging? 4. Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas (liquidity) perusahaan terhadap keputusan Hedging? 5. Bagaimana pengaruh kepemilikan isntitusi (institutional ownership) terhadap keputusan Hedging? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti bertujuan untuk : 1. Untuk menganalisis pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap keputusan Hedging 2. Untuk menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity) terhadap keputusan Hedging 3. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan (firm size) terhadap keputusan Hedging 4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat likuiditas (liquidity) perusahaan terhadap keputusan Hedging 15 5. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan isntitusi (institutional ownership) terhadap keputusan Hedging D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para perusahaan untuk mengambil strategi dalam pengambilan keputusan terkait dengan aktifitas hedging dalam melindungi aset-aset perusahaan. 2. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi investor dalam pemilihan perusahaan yang digunakan untuk berinvestasi, karena dapat mengetahui perusahaan mana yang tanggap dalam melindungi aset perusahaannya. 3. Bagi Akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya dan menjadi pedoman pembelajaran serta menjadi sumber untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang manajemen keuangan. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), terdapat beberapa makna mengenai risiko (risk), yaitu (a) sebagai kondisi yang tidak pasti (uncertainty) dimasa yang akan datang, (b) perubahan dari variabilitas return yang diharapkan atau sesuatu nilai yang tidak sesuai dengan harapan. Menurut Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian, sebagai contoh investasi dapat mendatangkan keuntungan (harga naik), bisa juga menyebabkan kerugian (harga turun). Ketidakpastian tersebut lah yang menyebabkan munculnya risiko (Hanafi, 2009). Risiko juga bisa diartikan sebagai suatu ketidakpastian yang akan terjadi dimasa mendatang atau dimasa depan yang memiliki 2 kemungkinan, yaitu kerugian atau keuntungan. Dapat dicontohkan pada suatu investasi, investasi dapat memiliki kemungkinan mendatangkan keuntungkan bila mana harga naik dan juga memiliki kemungkinan kerugian apabila harga turun. Risiko diidentifikasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu risiko karena pergerakan harga pasar (misalnya, harga saham, nilai tukar atau suku bunga) dikategorikan sebagai risiko pasar. Risiko karena mitra transaksi gagal bayar (default) disebut risiko kredit (default). Sementara itu, risiko karena kesalahan atau 17 kegagalan orang atau sistem, proses atau faktor eksternal disebut risiko operasional (Sunaryo, 2009). Risiko memiliki setidaknya 3 komponen utama, yaitu kemungkinan, kejadian dan kerugian. Bila mana salah satu diantara tiga komponen tersebut tidak terjadi maka bisa dipastikan tidak terdapat risiko. Secara statistik risiko merupakan volatilitas dari sesuatu dapat berupa pendapatan, laba, biaya, dan sebagainya. Ghozali (2007) mengatakan bahwa volatillitas merupakan ukuran dispersi (penyebaran) yang dalam statistik diukur dengan variance atau standar deviasi. Semakin besar nilai variance atau standar deviasi, maka akan semakin besar risikonya. Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk bertujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko organisasi mempunyai elemen-elemen berikut ini : identifikasi misi, penilaian risiko dan ketidakpastian, pendanaan risiko, dan administrasi program (Hanafi, 2009). Manajemen risiko mempunyai tiga tahapan: mengidentifikasi, mengukur, dan memanajemeni risiko. Lembaga finansial atau investor dapat memanajemeni risiko dengan cara : mengurangi risiko, misalnya dengan melakukan lindung nilai (hedging), menyediakan cadangan untuk menopang risiko (self insurance) dan mentransfer risiko kepada pihak ketiga dengan instrumen derivatif. Bank dapat mentransfer risiko kreditnya kepada pihak lain dengan menggunakan credit derivatives (Sunaryo, 2009). 18 2. Forex Exposure Forex Exposure (FE) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas atau eksposur valuta asing. Eksposur valuta asing adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil asset, kewajiban atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi (Levi, 2001). Eksposur valuta asing akan dialami oleh perusahaan yang melakukan dan/atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Yuliati, 2002). Suatu perusahaan MNC atau perusahaan yang melakukan transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu arus kasnya (cash flow-nya) akan terpengaruh secara langsung oleh fluktuasi kurs valas (Hamdy Hady, 2012). Menurut Hamdy Hady (2012), Secara umum pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap perusahaan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: 1. Transaction exposure, 2. Economic/ operating exposure, 3. Translation exposure. a. Transaction Exposure Transaction exposure atau eksposur transaksi diartikan sebagai risiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap future transaction (Hamdy Hady, 2012). Eksposur tansaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat transaksi diselesaikan atau dipenuhi. Jadi eksposur ini berhubungan dengan transaksi19 transaksi yang sudah ada, tetapi belum jatuh tempo (Yuliati, 2002). Jadi risiko ini didapat ketika suatu perusahaan yang mempunyai aliran kas masuk atau keluar dengan menggunakan mata uang asing yang dikonversikan ke mata uang yang dikehendaki. Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan melakukan kontrak hedging valuta asing atau menempuh strategi operasi tertentu (Madura, 2006). Kontrak hedging valuta asing bisa dilakukan di pasar forward, pasar futures, pasar uang, opsi, dan kesepakatan swap. b. Economic / Operating Exposure Economic exposure diartikan sebagai suatu pengaruh dari fluktuasi forex rate atau kurs valas terhadap present value dari future cash flow suatu perusahaan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa transaction exposure merupakan bagian dari economic exposure. (Hamdy Hady, 2012) Eksposur operasi memiliki kesamaan dengan eksposur transaksi, yaitu berhubungan dengan perubahan aliran kas karena fluktuasi kurs valuta asing. Akan tetapi, eksposur operasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari eksposur transaksi dan dampaknya terhadap eksistensi perusahaan yang lebih fundamental dari eksposur transaksi dan eksposur akuntansi (Yuliati, 2002). c. Translation/Accounting Exposure Menurut Hamdy Hady (2012) translation atau accounting exposure diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar atau kecilnya pengaruh translation atau 20 accounting exposure terhadap perusahaan internasional atau MNC tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut. a. Tingkat/kadar pengaruh subsidiary luar negeri. b. Lokasi foreign Subsidiary berada. c. Metode akuntansi yang digunakan. Eksposur tansaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat transaksi diselesaikan atau dipenuhi. Jadi eksposur ini berhubungan dengan transaksitransaksi yang sudah ada, tetapi belum jatuh tempo (Yuliati, 2002). Eksposur translasi (translation exposure) disebut juga eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dari anak perusahaan di luar negeri yang dinyatakan dalam suatu mata uang asing harus dinyatakan kembali dalam mata uang yang digunakan dalam laporan perusahaan induk untuk membuat laporan keuangan konsolidasi (Eiteman et al, 2010). 3. Pengertian Hedging dan Instrumen Derivatif Lindung nilai atau juga disebut hedging, adalah salah satu cara suatu perusahaan atau perorangan menghindari dari risiko kerugian yang terjadi karena fluktuasi harga. Hedging juga bisa dimanfaat sebagai lahan mencari keuntungan dari makna hedging itu sendiri yaitu transfer of risk. Menurut T. Sunaryo (2009) prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan 21 sejumlah tertentu instrumen hedging. Portfolio yang terdiri atas aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portfolio hedging. Portfolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal. Menurut Utomo (2000) instrumen derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual atau membeli sejumlah barang (baik itu aktiva finansial maupun komoditas) pada tanggal tertentu di masa datang dengan harga yang telah disepakati saat ini. a. Forward Contract Teknik hedging dengan menggunakan forward contract ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau MNC untuk melindungi receivable atau payable-nya yang relatif besar terhadap risiko fluktuasi valas (Jeff Madura, 2003). Kontrak forward diimplementasikan menggunakan kurs forward (forward rate) dimana kurs forward mewakili kurs penukaran valuta pada suatu waktu di masa depan. Jika perusahaan multinasional memperkirakan akan adanya kebutuhan atau penerimaan suatu valuta asing tertentu dimasa depan, perusahaan tersebut dapat melakukan kontrak forward untuk mengunci kurs permbelian atau penjualan valuta tersebut (Madura, 2000). b. Future Contract Hamdy Hady (2012) mengatakan bahwa pada prinsipnya, penggunaan future contract hedging ini sama dengan forward contract hedging. Future contract hedging ini biasanya digunakan oleh perusahaan untuk melindungi atau melakukan 22 hedging untuk nilai transaksi yang relative lebih kecil dan sesuai dengan sifat future market. Oleh karena itu, kontrak hedging harus dilakukan dengan jumlah satuan valas atau currency amount, strike/exercise price, dan tanggal tertentu. Perusahaan yang memiliki future payable ataupun future receivable dalam valas tertentu dapat melindunginya dengan menggunakan futures contract hedging sehingga perusahaan mempunyai suatu kepastian tentang jumlah yang akan dibayar atau diterima dalam nilai domestic currency (Hamdy Hady, 2012). Future contract adalah kontrak antara dua pihak pembeli dan penjual untuk menjual atau membeli sesuatu di kemudian hari dengan harga yang telah ditentukan saat ini. Future contract hampir sama dengan forward contract, yang membedakannya adalah future contract dilakukan lebih tersistematis dan dijalankan oleh suatu lembaga yang dinamakan futures market. c. Option Contract Option contract hedging merupakan suatu sistem yang ideal dalam arti dapat dibatalkan atau tidak direalisasikan apabila fluktuasi kurs valas akan menimbulkan efek yang lebih merugikan bagi perusahaan. Dengan kata lain, untuk option contract hedging, perusahaan mempunyai alternative untuk merealisasikan atau membatalkan kontraknya sesuai dengan perkembangan realisasi kurs valas yang telah diantisipasi sebelumnya (Hamdy Hady, 2012). 23 Ada dua jenis opsi, yaitu : 1. Call Option Sebuah opsi beli (call option) memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu asset pada harga tertentu yang disebut harga eksekusi (exercise price atau strike price), pada atau sebelum tanggal kadaluarsanya (expired date). 2. Put Option Sebuah opsi jual (put option) memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual asset pada harga eksekusi tertentu atau sebelum tanggal kadaluarsa (Zvi Bodie, Alex Kane dan Alan J. Marcus, 2014) d. Swap Swap adalah suatu perjanjian antara dua pihak untuk menukarkan pembayaran suku bunga selama jatuh tempo tertentu pada suatu jumlah notional yang disepakati. Notional menunjukan angsuran pokok pinjaman yan secara teoritis mendasari transaksi swap (Kuncoro, 2001). Risiko dari swap dapat terjadi karena adanya pihak yang tidak memenuhi kewajibannya dalam kontrak swap tersebut, ini dapat diartikan bahwa pemegang kontrak atau perjanjian swap ini menghadapi risiko pihak atau wanprestasi. 4. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio atau DER merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana pendanaan dari hutang digunakan jika 24 dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. Perbandingan rasio ini digunakan untuk memberi informasi umum tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari perusahaan itu sendiri (Horne dan Wachowicz, 2005). DER sendiri merupakan proksi dari rasio leverage keuangan. Menurut Brealey (2008) dalam bukunya mengatakan bahwa rasio leverage memperlihatkan seberapa berat hutang perusahaan, sehingga dapat dikatakan rasio ini dapat mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan untuk menggunakan uang yang dipinjam. Rasio hutang yang tinggi akan memudahkan suatu perusahaan untuk mendanai segala kebutuhan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, baik mendanai kegiatan atau operasional perusahaan atau pun juga mendanai perusahaan bila mana perusahaan tersebut ingin ekspansi. Ketersediaan hutang akan memperlancar aliran kas guna memenuhi kebutuhan perusahaan sehingga perusahaan akan mendapatkan profit yang maksimal. Dan juga dengan hutang perusahaan akan mengurangin jumlah beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan tersebut. Akan tetapi dengan kegiatan tersebut akan menimbulkan risiko baru meningkatnya biaya kebangkrutan, biaya keagenan dan juga tingkat pengembalian bunga yang tinggi ini sejalan dengan teori Franco Modigliani dan Milton Miller. 5. Growth Opportunity Growth Opportunity yang tinggi menunjukkan peluang perusahaan untuk maju kian besar, sehingga untuk menjawab kesempatan tersebut, kebutuhan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa yang akan datang akan sangat dibutuhkan. Oleh karenanya perusahaan akan 25 mempertahankan pendapatan yang diperoleh untuk diinvestasikan kembali dan pada waktu yang bersamaan perusahaan akan diharapkan tetap mengandalkan pendanaan melalui hutang yang lebih besar (Baskin, 1989). Nilai dari proksi kesempatan pertumbuhan perusahaan yang semakin besar membuat perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber dana (Chen, 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat cenderung memilih hutang sebagai sumber pendanaan dibandingkan perusahaan yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Bertambahnya hutang dalam perusahaan, tentunya akan menambah risiko perusahaan seperti gagal bayar karena kebangkrutan, eksposur valuta asing. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki growth opportunity growth opportunity yang tinggi cenderung menggunakan keputusan hedging untuk melindungi perusahaannya (Putro; 2012, Sprcic dan Sevic; 2012) 6. Firm Size Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya pun berbeda-beda. Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal (Short dan Keasy, 1999).Perusahaan yang semakin besar akan semakin besar risiko yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Untuk mengecilkan risiko tersebut suatu perusahaan akan melakukan hedging, karena bila tidak melakukan hedging suatu perusahaan bisa saja akan mengalami dampak risiko yang cukup besar. 26 7. Liquidity Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2000). Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaaan “likuid” (Munawir, 1981). Nilai CR yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, namun mengindikasikan adanya dana yang menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan. Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan diproksikan dengan current ratio. Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar atau hutang lancar terdiri dari banyak macam, yaitu : utang lancar, wesel jangka pendek, hutang jatuh tempo yang urang dari satu tahun, akrual pajak dan juga beban-beban akrual lainnya terdiri atas utang lancar, wesel tagih jangka pendek,utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya. 8. Institutional Ownership Investor lembaga berbeda dengan investor individual yang tidak begitu mencampuri urusan internal perusahan yang mempunyai saham. Investor lembaga akan mencoba untuk mempengaruhi manajemen perusahaan dalam mengelola urusan internal perusahaan dikarenakan investor lembaga mempunyai kepemilikan yang agak besar dalam perusahaan (Rizal, 2007). 27 Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer danpemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanismemonitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi ataulembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). B. Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian terdahulu yang bersangkutan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan hedging. Beberapa diantaranya dijelaskan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Variabel Peneliti Independen Septama No 1 Alat Ukur Hasil Penelitian Debt to equity Analisis Dengan menggunakan Hardanto ratio, financial Regresi variabel debt to equiy Putro, M. distress, growth Logistik ratio, financial 28 Nama Variabel No Alat Ukur Hasil Penelitian Peneliti Independen Chabachib opportunity, distress, growth (2012) liquidity, firm size opportunity, liquidity, dan firm size menunjukan hasil bahwa terdapat tiga variable yang berpengaruh terhadap probabilitas perusahaan untuk menggunakan instrument derivatif sebagai aktivitas hedging yaitu DER, growth opportunity, dan firm size. 2 Shehzad L. Evidence on Mian Corporate Hedging Univariative Perusahaan yang melakukan hedging analysis, (1996) Policy tidak memiliki rasio logistic market-to-book yang 29 Nama Variabel No Peneliti Alat Ukur Hasil Penelitian regression tinggi, keputusan Independen hedging dimotivasi oleh strategi pengurangan pajak. Ditemukan bukti kuat bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung melakukan hedging. Hedging tidak berkorelasi dengan leverage, berhubungan positif dengan dividend yield dan dividend payout, serta berhubungan negatif dengan likuiditas yang diukur dengan menggunakan current ratio. 30 Nama Variabel No 3 Alat Ukur Hasil Penelitian Peneliti Independen Josua Peter Leverage, firm size, Analisis dari kelima variabel Adi growth Regresi yang digunakan dalam Nugroho opportunity, cash Logistik penelitian ini, (2016) ratio, current ratio menemukan bahwa Leverage (LEV) dan Variabel Firm Size (FS) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan hedging, sedangkan untuk variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap Keputusan hedging. Ketepatan data prediksi probabilitas hedging derivatif pada perusahaan sebesar 81,2%. 31 Nama Variabel No 4 Alat Ukur Hasil Penelitian Peneliti Independen Hepdityo Debt to equity Analisis DER, Ukuran Rizki Adam ratio, firm size, Regresi Perusahaan, dan Damanik institutional Logistik Kepemilikan Institusi (2015) ownership, berpengaruh dividend policy, signifikan terhadap liquidity Keputusan Lindung Nilai, sedangkan untuk variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap Keputusan Hedging. Dari hasil regresi logistik menemukan bahwa variabel DER, Kesempatan Tumbuh Perusahaan, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, 32 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen Likuiditas, dan Kepemilikan Institusi dapat menjelaskan Keputusan Hedging sebesar 48% 5 Ertugrul et Biaya financial Analisis Perusahaan dengan al (2008) distress, kebijakan Regresi tingkat hutang yang investasi, tinggi cenderung managerial risk melakukan hedging aversion, subtitusi dibandingkan dengan hedging, variabel perusahaan yang lainnya (dummy) memiliki tingkat hutang yang lebih rendah. Hasil lainnya mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan menentukan keputusan untuk melakukan 33 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen hedging hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan hedging yang mendukung biaya financial distress sebagai motif melakukan hedging. Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap hedging. 6 Klimczak Debt to Equity ANOVA, Variabel DER, EBIT, (2008) ratio, EBIT, tax, Logit growth, individual growth, individual regression block ownership, dan block ownership ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak 34 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen berpengaruh negatif terhadap hedging. 7 Sprcic dan Financial distress Sevic cost, agency cost, Univariative Penelitian tersebut didapatkan hasil analysis dan (2012) external financing bahwa alasan-alasan cost, pajak, utilitas multivariati hedging yang manajerial, ve dikemukakan antara subtitusi analysis lain biaya financial distress, biaya Instrument hedging keagenan, biaya pembiayan eksternal, pajak, utilitas manajerial dan subtitusi instrumen hedging hanya menjeleskan sedikit mengenai keputusan manajemen risiko 35 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen perusahaan pada kedua negara tersebut. 8 Spano Underinvestment Logit Hedging perusahaan (2004) cost, taxes, cost of Regression dilakukan karena financial distress, dan probit biaya financial leverage, firm size regession distress dan scale of economies. Sedangkan bukti lemah ditunjukkan pada hubungan hedging dengan underinvestment incentive dan tax incentive to hedge. Hasil penelitian juga memberikan bukti yang mendukung bahwa holding cash merupakan subtitusi 36 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen terbaik untuk financial derivatives dan managerial ownership tidak berefek pada tindakan hedging. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung suka untuk melakukan hedging. Dan yang terakhir, aktivitas hedging lebih banyak dilakukan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar. 37 Nama Variabel No 9 Alat Ukur Hasil Penelitian Peneliti Independen Judge Expected financial Regresi Terdapat hubungan (2006) distress costs, Logistik antara expected liquidity, firm size financial distress costs dan keputusan hedging nilai tukar mata uang asing. Likuiditas perusahaan juga signifikan menjelaskan hedging mata uang asing. Eksposur mata uang perusahaan merupakan faktor penting dalam melakukan hedging. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan keputusan hedging yang juga 38 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen menunjukkan hasil signifikan bahwa informasi dan transaksi cost scale of economies of hedging menjauhkan perusahaan kecil untuk hedging. 10 Tai et al Institutional Analisis Hasil empiris (2014) Ownership, Regresi menunjukan bahwa Distance investor institusi Information, biasanya akan Financial Distress, bertindak sebagai Size, Likuiditas, prudent man dari pada Growth pemegang saham Opportunity , besar dalam keputusan Leverage, Hedging hedging perusahaan korporat tersebut.Kepemilikan institusi menunjukan 39 Nama Variabel No Alat Ukur Peneliti Hasil Penelitian Independen hasil positif yang signifikan terhadap probabilitas dan peningkatan heding. C. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Masalah 1. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Keputusan Hedging Debt to Equity Ratio atau DER merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana pendanaan dari hutang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. DER menjadi alternatif pendanaan pada perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang banyak digunakan oleh perusahaan terutama pada perusahaan yang besar. Perusahaan melakukan hutang untuk meningkatkan modal agar perusahaan bisa berkembang dan juga berekspansi guna mencari keuntungan yang lebih besar. Namun dengan banyaknya hutang maka akan membuat perusahaan akan semakin berisiko. Dengan porsi hutang yang lebih besar dibandingkan dengan kuantitas modal yang dimiliki tersebut akan menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya beban-beban yaitu biaya kebangkrutan, biaya keagenan, tingkat 40 pengembalian bunga yang lebih tinggi, dan terciptanya asimetri informasi sesuai dengan pernyataan Franco Modigliani dan Milton Miller (Teori MM). Semakin tinggi rasio hutang terhadap debt to equity ratio, maka semakin tinggi risiko yang didapatkan oleh suatu perusahaan, hal ini akan semakin memperkuat suatu perusahaan untung melakukang aktifitas hedging atau lindung nilai, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ertugrul et al (2008), Klimczak (2008), dan Putro (2012). 2. Pengaruh Growth Oppourtunity terhadap Keputusan Hedging Suatu perusahaan akan terus memperluas usahanya agar semakin mendapatkan keuntungan yang besar. Sementara itu para investor akan berlomba-lomba melirik perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang cukup baik. Dengan tingkat kesempatan tumbuh atau growth opportunity yang tinggi pasti akan digandrungi oleh para investor. Untuk bisa mencapai hal tersebut perusahaan akan mencari modal kembali agar perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang baik. Dan dana yang bisa didapatkan secara cepat adalah dengan cara berhutang. Tetapi dengan berhutang perusahaan akan menambah risiko salah satunya adalah resiko gagal bayar. Belum lagi beban lain-lain yang harus ditanggung oleh perusahaan yang harus diselesaikan. Perusahaan akan melakukan caracara yang dapat mengurangi risiko tersebut, salah satunya dengan cara melakukan aktifitas hedging demi melindungi keberlangsungan perusahaan. Jadi semakin besar kesempatan bertumbuh sebuah perusahaan, membuat 41 keputusan perusahaan melakukan aktifitas hedging meningkat. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ertugrul et al (2008), Klimczak (2008), Putro (2012). 3. Pengaruh Firm Size terhadap Keputusan Hedging Semakin besar suatu perusahaan akan semakin banyak pula aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan kecil. Salah satu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan besar tersebut diantaranya melakukan ekspansi perusahaan keluar negeri. Dengan lingkup yang berbeda dengan keadaan dalam negeri maka akan meningkatkan risiko terhadap perusahaan tersebut sehingga dibutuhkan hedging guna meminimalisir risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Mian (1996), Spano (2004), Putro (2012), Sprcic dan Sevic (2012), yang menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula keputusan perusahaan untuk melakukan aktiitas hedging. 4. Pengaruh Liquidity terhadap Keputusan Hedging Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2000). Likuiditas adalah indicator kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya pada saaat jatuh tempo maka perusahaan tersebut dapat dikatakan liquid. 42 Salah satu cara untuk mengukur kemampuan likuiditas tersebut mengukur dengan menggunakan current ratio. Nilai CR yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, namun mengindikasikan adanya dana yang menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan, akibatnya ROA juga semakin kecil (Priharyanto, 2009). Dengan demikian semakin tinggi nilai likuiditas maka semakin rendah aktivitas hedging yang dilakukan karena risiko kesulitan keuangan yang muncul cenderung rendah dan sebaliknya (Spano, 2004) 5. Pengaruh Institutional Ownership terhadap Keputusan Hedging Investor lembaga berbeda dengan investor individual yang tidak begitu mencampuri urusan internal perusahan yang mempunyai saham. Investor lembaga akan mencoba untuk mempengaruhi manajemen perusahaan dalam mengelola urusan internal perusahaan dikarenakan investor lembaga mempunyai kepemilikan yang agak besar dalam perusahaan (Rizal, 2007). Jumlah kepemilikan institusi yang tinggi yang membuat institusi memberikan pengaruh besar terhadap keputusan manajemen perusahaan. Besarnya kepemilikan institusi pada sebuah perusahaan mendorong investor institusi menjadi pengawas aktif perusahaan yang diinvestasikannya. Sehingga meningkat kemungkinan perusahaan melakukan hedging karena pada umumnya kepemilikan institusi ini sangat menjaga perusahaan yang dia tanamkan sahamnya untuk meminimalisir risiko untuk perusahaan tersebut. Pernyataan ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damanik (2015). 43 Model kerangka pemikiran teoritis dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan hedging pada penelitian ini digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BEI Variabel Independen Hedging Uji π 2 McFadden Uji Likehood Ratio Uji Z Interpretasi Hasil D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Pengaruh debt to equity ratio terhadap hedging. Ha: βy1x1 ≠ 0, debt to equity ratio berpengaruh terhadap keputusan hedging. 2. Pengaruh growth opportunity terhadap hedging. 44 Ha: βy1x2 ≠ 0, growth opportunity berpengaruh terhadap keputusan hedging. 3. Pengaruh firm size terhadap hedging. Ha: βy1x3 ≠ 0, firm size berpengaruh terhadap keputusan hedging. 4. Pengaruh liquidity terhadap hedging. Ha: βy1x4 ≠ 0, Liquidity berpengaruh terhadap keputusan hedging. 5. Pengaruh institutional ownership terhadap hedging. Ha: βy1x5 ≠ 0, Institutional ownership berpengaruh terhadap keputusan hedging. 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisis dan mengintegrasikan variabel-variabel dari hasil publikasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi pada periode penelitian dan diolah berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2015. Penelitian ini dimulai dari mengumpulkan datadata yang dibutuhkan terkait dengan Debt to Equity Ratio (DER), Growth Opportunity, Firm Size, Liquidity, Institutional Ownership terhadap Hedging. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 15 dan EViews versi 9. B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah bagian dari jumlah 46 dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2009). Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling yaitu metode pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui cara Purposive Sampling, yaitu sampel yang diambil adalah sampel yang digunakan untuk maksud dan tujuan tertentu. Suatu objek dapat dijadikan sampel oleh peneliti karena objek tersebut memenuhi syarat suatu kriteria informasi yang diinginkan oleh peneliti sebagai data atau sampel yang diambil. Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria – kriteria yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2015. 2. Perusahaan pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki laporan keuangan lengkap dan telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 3. Perusahaan yang secara berutut – turut tidak mengalami kerugian dan selama periode 2011 – 2015. 47 Dari kriteria-kriteria tersebut didapatkan 25 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel. Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No. 1. Kriteria Jumlah Perusahaan pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa 53 Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 2. Perusahaan pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang tidak (20) mempublikasikan laporan keuangan pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 3. Perusahaan pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang mengalami (8) kerugian pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 48 4. Jumlah perusahaan yang memenuhi 25 kriteria Total sampel data selama 5 tahun 125 penelitian C. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan dan tahunan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2015. Data tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id. Selain itu juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal, karya ilmiah, artikel dan berbagi buku referensi sebagai sumber data dan acuan dalam penelitian ini. D. Metode Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Menurut Ghazali (2011) deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti suatu data untuk pengambilan keputusan yang dilihat dari nilai rata-rata, maksimun, sum, dan minimum. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Dalam statistik deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi, penjelasan kelompok 49 melalui modus, median, mean dan variasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku (Sugiyono, 2005:21). 2. Analisis Regresi Logistik Untuk melihat pengaruh penggunaan instrumen derivatif dalam pengambilan keputusan hedging dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression) atau sering disebut dengan model Logit. Model Logit (logistic regression) adalah model regresi yang digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang merupakan sebuah data dengan ukuran biner atau dikotomi atau dengan kemungkinan di antara 0 dan 1. Regresi logistik sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu ketika kita ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun demikian, menurut Ghozali (2011:333), asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dijelaskan juga oleh Ghozali, (2007) teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya, artinya variabel penjelasannya tidak harus memiliki distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap grip. Oleh karena itu, analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik dalam variabel bebasnya. 50 Menurut Gujarati dan Porter (2012:173-175) serta Winarno (2011:6.3), model regresi respons kualitatif sering juga disebut sebagai model probabilitas. Model probabilitas tidak mewajibkan menggunakan asumsi normalitas karena, sama seperti variabel dependen, galat/residual hanya memiliki dua nilai, yaitu mereka mengikuti distribusi probabilitas Bernoulli (1 jika kejadian terjadi dan 0 jika kejadian tidak terjadi). Kelemahan ini tidak begitu masalah karena akan menghasilkan estimator yang BLUE, apabila datanya semakin banyak, distribusinya akan semakin mendekati normal. Selain itu, Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedacity artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independen. Kuncoro (2001) mengatakan bahwa regresi logistik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan teknik analisis lain yaitu: 1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas dan heteroskedastisitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model sehingga tidak diperlukan uji asumsi klasik walaupun variabel independen berjumlah lebih dari satu. 2. Variabel independen dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinu, distrik, dan dikotomis. 3. Regresi logistik tidak membutuhkan keterbatasan dari variabel independennya. 4. Regresi logistik tidak mengharuskan variabel bebasnya dalam bentuk interval. 51 Menurut Gudono (2012:174), analisis regresi logistik (ARL) juga mensyaratkan beberapa hal (asumsi) mengenai sifat data salah satunya adalah tidak ada korelasi yang signifikan antarvariabel independen. Oleh karena itu, sesuai dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini hanya menggunakan salah satu asumsi klasik yaitu uji multikolinearitas. Untuk menguji faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging digunakan software Microsoft Excel 15 dan EViews 9 untuk pengolahan data penelitian. Secara matematis model penelitian yang digunakan sebagai berikut: ππ [ ππ 1−ππ ] = ππ ππ = π½0 + π½1 π·πΈπ + π½2 πΉπΌπ πππΌππΈ + π½3 πΊπ ππππ» + π½4 πΏπΌπππΌπ·πΌππ + π½5 πΌππππππ Keterangan: π [1−ππ ] : odds ratio atau rasio probabilitas ππ : probabilitas perusahaan melakukan hedging 1 − ππ : probabilitas perusahaan tidak melakukan hedging ππ : logaritma probabilitas perusahaan melakukan atau π tidak melakukan hedging 52 π½0 : konstanta DER : Debt to Equity Ratio FIRMSIZE : ukuran perusahaan GROWTH : pertumbuhan perusahaan LIQUIDITY : kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek INSTOWN Menurut : persentase kepemilikan saham oleh institusi Gujarati dan Porter (2012:198-199), sebelum menginterpretasi hasil dari persamaan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Karena menggunakan metode maximum likelihood, yang biasanya adalah metode untuk sampel besar, estimasi standar error bersifat asimptotik. b. Karena signifikansi secara statistik untuk koefisien tidak dievaluasi menggunakan statistik t, tetapi menggunakan statistik Z (jika jumlah sampel cukup besar, distribusi t akan konvergen ke distribusi normal). Uji Z dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas terhadap α, jika nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika nilai probabilitas > α, maka Ho diterima 53 yang berarti bahwa variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. c. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran goodness of fit yang konvensional, R2, tidak memiliki arti dalam model dengan variabel dependen yang biner. Ukuran lain yang serupa dengan R2, yang disebut pseudo-R2, telah tersedia da nada banyak macamnya. EViews menyediakan salah satu ukuran tersebut, R2 Mcfadden, yang 2 2 dilambangkan dengan π πππΉ . Sama seperti R2, π πππΉ juga bernilai antara 0 dan 1. Meskipun demikian, penting untuk diketahui bahwa dalam model regresi bervariabel dependen yang biner, goodness of fit adalah nomor dua terpenting. Yang paling penting adalah nilai koefisien variabel independen bersifat positif atau negatif, dan signifikansi nilainya secara statistik dan/atau praktik. d. Untuk menguji hipotesis nol bahwa semua koefisien slope sama dengan nol secara simultan atau yang ekuivalen terhadap Uji F pada model regresi linier adalah statistik Likelihood Ratio (LR). Dengan hipotesis nol seperti itu, statistik LR mengikuti distribusi π 2 dengan df sama dengan jumlah variabel independen (konstanta tidak termasuk dalam perhitungan df). Uji LR dapat dilakuakan dengan membandingkan nilai chi-square hitung dan chi-sqaure tabel, jika nilai chi-square hitung > nilai chi-square tabel, maka menolak Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika sebaliknya, maka 54 menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersamasama tidak mempengaruhi variabel dependen. a. Operasional Variabel Sugiyono (2010) variabel penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel Independen Variabel independen biasa juga disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah: a) Debt to Equity Ratio (DER) Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. 55 Rasio utang terhadap ekuitas (Debt To Equity Ratio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini dihitung sebagai berikut (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2006). DER = Total Utang Modal Sendiri b) Growth Opportunity Kesempatan pertumbuhan perusahaan yang tinggi merupakan cerminan dari nilai perusahaan yang baik diantara para pelaku bisnis atau perusahaan lainnya. Perusahaan yang sedang berkembang cenderung menggunakan banyak alternatif dalam pendanaannya. Proksi yang digunakan untuk mengukur kesempatan tumbuh perusahaan atau growth opportunity adalah MVE/BVE yaitu perbandingan antara Market Value of Equity dan Book Value ofEquity, rasio ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di massa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya, adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukan kesempatan tumbuh perusahaan (Kumar, 2007). Pertumbuhan Perusahaan adalah perbandingan antara MVE (market value of equity) dan BVE (book value of equity). Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: 56 Growth Opportunity = πππΈ π΅ππΈ c) Firm Size Ahmad (2012) berpendapat bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan lindung nilai derivatif untuk menghadapi eksposur risiko daripada perusahaan kecil karena mereka memiliki sumber daya yang diperlukan dan pengetahuan untuk melakukannya. Proksi firm size dihitung dari logaritma natural dari nilai pasar ekuitas dan jumlah utang. Firm size = In Total Asset d) Liquidity Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2000). Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannnya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaaan likuid. Current Ratio = π΄ππ‘ππ£π πΏπππππ π»π’π‘πππ πΏπππππ 57 e) Institutional Ownership Kepemilikan institusi menunjukan persentase saham yang dimiliki oleh institusi atau lembaga dalam sebuah perusahaan. Kepemilikan institusi dapat diukur dengan melihat persentase saham yang dimiliki oleh institusi dibandingkan dengan persentase saham keseluruhan perusahaan. Kepemilikan institusi merupakan proksi dari asymmetric information antara manajer dan pemegang saham (Arnold, 2014). Kepemilikan institusi dirumuskan sebagai berikut : Institutional Ownership = πππ‘ππ ππβππ πΌππ π‘ππ‘π’π π πππ‘ππ ππβππ πΎππ πππ’ππ’βππ 2) Variabel Dependen Variabel dependen biasa juga disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah: Hedging merupakan istilah yang sangat popular dalam perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turunnaiknya harga (Putro, 2012). Aktivitas hedging sendiri menggunakan instrumen derivatif seperti opsi, kontrak future, kontrak forward, dan swap. Apabila perusahaan menggunakan instrumen derivatif sebagai 58 aktifitas hedging, diberi angka 1 sebagai kategori bahwa perusahaan melakukan aktivitas hedging, dan diberi angka 0 apabila perusahaan tidak melakukan hedging dengan menggunakan instrument derivatif. 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 20112015. Perusahaan sektor ini merupakan perusahaan yang menyediakan fasilitas atau layanan yang dibutuhkan dalam sistem ekonomi agar berfungsi dengan baik dan menghasilkan produk secara optimal. Sedangkan utilitas merupakan sarana penunjang dalam pembangunan. Sektor ini dibagi menjadi 5 sub-sektor yaitu sub-sektor energi, jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenisnya, komunikasi, transportasi dan konstruksi non-bangunan. Dalam kurun waktu 5 tahun saat periode penelitian sektor ini berkembang secara pasti, ini dapat dilihat dari data statistik pada IDX statistic yang dikeluarkan oleh BEI yang menunjukkan adanya peningkatan setiap tahun. Perusahaan yang terdaftar pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi ini selalu meningkat setiap tahunnya pada periode 20112015. Pada tahun 2011, sektor ini memiliki 39 perusahaan yang terdaftar yang terbagi dalam beberapa sub-sektor yaitu 3 dari sub-sektor energi, 3 dari 60 sub-sektor jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenisnya 6 dari sub-sektor telekomunikasi, 21 dari sub-sektor transportasi, dan 6 dari sub-sektor non bangunan. Dan peningkatan melaju pesat bila dibandingkan pada akhir periode penelitian yaitu tahun 2015 perusahaan yang tercatat yaitu sebanyak 53 perusahaan yang rinciannya adalah 4 dari sub-sektor energi, 3 dari subsektor jalan tol, pelabuhan, bandara, dan sejenisnya, 6 dari sub-sektor telekomunikasi, 32 dari transportasi dan 8 dari sub-sektor non-bangunan. Yang paling stabil atau konsisten perusahaan yang terus tercatat pada IDX statistic dari tahun 2011 hingga 2015 adalah perusahaan dari sub-sektor jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenisnya sebanyak 3 perusahaan dan juga dari sub-sektor telekomunikasi sebanyak 6 perusahaan. Dan perusahaan yang tercatatnya selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun adalah dari sub-sektor transportasi dan sub-sektor non bangunan. Peningkatan perusahaan yang tercatat pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi ini juga di dorong oleh perdagangan bebas dan juga kebijakan pemerintah yang sedang menggalakkan pada sektor infrastruktur sehingga para penanam modal lebih suka menanamkan modalnya pada sektor ini karena begitu menjanjikan. Sampel diambil menggunakan purposive sampling. Berdasarkan kriteria sampel penelitian sebanyak 25 perusahaan pada periode tahun 20112015 sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 125 sampel. Selengkapnya mengenai rincian perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: 61 Tabel 4.1 Daftar Perusahaan No Kode Saham Nama Emiten 1 LAPD Leyand International Tbk. 2 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 3 RAJA Rukun Raharja Tbk. 4 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. 5 FREN Smartfren Telecom Tbk. 6 XLCL XL Axiata Tbk. 7 ISAT Indosat Tbk. 8 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 9 BULL Buana Listya Tama Tbk. 10 CASS Cardig Aero Services Tbk. 11 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 62 12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. 13 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. 14 MIRA Mitra International Resources Tbk. 15 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk. 16 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 17 SMDR Samudera Indonesia Tbk. 18 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 19 TRAM Trada Maritime Tbk. 20 WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tbk. 21 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk. 22 INDY Indika Energy Tbk. 23 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk. 24 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. 63 25 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. B. Pengujian dan Pembahasan 1. Deskriptif Variabel Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini yakni: Debt to Equity Ratio, Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Institutional Ownership. Adapun variable dependennya adalah Hedging yang diambil selama periode tahun 2011-2015. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut : a. Debt to Equity Ratio Gambar 4.1 Debt to Equity Ratio tahun 2011-2015 DER LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 - (Sumber : data diolah) Berdasarkan gambar 4.1 diatas, dari 25 perusahaan yang dipilih sebagai sampel pada tahun 2011-2015, Tower Bersama Infrastructure Tbk. Memiliki debt to equity ratio tertinggi yaitu sebesar 13,33. Dan yang 64 memiliki debt to equity ratio terendah pada tahun 2011-2015 adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Yaitu sebesar 0,02. Tabel 4.2 Debt to Equity Ratio tahun 2011-2015 Kode 2011 2012 2013 2014 2015 LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 0,7 0,81 0,62 0,66 0,44 0,62 0,48 1,1 0,55 1,15 3,65 0,04 1,29 0,02 1,29 0,42 1,07 0,48 0,76 2,76 2,76 1,28 1,77 0,69 0,7 1,21 1,2 1,9 0,68 0,38 0,43 0,14 1,53 3,11 0,72 2,33 0,85 1,36 2,16 1,54 4,64 1,88 1,31 1,96 0,66 1,31 1,26 1,26 3,2 0,63 0,32 0,67 0,56 1,48 3,4 1,49 3,55 0,91 1,29 1,26 2,37 2,97 4,2 1,63 2,3 0,65 1,52 1,24 1,66 3,77 0,46 0,38 0,55 0,82 1,34 3,97 1,3 0,7 1,15 1,44 1,75 3,55 3,26 3,48 3,56 2,75 0,64 1,32 1,22 2,38 0,89 0,39 0,54 0,47 0,93 1,99 2,05 1,72 0,66 0,9 1,51 5,93 4,33 2,69 2,02 3,18 3,18 0,78 1,02 0,56 2,48 0,87 0,36 0,51 0,51 0,92 0,96 1,19 6,09 0,64 0,76 1,59 1,85 13,33 1,79 (Sumber : data diolah) 65 b. Firm Size Gambar 4.2 Firm Size tahun 2011-2015 Firm Size LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 - (Sumber : data diolah) Berdasarkan gambar 4.2 diatas, dari 25 perusahaan yang dipilih sebagai sampel pada tahun 2011-2015, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. memiliki firm size tertinggi yaitu sebesar 32,74. Dan yang memiliki firm size terendah pada tahun 2011-2015 adalah PT Sidomulyo Selaras Tbk. Yaitu sebesar 26,01 Tabel 4.3 Firm Size tahun 2011-2015 Kode 2011 2012 2013 2014 2015 LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS 27,8 31,06 27,5 28,57 30,14 31,07 31,59 32,04 28,49 27,32 27,78 31,26 27,9 28,71 30,29 31,2 31,64 32,34 28,8 27,4 27,65 31,59 28,07 28,92 30,4 31,33 31,63 32,48 28,77 27,54 27,57 31,97 28,12 29,3 30,51 31,79 31,61 32,58 28,57 27,71 27,48 32,13 27,59 29,45 30,66 31,71 31,65 32,74 28,68 27,88 66 GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 30,59 27,12 28,65 26,73 27,33 26,01 29,51 27,63 28,58 26,29 28,51 30,54 28,99 29,56 29,78 30,82 27,32 28,83 26,73 28,11 26,35 29,55 28,06 28,81 26,68 28,81 30,75 28,99 30,29 30,24 31,23 27,91 29,09 26,92 28,19 26,64 29,69 28,14 28,99 26,97 29,39 30,97 29,47 30,56 30,37 31,28 28,09 29,1 26,97 28,13 26,73 29,68 28,12 28,89 26,89 29,46 30,98 30,19 30,72 30,48 31,45 28,03 29,08 26,9 28,55 26,72 29,7 28,21 28,67 26,61 29,45 31,02 30,25 30,76 30,7 (Sumber : data diolah) 67 c. Growth Opportunity Gambar 4.3 Growth Opportunity tahun 2011-2015 Growth LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 - (Sumber : data diolah) Berdasarkan gambar 4.3 diatas, dari 25 perusahaan yang dipilih sebagai sampel pada tahun 2011-2015, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. memiliki growth opportunity tertinggi yaitu sebesar 17,71. Dan yang memiliki growth opportunity terendah pada tahun 2011-2015 adalah PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. Yaitu sebesar 0,00. Tabel 4.3 Growth Opportunity tahun 2011-2015 Kode 2011 2012 2013 2014 2015 LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL 1,04 4,51 2,44 1,37 1,81 2,82 0,97 4,91 1,2 1,18 0,3 3,08 0,63 3,34 1,04 2,07 0,32 2,9 0,31 3,96 1,75 2 0,41 2,97 0,36 1,6 1,45 1,65 0,77 2,21 68 ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 1,63 2,33 1,27 2,49 1,22 1,01 0,93 2,16 0,53 1,55 0,24 0,93 6,45 0,92 0,9 1,46 2,81 4 6,72 1,92 2,72 0,67 4,22 1,39 4,7 0,85 1,59 0,28 1,52 0,24 0,65 8,6 0,86 1,01 0,75 2,14 6,44 6,77 1,37 2,8 0,71 4,19 0,83 1,34 0,6 0,64 0,13 1,83 0,14 0,71 9,15 0,39 0,92 0,27 2,82 6,76 7,7 1,59 3,35 0,8 5,11 1,26 0 0,56 0,59 0,12 2,74 1,18 4,73 1,65 0,47 1,02 0,24 4,05 11,26 9,07 2,25 3,35 0,11 1,94 0,61 0 0,15 0,62 0,09 2,67 0,2 2,73 1,22 0,36 0,19 0,05 1,98 17,71 6,31 (Sumber : data diolah) 69 d. Liquidity Gambar 4.4 Liquidity tahun 2011-2015 Liquidity LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 - (Sumber : data diolah) Berdasarkan gambar 4.4 diatas, dari 25 perusahaan yang dipilih sebagai sampel pada tahun 2011-2015, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. memiliki liquidity tertinggi yaitu sebesar 17,71. Dan yang memiliki liquidity terendah pada tahun 2011-2015 adalah PT Trada Maritime Tbk. Yaitu sebesar 0,23. Tabel 4.4 Liquidity tahun 2011-2015 Kode 2011 2012 2013 2014 2015 LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL 0,15 5,5 0,36 6,12 0,26 0,39 0,36 4,2 1,35 9,12 0,28 0,42 0,17 2,01 1,01 4,14 0,36 0,74 0,18 1,71 0,92 3,96 0,31 0,86 0,19 2,58 1,79 2,88 0,53 0,64 70 ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 0,55 0,96 1,57 2,17 1,17 1,17 0,68 2,47 1,37 4,26 1,06 0,55 1,76 0,4 1,06 1,43 2,43 1,36 0,77 0,64 1,16 1,06 1,74 0,84 0,86 0,86 1,22 1,85 1,13 1,03 0,51 0,38 1,17 1,24 1,31 1,23 1,05 1,22 0,53 1,16 1,86 1,53 0,84 0,53 2,16 1,01 1,89 0,84 1,05 0,52 0,45 1,06 1,19 2,19 2,44 0,66 0,92 0,41 1,06 1,05 1,69 0,66 2,01 2,45 2,32 1,95 0,81 1,11 0,49 0,54 1,12 1,23 2,1 0,4 0,35 1,3 0,49 1,35 1,11 2,23 0,84 1,14 2,09 2,67 1,27 0,94 1,17 0,59 0,23 0,26 0,75 1,64 2,18 1,36 1,79 (Sumber : data diolah) 71 e. Institutional Ownership Gambar 4.5 Institutional Ownership tahun 2011-2015 Ins. Ownership LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 - (Sumber : data diolah) Berdasarkan gambar 4.5 diatas, dari 25 perusahaan yang dipilih sebagai sampel pada tahun 2011-2015, PT Rig Tenders Indonesia Tbk. memiliki institutional ownership tertinggi yaitu sebesar 0,90. Dan yang memiliki institutional ownership terendah pada tahun 2011-2015 adalah PT Sidomulyo Selaras Tbk. Yaitu sebesar 0,11. Tabel 4.5 Institutional Ownership tahun 2011-2015 Kode 2011 2012 2013 2014 2015 LAPD PGAS RAJA CMNP FREN XLCL 0,63 0,57 0,62 0,24 0,64 0,8 0,63 0,57 0,65 0,12 0,84 0,67 0,63 0,57 0,61 0,57 0,84 0,66 0,62 0,57 0,61 0,52 0,82 0,66 0,62 0,57 0,58 0,75 0,88 0,66 72 ISAT TLKM BULL CASS GIAA IATA MBSS MIRA RIGS SDMU SMDR TMAS TRAM WEHA WINS INDY SUPR TBIG TOWR 0,85 0,66 0,78 0,85 0,83 0,83 0,87 0,4 0,9 0,11 0,67 0,88 0,51 0,73 0,72 0,63 0,83 0,76 0,5 0,85 0,62 0,8 0,85 0,83 0,83 0,77 0,46 0,81 0,11 0,67 0,88 0,51 0,67 0,69 0,63 0,81 0,66 0,4 0,85 0,61 0,8 0,81 0,82 0,64 0,77 0,46 0,81 0,11 0,67 0,88 0,53 0,73 0,67 0,63 0,79 0,59 0,39 0,79 0,61 0,8 0,85 0,86 0,74 0,77 0,46 0,81 0,11 0,67 0,86 0,53 0,65 0,61 0,63 0,79 0,55 0,39 0,79 0,51 0,82 0,83 0,85 0,51 0,77 0,43 0,81 0,2 0,72 0,87 0,36 0,55 0,54 0,69 0,69 0,52 0,33 (Sumber : data diolah) 2. Analisis Regresi Logistik Untuk melihat pengaruh penggunaan instrumen derivatif dalam pengambilan keputusan hedging dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression) atau sering disebut dengan model Logit. Model Logit (logistic regression) adalah model regresi yang digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang merupakan sebuah data dengan ukuran biner atau dikotomi atau dengan kemungkinan di antara 0 dan 1. Regresi logistik sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu ketika kita ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun demikian, menurut Ghozali (2011:333), asumsi multivariate normal distribution tidak dapat 73 dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dijelaskan juga oleh Ghozali, (2007) teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya, artinya variabel penjelasannya tidak harus memiliki distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap grip. Oleh karena itu, analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik dalam variabel bebasnya. Menurut Gujarati dan Porter (2012:173-175) serta Winarno (2011:6.3), model regresi respons kualitatif sering juga disebut sebagai model probabilitas. Model probabilitas tidak mewajibkan menggunakan asumsi normalitas karena, sama seperti variabel dependen, galat/residual hanya memiliki dua nilai, yaitu mereka mengikuti distribusi probabilitas Bernoulli (1 jika kejadian terjadi dan 0 jika kejadian tidak terjadi). Kelemahan ini tidak begitu masalah karena akan menghasilkan estimator yang BLUE, apabila datanya semakin banyak, distribusinya akan semakin mendekati normal. Selain itu, Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedacity artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independen. Kuncoro (2001) mengatakan bahwa regresi logistik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan teknik analisis lain yaitu: 74 1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas dan heteroskedastisitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model sehingga tidak diperlukan uji asumsi klasik walaupun variabel independen berjumlah lebih dari satu. 2. Variabel independen dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinu, distrik, dan dikotomis. 3. Regresi logistik tidak membutuhkan keterbatasan dari variabel independennya. 4. Regresi logistik tidak mengharuskan variabel bebasnya dalam bentuk interval. Menurut Gudono (2012:174), analisis regresi logistik (ARL) juga mensyaratkan beberapa hal mengenai sifat data salah satunya adalah tidak ada korelasi yang signifikan antarvariabel independen. Oleh karena itu, sesuai dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini hanya menggunakan salah satu asumsi klasik yaitu uji multikolinearitas. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas DER FIRMSIZE GROWTH LIQUIDITY INSTOWN DER 1.000000 0.223955 0.550046 -0.314317 0.084283 FIRMSIZE 0.223955 1.000000 0.234445 -0.043637 0.185918 GROWTH 0.550046 0.234445 1.000000 -0.022738 -0.246128 LIQUIDITY -0.314317 -0.043637 -0.022738 1.000000 -0.339069 INSTOWN 0.084283 0.185918 -0.246128 -0.339069 1.000000 75 Menurut Widardjono (2013:104), jika koefisien korelasi di atas 0.85, maka diduga ada multikolinearitas dalam model (Widardjono, 2013:104). Berdasarkan table 4.1, dapat diketahui bahwa nilai dari hubungan variabel independen satu ke variabel independen lainnya tidak ada yang melebihi 0.85 atau hubungan antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya < 0.85. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak memiliki masalah multikolinearitas. a. Uji Koefisien Determinasi (R2 McFadden) Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi (R2 McFadden) McFadden R-squared S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Restr. Deviance LR statistic Prob(LR statistic) 0.542226 0.481932 0.694236 0.829995 0.749388 163.3545 88.57507 0.000000 Mean dependent var S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Deviance Restr. log likelihood Avg. log likelihood 0.360000 0.327949 12.79855 -37.38974 74.77948 -81.67727 -0.299118 Sumber : data diolah dengan menggunakan EViews 9 Dalam regresi logistik, tidak dapat menggunakan nilai koefisien determinasi R2 konvensional untuk mengukur kebaikan garis regresi. Sebagai penggantinya, digunakan koefisien determinasi yang 2 dikembangkan oleh McFadden atau disingkat π πππΉ . Dalam penelitian ini diketahui bahwa, nilai R2 McFadden dari hasil estimasi sebesar 0,542226. Hal ini berarti bahwa variabel bebas dalam model mampu menerangkan perubahan probabilitas hedging sebesar 54,22% dan selebihnya 45,78% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Menurut Gujarati dan Porter 76 (2012:199), penting untuk diketahui bahwa dalam model regresi bervariabel dependen yang biner, goodness of fit adalah nomor dua terpenting. Yang paling penting adalah nilai koefisien variabel independen bersifat positif atau negatif, dan signifikansi nilainya secara statistik dan/atau praktik. b. Uji Likelihood Ratio (Uji LR) Tabel 4.9 Uji Likehood Ratio (Uji LR) McFadden R-squared S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Restr. Deviance LR statistic Prob(LR statistic) 0.542226 0.481932 0.694236 0.829995 0.749388 163.3545 88.57507 0.000000 Mean dependent var S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Deviance Restr. log likelihood Avg. log likelihood 0.360000 0.327949 12.79855 -37.38974 74.77948 -81.67727 -0.299118 Sumber : data diolah dengan menggunakan EViews 9 Uji statistik likelihood ratio (LR) untuk meguji apakah semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji statistik likelihood ratio (LR) sebagaimana uji F pada regresi metode OLS. Uji LR dapat dilakukan dengan membandingkan nilai chi-square hitung dan chi-sqaure tabel, jika nilai chi-square hitung > nilai chi-square tabel, maka menolak Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika sebaliknya, maka menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh nilai LR statistik atau chisquare hitung adalah 88.57507, sedangkan nilai chi-square tabel df 5, α = 77 0.05 diperoleh sebesar 11.07. Nilai LR statistik atau chi-square hitung (88.57507) > nilai chi-square tabel (11.07), maka keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. c. Uji Statistik Z Tabel 4.10 Uji Z Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C DER FIRMSIZE GROWTH LIQUIDITY INSTOWN -56.50025 0.892285 1.348817 0.866796 1.625763 14.42090 11.74201 0.346305 0.286296 0.212184 0.439961 3.825260 -4.811806 2.576585 4.711272 4.085111 3.695241 3.769913 0.0000 0.0100 0.0000 0.0000 0.0002 0.0002 Sumber : data diolah dengan menggunakan EViews 9 Uji Z dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Uji Z dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas terhadap α, jika nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika nilai probabilitas > α, maka Ho diterima yang berarti bahwa variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. 78 Berikut ini adalah Uji Z dari masing-masing variabel independen dan kontrol terhadap variabel dependen: 1) Variabel Det to Equity Ratio Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel independen Debt to Equity Ratio sebesar 0.0100. Bila dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0100) < nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap hedging. 2) Variabel Firm Size Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel independen firm size sebesar 0.0000. Bila dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0000) < nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel firm size berpengaruh signifikan terhadap hedging. 3) Variabel Growth Oppourtunity Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel independen growth opportunity sebesar 0.0000. Bila dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0000) < nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel growth opportunity berpengaruh signifikan terhadap hedging. 79 4) Variabel Liquidity Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel independen liquidity sebesar 0.002. Bila dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0002) < nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel liquidity berpengaruh signifikan terhadap hedging. 5) Variabel Institutional Ownership Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel independen institutional ownership sebesar 0.0002. Bila dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0002) < nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel institutional ownership berpengaruh signifikan terhadap hedging. 80 d. Persamaan Regresi Logistik Tabel 4.11 Hasil Estimasi Model Logit Dependent Variable: HEDGING Method: ML - Binary Logit (Newton-Raphson / Marquardt steps) Date: 11/29/16 Time: 16:40 Sample: 1 125 Included observations: 125 Convergence achieved after 7 iterations Coefficient covariance computed using observed Hessian Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C DER FIRMSIZE GROWTH LIQUIDITY INSTOWN -56.50025 0.892285 1.348817 0.866796 1.625763 14.42090 11.74201 0.346305 0.286296 0.212184 0.439961 3.825260 -4.811806 2.576585 4.711272 4.085111 3.695241 3.769913 0.0000 0.0100 0.0000 0.0000 0.0002 0.0002 McFadden R-squared S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Restr. Deviance LR statistic Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 Obs with Dep=1 0.542226 0.481932 0.694236 0.829995 0.749388 163.3545 88.57507 0.000000 80 45 Mean dependent var S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Deviance Restr. log likelihood Avg. log likelihood Total obs 0.360000 0.327949 12.79855 -37.38974 74.77948 -81.67727 -0.299118 125 Sumber : data diolah dengan menggunakan EViews 9 Berdasarkan hasil output diatas, maka diperoleh persamaan model logit sebagai berikut : ππ ππ [ ]= 1 − ππ −56.50025 + 0.892285π·πΈπ + 1.348817πΉπΌπ πππΌππΈ + 0.866796πΊπ ππππ» + 1.625763πΏπΌπππΌπ·πΌππ + 14.42090πΌππππππ 81 C. Interpretasi Pada tahap ini akan disajikan uraian mengenai hasil uji statistik yang telah dilakukan dengan acuan penelitian terdahulu. Pada pembahasan table 4.6 didapatkan hasil persamaan model Logit sebagai berikut : ππ ππ [ ]= 1 − ππ −56.50025 + 0.892285π·πΈπ + 1.348817πΉπΌπ πππΌππΈ + 0.866796πΊπ ππππ» + 1.625763πΏπΌπππΌπ·πΌππ + 14.42090πΌππππππ Masing-masing koefisien slope pada persamaan ini adalah koefisien slope parsial dan menghitung perubahan pada nilai estimasi logit akibat satu unit perubahan pada nilai variabel (dengan asumsi variabel independen lainnya konstan). Interpretasi ini akan lebih berarti jika dalam bentuk peluang saja, yaitu yang diperoleh dengan menghitung antilog dari koefisien-koefisien slope (Gujarati dan Porter, 2012:200). a. Variabel Debt to Equty Ratio Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh signifikan positif terhadap hedging yang memiliki probabilitas 0.0100 dengan tingkat keyakinan (α=5%) dan dapat membuktikan hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun dimana terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap hedging. Nilai koefisien dari variabel debt to equity ratio memiliki arah positif sebesar 0.892285, nilai ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1% pada debt to equity ratio akan menaikan hedging sebesar 0.865737 (dalam %). Penelitian ini didukung oleh penelitian Putro (2012), Klimczak (2008) dan Damanik (2015) terdapat pengaruh yang positif dari rasio hutang terhadap aktivitas hedging. 82 Sedangkan didalam penelitian Sprcic dan Sevic (2012) bahwa tidak terdapat pengaruh antara rasio hutang dengan aktivitas hedging. b. V ariabel Firm Size Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel firm size berpengaruh signifikan positif terhadap hedging yang memiliki probabilitas 0.0000 dengan tingkat keyakinan (α=5%) dan dapat membuktikan hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun dimana terdapat pengaruh firm size terhadap hedging. Nilai koefisien dari variabel firm size memiliki arah positif sebesar 1.348817, nilai ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1% pada firm size akan menaikan hedging sebesar 1.348817 (dalam %). Penelitian yang dilakukan juga oleh Sprcic dan Sevic (2012), Putro (2012), Damanik (2015) juga menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan (firm size) memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas hedging. Karena bisa jadi perusahaan tersebut ingin melindungin perusahaan tersebut yang semakin bertambah risikonya. Sementara dalam penelitian Ertugrul et al (2008) tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan hedging. c. Variabel Growth Opportunity Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel growth opportunity berpengaruh signifikan positif terhadap hedging yang memiliki probabilitas 0.0000 dengan tingkat keyakinan (α=5%) dan dapat membuktikan hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun dimana terdapat pengaruh 83 growth opportunity terhadap hedging. Nilai koefisien dari variabel growth opportunity memiliki arah positif sebesar 0.866796, nilai ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1% pada growth opportunity akan menaikan hedging sebesar 0.866796 (dalam %). Sprcic dan Sevic (2012) dan Klimczak (2008) juga menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang pesat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pengambilan keputusan hedging dan itu juga sejalan dengan hasil penelitian Putro (2012) dalam penelitiannya yang meneliti tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap aktivitas hedging. d. Variabel Liquidity Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel liquidity berpengaruh signifikan positif terhadap hedging yang memiliki probabilitas 0.0002 dengan tingkat keyakinan (α=5%) dan dapat membuktikan hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun dimana terdapat pengaruh liquidity terhadap hedging. Nilai koefisien dari variabel liquidity memiliki arah positif sebesar 1.625763, nilai ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1% pada liquidity akan menaikan hedging sebesar 1.625763 (dalam %). Penelitian yang dilakukan oleh Judge (2005) Tai et al (2014) faktor lain yang menjelaskan tentang keputusan hedging adalah tingkat likuiditas. Lain hal nya dengan Shehzad Mian yang mengatakan hal sebaliknya tentang liquidity. 84 e. Variabel Indtitutional Ownership Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel institutional ownership berpengaruh signifikan positif terhadap hedging yang memiliki probabilitas 0.0002 dengan tingkat keyakinan (α=5%) dan dapat membuktikan hipotesis pada penelitian sebelumnya yang telah dibangun dimana terdapat pengaruh institutional ownership terhadap hedging. Nilai koefisien dari variabel institutional ownership memiliki arah positif sebesar 1.625763, nilai ini menunjukan bahwa setiap peningkatan 1% pada institutional ownership akan menaikan hedging sebesar 14.42090 (dalam %). Tai et al (2014), Ertugrul et al dan Damanik (2015) juga melakukan penelitian terhadap hedging dan menunjukan bahwa kepemilikan institusional turut mempengaruhi perusahaan dalam mengambil keputusan hedging. 85 BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan yaitu menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging (studi kasus pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi) adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji regresi logistik dapat diketahui bahwa secara simultan debt to equity ratio, firm size, growth opportunity, liquidity, dan institutional ownership berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging. 2. Hasil uji regresi data panel secara parsial dapat diketahui bahwa: a. Debt to equity ratio terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging b. Firm size terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging c. Growth opportunity terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging d. Liquidity terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging 86 e. Institutional ownership terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, terdapat beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat, diantaranya: 1. Bagi investor Informasi tentang nilai perusahaan dapat dijadikan tambahan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 2. Bagi pihak perusahaan. Informasi tentang debt to equity ratio, firm size, growth opportunity, liquidity, dan institutional ownership dalam pengambilan keputusan untuk melakukan hedging sehingga mengurangi risiko perusahaan. 3. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi pembaca dari kalangan akademisi maupun praktisi. 4. Bagi masyarakat Dapat mendorong masyarakat agar tertarik untuk melakukan investasi dalam bentuk kepemilikan saham khususnya saham perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI. 87 C. Saran Berikut beberapa saran yang dapat peneliti berikan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis: 1. Dalam penelitian ini variabel dependen yang dipakai adalah hedging, sedangkan variabel independennya adalah debt to equity ratio, firm size, growth opportunity, liquidity dan institutional ownership. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan variabel yang beragam hasil penelitian berbeda dan lebih mendalam. 2. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan jumlah sampel agar penelitian yang dilakukan akan lebih baik. 3. Periode penelitian ini terbatas tahun 2011 sampai 2015, hendaknya penelitian selanjutnya lebih memperbaharui dan menambahkan periode tahun penelitian agar hasil yang didapatkan relevan. 4. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah regresi logistik dan pengolahannya menggunakan Microsoft Office Excel 15 dan Eviews 9.0. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan metode lain dan software yang lebih baru. 88 DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”. Mediasoft Indonesia : Jakarta, 2010. Baskin, J. “An Empirical Investigation of The Packing Order Hypothesys”. Financial Management Journal. Vol 18 (26-35), 1989. Brealey, Myers, Marcus. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Erlangga, 2008. Chen, Long. “On the Relation between the Market-to-Book Ratio, Growth”. JEL Classification: G32, 2006. Damanik, Hepdityo Rizki Adam. Keputusan lindung nilai dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Mempengaruhi (Studi Empiris Pada Bank Konvensional yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang, 2015. Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Salemba Empat, 1999. Djojosoedarso, Soeisno.“Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi”. Jakarta: Salemba Empat, 2003. Ghozali, Imam. “Manajemen Risiko Perbankan”. Semarang : BPUNDIP, 2007. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Cetakan VI, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2011. Gudono. “Analisis Data Multivariat”. Yogyakarta: BPFE, 2012. Gujarati, Damodar dan Dawn C. Porter. “Dasar-dasar Ekonometrika Edisi 5”. Jakarta: Salemba Empat, 2012. Hamdy Hady, Manajemen Keuangan Internasional. 2012. Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. Analisa Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2009. James C, Van Horne dan John M. Wachowicz. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi kedua belas. Jakarta : Salemba Empat, 2005. 89 Jensen, Michael C. dan William Meckling. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and Capital Structure”. Journal of Financial Economics. 1976. Judge. “The Determinant of Foreign Currency Hedging by UK Non-Financial Firms”. Multinational Finance Journal. 10 (1/2): 1-41, 2006. Klimczak, Karol Marek. 2008. Corporate Hedging and Risk Management Theory. The Journal of Risk Finance. Vol 9 No 1 (20-39). Levi, Maurice D. “Keuangan Internasional”. Diterjemahkan Handoyo Prasetyo. Yogyakarta: Andi, 2001. Madura, Jeff. International Financial Management. 2003. Madura, Jeff, International Corporate Finance. 2006. Mian. “Evidence on Corporate Hedging Policy”. The Journal of Financial and Quantitative Analysis Vol. 31, No. 3 pp. 419-439, 1996. Putro, Hardanto Septama dan M Chabachib. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi Kasus Pada Perusahaan Automotive and allied product yang terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Diponegoro Business Review. Vol 1 No 1 2012 (1-11), 2012. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan”. Edisi pertama. Penerbit Mitra Wacana Media: Jakarta, 2010. Ross, et al. Corporate Finance Fndamental. Mc-Graw Hill International Edition. 2008 Short, Helen dan Kevin Keasy. “Managerial Ownership and the Performance of Firms: Evidence from the UK”. Journal of Corporate Finance Vol 5, 1999. Spano. “Determinants of hedging and its effects on investment and debt”. Journal of Corporate Finance, 2004, vol. 10, issue 1, pages 175-197, 2004. Sprcic, D.M. and Sevic, Z. “Determinants of corporate hedging decision: evidence from Croatian and Slovenian companies”. Research in International Business and Finance, Vol. 26, pp. 1-25, 2012. Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2010. Sugiyono. “ Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)”. Bandung: Alfabeta, 2009. 90 Sunaryo, T. Manajemen Risiko Financial. Jakarta: Salemba Empat 2009. Sutrisno, M.M. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Erlangga, 2000. Tarjo.“Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity Capital”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak, 2008. Utomo, Lisa Linawati. Instrumen derivatif: Pengenalan dalam strategi Manajemen Risiko Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 2 No 1(53-68), 2000. Widardjono, Agus. “Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya Edisi Keempat”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2013. Widardjono, Agus. “Statistika Terapan dengan Excel dan SPSS”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews”. Yogyakarta: STIM YKPN. 2011.Yuliati, Sri Handayu dan Handoyo Prasetyo. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta:Andi, 2002. Zvi Bodie, Alex Kane dan Alan J. Marcus. Manajemen Portofolio dan Investasi : Investment buku 2, 2014. http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx pada 10 Desember 2016 pukul 19.45 WIB. http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data/Default.aspx Desember 2016 pukul 19.45 WIB. diakses diakses pada 10 http://www.idx.go.id “Laporan Keuangan Tahunan” diakses pada 15 September 2016. http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx Desember 2016 pukul 19.45 WIB. diakses pada http://www.oil-price.net diakses pada 10 Desember 2016 pukul 20.15 WIB. 91 10 LAMPIRAN Lampiran 1 : data sampel perusahaan Daftar Perusahaan No Kode Nama Emiten Saham 1 LAPD Leyand International Tbk. 2 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 3 RAJA Rukun Raharja Tbk. 4 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. 5 FREN Smartfren Telecom Tbk. 6 XLCL XL Axiata Tbk. 7 ISAT Indosat Tbk. 8 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 9 BULL Buana Listya Tama Tbk. 10 CASS Cardig Aero Services Tbk. 11 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. 13 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. 14 MIRA Mitra International Resources Tbk. 15 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk. 16 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 17 SMDR Samudera Indonesia Tbk. 92 18 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 19 TRAM Trada Maritime Tbk. 20 WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tbk. 21 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk. 22 INDY Indika Energy Tbk. 23 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk. 24 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. 25 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 93 Lampiran 2 : rincian data perusahaan Rincian Data Perusahaan tahun 2011-2015 tahun perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 LAPD LAPD LAPD LAPD LAPD PGAS PGAS PGAS PGAS PGAS RAJA RAJA RAJA RAJA RAJA CMNP CMNP CMNP CMNP CMNP FREN FREN FREN FREN FREN XLCL XLCL XLCL XLCL XLCL ISAT ISAT ISAT ISAT ISAT TLKM Hedging 0 1 0 0 0 1 1 DER Firm Size Growth Liquidity Ins. Ownership 0.70 0.62 0.44 0.48 0.55 0.81 0.66 0.62 1.10 1.15 3.65 1.29 1.29 1.07 0.76 0.04 0.04 0.02 0.42 0.48 2.76 1.88 4.20 3.48 2.02 1.28 1.31 1.63 3.56 3.18 1.77 1.96 2.30 2.75 3.18 0.69 27.80 27.78 27.65 27.57 27.48 31.06 31.26 31.59 31.97 32.13 27.50 27.90 28.07 28.12 27.59 28.57 28.71 28.92 29.30 29.45 30.14 30.29 30.40 30.51 30.66 31.07 31.20 31.33 31.79 31.71 31.59 31.64 31.63 31.61 31.65 32.04 1.04 0.97 0.63 0.31 0.36 4.51 4.91 3.34 3.96 1.60 2.44 1.20 1.04 1.75 1.45 1.37 1.18 2.07 2.00 1.65 1.81 0.30 0.32 0.41 0.77 2.82 3.08 2.90 2.97 2.21 1.63 1.92 1.37 1.59 2.25 2.33 0.15 0.36 0.17 0.18 0.19 5.50 4.20 2.01 1.71 2.58 0.36 1.35 1.01 0.92 1.79 6.12 9.12 4.14 3.96 2.88 0.26 0.28 0.36 0.31 0.53 0.39 0.42 0.74 0.86 0.64 0.55 0.64 0.53 0.41 0.49 0.96 0.63 0.63 0.63 0.62 0.62 0.57 0.57 0.57 0.57 0.57 0.62 0.65 0.61 0.61 0.58 0.24 0.12 0.57 0.52 0.75 0.64 0.84 0.84 0.82 0.88 0.80 0.67 0.66 0.66 0.66 0.85 0.85 0.85 0.79 0.79 0.66 94 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 TLKM TLKM TLKM TLKM BULL BULL BULL BULL BULL CASS CASS CASS CASS CASS GIAA GIAA GIAA GIAA GIAA IATA IATA IATA IATA IATA MBSS MBSS MBSS MBSS MBSS MIRA MIRA MIRA MIRA MIRA RIGS RIGS RIGS RIGS RIGS SDMU SDMU 0 0 1 1 0 0 0 0 0.66 0.65 0.64 0.78 0.70 1.31 1.52 1.32 1.02 1.21 1.26 1.24 1.22 0.56 1.20 1.26 1.66 2.38 2.48 1.90 3.20 3.77 0.89 0.87 0.68 0.63 0.46 0.39 0.36 0.38 0.32 0.38 0.54 0.51 0.43 0.67 0.55 0.47 0.51 0.14 0.56 32.34 32.48 32.58 32.74 28.49 28.80 28.77 28.57 28.68 27.32 27.40 27.54 27.71 27.88 30.59 30.82 31.23 31.28 31.45 27.12 27.32 27.91 28.09 28.03 28.65 28.83 29.09 29.10 29.08 26.73 26.73 26.92 26.97 26.90 27.33 28.11 28.19 28.13 28.55 26.01 26.35 95 2.72 2.80 3.35 3.35 1.27 0.67 0.71 0.80 0.11 2.49 4.22 4.19 5.11 1.94 1.22 1.39 0.83 1.26 0.61 1.01 4.70 1.34 0.00 0.00 0.93 0.85 0.60 0.56 0.15 2.16 1.59 0.64 0.59 0.62 0.53 0.28 0.13 0.12 0.09 1.55 1.52 1.16 1.16 1.06 1.35 1.57 1.06 1.86 1.05 1.11 2.17 1.74 1.53 1.69 2.23 1.17 0.84 0.84 0.66 0.84 1.17 0.86 0.53 2.01 1.14 0.68 0.86 2.16 2.45 2.09 2.47 1.22 1.01 2.32 2.67 1.37 1.85 1.89 1.95 1.27 4.26 1.13 0.62 0.61 0.61 0.51 0.78 0.80 0.80 0.80 0.82 0.85 0.85 0.81 0.85 0.83 0.83 0.83 0.82 0.86 0.85 0.83 0.83 0.64 0.74 0.51 0.87 0.77 0.77 0.77 0.77 0.40 0.46 0.46 0.46 0.43 0.90 0.81 0.81 0.81 0.81 0.11 0.11 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 SDMU SDMU SDMU SMDR SMDR SMDR SMDR SMDR TMAS TMAS TMAS TMAS TMAS TRAM TRAM TRAM TRAM TRAM WEHA WEHA WEHA WEHA WEHA WINS WINS WINS WINS WINS INDY INDY INDY INDY INDY SUPR SUPR SUPR SUPR SUPR TBIG TBIG TBIG 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0.82 0.93 0.92 1.53 1.48 1.34 1.99 0.96 3.11 3.40 3.97 2.05 1.19 0.72 1.49 1.30 1.72 6.09 2.33 3.55 0.70 0.66 0.64 0.85 0.91 1.15 0.90 0.76 1.36 1.29 1.44 1.51 1.59 2.16 1.26 1.75 5.93 1.85 1.54 2.37 3.55 26.64 26.73 26.72 29.51 29.55 29.69 29.68 29.70 27.63 28.06 28.14 28.12 28.21 28.58 28.81 28.99 28.89 28.67 26.29 26.68 26.97 26.89 26.61 28.51 28.81 29.39 29.46 29.45 30.54 30.75 30.97 30.98 31.02 28.99 28.99 29.47 30.19 30.25 29.56 30.29 30.56 96 1.83 2.74 2.67 0.24 0.24 0.14 1.18 0.20 0.93 0.65 0.71 4.73 2.73 6.45 8.60 9.15 1.65 1.22 0.92 0.86 0.39 0.47 0.36 0.90 1.01 0.92 1.02 0.19 1.46 0.75 0.27 0.24 0.05 2.81 2.14 2.82 4.05 1.98 4.00 6.44 6.76 0.84 0.81 0.94 1.06 1.03 1.05 1.11 1.17 0.55 0.51 0.52 0.49 0.59 1.76 0.38 0.45 0.54 0.23 0.40 1.17 1.06 1.12 0.26 1.06 1.24 1.19 1.23 0.75 1.43 1.31 2.19 2.10 1.64 2.43 1.23 2.44 0.40 2.18 1.36 1.05 0.66 0.11 0.11 0.20 0.67 0.67 0.67 0.67 0.72 0.88 0.88 0.88 0.86 0.87 0.51 0.51 0.53 0.53 0.36 0.73 0.67 0.73 0.65 0.55 0.72 0.69 0.67 0.61 0.54 0.63 0.63 0.63 0.63 0.69 0.83 0.81 0.79 0.79 0.69 0.76 0.66 0.59 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 TBIG TBIG TOWR TOWR TOWR TOWR TOWR 1 4.33 13.33 4.64 2.97 3.26 2.69 1.79 30.72 30.76 29.78 30.24 30.37 30.48 30.70 97 11.26 17.71 6.72 6.77 7.70 9.07 6.31 0.35 1.36 0.77 1.22 0.92 1.30 1.79 0.55 0.52 0.50 0.40 0.39 0.39 0.33 Lampiran 3 : hasil estimasi logit Dependent Variable: HEDGING Method: ML - Binary Logit (Newton-Raphson / Marquardt steps) Date: 11/29/16 Time: 16:40 Sample: 1 125 Included observations: 125 Convergence achieved after 7 iterations Coefficient covariance computed using observed Hessian Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -56.50025 11.74201 -4.811806 0.0000 DER 0.892285 0.346305 2.576585 0.0100 FIRMSIZE 1.348817 0.286296 4.711272 0.0000 GROWTH 0.866796 0.212184 4.085111 0.0000 LIQUIDITY 1.625763 0.439961 3.695241 0.0002 INSTOWN 14.42090 3.825260 3.769913 0.0002 McFadden R-squared 0.542226 Mean dependent var 0.360000 S.D. dependent var 0.481932 S.E. of regression 0.327949 Akaike info criterion 0.694236 Sum squared resid 12.79855 Schwarz criterion 0.829995 Log likelihood Hannan-Quinn criter. 0.749388 Deviance Restr. Deviance 163.3545 Restr. log likelihood -81.67727 LR statistic 88.57507 Avg. log likelihood -0.299118 Prob(LR statistic) 0.000000 Obs with Dep=0 80 Obs with Dep=1 45 Total obs 98 -37.38974 74.77948 125