BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses oksidasi dan produksi dari senyawa radikal bebas dan spesies oksigen reaktif (ROS) merupakan bagian integral dari kehidupan dan metabolisme. Senyawa radikal bebas dan ROS diproduksi dalam tubuh untuk memenuhi beberapa fungsi biologis seperti aktivasi fagosit, mengatur pertumbuhan sel, dan sebagai sinyal interseluler. Senyawa radikal bebas dan ROS bermanfaat bagi tubuh apabila diproduksi dalam jumlah dan waktu yang tepat. Sebaliknya senyawa tersebut dapat bersifat sangat perusak karena bersifat sangat reaktif dan secara cepat menyerang molekul terdekat seperti protein, karbohidrat, lipid, dan DNA (Papas 1999a). Radikal bebas dan ROS menyerang lipid, gula, protein dan DNA, dengan menginduksi oksidasi yang mungkin menghasilkan kerusakan oksidatif seperti kerusakan membran, modifikasi protein, inaktivasi enzim, serta merusak utas DNA dan memodifikasi basanya (Shahidi & Zhong 2005). Terbentuknya radikal bebas dalam tubuh, di antaranya disebabkan oleh proses reduksi molekul oksigen dalam rangkaian transpor elektron pada mitokondria atau dalam proses-proses lain yang terjadi secara acak dari berbagai proses kimiawi dalam tubuh. Proses ini melibatkan baik senyawa organik maupun senyawa non organik (Muhilal 1991). Untuk melawan kerusakan yang disebabkan oleh senyawa radikal bebas dan ROS, manusia dan mahluk hidup lainnya mengembangkan komplek antioksidan, suatu sistem biologi untuk mencegah kerusakan oksidatif. Sistem antioksidan bekerja dengan cara menghilangkan dan menginaktivasi senyawa intermediet yang memproduksi radikal bebas. Antioksidan tersebut diproduksi di dalam tubuh (endogenus) dan berasal dari asupan makanan (eksogenus). Suatu keadaan di mana sistem antioksidan dan senyawa radikal bebas yang tidak seimbang disebut sebagai stres oksidatif. Stres oksidatif dipercaya sebagai penyebab kerusakan sel dan berkontribusi pada penuaan dan perkembangan penyakit kronik seperti penyakit hati dan kanker. Stres oksidatif dapat disebabkan oleh tingginya senyawa radikal bebas dan ROS, dan atau lemahnya sistem antioksidan karena asupan antioksidan eksogenus yang sangat rendah dan produksi antioksidan endogenus yang sedikit (Papas 1999a). Beberapa studi telah mengilustrasikan bahwa minyak sawit merah (MSM) merupakan bahan pangan yang kaya akan senyawa antioksidan larut lemak seperti karotenoid (sebagian besar alfa- dan beta-karoten, likopen), vitamin E (dalam bentuk α-, β-, δ- tokotrienol dan tokoferol) dan ubiquinon (sebagian besar koenzim Q10) (Ebong et al. 1999, Edem 2002, Van Rooyen et al. 2008). Studi yang dilakukan Ebong et al. (1999) menunjukkan manfaat MSM sebagai penurun stres oksidatif. Pemberian 15% MSM dalam ransum tikus mampu meningkatkan enzim antioksidan superoxide dismutase (SOD) pada hati tikus bila dibandingkan dengan kontrol pada minggu ke-4 meskipun mengalami penurunan pada minggu ke-8 (Dauqan et al. 2012). Minyak sawit merah (MSM) secara luas digunakan sebagai minyak untuk memasak di Afrika Barat dan Afrika Tengah. Minyak sawit merah merupakan sumber senyawa karotenoid terbesar sebagai provitamin A (Shahidi & Zhong 2005).Manfaat lain MSM di antaranya menurunkan kolesterol darah manusia 7% hingga 38% (Mattson & Grundy 1985, Bonanome & Grundy 1988). Minyak sawit merah pada dasarnya dibuat dari minyak sawit mentah (MSMn) dengan proses minimal sehingga komponen penting seperti karotenoid dan vitamin E tidak rusak. Berdasarkan pada hal tersebut maka sangat dimungkinkan minyak sawit mentah (MSMn) juga memiliki potensi yang sama seperti halnya minyak sawit merah dalam hal sebagai sumber antioksidan. Hal tersebut juga didukung oleh kandungan karotenoid yang tinggi pada MSMn yaitu mencapai 400-700 ppm karotenoid. Pada minyak sawit mentah terkandung vitamin E sebesar 600-1000 ppm, terdiri atas campuran tokoferol (18-22%) dan tokotrienol (78-82%) (Sambanthamurthi et al. 2000). Minyak sawit mentah merupakan salah sumber karotenoid alami terkaya. Tubuh manusia menggunakan karotenoid sebagai vitamin A. Karotenoid juga memperkuat fungsi sistem imun melalui berbagai mekanisme dan mengimprovisasi kesehatan kardiovaskular. Selain itu karotenoid berperan sebagai antioksidan biologis, melindungi sel dan jaringan dari kerusakan akibat radikal bebas. Minyak sawit juga merupakan sumber vitamin E terkaya bila dibandingkan dengan sumber lainnya. Vitamin E di dalam minyak sawit terdapat dalam bentuk α-, β-, γ-, δ-tokoferol dan tokotrienol. Tokotrienol telah ditemukan sebagai antioksidan dan memiliki aktivitas antikanker. Aktivitas antioksidan vitamin E membawa beberapa manfaat yang baik bagi tubuh manusia di antaranya mencegah penuaan kulit, mencegah oksidasi lipid, dan mengurangi tekanan darah. Studi pada manusia menunjukkan bahwa tokotrienol kelapa sawit memiliki kemampuan menghalangi balik dari carotid arteri dan agregasi platelet, dengan cara demikian tokotrienol mengurangi resiko stroke, arteriosklerosis, dan penyakit hati. Fraksi kaya akan tokotrienol minyak sawit mampu melindungi otak dari kerusakan oksidatif. Kemampuan antioksidan dari gamma tokotrienol dapat mencegah perkembangan dari peningkatan tekanan darah dengan cara mengurangi peroksida lipid dan memperkuat status antioksidan termasuk aktivitas superoksida dismutase (Mukherjee & Mitra 2009). Pemberian minyak sawit mentah sebesar 7,35 gram/kg pada ransum tikus mampu meningkatkan enzim katalase pada plasma tikus paling tinggi dan berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya . Hal tersebut menunjukkan minyak sawit mentah sangat efektif dalam menangkal efek toksik malathion. Hasil proliferasi limfosit hampir sama dengan perlakuan lainnya yang menandakan bahwa minyak sawit kasar hampir sama kekuatannya dengan gabungan vitamin A, E, dan C (Subekti 1997). Penelitian ini merupakan bagian dari Program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program terapan yang dapat menjadi solusi baru dalam mengatasi masalah defisiensi vitamin A di Indonesia dengan menggunakan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Produk minyak sawit mentah yang digunakan dalam penelitian disebut sebagai Produk SawitA dan diberikan secara gratis selama dua bulan kepada responden dari keluarga kurang mampu menurut data dari desa setempat serta disertai sosialisasi mengenai manfaat dan cara penggunaannya. Mengingat Produk SawitA merupakan produk baru dan penggunaannya akan dicampur dengan makanan sehari-hari, maka perlu diketahui penerimaan konsumen terhadap produk yang meliputi rasa, aroma, warna, dan atribut keseluruhan. Selain itu juga perlu dilihat perilaku dan pola konsumsi responden ketika mengkonsumsi Produk SawitA. Hal tersebut penting dalam menganalisis penerimaan Produk SawitA. Analisis penerimaan produk menggunakan metode uji penggunaan di rumah (Home use tests). Di sisi lain telah banyak penelitian mengenai manfaat minyak sawit merah (MSM) terutama sebagai antioksidan dan manfaat bagi kesehatan, Namun penelitian pengaruh minyak sawit mentah (MSMn) terhadap kapasitas antioksidan terutama pada manusia masih sangat terbatas. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga dilihat pengaruh konsumsi minyak sawit mentah terhadap kapasitas antioksidan plasma dan sel darah merah, baik sebelum konsumsi produk maupun setelah konsumsi produk selama dua bulan pada sebagian responden. Pengaruh konsumsi Produk SawitA terhadap kapasitas antioksidan plasma dilihat pada 35 responden yang berasal dari Desa Dramaga, Desa Babakan, dan Desa Sukadamai. B. TUJUAN PENELITIAN Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengatasi masalah kekurangan vitamin A di Indonesia melalui pemberian produk minyak sawit, khususnya kepada masyarakat kurang mampu. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi penerimaan responden mengkonsumsi Produk SawitA. 2. Menganalisis perilaku mengkonsumsi Produk SawitA. 3. Menganalisis pengaruh mengkonsumsi Produk SawitA terhadap kapasitas antioksidan plasma. 4. Menganalisis pengaruh mengkonsumsi Produk SawitA terhadap kapasitas antioksidan sel darah merah. C. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai produk dan manfaat minyak sawit, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan membantu dalam menentukan kebijakan pengambilan keputusan bagi pihak terkait, khususnya dalam mengatasi kekurangan vitamin A di 2 Indonesia dan sebagai sumber komponen antioksidan. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada responden terutama ibu-ibu mengenai penggunaan dan manfaat produk, serta peran mereka terhadap peningkatan kesehatan keluarga. Bagi penulis penelitian bermanfaat untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta wawasan dengan menerapkan teori yang telah didapatkan selama kuliah terhadap permasalahan di dunia nyata khususnya tentang minyak sawit. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti yang akan melakukan studi lanjutan terhadap permasalahan yang sama dan memperkaya informasi mengenai manfaat minyak sawit yang sudah ada. 3