Gambaran Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Puskesmas Tuban The Description of Exclusive Breastfeeding Toddlers With the Incidence of ARI in Aged 1-4 Years in Tuban Health Center Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK Jenis penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia antara lain adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Di Indonesia kesakitan dan kematian bayi karena penyakit infeksi, salah satunya disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman masyarakat khususnya ibu-ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Di kabupaten Tuban, jumlah kasus ISPA yang dilaporkan puskesmas Tuban pada tahun 2009 sebesar 2856 balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada Balita Usia (1-4 tahun) di Puskesmas Tuban. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling dan diperoleh 110 balita yang memenuhi kriteria penelitian selama kurun waktu Mei – Juli 2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) wawancara, 2) lembar rekam medis MTBS. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 110 menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA cenderung lebih kecil (24,32%) mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang tidak ASI Ekskllusif (63,01%). Sedangkan yang tidak ISPA cenderung lebih besar (75,68%) mendapatkan ASI Eksklusif dibanding yang tidak ASI Eksklusif. Upaya untuk menurunkan kejadian ISPA yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif, yang upayanya tidak hanya dilakukan oleh keluarga itu sendiri, tetapi juga menggerakkan masyarakat dengan meningkatkan kesadaran pentingnya ASI Eksklusif karena melihat dari berbagai manfaatnya. Kata kunci : ASI Eksklusif, ISPA. ABSTRACT Types of infectious disease remains a major health problem in Indonesia, among others, is a disease of Acute Respiratory Infections (ARI). In Indonesia infant morbidity and mortality due to infectious diseases, one of which is caused by ignorance and incomprehension of society, especially the mothers about the importance of exclusive breast feeding. In the district of Tuban, the number of reported cases of ARI clinic Tuban in 2009 amounted to 2856 infants. This study aims to determine Preview Exclusive Breastfeeding with ARI incidence in Toddlers Aged (1-4 years) in Tuban Health Center. The study was descriptive. The population in this study were all mothers who have children at health centers Tuban Tuban District. Sampling technique using Consecutive Sampling and obtained 110 toddlers who meet the criteria of the study during the period May to July 2010. The instruments used in this study were: 1) interviews, 2) medical record sheets IMCI. Results of a study of 110 indicates that infants who experienced respiratory infection tend to be smaller (24.32%) Exclusive breastfeeding than those who are not breastfed Ekskllusif (63.01%). While that is not ARI tend to be larger (75.68%) received exclusive breast milk than those who do not Exclusive. Efforts to reduce the incidence of ARI is to give exclusive breastfeeding, whose efforts not only done by the family itself, but also to mobilize the community to raise awareness of the importance of exclusive breast feeding as seen from a variety of benefits. Keywords: Exclusive Breastfeeding, ARI. PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Penyakit ini meliputi Infeksi Akut Saluran Pernapasan bagian Atas dan Infeksi Akut Saluran Pernapasan bagian Bawah. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.1 Beberapa faktor mempengaruhi tingginya mortalitas dan morbiditas ISPA serta berat ringannya penyakit. Berbagai penelitian mengenai faktor resiko telah dilakukan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Nampaknya faktor resiko di negara industri agak berlainan dari faktor resiko di negara berkembang. Beberapa faktor risiko telah diketahui antara lain, umur kurang 2 bulan, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI eksklusif, populasi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, membedong anak (menyelimuti berlebihan), defisiensi vitamin A, pemberian makanan terlalu dini, ventilasi rumah kurang memadai, peran keluarga.2 Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA adalah menurunnya pemberian ASI ekslusif. ASI eksklusif merupakan salah satu solusi pencegahan ISPA karena salah satu khasiat ASI eksklusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti ISPA.3 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA), yaitu 46 dari 1000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirincikan, kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Beberapa penyebab kematian bayi dikarenakan berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.4 Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2000-2006 menunjukkan kenyataan yang mencengangkan, hanya 14% ibu di tanah air yang menberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sampai usia enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban tahun 2009, jumlah sasaran bayi dengan pemberian ASI eksklusif sebanyak 19.037, dan target yang ditetapkan 75 %. Sedangkan target yang dicapai 9517 (50%). Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Tuban sendiri dari 726 bayi yang diberikan ASI eksklusif sebesar 672 bayi (92,6 %) pada tahun 2009. Jumlah balita yang menderita ISPA di Puskesmas Tuban pada tahun 2009 sebesar 2856 (79,4%) balita, dan yang tidak ISPA 741 (20,6%) balita. Dari survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Tuban tahun 2009 pada 10 balita, yang terkena ISPA dan tidak mendapat ASI eksklusif sebanyak 8 balita, sedangkan balita yang tidak terkena ISPA dan mendapatkan ASI eksklusif 2 balita. ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.5 ASI pada masa bayi merupakan nutrisi terbaik dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dewasa ini terdapat kecenderungan menurunnya pemberian ASI ekslusif. Padahal pemberian ASI eksklusif tersebut akan memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit termasuk infeksi pernafasan dan infeksi usus. Penting bagi setiap ibu untuk mengupayakan memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkan dan menghindari memberikan susu formula atau makanan pendamping ASI yang terlalu dini kepada bayi, apabila ternyata produksi ASI sangat mencukupi kebutuhan bayi. Dengan demikian bayi yang dilahirkan dapat terbebas dari penyakit ISPA yang mematikan serta menjamin optimalnya pertumbuhan dan perkembangan bayi.6 ASI eksklusif enam bulan merupakan salah satu upaya untuk mencegah kejadian ISPA karena ASI Eksklusif berdampak kepada pemenuhan kecukupan gizi, sehingga menghindarkan bayi dari malnutrisi dan resiko peningkatan infeksi pada bayi. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap ISPA, karena dalam air susu ibu terdapat zat anti terhadap kuman penyebab ISPA. Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif. Oleh karena itu untuk menghindari ISPA pada balita hendaknya ibu memberikan ASI eksklusif pada balita saat masih bayi, dan yang tidak kalah pentingnya sebisa mungkin balita tidak diberikan makanan yang mengandung bahan pengawet seperti makanan yang mengandung pewarna buatan atau pemanis buatan. Disamping itu makanan jajanan yang sering dijual di jalan-jalan, misalnya: sosis dan sejenisnya juga perlu dihindarkan. Karena minyak yang dipakai untuk menggoreng tidak selalu minyak baru. Namun lebih sering digunakan minyak bekas yang sudah dipakai berkali-kali digunakan untuk menggoreng. Karena bila balita terlalu banyak mengkonsumsi makanan seperti itu dapat mengalami gangguan saluran pernafasan seperti batuk, pilek,demam dan gejala lainnya. Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia (1-4 tahun) di Puskesmas Tuban”. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana penelitian dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.7 Disini peneliti hanya ingin mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif Dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun HASIL PENELITIAN Pemberian ASI Eksklusif Tabel 1. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban pada bulan Mei – Juli 2010 ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel tabulasi silang menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA cenderung lebih kecil (24,32%) mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang tidak ASI Ekskllusif (63,01%). Sedangkan yang tidak ISPA cenderung lebih besar (75,68%) mendapatkan ASI Eksklusif dibanding yang tidak ASI Eksklusif. PEMBAHASAN 1. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 110 balita usia 1-4 tahun Sebagian besar tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 73 balita (66,36%). Sedangkan yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 37 balita (33,64%). Kejadian ISPA Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA pada Balita Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban pada bulan Mei – Juli 2010 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 110 balita usia 1-4 tahun hampir setengah balita terkena ISPA dan tidak ISPA sebanyak 55 balita (50%). Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA pada Balita Usia 1-4 tahun Tabel 3. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA pada Balita Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban bulan Mei-Juli 2010 Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA cenderung lebih kecil (24,32%) mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang tidak ASI Eksklusif (63,01%). Sedangkan yang tidak ISPA cenderung lebih besar (75,68%) mendapatkan ASI Eksklusif dibanding yang tidak ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 110 balita usia 1-4 tahun sebagian besar tidak mendapatkan ASI Esklusif saat usia 0-6 bulan sebanyak 73 balita (66,36%). ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI Eksklusif dipengaruhi oleh: Pengetahuan, lingkungan, pengalaman, dukungan keluarga, pandangan ibu terhadap payudaranya, sumber informasi, mitos-mitos dan sosial budaya. Pemberian ASI Eksklusif sangat penting bagi balita usia 0-6 bulan, karena pada usia 6 bulan sistem pencernaan bayi mulai matur dan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.9 Dengan pemberian ASI Eksklusif, bayi mendapatkan manfaat lain selain nutrisi, yaitu manfaat imunologik dan psikologik. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi, anti inflamasi, menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan karena terdapat vitamin C dan zat anti peradangan sehingga dapat mencegah bayi mengalami infeksi, baik disebabkan oleh jamur, virus, bakteri atau parasit.10 Dan pada kenyataannya bayi yang diberi ASI Eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.11 Pemberian ASI tidak Eksklusif (susu formula dan makanan pendamping ASI) akan berpengaruh buruk terhadap sistem pencernaan bayi dan beresiko tinggi bagi bayi, karena sistem pencernaan mereka masih lemah serta rentan. Susu formula beresiko terhadap kesehatan karena tidak ada jaminan 100% bebas bakteri sejak proses pemerasan hingga dikonsumsi. Sehingga bayi sering mengalami diare, alergi dan penyakit infeksi.8 Dari hasil penelitian pada Balita Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban ternyata pemberian ASI Eksklusif masih rendah, hal ini akan menyebabkan banyak bayi maupun balita mudah terserang alergi, diare dan penyakit infeksi terutama ISPA. Keadaan seperti ini benar-benar sangat memprihatinkan, oleh karenanya ibu-ibu serta orang yang berpengaruh terhadap proses menyusui bayi perlu ditekankan dan diberi penyuluhan agar memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, sehingga dapat mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayinya serta dapat melaksanakannya, karena dengan memberikan ASI, bayi mendapatkan makanan yang ideal, terbaik dan mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi, juga mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai infeksi. 2. Kejadian ISPA Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 110 balita usia 1-4 tahun hampir setengah balita terkena ISPA dan tidak ISPA sebanyak 55 balita (50%). ISPA merupakan Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus, dan jamur.12 Kejadian ISPA dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut : gizi kurang, tidak mendapat ASI eksklusif, imunisasi yang tidak memadai, peran orang tua, umur, lingkungan, bakteri dan virus.5 Dari hasil penelitian pada Balita Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban bahwa setengah balita datang ke Puskesmas Tuban karena kejadian ISPA. Padahal ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama karena dapat mengakibatkan kematian. Maka dari itu untuk mencegah ISPA dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu: mendapatkan ASI Eksklusif, mengusahakan agar anak mempunyai gizi cukup, mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan dan melakukan pengobatan segera apabila anak terserang ISPA. 3. Gambaran Kejadian ISPA Ditinjau dari Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Usia 1-4 tahun. Berdasarkan tabel tabulasi silang menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA cenderung lebih kecil (24,32%) mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang tidak ASI Ekskllusif (63,01%). Sedangkan yang tidak ISPA cenderung lebih besar (75,68%) mendapatkan ASI Eksklusif dibanding yang tidak ASI Eksklusif. Jumlah Balita penderita ISPA yang tidak diberi ASI eksklusif cukup tinggi. Hal ini karena ASI mengandung zat kekebalan seperti yang diungkapkan dalam teori karena terdapat vitamin C dan zat anti peradangan sehingga dapat mencegah bayi mengalami infeksi, baik disebabkan oleh jamur, virus, bakteri atau parasit.8 ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. serta pada kenyataannya bayi yang diberi ASI Eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. 11 Selain itu hal-hal lain penyebab balita menderita ISPA adalah: (a) Asupan gizi ketika bayi kurang adekuat, maka nilai gizi atau nutrisi dan substansi-substansi imunologi yang didapat juga kurang. (b) Kekurangan nilai gizi dan substansi imunologi ASI dalam waktu sesaat tidak menimbulkan gejala yang nyata, tetapi kekurangan dalam waktu yang lama akan memberikan dampak yang nyata terhadap status kesehatan balita. Balita akan sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit khususnya penyakit infeksi. Karena secara fisik usia balita merupakan usia pertumbuhan dimana usia ini semua sel termasuk sel-sel yang sangat penting seperti sel otak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sedangkan secara psikologis usia balita merupakan usia perkembangan mental, emosional dan intelektual yang pesat juga. Apabila balita hanya kekurangan faktor nutrisi dalam ASI, mungkin bisa didapatkan dari susu formula yang banyak dipromosikan, tetapi untuk faktor imunologi hanya bisa didapatkan dari pemberian ASI Eksklusif terutama pemberian kolostrum. Karena dalam kolostrum kandungan antibodinya sangat tinggi yang bisa melindungi bayi baru lahir yang dalam keadaan masih lemah. Dari hasil penelitian diatas didapatkan ternyata masih banyak balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mengalami kejadian ISPA. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tuban. Hal ini karena ibu-ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada balitanya pada waktu usia kurang dari 6 bulan sehingga banyak balita yang menderita ISPA. Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian yang didapat, ternyata adapula balita yang mendapatkan ASI Eksklusif tetapi masih mengalami kejadian ISPA. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor-faktor yang lain misalnya : gizi kurang, imunisasi yang tidak memadai, peran orang tua, umur, lingkungan, bakteri dan virus. KESIMPULAN Setelah mengetahui dan mempelajari hasil penelitian ini maka akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Puskesmas Tuban. 1. Sebagian besar balita usia 1- 4 tahun tidak mendapatkan ASI Eksklusif pada usia 0-6 bulan di Puskesmas Tuban bulan Mei – Juli 2010. 2. Hampir setengahnya balita usia 1- 4 tahun di Puskesmas Tuban bulan Mei – Juli 2010 mengalami kejadian ISPA. 3. Sebagian besar balita usia 1- 4 tahun di Puskesmas Tuban bulan Mei – Juli 2010 yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif mengalami Kejadian ISPA DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Arief, B (2009). Infeksi Saluran Pernapasan Atas. 09 Desember 2009. http://Buyblogreviews.com Depkes RI. Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional : Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009. Departemen Kesehatan RI, 2005. Arief, B. Infeksi Saluran Pernapasan Atas. 09 Desember 2009. http://Buyblogreviews.com Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2009). Pnemonia, Penyebab Kematian Utama Balita. 20 Februari 2010. http://www.depkes.go.id Prabu (2009). Faktor Resiko Terjadinya ISPA. 23 Desember 2009. http://putraprabu.wordpress.com Depkes RI. Modul Pelatihan Pengelolaan Rantai Vaksin Program Imunisasi. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2006. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Rineka Cipta, Jakarta 2002. Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2004. Sri Purwanti, Hubertin. Konsep penerapan ASI Eksklusif. EGC. Jakarta 2004. Budiasih, Kun Sri. Handbook Ibu Menyusui. HayatiQualita, Bandung 2008. 11. 12. Departemen Kesehatan. Strategy Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001–2010. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001. Depkes RI. Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional : Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2005.